Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN

VISUS MATA

TITLE
KELOMPOK 6
030.11.139 Imam Kurniawan 030.12.121 Harry Nugraha
030.11.184 Mega Martin 030.12.135 Ivan Mardhi
030.11.214 Nia Febrina 030.12.179 Mutiara R. Sitepu
030.12.001 A. A. Putu Sandra P. 030.12.205 Pertho R. Marpaung
030.12.013 Amelia Fadhila H. 030.12.225 Renata Eka Nindya
030.12.027 Annisa Kamilah 030.12.253 Shabila Shamsa
030.12.057 Cindy Belinda S. 030.12.269 Tiara Agustina
030.12.073 Dewi R. Matdoan 030.12.295 Zahra Afifa
030.12.107 Ferdy Fitra Cipta
Cara Pemeriksaan Visus

1. Pasien berdiri sejauh 20 kaki atau 6 meter dari optotipi


Snellen
2. Pasang bingkai kacamata, tutup salah satu mata (mata kiri)
3. Mata kanan pertama-tama diberikan uji Pinhole untuk
mengetahui pasien kelainan refraksi atau gangguan media
penglihatan. Pasien diminta melihat dari lubang kecil. Apabila
ada perbaikan tajam penglihatan berarti kelainan refraksi, bila
penglihatan memburuk maka gangguan media penglihatan
(vitreous humor, retina, dll).
4. Apabila ada kelainan refraksi, pemeriksaan
dilanjutkan dengan melihat huruf-huruf di
optotipi Snellen dari yang terbesar sampai
huruf terkecil yang dapat dilihat dari jarak 6 m
oleh mata normal tanpa akomodasi
(visus normal 6/6 meter atau 20/20 kaki).
5. Bila pasien hanya dapat melihat huruf terbesar
dengan visus 6/60 berarti ia hanya dapat
melihat huruf pada jarak 6 meter yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada
jarak 60 meter.

6. Pemeriksaan seperti di atas diulangi untuk mata


kiri.
V = d/D

Keterangan:
V = ketajaman penglihatan (visus)
d = jarak yang dilihat oleh penderita
D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Interpretasi Visus
VOD : 6/30 S(-) 2,5 D 6/6
Visus Oculi Dektra 6/30, berarti pasien dapat melihat sampai huruf di baris
kedua optotipi Snellen dengan jarak 6 meter yang pada orang normal masih
dapat dilihat hingga jarak 30 meter. Visus <6/6. Pasien memperoleh visus 6/6
setelah dikoreksi dengan lensa sferis negatif 2,5 Dioptri.

VOS : 6/60 S(-) 3,5 D C(-) 20 axis 180 6/6


Visus Oculi Sinistra 6/60, berarti pasien hanya dapat melihat huruf baris
pertama optotipi Snellen dengan jarak 6 meter, yang pada orang normal masih
dapat dilihat dari jarak sejauh 60 meter. Visus <6/6. Visus menjadi 6/6 setelah
diberikan kombinasi lensa sferis -3,5 D dan lensa silindris berkekuatan -20
dengan aksis 180 .
Macam-macam Kelainan Refraksi

1. MIOPI (rabun jauh)

Penyebab:
a. Panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
b. Kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat
c. Bayangan benda jatuh di depan retina

Ciri-ciri:
a. Melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur
b. Mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi
sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil)

Menurut derajat beratnya, miopi di badi menjadi 3:


Miopi ringan (1-3 dioptri)
Miopi sedang (3-6 dioptri)
Miopi berat ( > 6 dioptri)
MIOPI dikoreksi dengan kacamata lensa bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar
cahaya sejajar berdivergensi agar bayangan benda tepat jatuh di retina
Macam-macam Kelainan Refraksi
2. HIPERMETROFI (rabun dekat)

Penyebab:
a. Kekuatan pembiasan mata di mana sinar sejajar jauh tidak cukup
dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina.

Ciri-ciri:
a. Mata lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk
melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula
agar terletak di daerah makula lutea
b. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama
melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai
kedudukan estropia atau juling ke dalam

Jenis-jenis hipermetrofi:
Hipertrofi Manifest
Hipertrofi Absolut
Hipertrofi Fakultatif
Hipertrofi Laten
HIPERMETROFI dikoreksi dengan kacamata lensa konveks (lensa cembung), yang
mengumpulkan cahaya, memperkuat daya bias, dan memperpendek jarak fokus
hingga bayangan benda jatuh tepat di retina
Macam-macam Kelainan Refraksi
3. ASTIGMATISME

Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur. Berkas


cahaya tidak jatuh sebagai 1 titik fokus di retina, tetapi 2 titik karena
perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian kornea.

Ciri-ciri:
a. Pada nilai koreksi astigmatisme kecil, hanya terasa pandangan kabur.
b. Pada astigmatisme yang tidak dikoreksi menyababkan sakit kepala
atau kelelahan mata.
c. Memicingkan kelopak mata

Jenis-jenis Astigmatisme:

a. Astigmatisme Reguler
daya refraksi mata dipisahkan 2 meridian utama yang
saling tegak lurus
b. Astigmatisme Irreguler
daya refraksi mata tidak beraturan pada berbagai meridian
Macam-macam Kelainan Refraksi
ASTIGMATISME REGULAR

1. Sederhana
satu meridian utama emetrop, lainnya hipermetrofi atau miopi
>> Miopi simple, hipermetrofi simple

2. Gabungan
kedua meridian sama-sama miopi atau hipermetrofi
>> miopi + miopi, hipermetrofi+hipermetrofi

3. Campuran
satu meridian miopi, lainnya hipermetrofi
ASTIGMATISME dikoreksi dengan kacamata lensa silinder. Tetapi pada umumnya,
lensa silinder ini dikombinasikan lensa sferis plus atau minus
Diagnosis

VOD : 6/30 S(-) 2,5 D 6/6


Mata kanan pasien anak ini miopi (rabun jauh), dikoreksi dengan lensa
sferis negatif sebesar 2,5 D.

VOS : 6/60 S(-) 3,5 D C(-) 20 axis 180 6/6


Mata kiri pasien anak ini astigmatisme. Dikoreksi dengan lensa sferis -
3,5 D dan astigmatisme dengan lensa silindris -20.
Pemeriksaan Visus Lain

1. Uji Hitung Jari

a. Uji hitung jari dimulai dari jarak 6 m, visus dinyatakan dalam per-60.
b. Bila dapat menghitung jari pada jarak 6 m, visusnya 6/60
c. Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, dimajukan menjadi 5 m
sampai 1 m.

2. Uji lambaian tangan

a. Visus dinyatakan dalam per-300, pasien diminta menyebutkan arah lambaian


tangan pemeriksa
b. Uji ini digunakan bila pasien tidak bisa menghitung jari dari jarak 1 m
c. Untuk menyatakan visus pasien yang lebih buruk daripada 1/60.
d. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1
meter, berarti visus adalah 1/300.
Pemeriksaan Visus Lain
3. Uji Sinar

a. Ini dilakukan apabila pasien tidak dapat melihat lambaian


tangan pemeriksa.
b. Prinsipnya, pasien diminta menyebutkan arah sinar pen
light yang diberikan pemeriksa.
c. Proyeksi sinar ini dicek dari 4 arah, untuk mengetahui
apakah tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya,
temporal, nasal, superior, dan inferior.
d. Dinyatakan dalam per-tak hingga.
e. Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik.
f. Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
g. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya
= 0 atau buta total.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai