Anda di halaman 1dari 20

Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar
kualitas Wikipedia. Anda dapat
memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam,
atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini. Tulisan
yang tidak dirapikan dalam jangka waktu yang
ditentukan akan dihapus sewaktu-waktu
oleh Pengurus.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian
kanan.[tampilkan]
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar
Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam
paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong
hapus pesan ini.
Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau Ospek merupakan kegiatan awal bagi setiap
peserta didik yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Ospek dengan seluruh rangkaian
acaranya merupakan pembentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Dengan kata lain
bahwa baik tidaknya kepribadian mahasiswa di sebuah perguruan tinggi dapat terlihat oleh baik
tidaknya pelaksanaan Ospek di perguruan tinggi tersebut.
Pada dasarnya, Ospek merupakan pintu ilmu bagi mahasiswa-mahasiswi. Pintu itu akan dibuka
dan dicermati atau dipelajari secara saksama oleh mahasiswa-mahasiswi baru untuk
memperdalam ilmunya. Bila dari pintunya saja sudah buruk, maka pola pikirnya bisa saja terus
menduga bahwa di dalam pintu akan sama buruknya.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Hakikat

2Tujuan

3Fungsi

4Kontroversi

5Referensi

Hakikat[sunting | sunting sumber]


Ospek merupakan kegiatan untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru. Kegiatan
ini merupakan kegiatan institusional yang menjadi tanggung jawab Universitas untuk
mensosialisasikan kehidupan di Perguruan Tinggi dan proses pembelajaran yang
pelaksanaannya melibatkan unsur pimpinan universitas, fakultas, mahasiswa dan unsur-unsur
lainnya yang terkait.
Ospek juga merupakan sarana untuk mencari bakat-bakat dari para calon mahasiswa yang
masih tersembunyi. Selain itu, ospek juga merupakan sarana untuk saling beradaptasi agar bisa
mengatur hidup mereka sendiri.

Tujuan[sunting | sunting sumber]


Adapun tujuan OSPEK adalah:

1. Mengenal dan memahami lingkungan kampus sebagai suatu lingkungan akademis serta
memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.

2. Menambah wawasan mahasiswa baru dalam penggunaan sarana akademik yang


tersedia di kampus secara maksimal.

3. Memberikan pemahaman awal tentang wacana kebangsaan serta pendidikan yang


mencerdaskan berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan.

4. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu belajar di Perguruan Tinggi serta mematuhi


dan melaksanakan norma-norma yang berlaku di kampus, khususnya yang terkait
dengan Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa.

5. Menumbuhkan rasa persaudaraan kemanusiaan di kalangan civitas akademika dalam


rangka menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, tertib, dan dinamis

6. Menumbuhkan kesadaran mahasiswa baru akan tanggung jawab akademik dan


sosialnya sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

7. Untuk bisa saling beradaptasi antar sesama mahasiswa.

Fungsi[sunting | sunting sumber]


Ospek merupakan kelengkapan non-struktural pada kampus itu. Adapun fungsi Ospek adalah
sebagai:

1. Fungsi orientasi bagi mahasiswa baru untuk memasuki dunia Perguruan Tinggi yang
berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan.

2. Fungsi komunikatif yakni komunikasi antara civitas akademika dan pegawai administrasi
kampus.

3. Fungsi normatif yakni mahasiswa baru mulai memahami, menghayati dan mengamalkan
aturan-aturan yang berlaku di kampus.

4. Fungsi akademis yakni pengembangan intelektual, bakat, minat dan kepemimpinan bagi
mahasiswa.

Kontroversi[sunting | sunting sumber]


Namun adanya, kegiatan Ospek di Indonesia sering kali diisi oleh kekerasan dalam bentuk
verbal dan bahkan tidak jarang terjadi kekerasan fisik (Permana, 2013). Dengan konsep junior
harus patuh kepada senior, apapun perintahnya. Sehingga sering kali para peserta Ospek
mengenakan pakaian dan ornamen yang tidak wajar bahkan harus mau menerima hukuman fisik
dari senior bahkan sampai berujung pada kematian. Para orang tua yang peduli, tentu sangat
mengkritik kegiatan Ospek. Apapun dalih tujuan dari Ospek, sebenarnya tiada lain dari tindakan
balas dendam para senior akan pengalamannya ketika mereka mengikuti kegiatan Ospek.
Walaupun sebagian besar, secara resmi kegiatan Ospek yang negatif diberhentikan, ada saja
beberapa pihak yang masih melaksanakan kegiatan negatif tersebut.
Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMBA)
Prodi 2016 : Aktif, Sinergi, dan Harmoni
BY ADMINJATINANGOR 23/08/2016

1
Tahun Ajaran 2016-2017 telah tiba. Mahasiswa tingkat dua yang sudah
menyelesaikan Tahap Persiapan Bersama di tahun 2016 akan mulai
penjurusan ke Program Studi sesuai minat masing-masing mahasiswa.
Mahasiswa yang telah ditetapkan masuk kedalam satu Program Studi
tertentu kami sebut sebagai Mahasiswa Baru Prodi (Program Studi).

Tahun ini, tercatat 346 orang Mahasiswa Baru Prodi yang akan
melaksanakan kuliah di Kampus ITB Jatinangor. Mahasiswa tersebut
berasal dari sepuluh Prodi Sarjana dengan empat diantaranya adalah
Prodi Baru di ITB Kampus Jatinangor.

Sepuluh Prodi tersebut adalah Rekayasa Hayati dari SITH (Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati), Rekayasa Pertanian SITH, Rekayasa Kehutanan
SITH, Teknologi Pasca Panen SITH, Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
FTSL (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan), Teknik dan Pengelolaan
Sumber Daya Air FTSL, Teknik Pangan FTI (Fakultas Teknik Industri),
Bioenergi dan Kemurgi FTI, Kewirausahaan SBM (Sekolah Bisnis dan
Manajemen) dan Teknik Biomedika STEI (Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika). Teknologi Pasca Panen, Teknik Pangan, Teknik Biomedika
dan Bionergi dan Kemurgi merupakan Program Studi baru di ITB.
Selain kesepuluh Prodi tersebut diatas, kampus ITB Jatinangor mulai
tahun ini juga melaksanakan kegiatan perkuliahan Tahap Persiapan
Bersama (TPB) untuk mahasiswa ITB Kampus Cirebon. Sebanyak 95
mahasiswa TPB ITB Cirebon dari tiga Prodi melaksanakan kuliah di
tahun pertamanya di kampus ITB Jatinangor. Mahasiswa ITB Cirebon
tersebut berasal dari tiga Prodi yaitu Teknik Industri FTI (Fakultas Teknik
Industri), Kriya FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain), dan
Perancangan Wilayah dan Kota (PWK) dari SAPPK (Sekolah Arsitektur
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan).

Sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki multikampus di tiga kota yang


berbeda, yaitu ITB Kampus Ganesha di Bandung, ITB Kampus
Jatinangor di Sumedang dan ITB Kampus Cirebon membuat Institut
Teknologi Bandung semakin maju dan berkembang untuk membangun
bangsa, memeratakan pendidikan tinggi dengan lebih dekat ke
masyarakat, khususnya Jawa Barat. Perguruan Tinggi merupakan
institusi yang memiliki peran dan posisi strategis untuk mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. MOMBA masa orientasi
mahasiswa baru prodi merupakan salah satu kegiatan
memperkenalkan kampus ITB Jatinangor kepada mahasiswa agar
mengetahui profil perguruan tinggi ITB multikampus, program layanan
akademik, fasilitas serta kegiatan-kegiatan di kampus ITB terutama di
Kampus ITB Jatinangor. Harapan agar mahasiswa ITB setelah mengenal
kampus dimana tempat dirinya akan menimba ilmu, mahasiswa dapat
meraih kemampuan akademik secara optimal, menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni secara berkualitas.

Direktorat Eksekutif Kampus ITB Jatinangor selaku pengelola Kampus


ITB Jatinangor, sejak tahun 2015 menginisasi kegiatan pengenalan
lingkungan kampus bagi para Mahasiswa Baru Prodi khususnya yang
akan melakukan kegiatan perkuliahan di Kampus ITB Jatinangor.
MOMBA atau Masa Orientasi Mahasiswa Baru melibatkan tidak hanya
mahasiswa, namun juga himpunan mahasiswa, dosen maupun tenaga
kependidikan. Meskipun bernama orientasi, namun kegiatan ini jauh
berbeda dengan orientasi yang seringkali dikenal sebagai arena
perponcloan kakak senior kepada adik-adiknya.
Kasubdit Pemantauan Lingkungan dan Sarana Eksternal, Dr Sony Heru
Sumarsono sebagai penggagas utama nama MOMBA mengatakan
bahwa kegiatan ini untuk meluruskan perspektif yang berkembang di
kalangan mahasiswa dan masyarakat umum tentang makna orientasi
yang sebenarnya. Makna utama orientasi pada dasarnya adalah
pengenalan, bukan sesuatu hal yang harus ditakuti oleh mahasiswa
baru.

MOMBA, Masa Orientasi Mahasiswa Baru Prodi bertujuan untuk


mengenalkan kampus ITB Jatinangor, sarana prasarana, sarana
kegiatan akademik dan penunjang akademik seperti sarana olahraga,
perpustakaan, sarana ibadah serta memperkenalkan lebih dekat apa
yang akan mereka pelajari selama tahun kedua hingga tahun-tahun
terakhir masa studi mereka. Pada kegiatan ini diberikan pula
kesempatan bagi unit-unit kegiatan mahasiswa untuk ajang unjuk gigi
sehingga dapat memperoleh anggota sebanyak mungkin. Begitu pula
mahasiswa baru prodi di kampus ITB Jatinangor dapat melihat atraksi
dan pentas seni unit-unit kegiatan mahasiswa secara lebih dekat dan
bahkan bertanya langsung sebelum memutuskan untuk mengikuti unit
kegiatan mahasiswa tertentu.

MOMBA 2016, Masa Orientasi Mahasiswa Baru Prodi Tahun 2016 yang
diinisiasi dan diadakan oleh Direktorat Eksekutif Kampus ITB Jatinangor
ini juga turut mengundang Kepala-Kepala Program Studi, Kabinet
Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, Kepala-
Kepala Unit Kegiatan Pendukung dan Tenaga Kependidikan untuk
bersama-sama memberikan bekal kepada Mahasiswa Baru Program
Studi sebelum menempuh perkuliahan di Kampus ITB Jatinangor.

Tur Kampus
MOMBA 2016, Masa Orientasi Mahasiswa Baru Prodi Tahun 2016 ini
diawali dengan tur kampus. Kegiatan jalan kaki berkeliling kampus ITB
Jatinangor dipandu oleh mahasiswa senior angkatan 2014 keatas yang
lebih dulu tinggal dan berada di Kampus ITB Jatinangor. Bila tahun lalu,
2015, tur kampus berawal dari Gedung Asrama, maka tahun ini atas
permintaan mahasiswa, tur kampus berangkat dari Gedung Kuliah
Umum (GKU) I.
Sekitar 69 orang mahasiswa baru prodi mengikuti kegiatan tur kampus
ini. Mahasiswa berkumpul di GKU I lantai dasar kemudian menuju lokasi
prasasti air, Gedung Kehutanan, Gedung Instalasi Pengolahan Sampah
Terpadu, Gedung Utama, KOICA, Gedung Perpustakaan, Gedung
Asrama, GOR Futsal, Menara loji, Rumah Jepang, GOR Graha Satria,
Lapangan Sepak Bola, Lab Sedimentasi, Labtek 1A, Labtek 1B, dan GKU
II.

Area-area selain tersebut diatas yang juga mendapatkan penjelasan


sambil berjalan kaki yaitu area WTP Water Treatment Plan, Jogging
Track, dan Arboretum dalam kampus. Mahasiswa baru prodi juga
diberikan kesempatan untuk masuk kedalam gedung perpustakaan,
GOR Futsal dan GOR Graha Satria. Sekitar 20 orang panitia baik dari
mahasiswa senior maupun himpunan turut menjadi pemandu kegiatan
tur kampus ini. Beberapa dosen juga turut serta dalam kegiatan
menemani mahasiswa baru dengan ikut serta berjalan kaki berkeliling
kampus ITB Jatinangor.

Presentasi Unit Kerja, Program Studi dan Himpunan.


MOMBA 2016, Masa Orientasi Mahasiswa Baru Prodi Tahun 2016
merupakan masa-masa awal dimana mahasiswa dituntut beradaptasi
secara cepat dengan lingkungan barunya. Setelah kegiatan tur kampus
bersama himpunan, mahasiswa senior, dosen dan tenaga
kependidikan. Mahasiswa selanjutnya diarahkan ke ruang kelas besar
di Gedung Kuliah Umum II lantai 3 guna mengikuti presentasi dari unit-
unit kerja terkait dan Program Studi.

Acara dibuka dengan ucapan selamat datang yang langsung


disampaikan oleh Direktur Eksekutif Kampus ITB Jatinangor. Kepala
Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L), Dr.
Yogi Wibisono Budhi, ST.,MT. memberikan arahan kepada mahasiswa
baru prodi untuk bersama menjaga keamanan, ketertiban dan
kenyamanan kampus ITB Jatinangor. Beliau menyampaikan bahwa UPT
K3L juga siap memberikan layanan kepada mahasiswa yang
membutuhkan pengawalan bilamana masih berada di kampus hingga
larut malam dan kawatir untuk pulang sendiri.
Selanjutnya presentasi disampaikan oleh Dr. Ciptati, MS., M.Sc. selaku
Ketua Lembaga Konseling ITB. Beliau memaparkan agar mahasiswa
tidak perlu ragu untuk berkonsultasi mengenai permasalahan-
permasalahan yang terjadi kepada mahasiswa selama menempuh
pendidikan di Institut Teknologi Bandung.

Acara ini tak lengkap bila tanpa kehadiran Lembaga Kemahasiswaan.


Hadir dalam MOMBA 2016, Dr. Sony Suhandono selaku sekretaris
Lembaga Bidang Non Kurikuler dan Kemasyarakatan. Presentasi dari
unit kerja juga diberikan oleh UPT Pelayanan Kesehatan dan
disampaikan oleh Dr Taufikurahman mewakili Kepala UPT Yankes ITB.

Unit Kegiatan Mahasiswa dan Pentas Kesenian


MOMBA 2016 dimeriahkan pula oleh para UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa), diantaranya adalah Keluarga Mahasiswa ITB, MIJ (Muslim
ITB Jatinangor), PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) ITB, KMK
(Keluarga Mahasiswa Katolik) ITB, KMB (Keluarga Mahasiswa Budha)
ITB, KMH (Keluarga Mahasiswa Hindu) ITB, LSS (Lingkung Seni Sunda)
ITB, MBWG (Marching Band Waditra Ganesha) ITB, KPA (Keluarga
Paduan Angklung) ITB, UBV (Unit Bola Volly) ITB, UATM (Unit Aktivitas
Tenis Meja) ITB, Sekar Cai Jati (degung), Pasopati (Unit Panahan
Pasopati).
ORIENTASI MAHASISWA BARU
(OSPEK) : PEMBENTUKAN GENERASI
INSTAN ???
ORIENTASI MAHASISWA BARU (OSPEK) : PEMBENTUKAN GENERASI INSTAN ???

Proud by Rizky Kurnia Widiantoko


Anak Belajar dari Kehidupannya (puisi Dorothy Law Nolthe )

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan
cinta dalam kehidupan.

Orientasi Mahasiswa. Dua buah kata yang mungkin akan mengantarkan pikiran kita pada
sebuah bayangan mengenai kegiatan dimana mahasiswa mahasiwa baru disambut
dengan berbagai cara unik oleh seniornya. Menjadi sebuah kegiatan rutin yang
dilaksanakan setiap tahun hampir di setiap kampus yang ada di dunia membuat orientasi
mahasiswa seakan ada sebagai sebuah gerbang awal untuk menyambut bibit bibit baru
yang akan berjuang di kampus tersebut.

Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua arti dari kata
orientasi. Pertama orientasi diartikan sebagai peninjuan untuk menentukan sikap (arah,
tempat, dsb) yang benar dan tepat. Sedangkan arti yang kedua adalah pandangan yg
mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Berangkat dari dua definisi ini, kita
tahu bahwa kegiatan orientasi mahasiswa dilaksanakan sebagai sebuah kegiatan yang
memberikan pandangan bagi mahasiswa mahasiswa baru yang mendasari pemikiran
dan kecenderungan mereka dalam menjalankan kehidupan mereka di kehidupan kampus
agar mereka memiliki sikap yang benar dan tepat. Bicara mengenai kehidupan
mahasiswa di kampus, tentu benar dan tepat disini adalah sudut pandang entitas
kampus. Benar dan tepat menurut peraturan yang berlaku di universitas maupun
fakultas.

Proses OSPEK adalah proses kaderisasi yang dibutuhkan untuk organisasi


kemahasiswaan, sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan dengan tingkat
fleksibilitas terhadap perubahan zaman dan tidak terpasung oleh tradisi semu yang
memakan korban. Proses represivitas terhadap OSPEK harus dijawab dengan sebuah
transformasi proses kaderisasi yang tidak memakan korban. Transformasi tersebut
menuntut sebuah kreativitas dalam menjawab perubahan paradigma masyarakat
(Pikiran Rakyat, 28/08/2004).
Para senior di setiap kampus memiliki cara tersendiri untuk memahasiswakan siswanya
melalui OSPEK. Di beberapa kampus, kegiatan ospek dominan dengan pembebanan-
pembenan tugas saja, misalkan tugas membuat antribut, menulis esai, menulis karya
ilmiah, dsb. Di kampus lainnya, ospek diisi oleh kegiatan yang lebih variatif, selain
pembebanan tugas, ada pula kegiatan seperti simulasi aksi dan acara-
acara games ringan. Namun, adapula kampus yang memberikan tekanan lebih terhadap
para junior mereka dengan cara pelatihan mental atau fisik yang sifatnya masih cukup
ringan. Di sisi lain, masih ada pula kampus-kampus yang menerapkan aksi kekerasan.

Tak dapat dimungkiri lagi, ospek sebelum memasuki dunia kampus sangatlah
dibutuhkan, apa pun metodenya. Di momen inilah perubahan-perubahan awal dari siswa
menjadi mahasiswa dilakukan. Apa jadinya jika di suatu kampus tidak ada kegiatan
ospek sama sekali? Dari manakah para mahasiswa baru tahu akan kampusnya, tahu
akan esensi dari gelar mahasiswa yang kini mereka sandang, tahu akan bagaimana gelar
mahasiswa yang mereka sandang kali ini berperan? Mahasiswa dengan spesies apakah
yang akan dilahirkan jika tidak ada proses ospek? Akan jadi apakah bangsa ini jika para
kaum intelektualnya hanya mementingkan diri mereka sendiri? Mahasiswa datang hanya
untuk belajar, mendapat nilai, lulus, serta mendapat gelar. Kontribusi apakah yang akan
diberikan oleh mahasiswa jenis ini kepada rakyat Indonesia ? Padahal di sisi lain,
pendidikan yang mereka nikmati juga berasal dari uang-uang rakyat.

Setuju atau tidak setuju, ospek tetap dibutuhkan oleh para mahasiswa baru untuk
memahasiswakan mereka setelah melewati fase siswa. Namun yang menjadi pertanyaan
ialah metode ospek apakah yang ideal bagi para mahasiswa baru agar mereka dapat
memahami makna dari status mahasiswa yang kini mereka sandang? Apa pun
metodenya, yang terpenting ialah metode tersebut tidak menyimpang dari garis orbit
ospek sebagai sarana memahasiswakan siswa. Setidaknya hal yang perlu ditanamkan
para senior kepada para juniornya saat ospek ialah mengubah paradigma berpikir para
mahasiswa baru agar dapat berpikir kritis dan global terhadap apa yang sedang dialami
oleh bangsa ini. Nilai selanjutnya ialah memahami peran dari mahasiswa sebagai agent
of change, iron stock dan moral of voice, dan yang tak kalah penting ialah cinta Tanah
Air, bukan cinta terhadap jurusan atau almamater. Metode apa pun yang akan diterapkan
juga sebaiknya tidak monoton dan menyesuaikan tekanan dengan kebutuhan.

Letak permasalahan selama ini adalah, sulitnya mengawasi mahasiswa senior oleh
Panitia maupun pihak pihak terkait seperti Fakultas dan Universitas, karena mereka
belum mengetahui paradigma baru dari kegitan tersebut. Mereka lebih mengenang masa
lalu, dan diulang kepada adik-adiknya.

Di Indonesia, kegiatan orientasi mahasiswa dikenal dengan nama OSPEK (Orientasi Studi
dan Pengenalan Kampus) atau istilah di Universitas Brawijaya dikenal PK2 (Pengenalan
Kehidupan Kampus), dalam lingkup lebih kecil di jurusan ITP-UB dikenal sebagai
Graphista/OPJH (Orientasi Pengenalan Jurusan dan Himpunan).

Perubahan Gaya dalam Orientasi Mahasiswa Baru

Singkatan OSPEK ini mencerminkan bahwa tujuan dari OSPEK adalah untuk membantu
mahasiswa baru agar memiliki pandangan tentang arah belajar sebagai mahasiswa serta
mengenali seluk beluk dari kampusnya. Arah belajar mahasiswa berkaitan erat dengan
sistem akademik yang berlaku di kampus. Misal jam belajar, mata kuliah, penggunaan
website kampus, cara mengetahui nilai secara online, syarat Drop Out (D.O.), dsb.
Sedangkan pengenalan kampus berarti pengenalan orang orang yang terlibat dalam
perkuliahan misal teman seangkatan, dosen, karyawan, dan lain lain, fasilitas fasilitas
yang disediakan, denah kampus, pengenalan cara meminjam buku di perpustakaan,
organisasi` organisasi kampus, kepanitiaan, dan sebagainya. Minimal, hal hal seperti
yang telah disebutkan menjadi tujuan dari adanya kegiatan OSPEK agar mahasiswa tahu
apa yang sepantasnya menjadi hak serta apa yang harus mereka lakukan sebagai wujud
pemenuhan tuntutan kewajiban mereka. Namun kenyataannya, sering kali pelaksanaan
OSPEK mengandung unsur kegiatan yang tidak relevan dalam upaya pencapaian tujuan
dari OSPEK itu sendiri. Apa yang panitia OSPEK anggap sebagai rangkaian kegiatan, tak
menjadikan hal tersebut sebagai upaya tersampainya tujuan dari OSPEK.
Bentuk ketidakrelevanan yang pertama adalah kekerasan. Beberapa tahun lalu, media
informasi kita, baik cetak maupun elektronik sempat dipenuhi oleh berita dimana
kegiatan OSPEK dilakasanakan dengan unsur kekerasan. Kekerasan disini adalah
hukuman fisik yang diberikan jika mahasiswa baru melakukan suatu tindakan yang
dianggap salah oleh panitia OSPEK misal kontak fisik dengan cara memukul, menendang,
menginjak, dan sebagainya yang kegiatan itu tak ubahnya seperti sebuah penindasan.
Tak sedikit dari mahasiswa mahasiswa baru itu yang mengalami cedera fisik, bahkan
sempat ada berita dimana seorang mahasiswa di sebuah institusi pendidikan kehilangan
nyawa akibat kekerasan dari pihak panitia.

Saat ini, penerapan system penindasan fisik seperti itu dilarang keras oleh pemerintah.
Larangan tersebut diwujudkan melalui wacana yang dikeluarkan Sekretaris Jendral
Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2011 lalu, Dodi Nandika, yaitu Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai pelaksanaan Masa Orientasi Siswa (MOS)
serta OSPEK. Sebagian institusi pendidikan, mulai meninggalkan kekerasan fisik
semacam ini dan mengubah cara pemberian hukuman melalui verbal yaitu melalui kata
kata untuk memperingatkan mahasiswa baru yang panitia OSPEK anggap melakukan
kesalahan.

Jika kita melihat dari sudut pandang panitia OSPEK, tentu mereka memiliki alasan
mengapa menerapkan sistem tekanan pada mahasiswa melalui verbal. Yang pertama,
system ini tidak menyebabkan cedera fisik. Kedua, melalui system ini, diharapkan
kegiatan OSPEK dapat dijadikan sebagai media untuk internalisasi nilai keberanian dari
mahasiswa untuk berargumen melawan statement yang telah diucapkan oleh panitia
OSPEK jika mahasiswa baru menganggap tidak benar. Dapat dikatakan bahwa saat
OSPEK, adalah saat yang tepat untuk melakukan internalisasi nilai nilai tertentu bagi
mahasiswa seperti berani, setiakawan, jujur, dsb.
Namun, lagi lagi pada pelaksaan. Peringatan secara verbal seakan hanya sekedar
mentransformasi bentuk kekerasan fisik menjadi verbal sehingga melahirkan bentuk
penindasan baru. Peringatan yang digunakan justru kebablasan sehingga harus
menggunakan kata kata kasar atau bahkan umpatan yang tak sepatutnya digunakan.
Penanaman nilai seperti keberanian, kesetiakawanan, dsb berubah menjadi bentuk
penanaman ketakutan. Jika melawan senior, mereka akan mendapatkan hukuman
tertentu sehingga kadang sebagian besar dari peserta memilih untuk diam.

Berkaitan dengan kekerasan fisik dan verbal, Paulo Freire, seorang pemikir dan praktisi
pendidikan pembebasan dari Brasil, dalam bukunya Pedagogi of The Oppressed
(diindonesiakan dengan judul Pendidikan Kaum Tertindas, LP3ES, 1985) mengingatkan
bahwa dalam situasi penindasan, kaum tertindas melakukan identifikasi secara
kontradiktif. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai mahluk yang terbenam, terhina,
terlepas dan tercerabut dari kemanusiaannya. Adapun di hadapan mereka adalah kaum
penindas yang berkuasa dengan harkat kemanusian yang sempurna, Tuan tanpa salah.

Kaum tertindas dipaksa untuk memilih atau melakukan apa yang dipola oleh
penindasnya. Kaum tertindas tentu akan berfikir seribu kali untuk melakukan
perlawanan, karena hal itu akan memberatkan mereka sendiri. Lagi pula, belum tentu
kawan-kawannya yang lain akan membantu. Kebanyakan kaum tertindas akan memilih
diam dan patuh. Keadaan seperti ini membuat kaum tertindas akan larut dalam sikap
masokhis. Begitu pun yang terjadi pada mahasiswa baru peserta OSPEK. Mereka
melakukan banyak tindakan dan hukuman seperti yang diminta oleh para panitia OSPEK,
tanpa banyak berani menentang walaupun tindakan-tindakan itu sama sekali tidak logis,
tidak rasional dan tentunya tidak mereka inginkan. Hal semacam ini tentu akan
membungkam kebebasan berpikir mahasiswa baru. Mereka seakan dicetak menjadi
sosok yang patuh tanpa memberikan mereka ruang untuk berpikir menggunakan akal
dan logika yang mereka miliki.

Selain kekerasan, bentuk ketidakrelevanan lainnya adalah pemberian tugas berlebih.


Pemberian tugas berlebihan sebelum atau saat OSPEK membuat mahasiswa kelelahan
dalam melaksanakan kegiatan OSPEK. Dikatakan berlebih apabila dengan adanya tugas
tersebut, membuat mahasiswa tidak lagi memperhatikan tujuan adanya OSPEK yaitu
pengenalan sistem akademik dan pengenalan lingkungan kampus. Tugas tugas yang
seakan memang dirancang untuk tidak dapat diselesaikan akan memberikan pengaruh
buruk pada kondisi psikologis peserta OSPEK karena pusat perhatian mereka tertuju pada
penyelesaian tugas. Kekhawatiran timbul akibat akan ada berbagai macam hukuman
yang akan mereka terima apabila tugas tidak terselesaikan. Lagi lagi masalah
ketakutan. Mereka mengerjakan tugas bukan karena tugas itu perlu dan memberikan
dampak positif jika dikerjakan, namun mereka mengerjakan dengan alasan takut untuk
mendapatkan hukuman. Internalisasi nilai ketakutan tentu bukan yang diharapkan oleh
panitia OSPEK. Sebagian besar pelaksanaan OSPEK, dalam rangkaian kegiatannya,
membuat acara seminar dan presentasi dari pihak pihak terkait yang nantinya akan
terlibat dengan kehidupan mahasiswa di kampus seperti dari sistem akademik kampus,
dewan kode etik, presentasi dari organisasi organisasi, pemanfaatan infrastruktur, dsb.
Kelelahan yang diderita peserta akan membuat peserta kehilangan konsentrasi selama
pelaksanaan acara presentasi. Padahal acara inilah esensi dari pelaksanaan OSPEK.
Mahasiswa dikenalkan dengan system pendidikan kampusnya serta apa hak dan
kewajibannya sebagai mahasiswa.

Faktor Minus yang harus Dihapuskan saat Orientasi Mahasiswa Baru

1. Pelaksanaan OSPEK selama ini yang bermaksud menanamkan kedisiplinan dengan


hukuman dan bentakan hanyalah sebuah bentuk militerisasi dalam kampus. Ini adalah
bentuk KEMUNAFIKAN mahasiswa yang anti militerisme dalam kampus tetapi malah
melestarikan militerisme dari waktu ke waktu.

2. Penanaman nilai-nilai baru dalam waktu yang singkat dan dalam tekanan adalah
sangat TIDAK EFEKTIF ditinjau dari faktor psikologi. Mahasiswa yang tidak tidur ataupun
kelelahan karena mengerjakan setumpuk tugas tidak memiliki kesiapan maksimal untuk
menerima informasi baru.

3. Pembuatan aneka atribut yang aneh-aneh merupakan suatu pemborosan uang dan
waktu semata, tak sebanding dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam serangkaian
aneka atribut tersebut. Dengan kata lain, pembuatan aneka atribut tersebut tidak
mengacu pada aspek kreatif

4. Thorndike, seorang ahli psikologi pembelajaran menyatakan bahwa hukuman tidak


efektif untuk meniadakan suatu perilaku tertentu. Begitu halnya dengan hukuman dan
sanksi pada OSPEK tidak akan efektif membuat seorang mahasiswa untuk
menghilangkan perilaku-perilaku buruknya. Setiap orang memiliki kerentanan psikologis
yang berbeda-beda, sehingga hukuman yang serampangan ataupun perlakuan yang
menekan mental pada OSPEK dapat menimbulkan suatu TRAUMA PSIKOLOGIS tersendiri
bagi beberapa orang. Trauma ini pada akhirnya akan menimbulkan abnormalitas
kejiwaan seseorang.

5. Hindarkan dari arogansi senioritas. OSPEK bukan ajang perpeloncoan untuk


menujukkan arogansi para senior. Bukan pula digunakan sebagai ajang para senior untuk
balas dendam atau melakukan intimidasi yang keras ke juniornya. Karena jika OSPEK
identik dengan hal tersebut maka OSPEK akan selalu diwarnai dengan kekerasan,
intimidasi, penghinaan atau aktivitas negatif yang lain. Memang dalam beberapa hal,
kondisi ini menjadi hal yang turun-temurun. Untuk itu, perlu bagi ketua untuk dapat
memilih panitia OSPEK dengan atitude yang baik. Perlu di-briefing juga agar panitia tidak
terjebak untuk menujukkan aroganitasnya saja yang cenderung mendorong ke arah
kekerasan.

6. Hindari memberikan tugas yang tidak rasional dan tidak produktif. OSPEK terkadang
identik dengan tugas yang tidak rasional atau tugas yang tidak produktif. Jika jurusan
tidak terkait dengan seni, maka sejatinya kadang tidak perlu menyuruh junior
menggunakan cara berpakaian yang aneh-aneh dengan kostum yang aneh-aneh. Pakaian
aneh-aneh ini kadang justru cenderung merendahkan para junior di mata orang lain.
Justru ajarkan mereka cara berpakaian yang sopan dan rapi. Misalnya menggunakan jas,
dasi layaknya mereka dipersiapkan diri menjadi profesional sejati.

7. Hindarkan kegiatan yang tidak berguna dan urakan, arahkan kegiatan OSPEK untuk
memperkenalkan dunia baru yang intelek. OSPEK pada awalnya memang dirancang
untuk memperkenalkan dunia baru kepada mahasiswa baru atau siswa baru. Mereka
perlu diberitahu hal-hal yang baru seperti lingkungan baru dan budaya yang baru di
tempat yang baru. Perlu ditanamkan ke mahasiswa baru tentang nilai-nilai positif yang
perlu dijaga di kampus tersebut. Perlu dijelaskan juga tentang aturan atau norma yang
dijunjung tinggi dalam kampus atau sekolah tersebut. Penanaman konsep yang bagus
tersebut perlu dilakukan dalam akvitas sederhana yang rutin seperti misalnya menyapa
dosen dengan sopan, membuang sampah di tempat dengan benar, bersikap yang benar
ketika berjalan, dst. Arahkan kegiatan OSPEK dengan kegiatan membangun kepribadian
diri yang baik. Contoh sederhana membangun kedisiplinan diri serta kemandirian.
Mengajak mahasiswa baru ke kampus tidak diantar, mandiri dalam pengaturan finansial
pribadi. Hal-hal tersebut perlu dipertegas kembali dalam sebuah bentuk mentoring atau
dalam bentuk buku saku yang wajib dibaca. Atau kegiatan membaca buku bagi mereka
yang malas membaca jadi mau membaca buku dengan kegiatan diskusi dalam
perpustakaan selain juga mengurangi kecanggungan mahasiswa baru untuk mendatangi
lingkungan baru seperti perpustakaan.

8. Hilangkan tindakan yang menekan (represif) yang membuat stres tapi Tujukan untuk
kegiatan yang memotivasi (self-motivation) mampu memacu interaksi & bersosialisasi.
Salah satu kunci keberhasilan mahasiswa/siswa baru dalam kuliahnya adalah
kemampuan memotivasi diri dengan baik. Ada banyak mereka datang dengan pilihan
jurusan yang tidak tepat atau motivasi yang kurang kuat. Perlu dibuat sesi untuk
kegiatan yang mengarahkan kepada training motivasi dan pengembangan sikap positif.
Selain itu mengingat budaya saat ini, remaja cenderung jarang bersosialisasi atau
gemarnya dalam grupnya sendiri. OSPEK diharapkan mendorong pesertanya untuk
mampu lebih bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain. Salah satu kunci sukses di
masa yang akan datang adalah kemampuan sosialisasi yang baik dan mampu membina
hubungan baik dengan orang lain sehingga tidak perlu ada tindakan represif oleh disma
atau QC yang berakibat melemahkan motivasi karena stress atau bahkan mengurangi
interaksi dari maba dalam bersosialisasi dengan lingkungan barunya karena gerak-gerik
yang terlalu diawasi.

Pembentukan Karakter bukan Dilakukan secara Instan

Titik awal peresmian kata maha akan melekat di belakang kata siswa.
Selama OSPEK berlangsung, maba memberikan kesan pertama terhadap fakultas,
alamater, dan senior. Kalangan mahasiswa baru pun memaknai OSPEK secara beragam.
Ada yang memandang OSPEK secara positif, ada juga yang memandang OSPEK dengan
skeptis dan menilainya sebagai kegiatan yang sama sekali tidak berarti.

Bagi mahasiswa baru yang memandang OSPEK dengan skeptis, maba merasa
diperlakukan tidak manusiawi. Ulah panitia OSPEK yang tidak segan-segan dengan
mudahnya memberi hukuman, baik fisik maupun verbal, kepada mahasiswa yang tidak
displin. Parahnya lagi, ada panitia OSPEK berusaha menemukan hukuman dengan
mencari-cari kesalahan peserta OSPEK. Bila timbul pemikiran di benak maba bahwa
OSPEK ialah hanya ajang balas dendam terhadap apa yang dirasakan oleh senior kepada
yunior, maka hal tersebut sah-sah saja karena kenyataan di lapangan mencerminkan
demikian.

Banyak panitia OSPEK yang tidak sadar bahwa pendekatan tersebut tidak efektif untuk
membangkitkan kedisiplinan maba secara komunal. Pengaruh pendekatan tersebut
mengesankan menciptakan efek jera, sekaligus memaksakan membudayakan disiplin.
Namun, kedisiplinan yang terbangun akibat paksaan akan mendorong maba kembali ke
sifat semula. Berbeda bila pendekatan yang diberikan menekankan kehumanisan
mahasiswa baru.

Panitia OSPEK perlu belajar mengenali mahasiswa baru sebagai adik kelas yang
berpotensi membangun almamaternya dan sebagai partner psikologis. Selama OSPEK,
melakukan pendekatan yang membangun mental, bukan kebanyakan menjatuhkan.
Mengubah paradigma mereka dan memperlakukan mereka melalui sentuhan hati, bukan
lewat cacian dan suruhan. Berikan pendekatan yang lembut namun tegas. Hal ini
menjadi pendekatan efektif sebab membentuk kedisplinan lebih alami.

Beberapa bentuk perilaku diluar kontak non fisik yang digolongkan kekerasan di kampus
yaitu: Pertama, pengungkapan kata-kata tidak senonoh dan penghinaan yang
merendahkan nilai dan martabat kemanusiaan mahasiswa. Kedua, pemaksaan nilai dan
atribut tertentu untuk dilakukan secara massal, seragam dan persis antar satu
mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Ketiga, ucapan dan tindakan bernada ancaman
fisik, sanksi sosial dan akademik yang tidak proporsional. Seperti seorang panitia yang
mengancam mahasiswa baru tidak lulus OSPEK, padahal kelulusan mahasiswa baru
ditentukan oleh penanggung jawab sesuai standard aturan yang telah diberitahukan
sebelumnya dan bukan merupakan penilaian yang keluar secara pribadi. Keempat,
Pemberian tugas yang tidak sepantasnya dan tidak sesuai dengan tujuan pendidikan.
Misalnya membawa peralatan atau bahan yang sulit dicari ditempat umum yang
bertujuan untuk membuat malu mahasiswa. Kelima, merampas dan merazia barang
mahasiswa baru yang merupakan barang pribadi yang bernilai privacy. Keenam,
mengaitkan kelemahan pribadi dengan ciri etnis tertentu. Ketujuh, memberi gelar yang
berasal dari ciri khas fisik, gaya dan sifat bawaan yang negatif.

Kekerasan non fisik justru akan berdampak lebih buruk dari kekerasan fisik bila telah
menjadi tradisi. Buah dari kekerasan non fisik adalah kekerdilan berpikir, pelecehan etika
dan moral, mematikan kreatifitas, menumbuhkan dendam, meruntuhkan motivasi dan
dampak lain. Dampak-dampak tersebut seharusnya dieliminir untuk memacu
pertumbuhan generasi yang inovatif, kreatif dan produktif di kampus.

OSPEK akan dipandang sinis oleh maba bila tidak ada pesan yang ingin disampaikan atau
mengaburkan esensi OSPEK. Dan pada dasarnya, OSPEK masih sangat diperlukan untuk
menunjang keberhasilan mahasiswa baru mengarungi hidup di kampus. Esensi dari inti
OSPEK ialah mengenalkan dan membantu maba untuk beradaptasi dengan lingkungan
dan pergaulan yang baru. Maba dapat mengetahui prosedur perkuliahan dan tata tertib
akademik. Program OSPEK juga harus selaras membangun kesadaran mahasiswa baru
akan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu OSPEK ialah media awal
mendewasakan paradigma dan mematangkan sikap mahasiswa baru.

Sudah bukan zamannya lagi bila OSPEK diisi dengan muatan negatif sehingga
menimbulkan stigma di kalangan mahasiswa baru. Pada perkembangannya, sudah tidak
relevan bila OSPEK sebagai sarana bullying mahasiswa baru. Bila pendekatan OSPEK
yang dibangun salah, maka akan menciptakan generasi mahasiwa yang apatis.
Paradigma pendekatan OSPEK tersebut harus dihapuskan. Muatan OSPEK harus memberi
kesan dan pesan positif. Sejatinya pesan positif OSPEK akan dinilai berhasil bila
mahasiswa baru dapat memetik tergantung dari kualitas OSPEK itu sendiri. Sejauh mana
OSPEK membantu adaptasi mahasiswa baru di lingkungan yang baru. Sejauh mana
tujuan dan pelaksaan OSPEK dapat mendewasakan sikap mahasiswa baru untuk
menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini menjadi amat penting untuk dipikirkan
oleh panitia OSPEK dalam mengonsep dan mengeksekusi pelaksanaan OSPEK.

Alasan-alasan diataslah yang perlu menjadi landasan mengenai perlu atau tidaknya ada
sebuah sie QC (Quality Control)/ Disma (Disiplin Mahasiswa) atau Komite Disiplin agar
dapat disikapi dengan bijak sehingga sesuai tujuan orientasi mahasiswa baru yang
diharapkan tanpa tercampuri pembentukan karakter dengan cara-cara yang instan.

Gaya Orientasi Mahasiswa Baru di Negara Maju

Jika kita berkaca pada beberapa negara maju, kesan OSPEK yang diberikan sungguh
sangat berbeda. OSPEK yang dilakukan benar benar dilakukan sesuai dengan
tujuannya, yaitu pengenalan sistem akademik dan kehidupan kampus.

Jerman
Melongok tradisi penerimaan mahasiswa baru di sejumlah PT di Jerman, nampak sedikit
berbeda bila dibandingkan dengan PT di Indonesia. Dari segi konteks memang serupa
yaitu untuk melakukan pengenalan dengan lingkungan kampus, mulai dari informasi
akademis, fasilitas kampus, hingga dosen-dosen pengajar. Namun cara yang dilakukan,
setiap PT dan negara pasti memiliki perbedaan. Proses pengenalan mahasiswa baru di
Indonesia biasanya memakan waktu berhari-hari, bahkan tak jarang kita ketahui di
sejumlah PT menyelenggarakan kegiatan orientasi mahasiswa baru hingga berbulan-
bulan, dengan tujuan tertentu pastinya.

Lain halnya dengan PT di Jerman, pada umumnya penyelenggaraan kegiatan penerimaan


mahasiswa baru tidak membuang waktu lama. Di Hochschule Harz contohnya, mulai dari
tingkat Diploma, Sarjana maupun Pascasarjana, pengenalan mahasiswa baru secara
efektif hanya diselenggarakan selama kurang lebih 2-3 hari. Rincian kegiatan juga kurang
lebih serupa, mahasiswa baru diterima secara langsung oleh petinggi PT setara Rektor,
Pembantu Rektor bidang akademik ataupun Dekan Fakultas. Mereka mendapatkan
pengarahan akademis secara umum dalam tingkatan PT, fakultas dan jurusan. Lalu
dilanjutkan dengan Tour de Campus untuk mengenalkan fasilitas kampus itu sendiri, juga
mengemas kegiatan tur kampus ini menjadi sebuah permainan seru. Selebihnya mereka
mengadakan acara kumpul-kumpul bersama seperti Barbeque Party di taman kampus
atau Welcoming Party di sebuah klub. Tak ada satupun kegiatan bantai-membantai
antara senior terhadap junior. Dengan rancangan kegiatan yang padat tersebut,
menjadikan waktu lebih efektif dan efisien baik dari pihak PT sendiri juga bagi mahasiswa
baru. Tiap tahun kami selalu melakukan persiapan untuk penerimaan mahasiswa baru,
selain rancangan kegiatan yang sifatnya pengenalan akademis, kami juga mengatur
pesta penyambutan yang menyenangkan untuk mereka, ujar Sebastian Ziervorgel
selaku tim Humas seraya menjelaskan dengan Bahasa Inggrisnya yang lancar.

Mungkin perbedaan menonjol yang terlihat adalah rasa kekeluargaan yang sangat tinggi
di kalangan mahasiswa PT di Indonesia dan rasa individualis di PT Jerman. Namun bila
tujuannya untuk solidaritas dan keakraban antar mahasiswa, apakah harus melalui
proses penyiksaan selama beberapa hari? Apakah tidak ada cara lain untuk memotivasi
mahasiswa tanpa harus mengalami tekanan terlebih dahulu, sampai-sampai banyak
insiden yang banyak menelan korban? Atau memang sudah karakter masyarakat kita
yang terbiasa mengalami penekanan dari zaman penjajahan, setelah itu baru bisa
merasakan dampaknya? Bisa jadi pertanyaan ini menjadi kajian penting bagi institusi
pendidikan dan para mahasiswa di tanah air. Tradisi budaya boleh berbeda, namun tak
ada salahnya apabila kita bisa mengambil sisi positif dari hal yang berseberangan.
Menumbuhkan rasa solidaritas bisa dilakukan dengan banyak cara, dengan jalan
menciptakan kegiatan yang seru dan menyenangkan seperti kegiatan Outbond atau
lainnya. Melihat juga usia mahasiswa yang sudah layak disebut dewasa maka alangkah
baiknya mereka diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan seniornya dengan
cara yang bijak dan perlakuan yang dewasa pula, tanpa melibatkan tindakan kekerasan
entah verbal atau fisik yang berpotensi menimbulkan anarkis.

USA
Seorang narasumber yang pernah menjadi Orientation Assistant (O.A.) sebuah
Universitas di Washington D.C. , Amerika Serikat berpendapat bahwa OSPEK/New
Student Orientation dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa baru tahu siapa yang
mereka hubungi jika mereka membutuhkan sesuatu.
One of the most important but simple things students learn during orientation is who to
contact if they need something, says Laura Pasley 10, student life coordinator and
former orientation assistant.
Sebagai contoh, misal seorang mahasiswa ingin berkonsultasi masalah akademis,
mereka tahu pihak mana yang harus dihubungi, kepada siapa mereka harus berbicara.
Selain itu, jika seorang mahasiswa ingin menggunakan fasilitas yang disediakan kampus,
mereka tahu kepada siapa mereka harus meminta izin. Sekalipun sangat sederhana,
tujuan OSPEK dapat tercapai, mahasiswa dapat mengetahui apa saja hak mereka dan
apa saja yang menjadi kewajiban mereka.

One aspect of making the transition to college is learning to be an advocate for your
own needs and questions. During orientation, we try to give students the contacts and
resources needed to be self-sufficient. says Laura Pasley.
OSPEK menjadi media pihak Universitas dan Fakultas, khususnya panitia OSPEK sendiri,
agar mahasiswa baru dapat mengadvokasi kebutuhan mereka sendiri. OSPEK dijadikan
sebagai jalan agar mahasiswa mampu mandiri, mampu mengdentifikasi kebutuhan
mereka lalu mencari jalan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

The process helps students begin adjusting to the college lifestyle because it gives first-
years a chance to interact with each other without being overwhelmed by the
upperclassmen population, says Alex Birmingham, Orientation Assistant
Proses OSPEK juga merupakan langkah awal bagi mahasiswa baru untuk bisa saling
mengenal satu dan lainnya, mengetahui siapa saja orang yang berada dalam lingkup
universitas atau khususnya fakultas. Tahap perkenalan tersebut dimulai dari teman
seangkatan, senior, dosen, karyawan, pegawai kantin, petugas kebersihan, dekan hingga
pada tingkat rektor.

Di University of California, Los Angeles (UCLA) sudah sejak tahun 1950-an tidak ada lagi
masa orientasi yang diwarnai perpeloncoan. Menurut Roxanne G Neal, Direktur Program
Orientasi UCLA, saat ini tidak ada lagi tindakan-tindakan senior dalam program orientasi
yang menindas anak baru dengan mengatasnamakan tradisi. Seandainya ada oknum
mahasiswa yang melakukannya, maka tindakan ini dianggap pelecehan dan sudah pasti
akan mendapat sanksi baik dari pihak universitas maupun kepolisian. Satu-satunya
tradisi yang diturunkan dalam masa orientasi adalah yel-yel yang disebut 8-tepukan.
Yel-yel sebagai sarana unjuk gigi sekaligus menjaga semangat ini biasa ditampilkan
dalam acara- acara olahraga seperti football dan basket.

Belanda
Universitas di Belanda, OSPEK diadakan oleh perkumpulan mahasiswa atau studenten
verenigning, bukan universitas. Mahasiswa baru harus mengikuti suatu program yaitu
sorority selama dua minggu, seminggu di antaranya kerja di hutan sebagai ritual
masuk ke sorority. Selama masa orientasi yang disebut Eureka Week itu, mahasiswa baru
yang namanya diganti dengan angka selama seminggu kerja di hutan, tanpa mandi,
tanpa tahu waktu, tanpa snack dan rokok. Untuk orientasi universitas, yang ada hanya
kuliah umum serta jalan-jalan keliling kota dan kampus.

Malaysia
Universitas di Malaysia, OSPEK tidak lebih dari pengenalan kampus. Mulai dengan
lingkungannya, seperti : berjalan mengelilingi areal kampus, asrama, perpustakaan,
pusat pusat kegiatan mahasiswa, pengenalan akademik di fakultas dan jurusan masing-
masing. Tidak ada terlihat atribut-atribut tiap fakultas atau jurusannya, seluruhnya sama
dengan berpakaian putih hitam. Dan panitia pelaksana turut serta berpanas-panasan
dan berjalan kaki sambil menerangkan lingkungan kampus ke adik-adiknya, kegiatan ini
dilaksanakan selama satu minggu.

Penutup

Pada akhirnya, proses OSPEK selayaknya dilaksanakan sebagaimana tujuan awalnya.


Diperlukan berbagai macam rangkaian kegiatan yang dapat menjadi media
tersampainya tujuan dari OSPEK itu sendiri. Jangan sampai OSPEK hanya dijadikan
sebagai ajang balas dendam panitia atas proses OSPEK yang tidak relevan di tahun
sebelumnya. Internalisasi nilai kehidupan mungkin perlu dilakukan namun porsinya
hanya sebagai bumbu agar fokus tujuan dari OSPEK tidak membias. Semestinya, jika
diperlukan sebuah rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan internalisasi nilai
kehidupan, tak dapat dilakukan hanya dalam rangkaian OSPEK selama tiga sampai
empat hari. Diperlukan suatu proses terus menerus dan bersifat jangka panjang,
mengingat mahasiswa baru bukanlah sebuah gelas kosong yang dapat diisi dengan
berbagai cairan apapun dengan mudah. Mereka adalah sosok yang telah dewasa dan
mampu menentukan jalan mereka sendiri.

Saran khususnya untuk OPJH Grapistha HIMALOGISTA UB:

Beberapa saran telah diutarakan secara eksplisit maupun implisit diatas, akan tetapi ada
beberapa saran yang menurut saya perlu saya tambahkan untuk memberikan solusi
yang lebih kongkrit.

Pemberian informasi mengenai lingkungan kampus dan sekitarnya dapat dilakukan


dalam sebuah rangkaian berupa kuliah umum dalam beberapa kali pertemuan, yang
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan dalam kelompok yang dipandu dan
difasilitator oleh mahasiswa yang lebih senior. Dinamika kelompok kecil akan lebih terasa
dibandingkan kelompok besar, sehingga keakraban antar mahasiswa dalam kelompok
maupun antar kelompok pun akan semakin terjalin dengan baik termasuk mendalami
informasi yang didapatkan secara teori mampu diterapkan secara praktik.

Tidak perlu adanya pembatasan kreatifitas dalam makna sesungguhnya, yang perlu
adalah pembatasan standard minimal dalam kreatifitas. Misalnya dalam pembawaan
atribut tidak perlu dilakukan penyeragaman yang serupa, seharusnya atribut dibiarkan
beranekaragam sesuai kreatifitasnya.

OSPEK yang menerapkan sistem yang akan membentuk MABA KONSUMTIF haruslah
dihilangkan. Maba konsumtif dapat dibentuk secara psikologis oleh ospek yang
memeritahkan maba-mabanya untuk membeli peralatan ini ataupun membeli jadi suatu
produk jadi tertentu. Hal ini sangatlah bertentangan dengan prinsip dari orientasi
mahasiswa untuk dipacu kreatif karena apabila mahasiswa baru dipaksa untuk
menyelesaikan segala permasalahan dengan membeli maka unsur kreatifitas dalam
otak kanannya akan tertekan. Misal : selalu saja ada perintah untuk membeli merk spidol
atau bolpoint merk bersandi manusia salju atau supir pesawat terbang atau membeli
permen bersandi kayu atau peralatan lain dengan kata-kata merk bersandi lain.
Solusinya bagaimana? mudah,,cukup dengan konsep kotradiksi terbalik dimana maba
wajib membawa peralatan ini itu tapi WAJIB BUKAN BARANG BARU yang akan memacu
mahasiswa menjadi lebih kreatif memanfaatkan barang-barang lama, demikian halnya
membuat nametag atau atribut lainnya pun harus dilabeli dengan DIWAJIBKAN
KOMPONEN BAHAN PEMBUATAN BUKAN BARANG BARU. Indikator keberhasilan
pembetukan mahasiswa kreatif dengan cara ini cukup mudah yakni cukup melakukan
total pengeluaran maba selama proses orientasi mahasiswa ini, semakin sedikit total
biaya pengeluaran namun tugas dapat terlaksana menunjukkan bahwa semakin kreatif
mahasiswa tersebut. Banyak sekali keluhan pasca ospek mengenai banyaknya
pengeluaran yang dikeluarkan saat ospek menunjukkan bahwa ospek sangat TIDAK
MENDIDIK, padahal saat masuk registrasi maba di Universitas Brawijaya sudah ditarik
biaya yang lumayan tinggi untuk OSPEk ORDIK dan ORMAWA.

Penanaman nilai-nilai dan informasi baru sangat efektif dilakukan dengan kegiatan-
kegiatan yang menyenangkan dalam rupa permainan-permainan ringan tanpa hukuman.
Hadiah telah terbukti efektif dalam membentuk dan mempertahankan suatu perilaku
baru. Sistem Kredit Poin per Materi dapat juga digunakan sebagai hadiah (rewards).
Misalnya poin untuk datang tepat waktu, 1 poin untuk kerapian, 1 poin untuk mengenal
denah gedung kuliah. Jika mahasiswa tidak memperoleh standar poin tertentu maka akan
bisa dievaluasi mengenai kelulusannya dalam program ospek tersebut. Jadi bukannya
panitia berusaha mencari kesalahan melainkan malah panitia mampu membantu
memotivasi.

Tapi selepas dari itu, Perlu dilakukan perencanaan dan pola yang matang berdasarkan
esensi yang diharapkan sebagai GOAL. Setelah pola diperoleh, perlu sosialisasi ke
mahasiswa senior dan panitia, kemudian perlu dilakukan simulasi kegitan tersebut.
Dengan konsep yang jelas, dan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi telah
diketahui, maka seluruh pihak akan mudah mengatur kegitan tersebut, sehingga OSPEK
bernuansa positif akan muncul, barulah terlihat kegitan-kegiatan yang menjurus pada
perubahan watak.

Kalau takut acara ospek menjadi tidak seru atau tidak berbobot karena sikap pasif dan
plegmatis mahasiswa baru maka tidak menjadikan penghalalan sifat dan fungsi tugas
disma/QC/Komite disiplin yang seperti skenario sinetron untuk dimunculkan untuk
memberikan kekerasan verbal (skenario sinetron karena saat simulasi memang
kejadiannya seperti artis sinetron-bukan mencerminkan pribadi yang sesungguhnya).
Sungguh sangat disayangkan apabila masih ada mahasiswa baru yang menjalankan
acara OSPEK khususnya OPJH Grapistha ITP UB saat evaluasi QC padahal sebelumnya
habis ketawa-ketiwi game icebreaking atau saat materi, namun saat melihat QC masuk
seperti melihat zombie bangkit dari kubur dan rebutan pingsan. Ada sebuah statement
asyik yang bisa saya cuplik dari mrs J

ank skrg itu bnr2 beda ma jaman batu dl,,inget,,

dliat dari background pendidikannya,

maba dah biasa ngalem,liat aja kurikulumnya,KBK,CBSA,KPTS,smw kan brusaha mbwt


suasana belajar semenyenangkan mungkin.

maba emg terbiasa dididik dgn menstimulir keinginan belajar mereka melalui contoh
kongkrit pendidiknya.

tanpa kekerasan,agar mereka terus menggali potensi diri n mengaplikasikan dlm


kehidupannya.
beda ma dulu.kL pun Qta brusaha mbntuk mental mrka yg notabene cm dlm waktu
2hr,,itu sama aja ky nyiram segelas air k gunung berapi yg lg mletus=P..
Kenangan dalam OSPEK hanya menciptakan romantisme tertentu ketika
diceritakan beberapa waktu setelah OSPEK, namun tentunya setiap orang
tidak ingin mengalami OSPEK untuk beberapa kali lagi. Ini merupakan bukti
bahwa setiap orang tidak menginginkan OSPEK terjadi lagi dalam hidup
mereka. Hal inilah sebenarnya yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan
apakah OSPEK berhasil atau tidak, bukan ditinjau dari apakah OSPEK sudah
berjalan sesuai schedule atau penilaian otoristik secara sepihak oleh panitia.

Hal yang menyenangkan akan selalu diingat sebagai kenangan yang


menyenangkan bukannya hal yang membosankan karena membuang
waktu dan tidak menimbulkan trauma, selain juga karena pembentukan
karaktrer harus dilakukan secara bertahap serta terencana sehingga tidak
akan menghasilkan generasi instan.

Sumber Informasi Penulisan:

Okezone kampus, BEM FE UI, HIMALOGISTA ITP-UB, DIKTI, dan berbagai masukan pribadi
dari mahasiswa S1/S2 yang tidak cukup untuk dituliskan.

SARAN BUAT PARA MAHASISWA BARU: APABILA KAMPUSMU MENJALANKAN PRAKTEK


ORIENTASI BERBASIS KEKERASAN FISIK MAUPUN MENTAL ATAU MENERAPKAN HAL-HAL
YANG SANGAT TIDAK MENDIDIK MAKA BOIKOT SAJA, JANGAN IKUTI OSPEK DAN LEBIH
PENTING LAGI KIRIMKAN SURAT KOMPLAIN/PETISI BERTANDA TANGAN ORANG TUA
KEPADA PEMBANTU DEKAN 3 (secret-panitia ospek paling takut dengan pihak dekanat
khususnya PD 3 karena mereka memiliki beberapa segmen acara ilegal yang biasanya
bertentangan dengan konsep akademik dari PD 3). JANGAN TAKUT UNTUK TIDAK LULUS
OSPEK KARENA SEMUA MABA PASTI LULUS OSPEK DAN TIDAK MENGULANG TAHUN
DEPANNYA LAGI. TAPI KALAU OSPEK BERJALAN MENYENANGKAN DAN BERMANFAAT
MAKA SEBAIKNYA IKUTI, KARENA ORIENTASI TERSEBUT BANYAK MEMILIKI GUNA DI LAIN
HARI

Anda mungkin juga menyukai