Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-1)
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Nopember 2013
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN
BPOPTN 2013
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
MODUL 1 : Pendahuluan dan Review Aljabar Vektor
MODUL 2 : Sistem Koordinat Vektor
MODUL 3 : Aplikasi Vektor dalam Geometri Analitik
MODUL 4 : Diferensial Vektor
MODUL 5 : Medan Skalar dan Medan Vektor
MODUL 6 : Geometri Diferensial
MODUL 7 : Geometri Diferensial
MODUL 8 : Tes Sumatif 1 (UTS)
MODUL 9 : Geometri Diferensial
MODUL 10 : Geometri Diferensial
MODUL 11 : Segitiga Bola
MODUL 12 : Geometri Segitiga Bola
MODUL 13 : Geometri Segitiga Bola
MODUL 14 : Aplikasi Segitiga Bola
MODUL 15 : Aplikasi Segitiga Bola
MODUL 16 : Tes Sumatif 2 (UAS)
3
PRAKATA
Ir Parseno, MT.
NIP 1956 10 08 1983 03 1 001
4
TINJAUAN MATAKULIAH
Matematika Geodesi
III/3 SKS/TKGD2302/Wajib
DESKRIPSI MATAKULIAH
Matakuliah ini menjelaskan dasar-dasar matematika yang digunakan dalam
ilmu Geodesi, meliputi aljabar vektor, diferensial vektor, geometri diferensial,
medan skalar dan medan vektor, serta ilmu ukur segitiga bola.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan hitungan dalam aljabar
vektor dan hitungan diferensial pada vektor, dapat menerapkan hitungan vektor
untuk menyelesaikan persoalan pada kurva dan luasan (geometri diferensial) serta
mampu menyelesaikan persoalan-persoalan hitungan dalam ilmu segitiga bola
untuk mendukung tercapainya kompetensi dalam pengolahan data geosapasial.
5
SUSUNAN URUTAN BAHAN AJAR
6
a. Pengertian Medan Skalar dan Medan Vektor
b. Gradien
c. Divergensi
7
BAB XIII : GEOMETRI SEGITIGA BOLA
a. Hitungan pada Segitiga Bola Kutub
b. Hitungan pada Segitiga Bola Kwadran
c. Hitungan pada Segitiga Bola Sembarang (Aturan Sinus dan
Cosinus)
8
1. Membaca/ mempelajari daftar pustaka yang diwajibkan dan dianjurkan.
2. Mengerjakan latihan/tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh, baik
berkelompok maupun mandiri.
3. Aktif bertanya, menjawab pertanyaan maupun menyampaikan
pendapatnya pada saat sesi diskusi di setiap pertemuan kuliah.
9
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-1 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
10
BAB I
PENDAHULUAN DAN REVIEW ALJABAR LINIER
I.1. Pendahuluan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa
tentang lingkup pembelajaran matakuliah Matematika Geodesi secara keseluruhan
serta keterkaitanya dengan bidang geodesi dan bidang lain khususnya kalkulus.
Pada bab I, akan dibahas materi tentang: penggunaan vektor dan segitiga bola
dalam bidang geodesi. Selanjutnya akan di-review mengenai pengertian vektor,
jenis vektor dan sifat-sifatnya, letak relatif 2 vektor (dependent dan indepent
linear), serta dalil-dalil dalam R2 (2-dimensi) dan R3 (3-dimensi).
I.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami arti pentingnya medan vektor dan segitiga
bola dalam kerangka konsep model bumi teoritik atau model bumi matematis.
Pengetahuan tentang azas kolinieritas dan koplanaritas, sangat
mendukung dalam mempelajari matakuliah Fotogrametri. Di dalam Fotogrametri
dipelajari pembentukan bayangan tiga dimensi dari sepasang foto udara/citra yang
bertampalan. Dengan rekonstruksi bayangan tiga dimensi secara analitik azas
kolinier dan koplanaritas diterapkan. Selanjutnya dapat diproses foto ortogonal
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai peta.
11
I.1.3. Relevansi
Bab I ini mempunyai maksud memperkenalkan mahasiswa tentang ruang
lingkup geodesi secara umum dalam kaitannya dengan disiplin ilmu lainnya,
sehingga mahasiswa mendapat gambaran disiplin ilmu yang menjadi dasar ilmu
geodesi dan disiplin ilmu penunjangnya. Dari uraian manfaat jelas bahwa
pengetahuan letak relatif dari dua atau lebih vektor memiliki hubungan yang kuat,
yaitu sebagai jembatan antara pengetahuan matematika dengan ilmu geodesi
khususnya bidang fotogrametri.
I.2. Penyajian
12
suatu besaran saja/tidak mempunyai arah misalnya masa, panjang, waktu, suhu,
tinggi dll. Untuk memperjelas perbedaan skalar dan vektor bisa diperhatikan
Tabel 1. berikut.
Lambang vektor:
Q Vektor PQ = PQ
P = pangkal
Q = ujung
Vektor terikat tetap: titik pangkal tetap, atau biasa disebut dengan vektor letak
13
Vektor nol = 0 : vektor yang besarnya nol (arah tak tentu)
Vektor satuan (unit vector): vektor yang panjangnya/besarnya/magnitudenya =
1 satuan
Vektor lawan : adalah vektor yang sama besarnya, arah berlawanan
|a| = |-a|
a
-a
Dua buah vektor a dan b dikatakan sama apabila:
- Sama panjang
- Sejajar
- Sama arahnya
a
a a
b b
b
a=b ab ab
a a b
a +b
a +b
b+a
b a
14
Sehingga pada penjumlahan vektor berlaku sifat komutatif : a + b = b + a
a
0 b
(a + b) + c
c
a + (b + c) f
b+c
a+b c
b
e
a
d
b
a
c a+b+c+d=0
b. Pengurangan
-a
c
b b c
a
a+b=c c-a=b
dapat ditafsirkan sebagai c + (- a) = b
c. Perkalian dengan skalar
Jika m adalah suatu skalar dan a adalah suatu vektor, maka:
15
untuk m > 0 , arah b sama arah dengan a
c b=a
a
b d c=a
d=-a
a p=ma
q=nb
b
----------------- +
r=p+q=ma+nb
r merupakan kombinasi linear a dan b
s=ma+nb+pc+td
16
1. Dependent linear
a a
b
b
a // b , dengan kata lain b dapat dinyatakan dengan a atau sebaliknya.
Misalkan: b = m a
2. Independent linear
a b
a tidak sejajar b, dengan kata lain a dan b saling independen linear (non
kolinear).
Jika a dan b dua vektor bukan nol yang tidak saling sejajar, vektor c dalam
bidang (R2) diperoleh dengan memilih m dan n yang tepat.
c=ma+nb
ma c
a
b nb
a
a
b
b c
c
17
Jika dua bidang dan sejajar, vektor a, b, c akan sejajar dengan suatu
p
p, q, dan r: tidak ada bidang
r
q sejajar ketiganya
(nonkoplanar)
Tiga buah vektor nonkoplanar a, b, c menjadi basis untuk R3, dan vektor d
dalam ruang dapat diperoleh dengan menentukann h, m, n yang tepat pada:
d=ha+mb+nc
nc
d
c
b mb
a
ha
18
Dalam bidang (R2) sembarang vektor c selalu dapat dituliskan sebagai
kombinasi linear dari dua vektor yang tidak saling sejajar (independent
linear).
Dalil 3 :
Dalam ruang (R3), sembarang vektor d selalu dapat ditulis sebagai
kombinasi linier 3 vektor yang nonkoplanar (independent linear).
Dalil 4 :
Dalam bidang, 3 vektor atau lebih selalu dependent linear.
Dalil 5 :
Dalam ruang, 4 vektor atau lebih selalu dependent linear.
I.3. Penutup
I.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
penggunaan vektor dan segitiga bola terutama terkait dengan disiplin geodesi.
Dasar dasar operasi vektor, sifat-sifat dalam operasi vektor dan azas kolinieritas
serta azas koplanaritas menjadi inti pembahasan. Sedangkan yang terkait dengan
segitiga bola akan dibahas lebih detil mulai pada pertemuan ke-12 sampai
pertemuan ke-15.
19
4. Buktikan bahwa pada perkalian vektor dengan skalar berlaku hukum
distributif.
5. Tanto bersepeda ke arah Utara sejauh 3 km, kemudian berbelok ke arah
Tenggara sejauh 5 km. Gambarkan arah pergerakan Tanto dan berapa
resultan pergerakannya?
6. Tunjukan vektor-vektor yang independent dan dependent linear pada
contoh bangun bidang dan ruang berikut ini:
a.
b. b
a b
e a c
d c g h
f d
c. D
C
A d.
B h
g
f
e
H a c
G d
E F b
Kriteria Skor
0 1 2
Lingkup matematika Tidak mampu Dapat Dapat
geodesi menjelaskan menjelaskan menjelaskan
sebagian secara runtut
Perkembangan Tidak mampu Dapat Dapat
penentuan dimensi menjelaskan menjelaskan menjelaskan
bumi sebagian secara runtut
Peran data gayaberat Tidak mampu Dapat Dapat
di bidang geodesi menjelaskan menjelaskan menjelaskan
sebagian secara runtut
20
I.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
21
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-2 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
22
BAB II
SISTEM KOORDINAT VEKTOR
II.1. Pendahuluan
II.1.2. Manfaat
Pengetahuan tentang sistem koordinat vektor sangat bermanfaat dalam
mempelajari penentuan posisi di permukaan bumi menggunakan space teknologi.
II.1.3. Relevansi
Di bidang geodesi teknologi penentuan posisi di permukaan bumi menjadi
bagian penting dalam mempelajari bentuk, ukuran serta dinamika bumi. Analisis
yang terkait dengan perubahan atau pergeseran posisi sering disajikan dalam
vektor posisi.
23
II.2. Penyajian
b. Sistem koordinat R2
Dalam bidang ditentukan titik
D
pangkal O dan sepasang vektor basis
B
yang independent linear: u1 dan u2.
C Titik B ditandai oleh vektor letak b =
u2
OB, maka menurut dalil 2, b akan
u1
o dapat ditulis sebagai kombinasi linier
u1 dan u2.
Contoh : b = 2 u1 + 3 u2
Dalam hal ini titik B lalu diberi koordinat B(2, 3), periksa koordinat C dan
D.
Sistem koordinat yang timbul disebut cartesius (yang umum).
Apabila u1 tegak lurus u2, maka didapat sistem koordinat cartesius
orthogonal.
Yang biasa digunakan di geodesi adalah sistem koordinat cartesius
ortonormal, yaitu u1 tegak lurus u2 dan magnitude u1 = magnitude u2.
24
Sistem ini juga disebut koordinat tegak dan vektor basisnya biasa diberi
nama: i (pada arah sumbu x) dan j (pada arah sumbu y).
Secara umum, vektor letak suatu titik P juga akan diberi koordinat, sama
dengan koordinat P.
Dalam gambar di atas, B ditandai oleh b = 2 u1 + 3 u2 lalu ditulis b = (2,3)
u1
Z
Dalam R2: Dalam R3:
Y
k
j
i j Y
i X
25
i, j, k = vektor basis/satuan
| i | = | j | = | k | = 1, saling tegak lurus, orientasi tangan kanan
Dalam R2: vektor posisi suatu titik P (p1, p2)
ditulis p = p1 i + p2 j
2 2
|p|= p1 p 2
Dalam R3: vektor posisi suatu titik A (a1, a2, a3)
ditulis a = a1 i + a2 j + a3 k
| a | = a1 2 a 2 2 a3 2
Vektor satuan a = a= a / | a |
26
Pada materi sebelumnya telah dibahas perkalian vektor dengan suatu
skalar. Pada pokok bahasan ini akan dibahas perkalian vektor dengan vektor.
Hasil kali dua buah vektor dibedakan menjadi hasil kali titik (dot product) dan
hasil kali silang (cross product).
b B
O
Bo A
a
Ao
B
b
O
A
a
a . b = |OB| |OA| cos
= |OB| |OAo|
= |b| |a| cos
=b.a
27
Sifat sifat yang berlaku pada hasil kali titik:
1. a . b = b . a , sifat komutatif
2. a . (b + c) = a . b + a . c , sifat distributif
(a + b) . c = a . c + b . c
3. m (a . b) = (ma) . b = a . (mb)
4. jika a tegak lurus b maka a . b = 0
5. a . 0 = |a||0| cos = 0
6. a . a = |a||a| cos 0 = |a|2 sehingga |a| = (a . a)1/2
7. i . j = i . k = j . k = 0
8. i . i = j . j = k . k = 1
Misal a = a1i + a2j + a3k dan b = b1i + b2j + b3k
a . b = (a1i).(b1i) + (a1i).(b2j) + (a1i).(b3k) + (a2j).(b1i) +
Contoh 2:
Diketahui: a = 2i + j + 3k
b = i 4k
c = 3i j + 2k
Soal Latihan
Hitunglah:
a. a . b dan b . a
b. |a| , |b|, |c|
c. |a + b|, |a + c|
d. (a b) . c
e. 3a . 2c dan 6(a . c)
28
f. (a + b) . c
g. Sudut yang terbentuk oleh a dan b
h. Vektor satuan pada arah a
i. Komponen vektor b pada a
Latihan ini dikerjakan/didiskusikan di kelas.
c=axb
a
b
b
a
c=axb
Arti geometris:
29
Akibatnya luas OAB = |a x b| R
Luas segitiga yang tertentu oleh dua vektor
Secara umum dapat ditulis :
Luas PQR = |PQ x PR| P Q
= |PQ| |PR| sin
30
Hasil kali triple skalar
axb.c
OCo = proyeksi c ke L
= tinggi c di atas bidang OADB
a x b . c = luas OADB x tinggi C
adalah volume parallel epipedum yang tertentu oleh a, b, c
Jika a = a1 i + a2 j + a3 k
b = b1 i + b2 j + b3 k
c = c1 i + c2 j + c3 k
a2 a3 a3 a1 a1 a2
ab i j k
b2 b3 b3 b1 b1 b2
c = c1i + c2j + c3k
----------------------------------------------------- . (perkalian dot)
a 2 a3 a a1 a a2
= c1 3 c2 1 c3
b2 b3 b3 b1 b1 b2
c1 c2 c3 a1 a2 a3 a1 a2 a3
a b c a1 a2 a3 c1 c2 c3 b1 b2 b3
b1 b2 b3 b1 b2 b3 c1 c2 c3
31
II.3. Penutup
II.3.1. Rangkuman
Vektor satuan digunakan sebagai skala dalam menentukan posisi dalam
sistem koordinat vektor. Apabila suatu vektor akan dinyatakan terhadap vektor
lainya, maka diperlukan vektor satuan untuk menyatakannya. Terkait dengan
sifat-sifat orthogonalism pada sumbu-sumbu kordinat maka diperlukan
pengetahuan tentang hasil perkalian operasi vektor. Di dalam operasi vektor
diagonal ada dua perkalian yang berbeda yaitu operasi perkalian titik (dot) dan
operasi perkalian silang (cross). Beberapa karakteristik khusus operasi perkalian
vektor terkait pada sistem koordinat perlu dipahami.
2. Diketahui p = 3i 2j + k ; q = 2i 4j 3k ; r = -i + 2j + 2k
a. Tentukan magnitude dari p ; p + q - r ; 2p 3q + r
b. Tentukan vektor satuan p, q dan r
32
a. a x b; b x c; (a x b) x c
b. Luas segitiga tertentu oleh a, b, dan c
9. Tentukan vektor satuan yang tegak lurus bidang yang tertentu oleh:
a = 2i 3 j + k dan b = i + 3j + 2k
Tunjukan bahwa cross product dapat digunakan untuk merumuskan aturan
sinus pada segitiga.
Kriteria Skor
0 1 2
Menjelaskan Tidak mampu Dapat Dapat
komponen vektor menjelaskan menjelaskan menjelaskan
dalam ruang 2 dan 3 sebagian secara runtut
Menghitung vektor Tidak dapat Dapat Dapat
satuan melakukan melakukan melakukan
hitungan hitingan tetapi hitingan dan
hasilnya salah hasilnya benar
Penerapan operasi Tidak dapat Dapat Dapat
vektor menerapkan menerapkan menerapkan
sebagian seluruh operasi
vektor
33
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-3 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
34
BAB III
APLIKASI VEKTOR DALAM GEOMETRI ANALITIK
III.1. Pendahuluan
Di dalam geometri analitik antara lain dipelajari tentang
persamaan suatu garis atau bidang jika diketahui beberapa syarat. Aplikasi vektor
dalam geometri analitik dimaksudkan agar mahasiswa dapat menerapkan operasi
vektor untuk mencari atau menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan persamaan garis dan bidang.
III.1.2. Manfaat
Dengan mempelajari aplikasi vektor dalam geometri analitik mahasiswa
mendapat wawasan bahwa ada benang merah antara matakuliah matematika
dengan konsep-konsep penentuan posisi serta konsep geometri analitik yang
diterapkan pada peralatan survei dan pemetaan.
III.1.3. Relevansi
. Terkait bidang geodesi, persoalan membuat garis tegak lurus terhadap
bidang, garis tegak lurus garis dan garis sejajar garis adalah hal terpenting
terutama pada konsep peralatan alat-alat ukur survei pemetaan.
35
1. Menerapkan aplikasi hitungan vektor pada geometri analitik untuk
mencari persamaan garis.
2. Menerapkan aplikasi hitungan vektor pada geometri analitik untuk
mencari persamaan bidang.
III.2. Penyajian
III.2.1. Persamaan Garis AB
Bila diketahui:
OR = r = (x, y, z) = xi + yj + zk = vektor letak titik R, bergerak (R3)
= (x,y) = xi + yj = vektor letak titik R, bergerak (R2)
OA = a = (a1, a2, a3) = a1i + a2j + a3k = vektor letak titik A, tetap (R3)
= (a1, a2) = a1i + a2j k = vektor letak titik A, tetap (R2)
1
B
R Misalkan AR = AB
A
g r = OR = OA + AR
b = a + AB
a r
= a + (b a)
= (1 )a + b
36
x a1 = (b1 a1)
persamaan skalar dengan
y a2 = (b2 a2) parameter
z a3 = (b3 a3)
Eliminasi menghasilkan:
x a1 y a2 z a3
b1 a1 b2 a 2 b3 a3
x a1 y a2 x XA y YA
dalam R2 menjadi (biasanya ditulis )
b1 a1 b2 a2 X B X A YB YA
37
III.2.3. Persamaan Garis/Bidang melalui A Tegak Lurus Vektor b
b b
R
A A
R
a g a r
r b
O O
Pada gambar di atas, dalam R2 , garis g melalui A, tegak lurus vektor b dan
dalam R3 bidang melalui A tegak lurus vektor b
Bentuk persamaannya adalah:
(r a) . b = 0
Bentuk persamaan skalarnya adalah:
b1 (x a1) + b2 (y a2) + b3 (z a3) = 0
R Pada bidang : t = b + c
A
Titik R pada bidang , sehingga:
OR = OA + AR
c
t r=a+t
O b maka: r = a + b + c
38
r = b + c
yaitu persamaan bidang melalui O, // b dan c (ingat jika tiga buah vektor a,
b, c dependent linear, maka ada bidang yang sejajar ketiganya, atau
parallel epipedum collaps).
Jarak titik-garis
Titik A dengan vektor a, garis g dengan persamaan Hess r . = p atau
r.p=0 maka jarak (A, g) = |a . p|
Jarak titik-bidang
Titik A dengan vektor a, bidang dengan persamaan Hess r . p = 0
maka jarak (A, ) = |a . p|
39
Jika diambil sembarang titik pada garis g, misalnya titik A dan titik C sembarang
titik pada garis h maka jarak garis g ke garis h dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
Jarak (g, h) = lGHl = lAC . l h
g
H
D
G
A C
B
III.2.7. Sudut antara Dua Garis dan Sudut antara Dua Bidang
a. Sudut antara dua garis g dan h
g h
A
D
B
C
40
Sudut antara bidang dan bidang = sudut (n, m) = , dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Cos = n.m /l n ll m l
B
b
A
Z
P2
P1
P3
Jika:
Y
r1 = x1 i + y1 j + z1 k
r2 = x2 i + y2 j + z2 k
X
P1 , P2 , P3 , tidak terletak
r3 = x3 i + y3 j + z3 k
pada satu garis lurus.
Merupakan vektor posisi titik P1(x1, y1, z1), P2(x2, y2, z2), dan P3(x3,
y3, z3), serta P1,P2,P3 tidak terletak satu garis lurus.
41
Jika: r = x i + y j + z k merupakan vektor posisi sembarang titik di P (x, y, z)
pada bidang maka:
P1P2 = r2 r1 ,
P1P3 = r3 r1 , berada dalam satu bidang.
P1P = r r1
Sehinga:
P1P . P1P2 x P1P3 = 0
atau
(r r1 ) . (r2 r1 ) x (r3 r1 )
atau
[(x x1) i + (y y1) j + (z z1) k] . [(x2 x1) i + (y2 y1) j + (z2 z1) k] x [(x3
x1) i + (y3 y1) j + (z3 z1) k]
III.3. Penutup
III.3.1. Rangkuman
Vektor dapat diterapkan untuk menentukan persamaan garis, bidang, jarak
antara dua garis, jarak titik ke garis dan sudut antara dua garis pada geometri
analitik.
6. Diketahui p = 3i 2j + k ; q = 2i 4j 3k ; r = -i + 2j + 2k
c. Tentukan magnitude dari p ; p + q - r ; 2p 3q + r
d. Tentukan vektor satuan p, q dan r
42
a. Persamaan garis yang melalui A dan sejajar vektor B
b. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB
c. Apabila w = 2i + j + k adalah vektor letak C, tentukan persamaan
bidang yang melalui C sejajar B dan sejajar A
d. Jarak titik X(1,-2,1) terhadap bidang yang melalui B dan tegak
lurus vektor AB
Kriteria Skor
0 1 2
Menerapkan hitungan Tidak mampu Dapat Dapat
vektor untuk mencari menerapkan menerapkan menerapkan
persamaan garis sebagian dengan benar
Menerapkan hitungan Tidak mampu Dapat Dapat
vektor untuk mencari menerapkan menerapkan menerapkan
persamaan bidang sebagian dengan benar
43
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-4 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
44
BAB IV
DIFERENSIAL VEKTOR
IV.1. Pendahuluan
Pada bab IV akan didiskusikan mengenai penerapan kaidah-kaidah
diferensial pada vektor. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan
kecakapan dalam mengurai persoalan vektor dengan diferensial.
IV.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan dapat menjelaskan dan menerapkan kaidah-kaidah
diferensial dalam menyelesaikan persoalan-persoalan vektor fungsi dengan
beberapa perubah bebas.
IV.1.3. Relevansi
Dalam mengurai persoalan-persoalan geodesi sering dijumpai persoalan-
persoalan yang harus diselesaikan dengan menggunakan vektor fungsi. Oleh
karena itu, materi ini memberi wawasan tentang penerapan kaidah diferensial
dalam vektor fungsi menjadi sangat bermanfaat.
45
IV.2. Penyajian
v(t ) v(v1 (t ), v2 (t ), v3 (t ))
v(t)
v
46
R2 : r = (x, y) dan r = r(u), maka:
R3 : r = (x(u), y(u), z(u))
R2 : r = (x(u), y(u))
P r(u) = OP
dr/du
r r(u + u) = OQ
r(u) Q r = PQ
jika u 0 maka Q P,
r(u+u)
r/u dr
47
d d u d
5. ( u ) u
dt dt dt
d dw dv du
6. (u v w) u v u w v w
dt dt dt dt
7.
d
u (v w) u (v d w ) u ( d v w) d u (v w)
dt dt dt dt
Hati-hati dengan urutan operasinya!
Jika v = (v1, v2, v3), sedang v1, v2, v3 merupakan fungsi dua perubah s, t, maka v
adalah fungsi s,t.
v v1 v 2 v3
, ,
s s s ds
48
v v1 v 2 v3
, , dst untuk derivatif orde yang lebih tinggi disusun dengan
t t t dt
cara sama.
Jika vektor letak r merupakan fungsi 2 perubah r = r (s, t), maka tempat
kedudukan titiknya berupa luasan dalam ruang.
a a a
Jika a = a (x, y, z) d a dx dy dz
x y z
2 a a 2 a a 2 a a
, ,
x 2 x x y 2 y y z 2 z z
2 a a 2 a a 3 a 2 a
, ,
xy x y yx y x xz 2 x z 2
2 a 2 a
Jika a memiliki derivatif parsial orde dua atau lebih,
xy yx
Contoh latihan:
1. a = (2x2y x4) i + (exy ysinx) j + (x2 cosy) k
a a 2 a 2 a 2 a 2 a 3 a 3 a
Carilah , , , , , , ,
x y x 2 y 2 xy yx xy 2 x 2 y
IV.3. Penutup
IV.3.1. Rangkuman
Kaidah-kaidah diferensial yang dipelajari dalam matakuliah kalkulus
berlaku juga dalam menyelesaikan problem diferensiasi dalam vektor fungsi.
49
4. Sebuah titik bergerak sepanjang kurva x = 2t2 , y = t2 4t , z = 3t
5
Carilah komponen kecepatan dan percepatannya pada saat t = 1
dalam arah i 3j + 2k
5. Persamaan gerak titik diberikan dengan r = (x, y, z) = (2 cos t, sin
t, 4)
Carilah vektor normal pada kurva pada saat t = /4
6. Jika a = 5t2 i + t j t3 k dan b = sin t i cos t j, carilah:
a. d/dt(a . b)
b. d/dt (a x b)
c. d/dt (a . a)
7. Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal di titik =
/3 pada kurva r = (x, y) = ( cos, sin2).
Kriteria Skor
0 1 2
Diferensial vektor Tidak dapat Dapat Dapat
fungsi satu perubah melakukan melakukan melakukan
hitungan hitungan hitungan
sebagian keseluruhan
Diferensial vektor Tidak dapat Dapat Dapat
fungsi dua perubah melakukan melakukan melakukan
hitungan hitungan hitungan
sebagian keseluruhan
Diferensial vektor Tidak dapat Dapat Dapat
fungsi beberapa melakukan melakukan melakukan
perubah hitungan hitungan hitungan
sebagian keseluruhan
50
IV.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
51
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-5 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
52
MODUL V
MEDAN VEKTOR DAN MEDAN SKALAR
V.1. Pendahuluan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa
tentang salah satu aplikasi diferensial vektor untuk menentukan medan vektor dan
medan skalar.
V.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami aplikasi diferensial vektor pada medan
vektor dan medan skalar, dapat menjelaskan rumus-rumus yang digunakan dan
sifat-sifat dari beberapa operator yang dijelaskan. Selanjutnya dapat melakukan
hitungan vektor normal suatu luasan, sudut yang terbentuk antara dua luasan,
derivatif berarah suatu luasan, menentukan persamaan garis singgung luasan,
persamaan bidang normal dan hitungan menggunakan operator gabungan.
V.1.3. Relevansi
Bab V ini mempunyai maksud menjelaskan kepada mahasiswa tentang
aplikasi diferensial vektor pada medan vektor dan medan skalar dan dapat
menerapkannya pada matakuliah-matakuliah selanjutnya yang relevan, yaitu
Proyeksi Peta, Geodesi Fisis dan Analisis Deformasi.
53
3. Menggunakan rumus gradien untuk hitungan vektor normal dan derivatif
berarah suatu luasan.
4. Melakukan hitungan dengan divergensi dan curl.
5. Menjelaskan penggunaan operator gabungan dan sifat-sifatnya.
6. Menyelesaikan hitungan menggunakan operator gabungan.
V.2. Penyajian
V.2.2. Gradien
Diketahui suatu medan skalar = (x,y,z).
Diferensial total adalah:
54
d , , dx, dy, dz
x y z
Jika r = (x,y,z) maka (dx, dy, dz) = dr, sedangkan , , = = gradien
x y z
= grad .
Notasi dibaca nabla phi, sehingga dapat ditulis: d = .dr
dianggap sebagai hasil operasi terhadap , maka: , ,
x y z
dianggap sebagai vektor pendiferensial, sebelum ada yang dikenai maka belum
bernilai.
berarti dikalikan dengan (perkalian vektor dengan skalar) dan
dikenakan terhadap .
Sebaliknya, , , masih merupakan operator, sebab
x y z
dikalikan tetapi tidak dikenakan terhadap .
Diambil suatu bidang/luasan dengan = konstan.
Secara umum bidang ini dinamakan bidang ekuipotensial.
Untuk = k maka d = 0, .dr = 0
dr
n
T
=k
55
n
Contoh soal:
a. Tentukan persamaan garis normal dan bidang singgung di titik T(2,1,-1)
pada luasan 2x2y +3y3z xz2 = 3.
Jawab:
Anggap (x,y,z) = 2x2y +3y3z xz2 3
4 xy z 2 ; 2x 2 9 y 2 z ; 3 y 3 2 xz
x y z
sehingga untuk T(2,1,-1), maka 7, 1 , dan 7
x y z
atau T = (7,-1,7).
Persamaan garis normal luasan:
(x,y,z) = (2,1,-1) + (7,-1,7)
(x,y,z) (2,1,-1) = (7,-1,7)
x 2 y 1 z 1
Bentuk skalarnya menjadi:
7 1 7
Adapun persamaan bidang singgung di T:
{(x,y,z) (2,1,-1)} . (7,-1,7) = 0
Atau 7(x-2) (y-1) + 7(z+1) = 0
7x 14 y + 1 + 7z + 7 = 0
7x y + 7z = 6
(7,1,7)
Vektor normal satuan di T = n
3 11
b. Tentukan sudut potong antara dua luasan x2z3 + 4x2 y + 5 = 0 dan xyz2 =
4 di titik (1,1,-2).
Jawab:
Misalkan 1 = x2z3 + 4x2 y + 5
2 = xyz2 4
maka 1 = (2xz3 + 8x, -1, 3x2z2)
2 = (yz2, xz2, 2xyz)
untuk A(1,1,-2) maka 1 = (-8,-1,12) dan 2 = (4,4,-4)
56
Sudut antara dua luasan = ,
1 2 (8,1,12) (4,4,4) 21
cos
1 2 209 4 3 627
21
= arcos
627
=k
Contoh soal:
Dalam medan = xeyz , suatu titik digerakkan dari A(3,0,2) ke B(4,4,1). berapa
derivatif berarah medan di A pada arah AB?
57
(1,4,1) 25
= (1,6,0) . =
3 2 3 2
V.2.4. Divergensi
Jika v suatu medan vektor dan dikenakan pada v secara dot product, maka
hasilnya adalah skalar.
. v = divergensi v = div v
v1 v 2 v3
.v=
x y z
Perhatikan bahwa v . . v , sebab:
v . = v1 v2 v3 masih berupa operator
x y z
2 2 2 2
= disebut Operator Laplace
x 2 y 2 z 2
2. = curl grad = 0 (vektor), disebut medan grad :
irrotational
3. . ( v) = div curl v = 0 (skalar), disebut medan curl :
solenoida
58
Catatan: bersifat sebagai operator dan sebagai vektor, meskipun sebagai
vektor tidak perlu dicoret bawahnya.
Sifat-sifat operator:
1. ( + ) = +
2. .(v + w) = .v + .w
3. (v + w) = v + w
4. .( v) = ( ).v + ( .v)
5. ( v) = ( )v + ( v)
i j k
r = 0
x y z
x y z
59
2. Buktikan ( + ) = +
( + ) = i ( ) + j ( ) + k ( )
x y z
=i +i +j +j +k +k
x x y y z z
= (i +j +k ) + (i +j +k )
x y z x y z
= +
V.3. Penutup
V.3.1. Rangkuman
Operasi-operasi pada medan skalar maupun medan vektor merupakan
aplikasi dari diferensial vektor.
60
V.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor
0 1 2
Pengertian medan Tidak mampu Dapat Dapat
skalar dan medan menjelaskan menjelaskan menjelaskan
vektor sebagian secara runtut
dengan contoh
Gradien dan derivatif Tidak mampu Dapat Dapat
berarah menjelaskan menjelaskan menjelaskan
sebagian secara runtut
Divergensi dan curl Tidak mampu Dapat Dapat
menjelaskan menjelaskan menjelaskan
sebagian secara runtut
Operator gabungan Tidak mampu Dapat Dapat
mengerjakan mengerjakan ada mengerjakan
sebagian yang dengan benar
tidak benar
61
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-6 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
62
BAB VI
GEOMETRI DIFERENSIAL
VI.1. Pendahuluan
VI.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan tentang kurva dalam ruang,
vektor singgung pada suatu bidang dan dasar-dasar dalam menyusun sistem
koordinat ortogonal. Materi ini merupakan pengetahuan dasar dalam mempelajari
matakuliah selanjutnya yang terkait dengan garis normal dan sistem koordinat.
VI.1.3. Relevansi
Mahasiswa dapat memahami arti pentingnya kurva dalam ruang, vektor
singgung pada suatu bidang dan dasar-dasar dalam menyusun sistem koordinat
ortogonal. Pengetahuan tentang kurva dalam ruang sangat mendukung dalam
mempelajari matakuliah Proyeksi Peta dan Sistem Transformasi Koordinat.
63
I.2. Penyajian
Suatu kurva dalam ruang (R3) adalah tempat kedudukan suatu titik r(x, y, z) yang
dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari suatu parameter tunggal u.
Suatu kurva dalam ruang dapat pula merupakan kurva hasil perpotongan dari 2
luasan misalnya perpotongan antara luasan F(x,y,z) = 0 dengan luasan G(x,y,z) =
0.
dr
Jika diketahui suatu kurva: r = r(u), maka derivatif pertama: r(u ) adalah
du
vektor singgung pada kurva.
To
r(u ) Untuk suatu nilai u = uo tertentu oleh titik r(uo) = ro
pada kurva yaitu To dan r(uo ) ro = vektor
r = r (u)
singgung di To.
0
Khusus: jika sebagai parameter adalah s sama dengan panjang busur kurva,
sehingga:
r = r(s), maka dr/ds = r(s) = t merupakan vektor singgung satuan (|t| = 1).
64
Di antara keduanya terdapat hubungan:
d r d r ds ds
r t ts
du ds du du
d r d r du
t r ru
ds du ds
65
Garis melalui T, sejajar b disebut garis binormal.
Jadi misalnya:
Persamaan bidang oskulasi di To:
(r ro) . bo = 0 atau r = ro + to + no atau bisa ditulis [r ro, to, no] = 0
Bidang oskulasi
n (r ro). bo = 0
t Bidang
rektifikasi/pelurus
b (r ro). no = 0
Bidang normal
(r ro). to = 0
Catatan:
Bidang N adalah bidang tegak lurus kurva, dan bidang Os adalah bidang yang
di sekitar titiknya seolah-olah memuat kurvanya.
Contoh:
Diketahui kurva r(t) = x i + y j + z k dengan x = 3t t3, y = 3t2, z = 3t + t3.
Tentukan vektor singgung satuan (t).
Jawab:
r(t) = (3t t3, 3t2, 3t + t3)
d r d r dt dt
t = (3 3t2, 6t, 3 + 3t2)
ds dt ds ds
|t| = 1
66
dt
t (3 3t 2 ) 2 (6t ) 2 (3 3t 2 ) 2 .
ds
dt
1 9 18t 2 9t 4 36t 2 9 18t 2 9t 4 .
ds
dt
1 18 18t 4 36t 2 .
ds
dt
1 18(t 4 2t 2 1) .
ds
dt
1 18. (t 2 1) 2
ds
dt
1 3 2 .(t 2 1)
ds
dt 1
ds 3 2 .(t 2 1)
1
t (3 3t 2 ,6t ,3 3t 2 ).
3 2 (t 2 1)
(1 t 2 ,2t ,1 t 2 )
t
2 (t 2 1)
VI.3. Penutup
VI.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
penggunaan vektor terkait dengan kurva dalam ruang dan luasan dalam konsep
geometri diferensial. Selain itu, mahasiswa diberi pengertian tentang perbedaan
antara vektor singgung, vektor normal dan vektor binormal.
67
2. Jika r = (av, bv2, v3), v parameter dan memenuhi 2b2 = 3a, maka kurva
berupa helix yang tabungnya sejajar vektor (1, 0, 1). Periksa r = (6v, 3v2,
v3)
3. Tentukan vektor singgung satuan pada kurva r = (x,y,z) dimana:
x = t2 + 1 ; y = 4t 3 ; z = 2t2 6t, tentukan t di titik t = 2.
4. Tentukan vektor singgung satuan dan vektor normal utama satuan pada
kurva: r = r() = (-sin, 1-cos, 4sin(/2)) untuk = /3.
Tentukan pula dan , persamaan garis singgung dan bidang normalnya.
Kriteria Skor
0 1 2
Menguraikan Tidak mampu Dapat Dapat
terbentuknya kurva menguraikan menguraikan menguraikan
dan luasan dalam sebagian secara
konsep geometri keseluruhan
diferensial
Menjelaskan Tidak mampu Dapat Dapat
perbedaan antara membedakan membedakan membedakan
vektor singgung, sebagian keseluruhan
vektor normal dan
vektor binormal
Menerapkan dalam Tidak mampu Dapat Dapat
hitungan menerapkan menerapkan menerapkan
hitungan sebagian keseluruhan
68
Stein, F.M., Ph.D, 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
69
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-7 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
70
BAB VII
GEOMETRI DIFERENSIAL
(Kurva dalam Ruang)
VII.1. Pendahuluan
VII.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan tentang konsep kelengkungan,
puntiran dalam kurva serta jenis-jenis kurva berdasarkan nilai torsi dan jari-jari
kelengkungannya. Materi ini merupakan pengetahuan dasar dalam mempelajari
matakuliah selanjutnya yang terkait dengan kengkungan dan puntiran dalam
kurva.
VII.1.3. Relevansi
Mahasiswa dapat memahami arti pentingnya konsep kelengkungan,
puntiran dalam kurva serta jenis-jenis kurva berdasarkan nilai torsi dan jari-jari
kelengkungannya. Pengetahuan tentang kelengkungan dan jenis-jenis kurva ini
sangat mendukung dalam mempelajari matakuliah Proyeksi Peta dan Sistem
Transformasi Koordinat.
71
VII.2. Penyajian
VII.2.1. Kelengkungan dan Puntiran pada Kurva (Rumus Serret-Fernet)
Rumus ini menyatakan derivatif t, n, b, ke s (panjang busur kurva).
dt dn db
t n n b t b n
ds ds ds
: suatu skalar dinamakan torsi = puntiran yang mungkin positif, nol atau
negatif
= 1/ : jari-jari torsi
Periksa : = |t| = kecepatan sudut t
|| = |b| = kecepatan sudut b
Untuk parameter bukan s (umum):
Ingat kembali: untuk r = r(u) di titik u = uo, maka garis singgung dapat ditulis:
r ro ro
ds
Sudah ditulis pula bahwa r t sehingga:
du
d r d 2 r d t ds ds d 2s
r 2 t 2
du du ds du du du
2
ds d 2s
= n t 2
du du
Jadi r dan r dua-duanya sejajar dengan bidang Os, maka persamaan bidang Os
di To dapat ditulis:
r ro l ro mro atau r r , r , r 0
o o o
x xo y yo z zo
dx dy dz
0
du o du o du o
d 2x d2y d 2z
2 2 2
du o du o du o
72
Contoh:
Diketahui kurva r = (x,y,z) = (a cos, a sin, c ), dengan adalah parameter.
r = (x,y,z) atau
r = r( ) sehingga:
x = a cos
y = a sin
z = c , atau = z/c sehingga:
x dan y dapat ditulis sebagai:
x = a cos (z/c) dan y = a sin (z/c).
Eliminasi sinus dan cosinus yaitu dengan
cara mengkuadratkan dan menjumlahkan x
dan y diperoleh:
x2 + y2 = a2 cos2 + a2 sin2 atau x2 + y2 = a2 (cos2 + sin2 ) sehingga:
x2 + y2 = a2 ini adalah suatu kurva berupa sirkular helik (garis sekrup) pada
bidang tabung x2 + y2 = a2.
Dari kurva r akan dicari torsi atau puntiran (t):
t = dr/ds = dr/d d/ds = (-a sin , a cos , c) d/ds
d
Padahal ltl = 1 sedangkan ltl = ( a 2 sin 2 a 2 cos 2 c 2 1
ds
d
ltl = a 2 (sin 2 cos 2 ) c 2 . 1 sehingga:
ds
d d 1
a 2 c2 1 dan konstan
ds ds a c2
2
( - a sin , a cos , c )
Jadi t = adalah vektor singgung satuan.
a 2 c2
Berapa derivatif pertama dari t (t) ?
dt d d -a -a 1
t = cos , sin , 0
ds d ds a 2 c 2 a 2 c2 a 2 c2
a ( - cos , - sin , 0 )
= n
a 2 c2
a 1 a 2 c2
n = (-cos , -sin , 0) dan = , =
a 2 c2 a
73
Nilai dapat juga dicari dengan menghitung nilai magnitude dari dengan cara:
= |t| = (a2 cos2 + a2 sin2 + 0)1/2/(a2 + c2)
= 1/(a2 + c2) [a2(cos2 + sin2)]1/2
= a/(a2 + c2)
Vektor b = t x n
= i j k
a 2 sin a 2 cos c
a2 c2 a2 c2 a c2
2
- cos - sin 0
(c sin ,c cos , a )
=
a2 c2
Kurva r = (a cos, a sin, c) dapat disusun persamaan garis singgung di = 0 (r
= r0).
r r0 r0
(x,y,z) = (a cos0, a sin0, c0 ) + (-a sin0, a cos0, c)
Persamaan bidang Os di = 0 adalah:
x a cos 0 y a sin 0 z c0
- a sin 0 a cos 0 c
- a cos 0 - a sin 0 0
74
r, r,r
2
r r
dan adalah ukuran penting bagi kurva, sebab jika dan tiap titik tertentu
maka bentuk kurva tertentu, kecuali letaknya belum.
Sifat- sifat yang didasarkan atas dan adalah:
Jika kurvanya datar, maka = 0 dan sebaliknya (kecuali garis lurus
yang nya tidak tentu).
= 0, maka kurvanya garis lurus.
/ = konstan, maka kurvanya berupa helix (kurva bersudut tetap
dengan suatu arah).
= konstan dan = konstan, maka kurvanya adalah helix lingkaran
(garis sekrup).
= 0, dan = konstan, kurva berupa lingkaran.
Contoh 1:
Sebagai contoh adalah kurva garis sekrup di atas yaitu r = (a cos, a sin, c).
Jawab:
dr
r (- a sin , a cos , c )
d
d2r
r ( - cos , - a sin , )
d 2
d3r
r ( a sin , - a cos , )
d 3
i j k
r x r - a sin a cos c ( a c sin , - a c cos , a 2 )
- a cos - a sin 0
r a 2 c 2
r x r a 2 c 2 a 4 a a 2 c 2
75
r x r a a 2 c2 a
2 konstan
r
3
(a c )
2 2 3/ 2
a c2
r . r .r a 2c
2
c
konstan
r x r a (a c ) a c 2
2 2 2
Contoh 2:
l t l - t2
Diketahui kurva r t, , , tentukan dan dari kurva tersebut, jika t
t t
adalah parameter.
Jawab:
dr 1 1 t 2 2
r 1, , 2 ; r x r ( 1, - 1, 1 )
dt t 2 t t3
d2 r 2 2
r 2
0, 3 , 3 ; r , r , r 0
dt t t
d3 r - 6 - 6 2 2 (t 4 t 2 1)
r 0, , ; r . r r
dt 3 t 4 t 4 t4
3 t6
Maka dan =0
2 ( t 4 t 2 1 )3
Contoh 3:
Jika diketahui r = (av, bv2, v3), dengan v adalah parmeter dan memenuhi 2b2 = 3a,
maka kurva berupa helik yang tabungnya sejajar vektor (1, 0, 1). Selidiki r = (6v,
3v, v3).
Jawab:
r (6, 6v, 3v 2 ) r x r 18 ( v 2 , - 2v , 2)
d2 r
r 0, 6 , 6v r , r , r 216
dt 2
d3 r
0, 0 , 6
2
r r . r r 3 ( v2 2 )
dt 3
2 2
3 ( v 2 )2
2
3 ( v 2 )2
2
76
/ = 1 = konstan, maka kurva berupa helik.
VII.3. Penutup
VII.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang kelengkungan, puntiran dalam kurva serta jenis-jenis kurva
dalam konsep geometri diferensial.
Kriteria Skor
0 1 2
Hitungan rumus Tidak mampu Dapat Dapat
Serret-Frenet melakukan melakukan melakukan
hitungan hitungan hitungan
sebagian seluruhnya
Hitungan vektor garis Tidak mampu Dapat Dapat
singgung dan vektor melakukan melakukan melakukan
normal hitungan hitungan hitungan
sebagian seluruhnya
Klasifikasi jenis-jenis Tidak mampu Dapat Dapat
kurva berdasarkan melakukan melakukan melakukan
nilai torsi dan jari-jari hitungan hitungan hitungan
kelengkungan. sebagian seluruhnya
77
VII.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
78
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-8 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
79
BAB VIII
TES SUMATIF I
(Ujian Tengah Semester)
I.1. Pendahuluan
VIII.1.2. Manfaat
Dengan kegiatan ini dapat menilai pemahaman mahasiswa tentang materi
kuliah minggu ke-1 s.d. minggu ke-7.
VIII.1.3. Relevansi
Penilaian pemahaman mahasiswa ini harus dilakukan karena untuk
evaluasi pemberian materi kuliah berikutnya. Materi kuliah yang diujikan dalan
ujian tengah semester ini menjadi dasar untuk pemahaman materi kuliah minggu
berikutnya. Oleh karena itu, apabila hasil evaluasi disimpulkan bahwa
pemahaman mahasiswa masih rendah, perlu direview terlebih dahulu materi
minggu ke-1 s.d. minggu ke-7. Namun apabila hasil evaluasi diperoleh
kesimpulan bahwa mahasiswa sudah memahami materi sebelum ujian tengah
semester, maka materi minggu selanjutnya dapat langsung diberikan.
80
vektor, medan vektor, medan skalar dan geometri diferensial kurva dalam
ruang.
2. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi
operasi dasar vektor, sistem koordinat vektor, penggunaan vektor dalam
geometri analitik, diferensial vektor, medan vektor, medan skalar dan
geometri diferensial kurva dalam ruang.
VIII.2. Penyajian
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas, boleh tidak urut asalkan
diberi nomor yang jelas. Bobot nilai setiap nomor ditunjukkan dengan angka
dalam tanda kurung.
SOAL
1. Diketahui: a = ( 2, 3, 1 ); b = ( 4, 2, 3 )
Tentukan:
a. Besar sudut yang tertentu oleh vektor a dan b
b. Luas paralelogram yang tertentu oleh vektor a dan b
c. Vektor yang magnitudenya 4 dan tegak lurus vektor a dan b
d. Jika a dan b membentuk sisi-sisi segitiga, tentukan sudut-sudut
segitiga tersebut (30).
2. Diketahui: a = ( 1, 3, 1 ); b = ( 1, 1, 4 ); c = ( 2, 1, 3 )
Tentukan:
a. (a b) c
b. (a b) (b c)
c. a c b a , agar mempunyai arti.
d. Volume paralelepipedum tertentu oleh vektor a , b dan c (20).
3. Jika u = 2i + j + 2k adalah vektor letak titik A dan v = 3i -j + 4k adalah
vektor letak titik B, tentukan:
a. Persamaan bidang yang melalui A dan sejajar vektor B
b. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB
81
c. Apabila w = 2i + j + k adalah vektor letak C, tentukan persamaan
bidang yang melalui C sejajar B dan sejajar A (ingat persamaan r =
a + b + c)
d. Jarak titik X(1,-2,1) terhadap bidang yang melalui B dan tegak
lurus vektor AB (Ingat bidang dengan pers Hess r.u p = 0, maka
jarak titik ke bidang = |x.u p|) (30).
4. Diketahui suatu benda bergerak sepanjang kurva r = (x,y,z) dimana
x 2e 2t , y 2 cos 3t , z 3 sin 2t . Jika t adalah waktu, maka:
a. Tentukan kecepatan dan percepatan pada waktu t.
b. Tentukan besarnya kecepatan dan percepatan pada saat t = 0 (20).
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Kerjakan bagian A dan B
pada kertas terpisah! Bobot masing-masing soal adalah sama.
82
b. a c b a
c. a b c a
d. Volume paralelepipedum tertentu oleh vektor a, b, dan c.
4. Jika u = 2i + 2j + 3k adalah vektor letak titik A dan v = 3i - j + 4k adalah
vektor letak titik B, tentukan:
a. Pesamaan garis/bidang yang melalui A dan B.
b. Persamaan bidang yang melalui A dan sejajar vektor B.
c. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB.
d. Jarak titik X(1,-2,1) terhadap bidang yang melalui B dan tegak
lurus vektor AB (ingat bidang dengan pers Hess r.u p = 0, maka
jarak titik ke bidang = |x.u p|).
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Bobot nilai untuk masing-
masing soal adalah sama.
83
d. Apakah volume paralelepipedum tertentu oleh vektor u, v dan w
dapat ditentukan, jelaskan!
4. Jika u = 3i + 1j + 2k adalah vektor letak titik A dan v = 3i -j + 4k adalah
vektor letak titik B, tentukan:
a. Persamaan garis yang melalui A dan sejajar vektor B.
b. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB.
c. Jarak titik P(2,-2,3) terhadap garis yang melalui A dan tegak lurus
vektor B.
d. Persamaan bidang yang melalui O dan sejajar A dan B.
KELAS: A/B
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Bobot nilai untuk masing-
masing soal adalah sama.
3. Tentukan besar sudut antara 2 luasan yaitu x2y + y3z xz2 = 3 dan x2yz2 = 4 di
titik T(2, 1, 1).
4. Tentukan persamaan garis normal dan bidang singgung di titik T(1, -1, 2) pada
luasan 2xz2 3xy 4x = 7.
84
5. Tentukan derivatif berarah di titik T(1, -2, -1) pada luasan x2yz + 4xz2 dalam
arah b = (2, -1, -2).
KELAS: A/B
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Bobot nilai untuk masing-
masing soal adalah sama.
85
VIII.3. Penutup
VIII.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
penggunaan vektor dan segitiga bola terutama terkait dengan disiplin geodesi.
Dasar dasar operasi vektor, sifat-sifat dalam operasi vektor dan azas kolinieritas
serta azas koplanaritas menjadi inti pembahasan. Sedangkan yang terkait dengan
segitiga bola akan dibahas lebih detil mulai pada pertemuan ke-12 sampai
pertemuan ke-15.
Kriteria Skor
0 1 2
Operasi dasar vektor Tidak mampu Dapat Dapat
dan sistem koordinat mengerjakan soal mengerjakan mengerjakan
vektor hitungan sebagian soal seluruh soal
hitungan hitungan
Aplikasi vektor dalam Tidak mampu Dapat Dapat
geometri analitik mengerjakan soal mengerjakan mengerjakan
hitungan sebagian soal seluruh soal
hitungan hitungan
Aplikasi diferensial Tidak mampu Dapat Dapat
vektor mengerjakan soal mengerjakan mengerjakan
hitungan sebagian soal seluruh soal
hitungan hitungan
Geometri diferensial Tidak mampu Dapat Dapat
kurva dalam ruang mengerjakan soal mengerjakan mengerjakan
hitungan sebagian soal seluruh soal
hitungan hitungan
86
VIII.3.4. Sumber Pustaka
Davis, H.F., 1961, Introduction to Vector Analysis, Allyn and Bacon, Inc.,
Boston.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Strang, G. dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy, and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
87
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-9 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
88
BAB IX
PERMUKAAN
IX.1. Pendahuluan
IX.2. Penyajian
89
a. Persamaan luasan
Luasan L dinyatakan dengan:
r = r (u,v) atau
= ( x(u,v), y(u,v), z(u,v))
dengan u dan v adalah parameter.
Bentuk skalarnya adalah:
x = x(u,v)
y = y(u,v)
z = z(u,v)
Parameter u= konstan, merupakan kurva pada luasan L yang disebut garis
parameter.
Jika u = konstan, dan v = konstan, maka u dan v merupakan pasangan garis
parameter (berupa jaringan).
Contoh:
R = (u,u2,v)
Berarti bahwa x = u ; y = u2 ; z = v
Eliminasi u dan v menghasilkan y = x2, yang grafiknya merupakan tabung
parabola.
Jika u = kostan, berarti x = konstan, dan y = konstan, grafik berupa garis lurus //
OZ (garis generator tabung).
Jika v = konstan, berarti z = konstan maka, grafik merupakan irisan dengan luasan
berupa parabola dengan bidang // XOY.
90
Untuk setiap pasang nilai (u,v) akan didapat suatu titik pada tabung. Misalnya
sepasang nilai (u,v) = (2,3), ini akan memberikan titik P (2,4,3) yang terletak pada
tabung.
91
E, F, dan G disebut besaran fundamental pertama (I) dengan ditambah lagi
besaran H2 yaitu:
H2 = E G F2
Yang ternyata bahwa besaran H = l r1 x r2 l.
Jika F = 0, maka garis parameter saling tegak lurus.
Contoh dalam R2 (bidang):
ds2 = dx2 + dy2
Y x=1 x=2
x=0 Dari pesamaan tersebut koefisian dx
y=2
dan dy masing-masing sama dengan
y=1
1 maka nilai dari besaran-besaran
y=0
fundamental I untuk E, F dan G
O X
masing-masing adalah E = 1, F = 0
dan G = 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa garis-garis parameter
saling tegak lurus (ortogonal).
Contoh pada sistem koordinat kartesius miring:
O
=0
=1 =2 =3
92
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa besaran fundametal pertama (I) adalah:
E=1 ; F=0 ; G = 2
Perpotongan antara garis parameter dan saling tegak lurus (ortogonal).
Pasangan du.dv, du/dv atau dv/du akan menentukan suatu arah pada luasan seperti
halnya dy/dx = m, adalah gradien suatu arah dalam sistim koordinat tegak dua
dimensi.
dan dr . Jika sudut antara kedua arah dan ds serta ds adalah elemen panjang
yang sesuai maka:
ds ds cos E du du F (du dv du dv) G dv dv
Kedua arah akan saling tegak lurus jika bentuk tersebut bernilai sama dengan nol.
93
Contoh:
Tentukan besaran fundamental orde I dan orde II pada luasan r = (a(s+t), b(s-t),
2st), dengan s, dan t adalah parameter.
Jawab:
Eliminasi s dan t menghasilkan (penjelasan eleminasi).
x2 y2
2z
a2 b2
Mengacu pada persamaan hasil eliminasi s dan t maka dapat diketahui bahwa
luasan berupa parabolida hiperbolis. Garis parameter dapat ditentukan jika
dimisalkan s = c, kemudian dilakukan eliminasi parameter t akan diperoleh:
x y
2c
a b
berupa garis lurus
x
z 2c c
a
Jika dimisalkan t = k kemudian dilakukan eliminasi parameter s akan diperoleh:
x y
2k
a b
berupa garis lurus
x
z 2k k
a
dr
r1 (a, b,2t )
ds
dr
r2 (a,b,2 s)
dt
2r
r 11 (a, b,2t ) (0,0,0)
s 2 s
2r
r 12 (a,b,2 s ) (0,0,2)
st s
2r
r 22 (a,b,2t ) (0,0,0)
t 2 t
E = r1 . r1 = a2 + b2 + 4t2
F = r1 . r2 = a2 - b2 + 4st
G = r2 . r2 = a2 + b2 + 4s2
94
i j k
r1 x r2 = a b 2t
a -b 2s
r 1 xr 2 (b(t s ) a (t s ) ab)
n=
r 1 xr 2 b 2 (t s ) 2 a 2 (t s ) 2 a 2 s 2
L = n . r11 = 0
2ab
M = n . r12 =
b (t s ) a 2 (t s ) 2 a 2 b 2
2 2
N = n . r22 = 0
Contoh 2:
Diketahui luasan putaran : x = u cos Q; y = u sin Q; z = f(Q). tentukan besaran dan
bangun fundamental orde I dan orde II.
Jawab:
r = r (u, Q) = (u cos Q, u sin Q, f(Q))
Garis parameter Q c, menghasilkan
kurva pada bidang uz yang diputar
(perhatikan gambar disamping).
Garis parameter u = k, merupakan
lingkaran paralel lintasan suatu titik.
r1 = (cos Q, sin Q, 0)
r2 = (-u sin Q, u cos Q, f(Q))
r11 = (0, 0, 0)
r12 = (-sin Q, cos Q, 0) dan r22 = (-u cos Q, -u sin Q, F(Q))
E = 1; F = 0; G = u2 + (f)2; H2 = u2 + (f)2
( f ' sin Q, f ' cos Q, u )
n= ; L = 0; M = -f/H; N = u f/H (dQ2)
H
I = du2 + (u2 + f2) dQ2
II = (-2 f/H) du dQ + (u f / H) dQ2
95
IX.3. Penutup
IX.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang besaran fundamental I, besaran fundamental II, kelengkungan
normal dan besaran Gauss.
Kriteria Skor
0 1 2
Besaran fundamental Tidak mampu Dapat Dapat
orde I pada suatu melakukan melakukan melakukan
luasan hitungan hitungan hitungan
sebagian seluruhnya
Besaran fundamental Tidak mampu Dapat Dapat
orde II pada suatu melakukan melakukan melakukan
luasan hitungan hitungan hitungan
sebagian seluruhnya
96
IX.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., New York, USA.
Stein, F.M., Ph.D, 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
97
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-10 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
98
BAB X
KELENGKUNGAN NORMAL DAN SIFAT TITIK PADA LUASAN
X.1. Pendahuluan
X.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bagian ini akan didiskusikan tentang kelengkungan garis utama
Gauss serta sifat-sifat titik pada luasan.
X.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan dapat menjelaskan karakteristik garis-garis lengkung
pada suatu luasan yang berhubungan dengan matakuliah proyeksi peta.
X.1.3. Relevansi
Materi pada bab ini mendasari pada matakuliah yang berkaitan dengan
transformasi koordinat atau transformasi data ukuran dari bidang lengkung ke
bidang datar. Sebagai contoh data ukuran di permukaan bumi yang akan digambar
sebagai peta pada bidang datar maka diperlukan pengetahuan tentang karakteristik
titik, garis atau luasan pada bidang lengkung yang selanjutnya akan diproyeksikan
ke bidang lengkung atau bidang datar. Demikian pula sebaliknya perpindahan data
dari bidang datar (peta) ke bidang lengkung.
X.2. Penyajian
99
Besaran E, F, G berbicara tentang ukuran pada permukaan dan tak berubah jika
luasan digulung. Besaran L, M, N dan vektor n, berbicara tentang ukuran di luar
permukaan, antara lain kelengkungan luasan yang tertentu saja bersama E, F, G,
r1, r2. Di suatu titik P (u,v) pada arah tertentu (du, dv) dapat dibuat bidang pengiris
normal, yaitu bidang melalui normal di P, sejajar (du,dv) yang mengiris luasan
menurut kurva irisan normal n.
n = kelengkungan n di P
100
1 terdapat dua arah yaitu (du/dv)1 dan
(du/dv)2 yang saling tegak lurus. Jadi
2 P 2 di titik P terdapat dua garis arah yaitu
du/dv1
1 (du/dv)1 dan (du/dv)2 yang saling
tegak lurus dan dan memotong
C1
normal titik P. Seperti ditunjukan
du/dv2 C2 pada gambar disamping, kedua arah
tersebut dinamai arah-arah utama.
Garis kurva yang bersesuaian dengan arah-arah utama disebut garis-garis
kelengkungan (1 dan 2).
Titik C1 dan C2 adalah pusat kelengkungan 1 dan 2 di titik P, maka PC1 = 1
dan PC2 = 2 disebut sebagai jari-jari kelengkungan 1 dan 2.
1 = 1/1 dan 2 = 1/2 disebut sebagai kelengkungan utama. (yang ternyata
sama dengan n pada arah-arah utama)
Bentuk umum dari kelengkungan utama adalah:
dv 2 dudv du 2
E F G =0
L M N
101
Dalil Euler: n = 1 Cos2 + 2 Cos2
Eliptis
1 2
Parabolis
P
Hiperbolis
Untuk melihat kelengkungan dan sifat titik dapat juga ditinjau dari irisannya
dengan bidang sejajar dan dekat dengan bidang singgung. Irisan tersebut
dinamakan indikator Dupin.
Indikator Dupin:
X2 Y2
1 untuk K 0
1 2
Y2 = 1 untuk K = 0, 1 = 0
X2 = 1 untuk K = 0 dengan 2 = 0
X = sumbu searah 1
102
Y = sumbu searah 2
Jadi untuk K = 0, indikator berupa parabola (terurai), K > 0, indikator berupa elips
dan K < 0 , indikator berupa hiperbola.
Jika J = 0 (J = 0 di setiap titik pada luasan) maka luasan disebut minimal.
Jika K = 0 (T2 = 0 di setiap titik pada luasan) maka luasannya developable (dapat
dijerang, dihimpitkan dengan bidang datar).
Developable surface yang terkenal adalah bidang tabung dan bidang kerucut.
Bidang-bidang inilah yang biasa digunakan sebagai bidang proyeksi dalam ilmu
kartografi dan proyeksi peta.
Contoh:
1. Diketahui luasan x = u cos ; y
2. = u sin ; z = 1 u2. Apa macam luasannya? Di titik u = 1; = /4, hitung
J dan K, kemudian tentukan indikator Dupinnya.
Jawab:
Eliminasi u dan , menghasilkan x2 + y2 + z = 1, persamaan ini merupakan
paraboloida putaran dengan puncak (0,0,1) dan OZ sebagai sumbu putar.
Pilih u sebagai parameter pertama sehinga r = r (u,) = (u cos , u sin , 1-
u2).
Sesudah dihitung diperoleh:
2u cos , 2u sin , 1
E = 1 + 4u2 n
1 4u 2
F=0
G = u2
H2 = u2 (1+4u2)
2 2u 2
L M=0 N
1 4u 2 1 4u 2
4u 2
T2
1 4u 2
T2 4
K 0 semua titik eliptis
H2 (1 4u 2 ) 2
103
= H2 2 (EN 2FM + GL) + T2 = 0
Di titik P (1, /4), diperoleh:
E=5 ; F=0 ; G=1 ; H2 = 5 ;
2
L
5
2 4
M=0 ; N ; T2
5 5
Sehingga persamaan menjadi:
12 4 12 4
5 2 0 atau 2 0 penyelesaan
5 5 5 5 25
persamaan kuadrat.
2 2 2 2
0 ; 1 ; 2
5 5 5 5 5 5
12 T2 4
J 1 5 5 K 1 2 2
25 H 25
1 5 1 5 5
1 ; 2
1 2 2 2
Indikator Dupin (K 0) adalah:
x2 y2
1 atau 10 x 2 2 y 2 5 5
25 52 5
Persamaan tersebut merupakan elips dengan perbandingan sumbu panjang dan
sumbu pendek 5 : 1.
Jawab: Luasan
Z
X = a (u + v) Y
Y = b (u v)
X
Z = uv
(x/a)2 = u2 + 2uv + v2
(y/b)2 = u2 2uv + v2
104
--------------------------- -
x2 y2
4 uv 4 z
a2 b2
x2 y2
Jadi persamaan tanpa parameter adalah: 4 z adalah suatu parabola
a2 b2
hiperbolis. Setelah dihitung didapat:
E = a2 + b2 + v2
F = a2 - b2 + uv ; G = a2 + b2 + u2
H2 = b2 (u + v)2 +a2 (v u)2 + 4 a2 b2
2ab 4a 2 b 2
L=0 ; M ; N=0 ; T2
H H2
4ab(a 2 b 2 uv)
J ;
H2
4a 2 b 2
K 0 setiap titik hiperbolis
H4
z a 2 (u c) 2 (a c); u0
u
a
U
r r (u , Q ) (u cos Q, u sin Q, a 2 (u c) 2 )
105
F=0
G = u2
H = u2 (1 + f12)
( f1u cos Q, f1u sin Q, u )
n
H
uf 11
L
H
M 0
u 2 f1
N
H
u 3 f1 f11
T2
H2
f1 f11
K
u (1 f12 ) 2
Dengan:
f (u c)
f1
u a 2 (u c) 2
a2
f 11
a 2
(u c) 2
3/ 2
Didapat:
u=c
(u c)a 2
u<c u>c
K
ua 2
106
basis, dan semua vektor di P dapat dinyatakan dengan basis tersebut. Pada diskusi
sebelumnya telah diketahui hubungan antara vektor r1, r2 dengan besaran-besaran
fundamental pertama. Hubungan tersebut adalah:
E = r1 . r 1 E1 = 2 r1 . r11 E2 = 2 r1 . r12
F = r1 . r2 F1 = r1 . r12 + r2 . r11 F2 = r1 . r22 + r2 . r12
G = r2 . r2 G1 = 2 r2 . r12 G2 = 2 r2 . r22
Ternyata r11, r12 dan r22 dapat dinyatakan dengan n, r1, r2 sebagai berikut:
Rumus Gauss:
r11 = L n + l r1 + r2
1)
r12 = M n + m r1 + r2 2)
r22 = N n + n r1 + r2
3)
Terdapat 6 parameter yang harus dicari yaitu l , m, n, , , dan , sebagai
penjelasan ditunjukan dengan contoh berikut:
Persamaan 1) diproses dengan perkalian titik dengan r1 akan diperoleh:
E1 = 0 + l E + F
Persamaan 2) diproses dengan perkalian titik dengan r2 akan diperoleh:
F1 E2 = 0 + l F + G
Selanjutnya:
l = (1/2H2)(GE1 2 FF1 + FF2)
= (1/2H2)(2 EF1 EF2 FE1)
Dengan cara yang sama diperoleh:
m = (1/2H2)(GE2 FG1)
= (1/2H2)(EG1 FE2)
n = (1/2H2)(2GE2 GG1 FG2)
= (1/2H2)(EG2 2FF2 + FG1
107
X.3. Penutup
X.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang kelengkungan garis utama Gauss serta sifat-sifat titik pada
luasan.
X.3.2. Tes Formatif
1. Diketahui persamaan luasan r= (5 sin cos , 5 sin cos , 5 cos)
dengan dan parameter. Tentukan kelengkungan Gauss (). Dari nilai ,
selidiki di titik mana luasan bersifat eliptis, parabolis dan hiperbolis.
X.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor
0 1 2
Sifat titik pada luasan Tidak mampu Mampu Mampu
berdasar nilai dan menentukan sifat menentukan menentukan
luasan sebagian sifat seluruh sifat
luasan luasan
Kelengkungan Gauss Tidak mampu Dapat Dapat
melakukan melakukan melakukan
hitungan hitungan hitungan
sebagian seluruhnya
108
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-11 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
109
BAB XI
PENGERTIAN DAN TERBENTUKNYA SEGITIGA BOLA
XI.1. Pendahuluan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa
tentang ukuran ukuran di atas bidang sferis khususnya pengertian segitiga bola,
penjelasan tentang terbentuknya segitiga bola dan identifikasi posisi sebuah titik
dalam sistem koordinat bola.
XI.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami unsur-unsur bola bumi serta dapat
menggambar posisi titik-titik di atas bola bumi dan menghitung jarak sferis titik-
titik di atas bola bumi ( bidang lengkung).
XI.1.3. Relevansi
Bab XII ini mempunyai maksud memperkenalkan mahasiswa tentang
konsep dasar posisi suatu titik di atas bola bumi (permukaan bumi tidak dianggap
sebagai bidang datar tetapi bidang lengkung) dan unsur-unsur yang terbentuk pada
segitiga bola untuk proses hitungan selanjutnya, misalnya pada kuliah geodesi
satelit, survei GNSS.
110
XI.2. Penyajian
P R : jari-jari bola
111
- Paralel : irisan diantara bola dengan bidang horizontal
yang tidak melalui pusat bola, dan berjarak < r dari pusat bola.
- Lintang A (Latitude A) : jarak sudut A yang diukur dari equator dihitung
sepanjang meridian A.
- Secara umum Lintang Utara (LU) = + 0 s.d 90, Lintang Selatan (LS)= -
0 s.d -90
- Bujur A ( Longitude A) : sudut di salah satu kutub antara meridian A
tersebut dengan meridian nol.
- Secara umum Bujur Timur (BT) = + 0 s.d 180,Bujur Barat (BB) = - 0
s.d -180.
112
P Lingkaran besar melalui A dan B.
AB < 180
B
A <180
Panjang busur dari A ke B dalam arah panah dinamakan jarak sferis dari
A ke B. Jadi Jarak sferis adalah jarak terpendek pada permukaan bola dari
A ke B.
Panjang busur AB (jarak sferis) dinyatakan dalam derajat (radial) dan
sama dengan besar sudut APB. Jadi panjang busur selalu lebih kecil dari
180atau T radial.
P
p
Sedangkan yang dimaksud dengan sudut
sferis adalah sudut di antara dua lingkaran
O besar, yaitu sudut di antara garis singgung
C
A B pada masing-masing lingkaran besar di
titik potongnya.
+ + = 180+
C LABC 206265 xLABC
" 2 =
R sin 01" R2
Catatan : R = 6.372.160 m
B
113
1/sin 01 = = 206265 1 = 111 km
C
C
a
O b
B
B
A A c
Unsur-unsur segitiga bola terdiri dari tiga sudut dan tiga sisi. Pada gambar
segitiga bola ABC tersebut, unsur-unsur segitiga bola ialah sudut-sudut , , dan
sisi-sisi a, b, c. Berbeda dengan segitiga datar yang jumlah ketiga sudutnya 180
derajat, jumlah ketiga sudut dalam segitiga bola ialah 180 derajat ditambah ekses
sferis.
XI.3. Penutup
XI.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang terbentuknya segitiga bola, istilah-istilah dalam segitiga bola
114
meliputi lingkaran kecil, lingkaran besar, paralel, meridian, lintang, bujur, ekses
sferis, jarak sferis dan sudut sferis.
Kriteria Skor
0 1 2
Pengertian bola Tidak mampu Dapat Dapat
bumi dan segitiga menjelaskan menjelaskan menjelaskan
bola sebagian secara runtut
Unsur-unsur pada Tidak mampu Dapat Dapat
bola bumi menjelaskan menjelaskan menjelaskan
sebagian secara benar
dengan gambar
Posisi titik di atas Tidak dapat Dapat Dapat
bola bumi menggambarkan menggambarkan menggambarkan
sebagian dengan baik dan
benar
Jarak sferis Tidak dapat Dapat dapat
menghitung jarak menghitung menghitung
sferis titik-titik di sebagian dengan cepat dan
atas bola bumi tepat
115
XI.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
116
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-12 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
117
BAB XII
GEOMETRI SEGITIGA BOLA
XII.1.2. Manfaat
Mendasari pada matakuliah penentuan posisi di permukaan bumi dengan
metode astronomi ataupun teknologi ruang angkasa.
XII.1.3. Relevansi
Dengan teknologi satelit penentuan posisi di permukaan bumi menjadi
semakin cepat, namun demikian untuk mempelajari penentuan posisi dengan
teknologi satelit memerlukan dasar-dasar matematika khususnya segitiga bola.
Bagian ini mendasari juga pada pelajaran transformasi koordinat dari sistem
kuvilinier ke sistem kartesi atau sebaliknya.
Segitiga Bola
Bagian dari permukaan bola yang dibatasi oleh ketiga buah lingkaran
besar yang berpotongan satu sama lain.
118
KU C
Sudut bidang tiga P.ABC
L3
a
b
P a b
c B
c
A
B P T
C
L1
A B ekuator
L2
KS
A c
119
2. Segitiga bola samping
3. Segitiga bola siku-siku
4. Segitiga bola kutub
5. Segitiga bola kwadran
6. Segitiga bola sembarang
KU
Sudut
L3 sferis
C1 T A
a1 1 C1 A
a1 P c c
b1
B1 1 B1 b1 b B b
c1 1 c1 a B
A1 A1 C
C a
B Jarak
L1
sferis
L2
KS
Segitiga lawan
Titik A1 adalah titik lawan A dan sebaliknya, titik B1 adalah titik lawan B dan
sebaliknya, titik C1 adalah titik lawan C dan sebaliknya. Hubungan segitiga
ABC dan segitiga A1B1C1 adalah:
a = a1 ; = 1 ; b = b1 ; = 1 ; c = c 1 ; = 1
120
2. Segitiga bola samping
KU
Segitiga bola ABC =
a segitiga bola ABKu
b
ku B T
A 180 -
180 -
180 - a
A
B
L2
XII.3. Penutup
XII.3.1.Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
tentang rumus-rumus segitiga bola, jenis-jenis segitiga bola, syarat-syarat dan
aturan pada segitiga bola serta contoh penyelesaian beberapa kasus.
121
XII.3.2.Tes Formatif
1. Jelaskan perbedaan antara segitiga bidang datar dengan segitiga bola
2. Jelaskan syarat-syarat agar terpenuhi apa yang disebut sebagai segitiga bola
3. Gambarkan segitiga bola samping dan segitiga bola lawan pada bola langit.
122
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK
GEODESI
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-13 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
123
BAB XIII:
GEOMETRI SEGITIGA BOLA
(LANJUTAN)
XIII.1. Pendahuluan
XIII.1.2. Manfaat
Mendasari pada matakuliah penentuan posisi di permukaan bumi dengan
metode astronomi ataupun teknologi ruang angkasa.
XIII.1.3. Relevansi,
. Dengan teknologi satelit penentuan posisi di permukaan bumi menjadi
semakin cepat, namun demikian untuk mempelajari penentuan posisi dengan
teknologi satelit memerlukan dasar-dasar matematika khususnya segitiga bola.
Bagian ini mendasari juga pada pelajaran transformasi koordinat dari sistem
kuvilinier ke sistem kartesi atau sebaliknya
XIII.1.4. Learning outcame :
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-1, mahasiswa akan dapat:
menyelesaikan hitungan segitiga bola siku-siku, segitiga bola kutub, segitiga bola
sembarang dan kwadran
XIII.2. Penyajian
Segitiga bola siku-siku
A
b
c
90 90 C
90 D
b
O c
a a
90 90
E B
124
adalah segitiga bola yang hanya mempunyai satu sudut yang besarnya 90.
Segitiga siku-siku:
O : pusat bola berjari-jari 1 (satu unit radius)
O : titik puncak dari sudut bidang tiga O ABC
ABC ; segitiga bola siku-siku di C dan a < 90, b < 90.
Melalui A dibuat bidang tegak lurus OB,atau melalui A dibuat bidang ADE
tegak lurus OB, memotong OB di E dan OC di D.
Bagian
Co-B SAMPING
Bagian
LAWAN
a Co-B a
Co-c b Bagian
TENGAH
90 C Co-c
Co-A
b
Bagian
Co-A LAWAN Bagian
SAMPING
125
2. tan a = tan A sin c
3. tan a = cos B tan c
4. cos c = cos b cos a
5. cos A = sin B cos a
6. sin b = sin B sin c
7. tan b = tan B sin a
8. tan b = cos A tan c
9. cos c = cot A cot B
10. cos B = sin A cos b
126
c. Tulis rumus untuk unsur-unsur yang tak diketahui dengan ketentuan
Napier untuk ceking.
d. Hitungan dapat dilakukan dengan kalkulator.
Hukum Kwadran
a. Bila A < 90 dan C < 90, maka a, b, B < 90
Bila C < 90 dan a < 90 , maka b, B > 90 dan A < 90
b. Bila A > 90 dan C < 90, maka a, b, B > 90
Bila C > 90 dan a > 90, maka b, B < 90 dan A > 90
Contoh 1:
Diketahui: ABC siku-siku di C ; A = 650 ; B = 1180
Hitung: a, b, dan c
Jawab:
Co-B Co-B
a
a?
Co-c
Co-c ?
90 C
b?
Co-A
Co-A b
a) Mencari a: Mencari b:
sin Co-A = cos a cos Co-B sin Co-B = cos Co-A cos b
cos a = cos A cosec B cos b = cos B cosec A
a = arc cos (cos A cosec B) a = arc cos ( cos B cosec A
b) Mencari c
sin Co-c = tan Co-B tan Co-A
cos c = cot B cot A
c = arc cos (cot B cot A)
c) Ceking
sin Co-c = cos a cos b
LATIHAN:
127
1. Diketahui segitiga bola siku-siku di C, a = 45; b = 30, hitung A, B, c!
2. Selesaikan sebuah segitiga bola siku-siku di C dan a = 665931 ; b =
1563419!
3. Selesaikan sebuah segitiga bola siku-siku di C dan a = 60 ; b = 30!
4. Selesaikan sebuah segitiga bola siku-siku di C dan A = 45 ; c = 60!
Ck
C ak
bk
b
a
A B
c Bk
Ak
ck
- Ak adalah kutub dari lingkaran besar BC, yang terletak sepihak dengan A
terhadap BC.
- Bk adalah kutub dari lingkaran besar AC, yang terletak sepihak dengan B
terhadap AC.
- Ck adalah kutub dari lingkaran besar AB, yang terletak sepihak dengan C
terhadap AB.
- Segitiga bola AkBkCk, dinamakan segitiga bola kutub dari segitiga bola
ABC.
- Segitiga bola ABC, dinamakan segitiga bola kutub dari segitiga bola
AkBkCk.
128
Ak = 180 - a = k A = 180 - ak =
Bk = 180 - b = k B = 180 - bk =
Ck = 180 - c = k C = 180 - ck =
129
cos A = - cos B cos C + sin B sin C cos a
cos B = - cos C cos A + sin C sin A cos b
cos C = - cos A cos B + sin A sin B cos C
4. Rumus sudut:
tan r
tan 1 2 A
sin( S a )
tan r
tan 1 2 B
sin(S b)
tan r
tan 1 2 C
sin(S c)
S = (a + b + c)/2
5. Rumus sisi:
tan R
cot 1 2 a
cos(S A)
tan R
cot 1 2 b
cos( S B )
tan R
cot 1 2 c
cos( S C )
S = (A + B + C)/2
Cos 12 ( A B ) Sin 12 (a b)
Sin 12 C Sin 12 c
Sin 12 ( A B ) Cos 12 (a b)
Cos 12 C Cos 12 c
130
Cos 12 ( A B) Cos 12 (a b)
Sin 12 C Cos 12 c
7. Napiers analogies:
Tan 12 ( A B ) Sin 12 (a b)
Cot 12 C Sin 12 (a b)
Tan 12 ( A B ) Cos 12 (a b)
Cot 12 C Cos 12 (a b)
Tan 12 (a b) Sin 12 ( A B)
Tan 12 C Sin 12 ( A B)
Tan 12 (a b) Cos 12 ( A B)
Tan 12 C Cos 12 ( A B )
XIII.3. Penutup
XIII.3.2.Tes formatif
1. Diketahui segitiga bola ABC, a = 1210 18,4; b = 1040 54,7; c = 650 42,5.
Hitung besaran A,B, dan C menggunakan rumus sudut.
2. Dketahui segitiga bola ABC, A = 1170 22,8; B = 720 38,6; C = 580 21,2.
Tentukan a,b dan c. (menggunakan rumus sisi).
3. Diketahui segitiga ABC, a = 1060 25,3; B = 420 16,7; c = 1140 53,2.
Tentukan A, C, dan b. (menggunakan Napiers analogies).
4. Diketahui segitiga ABC, A = 480 44,6; B = 600 42,6; c = 760 22,4.
Tentukan a, b, dan C. (menggunakan Napiers analogies).
5. Diketahui segitiga ABC, a = 480 44,6; c = 600 42,2; A = 760 22,4.
Tentukan C, B dan b.
6. Diketahui segitiga ABC, A = 350 52,5; B = 560 10,7; a = 400 38,8.
Tentukan c, C dan b.
Kriteria Skor
131
0 1 2
Identifikasi Tidak dapat Dapat Dapat
perbedaan segitiga mengidentifikasi mengidentifikasi mengidentifikasi
bidang datar dan dan membedakan dan membedakan dan membedakan
segitiga bola sebagian seluruhnya
Identifikasi jenis Tidak dapat Dapat Dapat
segitiga bola mengidentifikasi mengidentifikasi mengidentifikasi
dan membedakan dan membedakan dan membedakan
sebagian seluruhnya
Mampu melakukan Tidak dapat Dapat melakukan Dapat melakukan
hitungan pada semua melakukan hitungan hitungan semua
kasus segitiga bola hitungan sebagian kasus kasus
132
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-14&15 )
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
BAB XIV
APLIKASI SEGITIGA BOLA
133
XV.1. Pendahuluan
Pada bagian ini diberikan penjelasan dan contoh-contoh aplikasi ilmu
ukur segitiga bola dalam kaitannya untuk penentuan posisi titik-titik di atas bumi
dan segitiga bola untuk astronomis.
XV.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat menerapkan rumus-rumus pada segitiga bola untuk
aplikasi-aplikasi yang terkait, misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan
arah (contoh arah kiblat), perhitungan segitiga bola astronomis, dan perhitungan
asimut matahari.
XV.1.3. Relevansi
Bab XV ini mempunyai maksud menunjukkan kepada mahasiswa
penerapan rumus-rumus segitiga bola untuk keperluan praktis maupun keterkaitan
dengan matakuliah yang lain misalnya Geodesi Satelit (segitiga bola astronomis),
Ukur Tanah, Survei Topografi (penentuan asimut matahari).
134
XV.2. Penyajian
Banyak pemakai ilmu ukur segitiga bola di bidang perhitungan waktu dan
jarak-jarak sudut (angular distance). Waktu dan jarak sudut biasanya berdasar
pada benda-benda angkasa yang dianggap terletak pada bola angkasa (celestial
sphere) atau di permukaan bumi (terrestrial). Dalam perhitungan-perhitungan
yang memakai ilmu ukur segitiga bola, maka bumi dianggap berbentuk bola
sehingga jarak antara dua titik diperhitungkan sepanjang lingkaran besar. Di
bidang perhitungan waktu, didasarkan adanya rotasi bumi pada porosnya sekali
setiap hari, yang merupakan dasar satuan waktu.
Ku P
hP
Meridian P
Meridian Greenwich
P
O
Q
X Ekuator P
Untuk mengidentifikasi posisi titik di bumi atau yang terkait dengan bumi,
dikembangkanlah Sistem Koordinat Geografik dengan mendefinisikan bentuk
bumi berupa bola (globe) dengan dimensi mendekati ukuran bumi yang
135
sesungguhnya (jari-jari bumi R 6378 kilometer). Sebagai origin sistem
koordinat biasanya diambil titik pusat bumi (geosentrik) (dirangkum dari bahan
pelatihan penentuan arah kiblat oleh Djawahir, 2012).
Dalam sistem koordinat ini kedudukan suatu titik (P) dinyatakan dengan tiga
komponen koordinat (lihat gambar di atas):
a. Lintang geografik (sering dinyatakan dengan simbol huruf L atau ).
b. Bujur geografik (sering dinyatakan dengan simbol huruf B atau ).
c. Tinggi terhadap permukaan laut rerata (sering dinyatakan dengan simbol
huruf h atau H).
Bujur geografik diukur sepanjang busur ekuator mulai dari meridian Greenwich
ke arah Timur (positif) atau ke arah Barat (negatif) sampai meridian yang melalui
titik yang bersangkutan. Harga bujur geografik berkisar dari 0 derajat (0 jam)
sampai 180 derajat (12 jam). Pada gambar di atas, Bujur geografik titik P ialah P
(=sudut QOX).
Tinggi titik diukur dari bidang acuan, biasanya permukaan laut rerata, sepanjang
garis normal atau vertikal sampai ke titik yang bersangkutan. Pada gambar di atas,
tinggi titik P ialah hp. Jarak titik P ke origin sistem koordinat (pusat bumi) ialah
R+hp.
136
dengan sistem satelit (GPS, GNSS) atau metode extra-terrestrial yang lain. Perlu
diketahui bahwa untuk perhitungan-perhitungan posisi teliti di bumi dan
sekitarnya diperlukan bentuk dan dimensi bumi acuan yang lebih akurat,
mendekati bentuk dan dimensi bumi yang sebenarnya, yaitu elipsoid. Dalam hal
ini pendekatan bentuk bumi bola tidak lagi cukup akurat. Penentuan posisi dalam
sistem satelit (GPS, GNSS, dsb) menggunakan acuan bumi elipsoid.
Pada umumnya prosedur pemakaian ilmu ukur segitiga bola dalam menyelesaikan
soal-soal menyangkut titik-titik di bumi, berupa perhitungan tiga unsur dari
segitiga terestris. Dari unsur-unsur segitiga bola yang sudah diketahui, kemudian
unsur-unsur yang lain dapat dihitung dan dibuat penaksiran hasilnya. Misalnya
bagaimana menentukan jarak dan sudut antara dua buah titik M1 dan M2 yang
diketahui posisi geografiknya (lintang dan bujurnya diketahui).
KU
KU
Greenwich
M2 90- 2 2 - 1
90- 1
Q M1 Q M2
?
K2 K1 M1
KS
Jika M1 (1, 1) dan M2 (2, 2), maka unsur-unsur segitiga bola yang dapat
dibentuk adalah:
sudut M1KUM2 = 2 - 1
137
Jarak KUM2 = 90 - 2
Jarak KUM1 = 90 - 1
Kemudian jika ditanyakan berapakah jarak antara M1 dan M2, maka solusinya
dapat diselesaikan menggunakan rumus-rumus pada segitiga bola, misalnya
dengan menggunakan aturan sinus atau dengan aturan cosinus.
Contoh:
1. Great circle sailing
Sebuah kapal berlayar dari kota Chicago (4151,0 U ; 8737,0 B) menuju
kota Harbor (5354,0 N ; 16633,0 B). Tentukan jarak tempuh kapal
tersebut?
Jawab:
138
Sedangkan sudut keberangkatan kapal dapat dihitung dengan menerapkan
aturan sinus:
c a
sin C sin A
X - M
90o - M
90o - X
AMX
M AXM
X
Gambar Segitiga Bola XKM
139
Unsur segitiga bola yang dihitung ialah sudut AXM (= asimut Utara-Barat
untuk wilayah Indonesia) dengan salah satu dari dua cara berikut:
Cara I:
Menghitung busur XM dengan rumus:
cos(XM) = cos(90o - X) cos(90o - M) + sin(90o - X) sin(90o - M) cos(X -
M )
Kemudian hasilnya digunakan untuk menghitung sudut AXM dengan rumus:
sin(AXM) = sin(90o - M) sin(X - M)/sin(XM)
atau rumus:
KU
t
q
A M 140
Z
Enam unsur segitiga bola
astronomis adalah tiga unsur
sudut, yaitu KU, Z, M dan
tiga unsur sisi yaitu:
KU Z = 90
ZM = 90 h
KU M = 90
KS
Sudut di titik KU dinamakan sudut waktu (t), di titik Z dinamakan asimut
(A) dan di titik M dinamakan sudut paralaktis (q), sedangkan adalah
lintang pengamat, h adalah tinggi benda langit (M) dan adalah sudut
deklinasi M.
KU
KU
-t 90- -t
90- 90-
90- q
M
AM 90-h Z AM
Z KU 90-h
t q
KU M
90- t
90- 90-
90-
q
A M
Z
AM A
90-h
q 90-h Z
AM
M
Pengamat dapat berada di sebelah Utara maupun Selatan ekuator,
demikian pula benda langit yang diamat. Posisi benda langit M terhadap
zenith Z dan Kutub Utara KU dengan beracuan terhadap mata angin, dapat
dibedakan menjadi empat macam segitiga astronomis (Basuki, 1988).
141
Catatan AM = asimut benda langit = 360 A
Contoh:
Hitung asimut dan tinggi benda langit bila diketahui deklinasi () benda
langit = 103000, sudut jam (t) benda langit = 3300510 dan lintang
pengamat () = 481640.
Jawab: Z
ZK = 90 - = 414320 A
meridian H1 KU
MK = 90 - = 1003000
H1 =360 - 3300500 = 295450
horison
ekuator
M
142
(Basuki, 1988). Penentuan asimut dengan pengamatan matahari adalah
penentuan asimut arah dari tititk pengamatan ke titik sasaran tertentu di
permukaan bumi yang dilakukan dengan menentukan asimuth matahari.
Kemudian dengan ukuran sudut horisontal antara arah matahari ke arah
sasaran, ditentukan asimut ke titik sasaran itu. Ada dua cara untuk
menentukan asimut dengan pengamatan matahari yaitu metode tinggi
matahari dan metode sudut waktu.
KU
GR
-t
AM AM q
AP
M
AP
O Z
P P
Keterangan:
: sudut horisontal P ke matahari
(= bacaan arah horisontal ke P - bacaan arah horisontal ke matahari).
AP : asimut OP
AM : asimut matahari
KU : kutub Utara
Pada segitiga astronomis, asimut matahari (AM) dari segitiga bola KU-M-Z dapat
ditentukan bila diketahui tiga unsur padanya. dengan bantuan peralatan teodolit
dapat ditentukan busur ZM dan waktu pengamatan (t), kekurangan data lintang
tempat pengamat dapat diinterpolasi dari peta topografi yang ada sehingga unsur
Z-KU dapat ditentukan. Tabel deklinasi matahari dan rerata waktu misal dari
nautical almanac dapat untuk menentukan M-KU, sehingga unsur-unsur yang
diketahui adalah:
1. Z-M = 90 - h
2. Z-KU = 90 -
143
3. M-KU = 90 -
4. MKUZ = t (sudut waktu)
Penentuan asimut matahari dengan metode tinggi matahari berdasarkan rumus
segitiga bola:
XV.3. Penutup
XV.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
tentang contoh-contoh aplikasi ilmu ukur segitiga bola dalam kaitannya untuk
penentuan posisi titik-titik di atas bumi dan segitiga bola untuk astronomis.
XV.3.2.Tes Formatif
1. Sebuah kapal berlayar pada lingkaran besar dari New York (4042,04 N ;
741,0 W) ke arah N 3010E. Tentukan pada jalur tersebut titik M yang
paling dekat dengan Kutub Utara dan tentukan jarak kutub M dari Kutub
144
Utara dan dari New York. Apabila kapal berlayar dengan kecepatan 100
mile /jam, berapa waktu yang diperlukan untuk menuju M? (1 = 1 mile).
2. Kapal berlayar dari kota San Fransisco (3748,5 N ; 12224,0 W) dengan
arah S 4030,0 W. Tentukan titik M yang memotong ekuator pada jalur
tersebut. Tentukan jarak M dari San Fransisco.
3. Sebuah kapal berlayar dari kota A(1575218 BB ; 211818 LU)
menuju kota B(1222542 BB ; 374730 LU). Tentukan jarak tempuh
kapal dan sudut arah keberangkatannya. (1= 111 km). Tentukan besarnya
ekses sferis.
Kriteria Skor
0 1 2
Sistem koordinat Tidak mampu Dapat Dapat
geografis menjelaskan menjelaskan menjelaskan
sebagian secara runtut
Jarak dan sudut arah Tidak mampu Dapat Dapat
pada great circle melakukan menghitung menghitung
sailing hitungan sebagian dengan baik dan
lancar
Aplikasi ilmu ukur Tidak mampu Dapat Dapat
segitiga bola pada melakukan menghitung menghitung
penentuan arah hitungan sebagian dengan baik dan
lancar
Aplikasi ilmu ukur Tidak mampu Dapat Dapat
segitiga bola pada melakukan menghitung menghitung
penentuan asimut hitungan sebagian dengan baik dan
matahari lancar
145
Basuki K.S., 1988, Penentuan Asimut dengan Pengamatan Matahari, Kanisius,
Yogyakarta.
Donnay, J.D.H., 2007, Spherical Trigonometry, Read Books.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Strang, G, dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
Todhunter, M.A.F.R.S, 1878, Spherical Trigonometry with Numerous Examples,
Macmillan and Co., London, on-line version from
www.forgottenbooks.com.
146
Buku 2 : RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-16)
MATEMATIKA GEODESI
Semester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:
1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
November 2013
BAB XVI
TES SUMATIF II
(Ujian Akhir Semester)
XVI.1. Pendahuluan
XVI.1.1. Deskripsi Singkat
147
Soal ujian akhir semester meliputi soal dalam bentuk essay yang memuat
pertanyaan dari materi kuliah yang bersifat menjelaskan pengertian-pengertian
maupun definisi. Selain itu juga memuat soal dalam bentuk hitungan yang
memuat pertanyaan dari materi kuliah yang bersifat menyelesaikan suatu
hitungan.
XVI.1.2. Manfaat
Dengan kegiatan ini dapat menilai pemahaman mahasiswa tentang materi
kuliah minggu ke-9 s.d. minggu ke-16.
XVI.1.3. Relevansi
Penilaian pemahaman mahasiswa ini harus dilakukan karena untuk
evaluasi pemberian materi kuliah dalam 7 minggu akhir perkuliahan. Hasil
evaluasi ujian tengah semester dan ujian akhir semester digunakan untuk
menentukan nilai akhir mahasiswa dalam menempuh matakuliah ini. Materi
perkuliahan ini sebagai pengetahuan dasar yang digunakan dalam aplikasinya
untuk matakuliah Proyeksi Peta, Sistem Transformasi Koordinat, Geodesi Satelit
dan Survei GNSS.
148
XVI.2. Penyajian
1. Tentukan konstanta a dan b sehingga luasan ax2 - byz = (a+2)x tegak lurus
luasan 4x2y + z3 = 4 pada titik (1, -1, 2) (nilai 15).
3. Diketahui persamaan luasan r = (3 cos sin, 3cos cos, 3sin) dengan dan
adalah parameter.
a. Tentukan besaran fundamental orde I dan orde II serta kelengkungan
normal (n).
b. Tentukan kelengkungan Gauss (K) dan selidiki sifat/macam luasan tersebut
(nilai 30).
149
a. Tentukan jarak tempuh kapal dan sudut arah keberangkatannya (1= 111
km).
b. Tentukan besarnya ekses sferis (nilai 20).
3. Diketahui segitiga bola sembarang ABC, sisi a = 3920, sisi b = 7015 dan
sisi c = 11310.
a. Tentukan unsur-unsur yang lain dalam segitiga bola tersebut.
b. Ekses sferis segitiga bola ABC (nilai 20).
150
a. Tentukan jarak tempuh kapal (1= 111 km).
b. Tentukan sudut arah keberangkatannya.
c. Tentukan besarnya ekses sferis segitiga bola A-KU-B (nilai 20).
XVI.3. Penutup
XVI.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang geometri diferensial. Selain itu mahasiswa harus memahami
pengertian segitiga bola dan istilah-istilahnya dalam segitiga bola. Selanjutnya
dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan aplikasi segitiga bola,
misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan arah (contoh arah kiblat),
perhitungan segitiga bola astronomis, dan perhitungan asimut matahari.
1. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan tentang
materi persamaan luasan, besaran fundamental orde I, besaran
fundamental orde II, kelengkungan normal, rumus Gauss. kelengkungan
garis utama Gauss serta sifat-sifat titik pada luasan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan terbentuknya
segitiga bola, serta menyebutkan istilah-istilah dalam segitiga bola.
3. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan aplikasi
segitiga bola, misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan arah
(contoh arah kiblat), perhitungan segitiga bola astronomis, dan
perhitungan asimut matahari.
Kriteria Skor
0 1 2
Persamaan luasan, Tidak mampu Dapat Dapat
besaran fundamental mengerjakan soal mengerjakan mengerjakan
orde I, besaran hitungan sebagian soal seluruh soal
fundamental orde II, hitungan hitungan
kelengkungan normal,
rumus Gauss.
kelengkungan garis
151
utama Gauss serta
sifat-sifat titik pada
luasan
Pengertian segitiga Tidak mampu Dapat Dapat
bola, serta istilah- menjelaskan menjelaskan menjelaskan
istilah dalam segitiga sebagian secara runtut
bola
Aplikasi segitiga bola Tidak mampu Dapat Dapat
mengerjakan soal mengerjakan mengerjakan
hitungan sebagian soal seluruh soal
hitungan hitungan
152
Todhunter, M.A.F.R.S, 1878, Spherical Trigonometry with Numerous Examples,
Macmillan and Co., London, on-line version from
www.forgottenbooks.com.
153