Anda di halaman 1dari 4

PEMBERIAN OKSITOSIN

No. Dokumen : 440/ /SOP/PUSK- TMRLK


SOP No. Revisi :0

Tanggal Terbit : Februari 2019

Halaman :1/4
UPTD
PUSKESMAS
dr. Kurniadinata
TANJUNG Temmagangka
MARULAK NIP. 19660414 200003 1 001
1. Pengertian Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartua maupun yang
belum inpartua dengan maemasukkan inf. D 5% dan oksitosin 5
internasional unit.
2. Tujuan 1. Mempercepat proses persalinan
2. Pasien mendapatkan tindakan yang tepat dan benar
3. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Tanjung Marulak Nomor :
440/ /SK/PUSK-TMRLK Tentang Jenis – Jenis Pelayanan
4. Referensi 1. Permenkes No. 74 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
2. Permenkes No. 46 tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas Klinik
Pratama, Praktek Mandiri Dokter, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter
Gigi
3. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan 2013, Pelatihan APN 2017
4. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan,
2013
5. Alat dan 1. Spuit
Bahan 2. Oksitosin
3. Kapas
4. Alkohol
6. Langkah- 1. Cara pemberian oksitosin :
Langkah a. Oksitosin tidak diberikan secara oral karena dirusak di dalam
lambung oleh tripsin.
b. Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskuler, dan
intravena. (2,3)
c. Pemberian oksitosin secara intravena (drips/tetesan) banyak
digunakan karena uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara
kontinyu dan bila perlu infus dapat dihentikan segera.
d. Pemberian tetesan oksitosin harus dibawah pengawasan yang
cermat dengan pengamatan pada his dan denyut jantung janin.
2. Cara pemberian oksitosin dengan janin hidup :
a. 5 IU oksitosin dalam 500 ml dekstrose 5%. Ini berarti 2 tetesan
mengandung 1 mIU.
b. Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) per menit.
c. Dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per menit setiap 30 menit.
d. Dosis maksimal 20-40 mIU (40-80 tetes) per menit.
Untuk meningkatkan keberhasilannya bisa dilakukan amniotomi, striping
of the membrane atau menggunakan balon kateter.
3. Cara pemberian oksitosin dengan janin mati:
a. Teknik Satu
1) Menggunakan 500 cc ringer laktat (1 botol).
2) Mula-mula dipakai 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
3) Kecepatan tetesan 20 tetes per menit.
4) Bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 10 IU
tiap 30 menit tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul
kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
5) Dosis tertinggi yang dipakai 140 IU.
6) Bila dengan jumlah cairan tersebut (500 cc ringer laktat) tidak
berhasil maka induksi dianggap gagal.
b. Teknik Dua
Botol I:
1) Mulai dosis 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
Kecepatan 20 tetes per menit.
2) Bila tidak timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 10 IU
setiap habis 100 CC tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai
timbul kontraksi yang adekuatdan ini dipertahankan.
3) Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol I 50 IU oksitosin.
4) Bila belum timbul kontraksi adekuat, langsung dilanjutkan
dengan botol II.

Botol II :
1) Mulai dengan dosis 50 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.

2/4
2) Bila belum timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 20 IU
setiap habis 100 cc tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai
timbul kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
3) Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II adalah 130 IU
oksitosin. Bila setelah ke-2 botol tersebut kontraksi belum
adekuat, induksi dianggap gagal.
Untuk meningkatkan keberhasilan maka dianjurkan :
1. Pemasangan laminaria sebelumnya (dilatasi serviks).
2. Melakukan amniotomi (bila memungkinkan).
Bila gagal, penderita diistirahatkan dan induksi diulangi lagi keesokan
harinya.
Tetesan oksitosin dosis rendah : persiapan maupun cara pemberian
sama dengan tetesan oksitosin dosis tinggi (teknik I), hanya disini
dimulai dengan dosis oksitosin 5 IU dan bila tidak timbul kontraksi yang
adekuat, dosis dinaikkan 5 IU setiap 30 menit, maksimal 70 IU.
Bila ditemukan water intoxication dengan gejala-gejala seperti
kebingungan, stuporous, kejang dan koma maka tindakan-tindakannya :
 Tetesan segera dihentikan.
 Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyaak mungkin.
Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitosin terutama pada janin
mati perlu dilakukan pemeriksaan proses pembekuan darah.

7. Bagan Alir
Oksitosin tidak diberikan secara oral karena
dirusak di dalam lambung oleh tripsin.

Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskuler,


dan intravena

Pemberian oksitosin secara intravena (drips/tetesan) banyak


digunakan karena uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara
kontinyu dan bila perlu infus dapat dihentikan segera

3/4
Pemberian tetesan oksitosin harus dibawah
pengawasan yang cermat dengan pengamatan
pada his dan denyut jantung janin

8. Hal-hal Setiap petugas yang melaksanakan kegiatan hendaknya selalu


yang perlu
memperhatikan langkah-langkah yang telah dibuat.
di perhatikan
9. Unit terkait 1. Ruangan KIA
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruangan Tindakan
4. Poskeskel
5. Pustu
10. Dokumen 1. Rekam Medis
2. Buku Catatan
Terkait
3. Register Ibu
4. Kartu Ibu
11. Rekaman No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Histori
Perubahan

4/4

Anda mungkin juga menyukai