Anda di halaman 1dari 3

PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA PERSALINAN

PENGERTIAN Induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin


infus per drip
TUJUAN Sebagai pedoman untuk pelaksanaan oksitosin drip
baik untuk induksi maupun akseleraasi persalinan
KEBIJAKAN 1. Kepmenkes RI No : 1051/Menkes/SK/XI/2008
tentang PONEK 24 jam di Rumah Sakit.
2. Surat ketetapan Kepala Rumkital Dr.Ramelan
No : Kep/19/x/2012 tentang Kebijakan PONEK.
PROSEDUR Pesiapan :
1.Persiapan alat dan obat
- Medicuth, infus set
- 2 kolf dextrose 5 %
- Obat oksitosin 5 unit
2.Persiapan pasien
3.Persiapan penolong

Penatalaksanaan :
1) Oksitosin drip hanya diberikan bila tidak ada
kontra indikasi pemberianya dan bila his memang
tidak adekuat
2) Dipergunakan 500 cc glukose / Dextrose 5% yang
ditambah dengan 5 IU oksitosin.
3) Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit dilakukan
evaluasi selama 15 menit bila his belum adekuat
tetesan dinaikan 4 tetes/menit. Setiap 15 menit
tetesan dinaikkan 4 tetes/menit sampai timbul his
yang adekuat
4) Tetesan maksimum adalah 40 tetes/menit. Bila
dengan 40 tetes/menitdan 2 kolf dextrose habis his
tetap belum adekuat maka oksitosin dianggap
gagal.
5) Yang dimaksud denga his yang adekuat dalam
klinik adalah his yang mempunyai sifat sebagai
berikut:
- Interval setiap 3-5 menit dengan fase relaksasi
sempurna.
- Lamanya 40 60 detik.
- Intensitasnya cukup, yang secara praktis dapat
ditentukan dengan menekan fundus uteri
dengan jari-jari tangan puncak kontraksi.
Intensitas dianggap cukup apabila pada waktu
ditekan uterus tidak menjadi cekung.
6) Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada
saat yang adekuat.

7) Drip yang dianggap gagal dan dihentikan apabila :

- dengan tetesan 40 tetes / menit dan sudah 2


kolf dextrose habis tidak didapatkan his yang
adekuat.
- Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang
adekuat tidak terjadi kemajuan persalinan
juga termasuk bila dalam 2 jam tersebut his
yang semula sudah adekuat menjadi tidak
adekuat lagi.
- Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi
yaitu fetal distress, tetania uteri, ruptura uteri
imminenes dll. Bila terjadi penyulit penyulit
seperti diatas oxytosin drip tidak boleh
diulang kembali.
8) Penentuan jumlah tetesan pada oksitosin drip harus
dilakukan oleh dokter jaga sendiri.

9) Bila akselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin


drip dilanjutkan dalam kala II dan dihentikan paling
sedikit sesudah 2 jam post partum.

NB:

Secondary arrest :

a. Adalah tidak adanya penambahan pembukaan


ostium uteri pada persalinan fase aktif setelah
dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk
menilai kemajuan persalinan ini seyogyanya
dilakukan satu orang.
b. Bila terjadi secondary arrest hendaknya
dievaluasi penyebab terjadinya hal tersebut.
Bila persalinan pervaginam tidak mungkin
atau jika terjadi klainan letak, maka dilakukan
seksio caesarea.
c. Bila pada evaluasi, kemungkinan persalinan
pervaginam masih dipikirkan maka :
- Bila pembukaan kurang dari 7 cm
dilakukan aminiotomi dan langsung
dilakukan oksitosin drip.
- Bila pembukaan 7cm atau lebih dilakukan
amniotomi dan ditunggu satu jam. Bila
dalam 1 jam tidak ada kemajuan dilakukan
oksitosin drip.
d. Oksitosin drip hanya diberikan bila his tidak
adekuat.

Anda mungkin juga menyukai