Anda di halaman 1dari 14

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Dua Belas
MARNIE seperti baru saja dihantam. Ia meme-
luk erat perutnya dan sedikit membungkuk seolah me
rasakan nyeri yang amat sangat.
Law tidak bisa mengambil David darinya. Tidak
bisa.
Dari sisi hukum, pria itu tidak memiliki dasar
yang kuat. Semua orang bisa melihat bahwa David su-
dah tumbuh menjadi pemuda sehat yang berkelakuan
baik. David tidak pernah ditelantarkan atau diperlaku
kan dengan sewenang-wenang, baik secara fisik mau-
pun emosional. David akan menjadi orang pertama
yang bersaksi bagi ibunya, walaupun baru memba-
yangkannya saja Marnie sudah merasa pedih.
Tentu Law akan berpikir jernih pada akhirnya,
dan menyadari bahwa yang terbaik adalah membiar-
kan segalanya sebagaimana adanya. Ia tidak akan
membiarkan David melewati siksaan seperti perebut-
an hak asuh, kan? Pria itu mungkin angkuh dan som-
bong, tapi tidak kejam.
Mungkin juga pertempuran di meja hijau ini tak
kan terjadi. Seandainya David mengetahui siapa Law
sebenarnya, ia mungkin akan memilih untuk tinggal
bersama ayahnya. Tidak banyak yang dapat dilakukan
Marnie untuk mencegah hal itu. Ia tidak akan pernah
memaksakan hak asuhnya dengan mengorbankan ke-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bahagiaan David.
Pertanyaan yang paling dibencinya dan yang te-
rus-menerus menghantuinya adalah, apakah ia harus
memberitahu David tentang Law?
Marnie begitu tenggelam dalam pikirannya hing
ga ia tidak mendengar dering telepon. Baru pada de-
ring kelima ia mengangkatnya.
Halo? Oh ya, Mr. Howard. Apa kabar?
Baik. Dan Anda?
Baik.
Miss Hibbs, perusahaan kami sangat terkesan
dengan proposal Anda.
Terima kasih. Senang mendengarnya. Ia me-
nunggu bom dijatuhkan.
Tapi kami memutuskan untuk memilih orang
lain untuk mengerjakan sampul buku telepon itu.
Saya mengerti. Sebuah tirai gelap serasa meng
halangi pandangannya, menutup semua cahaya semua
harapan.
Saya tidak dapat mengatakan betapa sulitnya
kami mengambil keputusan ini.
Saya menghargai hal itu.
Mungkin di masa yang akan datang
Terima kasih, Mr. Howard, atas pemberitahuan
nya. Sampai jumpa.
Marnie menutup teleponnya, sehingga penolak-
an atas dirinya tidak terasa menyakitkan bagi mereka
berdua. Ia duduk menerawang selama beberapa me-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nit, lalu melakukan sesuatu yang jarang dilakukannya.
Ia menangis tersedu-sedu.
Mom? Mom ada di mana?
Matanya masih merah dan sembap sehabis me-
nangis ketika David pulang. Anak itu pulang terlambat
karena mampir ke rumah temannya sepulang sekolah.
Marnie sedang memasak makan malam di dapur saat
David masuk dan meletakkan buku serta tas olahraga-
nya ke kursi.
Hai .
Hai. Marnie berusaha untuk terdengar riang.
Keriangannya terdengar palsu. Bagaimana sekolah-
mu?
Ulangan sejarahku dapat 98.
Hebat. Tolong gunakan gelas, ujar Marnie saat
David hendak meminum air dingin langsung dari bo-
tolnya, mengingatkan Marnie pada kebiasaan ayah-
nya.
Namanya juga usaha. Senyum maut David juga
merupakan faktor keturunan lainnya. Namun senyum
itu langsung lenyap begitu Marnie memalingkan wa-
jahnya.
Ada apa, Mom?
Tidak ada apa-apa.
Mom habis menangis, ya? Apa terjadi sesuatu
pada Nenek?
Tidak. Tadi pagi aku berbicara dengannya dan
Nenek tampak pusing akibat obatnya, tapi selebihnya
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Nenek baik-baik saja, kala Marnie sambil membalik
daging di panggangan dengan sebuah garpu panjang.
Tolong tata mejanya. Malam ini kita makan steak
ayam goreng. Hampir selesai kok. Begitu aku membu-
at sausnya
Mom, berhenti memperlakukanku seolah aku
ini anak bodoh, oke?
David memang pantas merasa jengkel. Terakhir
kali ia melihat ibunya menangis adalah ketika mereka
menonton ledakan Challenger di siaran berita. Marnie
tidak terkejut ketika David melihat wajahnya yang
sembap, dan merasa jengkel karenanya.
David sudah bukan anak-anak yang keprihatin-
annya bisa dialihkan tanpa penjelasan. Ketika ada se-
suatu yang mengganggu Marnie, hal itu juga meng-
ganggu David. Marnie akan merasa kesal, bahkan
panik, jika David tidak menyadari ada sesuatu yang
mengganggunya.
Menyadari dirinya bersikap tidak adil, Marnie
mengecilkan api kompor supaya dagingnya tidak go-
song. Mr. Howard tadi menelepon. Aku tidak menda-
patkan pekerjaan sampul depan buku telepon itu.
Sialan!
Itulah yang tadi kukatakan, timpalnya terse-
nyum masam. Tapi sudahlah. Keputusan mereka su-
dah bulat dan tidak ada gunanya terus-menerus me-
nyesali hal itu. Aku harus bekerja lebih keras lagi lain
waktu.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Dasar tidak punya selera! seru David menun-
jukkan kesetiaannya. Mom yang terhebat.
Terima kasih, jawab Marnie, mengulurkan ta-
ngan untuk mengelus pipi anaknya. Senang rasanya
mengetahui aku mendapat dukunganmu.
Apakah akan terjadi hal yang buruk? Apa ini
berarti kita akan jatuh miskin?
Tidak, Sayang, jawab Marnie, tertawa lembut.
Tidak lebih miskin dari biasanya. Hanya saja aku
berencana melakukan hal yang sangat istimewa untuk
ulang tahunmu yang keenam belas, sekarang sudah
tidak bisa lagi.
Tidak apa-apa. Jangan mengkhawatirkan hal
itu. Mom membuatku takut saja. Kupikir ada sesuatu
yang sangat buruk.
Marnie tersenyum sayang padanya. Kau anak
yang hebat, tahu tidak? Air mata kembali menggena-
ngi matanya, lalu ia kembali berbalik ke kompor.
Law tadi datang, ya?
Marnie langsung memutar tubuhnya.
David duduk di meja, memutar-mutar kacamata
hitam pada gagangnya. Marnie tadi tidak melihatnya.
Berbohong tampaknya tidak ada gunanya. Lagi
pula, ia sudah mulai sering berbohong pada David
akhir-akhir ini, dan ia tidak menyukainya. Ya, dia, eh,
mampir.
Buat apa?
Buat apa? Marnie mengangkat bahu dan terse-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nyum lemah. Hanya sekadar mampir. Dia membantu-
ku membawakan belanjaan dari mobil, minum soda,
lalu pergi. Hanya kunjungan singkat kok. Ia menyi-
bukkan diri di tempat cuci piring, mencuci selada.
Kau mau pakai saus apa untuk seladamu malam ini?
Mom pacaran dengannya?
Apa? Kali ini Marnie nyaris jatuh oleh perta-
nyaan yang tak terduga itu. Ia tidak mau menghina
David dengan menjawab asal-asalan. Ekspresi anak
itu terlalu serius untuk diremehkan begitu saja.
Ia mematikan keran air, mengeringkan tangan-
nya, dan memindahkan panggangan dari kompor. Ma-
kan malam bisa ditunda. Kebutuhan emosional David
selalu didahulukan daripada hal-hal seperti makan
malam.
Tentu saja aku tidak berpacaran dengan Law,
David.
Aku tidak keberatan kok.
Aku tahu. Dia memberitahuku apa yang kau
katakan padanya di malam kami pergi ke jamuan ma-
kan malam itu. Terus terang aku sangat terkejut.
Aku sudah cukup besar untuk mengerti dorong
an seksual dan semacamnya. Mom dan Law adalah
dua orang dewasa yang sudah cukup umur.
Aku menghargai keterbukaanmu mengenai ke-
hidupan seksualku, tapi kita tidak sedang membicara-
kan hal itu. Law dan aku bukan sepasang kekasih.
Kalau begitu apakah kalian berteman?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Aku takkan menyebutnya teman. Kami hanya
sekadar kenalan biasa.
Kalau begitu kenapa dia mampir di siang bo-
long? Kenapa Mom tiba-tiba pergi mengerjakan hal
yang misterius di malam hari? Mom belum pernah me
lakukan hal itu sebelumnya. Dan setiap kali kita ber-
kumpul, kalian berdua bertatapan dengan aneh. Mom
begitu... kaku, seolah Mom takut akan mengatakan se-
suatu yang salah.
Kurasa aku menjadi gugup di dekatnya karena
dia seorang selebriti.
Mom tidak pernah gugup di dekat siapa pun
juga.
Dia selebriti pertama yang pernah kutemui.
Kata-kata itu bergaung begitu kosong hingga Marnie ti
dak dapat menyalahkan David yang menyiratkan rasa
tak percaya.
Dari mana Mom mendapatkan tanda merah
itu?
Apa? tanya Marnie, dengan salah tingkah lang-
sung mengulurkan tangan ke bekas samar di lehernya.
Ini gigitan serangga kok.
Itu bekas ciuman, Mom, ulang David tidak
sabar.
Dengan rasa bersalah Marnie menatap ke ba-
wah. Baiklah, dia memang menciumku. Tapi hanya
itu, David.
Aku tidak marah soal itu. Aku sudah bilang aku
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tidak keberatan. Aku hanya minta Mom berterus-te-
rang padaku.
Dan sekarang aku melakukannya. David mena
tap mata ibunya dalam-dalam dan mengetuk-ngetuk-
kan jarinya di atas meja. Marnie tahu anak itu masih
belum ingin menghentikan percakapan ini. Apa lagi,
David? Kau sedang memikirkan sesuatu.
David mulai gelisah. Ia berdeham dan mengga-
ruk-garuk kepalanya. Apa Law... apakah dia... Mom
tahu, dia ayahku?
Gelombang keterkejutan dan penyesalan melan-
da Marnie. Tidak sampai membuatnya jatuh, tapi nya-
ris. Sedikit limbung, ia memejamkan matanya dan
mencengkeram punggung sebuah kursi.
Dia memang ayahku, ya?
Ketika Marnie membuka matanya, David masih
menatapnya dalam-dalam. Ia berjalan mengitari kursi
tempatnya bersandar dan pelan-pelan duduk di atas-
nya, seolah jika ia bergerak terlalu cepat ia akan lang-
sung roboh.
Marnie menatap David, yang sekarang berada di
ambang kedewasaan, bocah yang dirawatnya dan
dicintainya sejak dibawa keluar dari ruang persalinan
rumah sakit.
Episode-episode dalam kehidupan David berke-
lebatan di benaknya sejelas foto-foto di album. Dalam
hitungan detik, ingatannya menyusun kembali kehidu
pan mereka bersama, saat-saat penuh tawa, saat-saat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
yang menyedihkan, saat-saat mereka bertingkah ko-
nyol, saat-saat mereka merenungi misteri kehidupan,
saat-saat mereka berpelukan dan beberapa saat yang
jarang terjadi ketika mereka marah satu sama lain.
David harus dihibur setelah menonton film
Bambi dan dimarahi karena terkekeh-kekeh di gereja
ketika permen karetnya secara tidak sengaja jatuh ke
kotak kolekte. Marnie mengenang rasa cemas yang
menekannya saat David untuk pertama kalinya pergi
selama seminggu mengikuti kemping Pramuka dan
rasa bangga yang menyesakkan dadanya ketika David
dinobatkan sebagai anak paling berprestasi di upaca-
ra kelulusan SMP-nya.
Mungkin ia bisa mendapat sedikit pujian atas
pertumbuhan David hingga menjadi dirinya yang se-
karang ini. Tapi pujian yang sebenarnya menjadi milik
orang lain: seorang yang pirang, tinggi, atletis, yang
memang punya sifat bersaing untuk menang.
Ya, David. Law Kincaid adalah ayahmu.
David mengembuskan napas panjang dan berat,
menandakan betapa tegang dirinya. Ia membiarkan di
rinya menyerap kebenaran itu selama beberapa saat
sebelum ia berbicara kembali. Apakah Mom ibuku?
Ibu kandungku, maksudku.
Bukan, tukas Marnie, menggelengkan kepala
dengan lembut. Aku hanya lebih tua lima belas tahun
darimu, ingat?
Salah seorang teman sekelasku hamil tahun
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lalu.
Yah, aku tidak. Law... Marnie terdiam untuk
menelan ludah, yang dilakukannya dengan susah pa-
yah. Law lebih memilih Sharon daripada aku. Sharon
lebih tua, lebih matang. Di matanya aku masih kanak-
kanak.
Ceritakan padaku.
Kau hampir mengetahui semuanya. Sharon me-
ngandungmu saat musim panas. Kami bertemu Law di
pantai. Marnie mempersingkat peristiwa-peristiwa
yang terjadi di Galveston hampir tujuh belas tahun
yang lalu.
Ketika ia selesai, David bertanya, Apa yang
membuatnya tiba-tiba ingin bertemu denganku sete-
lah sekian lama?
Melihat kemarahan yang menumpuk di mata
anaknya, Marnie mengulurkan tangannya ke seberang
meja, menggenggam tangan David. Law tidak pernah
tahu tentang dirimu. Tidak pernah, David. Kau harus
percaya itu. Dia bahkan tidak ingat ibumu sampai ak-
hir-akhir ini. Dengan cepat Marnie memberitahunya
tentang surat-surat itu.
Nenek yang memberitahunya?
Ya.
Mengapa?
Baru kemarin aku tahu bahwa Nenek yang me-
ngirim surat-surat itu. Aku belum sempat membicara-
kan hal itu dengannya. Itu sudah tidak penting lagi,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan? Law tahu tentangmu. Itu yang penting.
Kenapa Mom tidak pernah memberitahunya?
Marnie menyandarkan punggungnya dan mena-
rik napas dalam-dalam. Banyak alasannya, David. Dia
memiliki kehidupannya sendiri. Kita memiliki kehidu-
pan sendiri. Aku tidak melihat cara yang mudah untuk
mempersatukan keduanya. Ia menatap anaknya le-
kat-lekat. Apakah kau menyalahkan aku karena tidak
menghubunginya? Apakah kau berharap aku melaku-
kannya?
Ya, semacam itulah,
Jawaban David yang jujur membuatnya salah
tingkah. Ia bergerak gelisah di kursinya. Hati Marnie
pedih melihatnya.
Aku mengambil tanggung jawab sepenuhnya
atas keputusanku, ujarnya. Nenek hanya menduga
Law adalah ayahmu, tapi aku adalah satu-satunya
orang selain Sharon yang tahu hal itu.
Matanya menatap David memohon pengertian.
Dia masih lajang. Dia memiliki masa depan yang gemi
lang. Aku segan padanya. Terlebih lagi, aku takut dia
akan menolakmu, David.
Apakah dia menolakku?
Walaupun suaranya sudah berubah sejak seta-
hun sebelumnya, tiba-tiba saja David terdengar sangat
muda dan rapuh. Hati Marnie menjangkaunya. Menu-
rutmu bagaimana?
Sudut-sudut bibir David sedikit tertekuk sebe-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lum akhirnya menyunggingkan senyum lebar. Kurasa
dia menyukaiku. Meskipun sedikit.
Dia sangat menyukaimu.
David bangkit dari kursinya dan mulai berjalan
mondar-mandir mengelilingi dapur tanpa tujuan, me-
nyentuh benda-benda yang sudah dikenalnya seolah-
olah benda-benda itu adalah hal baru baginya.
Sulit dipercaya rasanya. Aku selalu bertanya-
tanya siapa ayahku, tapi... Law Kincaid. Astaga, bisik-
nya, tangannya disisirkan ke rambutnya, aku, aku...
rasanya terlalu hebat untuk dipercaya. Ia tersenyum
malu pada ibunya. Tunggu sampai teman-teman di se
kolah tahu. Kemarin setelah pertandingan sepakbola
itu semua orang bilang kami mirip. Menurut Mom, dia
dan aku mirip, tidak? Ia menunggu jawaban Marnie
dengan cemas dan tersenyum lebar ketika Marnie ber
kata, Bagai pinang dibelah dua.
Bolehkah aku meneleponnya? Bolehkah aku
memberitahunya bahwa aku sudah tahu?
Aku
Please? Mom juga sebenarnya sudah mau mem
beritahuku, kan? Atau dia yang akan melakukannya?
Pada akhirnya sih, tapi
Kalau begitu aku akan meneleponnya sekarang
dan mengatakan padanya bahwa dia tidak usah mem-
beritahuku. Aku sudah menebaknya sendiri. Boleh ya,
Mom? Ya?
Segalanya berlangsung terlalu cepat bagi Mar-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nie. Ia tidak dapat meraih pegangan. Pegangan itu
menghindar darinya dan tidak ada yang dapat dilaku-
kannya. Tapi David menatapnya dengan begitu gembi-
ra dan berapi-api, ia tidak sampai hati untuk menolak-
nya.
Boleh-boleh saja, kurasa.
David melompat dan langsung meraih telepon.
Berapa nomornya?
Aku tidak tahu. Kau harus mencarinya di buku
telepon.
Senyumnya melemah. Pasti tidak tercantum.
Ia meraih buku telepon. Di sini ada Lawrence Joshua
Kincaid.
Itu dia.
Nama tengahku juga Joshua.
Marnie mengangguk, takut suaranya akan pecah
jika ia berusaha untuk bicara. Ketika tiba saatnya un-
tuk menamakan bayi itu, orangtuanya sudah memilih
nama David. Sharon sama sekali tidak peduli. Marnie
ingat nama lengkap Law, dan hanya itulah identitas
sang ayah yang diberikannya pada Si jabang bayi.
Law sama sekali tidak melihat nama itu di akte
kelahiran saat ia melihatnya di album. Marnie tidak
menunjukkan hal itu padanya karena fakta bahwa Da-
vid menyandang namanya tampaknya mengesahkan
hak Law atas masa depan anaknya.
Hai, eh, Law, ujar David di telepon, Ini David.
Tahu kan, David Hibbs? Sesaat ia terdiam. Tidak,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Mom baik-baik saja. Mom sedang berdiri di sini. Dia
bilang hai, ujarnya pada Marnie.
Katakan hai padanya.
Mom bilang hai juga. Alasan aku menelepon
adalah, eh, begini... David menggerak-gerakkan kaki-
nya serta berbicara tergagap-gagap, dua hal yang
sama sekali tidak pernah dilakukannya. Aku tahu
bahwa kau... bahwa kau dan ibuku... bukan ibuku yang
sekarang, tapi Sharon... bahwa kau dan dia..
Ia mendengarkan untuk beberapa saat, lalu se-
cercah senyum sepolos dan secerah matahari yang
baru terbit menghiasi wajahnya. Yeah. Aku sudah
mengetahuinya. Hai, Dad.

Anda mungkin juga menyukai