Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
Anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun sehingga tersusunlah Buku
Panduan Triage Rumah Sakit Muhammadiyah Wonosobo.
Panduan triage pasien adalah proses pemilahan dan penilaian pasien selama
perawatan di IGD dimana pasien di triage berdasarkan kebutuhan medis.
Panduan triage bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan
perawatan emergensi akan mendapatkan perawatan yang tepat, dilokasi yang
tepat, sesuai derajat kegawatdaruratannya agar pelayanan pasien yang
mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi yang tepat waktu.
Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayaan di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo dan sebagai bahan panduan untuk pasien
yang akan dilakukan triage.

Wasaalamualaikum.Wr.Wb
Wonosobo, Agustus 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
DEFINISI................................................................................................................. 2
BAB III .................................................................................................................... 4
RUANG LINGKUP .................................................................................................... 4
BAB IV .................................................................................................................... 5
TATA LAKSANA ....................................................................................................... 5
A. Sistem Triage ................................................................................................. 5
B. Proses Triage ................................................................................................. 5
BAB IV .................................................................................................................... 7
DOKUMENTASI ...................................................................................................... 7
BAB V ..................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Triage adalah sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi
Gawat Darurat dalam keadaan sehari-hari dan/atau dalam keadaan bencana.
Dalam hal ini dalam triage juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah
penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan triage sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
melayani selama 24 jam penuh seharusnya berfungsi untuk melayani
kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan darurat serta membutuhkan
pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit yang lebih
parah dan dapat mengancam jiwa pasien. Namun dalam misi sosialnya,
Instalasi Gawat Darurat tidak diperkenankan untuk menolak pasien yang
datang dan membutuhkan pertolongan kesehatan, meskipun pada
kenyataannya bukan termasuk dalam kriteria gawat dan/atau darurat.
Untuk itu diperlukan tata laksana triase yang lebih baik sehingga
pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat tidak terganggu
oleh pelayanan kasus-kasus yang tidak gawat dan/atau darurat.
B. Tujuan
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya The Right
Patient To The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time tetapi
juga To Do The Most For The Most.
Jadi tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar
mendapatkan pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan
prioritas kategori kegawatdaruratannya dan sesuai dengan penyakitnya.

1
BAB II

DEFINISI

Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien yang
sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Triage berasal dari bahasa Perancis trier yang berarti memilah, mengidentifikasi,
mengklasifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana
para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau
kelas sosial (Dong dan Bullard, 2009).
Sistem triage bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan
perawatan emergensi akan menerima perhatian yang tepat, di lokasi yang tepat,
yang sesuai dengan derajat kegawatannya. Suatu sistem triage yang efektif
mengklasifikasikan pasien ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan
atau cedera akutnya dan bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan
keluhan atau cedera yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi dan
alokasi sumberdaya yang terbesar serta tepat waktu. Suatu sistem triage IGD yang
ideal secara akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi kegawatannya
untuk menghindari under-triage atau over-tiage (mengkategorikan pasien lebih
rendah atau lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp, 1982).
Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triage di kedokteran
emergensi. Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan
keparahan. Kondisi urgent bisa saja tidak parah (misalnya: dislokasi sendi),
sementara penyakit yang parah bisa saja bukan kegawatan (Fitzgerald, 2010).
Beberapa sistem triage telah dikembangkan, dalam literature seringkali
disebutkan The Australasian Triage Scale, The Manchester Triage System, The
Canadian Triage and Acuity Scale, dan The Emergency Severity Index. Instalasi
Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah menerapkan Singapore Patient Acuity
Category Scale (PACS), dimana kriteria untuk menilai kegawatan pasien
berdasarkan pada kombinasi antara keluhan utama dan diagnosis awal sementara
sedangkan parameter tanda vital tidak disebutkan dengan jelas. Singapore PACS
mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya secara menurun,
yaitu: kategori triage 1: Resusitasi dan Pasien Kritis; kategori triage 2: Emergensi
Mayor; kategori triage 3: Emergensi Minor; kategori 4: bukan Emergensi.
Di IGD RS PKU Muhammadiyah Wonosobo kategori-kategori tersebut diganti
menjadi skala prioritas yang disingkat dengan huruf P. Prioritas satu atau PI

2
menggantikan kategori triage 1, prioritas dua atau P2 menggantikan kategori triage
2, dan prioritas tiga atau P3 menggantikan kategori triage 3 dan kategori triage 4.
Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal oleh perawat
triage untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatannya. Pada penilaian awal ini,
pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya dan kemudian suatu
kategori triage diterapkan terhadap pasien tersebut.
Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triage apa
yang harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak
sistem tersebut menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris
yang tidak tersedia pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang
simpel dalam identifikasi dini pasien-pasien yang berrisiko mengalami deteriorisasi,
dapat memberikan kategori triage yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke
IGD. Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana terjadi tumpang
tindih dalam memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani
triage.
Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi
yang dilihat dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan
fisiologis. Pasien dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan
ditunjukkan oleh perubahan- perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tanda-
tanda vital (Labaf, dkk., 2010). The Worthing Psycological Scoring System (WPSS)
adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang mengindentifikasi pcnanda
fisiologik pada tahap awal untuk melakukan tindakan secepatnya, yang
dituangkan dalam bentuk intervention-calling score. Pengukuran tanda vital pada
WPSS mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pemapasan,
temperature, saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar AVPU (alert, verbal,
pain, unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007).
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat
berubah menjadi lebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya
maupun sebagai dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-
ulang selama masih dalam penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat
kejadian, di daerah triage sebelum dilakukan evakuasi, tiba di UGD, selama
resusitasi maupun sesudahnya, sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah
tiba di ruangan.

3
BAB III

RUANG LINGKUP

Triage ini dilakukan terhadap :


1. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) RS PKU
Muhammadiyah Wonosobo.
2. Pasien atau korban dari luar RS PKU Muhammadiyah Wonosobo yang
akan ditransfer dan dirujuk akibat penyakit tertentu atau kecelakaan
atau bencana.
Petugas triage IGD RS PKU Muhammadiyah Wonosobo adalah perawat triage
yaitu perawat yang bekerja di IGD RS PKU Muhammadiyah Wonosobo dan
mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support (BTLS) atau Basic Cardiac Life
Support (BCLS) dan sertifikat pelatihan Triage, yang sudah diverifikasi oleh RS
Muhammadiyah Wonosobo.

4
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Sistem Triage
Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Wonosobo memakai
tiga tingkat kategori prioritas pasien berdasarkan Singapore Patient Acuity
Category Scale (PACS), yaitu:
1. Prioritas 1 (P-1) sesuai dengan PACS-1 adalah kategori suatu keadaan
yang memerlukan pertolongan segera dan apabila hal tersebut tidak
dilakukan akan berakibat kecacatan organ bahkan kematian, pasien ini
akan dirawat di ruang prioritas 1 (ruang resusitasi).
2. Prioritas 2 (P-2) sesuai dengan PACS-2 adalah suatu keadaan yang
memerlukan pertolongan segera, dan bila hal tersebut tidak dilakukan
akan terjadi suatu kegawatan, pasien ini akan dirawat di ruang prioritas
2 (ruang kritis).
3. Prioritas 3 (P-3) sesuai dengan PACS-3 dan PACS-4 adalah suatu
keadaan yang tidak memerlukan pertolongan segera, pasien akan
dirawat di ruang prioritas 3 (ruang rawat jalan).
4. Prioritas 0 (P-0) Penderita yang mengalami cedera mematikan dan tidak
bisa dipertahankan lagi meskipun dilakukan resusitasi, atau penderita
yang sudah meninggal ( Death on Arrival / DOA ). Tidak ada respon pada
semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas
jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

B. Proses Triage
1. Pasien yang datang ke IGD PKU Muhammadiyah Wonosobo, baik yang
datang sendiri maupun rujukan, akan langsung diterima oleh perawat
triage.
2. Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran.
3. Perawat triage melakukan survey primer untuk menentukan apakah
terdapat ancaman jiwa atau tidak pada pasien tersebut,
a. Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing
Circulation (ABC) berat yang sesuai dengan panduan PACS
dan/atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsung
mengantar pasien ke ruang resusitasi atau P-1 dan melakukan

5
triage di ruangan tersebut.
b. Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat
menerima dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang
triage untuk menentukan prioritas terhadap pasien tersebut.
Setelah perawat triage menentukan tingkat kegawatan pasien,
maka perawat triage mengirim pasien beserta lembaran statusnya
ke bilik prioritas sesuai kegawatan pasien. Pasien akan
dimasukkan ke bilik P-2 bila terdapat gangguan ABC ringan dan
nilai Glasgow Coma Scale (GCS) 15, pasien terasa nyeri hebat atau
mengalami fraktur terbuka. Apabila ABC pasien tidak terganggu,
dan mempunyai keluhan simptomatis atau luka ringan, GCS 15,
maka akan dimasukkan ke bilik P-3.
c. Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan
keluhan utama dan diagnosis awal yang sesuai dengan PACS.
4. Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayananan prioritas
1 (P-1) dan prioritas 2 (P-2). Semua kasus di ruang ini harus
sepengetahuan dokter spesialis on site maupun on call.

6
BAB IV

DOKUMENTASI

Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.

7
BAB V

PENUTUP

Demikian Buku Panduan Triage ini disusun agar dijadikan acuan dalam
pelayanan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Wonosobo. Semoga dengan
tersusunnya buku panduan ini diharapkan dapat membantu rekan sejawat medis
dalam penatalaksanaan triage yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Wonosobo.
Ditetapkan di : Wonosobo,
Tanggal : 16 Agustus 2016
Direktur,

dr. Akhmad Muzairi, MARS


NIK. 2015.10.0238

Anda mungkin juga menyukai