Anda di halaman 1dari 16

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Enam Belas
MARNIE mendesah dalam-dalam sebelum mem-
buka matanya. Tubuhnya terasa lemas sekali seperti
lemak susu kental. Setiap sel tubuhnya terasa tak ber-
daya. Jantungnya berdetak kuat dan lambat. Ia nyaris
dapat merasakan aliran darah di pembuluhnya. Ia
tidak ingat pernah merasa sesantai ini. Bersantai se-
perti ini rasanya nikmat sekali.
Marnie menguap dan meregangkan tubuhnya.
Saat itulah kakinya menyapu kaki lain. Ia langsung ter
kesiap. Lalu, pelan-pelan, ia menoleh ke samping.
Law sedang tidur di sisinya. Rambutnya yang pi
rang acak-acakan dan bagian bawah wajahnya dibaya-
ngi oleh jenggot yang baru tumbuh. Selimut hanya me
nyelimutinya sebatas pinggang. Dada pria itu telan-
jang.
Berbaring diam, nyaris tidak berani untuk ber-
napas, Marnie memandangi pria itu. Menit demi menit
berlalu. Kesadarannya mengatakan untuk meninggal-
kan tempat tidur selagi masih aman. Jadi saat mereka
bertatapan lagi, mereka bisa melakukannya dengan
hati yang jernih dan berpura-pura mereka tidak tidur
di ranjang yang sama. Tapi ia begitu bosan dengan ka-
ta aman dan tidak mampu memaksa dirinya untuk
bergerak.
Kipas angin di langit-langit kamar berputar pe-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lan di atas kepalanya. Suara mesinnya yang dalam
terasa menghipnotis. Hari masih sangat pagi dan ha-
nya secercah cahaya yang menerangi kamar.
Jadi Marnie membiarkan dirinya menikmati be-
berapa menit yang berharga ini untuk melakukan apa
yang ingin dilakukannya dan bukan apa yang diperin-
tahkan kesadarannya. Ia memaksakan diri untuk me-
nekan dalam-dalam semua pikiran menyedihkan ten-
tang kematian ibunya atau masa depannya yang tidak
jelas menyangkut David ataupun cintanya yang tidak
kesampaian pada pria yang kini berbaring di sisinya.
Betapa ia mencintainya! Dan cinta itu sudah ada
sejak pria itu pertama kali menyunggingkan senyum
mautnya yang berkilauan dan memanggilnya kuper.
Selamat pagi.
Awalnya Marnie berpikir suara Law hanya kha-
yalannya saja. Tapi ia lalu melihat bibir Law menyung-
gingkan senyum yang sudah dikenalnya. Mata pria itu
terpejam.
Apa yang kau lakukan di tempat tidur bersama
ku, Law?
Membangkitkan gairah.
Marnie menelan ludah dengan susah payah hing
ga terdengar. Sudah berapa lama kau di sini?
Sepanjang malam.
Sepanjang malam? Tidur?
Tidur. Lalu bangun lalu tidur lagi. Mendengar-
kan suara napasmu. Memandangimu. Ingin bercinta
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
denganmu. Law membuka matanya. Mata itu tampak
biru terang dalam kamar yang temaram. Ia tersenyum
dan mengangkat bahu tanpa daya. Membangkitkan
gairah.
Dari mana kau tahu aku sudah bangun?
Aku merasakannya. Napasmu mulai berbeda.
Lebih cepat. Nyaris seperti sedang terangsang. Ia me-
ngulurkan tangan dan menyentuh bibir Marnie yang
penuh. Apakah kau terangsang? bisik Law parau.
Marnie hanya balas menatapnya, terhanyut da-
lam api yang berkobar di mata Law yang biru. Lidah
Marnie secara otomatis membasahi bibirnya yang se-
dang ditatap dengan tajam oleh pria itu. Law menge-
rang pelan. Apakah kau terangsang, Marnie? Jangan
menjawab dengan apa yang kau pikir pantas atau
benar. Katakan yang sejujurnya. Apakah kau terang-
sang?
Marnie sudah mengangguk sebelum mengucap-
kan jawabannya. Tanpa menunggu sepatah kata lagi,
Law langsung bersandar di atas bantalnya dan men-
cium Marnie perlahan. Awalnya ia mengusap bibir
Marnie dengan bibirnya. Lalu lidahnya menggelitik ba
gian tengah bibir atas Marnie. Tubuh Wanita itu seca-
ra refleks maju ke depan.
Tangan Law menangkup bagian belakang leher
Marnie dan menariknya mendekat. Ciuman yang dibe-
rikannya pada Marnie terasa lembut, dalam, dan ba-
sah. Lidahnya tenggelam dalam mulut Marnie. Secara
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
naluriah Marnie mengangkat tangannya, meletakkan-
nya di dada pria itu. Bulu-bulu yang ikal dan kering itu
terasa menggelitik ujung jari-jarinya. Marnie memain-
mainkannya dengan rasa ingin tahu, menarik lembut
sejumput bulu di sela-sela jarinya.
Law mengecup sudut-sudut bibirnya seperti me
nahan diri, mensyukuri tiap ciumannya, lalu menarik
diri untuk menatap mata Marnie lekat-lekat. Dengan
malu Marnie menarik tangannya. Apakah kau siap
untuk berhenti, Marnie? Marnie menggelengkan kepa
lanya. Law menatapnya dalam-dalam ketika ia pelan-
pelan menyingkirkan selimut dengan kakinya.
Mata Marnie melirik gugup ke bawah dan mem-
perlihatkan keterkejutan yang tak terucapkan.
Aku tidak main-main, kan? tanya Law.
Tidak.
Kalau begitu apa yang akan kaulakukan selan-
jutnya?
Aku tidak yakin.
Pikirkanlah. Law meraih tangan Marnie, men-
ciumi telapaknya dengan sungguh-sungguh. Lalu Mar-
nie meletakkan tangan Law di atas tubuhnya. Dengan
suara pelan Law menggeram nikmat. Tidak usah
buru-buru.
Matanya menjadi gelap dan ia menyeringai puas
saat Marnie menyentuhnya lebih dalam. Ah, Marnie.
Beberapa saat berikutnya, dadanya naik turun dengan
cepat, ia mengerang, Kata siapa kau Nona Sok Alim?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Law menggulingkan tubuh Marnie hingga telen-
tang dan membungkuk di atasnya, berkutat dengan
ikat pinggang jas kamar yang dikenakan wanita itu. Ke
tika berhasil membuka simpulnya, dengan tidak sabar
Law menyingkirkan jas itu.
Ketergesaannya segera terjawab. Ia menarik na-
pas dalam-dalam, lalu terpana. Matanya menelusuri
tubuh telanjang di hadapannya dengan rakus, dengan
lapar. Wajahnya seperti terheran-heran ketika akhir-
nya matanya memandang wajah Marnie. Kau tumbuh
dengan baik sekali, Kuper.
Mulai dari bahu, tangan Law menelusuri lengan
Marnie, menyentuh tiap pembuluh darah di balik le-
ngannya sebelum bergerak menuju dadanya, payuda-
ranya, lalu pusarnya. Ia membelai-belai tubuh Marnie
dengan lembut.
Sentuhan pria itu membangkitkan sejuta gelitik
kenikmatan di sepanjang kulit Marnie. Ia terus meng-
geliat. Punggungnya melengkung sebagai reaksi atas
usapan tangan Law di pusarnya; ia menekuk lututnya
ketika tangan pria itu membelai pinggangnya. Baru ka
li ini ia merasa bertanggung jawab terhadap tubuhnya
dan reaksi erotisnya atas belaian Law.
Kau cantik sekali, bisik Law. Aku tidak tahu
mana dulu yang harus kucium.
Law memutuskan untuk mencium bibirnya dulu
sementara ibu jarinya mengusap-usap puncak payuda
ranya. Dengan bibir yang masih basah oleh gairah dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ciuman mereka yang membara, Law mengecup payu-
daranya. Marnie membenamkan jari-jarinya di ram-
but Law dan mendesahkan nama pria itu.
Apakah itu berarti ya?
Ya, erang Marnie, ya.
Lagi?
Ya.
Belaian lidahnya membangkitkan ledakan erotis
dalam diri Marnie. Baru saat itulah Marnie menyadari
betapa bercinta dapat merasuki seluruh jiwa dan raga
nya. Ia menjadi rakus dan ingin memiliki Law seutuh-
nya.
Tubuh mereka belum bersatu sepenuhnya na-
mun itu sudah lebih dari cukup. Seluruh cinta dan gai-
rah yang dirasakan Marnie pada pria itu menyatu di
sana dan muncul menjadi puncak yang menggetarkan.
Tubuh Marnie seperti dihantam gelombang ba-
dai topan. Marnie dapat merasakannya di perut dan
payudaranya. Seluruh tubuhnya bergetar hingga ke
ujung-ujung jarinya. Efeknya terus berpendar dan
mendesis bahkan jauh setelah semuanya berlalu.
Akhirnya Marnie membuka matanya dan mena-
tap Law, terpana oleh sensasi menggelora yang ditum-
buhkan dari tubuh yang tak pernah disangkanya seba-
gai tubuh yang begitu bergairah. Maafkan aku.
Law terenyak dan tertawa terbahak-bahak. Ke-
napa? Karena menjadi salah satu wanita terseksi yang
pernah diciptakan? Kau begitu mengagumkan, bisik-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nya ketika ia menyapu bibir Marnie dengan bibirnya.
Hebat dan sangat mengagumkan.
Puncak payudaramu sensitif sekali. Law berbi-
sik dengan heran dan kagum.
Kau membuatku malu. Seluruh tubuh Marnie
terasa panas dan bersemu merah oleh gelombang
panas yang dialirkan oleh cara mata, tangan, dan bibir
pria itu bergerak di atas tubuhnya, mengecap tubuh-
nya.
Tadi kau memanggilku kuper. Kupikir kau su-
dah lupa.
Memang, sampai aku mulai bercinta dengan-
mu.
Mengapa begitu?
Kurasa aku ingat memperhatikanmu di pantai
suatu hari dan berpikir betapa kau akan menjadi gadis
yang hebat dalam beberapa tahun. Ujung jarinya kem
bali membelai ringan ujung payudara wanita itu. Aku
ingat merasa menyesal karena aku takkan bisa meli-
hatmu tumbuh menjadi seorang wanita. Terus terang
aku senang bajingan tolol itu membuatmu patah hati.
Bajingan tolol yang mana?
Yang kaucintai. Bajingan tolol yang membuat-
mu tergila-gila.
Oh, ucap Marnie pelan.
Kalau bukan karena dia, kau pasti sudah meni-
kah. Law menundukkan kepala dan mengecupnya.
Aku pasti menjalani hidup dengan baik.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Ia terus menciumi tubuh Marnie, tanpa mengin-
dahkan protes wanita itu yang nyaris tak bisa berna-
pas ketika mulut Law terus bergerak turun.
Law, erang Marnie ketika pria itu mulai mem-
buka pahanya.
Law mencumbunya dengan penuh kasih, terus
menciuminya, dan menikmati tubuh Marnie. Lidahnya
terus berputar dan membelai dan menggoda hingga
sekali lagi Marnie serasa melayang-layang.
Saat tubuh mereka hampir bersatu, Law berka-
ta, Marnie, ini adalah penantian yang panjang. Buka
matamu dan tataplah aku.
Marnie tidak hanya membuka matanya melain-
kan juga mengalungkan lengannya ke leher pria itu.
Dengan erangan panjang dan dalam, Law mulai me-
nyatukan tubuh mereka. Untuk sesaat Law terdiam,
napasnya tidak teratur saat ia menatap wajah Marnie.
Apakah kau tidak. . .?
Belum, jawabnya pelan di atas sudut bibir wa-
nita itu. Bibirmu begitu menggoda.
Benarkah?
Hmm. Kapan-kapan aku akan menceritakan
khayalan-khayalanku tentang bibirmu itu.
Ceritakan sekarang.
Tidak.
Kenapa tidak.
Kau akan merasa malu dan aku tidak mau itu
terjadi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Law memiringkan kepala Marnie ke belakang
dan menciuminya. Lalu tangannya bergerak turun dan
merangkum pinggang Marnie dengan erat, kemudian
Law bergerak mengayun dan mulai menyatukan tu-
buh mereka lagi.
***
Garukan Venus di pintulah yang membangun-
kan Marnie untuk kedua kalinya. Energinya terkuras
habis, hingga ia dan Law jatuh tertidur. Tungkai kaki-
nya membelit kaki Law. Sebelah tangan Law menang-
kup payudaranya dengan posesif sementara tangan-
nya yang lain dikaitkan ke rambutnya. Ketika ia beru-
saha untuk melepaskan diri, Law menggerutu pelan,
Jangan bergerak.
Aku harus bangun. Lagi pula, Venus harus ke
luar.
Dasar anjing, umpat Law, menelentangkan tu-
buhnya dan menendang selimut. Aku akan membawa
nya keluar dan membuat kopi. Ia memeluk leher Mar
nie dan menciumnya dengan suara keras. Jangan ke
mana-mana. Law melepaskan Marnie, lalu mengayun
kan kakinya ke sisi tempat tidur dan berjalan ke pintu
kamar tidur, tanpa memedulikan ketelanjangannya.
Marnie sangat memedulikannya. Ia berbaring di
tengah-tengah selimut yang acak-acakan dan menga-
gumi pria itu hingga lenyap dari pandangan. Tubuh-
nya terasa berpendar-pendar oleh rasa bangga bahwa
ia memiliki kekasih yang paling tampan di seluruh ja-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
gat raya.
Marnie berjalan menuju kamar mandi, dan meli-
hat tubuhnya mengalami perubahan yang sangat dras
tis sejak malam sebelumnya. Ada lecet-lecet akibat
jenggot di payudara dan perutnya. Rasa nyeri yang
lebih dikarenakan rasa nikmat daripada sakit terasa
di antara kedua pahanya. Ia menikmati rasa nyeri itu.
Setelah mandi dengan cepat, ia berpakaian. Mar
nie menenteng sepatunya, dan berjalan menyusuri
rumah itu, menuju ke dapur. Tampak olehnya sebuah
pintu yang setengah terbuka. Ia mendorongnya pelan
dan membukanya.
Kamar David. Hal itulah yang langsung terlihat
olehnya. Pakaian-pakaiannya tergeletak di sana-sini,
sebuah kebiasaan buruk yang dulu membuatnya ma-
rah namun kini dengan pedih dirindukannya. Berba-
gai poster bintang rock, pahlawan-pahlawan olahraga,
dan sebuah poster Christie Brinkley berbaju bikini
yang ceria memenuhi dinding-dindingnya. Sebuah mi-
niatur pesawat Victory ada di meja bersama setumpuk
buku sekolah.
Meskipun baru menempati kamar itu sebentar,
David sudah mengisi kamar itu dengan ciri khasnya.
Selain barang-barang yang dari dulu sudah dimiliki-
nya, Marnie juga melihat sebuah pesawat televisi baru
lengkap dengan perlengkapan video, sesuatu yang me
mang diidam-idamkan David sejak lama. Sebuah tele-
pon yang tampaknya baru saja dipasang diletakkan di
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
atas meja samping tempat tidurnya. Di samping tape-
nya terdapat setumpuk kaset baru.
Air mata menggenangi mata Marnie saat ia ber-
balik keluar dan menutup pintunya. Ia tidak menyada-
ri seberapa besar kemurahan hati Law. Rumah ini
pasti tampak bagai surga bagi David, yang diajarkan
bahwa barang-barang materi tidaklah penting.
Ia harus segera merebut David kembali. Kalau
tidak ia akan kehilangan David selamanya. Segera sete
lah ia bertemu dengan anak itu, ia akan menyuruhnya
untuk pindah kembali ke rumah, tempat David seha-
rusnya berada.
Law mengenakan celana olahraga. Ia sedang be-
rada di dapur, mengocok botol berisi jus jeruk ketika
Marnie masuk. Kopinya hampir siap.
Aku tidak mau minum kopi. Suara Marnie
yang santun membuat guncangan botol itu langsung
berhenti. Satu-satunya yang aku mau darimu adalah
penjelasan lengkap tentang mainan mewah yang kau
limpahkan untuk David. Kupikir kita sudah sepakat
tentang kemewahanmu yang berlebihan itu sema-
lam.
Dengan gerakan yang dikontrol hati-hati, Law
meletakkan botolnya. Apa aku harus mengambil kem
bali apa yang sudah kuberikan padanya? Pikirkan
dong, Marnie. Apa yang kita sepakati semalam adalah
bahwa aku orangtua yang berlebihan karena aku
tidak memiliki anakku selama enam belas tahun dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bahwa kau akan bersabar terhadapku.
Well, setelah melihat taman impian elektronik
yang disamarkan sebagai kamar tidur itu, kesabaran-
ku langsung habis.
Law bertolak pinggang. Ada apa sih, kok tiba-
tiba kau jadi begitu?
Kau melimpahi David dengan barang-barang
yang indah untuk mengambilnya dariku! tuduh
Marnie.
Itu tidak benar.
Kurasa itu benar.
Buat apa aku melakukan itu?
Karena kau harus menjadi yang pertama dalam
kamus setiap orang. Orang hebat. Sang pemenang. No-
mor satu. Di posisi puncak.
Kurang dari satu jam yang lalu, desis Law,
kau yang ada di posisi puncak. Dan menyukai setiap
menitnya. Atau harus kusebut setiap incinya?
Tubuh Marnie langsung terasa panas terbakar
oleh amarah dan rasa malu. Ia membanting sepatunya
ke lantai dan langsung memakainya. Ia berbalik dan
berjalan menuju pintu depan. Ia membukanya dan
langsung berhadapan dengan David dan Venus yang
baru masuk.
Mom! seru David. Aku tidak percaya waktu
melihat mobil Mom di depan. Ada apa?
Marnie terlalu kaget melihat David, hingga tidak
mampu berbicara. Ia juga merasa takut jika ada sesu-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
atu dari penampilannya yang dapat mengungkap apa
yang dilakukannya bersama Law beberapa jam yang
lalu.
Nenekmu, David, ujar Law dari belakang
Marnie.
Marnie akhirnya berhasil berbicara dan dengan
pelan memberitahu David, Nenek meninggal kemarin
siang.
Kemarin?
Marnie dan aku mendiskusikannya dan memu-
tuskan untuk tidak merusak pestamu. Aku akan me-
ninggalkan kalian berdua. Ayo Venus. Kita ke bela-
kang.
Anjing itu mengikuti Law lewat lorong mening-
galkan Marnie dan David berdua. David tampak
sangat menyesal. Mom, maaf aku tidak ada di sana
waktu Nenek meninggal.
Kau kan tidak tahu.
Iya sih, tapi Mom kan jadi sendirian semalam.
Akuaku tidak apa-apa kok. Aku memang per-
lu waktu untuk berpikir.
David melangkah maju dan memeluk ibunya.
Mom pasti sangat sedih. Aku tahu apa yang akan kura
sakan jika ada sesuatu terjadi pada Mom.
Marnie balas memeluk David erat-erat. Air mata
mengalir di pipinya. Terima kasih, Sayang.
Kapan pemakamannya? tanya David, melang-
kah mundur.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Siang ini. Kurasa tidak perlu ditunda lagi. Mom
sudah mengatur segalanya sebelumnya. Tentu saja ki-
ta sudah memiliki tempat untuk makamnya, tambah
Marnie, membayangkan makam Sharon dan ayahnya.
Dad dan aku akan datang. Jam berapa?
Marnie menyebutkan waktunya. Upacaranya
tidak akan lama. David mengangguk, membuat bebe-
rapa helai rambut pirangnya jatuh di keningnya. Seca-
ra refleks Marnie mengulurkan tangan untuk merapi-
kannya. Bagaimana pestanya?
Asyik sekali. Kami bergadang sampai jam em-
pat main poker.
Poker?
Ya. Dad memberiku beberapa trik sebelum aku
pergi dan akhirnya aku menang sepuluh dolar.
Aku bahkan tidak tahu kalau ada pesta.
Aku mencoba menelepon kemarin dan minta
izin. Sekarang aku tahu kenapa Mom tidak ada di ru-
mah. Tadinya aku sempat takut kalau Dad tidak meng-
izinkanku pergi.
Kenapa tidak?
Dad ingin tahu apakah orangtua Jack bakal ada
di rumah dan apakah bakal ada minuman keras atau
obat terlarang atau hal-hal semacam itu. Aku harus
meyakinkan Dad kalau Jack bukan pecandu narkoba
dan begitu pula teman-teman lain yang diundang.
Katanya Dad percaya padaku, tapi tetap saja Dad me-
nelepon Mrs. Moore. David menyeringai. Sekarang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
aku punya dua orangtua yang keras!
Apakah Law keras padamu?
Di sini ada hal-hal yang disebut Dad sebagai pe
raturan rumah. Tidak boleh nonton TV sampai semua
PR selesai dan Dad sudah memeriksanya. Hanya satu
kaleng soda per hari, tapi aku boleh minum jus buah
sebanyak yang aku mau. Telepon dibatasi tiga kali tiap
malamnya, masing-masing cuma lima belas menit. Ka-
lau suara tape-nya sampai bisa didengar Dad, berarti
itu sudah terlalu keras.
Dad sangat mirip dengan Mom. Dad bahkan me
ngatakan padaku bahwa aku tidak boleh bersantai-
santai sepanjang musim panas, tapi harus mencari pe-
kerjaan kalau aku memerlukan uang bensin. Tuh, kan?
Dad sepakat dengan Mom tentang hal itu. Aku bilang
aku memang sudah berencana untuk bekerja.
Kau suka tinggal bersamanya, David? Marnie
tahu ia bersikap tidak adil dengan menempatkan Da-
vid dalam posisi itu, tapi ekspresinya yang sungguh-
sungguh menuntut jawaban yang jujur.
Ya, tentu saja, jawab David, salah tingkah. Ru-
mahnya bagus. Aku akan merasa sangat kesepian tan-
pa Venus sekarang, setelah aku terbiasa ditemani oleh
nya. Setelah makan setiap malam, Dad dan aku akan
mengobrol tentang banyak hal, sama seperti yang kita
lakukan. Kadang kami bercanda dan tertawa-tawa,
tapi Dad akan menjadi serius tentang topik-topik ten-
tang Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan in-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tegritas, hal-hal yang penting, Mom tahu, kan?
David menguap lebar-lebar dan menutupnya.
Aduh, maaf, Mom. Sepertinya aku mengantuk berat
setelah bergadang semalaman.
Bagaimana kalau kau tidur dulu? Kita bertemu
nanti siang.
Mom yakin? Apa Mom tidak mau kutemani pu-
lang ke rumah?
Tidak, aku baik-baik saja kok. Kau istirahat
saja.
Marnie dapat melihat David merasa lega, Walau
pun anak itu sekali lagi memeluknya dengan tulus. Ia
sudah keluar dari pintu depan ketika ia mendengar
David berseru, Hei, Dad? Dad ada di mana? sama
seperti yang biasa diucapkan David padanya.
Bagaimana ia bisa bersaing dengan ayah kan-
dung David, seorang astronot yang mampu memberi-
nya sebuah mobil baru dan televisi baru, sementara ia
sendiri harus menabung lebih dari setahun baru bisa
membeli pelapis dinding kamar anak itu?
Ia tidak bisa. Ia tidak mau. Tidak lagi.

Anda mungkin juga menyukai