JNC 7 JNC 8
JNC 7 JNC 8
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanandarah. Tekanan darah
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah
hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan
kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada
pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan
oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah.1
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
1
b. Hipertensi sekunder atau Renal
Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain (terdapat
sekitar 5% - 10% kasus) penyebabnya antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi
renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan, dan lain-lain.
Gambar 2. Autoregulasi Tekanan Darah
Disamping etiologi terdapat faktor risiko hipertensi yang dibedakan dalam 2 kelompok,
yaitu kelompok yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Hal yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga. Adapun hal yang dapat dimodifikasi antara lain riwayat pola makan (konsumsi garam
berlebihan), konsumsi alkohol berlebihan, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok, obesitas,
dislipidemia, diabetes mellitus, psikososial, dan stres.2,3,4
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik.
Akan tetapi tidak semua hipertensi menujukkan gejala bahkan ada yang tanpa gejala. Adapun
gejala hipertensi antara lain sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Sedangkan gejala tidak spesifik antara lain tidak
nyaman kepala, mudah lelah, dan impotensi. Diagnosis tidak boleh ditegakkan hanya dalam
2
sekali pemeriksaan terutama pada kasus baru dan tanpa faktor risiko. Pengukuran pertama harus
dikonfirmasi pada sedikitnya dua pengukuran ulang dalam waktu satu sampai dua minggu
tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut. Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari
pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD 90 mmHg dan atau TDS
140 mmHg.2,3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The Sevent Joint National Committee on
Prevention Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC7)3
Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 139 80 89
Hipertensi derajat I 140 159 90 99
Hipertensi derajat II > 160 > 100
3
Gambar 3. Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut JNC 73
Pemberian obat anti hipertensi dilakukan jika dalam waktu 2 minggu atau 1 bulan pasca
modifikasi gaya hidup target tekanan darah belum tercapai yang dilakukan dengan cara
pemberian monoterapi pada kasus hipertensi derajat I dan kombinasi 2 obat hipertensi pada
hipertensi derajat II serta sesuai indikasi pada pasien dengan indikasi khusus. Jenis-jenis obat anti
hipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 antara lain sebagai
berikut2,3
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Alelosterone Antagonist (Aldo Ant)
b. Beta Blocker (BB)
4
c. Calcium Channel Blocker (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Tabel 4. Obat-obat Anti Hipertensi yang Dianjurkan JNC 73
Diuretik Beta Blocker Calcium Channel Blocker
Thiazid Propanolol 10 mg 2 X I Verapamil 40, 80 mg 2 X I
- Hidroklortiazid 12,5mg 1 X I Atenolol 50 mg 2 X I Amlodipin 5, 10 mg 1 X I
Loop diuretik Bisoprolol 5 mg 1-2 X -1 Diltiazem 60 mg 2-3 X I
- Furosemid 40mg 2 X I Nifedipin 5, 10 mg 1-3 X I
Diuretik hemat kalium
- Amilorid 5 mg 1 X I
Antagonis aldosteron
- Spironolakton 100mg 1 X I
ACE Inhibitor Angiotensin II Receptor Blocker
Kaptopril 12,5; 25mg 2 X I Losartan 50 mg 1 X I
Lisinopril 5; 10mg 2 X I Valsartan 80 mg 1 X I
Perindopril 4mg 2 X I Candesartan 8 mg 1 X I
Silazapril 2,5mg 2 X I Telmisartan 40 mg 1 X I
Ramipril 5mg 2 X I
Adapun kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien antara lain
sebagai berikut3
a. Diuretika dan ACEI atau ARB
b. CCB dan BB
c. CCB dan ACEI atau ARB
d. CCB dan diuretika
e. ARB dan BB
Tabel 5. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu2,3
Indikasi yang Memaksa Pilihan Terapi Awal
Gagal Jantung Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB. Aldo Ant
Pasca Infrak Miokard BB, ACEI, Aldo Ant
Risiko Penyakit Pembuluh Darah Koroner Diuretik Thiaz, BB, ACEI, CCB
Diabetes Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB, CCB
Penyakit Ginjal Kronis ACEI, ARB
Pencegahan stroke berulang Diuretik Thiaz, ACEI
Dengan adanya klasifikasi hipertensi terbaru dari JNC 8 sejak Desember 2013 maka
terdapat panduan baru pada manajemen hipertensi meliputi ambang pengobatan farmakologis,
target terapi, dan pemilihan obat anti hipertensi sesuai algoritma sebagai berikut
5
Gambar 4. Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut JNC 84
6
Dalam JNC 8 beta blocker tidak lagi digunakan dan direkomendasikan 4 kelas obat
tertentu berdasarkan penelaahan bukti untuk subkelompok ras, gagal ginjal kronis, dan diabetes
dimana panelis membuat tabel obat dan dosis yang digunakan berdasarkan hasil uji coba.
Berdasarkan rekomendasi di atas baik JNC 7 maupun JNC 8 tidak dikenal penggunaan reserpine
sebagai obat anti hipertensi sehingga reserpine sebaiknya tidak lagi digunakan dalam tata laksana
hipertensi.2,3,4
Pada kasus krisis hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg perlu
dibedakan antara hipertensi urgency (tanpa kerusakan organ tubuh) dan hipertensi emergency
(dengan kerusakan organ tubuh). Hipertensi urgency dapat diobati secara rawat jalan dengan
terapi anti hipertensi oral, dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah secara perlahan dalam 24
- 48 jam. Obat yang dianjurkan adalah captopril 50 mg sublingual atau oral. Pemberian
nifedipine sublingual atau oral tidak lagi direkomendasikan untuk hipertensi urgency karena
dapat menyebabkan hipotensi berat dan iskemia organ.
Hipertensi emergency memerlukan penanganan cepat, termasuk perawatan ICU.
Pemeriksaan tekanan darah harus diperiksa di kedua lengan menggunakan teknik pemeriksaan
yang benar. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan mencari adanya kerusakan organ target,
sedangkan pemeriksaan laboratorium harus mencakup kimia klinik, urinalisis, darah lengkap,
dan toksikologi. Terapi dengan obat anti hipertensi secara intravena sangat disarankan dalam
kondisi ini. Pemilihan obat harus didasarkan karakteristik obat yang spesifik (efek samping).
Penurunan tekanan darah harus terkontrol untuk menghindari hipoperfusi organ dan iskemia atau
infark. Obat-obatan yang biasa dipakai adalah labetalol, esmolol, nitrogliceryn, sodium
nitroprusside, clevidipine, trimetaphan, dan pentholamine
7
BAB II
ILUSTRASI KASUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Tn. H.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/ Usia : 09 Oktober 1970/ 44 tahun
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Komplek Pemda Cisalam, Rangkasbitung, Lebak
DATA DASAR
Keluhan Utama
Nyeri kepala bagian belakang 4 hari
8
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dan kakak laki-laki pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Riwayat penyakit jantung,
penyakit ginjal, diabetes mellitus dan alergi dalam keluarga disangkal
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai PNS dan menjabat sebagai kepala seksi di tempat kerjanya. Pasien sering
bekerja lembur terutama menjelang akhir bulan akibat tuntutan pekerjaan yang membuatnya
kelelahan dan merasa stres.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sedang
Kesadaran compos mentis
Tekanan darah : 160/ 100 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit, regular, isi cukup
Pernafasan : 20 kali / menit, regular
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 80 kg
IMT : 27,68 kg/ m2
Jantung
Auskultasi : BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)
Lain-lain : tidak ada kelainan
9
RINGKASAN
Pasien pria usia 44 tahun mengeluh nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dan IMT 27,68 kg/ m 2. Hasil
pemeriksaan fisik lain tidak menunjukkan ada kelainan.
DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi derajat II
2. Obesitas derajat I
PENGKAJIAN
Hipertensi derajat II
Pasien didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan gejala klinis berupa nyeri kepala, gelisah,
diplopia, dan leher kaku. Riwayat penyakit terdahulu menunjukkan bahwa pasien memiliki
riwayat hipertensi tak terkontrol sejak + 3 tahun dan riwayat penyakit keluaraga menunjukkan
ada anggota keluarga pasien yang memilki riwayat hipertensi. Pasien juga memiliki faktor risiko
hipertensi lain seperti stres, obesitas, jarang melakukan aktivitas fisik, dan diet tinggi lemak.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dimana berdasarkan
klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 termasuk ke dalam hipertensi derajat II.
Obesitas derajat I
Diagnosis obesitas derajat I didasarkan pada penghitungan IMT = 27,68 yang menurut klasifikasi
WHO tergolong ke dalam obesitas derajat I ditunjang dengan gaya hidup yang jarang
berolahraga dan diet tinggi lemak
10
RENCANA TATALAKSANA
Rencana tata laksana terdiri dari pemberian kombinasi 2 obat anti hipertensi dan modifikasi
gaya hidup. Obat anti hipertensi yang diberikan adalah amlodipine 1 X 10 mg (penghambat
kanal kalsium) dan captopril 2 x 12,5 mg (penghambat ACE). Modifikikasi gaya hidup terdiri
dari aktivitas fisik aerobik dan diet rendah garam serta diet rendah lemak. Aktivitas fisik yang
disarankan terdiri dari salah satu antara jogging, bersepeda, atau berenang selama 20-30 menit
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu. Diet rendah garam yang dimaksudkan adalah pembatasan
konsumsi garam kurang dari 6,5 gram atau kurang dari 1 sendok teh garam per hari, sedangkan
diet rendah lemak yang dimaksud adalah mengkonsumsi makanan dengan jumlah lemak total
dan lemak jenuh rendah. Target tata laksana adalah sampai dengan tekanan darah kurang dari
140/ 90 mm Hg.
FOLLOW UP
Follow Up I ( 3 hari ) Follow Up II ( 7 hari )
S: Tidak ada keluhan S: Tidak ada keluhan
O: Keadaan umum : baik O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis-apatis Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/ menit, regular, isi cukup Nadi : 80x/ menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20x/ menit, regular Respirasi : 20x/ menit, regular
Suhu : afebris Suhu : afebris
BB : 80 kg: TB : 170 cm IMT : 27,68 kg/m2 BB : 79 kg: TB : 170 cm IMT : 27,33 kg/m2
Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal
A: - Hipertensi derajat II belum terkontrol A : - Hipertensi derajat II terkontrol
- Obesitas derajat I - Obesitas derajat I
P: Diagnostik P: Diagnostik
- Cek tekanan darah 4 hari kemudian - Cek tekanan darah maksimal setiap 2 minggu dan minimal
- Cek total kolesterol hasil 198 mg/ dL setiap 1 bulan
Terapeutik - Cek tanda-tanda komplikasi hipertensi minimal setiap 1
- Amlodipine 1 X 10 mg tahun
- Captopril 2 X 12,5 mg Terapeutik
- Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali - Amlodipine 1 X 10 mg
seminggu - Captopril 2 X 12,5 mg
- Diet rendah garam dan rendah lemak - Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9 atau seminggu
BB = 63 kg - Diet rendah garam dan rendah lemak
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9
atau BB = 63 kg
KESAN UMUM
Ringkasan
Pasien pria usia 44 tahun mengeluh nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
11
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dan IMT 27,68 kg/ m 2. Hasil
pemeriksaan fisik lain tidak menunjukkan ada kelainan.
Diagnosis
1. Hipertensi derajat II
2. Obesitas derajat I
Tatalaksana
- Amlodipine 1 X 10 mg
- Captopril 2 X 12,5 mg
- Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali seminggu
- Diet rendah garam dan rendah lemak
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9 atau BB = 63 kg
Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
12
BAB III
PENUTUP
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 44 tahun dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Pasien
didiagnosis mengalami hipertensi derajat II dan obesitas derajat I. Pada pasien dilakukan terapi
kombinasi 2 obat anti hipertensi dan modifikasi gaya hidup dengan target tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg. Prognosis ad vitam adalah bonam, sedangkan prognosis ad sanatoinam dan
fungtionam adalah dubia ad bonam.
13
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., John E. Hall, alih bahasa: Irawati dkk., editor bahasa Indonesia: Luqman
Yanuar Rachman, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11, Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2013, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer ed 1, Jakarta: Kemenkes RI 236-243.
JNC 7, 2003, The Seventh Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10 Desember 2014
JNC 8, 2013, The Eighth Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10 Desember 2014
14