Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kasus

GAMBARAN RADIOLOGI TUMOR MEDIASTINUM

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat dalam menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Umum Daerah DR. Zainoel Abidin Banda Aceh

Oleh:

ANINDITA DENA VARISSA (NIM. 1507101030209)


DEDE MAULANA (NIM. 1507101030243)
VONNA YUNIRA (NIM. 1507101030216)

Pembimbing:
Dr. Nurul Machillah, Sp. Rad

BAGIAN/SMF RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas Laporan Kasus
yang berjudul Gambaran Radiologi pada Tumor Mediastinum. Salawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepanitraan Klinik Senior pada bagian /SMF Radiologi Fakultas Kedokteran
Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Banda Aceh. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas
Laporan Kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan bimbingan serta dukungan
dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dr. Nurul Machillah, Sp. Rad yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan tugas Laporan Kasus ini.
Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan tugas Laporan
Kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak khususnya di bidang kedokteran serta dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, Agustus 2017

Penulis,

1
BAB I
PENDAHULUAN

Mediastinum adalah bagian penting dari kavitas thorakalis dimana berperan


sebagai pemisah antara ke dua parenkim paru. yang berisi jantung, aorta, dan arteri
besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar
getah bening dan salurannya. Mediastinum walaupun rongga yang tebal, merupakan
pemisah yang mudah bergerak dan meluas ke atas sampai apertura thoracis superior
dan pangkal leher, dan ke bawah sampai diafragma.(1)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu
rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Rongga mediastinum ini sempit dan
tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan
dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa. Kebanyakan tumor
mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar,
disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.(2)
Sifat tumor mediastinum yang seringkali tumbuh secara asimptomatis,
menyebabkan pasien dengan tumor mediastinum datang ke rumah sakit dengan
keadaan gawat darurat akibat tumor yang tumbuh sudah menekan organ-organ di dalam
mediastinum.(3)
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh American Society of Thoracic
Surgeon, pada tahun 1994-2009 didapatkan 230 kasus kematian akibat tumor
mediastinum di seluruh dunia dimana 40% dari seluruh kasus tumor mediastinum
meupakan pasien perempuan, dan 60% pada popuplasi laki-laki. Nilai rata-rata usia
pasien yang mengalami tumor mediastinum adalah 17,9 28,8 tahun dimana usia
pasien yang dapat mengalami tumor mediastinum dimulai dari usia bayi baru lahir
hingga usia lanjut. (4)
Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF
Bedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun
1970 - 1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor
yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma.

2
Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67%
kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari kepustakaan
luar negeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada tumor mediastinum
anterior adalah limfoma, timoma dan germ cell tumor. (3)
Jenis tumor mediastinum diketahui setelah melakukan pemeriksaan secara
patologi anatomi, dimana pembagian untuk jenis tumor mediastinum berdasarkan
sifatnya adalah tumor jinak (benigna) atau tumor ganas (maligna). Perbedaan jenis
tumor ini akan mempengaruhi perbedaan tatalaksana dan prognosis penyakit tersebut,
sehingga pemeriksaan penunjang yang adekuat sangat dibutuhkan dalam menentukan
jenis tumor tersebut. Dalam menegakkan jenis tumor mediastinum akan melibatkan
beberapa multi-disiplin ilmu seperti radiologi-diagnostik, patologi anatomi,
pulmonologi dan respirasi, bedah toraks dan kardiovaskular serta onkologi medic.(5)
Pada bagian radiologi diagnostik, dapat dilakukan beberapa pilihan
pemeriksaan radiologis yang disesuaikan dengan kondisi pasien dan kebutuhan klinisi
dalam menegakkan diagnosis seperti ukuran tumor, letak tumor, jenis tumor, hingga
luas invasi tumor. Beberapa pilihan pemeriksaan di bidang radiologi yaitu: foto toraks,
CT-Scan toraks dengan kontras, USG, Fluoroskopi, Echocardiography, MRI, hingga
kedokteran nuklir. (3)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mediastinum

Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah
tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan
lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama
pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.(1)
Dasar torak
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma
mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esophagus.(1)

4
Isi rongga torak.
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura
visceralis dan parietalis.
Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi
bagian anterior, medius, posterior dan superior. Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga
utama yaitu ;
1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
3. Rongga dada tengah (mediastinum). .(1)

RONGGA MEDIASTINUM
Mediastinum merupakan sebuah rongga yang berlokasi di central rongga
thoraks, berada diantara dua kavitas pleura, diafragma, dan inlet thorakalis. Secara
garis besar, mediastinum terbagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal

ke-5 dan bagian bawah sternum


2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma di

depan jantung.
3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di

belakang jantung.
4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma diantara mediastinum anterior dan posterior. (6)

Mediastinum superior batasnya :


Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1, kosta 1 dan jugular notch.
Bawah : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke Vth4
Lateral : Pleura mediastinalis
Anterior : Manubrium sterni.
Posterior : Corpus Vth1 4

5
Mediastinum inferior terdiri dari :
a. Mediastinum anterior
b. Mediastinum medius
c. Mediastinum Posterior.
a. Mediastinum Anterior batasnya :
Anterior : Sternum ( tulang dada )
Posterior : Pericardium ( selaput jantung )
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma.
b. Mediastinum Medium batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior ; Pericardium
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma
c. Mediastinum posterior, batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior : Corpus VTh 5 12
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma. (1)

ANATOMI PLEURA
Pleura ( selaput paru ) adalah selaput tipis yang membungkus paru paru.
Pleura terdiri dari 2 lapis yaitu ;
1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru paru.
2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding dada. (1)

6
Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong
tertutup yang disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit
cairan pleura yang diproduksi oleh selaput tersebut. (1)

2.2 Definisi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum
yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan
ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (3)
Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka
pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan dapat menimbulkan
kegawatan yang mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat
sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda
akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya. (2)

2.3 Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
1. Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih
cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
2. Faktor genetik (biomolekuler)
Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan
pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
3. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma
fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar
matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom. (3)

7
4. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh
jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
5. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan
ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun
ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.
6. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian
peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada
organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut. (3)

2.4 Epidemiologi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam rongga mediastinum
yaitu rongga yang berada diantara paru kanan dan kiri. Rongga mediastinum berisi
jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Rongga mediastinum sempit dan
tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ didekatnya dan
dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa. Kemungkinan diagnosis tumor
mediastinum sebagai suatu keganasan dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu lokasi
massa, usia pasien dan ada tidaknya gejala. Penelitian yang dilakukan oleh Davis, et al
pada 400 orang pasien tumor mediastinum didapatkan 59% keganasan terdapat pada
mediastinum anterior, 29% pada mediastinum media dan 16% pada mediastinum
posterior. (2)

Tumor mediastinum primer merupakan kelompok heterogen berupa massa


neoplastik, kongenital atau peradangan. Tumor neurogenik, timoma dan kista jinak
60% bisa dilakukan tindakan pembedahan. Limfoma, teratoma, penyakit
granulomatosa 30% bisa dilakukan tindakan pembedahan. Dua dari tiga tumor
mediastinum merupakan lesi jinak. Lebih dari 75% pasien dengan lesi jinak

8
asimtomatik. Pasien yang memiliki gejala dan terdapat massa pada mediastinum, 2 dari
3 pasien tersebut memiliki lesi ganas. Neoplasma pada yang umum terdapat pada
mediastinum anterior terdiri dari timoma, karsinoma timik, karsinoid timik,
thymolipoma, tumor sel germinal, adenoma paratiroid, kista timik, limfangioma dan
goiter intra toraks. Neoplasma pada mediastinum media terdiri dari limfoma dan
seringkali kista kongenital. Neoplasma pada mediastinum posterior umumnya adalah
tumor neurogenik. (2)

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Indonesian Journal of Internal Medicine


terdapat 201 kasus tumor ini dalam 10 tahun dari tahun 2000 sampai 2009, walaupun
kejadian tumor ini tidak terlalu banyak, namun sebagian besar pasien sering datang ke
rumah sakit dengan keadaan tumor yang cukup besar, disertai dengan keluhan dan
tanda penekanan tumor terhadap organ disekitarnya. (2)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gurmeet Singh, et all di rumah sakit
rujukan nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, kematian pada tumor mediastinum
berhubungan dengan keadaan kegawatdaruratan seperti sindrom vena kava superior
dan efusi pleura massif, serta keadaan sepsis. (3)

2.5 Jenis-Jenis Tumor


Klasifikasi tumor mediastinum didasarkan atas organ/jaringan asal tumor atau
jenis histologisnya, seperti dikemukakan oleh Rosenberg. (3)

9
Pembagian regio mediastinum dapat memudahkan menentukan lokasi tumor
sehingga dapat mempermudah menentukan jenis tumor berdasarkan lokasi tumor di
mediastinum. Penentuan lokasi tumor mediastinum dapat diketahui dari pemeriksaan
foto toraks proyeksi lateral. Tumor mediastinum anterior adalah tumor yang tumbuh
tepat dibelakang sternum dan berada di depan jantung serta pembuluh darah
brachiocephallica. Rongga ini memnjang dari inlet thorakalis hingga difragma yang
mencakup jaringan thymus, lemak, dan nodul limfatikus didalamnya(7). Berikut telah
diuraikan jenis-jenis tumor yang umumnya berada di mediastinum anterior(6):

2.5.1 Teratoma
Teratoma adalah jenis tumor sel germinal yang paling sering tejadi di
mediastinum anterior. Tumor jenis ini tersusun dari jaringan-jaringan yang terbentuk
dari berlapis sel germinal primitive pada lokasi anatomis yang salah. Teratoma
merupakan massa yang solid, kistik, dan terbungkus kapsul. Kasus teratoma matur
terjadi pada 60%-70% kasus dan pada umumnya terjadi pada anak-anak dengan tidak

10
ada perbedaan angka kejadian pada laki laki dan perempuan. Pasien biasanya tidak
mengeluhkan keluhan apapun di awal stadium, namun tumor dengan ukuran besar
dapat menimbulka gejala berupa nyeri dada, sesak napas, batuk, ataupun gejala lainnya
yang disebabkan oleh kompresi. (6)

Secara radiologis, massa teratoma tergambarkan sebagai massa yang bulat dan
berlobus, mudah dikenali pada mediastinum anterior yang biasanya meluas ke salah
satu hemithoraks, dan selalu disertai dengan kalsifikasi radioopak seperti struktur
tulang atau gigi. Pada pemeriksaan CT Scan, teratoma merupakan massa multilokular
kistik dengan ketebalan dinding yang bervariasi. Teratoma matur memiliki ciri khas
gambaran tumor dengan kombinasi antara cairan, jaringan luak, kalsium, dan lemak di
mediastinum anterior. (60

2.5.2 Thymoma
Thymoma merupakan jenis dari tumor mediastinum anterior yang paling sering
muncul, prevalensi angka kejadian terhadap laki laki dan perempuan pada umumnya
sama besar dan mengenai pasien dengan usia lebih dari 40 tahun. Pada umumunya
tumor jenis ini tidak menimbulkan gejala namun pada satu sampai tiga pasien
mengalami keluhan seperti nyeri dada, batuk, dan sesak napas. Kebanyakan dati kasus

11
thymoma, merupakan tumor yang solid dengan pembungkus berupa kapsul fibrosa.
Secara radiologis thymoma mudah dikenali, berbentuk bulat dan berlobus di anterior-
superior mediastum ciri khas tumor ini adalah tumbuh dari lobus kelenjar thymus dan
tumbuh ke salah satu sisi dari garis midline. (6)

Pada pemeriksaan CT Scan, kapsul pembungkus thymoma merupakan struktur


yang mudah dikenali, dengan warna jaringan yang dapat homogeny atau heterogen
tergantung pada keberadaan pembuluh darah, jaringan nekrosis, dan kista pada tumor
tersebut. (6)

12
2.5.3 Thymic Carcinoma
Thymic carcinoma merupakan kelompok tumor maligna dari lapisan epithelial
yang bersifat heterogen dan merupakan tumor yang memiliki sifat invasi local yang
cepat dan metastase yang luas. Tumor jenis ini umumnya dialami oleh laki-laki dan
kebanyakan pada usia lebih dari 46 tahun. Secara radiologis, Thymic carcinoma
terlihat sebagai gambaran yang besar, sulit dikenali, menginfiltrasi seluruh bagian
anterior mediastinum, dan biasanya disertai dengan efusi pericardial atau pleural. (6)

2.5.4 Thymic Carcinoid


Thymic Carcinoid merupakan jenis tumor maligna yang langka dimana secara
histologis mirip dengan tumor karsinoid pada bagian tubuh lain. Pada umumnya terjadi
pada laki-laki dengan usia 40 hingga 50 tahun. Tumor jenis ini biasanya bersifat
asimptomatik atau memiliki gejala apabila tumor sudah menginvasi dan mengkompresi
struktur tubuh lainnya. Secara radiologis, Thymic Carcinoid bermanifestasi sebagai
gambaran yang besar, berlobus, dan biasanya merupakan massa yang menginvasi
seluruh bagian dari mediastinum anterior dengan perdarahan dan area nekrotik. Pada
pemeriksaan CT Scan akan didapatkan lesi berupa kalsifikasi punctate dam distrofik.
(6)

13
2.5.5 Thymolipoma
Thymolipoma adalah neoplasma benigna yang jarang terjadi dan bersifat slow-
growing thymic neoplasma. Angka kejadian berdasarkan gender tidak ditemukan
perbedaan, dan dilaporkan terjadi pada usia dewasa muda sekitar 27 tahun. Secara
radiologis, Thymolipoma digambarkan sebagai masa pada anterior mediastinum yang
meluas hingga bagian inferior mediastinum sehingga akan menimbulkan kesan
kardiomegali dan elevasi diafragma, biasanya tumor ini dapat meluas ke kedua
hemithoraks. Pada pemeriksaan CT scan, massa tumor jenis ini akan terlihat berupa
kombinasi dari jaringan lemak dan soft tissue pada regio anatomic kelenjar thymus. (6)

14
2.5.6 Seminoma
Seminoma, Nonseminoma, dan Teratoma adalah jenis tumor yang berasal dari
kelompok Germ-Cell Tumors yang merupakan tumor maligna yang berasal dari
misplaced sel germinal primitive di mediastinum pada awal embryogenesis.
Seminoma terjadi pada 40% dari seluruh tumor sel germinal, dimana prevalensi angka
kejadian tertinggi pada populasi laki-laki berkulit putih dengan usia sekitar 4o tahun.
Secara radiologis, seminoma bermanifestasi sebagai massa dengan lobus-lobus
homogeny di anterior mediastinum dan jarang menginvasi organ-organ disekitarnya,
namun dapat menginvasi nodul limfatik regional dan tulang disekitarnya. Sangat jarang
terjadi kalsifikasi, dan bersifat sangat sensitive terhadap radiasi atau radioterapi. (6)

2.5.7 Nonseminoma

Nonseminoma merupakan tumor sel germinal yang bersifat maligna yang


tersusun dari beberapa jaringan histologis. Secara radiologis tumor ini digambarkan
dengan bentuk yang besar, ireguler, massa pada mediastinum anterior dan sering kali
bersifat extensive heterogen, ireguler, dengan sedikit nekrosis dan perdarahan atau
formasi kista. Pada tumor ini infasi sering terjadi pada beberapa struktur tambahan
seperti dinding dada hingga nodilimfatikus regional disertai efusi pleura dan
pericardial. (6)

15
Berikut merupakan penjelasan dari tumor mediastinum medial dan posterior(8):

2.5.8 Neurogenic Tumor


Neurogenic Tumor merupakan jenis tumor tersering pada posterior
mediastinum. Angka kejadiannya tinggi pada usia anak-anak dan 20% terjadi pada usia
dewasa. Neurogenic Tumor dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu : Tumor yang
berasal dari nervus perifer (Schwannoma dan Neurofibroma), ganglia simpatis (nerve
sheath tumors), dan ganglia parasimpatis. (8)

Schwannoma dan Neurofibroma merupakan tumor neurogenic yang paling


sering muncul pada mediastinum. Tumor jenis ini merupakan neoplasma yang bersifat
jinak, pertumbuhannya lama, dan tumbuh dari cabang nervus spinalis yang menginfasi
nervus thorakal. Secara histopatologis memiliki kapsul dan dikelilingi jaringan longgar
retikuler. (8)

Schwannoma dan Neurofibroma dapat dikenali dengan beberapa gejala pada


stadium lanjut seperti paresthesia dan nyeri akibat penekanan tumor pada cabang
persarafan. Secara radiologis Schwannoma dan Neurofibroma bioasanya digambarkan
sebagai massa paraspinal yang tajam, berbatas tegas, dan berbentuk sferis, disertai
lobus-lobus yang dapat memenuhi diskus invertebralis. Pada 50% dari seluruh kasus

16
tumor ini dapat menimbulkan deformitas pada costae dan vertebre namun tidak disertai
dengan klasifikasi. (8)

Pada pemeriksaan CT-Scan, terkadang ditemukan kalsifikasi punctate, massa


kistik, pembuluh darah, dan lemak di sekitar myelin. Pada pemeriksaan dengan kontras
Schwannoma atau neurofibroma dapat muncul sebagai gambar yang homogen. Pada
pemeriksaan MRI tumor ini akan menghasilkan intensitas sinyal yang rendah hingga
sedang pada gambar T1 dan intensitas sedang hingga tinggi pada gambar T2.
Pemeriksaan MRI seharusnya dilakukan pada pasien preoperative untuk mengenali
adanya penyebaran tumor intraspinal. (8)

17
Malignant Tumor of Nerve Shearth Origin merupakan tumor yang tumbuh dari
ganglia simpatis dan merupakan jenis tumor maligna yang jarang terjadi. MTNSO
memiliki cirikhas tumbuh dari jaringan saraf yang sebelumnya mengalami
neurofibroma dan memiliki sifat histopatologis yang pleomorfit dan sel-sel ganas.
Tumor jenis ini umumnya terjadi pada usia 30 50 tahun tanpa perbedaan angka
kejadoan berdasarkan jenis kelamin. Umunya pasien mengalami gejala berupa nyeri,
pembesaran massa dan defisit neurologis setelah hitungan bulan hingga hitungan tahun
pasca didiagnosa. Secara radiologis MTNSO memiliki gambaran massa di
mediastinum posterior berbentuk sferis dengan diameter lebih dari 5 cm. pada
pemeriksaan CT-Scan memiliki benruk yang bulat dan dapat meginvasi strukur
mediastinum di sekitarnya di sertai struktur tambahan yaitu dinding dada. Lesi pada
tumor ini memiliki tanda-tanda perdarahan dan nekrosis di bagian sentral, kalsifikasi,
dapat muncul atau tidak, metastase sering kali dilaporkan terjadi pada paru dan nodul
limfatikus yang menyebar secara hematogen. (8)

18
2.5.9 Hodgkins Disease
Limfoma merupakan salah satu tumor mediastinum yang sering terjadi dan
bersifat tumor primer dan menyerang bagian media stinum manapun. Hodgkins
Disease merupakan jenis limfoma mediastinal yang sering terjadi. Biasanya pasien
dengan HD merupakan pasien dengan usia dewasa muda hingga usia pertengahan atau
dengan rata-rata dengan usia 29 samapai 50 tahun, tidak ditemukan perbedaan angka
kejadian berdasarkan gender. Pasien dengan HD umumnya memiliki gejala awal
berupa limfadenopati cervical atau supraclavikula. 20 - 30% kasus pasien mengeluhkan
demam, keringat malam, dan penurunan berat badan. Seluruh kejadian limfoma tidak
menimbulkan gejala seperti batuk, wizzing, disfagia, ataupun gejala kompresi lainnya.
Namun, sering kali didapatkan secara aksidental pada pemeriksaan. Pada pemeriksaan
CT-Scan toraxs HD bermanifestasi sebagai gambaran massa jaringan lunak berbentuk
bulat, bernodul yang berasal dari nodilimfatikus dan menginfiltrasi jaringan timus.
Pada pemeriksaan MRI, HD relatif berwarna homogeny dengan intensitas low-strip
sinyal T1 dan high sinyal pada T2. (8)

19
2.5.10 Non Hodgkins Lymphoma
Non Hodgkins Lymphoma merupakan jenis limfoma yang mengenai bagian
timus tetapi tidak bermanifestasi massa primer mediastinum. NHL dapat terjadi pada
seluruh tingkatan usia, namun biasanya pada usia di atas 55 tahun. Prevalensi kejadian
pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada perempuan (1,4 : 1). Pasien dengan NHL
datang dengan keluhan yang muncul secara subakut dan bersifat emergency onkologi.
Karena pembesaran massa yang tumbuh secara cepat dan biasanya disertai dengan
sindroma vena cava (SVC), penyumbatan jalan napas, hambatan gerakan dinding
dada, dan infasi pada struktur di sekitarnya. (8)

NHL memiliki karakteristik gambaran yang berfariassi. Hanya 50% kasus


pasien NHL yang memiliki gambaran radiografi yang abnormal. Sebagian sisanya,
memiliki gambaran lesi berupa nodul intra thorakal yang meliputi nodul paratrakeal
atau prevaskular pada stadium awal. (8)

20
Pada pemeriksaan CT-Scan, pasien lebih mudah dikenali pada stadium awal
karena kelainan radiografinya lebih mudah di kenali sebagai gangguan ekstra thorakal.
Sehingga pemeriksaan CT-Scan lebih dianjurkan pada pasien dengan kecurigaan
Limfoma. Pemeriksaan CT-Scan dan MRI pada NHL akan menunjukkan bentuk lesi
yang sama seperti kasus HD. (8)

2.6 Manifestasi Klinis


Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada
waktu presentasi. Kebanyakan penelitian melaporkan bahwa antara 56 dari 65 total
pasien menderita gejala pada waktu kronis, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih
mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan peningkatan
penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada
pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa mediastinum

21
mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan
neoplasma ganas. (2)

Pada umumnya, massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik,


pada foto thorax rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local
sekunder terhadap kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik
bisa nonspesifik atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik
untuk neoplasma spesifik.
Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :
1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.
2. Gangguan menelan karena kompresi esophagus.
3. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.
4. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.
5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus. (3)
Sebagian dari tanda dan gejala yang mungkin muncul pada tumor mediastinum
pada umumnya akan membedakan sifat tumor secara spesifik bersifat benigna atau
maligna. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh American Society of American
Thoracic Surgery, pada 230 pasien di tahun 1994-2009 terdapat 77% pasien dengan
tumor ganas dan 43% pasien dengan tumor jinak mengalami gejala-gejala respirasi
seperti nyeri dada, sesak, dan batuk. (4)

2.7 Diagnosis
Secara umum diagnosis tumor mediastinum ditegakkan sebagai berikut:
2.7.1 Gambaran Klinis
1. Anamnesis
Tumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi pada saat
dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila terjadi
peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan struktur
mediastinum, sedangkan tumor ganas dapat menimbulkan gejala akibat penekatan atau
invasi ke struktur mediastinum. Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ

22
yang terlibat, - batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada
trakea dan/atau bronkus utama, - disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke
esofagus - sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor
mediastinum yang ganas dibandingkan dengan tumor jinak, - suara serak dan batuk
kering muncul bila nervus laringel terlibat, paralisis diafragma timbul apabila
penekanan nervus frenikus - nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik atau
pada penekanan sistem syaraf. (3)

2. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi sesuai dengan lokasi, ukuran
dan keterbatasan organ lain, misalnya telah terjadi penekanan ke organ sekitarnya.
Kemungkinan tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan dengan beberapa
keadaan klinis lain, misalnya: - miastenia gravis mungkin menandakan timoma -
limfadenopati mungkin menandakan limfoma . (3)

2.7.2. Prosedur Radiologi

1. Foto toraks
Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior,
medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit
ditentukan lokasi yang pasti. Pada pemeriksaan foto thorax PA dan lateral, klinisi juga
sudah dapat mengetahui sejauh apa invasi tumor terhadap organ-organ di sekitar
mediastinum. (9)

2. Tomografi
Selain dapat menentukan lokasi tumor, juga dapat mendeteksi klasifikasi pada
lesi, yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid dan kadang-kadang
timoma. Tehnik ini semakin jarang digunakan. (9)

3. CT-Scan toraks dengan kontras


Selain dapat mendeskripsi lokasi juga dapat mendeskripsi kelainan tumor
secara lebih baik dan dengan kemungkinan untuk menentukan perkiraan jenis tumor,
misalnya teratoma dan timoma. CT-Scan juga dapat menentukan stage pada kasus

23
timoma dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau belum. Perkembangan
alat bantu ini mempermudah pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologi. Untuk menentukan luas Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di
Indonesia 4 radiasi beberapa jenis tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-Scan
toraks dan CTScan abdomen. (9)

4. Flouroskopi
Prosedur ini dilakukan untuk melihat kemungkinan aneurisma aorta. (3)

5. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga
aneurisma. (3)

6. Angiografi
Teknik ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma dibandingkan flouroskopi
dan ekokardiogram. Pemeriksaan angiography tidak dianjurkan untuk mengevaluasi
tumor mediastinum sejak tahun 1983 dikarenakan pemeriksaan CT scan dan tomografi
sudah cukup mewakili pemeriksaan lainnya dalam menentukan dan mengevaluasi
pertumbuhan tumor. (9)

7. Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan invasi atau penekanan ke esofagus.
(3)

8. USG, MRI dan Kedokteran Nuklir


Meski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan terkadang harus dilakukan
untuk beberapa kasus tumor mediastinum. (3)

2.7.3. Prosedur Endoskopi

1. Bronkoskopi
Bronkoskopi harus dilakukan bila ada indikasi operasi. Tindakan bronkoskopi
dapat memberikan informasi tentang pendorongan atau penekanan tumor terhadap
saluran napas dan lokasinya. Di samping itu melalui bronkoskopi juga dapat dilihat

24
apakah telah terjadi invasi tumor ke saluran napas. Bronkoskopi sering dapat
membedakan tumor mediastinum dari kanker paru primer. (3)

2. Mediastinokopi
Tindakan ini lebih dipilih untuk tumor yang berlokasi di mediastinum anterior.

3. Esofagoskopi

4. Torakoskopi diagnostik (3)

2.7.4. Prosedur Patologi Anatomik

Beberapa tindakan, dari yang sederhana sampai yang kompleks perlu


dilakukan untuk mendapatkan jenis tumor(3).

1. Pemeriksaan sitologi
Prosedur diagnostik untuk memperoleh bahan pemeriksaan untuk pemeriksaan
sitologi ialah:

- biopsi, jarum halus fine needle aspiration biopsy (FNAB), dilakukan bila
ditemukan pembesaran KGB atau tumor supervisial.

- punksi pleura bila ada efusi pleura - bilasan atau sikatan bronkus pada saat
bronkoskopi

- biopsi aspirasi jarum, yaitu pengambilan bahan dengan jarum yang dilakukan
bila terlihat masa intrabronkial pada saat prosedur bronkoskopi yang amat mudah
berdarah, sehingga biopsi amat berbahaya

- biopsi transtorakal atau transthoracal biopsy (TTB) dilakukan bila massa


dapat dicapai dengan jarum yang ditusukkan di dinding dada dan lokasi tumor tidak
dekat pembuluh darah atau tidak ada kecurigaan aneurisma. Untuk tumor yang kecil,
memiliki banyak pembuluh darah dan dekat organ yang berisiko dapat dilakukan TTB
dengan tuntunan flouroskopi atau USG atau CT Scan. (3)

25
2. Pemeriksaan histologi
Bila FNAB tidak berhasil menetapkan jenis histologis, perlu dilakukan
prosedur di bawah ini:

- biopsi KGB yang teraba di leher atau supraklavikula. Bila tidak ada KGB yang
teraba, dapat dilakukan pengangkatan jaringan KGB yang mungkin ada di sana.
Prosedur ini Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia 5 disebut
biopsi Daniels.

- biopsi mediastinal, dilakukan bila dengan tindakan di atas hasil belum didapat.
- biopsi eksisional pada massa tumor yang besar

- torakoskopi diagnostik

- Video-assisted thoracic surgery (VATS), dilakukan untuk tumor di semua


lokasi, terutama tumor di bagian posterior. (3)

2.7.5. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium rutin sering tidak memberikan informasi yang


berkaitan dengan tumor. LED kadang meningkatkan pada limfoma dan TB
mediastinum.

Uji tuberkulin dibutuhkan bila ada kecurigaan limfadenitis TB

Pemeriksaan kadar T3 dan T4 dibutuhkan untuk tumor tiroid.

Pemeriksaan a-fetoprotein dan b-HCG dilakukan untuk tumor mediastinum


yang termasuk kelompok tumor sel germinal, yakni jika ada keraguan antara seminoma
atau nonseminoma. Kadar a-fetoprotein dan b-HCG tinggi pada golongan
nonseminoma. (3)

2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan untuk tumor mediastinum yang jinak adalah pembedahan
sedangkan untuk tumor ganas, tindakan berdasarkan jenis sel kanker. Tumor

26
mediastinum jenis limfoma Hodgkin's maupun non Hondgkin's diobati sesuai dengan
protokol untuk limfoma dengan memperhatikan masalah respirasi selama dan setelah
pengobatan. Penatalaksanaan tumor mediastinum nonlimfoma secara umum adalah
multimodality meski sebagian besar membutuhkan tindakan bedah saja, karena resisten
terhadap radiasi dan kemoterapi tetapi banyak tumor jenis lain membutuhkan tindakan
bedah, radiasi dan kemoterapi, sebagai terapi adjuvant atau neoadjuvan. (3)

Syarat untuk tindakan bedah elektif adalah syarat umum, yaitu pengukuran
toleransi berdasarkan fungsi paru, yang diukur dengan spirometri dan jika mungkin
dengan body box. Bila nilai spirometri tidak sesuai dengan klinis maka harus
dikonfirmasi dengan analis gas darah. Tekanan O2 arteri dan Saturasi O2 darah arteri
harus >90%. Syarat untuk radioterapi dan kemoterapi adalah: Hb > 10 gr% leukosit
> 4.000/dl trombosit > 100.000/dl tampilan (performance status) > 70 Karnofsky
Jika digunakan obat antikanker yang bersifat radiosensitaizer maka radio kemoterapi
dapat diberikan secara berbarengan (konkuren). (3)

Jika keadaan tidak mengizinkan, maka kombinasi radiasi dan kemoterapi


diberikan secara bergantian (alternating: radiasi diberikan di antara siklus kemoterapi)
atau sekuensial (kemoterapi > 2 siklus, lalu dilanjutkan dengan radiasi, atau radiasi lalu
dilanjutkan dengan kemoterapi). Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu
diawasi terjadinya melosupresi dan efek samping obat atau toksisiti akibat tindakan
lainnya. (3)

2.9 Prognosis

Prognosis tumor mediastinum dipengaruhi oleh jenis tumor, lokasi dan ukuran
tumor saat pertama kali ditemukan dan komplikasi yang munkin muncul baik
preoperative maupun intraoperative. Berdasarkan survey yang dilakukan American
Society of Thoracic Surgeon pda tahun 1994-2009 pada 230 pasien dengan tumor
mediastinum, didapatkan enam kasus kematian di Instalasi gawat darurat dengan 5
pasien dengan tumor mediastinum maligna dan 1 pasien dengan tumor mediastinum
benigna akibat distress pernapasan, dan hipoksia sekunder sebagai akibat penekanan

27
pada jalan napas. Pada 157 pasien yang berhasil mengikuti follow up post operatif pada
survey tersebut, didapatkan 95% merupakan pasien dengan tumor mediastinum
benigna tanpa rekurensi hingga 14 tahun berikutnya.(4)

28
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Yusri
Umur : 14 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Banda Aceh
Pekerjaan : Pelajar
Status Pekawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 10 Juli 2017

II. ANAMNESA (Alloanamnesis dilakukan tanggal 26 Juli 2017)


Keluhan utama : Sesak Napas sejak 3 hari yang.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan napas terasa berat disebelah
kanan sejak 3 hari ini. Sesak napas dirasakan pasien secara perlahan-
lahan, riwayat batuk lama (+), batuk darah (-), keringat malam (+),
konsumsi obat 6 bulan (-), penurunan kesadaran (-), riwayat trauma
dada (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi disangkal
Diabates mellitus disangkal
Riwayat trauma dada disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti pasien

III. STATUS PRESENT


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis

29
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x /menit, regular, isi cukup
Frekuensi nafas : 26 x/menit, regular
Suhu : 37 oC
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA
Bentuk : Normochepali
Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-),
sclera ikterik (-), pupil bulat isokor 3 mm
ka-ki, reflek cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-),
secret (-), darah (-), deviasi septum (-)
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-), darah (-/-)
Bibir : Bibir kering (-), sianosis (-)
Rongga mulut : Mukosa buccal hiperemis (-)

2. LEHER
Tampak pembesaran kelenjar tiroid (-), TVJ meningkat (-), deviasi
trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

3. THORAKS
Inspeksi
Dinding dada asimetris , tampak lebih cembung dada kanan
Dada sebelah kanan tertinggal saat pasien bernapas
Penggunaan otot bantu nafas (-)

30
Palpasi
Stem fremitus Paru kanan, paru kiri Kesan

Lap. Paru Atas Ka=Ki Normal

Lap. Paru Tengah Ka=Ki Normal

Lap. Paru Bawah Ka<Ki Kanan melemah

Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru Atas Sonor Sonor
Lap. Paru Tengah Sonor Sonor
Lap. Paru Bawah Redup Sonor

Auskultasi
Suara nafas Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru Atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru Tengah Suara nafas melemah Vesikuler
Lap. Paru Bawah Suara nafas melemah Vesikuler

Suara nafas Paru kanan Paru kiri


tambahan
Lap. Paru Atas Rhonki (-) Ronkhi (-)
Lap. Paru Tengah Rhonki (-) Ronkhi (-)
Lap. Paru Bawah Rhonki (-) Ronkhi (-)

31
V. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan foto thorak tanggal 19 Juni 2017

Berdasarkan gambaran foto thorak tersebut didapatkan kesan


terdapat massa radioopak di daerah mediastinum hingga memenuhi paru
sebelah kanan. Suspek tumor mediastinum. Dengan deskripsi gambar
sebagai berikut:
1. Tulang : tulang clavicula, scapula, costa dan vertebrae dalam batas normal
2. Jaringan lunak : tidak ada pembengkakan ( swelling)
3. Intercostal space : sisi kanan sulit di nilai, sebelah kiri tidak melebar
4. Jantung : besar jantung sulit di nilai karena terdapat superposisi dengan
massa
5. Aorta : dilatasi dan elongasi aorta tidak ditemukan
6. Diafragma : diafragma kiri normal, kanan sulit di nilai
7. Paru : terdapat gambaran radioopak mulai dari midline sampai memenuhi
paru sebelah kanan.

32
Pemeriksaan CT Scan tanggal 19 Juni 2017

33
34
35
BAB IV
MODALITAS RADIOLOGI

Investigasi suatu massa di mediastinum harus di mulai dengan foto dada


anterior-superior, lateral, oblik, esofagogram dan tomografi. Penentuan lokasi yang
amatpenting untuk langkah diagnostic lebih lanjut. CT-scan thoraks dengan kontras
atau di sebut angiografi sirkulasi pulmonum atau aorta mungkin pula di perlukan untuk
membedakan apakah lesi berasal dari vascular atau dari non-vaskular. Hal ini perlu
menjadi pertimbangan bila biopsy akan dilakukan, selain itu Ct-scan juga
bergunauntuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kistik atau tidak. Pada langkah
selanjutnya untuk membedakan apakah massa tersebut adalah tumor metastases,
limfoma atau tuberculosis/ sarkoidosis maka mediastinoskopi dan biopsy perlu
dilakukan.
Dasar dari evaluasi diagnostic adalah pemeriksaan rontgenografi. Foto thoraks
lateral dan posterior standar bermanfaat dalam melokalisir massa di dalam mediatinum.
Neoplasma mediatinum dapat diramalkan timbul pada bagian tertentu di mediatinum.
Foto polos bias mengenal densitas relative massa ini,apakah padat atau kistik, dan ada
atau tidaknya kalsifikasi
Pemeriksaan radiologik untuk kelainan mediastinum sangat berguna tetapi
diagnosis akhir tetap sulit dan perlu dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain
(biopsy). Pendekatan kelainan mediastinum secara radiologic dapat dilakukan antara
lain:
4.1 Foto thoraks
Salah satu pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan untuk mengetahui
adanya tumor mediastinum ialah foto polos thoraks. Pemeriksaan foto toraks PA dan
lateral dilakukan untuk menentukan letak dan ukuran lesi. Jenis tumor mediastinum
sulit ditentukan secara radiologi, namun pada umumnya pemeriksaan toraks tetap
dilakukan untuk menentukan jenis tumor berdasarkan lokasi:
1. Mediastinum Superior: Struma, Kista bronkogenik, Adenoma paratiroid, dan
Limfoma.

36
2. Mediastinum Anterior: Struma, Timoma, Teratoma, Limfoma, Adenoma
Paratiroid, lipoma, Fibroma, Limfangioma, dan Hemangioma.
3. Mediastinum Medius: Kista bronkogenik, limfoma, kista pericardium, dan
hernia.
4. Mediastinum Posterior: Tumor neurogenik, fibrosarkoma, limfoma,
aneurisma,kondroma, meningokel, dan hernia Bochdalek.

Gambar diatas merupakan gambaran foto thoraks dari pasien, berikut adalah
interpretasi dari foto thoraks di atas :
8. Tulang : tulang clavicula, scapula, costa dan vertebrae dalam batas normal
9. Jaringan lunak : tidak ada pembengkakan ( swelling)
10. Intercostal space : sisi kanan sulit di nilai, sebelah kiri tidak melebar
11. Jantung : besar jantung sulit di nilai karena terdapat superposisi dengan
massa
12. Aorta : dilatasi dan elongasi aorta tidak ditemukan
13. Diafragma : diafragma kiri normal, kanan sulit di nilai
14. Paru : terdapat gambaran radioopak mulai dari midline sampai memenuhi
paru sebelah kanan.

37
Kesimpulan : terdapat massa radioopak di daerah mediastinum hingga
memenuhi paru sebelah kanan. Suspek tumor mediastinum

4.2 CT-Scan Thorax


Pemeriksaan CT- Scan memiliki sensitivitas 14-82% dengan spesifisitas 87% .
selain dapat mendeskripsikan kelainan tumor secara lebih baik dan dengan
kemungkinan untuk menentukan perkiraan jenis tumor, misalnya teratoma dan timoma.
CT-scan juga dapat menentukan stage pada kasus timoma dengan cara mencari apakah
telah terjadi invasi atau belum. Perkembangan alat bantu ini mempermudah
pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitology. Untuk menentukan luas
radiasi beberapa jenis tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-scan toraks dan CT-
scan abdomen.

4.3.1 USG Germ Cell Mediatinum


Kemajuan dalam teknologi nuklir telah bermanfaat dalam mendiagnosis
sejumlah tumor. Sidik yodium radioisotope bermanfaat dalam membedakan
struma intratoraks dari lesi mediatinum superior lain. Sidik gallium dan
teknisium sangat memperbaiki mendiagnosis dan memperbaiki kemempuan
mendiagnosis

4.4 Angiografi
Pemeriksaan angiografi sering diperlukan untuk membedakan massa
mediatinum dari berbagai proses pada jantung dan aorta seperti aneurisma
thorax dan aneurisme valsava. Dengan perbaikan resolusi belakangan ini, CT
telah menjadi alat diagnostic yang jauh lebih sensitive di bandingkan dengan
teknik radiografi rutin.

38
BAB V
KESIMPULAN

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu


rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Salah satu pemeriksaan penunjang
yang penting dilakukan untuk mengetahui adanya tumor mediastinum ialah foto polos
thoraks. Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral dilakukan untuk menentukan letak dan
ukuran lesi. Jenis tumor mediastinum sulit ditentukan secara radiologi, namun pada
umumnya pemeriksaan toraks tetap dilakukan untuk menentukan jenis tumor

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik. 6 ed. Jakarta: EGC; 2012.

2. Pratama S, Syahruddin E, Hudoyo A. Karakteristik Tumor Mediastinum


Berdasarkan Keadaan Klinis, Gambaran CT Scan, dan Penanda Tumor di RS
Persahabatan. Jurnal Respirologi Indonesia. 2013;33(4): p.1-6.
3. PDPI. Tumor Mediastinum: Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: FKUI; 2007.

4. Cohen AJ, Thompson L, Edwards FH, Bellamy RF. Primary cysts and tumors
of the mediastinum. The Annals of thoracic surgery. 2001;51(3): p. 378-86.

5. Cox JD. Primary malignant germinal tumors of the mediastinum. A study of 24


cases. Cancer. 2005;36(3): p.1162-8.

6. Strollo DC, de Christenson MLR, Jett JR. Primary Mediastinal Tumors. Part
1*: Tumors of the Anterior Mediastinum. Chest. 2007;112(2): p. 511-22.

7. Tomiyama N, Honda O, Tsubamoto M, Inoue A, Sumikawa H, Kuriyama K, et


al. Anterior mediastinal tumors: diagnostic accuracy of CT and MRI. European
journal of radiology. 2009;69(2): p. 280-8.

8. Strollo DC, Rosado-de-Christenson LML, Jett JR. Primary Mediastinal


Tumors: Part ll. Tumors of the Middle and Posterior Mediastinum. Chest.
2007;112(5): p. 1344-57.

9. Takahashi K, AlJanabi NJ. Computed tomography and magnetic resonance


imaging of mediastinal tumors. Journal of magnetic resonance imaging.
2010;32(6): p.1325-39.

40

Anda mungkin juga menyukai