Anda di halaman 1dari 184

JAK/2010/PI/H/12

iii

PENGANTAR

Pusaka dan pelestarian merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Pusaka sangat
penting untuk dilestarikan dan diteruskan bagi generasi mendatang. Upaya pelestarian ini
membutuhkan peran serta berbagai pihak bahkan mulai dari anak-anak. Sejak dini anak-anak
perlu mengenal dan memahami pusaka, keragamannya, dan kebutuhan pelestarian bagi
pusaka-pusaka tersebut termasuk peran serta mereka dalam upaya pelestarian ini.
Adalah menjadi tantangan, karena kenyataan lapangan menunjukkan pelestarian pusaka
belum menjadi bagian yang penting baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat maupun
pembangunan. Terlihat banyak pohon dibabat semena-mena dengan dalih pembangunan.
Bangunan pusaka diabaikan bahkan dihancurkan demi konstruksi baru yang dianggap lebih
menjanjikan secara ekonomi. Atau beberapa seni tradisi yang semakin sulit dicari ahlinya, dan
masih banyak lagi pusaka-pusaka yang terlantar, terusik maupun terusak.
Apalagi dengan adanya bencana alam yang menghancurkan pusaka-pusaka yang
berharga dan menemui banyak kesulitan untuk memperbaikinya. Tantangan lain yang dihadapi
adalah tidak banyak buku acuan tentang pelestarian pusaka yang dapat dipergunakan dalam
memberikan pembelajaran bagi anak-anak bahkan juga bagi masyarakat umum.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa perkembangan pelestarian pusaka di Indonesia
masih sangat terbatas. Sementara disadari pembelajaran tentang pelestarian pusaka perlu
dilakukan sejak dini. Untuk itulah Badan Pelestarian Pusaka (BPPI) menyusun program
sepanjang tahun (multi years program) Pendidikan Pusaka untuk Sekolah di Indonesia.
Sebagai langkah awal, bekerjasama dengan Erfgoed Nederland, Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Kantor UNESCO Jakarta,
dan Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
melaksanakan proyek perintisan Pendidikan Pusaka untuk Sekolah Dasar di Indonesia dengan
melibatkan tiga belas Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salah satu materi yang perlu disiapkan untuk pengembangan Pendidikan Pusaka adalah
penyusunan buku panduan. Buku ini merupakan panduan bagi guru Sekolah Dasar di DIY
dalam mempersiapkan bahan ajar bagi anak didiknya. Panduan ini berisi bahan dasar yang
dapat diolah dan dikembangkan sendiri oleh guru dalam memberikan pembelajaran pusaka
pada murid. Dalam memberikan pengetahuan, menanamkan pemahaman dan menumbuhkan
kesadaran bagi anak-anak sesuai kelasnya, guru hendaknya mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat, mudah dicerna oleh anak-anak dan mengasyikkan.

Pengantar
iv

Tujuan utama dalam pendidikan pusaka ini adalah guru dapat mengajak anak didiknya untuk:
mengenal keragaman pusaka alam dan budaya serta memahami makna dan fungsinya
dalam kehidupan
menyayangi dan mencintai pusaka alam dan budaya
memahami kehidupan multi kultural, menghormati dan menghargai keragaman,
tergerak untuk memelihara dan melestarikan pusaka, serta mencegah kerusakan pusaka
alam dan budaya
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam berbagai kesempatan baik saat mengajar maupun dalam
kegiatan sehari-hari guru perlu pula menunjukkan keberpihakan pada pelestarian pusaka.
Karena keberhasilan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh contoh-contoh nyata dalam
keseharian dan dilakukan dengan senang hati, bukan keterpaksaan. Pelestarian pusaka
hendaknya menjadi bagian dari gaya hidup.
Tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki keragaman pusaka yang berbeda satu dengan
lainnya. Demikian pula DIY yang memiliki potensi dan persoalan pusaka spesifik daerah ini.
Untuk itu tiap-tiap daerah perlu memiliki Buku Panduan Guru SD untuk Pendidikan Pusaka
daerah masing-masing. Melengkapi buku panduan ini diterbitkan pula Buku Seri Pendidikan
Pusaka untuk Anak (SPPA) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Seri buku ini ditulis dan disunting oleh guru, murid dan pelestari anggota Tim
Pendidikan Pusaka dengan didukung Tim Artistik yang mengolah naskah menjadi cerita
bergambar dan komik yang menarik untuk anak-anak. Pada tahap awal ini diterbitkan 25 buah
buku SPPA yang mengangkat pusaka-pusaka yang ada di sekeliling anak-anak dan umumnya
menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Target buku SPPA adalah anak-anak SD
kelas 4-6. Masih ribuan pusaka di DIY yang perlu diolah untuk diperkenalkan dan
dipahamkan bagi anak-anak. Semoga buku-buku tersebut dapat membantu pula menjadi
inspirasi dan referensi dalam penyusunan buku panduan maupun Seri Pendidikan Pusaka
untuk Anak di banyak daerah di Indonesia.
Masukan, kritik, dan perbaikan sangat diharapkan dari para guru, pendidik, pekerja
pelestarian dan segenap pembaca guna peningkatan dan pengembangan materi Buku Panduan
untuk Guru SD di DIY maupun di daerah-daerah lain di Indonesia. Kepada semua pihak yang
telah terlibat, membantu dan mendukung penyusunan buku ini termasuk para guru dari 13 SD
di DIY yang menjadi peserta proyek ini diucapkan banyak terima kasih. Semoga segala yang
dicurahkan ini mampu memberikan kontribusi dalam pengembangkan pendidikan pusaka
sejak dini dan aksi-aksi nyata pelestarian pusaka di DIY maupun Indonesia.

Yogyakarta, Juli 2010


Tim Pendidikan Pusaka

Pengantar
v

DAFTAR ISI

Pengantar iii
Daftar Isi v

Bab I
PELESTARIAN PUSAKA I-1

1.1 Latar Belakang -----------------------------------------------------------------I-1


1.2 Pengertian Pusaka dan Pelestarian -------------------------------------------I-1
1.2.1. Pusaka --------------------------------------------------------------------I-1
1.2.2. Pelestarian ---------------------------------------------------------------I-2
1.3 Jenis-jenis Pusaka --------------------------------------------------------------I-3
1.3.1. Pusaka Budaya Ragawi (Tangible Cultural Heritage) ------------I-3
1.3.2. Pusaka Budaya Tak Ragawi (Intangible Cultural Heritage) -----I-4
1.3.3. Pusaka Alam (Natural Heritage) -------------------------------------I-5
1.3.4. Pusaka Saujana (Cultural Landscape Heritage) -------------------I-5
1.4. Tingkat Pusaka & Pengelolaannya ------------------------------------------I-6
1.5. Perkembangan Pelestarian Pusaka -------------------------------------------I-8
1.5.1. Perkembangan Global --------------------------------------------------I-8
1.5.2. Perkembangan Indonesia ----------------------------------------------I-10
1.6. Upaya & Bentuk Pelestarian Pusaka ----------------------------------------I-13
1.6.1. Upaya Pelestarian Pusaka ---------------------------------------------I-13
1.6.2. Bentuk & Tindakan Pelestarian Pusaka -----------------------------I-14
1.7. Organisasi & Peraturan Perundangan ---------------------------------------I-16

Bab II
KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA II-1

2.1. Murid sebagai Pelaku & Penerus Pelestarian ---------------------------------II-1


2.2. Tujuan & Sasaran Pendidikan Pusaka -----------------------------------------II-1
2.2.1. Tujuan --------------------------------------------------------------------II-1
2.2.2. Sasaran -------------------------------------------------------------------II-1
2.3. Pendekatan & Alat Bantu --------------------------------------------------------II-2

Daftar Isi
vi

2.4. Jalur Pilihan Pendidikan Pusaka ----------------------------------------------- II-5


2.5. Urutan Pembelajaran & Alokasi Waktu -------------------------------------- II-5
2.6. Penjelasan Per Semester -------------------------------------------------------- II-6
2.7. Standar Kompetensi ------------------------------------------------------------- II-15
2.8. Uji Kemampuan ------------------------------------------------------------------ II-20
2.9. Catatan Pelaksanaan Pendidikan Pusaka ------------------------------------- II-26

Bab III
MATERI PENDIDIKAN PUSAKA III-1

3.1. Pusaka Alam ---------------------------------------------------------------------- III-1


3.1.1. Hubungan Manusia & Alam ----------------------------------------- III-1
3.1.2. Alam Sebagai Pusaka ------------------------------------------------- III-4
3.1.3. Ragam Pusaka Alam -------------------------------------------------- III-4
3.2. Pusaka Budaya Ragawi --------------------------------------------------------- III-19
3.2.1. Sifat Pusaka Budaya Ragawi ----------------------------------------- III-19
3.2.2. Tingkatan Pusaka Budaya Ragawi ---------------------------------- III-23
3.3. Pusaka Budaya Tak Ragawi ---------------------------------------------------- III-33
3.3.1. Pengertian --------------------------------------------------------------- III-33
3.3.2. Mengapa & Bagaimana Pusaka Tak Ragawi Menghilang? ----- III-34
3.3.3. Prinsip Pelestarian ----------------------------------------------------- III-36
3.3.4. Mengapa Melestarikan Pusaka Tak Ragawi itu Penting? ------- III-37
3.3.5. Unsur Apa yang Perlu Dilestarikan? ------------------------------- III-37
3.3.6. Sastra Lisan ------------------------------------------------------------- III-37
3.3.7. Aksara & Sastra Tertulis ---------------------------------------------- III-39
3.3.8. Musik -------------------------------------------------------------------- III-42
3.3.9. Tari ----------------------------------------------------------------------- III-49
3.3.10. Teater Tradisional ---------------------------------------------------- III-55
3.3.11. Teater Boneka -------------------------------------------------------- III-57
3.3.12. Seni Rupa -------------------------------------------------------------- III-63
3.3.13. Seni Kriya ------------------------------------------------------------- III-64
3.3.14. Seni Busana ----------------------------------------------------------- III-65
3.3.15. Pusaka Kuliner -------------------------------------------------------- III-66
3.3.16. Obat & Pengobatan Tradisional ------------------------------------ III-70
3.3.17. Seni Beladiri ---------------------------------------------------------- III-74
3.3.18. Dolanan ---------------------------------------------------------------- III-75
3.3.19. Festival Tradisional -------------------------------------------------- III-79
3.3.20. Keris ------------------------------------------------------------------- III-82
3.3.21. Perhiasan -------------------------------------------------------------- III-84
3.4. Pusaka Saujana ------------------------------------------------------------------- III-85
3.4.1. Pengertian Pusaka Saujana ------------------------------------------- III-85
3.4.2. Pusaka Saujana di DIY ------------------------------------------------ III-86
3.4.3. Peran Alam dalam Sejarah dan Filosofi Kehidupan di DIY ----- III-87
vii

Bab IV
CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN IV-1

4.1. Aktivitas di Kelas -----------------------------------------------------------------IV-1


4.1.1. Diskusi Pusaka Budaya Ragawi Bergerak & Tak Bergerak ------IV-1
4.1.2. Pusaka Keluarga --------------------------------------------------------IV-1
4.1.3. Pembelajaran Pusaka Tak Ragawi -----------------------------------IV-2
4.2. Aktivitas Luar Kelas -------------------------------------------------------------IV-3
4.3. Seri Pendidikan Pusaka Anak ---------------------------------------------------IV-7
4.4. Evaluasi Siswa --------------------------------------------------------------------IV-18

Daftar Pustaka ix

Lampiran:
1. Peta Jelajah Pusaka Saujana Yogyakarta
2. Peta Jelajah Pusaka Purbakala Kawasan Prambanan
3. Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia
4. Sumber Informasi Pusaka Indonesia
5. Peraturan dan Kebijakan Terkait Pelestarian Pusaka

Daftar Isi
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I-1

kan dan melestarikan layak tumbuh dan


berkembang di Indonesia.
Materi tentang pusaka dan pelestarian
pada bab ini disusun secara luas terkait
dengan banyak aspek. Seperti di antaranya
keragaman pusaka itu sendiri,
perkembangan yang terjadi di tingkat
nasional maupun internasional, dan
bermacam upaya serta bentuk tindakan
Pada bab ini dijabarkan pengertian dan pelestarian.
perkembangan pemahaman tentang pusaka
dan pelestarian serta berbagai bentuk upaya Hal ini didasari pemikiran agar guru
pelestarian. Jabaran keragaman pusaka akan memiliki kecintaan yang mendalam dan
diberikan pada modul yang lain. pengetahuan yang luas tentang pelestarian
pusaka. Untuk kemudian mampu menyusun
sendiri dalam dua kemungkinan paket
1.1. LATAR BELAKANG pembelajaran. Pertama, elaborasi berbagai
pengetahuan tentang pelestarian pusaka
dengan beragam mata pelajaran yang
Kekayaan pusaka alam dan budaya
diajarkannya. Kedua, memberikan
Indonesia seakan tertutup derap langkah
pendidikan pusaka secara khusus.
pembangunan dan gegap gempita berbagai
persoalan politik dan ekonomi negara. Ada Tindakan pelestarian pusaka yang
kecenderungan keterbatasan pemahaman langsung ditunjukkan melalui gaya hidup
dan penghargaan terhadap kekayaan sang guru yang merefleksikan kecintaan dan
tersebut. Bahkan ketidaktahuan tentang keberpihakannya dalam melakukan lang-
keberadaan, manfaat dan pemaknaan pusaka kah-langkah melestarikan pusaka merupa-
di segala penjuru tanah air pun semakin kan materi pendidikan yang sangat penting.
merajai. Murid-murid memerlukan contoh nyata
dalam pendidikan pusaka ini dari para guru.
Berita terjadinya kerusakan, kehilangan,
hingga pemusnahan pusaka Indonesia kerap
beredar di media massa. Berbagai reaksi 1.2. PENGERTIAN PUSAKA
atas kelemahan pengendalian proteksi dan & PELESTARIAN
pengelolaan acap kali terjadi. Untuk itu
pembelajaran untuk mengerti, memahami
dan mampu pula memanfaatkan bagi 1.2.1. PUSAKA
kehidupan masa kini maupun mendatang Pusaka adalah peninggalan masa lalu
secara kreatif sangat diperlukan. yang bernilai sejarah, pemikiran, kualitas
Pembelajaran tersebut perlu bagi rencana dan pembuatannya, perannya yang
berbagai kalangan, masyarakat umum, sangat penting bagi keberlanjutan hidup
pengelola kota dan daerah, profesional manusia. Ada pula yang mewakili gaya
hingga pelaku bisnis. Tua maupun muda. arsitektur yang khas pada suatu masa.
Karena pada dasarnya pusaka ini ada di Pusaka, dalam kamus Bahasa Indonesia-
mana-mana, dan dapat menjadi bagian dari Inggris oleh Poerwadarminta, berarti
keseharian manusia. Gaya hidup manusia heritage (Bahasa Inggris). Perkembangan
untuk mengenal, memelihara, memanfaat- pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I-2 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

pada artefak tunggal dan dalam dua dekade landscape heritage) adalah gabungan
terakhir ini pusaka dapat berarti pula suatu pusaka alam dan pusaka budaya dalam
saujana 1 (cultural landscape) yang luas kesatuan ruang dan waktu;
bahkan bisa lintas batas wilayah serta b. Pusaka budaya mencakup pusaka
menyangkut persoalan pusaka alam dan tangible (ragawi) dan pusaka intangible
budaya. (tak ragawi);
Perkembangan yang lain pusaka budaya
tidak pula hanya ragawi (tangible) tetapi
juga pusaka-pusaka budaya tak ragawi 1.2.2. PELESTARIAN
(intangible). Hal ini menjadikan isu pusaka Pelestarian (konservasi) pusaka
tidak bisa dipisahkan dari berbagai bukanlah romantisme masa lalu namun
persoalan kehidupan sehari-hari, justru membangun masa depan yang
pengelolaan seni budaya hingga menyinambungkan berbagai potensi masa
pengelolaan kota, desa maupun wilayah. lalu dengan berbagai perkembangan jaman
Untuk menguatkan pemahaman pusaka, yang terseleksi. Sementara itu pelestarian
para pekerja dan pemerhati pelestarian di sering kali dipahami sebagai pengawetan
Indonesia menyepakati tentang Pusaka tanpa bisa melakukan perubahan. Memang
Indonesia. Pada Tahun Pusaka Indonesia pada suatu sumber daya tertentu perlu
2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman), dilakukan aksi pelestarian dengan
Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia melakukan pengawetan (preservasi) tanpa
(JPPI) bekerjasama dengan International perubahan sama sekali. Namun, pada
Council on Monuments and Sites sumber daya pusaka yang lain justru perlu
(ICOMOS) Indonesia dan Kementerian dilakukan perubahan baik melalui
Kebudayaan dan Pariwisata Republik penambahan maupun penggantian demi
Indonesia mendeklarasikan Piagam kelangsungan hidup pusaka itu sendiri.
Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Piagam Bahkan dengan pengelolaan yang tepat
ini merupakan yang pertama dimiliki pusaka mampu membiayai dirinya sendiri,
Indonesia dalam menyepakati etika dan atau justru mampu pula memberikan
moral pelestarian pusaka. keuntungan secara ekonomi.

Kesepakatan tersebut di antaranya Pelestarian penting untuk mengamankan


adalah: bukti sejarah sehingga masyarakat dapat
melihat dengan langsung karya-karya
a. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, istimewa dari masa lalu yang dapat
pusaka budaya, dan pusaka saujana. memberi inspirasi dan pelajaran bagi
Pusaka alam (natural heritage) adalah generasi berikutnya. Pelestarian juga
bentukan alam yang istimewa. Pusaka penting untuk menjaga keserasian
budaya (cultural heritage) adalah hasil lingkungan dalam irama yang selaras.
cipta, rasa, karsa, dan karya yang
istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Di bidang sosial budaya, pelestarian
Tanah Air Indonesia, secara sendiri- berguna untuk membangun jatidiri,
sendiri, sebagai kesatuan bangsa kebanggaan, rasa percaya diri dan
Indonesia, dan dalam interaksinya keyakinan karena berpijak di atas akar
dengan budaya lain sepanjang sejarah budaya yang jelas.
keberadaannya. Pusaka saujana (cultural Sementara itu benda-benda langka yang
terpelihara dari masa lalu mempunyai nilai
1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi yang semakin meningkat, baik
saujana adalah sejauh mata memandang secara langsung dalam konteks pemasaran

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I-3

kepariwisataan maupun sebagai benda 1.3. JENIS PUSAKA


ekonomi. Di samping itu terpeliharanya
ketrampilan lokal tradisional dapat menjadi
kekuatan yang mendukung berkembangnya Sebagaimana dinyatakan dalam Piagam
ekonomi rakyat di bidang industri kreatif. Pelestarian Pusaka Indonesia 2003, Pusaka
Indonesia adalah pusaka alam, budaya dan
Secara lebih spesifik pengertian gabungan antar keduanya yang disebut
pelestarian adalah: pusaka saujana.
a. Upaya pengelolaan pusaka melalui
kegiatan penelitian, perencanaan, 1.3.1. PUSAKA BUDAYA RAGAWI
perlindungan, pemeliharaan, peman- (TANGIBLE CULTURAL
faatan, pengawasan, dan/atau pengem- HERITAGE)
bangan secara selektif untuk menjaga Pusaka budaya ragawi adalah semua
kesinambungan, keserasian, dan daya pusaka budaya yang mempunyai raga atau
dukungnya dalam menjawab dinamika berbentuk benda. Secara garis besar pusaka
jaman untuk membangun kehidupan budaya ragawi dapat dibedakan menjadi dua,
bangsa yang lebih berkualitas (Piagam yaitu pusaka budaya ragawi bergerak dan
Pelestarian Pusaka Indonesia 2003); pusaka budaya ragawi tak bergerak.
b. Kesinambungan yang menerima peru- Pusaka budaya ragawi bergerak adalah
bahan merupakan konsep utama pusaka budaya ragawi yang dengan mudah
pelestarian, sebuah pengertian yang dapat dipindahtempatkan. Contoh adalah
berbeda dengan preservasi. Konse- arca, keramik, perabot rumah tangga, tekstil,
kuensinya, perubahan yang dimaksud kereta, foto, dan masih banyak lagi.
bukanlah terjadi secara drastis, namun
perubahan secara alami dan terseleksi
(Adishakti, 1997).
c. Pelestarian merupakan manajemen
perubahan (Asworth, 1991).
d. Pelestarian dalam konteks perkotaan
berarti pula mengawetkan bagian
tertentu pusaka dengan memberikan
tidak hanya keberlanjutan kebera-
daannya tetapi juga memiliki manfaat
untuk masa depan (Burke, 1976 dalam
Asworth, 1991).
Keanekaragaman pusaka serta tujuan
pelestarian ini menuntut keterlibatan banyak
pihak, termasuk dunia pendidikan, guru dan
murid-muridnya, baik dalam menjaga,
mencegah kerusakan dan pengrusakan,
memelihara, melakukan tindakan peles-
tarian maupun menyebarluaskan pentingnya
pelestarian pusaka baik bagi umat manusia,
keluarga, masyarakat, lingkungan daerah,
nasional maupun dunia. Arca, salah satu contoh pusaka budaya ragawi bergerak
(Foto: Elanto Wijoyono)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I-4 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Pusaka budaya ragawi tak bergerak 1.3.2. PUSAKA BUDAYA TAK


adalah pusaka ragawi yang tidak dapat RAGAWI (INTANGIBLE
dipindahtempatkan tanpa mengubah atau CULTURAL HERITAGE)
merusak pusaka-pusaka budaya ragawi yang
Pusaka budaya tak ragawi adalah suatu
dimaksud. Pusaka ini memiliki kesatuan
kekayaan masa lalu yang sifatnya abstrak,
yang tidak dapat dipisahkan dengan lokasi
tidak berwujud secara fisik, tetapi
keberadaannya. Apabila dipisahkan dari
mengandung nilai, manfaat, makna,
lokasi keberadaannya, nilai dan makna
keahlian, dll. yang sangat tinggi dan
pusaka budaya ragawi tersebut menjadi
berharga bagi kehidupan.
berubah, bahkan dapat hilang sama sekali.
Termasuk di dalam kategori pusaka budaya The United Nations Educational
ragawi tak bergerak adalah pusaka Scientific and Cultural Organization
bangunan dan monumen. (UNESCO) menegaskan bahwa warisan
budaya tak benda (intangible cultural
Menurut Konvensi UNESCO tentang
heritage) adalah berbagai praktek,
Perlindungan terhadap Warisan Budaya dan
representasi, ekspresi, pengetahuan, kete-
Alam Dunia (Convention concerning the
rampilan (serta alat-alat, benda, artefak dan
Protection of the World Cultural and
ruang-ruang budaya terkait dengannya)
Natural Heritage) tahun 1972, warisan
yang diakui oleh berbagai komunitas,
budaya tak bergerak dapat berupa:
kelompok, dan dalam hal tertentu perse-
orangan sebagai bagian warisan budaya
- monumen (meliputi karya arsi-
mereka (Sumber: Konvensi UNESCO untuk
tektur, karya patung dan lukisan
Perlindungan terhadap Warisan Budaya Tak
yang monumental, elemen atau
Benda, 2003).
struktur arsitektur, inskripsi, dan
lukisan di dinding gua)
- kumpulan bangunan yang saling
terhubung atau terpisah
- situs (meliputi karya manusia atau
campuran antara karya manusia
dengan alam serta situs-situs
arkeologis).

Candi Ratu Boko, salah satu contoh situs, pusaka budaya Keterampilan menari tradisional, salah satu contoh pusaka
ragawi tak bergerak (Foto: Shinta Carolina) budaya tak ragawi (Foto: Suhadi Hadiwinoto)

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I-5

Warisan budaya takbenda ini diwariskan - Bentukan geologis dan fisiografis yang
dari generasi ke generasi dan senantiasa merupakan habitat bagi hewan dan
diciptakan kembali oleh berbagai komunitas tumbuhan yang terancam kepunahan.
dan kelompok sebagai interaksi mereka - Situs bentang alam yang
terhadap lingkungannya, dengan alam, serta memperlihatkan keaslian dan keindahan
sejarahnya alam.
Konsep mengenai budaya tak-benda (Sumber: Konvensi UNESCO tentang
mencakup beberapa manifestasi karya Perlindungan terhadap Warisan Budaya dan
budaya berikut ini: Alam Dunia tahun 1972),
- Tradisi dan ekspresi-ekspresi lisan,
termasuk bahasa merupakan alat
pengantar warisan budaya tak-benda
1.3.4. PUSAKA SAUJANA
(CULTURAL LANDSCAPE
- Musik, tari, drama dan bentuk-bentuk HERITAGE)
seni pertunjukan lainnya
Pusaka saujana merupakan produk
- Kebiasaan-kebiasaan sosial, ritual dan kreativitas manusia dalam merubah bentang
berbagai perayaan alam dalam waktu yang lama sehingga
- Pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan didapatkan keseimbangan kehidupan antara
terkait alam dan alam semesta alam dan manusia.
- Keterampilan tradisional Mengacu pada Piagam Pelestarian
Pusaka Indonesia 2003, untuk terminologi
cultural landscape digunakan kata saujana.
1.3.3. PUSAKA ALAM (NATURAL Sementara itu menurut Platcer dan Rossler
HERITAGE) (1995), saujana adalah:
Pusaka alam adalah bentukan alam yang a. Mencerminkan interaksi antara manusia
istimewa. Bentukan-bentukan secara alami dan lingkungan alam mereka tanpa
tersebut memiliki karakter yang khas, saling batas ruang dan waktu. Alam dalam
berhubungan dan terus berkembang. konteks ini adalah mitra masyarakat,
keduanya dalam kondisi yang dinamik
membentuk saujana;
b. Di beberapa negara, saujana digunakan
sebagai model interaksi antara manusia,
sistem sosial mereka dan bagaimana
mereka menata ruang;
c. Saujana adalah fenomena kompleks
dengan identitas ragawi dan tak ragawi.
Komponen tak ragawi tumbuh dari ide
dan interaksi yang memiliki dampak
Pantai, salah satu contoh pusaka alam (Foto: Shinta Carolina) pada persepsi dan membentuk saujana,
seperti misalnya kepercayaan sakral
dekat hubungannya dengan saujana dan
Warisan alam dapat berupa: keadaan ini sudah berlangsung lama.
- Bentukan fisik, biologis atau paduan d. Saujana adalah cermin budaya yang
keduanya yang ada pada alam diciptakan oleh masyarakat setempat.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I-6 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Menurut UNESCO, lansekap budaya 1.4. TINGKAT PUSAKA &


(cultural landscape) merupakan properti PENGELOLAANNYA
budaya dan mewakili kombinasi antara
karya alam dan manusia. Lansekap budaya
menggambarkan evolusi kehidupan manusia Ditinjau dari segi nilai, penting dan luas
dan lingkungannya dari waktu ke waktu, pengaruhnya, pusaka ada yang mempunyai
yang dipengaruhi oleh hambatan maupun nilai sempit terbatas bagi perorangan dan
dukungan dari lingkungan alamnya dan oleh ada pula yang bernilai sangat penting dan
kekuatan sosial, ekonomi dan budaya, baik luas bagi kehidupan masyarakat banyak,
eksternal maupun internal. (Sumber: bangsa dan kemanusiaan. Ada beberapa
Panduan Operasional untuk Implementasi pendapat tentang tingkatan pusaka dan
Konvensi Warisan Dunia, UNESCO, 2008). pengelolaannya.
Selain kategori warisan budaya, warisan Dari segi kepentingan dan luas
alam, dan campuran warisan budaya dan pengaruhnya pusaka, Adishakti mengelom-
alam, terdapat 4 jenis properti budaya dan pokkan tingkat pusaka dalam:
alam yang lebih spesifik dalam Daftar a. Warisan dunia (world heritage)
Warisan Dunia2, yaitu: (1) lansekap budaya
(cultural landscape); (2) kota bersejarah dan b. Pusaka nasional
pusat perkotaan; (3) kanal bersejarah; (4) c. Pusaka propinsi
rute bersejarah. Oleh karena itu, cultural d. Pusaka kota/kabupaten
landscape bukan merupakan kategori
tersendiri dalam daftar warisan dunia, Sedangkan menurut Perda DIY no. 11
melainkan masih termasuk dalam kategori tahun 2005 tentang Pengelolaan Kawasan
warisan budaya. Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya,
penetapan klasifikasi cagar budaya
dikelompokkan menurut kriteria sebagai
berikut:
a. Kelas A, berskala dunia (World
Heritage), adalah Kawasan Cagar Budaya
dan Benda Cagar Budaya yang mempunyai
nilai tertinggi dan layak menjadi kompetensi
dari Badan Dunia atau Dunia Internasional
untuk ikut mengamankan dan melestarikan;
b. Kelas B, berskala nasional (National
Heritage) adalah Kawasan Cagar Budaya
dan Benda Cagar Budaya yang mempunyai
nilai kecagarbudayaan peringkat kedua dan
layak menjadi kompetensi Pemerintah Pusat
Borobudur dan Perbukitan Menoreh merupakan salah satu untuk ikut mengamankan dan melestarikan;
contoh pusaka saujana karena terdapat kombinasi antara
karya manusia, masyarakat dan alam (Foto: Shinta Carolina) c. Kelas C, berskala Regional (Province
Heritage) adalah Kawasan Cagar Budaya
dan Benda Cagar Budaya yang mempunyai
nilai kecagarbudayaan peringkat Ketiga dan
layak menjadi kompetensi dari Pemerintah
2 Propinsi untuk mengamankan dan
Panduan Operasional untuk Implementasi
melestarikan ;
Konvensi Warisan Dunia UNESCO

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I-7

d. Kelas D, berskala Kabupaten/Kota - Tak tergantikan (irreplaceable). Jika


adalah Kawasan Cagar Budaya dan Benda warisan tersebut hancur, tak dapat
Cagar Budaya yang mempunyai nilai digantikan dengan cara apapun.
kecagarbudayaan peringkat Keempat dan - Keaslian (authenticity). Situs harus
menjadi kompetensi Pemerintah Kabupaten/ terjaga keasliannya dari pemugaran
Kota untuk mengamankan dan berlebihan, usaha mempercantik, dan
melestarikan ; modifikasi.
e. Kelas E, berskala lokal (Local Suatu properti dapat dikatakan memiliki
Heritage) adalah Kawasan Cagar Budaya nilai universal yang luar biasa jika
dan Benda Cagar Budaya yang mempunyai memenuhi salah satu atau beberapa dari
nilai kecagarbudayaan peringkat Kelima kriteria berikut ini:
dan menjadi kompetensi dari perorangan
atau lembaga pemilik pusaka untuk (i) mewakili sebuah karya agung dari
mengamankan dan melestarikan. kejeniusan umat manusia
Menurut UNESCO, Warisan Dunia (ii) menunjukkan nilai kemanusiaan
adalah peninggalan dari masa lampau di penting untuk jangka waktu tertentu atau
seluruh penjuru bumi yang kita saksikan dalam area budaya dunia, pada
hari ini untuk diwariskan kepada anak-cucu perkembangan bidang arsitektur atau
dimasa depan sebagai kekayaan tak teknologi, seni monumental, perencanaan
tergantikan di muka bumi. Warisan Dunia kota atau rancangan lansekap
berupa peninggalan alam dan budaya yang (iii) memiliki bukti unik (satu-satunya)
menjadi sumber kehidupan dan inspirasi. atau luar biasa atas sebuah tradisi budaya
atau peradaban yang masih hidup atau
sudah punah.
(iv) merupakan contoh luar biasa dari
sebuah tipe bangunan, kesatuan bangunan
atau lansekap arsitektur atau teknologi yang
menunjukkan tingkatan penting dalam
sejarah manusia.
(v) merupakan contoh luar biasa dari
permukiman tradisional, tata guna lahan
atau laut yang mewakili sebuah atau
beberapa kebudayaan atau interaksi manusia
dengan lingkungan di tengah perubahan
Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon,
ditetapkan sebagai Warisan Dunia pada tahun 1991 oleh jaman.
UNESCO (Foto: Shinta Carolina) (vi) memiliki keterkaitan nyata dan
langsung dengan kejadian atau tradisi hidup
Untuk dapat masuk dalam Daftar atau kepercayaan atau legenda yang
Warisan Dunia UNESCO, sebuah warisan memiliki nilai universal yang luar biasa.
budaya atau alam harus memiliki nilai (vii) memiliki fenomena alam yang
universal yang luar biasa yang intinya sangat tinggi, atau area yang memiliki
mengandung tiga prinsip, yaitu: keindahan alam yang luar biasa.
- Unik (unique). Hanya dapat ditemukan (viii) merupakan contoh luar biasa yang
di satu lokasi saja. menunjukkan tahap-tahap perubahan sejarah

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I-8 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

bumi, termasuk catatan kehidupan, proses ditujukan untuk guru Sekolah Dasar di
perubahan geologis yang berlangsung dalam Daerah Istimewa Yogyakarta, materi
perkembangan bentuk muka bumi keragaman pusaka beserta contoh-
(ix) merupakan contoh luar biasa yang contohnya juga dipilih dari DIY
menunjukkan proses ekologis dan biologis sebagaimana disusun pada Bab III.
penting dalam evolusi dan perkembangan
tanah, air tawar, ekosistem tumbuhan dan 1.5. PERKEMBANGAN
binatang di pantai dan laut PELESTARIAN PUSAKA
(x) memiliki habitat alami yang sangat
penting bagi konservasi in-situ terhadap
keragaman biologis, termasuk species yang Dalam beberapa dekade terakhir ini,
luar biasa yang terancam punah. perkembangan perubahan paradigma dan
pemahaman terhadap pusaka serta
Untuk dapat dipandang memiliki nilai pelestarian telah berkembang dengan cepat.
keagungan yang luar biasa, sebuah properti Beberapa contoh berikut merupakan
juga harus memiliki integritas dan/atau gambaran perkembangan pelestarian pusaka
otentisitas dan memiliki sistem perlin- yang terjadi baik di Indonesia maupun
dungan serta pengelolaan yang memadai lingkup global.
untuk menjamin kelestariannya.
Disamping itu juga ada pusaka
1.5.1. PERKEMBANGAN GLOBAL
komunitas yang tidak mempunyai
formalitas pengesahan tetapi diakui oleh Indikator perkembangan gerakan
komunitas ini sebagai suatu aset bersama pelestarian adalah kepedulian akan moral
yang penting dan harus dilestarikan. dan etika pelestarian. Etika bagi masyarakat
Demikian pula ditingkat yang lebih kecil pelestari diungkapkan melalui suatu
terdapat pusaka keluarga dan pusaka kesepakatan yang disusun dan didekla-
saya yang dimiliki dan ditetapkan atau rasikan secara komunal walaupun tidak
tanpa disadari menjadi sesuatu yang harus dikukuhkan secara hukum.
terus dilestarikan. Kesepakatan beretika ini dinyatakan
Sejak gempa tektonik 27 Mei 2006 di dalam bentuk piagam/charta atau deklarasi.
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Manifesto Masyarakat untuk Proteksi
Yogyakarta, terminologi Pusaka Rakyat Bangunan Purbakala (The Manifesto of the
mulai digaungkan untuk menekankan Society for Protection on Ancient
bahwa upaya penyelamatan pusaka tidak Buildings/SPAB) tahun 1877 merupakan
hanya dikhususkan pada pusaka monumen kesepakatan para pelestari yang
karya raja, ulama atau politisi. Pusaka baik dideklarasikan pertama kali di dunia.
berbentuk benda, ruang, tempat, budaya tak Intinya adalah menyelamatkan bangunan
ragawi yang merupakan karya masyarakat tua dari kerusakan, perusakan dan
bisa dikategorikan sebagai Pusaka Rakyat. pembongkaran.
Keragaman pusaka di Indonesia Selanjutnya gerakan masyarakat secara
memang sangat kaya. Bahkan tidak jarang global di antaranya diawali dalam sebuah
tiap-tiap tempat di tanah air ini masing- konferensi internasional yang diseleng-
masing memiliki karakter dan keunikan garakan oleh para arsitek profesional untuk
pusaka tersendiri yang membutuhkan pelestarian monumen (Professional Arch-
penanganan pelestarian yang sangat itect Conference on Monument Con-
beragam pula. Mengingat panduan ini servation) di Kota Athena, Yunani. Seminar

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I-9

tersebut menghasilkan Piagam Athena Selanjutnya, para arsitek dan teknisi


(Athens Charter) yang dipersiapkan oleh Le dalam bidang monumen bersejarah
Corbusier (arsitek maestro Gerakan (Architects and Technicians of Historic
Modern). Piagam ini selain menekankan Monuments) menyelenggarakan Kongres
restorasi monumen bersejarah juga Internasional. Kongres yang kedua ini
menunjukkan konsep warisan internasional diselenggarakan di Kota Venesia, Italia.
untuk pertama kali dalam sejarah. Bila kongres pertama menghasilkan Piagam
Kebangkitan kepedulian pelestarian Athena, yang kedua menghasilkan 12
pusaka meningkat tinggi pada tahun 1960an. resolusi. Resolusi pertama kemudian
UNESCO sebagai lembaga dunia secara dikenal sebagai Piagam Venice (Venice
berturut-turut menghasilkan beberapa Charter) dan resolusi kedua adalah
instrumen internasional terkait pelestarian pembentukan Dewan Internasional
budaya pada masa itu, antara lain: Monumen dan Situs (the International
Council on Monuments and Sites)/
1. Konvensi untuk Perlindungan terhadap ICOMOS.
Benda Budaya dalam Situasi Konflik
Bersenjata dengan berbagai Aturan Pada tahun 1970an, umumnya di Eropa
untuk Penerapan Konvensi ini banyak mensosialisasikan persoalan
(Convention for the Protection of pelestarian pusaka arsitektur disamping
Cultural Property in the Event of Armed persoalan proteksi pusaka arkeologi dan
Conflict with Regulations for the perdagangan benda-benda pusaka. Di
Execution of the Convention) tahun antaranya Kongres Arsitek Pusaka Eropa
1954 (Congress of the European Architects
Heritage) tahun 1975 yang menghasilkan
2. Konvensi mengenai Cara-cara Deklarasi Amsterdam. Deklarasi ini
Pelarangan dan Pencegahan Impor, menyatakan bahwa pusaka arsitektur adalah
Ekspor dan Pindah Kepemilikan atas bagian yang tidak terpisahkan dari pusaka
Benda Budaya (Convention on the budaya. Pada tahun itu pula dihasilkan
Means of Prohibiting and Preventing Piagam Eropa tentang Pusaka Arsitektur
the Illicit Import, Export and Transfer (European Charter of the Architectural
of Ownership of Cultural Property) Heritage).
tahun 1970 Penyusunan etika ini berorientasi pada
persoalan yang sangat beragam. Ada yang
3. Konvensi mengenai Perlindungan dikhususkan pada suatu bentuk khusus
terhadap Warisan Budaya dan Alam pelestarian pusaka, ada pula khusus pada
Dunia (Convention concerning the suatu negara tertentu. Seperti persoalan
Protection of the World Cultural and tentang kota pusaka yang mulai
Natural Heritage) tahun 1972. diperbincangkan pada tahun 1975, yaitu
dalam Resolusi Pelestarian Kota-kota Kecil
Konvensi UNESCO tentang Perlin- Bersejarah (Resolution on the Conservation
dungan terhadap Warisan Budaya dan Alam of Smaller Historic Towns). Selanjutnya isu
Dunia tahun 1972 bertujuan untuk kawasan dan kota pusaka menjadi materi
melakukan identifikasi, perlindungan, banyak piagam dan resolusi, di antaranya:
konservasi, dan transmisi kepada generasi - Piagam Preservasi Quebec (1982)
mendatang atas warisan budaya dan alam
yang memiliki nilai universal yang luar - Deklarasi Tlaxcala tentang revitalisasi
biasa bagi umat manusia. permukiman kecil (1982)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I - 10 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

- Piagam Appleton tentang proteksi Januari 2010, 121 negara sudah meratifikasi
lingkungan binaan (1983) dan bergabung menjadi Negara Pihak
- Piagam Washington tentang pelestarian Konvensi ini. Bahwa Konvensi ini begitu
kota pusaka dan area perkotaan (1987) cepat diberlakukan merupakan bukti
perhatian masyarakat international untuk
- Piagam Fez tentang kota-kota pusaka melindungi warisan budaya hidup dunia,
dunia dan kerjasama kesejahteraan khususnya pada masa perubahan sosial
masyarakat, penelitian, pelatihan, dan budaya serta integrasi ekonomi interna-
pertukaran antar kota-kota pusaka sional dewasa. Masih banyak piagam yang
(1993) lain yang tidak diuraikan di sini seperti
- Protokol Bregen tentang komunikasi tentang persoalan pusaka arkeologi,
dan hubungan antara kota-kota pusaka perdagangan pusaka ilegal, pusaka bawah
dunia (1995) tanah, pariwisata budaya, keaslian, dll.
- Mengenai tempat-tempat spesifik Pada dasarnya masyarakat berhak
tertulis dalam beberapa piagam di berperan dalam menggulirkan kesepakatan
antaranya: tentang etika pelestarian baik dalam lingkup
lnasional maupun global. Bahkan tingkat
- Piagam Burra tentang pengelolaan lokal dapat pula menghasilkan suatu piagam
tempat-tempat pusaka budaya (1979) dan diharapkan mampu pula memberikan
- Piagam Florence tentang taman-taman pengaruh secara nasional maupun global.
bersejarah (1982)
Etika yang khusus ditujukan oleh dan 1.5.2. PERKEMBANGAN
bagi suatu negara tertentu, di antaranya INDONESIA
adalah:
Pelestarian pusaka dalam masyarakat
- Deklarasi Roma tentang integrasi tradisional Indonesia sebenarnya telah lama
pelestarian nasional di Italia (1983) dikenal dan menjadi bagian dalam
- Deklarasi Oaxaca tentang Pelestarian kehidupan mereka. Di banyak daerah di
Alam Meksiko (1993) Indonesia benda berharga yang berumur
lebih dari 50 tahun merupakan pusaka yang
- Prinsip Pelestarian Situs Pusaka di Cina
perlu dipelihara dan diteruskan untuk
(2002)
generasi mendatang.
- Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia
Secara keilmuan, pelestarian pusaka
(2003)
mulai dikembangkan dalam bidang
- Piagam INTACH tentang pelestarian kepurbakalaan di Hindia Belanda pada
arsitektur yang tidak diproteksi dan tahun 1903. Pemerintah Hindia Belanda
persoalan pelestarian di India (2004) tahun 1933 menetapkan Undang-undang
Untuk melindungi dan melestarikan tentang kepurbakalaan yang kemudian pada
warisan budaya takbenda, Konvensi untuk tahun 1992 menjadi dasar utama materi
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda penyusunan Undang-undang Republik
(Convention for the Safeguarding of the Indonesia No. 5 tentang Benda Cagar
Intangible Cultural Heritage) diadopsi oleh Budaya. Dalam perkembangannya pusaka di
UNESCO pada tahun 2003. Konvensi Indonesia dikenal sebagai warisan budaya
tersebut sudah diratifikasi dengan laju dan alam.
kecepatan yang belum pernah disamai Pada awal tahun 1990, saat
sebelumnya. Sampai dengan tanggal 26 diterbitkannya Undang-undang Republik

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I - 11

Indonesia No. 5 tahun 1992 tentang Benda menanggapi tujuan utama Konvensi, yakni
Cagar Budaya lingkup pelestarian pusaka di melindungi warisan budaya takbenda.
Indonesia masih mengutamakan pada Daftar lain, yakni Daftar Representatif
artefak dan situs. Beberapa pusaka alam dan Warisan Budaya Takbenda Manusia (The
budaya Indonesia sejak saat itu mulai ada Representative List of the Intangible
yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cultural Heritage of Humanity),
Warisan Dunia, yaitu: menanggapi tujuan Konvensi untuk
1. Warisan Budaya Dunia Kompleks menjamin visibilitas warisan takbenda dan
Candi Borobudur, Candi Mendut, dan kesadaran akan maknanya, serta mendorong
Candi Pawon, 1991 dialog yang menghormati keanekaragaman
2. Warisan Budaya Dunia Kompleks budaya. Daftar Representatif memuat unsur-
Candi Prambanan, 1991 unsur warisan budaya takbenda yang
kelangsungan hidupnya relatif kuat. Sampai
3. Warisan Alam Dunia Taman Nasional dengan Januari 2010, tiga karya budaya
Komodo, 1991 Indonesia telah tercantum dalam Daftar
4. Warisan Alam Dunia Taman Nasional Representatif, yaitu Batik Indonesia (2009),
Ujung Kulon, 1992 Keris Indonesia (2008), dan Wayang (2008).
Sebelumnya pada tahun 2003 dan 2005
5. Warisan Budaya Dunia Situs Manusia UNESCO telah mengakui Wayang dan
Purba Sangiran, 1996 Keris sebagai Karya Agung Budaya Lisan
6. Warisan Alam Dunia Taman Nasional dan Takbenda Warisan Manusia
Lorentz, 1999 (Masterpieces of the Oral and Intangible
Cultural Heritage of Humanity) yang pada
7. Warisan Alam Dunia Hutan Tropis
tahun 2008 dimasukkan ke dalam Daftar
Sumatra yang terdiri atas tiga Taman
Representatif Warisan Budaya Takbenda.
Nasional: Gunung Leuser, Kerinci
Seblat dan Bukit Barisan Selatan, 2004 Dalam dua dekade terakhir ini tumbuh
beragam organisasi pelestarian masyarakat
Pada awal abad 21, pemahaman tentang
di banyak kota. Meskipun bila dilihat dari
pusaka budaya tak ragawi mulai digaungkan.
konteks 200 juta manusia Indonesia, jumlah
Meskipun materi seperti seni tradisi, keris
organisasi-organisasi tersebut masih sangat
sebenarnya sudah sangat dikenal luas,
sedikit. Paguyuban Pelestarian Budaya
namun kategori intangible heritage belum
Bandung (Bandung Heritage Society) yang
dipahami umum.
didirikan pada tahun 1987 menandai
Pada 15 Oktober 2007, Indonesia pertumbuhan organisasi pelestari di
meratifikasi Konvensi UNESCO untuk Indonesia.
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda
Selanjutnya tumbuh organisasi di daerah
(Convention for the Safeguarding of the
lain seperti Paguyuban Pusaka Jogja (Jogja
Intangible Cultural Heritage) tahun 2003.
Heritage Society) tahun 1991, Yogyakarta
Konvensi Warisan Budaya Takbenda Heritage Trust (1992), Badan Warisan
menetapkan dua daftar dan sebuah register. Sumatra (1998), Badan Warisan Sumatra
Diantara dua daftar tersebut, Daftar Warisan Barat (1999), dll. Sejak tahun 2000 cukup
Budaya Takbenda yang Memerlukan banyak organisasi pelestari yang tumbuh di
Perlindungan Mendesak (The List of daerah baik di Sumatra, Jawa, Bali, maupun
Intangible Cultural Heritage in Need of di Indonesia Timur.
Urgent Safeguarding) secara langsung

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I - 12 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Kegiatan bersama antar organisasi a. Hingga tahun 2003 Indonesia belum


daerah juga terdapat di Yogyakarta seperti memiliki piagam yang dapat menjadi
Forum Pelestarian Lingkungan Budaya pedoman dalam moral dan etika
Jogja (Forum Jogja) didirikan tahun 2000. pelestarian,
Beranggotakan lebih dari 20 organisasi yang b. Piagam disusun oleh berbagai pihak
peduli dengan pelestarian lingkungan secara lintas ilmu, lintas profesi, lintas
budaya. Di Sumatra, jaringan antar sektor dan lintas daerah,
organisasi pelestarian sewilayah Sumatra
didirikan dengan sebutan Pan-Sumatra Net c. Disusun dalam momentum Tahun
yang secara rutin setiap tahun Pusaka Indonesia 2003.
menyelenggarakan kegiatan bersama. Untuk mengawal pelaksanaan piagam
Pada tahun 2002, para pelestari dan dan mengembangkan pelestarian pusaka di
pemerhati pelestarian membentuk Jaringan Indonesia, tahun 2004 dibentuk secara
Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) yang hukum Badan Pelestarian Pusaka Indonesia
merupakan media komunikasi antar anggota. (BPPI) yang berkedudukan di Jakarta. Visi
Komunikasi utama dilakukan melalui e- BPPI adalah mengawal pelestarian pusaka
mailing list (jppi@yahoogroups.com). di Indonesia. Misi BPPI adalah:
Tahun 2003, JPPI bekerjasama dengan a. Menyiapkan masukan untuk kebijakan,
International Council on Monuments and strategi, program, panduan, dan meka-
Sites (ICOMOS) Indonesia dan nisme pelestarian;
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata b. Membantu peningkatan kapasitas dan
menyelenggarakan Tahun Pusaka Indonesia gerakan pelestarian, bekerjasama de-
2003 dan mendeklarasikan Piagam ngan berbagai lembaga, komunitas, dan
Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. dunia usaha melalui bantuan teknis,
Berbagai formulasi etika pelestarian pendidikan dan pelatihan, lokakarya,
pusaka baik dalam bentuk deklarasi, piagam seminar, pengembangan database dan
(charter), atau konvensi merupakan juga website, publikasi, dan promosi;
indikator perkembangan pelestarian pusaka. c. Mengembangkan sistem pendanaan
Hingga kini Indonesia baru memiliki satu pelestarian pusaka Indonesia beker-
piagam pelestarian yang diluncurkan pada jasama dengan lembaga nasional dan
tahun 2003 tersebut. Tujuan penyusunan internasional, dunia usaha dan
piagam ini adalah: komunitas, mengusulkan insentif, keri-
a. Meneguhkan identitas Indonesia dalam nganan pajak, dan dukungan dari
masyarakat dunia yang sangat berbagai lembaga.
beranekaragam dan dinamik, Walaupun pelestarian untuk kawasan
b. Meningkatkan kesejarahteraan masya- pusaka bahkan kota pusaka sudah mulai
rakat secara luas, dan dikembangkan sejak akhir tahun 1990,
namun pertumbuhannya masih sangat
c. Menjamin keberlanjutan bangsa Indo- terbatas. Untuk mendorong perkembangan
nesia dalam percaturan masyarakat yang lebih baik serta melibatkan pihak-
dunia di bidang pelestarian pusaka. pihak yang berwenang seperti pemerintah
Penyusunan Piagam Pelestarian Pusaka daerah, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia
Indonesia 2003 ini juga merupakan hal yang membidani lahirnya Jaringan Kota Pusaka
bersejarah bagi Indonesia, karena: Indonesia (JKPI) pada tahun 2008. JKPI ini
beranggotakan Walikota dan Bupati kota
dan kabupaten pusaka di Indonesia.

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I - 13

Demikian pula agar upaya pelestarian Upaya Sederhana


pusaka dapat dipahami dan dihayati sejak 1. Tidak merusak, mengotori, mencoret-
dini, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia coret atau melakukan aksi penghan-
(BPPI) mengembangkan program Pen- curan pusaka
didikan Pusaka untuk Sekolah di Indonesia
sejak tahun 2008. Sebagai langkah awal 2. Ikut menjaga kebersihan, menjaga
BPPI melakukan kerjasama dengan Erfgoed keberadaan dan keberlanjutannya
Nederland/ EN (Institut Pusaka Belanda) 3. Memberikan apresiasi terhadap pusaka-
serta Pusat Kurikulum, Badan Pengem- pusaka budaya baik ragawi maupun tak
bangan dan Penelitian, Kementerian ragawi
Pendidikan Nasional dengan tema Pen-
didikan Pusaka untuk Sekolah Dasar di 4. Mempunyai rasa memiliki terhadap
Indonesia. Sebagai proyek pilot adalah berbagai pusaka yang ada di
Sekolah Dasar di Daerah Istimewa sekelilingnya.
Yogyakarta.
Upaya Lanjut
Program dilaksanakan selama dua tahun
(Januari 2008-Januari 2010). Buku panduan 1) Inventarisasi dan dokumentasi
guru SD untuk pendidikan pusaka di DIY Melakukan pendataan beragam pusaka
ini merupakan salah satu produk dari baik alam, budaya (ragawi tak ragawi) dan
program tersebut. Setelah kerjasama dengan saujana untuk kemudian didaftar dan
Erfgoed Nederland selesai, BPPI bersama didokumentasikan secara terstruktur dan
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan mudah diakses. Dokumentasi ini perlu
Nasional dan Pusat Pelestarian Pusaka selalu diperbaharui. Hasil dokumentasi akan
Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan bermanfaat untuk berbagai aksi pelestarian
Perencanaan, Fakultas Teknik UGM tetap lainnya termasuk publikasi.
meneruskan dan mengembangkannya baik
di DIY maupun daerah-daerah lain di 2) Penelitian
Indonesia. Melakukan kajian mendalam untuk
menyelesaikan suatu isu tertentu. Lingkup
penelitian ini sangat luas.
1.6. UPAYA & BENTUK
PELESTARIAN PUSAKA 3) Perencanaan
Menyusun suatu rencana pelestarian
baik dalam skala mikro pelestarian
1.6.1. UPAYA PELESTARIAN PUSAKA
komponen pusaka budaya, olah disain
Apapun bentuknya, pelestarian pusaka arsitektur pusaka, hingga makro peren-
merupakan upaya untuk menyelamatkan canaan pelestarian wilayah. Perencanaan
pusaka dari keterlantaran, kehancuran tersebut perlu diawali dengan penyusunan
hingga kepunahan. Bahkan mendorong Rencana Induk Pelestarian yang merupakan
terwujudnya pusaka-pusaka masa depan dasar dalam perencanaan detil selanjutnya.
yang bernilai. Upaya dapat dilakukan Termasuk dalam perencanaan yang lebih
dengan cara yang paling sederhana detil adalah penyusunan pedoman atau
khususnya untuk anak-anak hingga yang manual pelestarian.
memerlukan keahlian yang tinggi, seperti
4) Pengelolaan
berikut:
Melakukan pengelolaan suatu pusaka
tertentu, baik secara menyeluruh mulai dari

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I - 14 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan perlu dihidupkan kembali (Heritage


kegiatan hingga pemasaran (termasuk Canada Foundation, 1983)
pengelolaan museum). b. Menghidupkan kembali atau penguatan
5) Pelaksanaan pusaka dengan melakukan pemugaran,
Melaksanakan pelaksanaan tindakan olah disain pusaka hingga mencang-
pelestarian kokkan komponen baru agar mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
6) Pendampingan Masyarakat serta mewadahi dinamika jaman.
Menjadi mediator masyarakat dalam 2) Penguatan (Retrofit)
transformasi gagasan menjadi aksi
pelestarian dalam suatu jangka waktu a. Memperbarui komponen bangunan
tertentu yang ada untuk memenuhi standar
persyaratan atau peraturan (Ontario
7) Advokasi Ministry of Municipal Affairs and
Mendampingi pihak tertentu yang Housing, Canada, 1982).
sedang menemui permasalahan dalam b. Meningkatkan lebih tinggi standar
pelestarian pusaka bangunan melalui efisiensi enerji,
8) Pendidikan keamanan, proteksi kebakaran dan
fasilitas kenyamanan modern (James G.
Memberikan pendidikan formal Ripley, Editorial in Canadian Building,
pelestarian pusaka melalui jalur sekolah April 1978).
maupun perguruan tinggi atau informal
termasuk pendidikan publik melalui 3) Pemugaran (Preservation)
kampanye, seminar, diskusi, lokakarya Mempertahankan bahan sebuah tempat
hingga jelajah pusaka dalam kondisi saat ini dan memperlambat
9) Publikasi pelapukan (Piagam Burra, Australia,1979)
Menerbitkan berbagai hasil aksi 4) Rehabilitasi (Rehabilitation)
pelestarian dalam bentuk cetakan, audio a. Proses mengembalikan properti pada
visual termasuk website posisi semula, melalui perbaikan
10) Manajemen Resiko (alterasi), yang memungkinkan adanya
Bencana untuk Pusaka (MRBP) penggunaan unsur kontemporer secara
efisien namun nilai sejarah, arsitektur,
MRBP meliputi persiapan menghadapi dan budaya properti tersebut
bencana dan mitigasi, tanggap darurat yang terlestarikan secara signifikan (The
cepat dan tepat dilakukan serta agenda USA Secretary of the Interiors
panjang pemulihan pusaka pasca bencana. Standards for Rehabilitation).
b. Biasanya dilakukan dalam rangka
1.6.2. BENTUK TINDAKAN memperpanjang hidup bangunan
PELESTARIAN PUSAKA dan/atau kemampuan ekonominya.
1) Revitalisasi (Revitalization) Kemungkinan lebih pada adaptasi dari
pada pemugaran, namun masih
a. Merupakan proses pembangunan mempertahan tampilan asli bangunan.
kembali ekonomi, sosial, dan budaya Bisa pula dilakukan peningkatan,
suatu area atau jalan. Sering kali beberapa modifikasi, perubahan bentuk/
bangunan-bangunan pusaka di area ini model, pembangunan kembali atau
dalam kondisi terlantar tidak terpakai penguatan, serta beberapa perbaikan.

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I - 15

Dapat dilakukan pada eksterior/interior d. Pembangunan kembali semua prasarana


bangunan (National Research Council dan sarana, kelembagaan pada wilayah
of Canada, 1982). pascabencana, baik pada tingkat
c. Perbaikan dan pemulihan semua aspek pemerintahan maupun masyarakat
pelayanan publik atau masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
sampai tingkat yang memadai pada berkembangnya kegiatan perekonomian,
wilayah pascabencana dengan sasaran sosial dan budaya, tegaknya hukun dan
utama untuk normalisasi atau ketertiban, dan bangkitnya peran serta
berjalannya secara wajar semua aspek masyarakat dalam segala aspek
pemerintahan dan kehidupan kehidupan bermasyarakat pada wilayah
masyarakat pada wilayah pascabencana. pascabencana (UU No. 24.2007 ttg
(UU No. 24/2007 tentang Penanggu- Penanggulangan Bencana, Pasal 1, Ayat
langan Bencana, Pasal 1, Ayat 11) 12)

5) Restorasi (Restoration)
Mengembalikan bahan yang terdapat di 7) Olah Disain Arsitektur Pusaka/
suatu tempat pusaka ke keadaan semula Penggunaan Kembali
sebagaimana yang diketahui dengan (Adaptive Re-use)
menghilangkan tambahan atau dengan a. Secara selektif mengolah disain
meniru kembali komponen yang ada tanpa bangunan pusaka dengan melakukan
menggunakan material baru (Piagam Burra, pengawetan pada komponen/bagian
Australia) tertentu serta mengisi dengan
6) Rekonstruksi (Reconstruction) komponen baru sesuai dengan
pencangkokan kegiatan baru yang
a. Mengembalikan sebuah tempat pada dilakukan.
keadaan semula sebagaimana yang
diketahui dan dibedakan dari restorasi b. Memodifikasi suatu tempat untuk
yang dengan menggunakan material disesuaikan dengan pemanfaatan yang
baru sebagai bahan (Piagam Burra, ada atau pemanfaatan yang diusulkan
Australia) (Piagam Burra, Australia)

b. Menyertakan penciptaan kembali c. Penggunaan kembali struktur lama


bangunan yang bukan asli ke lokasi untuk fungsi baru. Pada umumnya
yang asli. Berdasarkan bukti-bukti dilakukan Restorasi atau rehabilitasi
sejarah, pustaka, grafik dan gambar interior maupun eksterior (Heritage
serta arkeologi, replikasi dari yang asli Canada Foundation 1983)
dibangun dengan menggunakan metode
konstruksi modern maupun tradisional 8) Mitigasi bencana
(Heritage Canada Foundation 1983). (Disaster Mitigation)
c. Diartikan sebagai proses memproduksi Serangkaian upaya untuk mengurangi
kembali dengan konstruksi baru bentuk resiko bencana, baik melalui pembangunan
dan detil lama bangunan yang rusak fisik maupun penyadaran dan peningkatan
termasuk struktur, atau obyek, atau kemampuan menghadapi ancaman bencana
bagian, yang pernah ada pada suatu (UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan
periode waktu tertentu (USA Secretary Bencana, Pasal 1, Ayat 9)
Of The Interiors Standards For Historic
Preservation 1979).

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I - 16 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

1.7. ORGANISASI & PERATURAN - ICOMOS: International Council on


PERUNDANGAN Monuments and Sites, berkedudukan di
Paris, Perancis. Kantor Sekretariat
ICOMOS Indonesia terletak di
Saat ini di Indonesia ada Undang-undang Bandung.
No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya yang melindungi Benda Cagar - ICCROM: International Centre for the
Budaya (meliputi benda buatan manusia, Study of the Preservation and
bergerak atau tidak bergerak serta benda- Restoration of Cultural Property,
benda alam) serta situsnya yang sekurang- berkedudukan di Roma, Italia.
kurangnya berusia 50 (lima puluh) tahun, - IUCN: World Conservation Union
serta dianggap mempunyai nilai penting (sebelumnya dikenal dengan nama
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan International Union for the
kebudayaan. Untuk pelestarian alam ada Conservation of Nature and Natural
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Resources), berkedudukan di Gland,
yang mengatur dan mengurus segala sesuatu Swiss
yang berkaitan dengan hutan, kawasan
- WMF: World Monument Fund,
hutan, dan hasil hutan. Di tingkat daerah ada
berkedudukan di New York, USA.
peraturan daerah dan berbagai ketentuan
yang mengatur pelaksanaan perlindungan Di tingkat nasional lembaga yang
tersebut. Pada bulan September 2009, menangani Cagar Budaya adalah Kemen-
Kementerian Dalam Negeri dan Kemen- terian Kebudayaan dan Pariwisata, sedang-
terian Kebudayaan dan Pariwisata menge- kan yang menangani pelestarian alam
luarkan Peraturan Bersama Menteri Dalam adalah Kementerian Lingkungan Hidup.
Negeri dan Menteri Kebudayaan Pariwisata Untuk tingkat Warisan Dunia dikoor-
No. 42 Tahun 2009 dan No. 40 Tahun 2009 dinasikan oleh Kementerian Koordinator
tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan. Bidang Kesejahteraan Rakyat. Ada pula
Pedoman ini mengatur tentang tanggung organisasi masyarakat yang bertujuan
jawab Pemerintah Daerah dan peran serta membantu pelestarian alam dan budaya
masyarakat dalam pelestarian kebudayaan. seperti Badan Pelestarian Pusaka Indonesia
(BPPI), dan yang memperjuangkan pelesta-
Selanjutnya, sebagaimana dijelaskan
rian alam seperti WALHI dsb.
pada butir 1.5.1. di atas, pada tingkat global
ada berbagai konvensi internasional tentang Untuk tingkat lokal di DIY ada beberapa
pelestarian alam, pelestarian monumen dan organisasi pelestarian seperti:
benda bersejarah, serta tradisi dan budaya - Paguyuban Pusaka Jogja (Jogja
masyarakat lokal. Beberapa organisasi Heritage Society),
global yang terkait dengan isu pelestarian
pusaka antara lain adalah: - Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur
(Center for Heritage Conservation),
- UNESCO: The United Nations JUTAP, Fakultas Teknik UGM
Educational, Scientific and Cultural
Organization, berkedudukan di Paris, - Forum Pelestarian Lingkungan Budaya
Perancis. UNESCO memiliki Kantor di Jogja
Jakarta. - Senthir, Semangat Muda Pusaka Jogja
- WHC: World Heritage Centre, - Arupadatu
berkedudukan di UNESCO, Paris,
Perancis. - Masyarakat Advokasi Warisan Budaya
(Madya)

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA I - 17

Revitalisasi kerajinan perak Kotagede pasca gempa Yogyakarta pada tahun 2006 (Foto: Shinta Carolina)

Rehabilitasi Umbul Binangun Taman Sari pada tahun 2003 (Foto: L.T. Adishakti )

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY PELESTARIAN PUSAKA


I - 18 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Olah Disain Arsitektur Pusaka,


Rencana pemanfaatan kembali Bank Indonesia lama (Eks De Javasche Bank) untuk ruang seni (Foto: L.T. Adishakti )

PELESTARIAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 1

2.2. TUJUAN & SASARAN


PENDIDIKAN PUSAKA

2.2.1. TUJUAN
Tujuan pendidikan pusaka adalah agar
murid:
x mengenal keragaman pusaka alam dan
budaya serta memahami makna dan
Pada bab ini dijabarkan mengenai fungsinya dalam kehidupan.
kerangka pelaksanaan pendidikan pusaka x menyayangi dan mencintai pusaka alam
yang dapat dilaksanakan di Sekolah Dasar. dan budaya
Mulai dari peran serta murid dalam
x memahami kehidupan multi kultural,
pelestarian pusaka, pendekatan dan metode
menghormati dan menghargai
pembelajaran, kompetensi hingga uji
keragaman,
kemampuan murid.
x tergerak untuk memelihara dan
melestarikan pusaka, serta mencegah
2.1. MURID SEBAGAI PELAKU & kerusakan pusaka alam dan budaya.
PENERUS PELESTARIAN

2.2.2. SASARAN
Indonesia sangat kaya dengan pusaka
alam dan budaya yang tersebar di seluruh Pusaka Indonesia begitu banyak dan
penjuru Nusantara. Anak-anak perlu kompleks. Sasaran pendidikan pusaka disini
mengenal pusaka alam dan budaya itu agar adalah terbangunnya pengenalan awal
dapat menghargai dan mencintai alam dan tentang keragaman pusaka dan empati pada
budayanya yang tak ternilai. Anak-anak kelestarian dan pelestarian pusaka pada
harus mulai turut memelihara dan murid-murid Sekolah Dasar. Namun murid-
melestarikannya agar dapat dinikmati murid yang muda usia tersebut tidak perlu
masyarakat luas dan dinikmati oleh generasi menghafal seluruh jenis pusaka dengan
mendatang. Anak-anak harus dapat menjadi berbagai perinciannya. Juga tidak dimaksud
penerus upaya pelestarian di masa depan. untuk membuat murid-murid dalam sekejap
Mereka akan dapat menjadi penerus menjadi ahli pelestarian, ahli bangunan, ahli
pelestarian yang lebih baik jika sejak dini gamelan, atau penari handal yang
diperkenalkan pada nilai pusaka alam dan mengagumkan.
budayanya. Pendidikan Pusaka di Sekolah Dasar
Pengenalan dan pemahaman ini penting lebih mengutamakan sasaran pengenalan
karena tanpa itu anak-anak tidak akan dan pemahaman keragaman pusaka serta
mencintai alam dan budayanya, dan mereka empati pada upaya pelestarian alam dan
akan menjadi asing di negerinya sendiri, budaya. Murid hanya perlu memahami
tercerabut dari akar-akarnya, bingung, keberadaan pusaka, mengenal beberapa
kehilangan pegangan, dan tidak percaya diri contoh, memahami makna dan perannya,
dalam perubahan yang begitu cepat di dunia serta tergerak keinginannya untuk
ini. melestarikan. Kedalam berbagai mata

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 2 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

pelajaran dimasukkan perspektif pusaka Pemahaman didapat melalui penga-


yang harus dilestarikan dan diselamatkan. matan, pencarian, percobaan dan penga-
Pada umumnya murid-murid diberikan laman melakukan sesuatu. Pemahaman juga
pemahaman dasar, sementara mereka yang diperoleh melalui tukar pikiran antar teman,
berminat mendalami suatu kegiatan dapat guru, para pelaku, keluarga dan masyarakat
membentuk kelompok minat, atau lingkungan. Pada prinsipnya pendidikan
mengikuti kursus dan pelatihan tambahan pusaka ini dikembangkan dengan
secara ekstra kurikuler. Pengenalan yang metode learning by doing atau belajar
lebih luas dan mendalam akan berlangsung sambil mengerjakan.
terus dalam pendidikan yang lebih tinggi Unsur bermain dan berpetualang
dan dalam kehidupannya di masyarakat. perlu ditekankan. Pertanyaan diajukan
dengan kelakar ringan. Contoh-contoh
sedapat mungkin bersifat visual (gambar/
2.3. PENDEKATAN & ALAT BANTU klip). Jika ada penugasan maka ia haruslah
mudah dan murah untuk didapat.
Pendidikan Pusaka tidak dimaksud Pendidikan pusaka tidak dimaksud
untuk menambah beban pelajaran yang untuk membuat semua murid dalam usianya
sekarang dirasakan sudah cukup berat. yang sangat muda itu untuk menjadi
Pendidikan pusaka harus dapat ditangkap seniman unggul, pemikir falsafah, penari
oleh murid melalui pengalaman yang mudah canggih, atau pemusik yang handal
diserap, menarik dan menyenangkan. memainkan berbagai instrumen. Tujuan
Pendidikan pusaka harus "enjoyable". utamanya adalah agar murid mengenal,
Pelajaran tidak diberikan melalui uraian, menyukai, dan memahami dasar-dasar
ceramah panjang dan menjemukan, tetapi penggunaannya. Melalui proses itu murid
melalui interaksi yang merangsang murid diasah kepekaannya dan kecintaannya pada
untuk berfikir, mencari, mengeksplorasi pusaka. Selanjutnya masing-masing murid
lingkungannya dan menyampaikan apa yang yang berminat dapat mendalami bidang
dilihat, ditangkap, dan dipikirkannya. yang disukainya melalui berbagai kursus,
kelompok minat dan sebagainya.
Untuk membantu murid-murid supaya
lebih mudah dan cepat menangkap materi
yang diajarkan, guru dapat menggunakan
berbagai alat-alat. Penyampaian materi
dapat dibantu dengan kliping surat kabar
atau majalah, gambar dan foto, contoh,
maket atau replika, majalah bangunan dan
artefak penting, majalah dan buku di
perpustakaan, tayangan slide, video, film
dsb.
Contoh-contoh diambil dari lingkungan
Permainan anak tradisional membuat anak belajar
sekitar, dan jika ada waktu, pengambilan
mengeksplorasi lingkungannya dengan cara yang contoh bergerak ke wilayah yang lebih luas
menyenangkan (Foto: Shinta Carolina) untuk melihat keragaman suatu pusaka.
Murid perlu sering diajak keluar, melihat
dan mencermati lingkungannya, serta
mengenal masyarakat di sekitarnya. Murid

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 3

dapat diajak mengunjungi museum dan Gerakan yang ditanyakan tidak perlu
perpustakaan atau mengunjungi sanggar detail, tapi lebih mementingkan impresi
kesenian agar murid mengenal berbagai gerakan yang ditangkap oleh siswa.
pelaku seni budaya. Murid didorong untuk
x Selanjutnya, pengajar bisa menam-
berani mengekspresikan perasaannya,
pilkan gambar-gambar penari yang
menyampaikan pandangan, berkomunikasi
sedang menari atau busana yang
dengan santun dan efektif.
dikenakan penari pada tari tertentu,
Murid juga didorong untuk mengkoleksi terutama tari yang ada di daerah siswa.
dan memelihara benda kenangannya, dan Contoh-contoh lebih baik dimulai dari
menceritakan mengapa benda-benda itu daerah sekitar siswa, kemudian
sangat berarti baginya. bergerak ke daerah-daerah sekitar, dan
jika ada waktu, bisa meluas ke tingkat
nasional.

Tarian Keraton, contoh tarian yang dapat dikenalkan


kepada siswa melalui gambar, melihat langsung, atau
mempraktekkan gerakan-gerakan pendek (Foto: Suhadi
Menari, mudah dan menyenangkan (Foto: Suhadi Hadiwinoto) Hadiwinoto)

Berikut adalah contoh pendekatan x Selain gambar, bila fasilitas di kelas


pembelajaran pada satu topik ragam pusaka, memungkinkan, diputarkan VCD bebe-
yaitu pembelajaran tentang tari: rapa tari, terutama tari yang ada di
sekitar siswa.
x Tujuan awal pembelajaran tari adalah
pengenalan pada berbagai jenis tari, x Jika ada waktu, selain belajar dalam
terutama yang berasal dari daerah kelas, pembelajaran juga bisa dilakukan
sekitar siswa. dengan mempraktekkan gerakan-
gerakan pendek agar bisa mengalami
x Untuk mendukung tujuan di atas,
langsung. Selain itu, siswa diajak untuk
pengajar bisa memulai dengan
melihat latihan menari di tempat
pertanyaan-pertanyaan ringan seperti:
pelatihan tari atau pementasan tari.
Apakah pernah melihat tari? Di mana
Misalnya melihat latihan menari di
melihat tari? Apakah kamu suka
padepokan Bagong Kusudiarjo atau
melihat tari itu? Mengapa suka atau
pementasan tari rutin tiap hari Minggu
tidak suka pada tari itu? Bagaimana
di keraton.
kira-kira sekilas gerakan tari itu?

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 4 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Contoh pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan di beberapa SD di Provinsi DIY (Foto: Shinta Carolina)

1. Anak-anak SD Tarakanita Tritis melakukan hiking ke Desa Turgo


2. Anak-anak SDN I Kotagede menjelajah mBeteng Kotagede
3. Anak-anak dari MI Giriloyo mencoba membuat batik
4. Mengumpulkan benda pusaka keluarga, karya anak-anak SDN Jragum
5. Mengumpulkan motif batik, karya anak-anak SDN Selang
6. Seorang murid SD Budi Mulia Dua tekun membuat motif dasar untuk batiknya
7. Anak-anak SDN Kembang Malang bereksperimen membuat topeng
8. Anak-anak SDN Bantul Mangunggal mencintai gamelan sejak dini
9. Anak-anak SDN Ungaran bersemangat mencicipi tiwul
10. Anak-anak SD Taman Muda menampilkan Kesenian Soyang
11. Alat peraga wayang untuk anak-anak SDN Wonorejo

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 5

Dengan melihat keseluruhan struktur materi


itu, mereka yang lebih menyukai paket
2.4. JALUR PILIHAN PENDIDIKAN sisipan akan lebih mudah merancang
PUSAKA bagaimana membagi dan menempatkan
sisipan itu pada berbagai mata pelajaran
Materi pendidikan pusaka bukanlah yang ada.
sesuatu yang sama sekali baru. Sebetulnya
dalam beberapa mata pelajaran yang ada 2.5. URUTAN PEMBELAJARAN &
juga sudah terkandung beberapa materi ALOKASI WAKTU
tentang pusaka. Tetapi saat ini belum
terprogram dalam suatu rangkaian yang
utuh. Sementara itu pada umumnya masih Jenis dan jumlah pusaka sangat banyak
difokuskan pada pengetahuan kognitif, dan dan kompleks. Tanpa persiapan yang
belum menjangkau pada tingkat afektif dan matang akan sulit untuk menyampaikan
psikomotorik. berbagai informasi kepada murid dengan
Sekolah atau guru dapat memilih dua jelas dan komprehensif. Guru akan
alternatif paket pembelajaran yaitu: cenderung menyampaikan bagian yang
paling diketahuinya, disukainya, atau yang
x Paket komprehensif: paling mudah dikerjakannya.
keseluruhan materi pendidikan pusaka
Untuk membantu terselenggaranya
alam dan budaya diberikan melalui satu
pendidikan pusaka yang utuh, lengkap, dan
mata pelajaran khusus, berturut-turut
runtun diperlukan suatu panduan tentang
selama enam tahun.
materi dan urutan pembelajarannya agar
x Paket sisipan: murid dapat menangkapnya dengan mudah
berbagai materi pendidikan pusaka sesuai perkembangan daya tangkapnya.
disampaikan menyisip dalam mata
Pada dasarnya urutan dan materi
pelajaran yang sudah ada, misalnya
pendidikan pusaka di sekolah dasar
disisipkan kedalam ilmu pengetahuan
diserahkan pada kebijakan sekolah masing-
alam, ilmu pengetahuan sosial,
masing. Pada kebanyakan sekolah, tenaga
ketrampilan dan sebagainya.
dan waktu untuk menyiapkan kurikulum
Dapat juga pendidikan pusaka merupa- tersebut sangat terbatas, karena itu panduan
kan gabungan antara paket utuh satu mata ini disiapkan untuk memudahkan sekolah
pelajaran dan sisipan pada berbagai mempertimbangkan materi dan urutan yang
pelajaran secara berdampingan. Pilihan ini paling sesuai dengan keadaan dan kendala
diserahkan kepada sekolah masing-masing. di sekolahnya masing-masing.
Ada yang memilih menjalankan paket
Dalam pengajaran, terutama dalam sesi
komprehensif, ada pula yang menyukai
praktek atau kunjungan bisa saja digabung
penyisipan pada mata pelajaran yang ada.
antara satu topik dengan topik lain yang
Dalam buku ini disajikan contoh terkait. Misalnya, antara berbagai topik
bagaimana jika semua itu dirangkum dalam pusaka tak ragawi sendiri atau antara pusaka
suatu paket komprehensif. Maksudnya ragawi dan tak ragawi, dan/atau dengan
adalah agar kita dapat melihat keseluruhan pusaka alam pula.
materi itu, bagaimana luas dan kompleksnya.
Jangan sampai kita hanya terpaku pada isu
batik, kue tradisional atau candi-candi saja.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 6 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Tabel 2-1. Urutan Pembelajaran

Semester I Semester II
Kelas I Mengenal beberapa permainan anak Mengenal musik/nyanyian anak sederhana
tradisional
Kelas II Mengenal tari anak sederhana Mengenal seni rupa dan seni kriya atau
keterampilan
Kelas III Mengenal bangunan pusaka dan Mengenal bahasa, sastra, dan aksara daerah
kawasan pusaka
Kelas IV Mengenal musik dan memainkan alat Mengenal seni tari, teater, wayang dan
musik tradisional busana tradisional
Kelas V Mengenal makanan, minuman, dan Mengenal olahraga, beladiri, dan upacara
obat tradisional tradisional
Kelas VI Mengenal pusaka alam: tanah, air, dan Mengenal pusaka alam: keanekaragaman
udara hayati

Panduan ini disusun dengan Berangsur-angsur murid diajak mengenal


mempertimbangkan struktur materi permainan yang lebih kompleks.
keseluruhan selengkapnya dan daya tangkap Permainan anak tradisional umumnya
murid yang masih sederhana. Disini baik untuk melatih kecekatan, kerjasama,
diusahakan untuk mulai pembelajaran yang inisiatif dan kreativitas. Peserta dilatih
sangat sederhana dan berangsur-angsur untuk menaati aturan main dan saling
ditingkatkan sesuai dengan perkembangan menghormati diantara sesamanya. Murid
daya pikir anak. diperkenalkan pada empat jenis permainan
Secara ringkas jadual yang disarankan anak tradisional dari daerahnya sendiri, dan
untuk pendidikan pusaka jika digarap secara kemudian mengenal empat jenis permainan
utuh dan lengkap dalam satu mata pelajaran anak tradisional dari daerah lain. Setiap
pada muatan lokal adalah seperti tersebut di permainan dimainkan selama dua minggu.
bawah ini. Cara lain adalah dengan Pada akhir semester diadakan review/
menyisipkan materi itu pada beberapa tinjauan kembali pada semua permainan
pelajaran. yang dipelajari. Dapat juga diadakan lomba
antar kelas atau antar sekolah.
2.6. PENJELASAN PER SEMESTER

Kelas I Semester I:
Permainan Anak Tradisional
Pendidikan pusaka dimulai dengan topik
dan kegiatan sederhana yang mudah diserap
anak-anak. Mereka umumnya suka bermain
dan bergembira bersama. Di kelas satu
anak-anak tidak dijejali dengan teori dan
rumus-rumus yang rumit. Murid diajak
bermain dan bergembira bersama mengenal Permainan anak tradisional banyak yang menarik dan
permainan anak tradisional. Pengenalan disukai anak-anak (Foto: Shinta Carolina)
permainan anak tradisional dimulai dari
permainan yang sangat mudah sederhana.

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 7

Kelas I Semester 2:
Musik/ Nyanyian Anak Sederhana
Disamping bermain, anak-anak juga
sangat suka bernyanyi. Pada semester 2
kelas I, murid diajak untuk mengenal lagu
anak sederhana, dimulai dengan lagu-lagu
dari daerahnya sendiri, dan kemudian
disusul dengan lagu daerah lainnya. Murid
diajak mempelajari 4 lagu dari daerahnya
sendiri dan 4 lagu dari daerah lain. Murid
Permainan anak tradisional yang disebut Bentengan (Foto:
Shinta) juga diajak untuk mengenal sekilas alat-alat
musik tradisional. Murid diajak untuk
menyanyi bersama. Mereka yang suka
Contoh-contoh permainan anak
bernyanyi solo (sendiri) diberi kesempatan
tradisional dapat dibaca lebih jauh pada
untuk menampilkan bakatnya. Murid
panduan ini. Diusahakan untuk memilih
didorong untuk berani mengekspresikan
permainan yang mempunyai nilai pendi-
dirinya.
dikan, mendorong kegembiraan bersama,
dan tidak berbahaya bagi anak-anak yang
rentan pada kecelakaan. Bagian-bagian yang
berbahaya atau dapat membawa dampak
negatif sebaiknya dihilangkan. Anak-anak
dan orang tua murid diundang untuk
memberikan evaluasinya. Beberapa per-
mainan murid dapat direkam untuk ditonton
bersama, dan juga untuk contoh bagi kelas
berikutnya.

Murid diberi kesempatan untuk bernyanyi solo (Foto: Shinta)

Dakon, permainan anak tradisional yang dapat


merangsang olah pikir seperti strategi & berhitung (Foto:
Shinta Carolina) Menyanyi bersama selalu menyenangkan (Foto: Suhadi
Hadiwinoto)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 8 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Murid diajak mendengarkan rekaman Kelas II Semester 2:


lagu-lagu anak sederhana. Mereka diminta
Seni Rupa
memilih lagu yang disukainya dan diminta
menjelaskan dengan sederhana mengapa Pada semester 2 kelas II murid diajak
lagu itu disukai. Pada acara perayaan mengenal seni rupa, berkenalan dengan
kenaikan kelas, murid menyajikan koor lukisan dan patung-patung. Murid mengenal
terbaik. Lebih baik lagi jika lagu itu diiringi garis, bidang, dan ruang. Murid belajar
musik anak-anak sendiri, meskipun menangkap bentuk, warna, dan tekstur.
mungkin dari kelas yang lebih tinggi. Murid juga belajar mengenal beragam seni
Penting disini murid bergembira, bangga kriya atau kerajinan. Murid diajak
dan berani tampil untuk mengekspresikan mengunjungi desa kerajinan untuk melihat
dirinya. dari dekat bagaimana mereka bekerja.

Kelas II Semester 1:
Tari Anak Sederhana
Pada semester 1 kelas II murid diajak
belajar menari, dimulai dari tarian yang
sangat sederhana. Pada dasarnya murid
dilatih untuk memahami dan peka pada
beragam gerak dan hubungannya dengan
musik yang mengiringinya. Menari juga
melatih murid untuk peka pada ruang dan
lingkungannya. Menari melatih murid untuk
peka pada aturan dan kebebasan,
menyesuaikan diri pada irama musik, dan
mengekspresikan peran dan pesan yang
dibawanya. Dalam semester ini murid
Merangkai janur (Foto: Shinta Carolina)
belajar menarikan tiga tarian tradisional dari
daerahnya dan dua tarian dari daerah lain.

Menari, melatih anak berekspresi melalui gerak (Foto:Shinta


Carolina)

Membatik
Foto: Shinta Carolina

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 9

Murid mencoba cara membuat anyaman,


ukiran, batik dsb. Dengan mencoba
mengerjakan seni kriya atau kerajinan
mereka dapat merasakan sulitnya dan
nikmatnya berkarya seni. Mereka akan
dapat mengapresiasi karya-karya dan jasa
para seniman dan pengrajin yang
mengerjakannya.

Kelas III Semester 1:


Bangunan & Kawasan Pusaka
Mengenal bangunan dan kawasan pusaka dengan kegiatan
Setelah murid mulai dengan bermain, Jelajah Kotagede (Foto: Shinta Carolina)
bernyanyi, dan menari sederhana dari kelas
I hingga kelas II, maka mulai kelas III
semester 1 murid bisa memperoleh
pelajaran yang lebih serius. Murid mulai
diajak berkenalan dengan bangunan pusaka
karena bangunan merupakan benda fisik
yang jelas terlihat, mudah dijumpai, mudah
dikenal. Murid diajak mengamati bangunan
penting di sekitarnya. Misalnya, rumah
kakek, pasar, mesjid, gereja, atau mungkin
ada bangunan bersejarah seperti bekas
istana, benteng, atau makam.
Selanjutnya murid mempelajari
bangunan dalam kawasan yang lebih luas, di Guru memberi penjelasan di lokasi kunjungan (Foto: Shinta
Carolina)
kecamatan, kabupaten/ kota atau di
propinsinya Mereka diajak memahami apa
makna dan peran bangunan itu kepada
masyarakat pada masanya. Mereka melihat
perbedaan rumah kayu sederhana dengan
rumah joglo yang kompleks, masjid agung,
istana, dan candi-candi. Mereka melihat
bagaimana para ahli pada zaman dahulu
sudah pandai merencanakan dan
membangun bangunan yang canggih.
Bangunan itu mengandung banyak pelajaran
yang berharga. Ia juga mengandung bukti
sejarah dari masanya. Penting disini murid
dapat mengapresiasi beragam bangunan
Mengunjungi Tamansari (Foto: L.T. Adishakti)
yang mereka lihat dari masa lalu dan
memahami pentingnya bangunan itu
dilestarikan. Setelah mengenal pusaka bangunan
individual murid diajak mengamati kawasan
pusaka atau yang mengandung nilai penting

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 10 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

bagi masyarakat. Salah satu contohnya dengan bahasa isyarat dan bunyi atau suara
adalah kawasan Kotagede yang dulu tertentu. Lama kelamaan berbagai suara itu
merupakan ibukota Kerajaan Mataram lama. dikembangkan menjadi kata-kata yang
Di sana masih ada sisa-sisa peninggalan dari masing-masing mempunyai arti tersendiri.
masa lalu berupa masjid tua, makam Selanjutnya kata-kata itu secara keseluruhan
Panembahan Senopati, bekas tembok istana, berkembang menjadi suatu bahasa masing-
lingkungan rumah-rumah tradisional dan masing daerah mempunyai bahasa daerah.
sebagainya.
Di dalam kota Yogyakarta juga ada
bagian-bagian kota tua yang menarik untuk
dikunjungi, misalnya: keraton, alun-alun,
masjid agung, Tamansari, nJeron Beteng
dsb. Murid dapat merasakan perbedaan
ruang fisik dan suasana antara kawasan kota
lama dan kota baru. Murid dapat mengamati
bahwa penempatan bagian-bagian ruang itu
mempunyai arti tersendiri.
Seorang guru sedang mengajar bahasa Jawa (Foto: Shinta
Carolina)

Mereka yang saling berdekatan dan


sering berkomunikasi saling mempengaruhi
dalam bahasanya. Mereka yang tinggal
terpencil mempunyai bahasa yang lebih
murni. Bahasa daerah adalah aset berharga,
sebagai salah satu ciri jatidiri masyarakat
daerah itu. Murid harus memahami bahasa
daerahnya dan menggunakannya sebagai
alat komunikasi. Di Yogyakarta murid
belajar memakai bahasa Jawa halus untuk
menghayati nuansa budaya yang terkandung
nJeron Beteng Heritage Trail (Foto: L.T. Adishakti)
di dalamnya. Untuk dapat menguasai
Kawasan pusaka juga dapat dijumpai di dengan baik bahasa Jawa yang kompleks itu
luar kota seperti kawasan Candi Borobudur mungkin diperlukan waktu pembelajaran
dengan candi kecil dan desa-desa di yang lebih lama sampai kelas VI.
sekitarnya, kawasan Candi Sewu, kawasan Selain mengembangkan bahasa lisan,
istana Ratu Boko dll. Pengamatan dan banyak daerah juga mempunyai aksara lokal
pendalaman atas kawasan dan bangunan- sebagai simbol-simbol bunyi dan dipakai
bangunan itu diharapkan dapat membangun untuk menuliskan fikiran dan perasaannya.
penghargaan dan kecintaan murid pada Masyarakat Jawa mempunyai aksara Jawa.
sejarah dan budayanya. Beberapa daerah lain juga mempunyai
aksaranya sendiri. Murid-murid di DIY
harus dapat membaca dan menulis aksara
Kelas III Semester 2: Jawa.
Bahasa, Sastra & Aksara Daerah Berbekal pada bahasa dan aksara lokal
Pada zaman prasejarah manusia itu masyarakat menembangkan sastra yang
menyampaikan pikiran dan perasaannya mengkomunikasikan pemikiran dan falsafah

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 11

yang lebih mendalam. Murid perlu pemuda. Ia dapat menjadi jembatan yang
mengenal secara singkat beberapa karya sangat baik dalam komunikasi masyarakat
sastra pujangga dan sastrawan di daerahnya. lintas budaya.
Murid juga perlu mengetahui bahwa
disamping karya sastra tertulis ada tradisi
lisan yang berupa legenda, mitos, hikayat,
dongeng dan sebagainya.

Berlatih memainkan gamelan (Foto: Shinta Carolina)

Kelas IV Semester 2:
Komik, cara menyenangkan bagi anak untuk mengetahui Seni Tari, Teater,
tentang cerita rakyat dan legenda (Foto: Shinta Carolina)
Wayang & Busana Tradisional
Disamping bahasa lisan, sastra tertulis,
Kelas IV Semester 1:
dan bahasa musik, kita juga mengenal
Musik dan Alat Musik Tradisional bahasa gerak. Murid diajak untuk mengenal
Murid diajak mengenal bahasa bunyi, tari, terutama tari tradisional daerah
nada, dan irama yang kemudian terolah setempat. Murid diajak berlatih menarikan
menjadi musik. Murid diajak mengenal beberapa tari yang sederhana supaya dapat
musik tradisional. Di Yogya musik menjiwai arti dan peran gerak dalam
tradisional utama adalah gamelan. Murid mengekspresikan pesan.
diajak mengenal alat-alat musik dalam Murid juga diajak mengamati wayang
gamelan, masing-masing dengan bunyinya orang, ketoprak, ludruk, dan teater
yang khas. Murid berlatih untuk tradisional. Disamping itu murid juga diajak
memainkannya secara sederhana agar dapat mengenal wayang kulit, wayang golek,
memahami harmoni dalam gamelan. Bagi wayang beber dsb. Pusaka dibidang ini
yang berminat untuk mendalaminya lebih sangat luas dan beragam. Penting bagi
lanjut dapat disediakan kursus khusus untuk murid untuk mengenal keragaman, meng-
meningkatkan kemahirannya. hargai keragaman, dan mempunyai pan-
Sambil berlatih gamelan, murid dangan terbuka. Murid diajak mengapre-
mempelajari beberapa lagu tradisional yang siasi keragaman budaya daerah di Indonesia
dimulai dari lagu daerahnya sendiri. dan bersikap saling menghargai. Murid
Mempelajari lagu tradisional dari berbagai diajak menghayati dan menghargai nilai
daerah lain akan membantu saling budaya serta didorong untuk turut
pengertian lintas budaya yang sangat melestarikannya dengan keberlanjutan apre-
berguna untuk merekatkan keberagaman siasi dan pengembangannya.
kita dalam satu kesatuan. Bahasa musik
sangat mudah dipahami anak-anak dan

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 12 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

upacara tertentu seperti perkawinan, bersih


desa dan sebagainya. Penggunaan busana
daerah pada waktu tertentu dapat
memperkuat kebersamaan, kebanggaan dan
percaya diri. Anak-anak perlu mengenal
busana daerah dan membiasakan diri untuk
memakainya dalam upacara resmi.

Kesenian teater tradisional Soyang (Foto: Shinta Carolina)

Ketoprak, contoh lain dari teater tradisional (Foto: Suhadi


Hadiwinoto)

Memakai pakaian daerah pada acara-acara khusus (Foto:


Shinta Carolina)

Kelas V Semester 1:
Pusaka Kuliner (Makanan,
Wayang Beber dengan dalang cilik (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
Minuman, dan Obat Tradisional)
Tiap daerah mempunyai jenis makanan
Tiap daerah mempunyai pakaian dan minuman yang khas, yang dipengaruhi
tradisional yang khas. Bahkan pakaian khas oleh keadaan iklim, hasil bumi, dan
dari dua daerah yang sangat berdekatan perkembangan sosial budaya masyarakatnya.
seperti Yogya dan Solo mempunyai Bahkan untuk satu jenis makanan yang
perbedaan, misalnya pada ikat kepala dsb. sama, bumbu dan teknik memasaknya juga
Pakaian tradisional biasanya dipakai pada berbeda-beda di daerah yang berbeda,

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 13

menghasilkan citarasa dan aroma yang Kelas V Semester 2:


berbeda pula. Anak-anak diajak untuk
Olahraga, Beladiri &
mengenal dan menikmati makanan khas
daerahnya serta memahami cara
Upacara Tradisional
pengolahannya. Olahraga khas yang berkembang di
daerah dipengaruhi oleh karakter
masyarakat dan perkembangan budayanya.
Demikian juga seni bela diri yang banyak
berkembang di berbagai daerah. Olahraga
dan seni beladiri itu merupakan salah satu
ekspresi jatidiri masyarakat suatu daerah
yang perlu terus dipelihara sebagai suatu
aset penting.
Masyarakat di setiap daerah mempunyai
budaya lokal yang berkembang sejak dahulu.
Mereka mempunyai tradisi, adat istiadat,
berbagai upacara adat, kearifan lokal,
Mengenal makanan tradisional (Foto: Shinta Carolina) makanan tradisional, obat tradisional,
olahraga dan seni bela diri lokal, dll.
Semua itu merupakan kekayaan yang
sangat berharga dari masing-masing daerah.
Murid perlu memahami kekayaan tradisi
daerahnya. Tidak perlu mereka hafal
seluruh liku-likunya tetapi yang penting
mereka mengenal beragam kekayaan
budayanya dan bangga dengan apa yang
mereka miliki. Mereka tidak boleh terasing
di daerahnya sendiri. Mereka harus feel at
home dan dapat hidup selaras dengan
budaya daerahnya.
Salah satu bentuk kegiatan yang dapat diberikan untuk Lebih baik lagi jika mereka dapat turut
mengenal jenis tanaman obat (Foto: Shinta Carolina) berperan aktif dalam kegiatan tradisi lokal.
Mengenal makanan tentunya tidak terlalu
Biasanya daerah juga mempunyai obat sulit. Upacara tradisional dapat diikuti
tradisional yang dibuat dari tanaman khas dalam beberapa acara tahunan seperti bersih
yang terdapat di daerah itu. Anak-anak desa dan sebagainya. Murid dapat mengenal
diajak untuk mengenal beberapa jenis tanaman obat tradisional di kebun dan
tanaman penghasil obat. Berbagai berwawancara dengan peracik obat.
pengetahuan dan ketarampilan membuat Berbagai kearifan lokal dan adat istiadat
makanan, minuman, dan obat tradisional perlu dibahas dalam beberapa dialog dan
perlu dilestarikan. Beragam makanan dan digali dalam beberapa kunjungan lapangan.
minuman khas serta obat tradisional
merupakan kekayaan yang sangat berguna,
juga untuk masa-masa yang akan datang.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 14 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Kelas VI Semester 1: Kelas VI Semester 2:


Pusaka Alam: Pusaka Alam:
Tanah, Air, Udara &Iklim Keanekaragaman Hayati
Tanah air pusaka kita sangat indah, Kekayaan alam lainnya yang sering
subur, dan kaya dengan berbagai flora dan kurang disadari adalah keanekaragaman
faunanya yang khas maupun kandungan hayati. Indonesia dikenal sebagai negara
mineral yang luar biasa. Tanah air pusaka dengan keanekaragaman hayati terbesar di
harus kita lestarikan. Murid diajak untuk dunia (Mac Kinnon, 1992). Luas daratan
menyadari dan menghayatinya. Ini paling Indonesia hanya 1,32 % dari luas daratan di
tepat dibangun melalui pengalaman di bumi tetapi Indonesia menjadi habitat dari
lapangan dengan menikmati keindahan 10% jenis tumbuhan berbunga, 12%
alamnya, menghirup udara segarnya, binatang menyusui, 16% reptilia dan
mencium harum bunganya, merasakan lezat amfibia, 17% burung, 25% ikan, dan 15%
buahnya, menyelami sejuk airnya, serangga yang ada di dunia. Dari 515 jenis
memahami hasil buminya dan kekayaan mamalia besar di dunia, 36% endemik di
mineral yang dikandungnya. Indonesia. Dari 33 jenis primata 18%
endemik. Dari 78 jenis burung paruh
bengkok 40% endemik. Dari 121 jenis
kupu-kupu 44% endemik di Indonesia.

Hiking di Turgo, Sleman. mengenal pusaka alam (Foto:


Shinta Carolina)

Dari situ harus terbangun tekad untuk Mengenal keanekaragaman hayati dengan praktek
melestarikan gunung, hutan, sungai, danau, menanam di sekolah (Foto: Shinta Carolina)
laut, terumbu karang, dan keseimbangan
alam. Murid perlu memahami ancaman Angka-angka tersebut diatas adalah
pencemaran air, pencemaran udara, gambaran dari Indonesia, yang mungkin
kerusakan tanah, pembalakan hutan, dll. tidak terlalu jauh berbeda dengan DIY.
Murid perlu memahami kaitan sejarah dan Kekayaan alam tersebut harus dilestarikan
unsur-unsur alam di desa atau kotanya, dan jangan sampai punah. Murid
keterkaitan gunung, sungai, permukiman, diperkenalkan pada berbagai jenis flora dan
kebun, sawah dsb. Perkembangan kota dan fauna yang ada di daerah ini dan diajak
daerah biasanya mengandung pertimbangan memahami apa keistimewaannya. Murid
kondisi dan potensi alam serta juga dianjurkan untuk membuat koleksi
keseimbangan unsur-unsurnya. gambar dan catatan flora dan fauna yang
istimewa.

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 15

2.7. STANDAR KOMPETENSI

Tabel 2-2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR



KELAS I SEMESTER I :
Permainan anak tradisional
1. Mengenal permainan anak tradisional Mengenal beberapa permainan anak tradisional
 Mengenal aturan beberapa permainan anak tradisional
2. Mengapresiasi permainan anak Mengapresiasi manfaat permainan anak tradisional
 tradisional Mengapresiasi makna permainan anak tradisional
3. Memainkan permainan anak
 tradisional Dapat memainkan permainan anak tradisional
Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian
Turut melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
 4. Memahami pelestarian sederhana kegiatannya


KELAS I SEMESTER II :
Musik/nyanyian anak sederhana
1. Mengenal musik/ nyanyian anak Mengenal beberapa lagu anak tradisional
 sederhana Mengenal beberapa alat musik di daerahnya
2. Mengapresiasi musik/ nyanyian anak Memahami jiwa dan suasana lagu sedih, gembira,
sederhana bersemangat, dll
 Menyukai beberapa lagu daerah
3. Memainkan musik/ nyanyian anak Memainkan beberapa alat musik sederhana
 sederhana Menyanyikan beberapa lagu sederhana
4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian
turut melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
 kegiatannya


KELAS II SEMESTER I :
Tari anak sederhana
1. Mengenal tarian anak sederhana Mengenal gerak dan pola gerak
 Mengenal beberapa tari anak di daerahnya
2. Mengapresiasi tarian anak sederhana Memahami jiwa dan suasana tari sedih, gembira,
bersemangat, dll
 Menyukai beberapa tari daerah
3. Menari Menarikan beberapa tarian anak-anak sederhana
 Mengekspresikan diri melalui tari
4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian
Turut melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
 kegiatannya


Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 16 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


KELAS II SEMESTER II :
Seni rupa
1. Mengenal unsur seni rupa Mengenal titik, garis, bidang, dan ruang
 Mengenal bentuk, warna, tekstur, bahan dsb
2. Mengapresiasi karya seni rupa Merasakan suasana dibalik bentuk, warna dll
 Mengenal beberapa karya seni rupa di daerahnya
3. Melukis dan membentuk Mengekspresikan diri melalui melukis
 Mengekspresikan diri melalui membentuk
4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian
Turut melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
 kegiatannya

Seni kriya/ keterampilan
 1. Mengenal keterampilan Mengenal beberapa jenis keterampilan
Mengenal beberapa bahan baku keterampilan
 2. Mengapresiasi keterampilan Memahami kegunaan karya keterampilan
Memahami perkembangan karya keterampilan
 3. Membuat karya keterampilan Membuat anyaman, rajutan, batik mengikuti contoh yang
ada
Membuat kreasi sederhana sesuai kemampuannya
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya


KELAS III SEMESTER I:


Bangunan pusaka
1. Mengenal bangunan pusaka Mengenal bangunan pusaka di sekitar
 Mengenal bangunan pusaka di daerah lain
2. Mengapresiasi bangunan pusaka Memahami makna bangunan pusaka
 Memahami peran bangunan pusaka dalam kehidupan
3. Membuat karya tentang tentang Membuat album kliping tentang bangunan pusaka
 bangunan pusaka Membuat esai tentang bangunan pusaka
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
pemeliharaannya

Kawasan pusaka
1. Mengenal kawasan pusaka Mengenal kawasan pusaka di sekitar
 Mengenal kawasan pusaka di daerah lain
2. Mengapresiasi kawasan pusaka Memahami makna kawasan pusaka
 Memahami peran kawasan pusaka dalam kehidupan
3. Membuat karya tentang kawasan Membuat album kliping atau maket sederhana tentang
pusaka kawasan pusaka
 Membuat esai tentang kawasan pusaka
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
pemeliharaannya



KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 17

 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

KELAS III SEMESTER II :


Bahasa dan sastra daerah
1. Mengenal bahasa dan sastra daerah Mengenal bahasa daerah sebagai salah satu bahasa di
Nusantara
 Mengenal sastra daerah dan beberapa penulis terkenal
2. Mengapresiasi bahasa dan sastra Menghargai bahasa daerah sebagai aset yang berharga
 daerah Menghargai sastra daerah dan para penulis terkemuka
3. Menggunakan bahasa daerah Memahami tata bahasa dan kosakata bahasa daerah
 Menggunakan bahasa daerah secara lisan dan tertulis
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya

Aksara daerah
1. Mengenal aksara daerah Mengenal aksara daerah sebagai salah satu aksara
Nusantara
 Mengenal aksara daerah dan tatacara penulisannya
2. Mengapresiasi aksara daerah Menghargai aksara daerah sebagai aset yang berharga
Menghargai aksara daerah sebagai salah satu identitas
 daerah
3. Menggunakan aksara daerah Dapat mebaca aksara daerah
 Dapat menulis dalam aksara daerah
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya


KELAS IV SEMESTER I :
Musik dan alat musik tradisional
1. Mengenal musik tradisional Mengenal musik tradisional
 Mengenal alat musik tradisional
2. Mengapresiasi musik tradisional Menghargai musik daerah sendiri
 Menghargai musik daerah lain
3. Memainkan/menyanyikan musik Dapat memainkan salah satu alat musik tradisional
 tradisional Dapat menyanyikan beberapa lagu tradisional
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya



KELAS IV SEMESTER II :
Seni Tari, Teater dan Wayang
1. Mengenal seni tari, teater dan wayang Mengenal tari, sendratari, teater, wayang orang, ketoprak,
ludruk
 Mengenal wayang kulit, wayang golek, wayang beber dsb
2. Mengapresiasi seni tari,teater dan Memahami pesan gerak tari
 wayang Memahami pesan moral dalam wayang

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 18 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


3. Menari Dapat menarikan gerakan dasar tari
 Dapat memainkan wayang secara sederhana
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya

Busana Tradisional
1. Mengenal busana tradisional Mengenal beberapa jenis busana tradisional
 Mengenal latar belakang penggunaan busana tradisional
2. Mengapresiasi busana tradisional Memahami unsur-unsur busana tradisional dan maknanya
 Menghargai penggunaan busana tradisional
3. Menggunakan busana tradisional Menggunakan busana tradisional dengan baik dan benar
Mengajak menggunakan busana tradisional pada acara
 tertentu
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya


KELAS V SEMESTER I :
Kuliner (Makanan dan Minuman)
1. Mengenal pusaka kuliner Mengenal makanan dan minuman tradisional di daerahnya
Mengenal pembuatan beberapa makanan dan minuman
 tradisional
2. Mengapresiasi pusaka kuliner Menyukai beberapa makanan dan minuman tradisional di
daerahnya
Menghargai proses pembuatan makanan dan minman
 tradisional
3. Menggunakan pusaka kuliner Menyantap makanan dan minuman tradisional secara
berkala
 Memahami dengan sederhana cara pembuatannya
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
pembuatannya


Obat Tradisional
1. Mengenal obat tradisional Mengenal beberapa obat tradisional
Mengenal tanaman yang berguna untuk membuat obat
 tradisional
2. Mengapresiasi obat tradisional Memahami bahwa ada obat modern ada pilihan obat
tradisional
Memahami bahwa bahan alami lebih baik daripada bahan
 kimia
 3. Menggunakan obat tradisional Menggunakan obat tradisional saat perlu
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
penggunaannya



KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 19

 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


KELAS V SEMESTER II :
Olahraga dan beladiri tradisional
1. Mengenal olahraga dan seni beladiri Mengenal olahraga tradisional
 tradisional Mengenal seni beladiri tradisional
2. Mengapresiasi olahraga & seni Mengapresiasi manfaat dan nilai olahraga tradisional
 beladiri tradisional Mengapresiasi manfaat dan nilai seni beladiri tradisional
3. Memainkan olahraga & seni beladiri Memainkan olahraga tradisional pada tingkat dasar yang
tadisional sederhana
Memainkan seni beladiri tradisional pada tingkat dasar
 yang sederhana
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan prakteknya


Upacara tradisional
1. Mengenal upacara tradisional Mengenal upacara tradisional di lingkungan keluarga
 Mengenal upacara tradisional di komunitas
2. Mengapresiasi upacara tradisional Memahami beberapa tatacara upacara tradisional
 Memahami beberapa makna upacara tradisional
3. Mengikuti upacara tradisional Mengikuti upacara tradisional di lingkungan keluarga
 Mengikuti upacara tradisional di komunitas
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan prakteknya



KELAS VI SEMESTER I :
Pusaka alam: tanah, air, udara, iklim
1. Mengenal pusaka alam: tanah, air, Mengenal pusaka alam: gunung, hutan, sungai, danau, laut
 udara, iklim Mengenal tanah, air, udara, iklim
2.Mengapresiasi pusaka alam: tanah, Menghargai kelestarian gunung, hutan, sungai, danau, laut
air, udara, iklim dsb
 Menghargai kelestarian tanah, air, udara dan iklim
3.Memahami proses alam Memahami keseimbangan dan keserasian alam
 Memahami ancaman gangguan pada keseimbangan alam
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian Turut
melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
pemeliharaannya



KELAS VI SEMESTER II :
Pusaka alam (2): keanekaragaman hayati
1. Mengenal keanekaragaman hayati Mengenal beberapa jenis binatang
 Mengenal beberapa jenis binatang endemik indonesia
2. Mengapresiasi keanekaragaman hayati Menghargai lestarinya keanekaragaman hayati
 Menghargai kelestarian habitat flora dan fauna
3. Memahami keanekaragaman hayati Memahami manfaat keanekaragaman hayati
 Memahami ancaman pada keanekaragaman hayati
 4. Memahami pelestarian sederhana Memahami dengan sederhana perlunya pelestarian
Turut melestarikan dengan melanjutkan apresiasi dan
pemeliharaannya


Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 20 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

tidak menyebabkan murid tidak naik


2.8. UJI KEMAMPUAN kelas tetapi mendorong guru untuk
mengkaji ulang metode pembelajaran
agar murid dapat lebih menangkap
Kelas I Semester I: pesan-pesan yang disampaikan.
Mengenal Permainan Anak
Tradisional Kelas I Semester II:
1. Sebutkan beberapa permainan anak Mengenal Lagu & Musik Sederhana
tradisional (paling sedikit tiga jenis
permainan). 1. Sebutkan beberapa lagu anak tradisional
(paling sedikit tiga lagu)
2. Coba mainkan salah satu permainan
tradisional itu bersama teman-temanmu 2. Sebutkan tiga jenis alat musik
tradisional (paling sedikit 3 alat musik)
3. Coba jelaskan dengan sederhana
bagaimana cara memainkan permainan 3. Coba nyanyikan salah satu lagu
itu. tradisional (boleh sendiri atau bersama
teman)
4. Mengapa kamu suka bermain permainan
itu? 4. Coba mainkan salah satu alat musik
tradisional (secara sederhana saja).
a. Bergembira bersama teman
b. Banyak bergerak, supaya sehat 5. Coba berlatih dengan teman-teman
c. Berlatih cepat dan cekatan untuk tampil di acara akhir tahun di
d. Yang menang mendapat hadiah sekolah.
e. Bisa diajarkan pada teman lain
Evaluasi Pemahaman
5. Mengapa kita harus bisa memainkan
permainan tradisonal? - Sudah baik jika murid dapat
menyebutkan 3 lagu tradisional (di
Evaluasi Pemahaman kelas diajarkan 5-7 lagu tradisional).

- Sudah baik jika murid dapat - Sudah baik jika murid dapat
menyebutkan 3 permainan tradisional menyebutkan 3 alat musik tradisional
(di kelas diajarkan 5-7 permainan) (di kelas diperlihatkan 5-7 alat musik
tradisional).
- Sudah baik jika murid dapat
memainkan 3 jenis permainan itu dan - Sudah baik jika murid dapat
menjelaskan bagaimana memainkannya. menyanyikan satu lagu tradisional,
sendiri atau bersama teman
- Sudah baik jika murid dapat
menyebutkan salah satu alasan yang - Sudah baik jika murid dapat sedikit
masuk akal. memainkan satu alat musik tradisional.

- Sudah baik jika murid dapat - Murid tidak dituntut untuk dapat
menyebutkan salah satu alasan memainkan secara penuh, cukup jika
pelestarian. memahami prinsip dasarnya.

- Pelajaran di kelas I semester I ini baru - Murid diajak berlatih bersama untuk
merupakan proses pengenalan awal bagi dapat tampil dalam suatu acara sekolah.
murid dalam pemahaman pusaka. - Pelajaran di semester II ini baru
Kekurangan nilai pada uji kemampuan merupakan proses pengenalan awal bagi

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 21

murid dalam pemahaman musik dan - Dalam kelas II semester I murid


lagu tradisional. diperkenalkan pada ekspresi gerak,
- Kekurangan nilai pada uji kemampuan gerak spontan, gerak teratur, dan
tidak menyebabkan murid tidak naik hubungan antara gerak dan lagu
kelas tetapi mendorong guru untuk pengiring. Ini merupakan latihan dasar
mengkaji ulang metode pembelajaran kepekaan murid yang akan berguna
agar murid dapat lebih menangkap bagi penyerapan pelajaran selanjutnya.
pesan-pesan yang disampaikan.
Kelas II Semester II:
Kelas II Semester I: Mengenal Seni Rupa & Seni Kriya
Mengenal Tari Anak Sederhana 1. Tunjukkan contoh lukisan yang dilukis
1. Sebutkan beberapa tari anak tradisional dengan pensil, tinta, cat air, cat minyak
(paling sedikit 3 jenis tarian) 2. Tunjukkan contoh atau foto patung kayu,
2. Coba kamu tarikan salah satu tari anak logam, batu atau beton.
tradisional 3. Tunjukkan contoh atau foto kerajinan
3. Coba ceritakan dengan sederhana anyaman, tenun, batik, perhiasan, alat-
bagaimana cara menarikannya. alat, wayang kulit, dll

4. Coba peragakan dengan sederhana gerak 4. Tunjukkan contoh atau foto karya-karya
burung melayang, kupu-kupu terbang, tersebut yang dibuat sebelum tahun
raja berjalan, putri bersolek, anak 1945.
bersepeda, dll 5. Sebutkan beberapa seniman atau tokoh
5. Coba berlatih dengan teman-teman yang membuat karya-karya itu.
untuk menarikan satu lakon dalam acara
Evaluasi Pemahaman
sekolah yang akan datang.
- Sudah baik jika murid dapat mengenal
Evaluasi Pemahaman dan membedakan karya-karya lukisan
- Sudah baik jika murid dapat itu.
menyebutkan 3 tari tradisional dari - Sudah baik jika murid dapat mengenal
daerah sendiri atau daerah lain. dan membedakan karya-karya patung
- Sudah baik jika murid dapat menarikan itu.
salah satu tari anak tradisional. - Sudah baik jika murid dapat mengenal
- Sudah baik jika murid dapat berbagai seni kriya dan sedikit
menguraikan dengan sederhana gerak- memahami pembuatannya.
gerak dalam tari itu - Murid diajak untuk mulai mengenal
- Murid didorong untuk berekspresi karya-karya lama.
dengan gerak, tidak ada rumus baku, - Murid diajak untuk mulai mengenal
yang penting murid berkreasi. seniman-seniman masa lalu.
- Murid berlatih untuk tarian masal, - Dalam Kelas II semester II murid diajak
membangun keserasian gerak antar untuk mengenal dan membedakan
sesama, mencoba memahami koreografi beragam karya seni rupa dan seni kriya
sederhana.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 22 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

dan secara sederhana memahami cara - Murid memahami dengan sederhana


pembuatannya. mengapa bangunan penting itu perlu
- Murid diajak untuk mengenal karya- dilestarikan.
karya dan seniman-seniman dari masa - Murid didorong untuk mengenal
lalu yang terkenal. Murid tidak perlu keragaman pusaka dan memahami
menghafal seluruh karya dan maknanya bagi masyarakat. Murid tidak
senimannya, yang penting murid mulai diharapkan utnuk menghafal berbagai
mengenal dan menghargai karya dan definisi dan kriteria yang rumit.
senimannya. Dari pemahaman itu nanti
akan tumbuh kecintaan dan upaya Mengenal Pusaka Kawasan dan
pelestarian. Pusaka Saujana

1. Sebutkan kawasan bersejarah di desa,


Kelas III Semester I: kecamatan, di kota atau kabupatenmu.
Mengenal Pusaka Bangunan 2. Sebutkan mengapa kawasan itu penting.
Bagaimana sejarahnya?
1. Sebutkan beberapa pusaka bangunan
3. Sebutkan contoh pusaka alam yang erat
disekitar rumahmu atau sekolahmu.
terkait dengan seni budaya masyarakat
2. Sebutkan pusaka bangunan yang ada di dan peninggalan sejarah yang penting.
kecamatan tempat tinggalmu
4. Jika contoh nomor 3 tidak ada di kota/
3. Sebutkan pusaka bangunan di kota atau kabupatenmu, apakah ada di kota/
kabupaten tempat tinggalmu. kabupaten lain?
4. Mengapa bangunan-bangunan itu 5. Bagaimana upaya kita melestarikan
dianggap penting? pusaka kawasan dan pusaka saujana itu?
5. Mengapa bangunan-bangunan itu perlu
Evaluasi Pemahaman
dilestarikan?
- Murid didorong untuk mengenali
Evaluasi Pemahaman
kawasan bersejarah di desa/kecamatan/
- Sudah bagus jika murid dapat kota/kabupaten.
membedakan bangunan yang penting, - Sudah bagus jika murid mengetahui
bermutu, atau bersejarah bagi secara sederhana latar belakang sejarah
masyarakatnya. kawasan itu.
- Murid berangsur-angsur mengamati - Murid diajak berangsur-angsur
pusaka bangunan mulai dari lingkungan memahami kedekatan hubungan antara
terdekat ke kawasan yang lebih luas. alam, manusia, dan budayanya.
- Murid mencoba mengenali pusaka - Murid didorong untuk belajar secara
bangunan di kota atau kabupaten sederhana meneliti dan megumpulkan
melalui kunjungan langsung, buku, informasi dari lingkungan kecil
majalah atau informasi lainnya. berangsur meluas ke lingkungan yang
- Murid diajak memahami mengapa lebih besar.
bangunan itu dianggap penting dan apa - Murid diajak secara sederhana
maknanya bagi masyarakat. memahami apa arti pelestarian dan
bagaimana cara melestarikan.

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 23

- Di sini kita memasuki masalah yang - Murid didorong untuk menghargai


lebih kompleks. Murid tidak diharapkan bahasa daerah dan aksara daerah serta
untuk memahami analisis yang runtun. membantu pelestariannya. Jika masya-
Disini murid hanya diajak untuk mulai rakat tidak terus menggunakan bahasa
mengenal masalahnya dengan beberapa daerah, maka bahasa itu berangsur-
contoh yang akan didalaminya lebih angsur akan mati dengan sendirinya
jauh di masa mendatang.
Kelas IV Semester I:
Kelas III Semester II: Mengenal Musik
Mengenal Bahasa Sastra & Alat Musik Tradisional
& Aksara Daerah
1. Sebutkan beberapa alat musik yang
1. Coba tuliskan kalimat-kalimat ini dalam dipakai dalam satu perangkat gamelan.
aksara Jawa. 2. Coba mainkan salah satu dari alat musik
2. Coba terjemahkan kalimat-kalimat ini dalam gamelan
dalam bahasa Jawa yang halus. 3. Jelaskan perbedaan antara musik
3. Sebutkan beberapa tokoh pujangga Jawa diatonis dengan musik pentatonis.
yang terkenal dengan karya sastranya. 4. Coba ceritakan sedikit tentang
4. Sebutkan contoh beberapa legenda dan keroncong dan angklung.
dongeng yang terkenal dalam 5. Sebutkan beberapa jenis musik dari
masyarakat Jawa. daerah lain.
5. Mengapa bahasa dan aksara daerah
merupakan pusaka penting yang harus Evaluasi Pemahaman
dilestarikan?
- Murid diajak untuk mengetahui sedikit
Evaluasi Pemahaman tentang karawitan dan gamelan Jawa,
serta beberapa jenis kelengkapannya.
- Pelajaran menulis dalam aksara Jawa - Murid didorong untuk belajar
selama ini diharapkan sudah membuat memainkan salah satu alat musik dalam
murid mampu menulis dengan baik perangkat gamelan agar merasakan
dalam aksara Jawa. harmoni dan nuansanya.
- Untuk berhasil mempelajari bahasa - Perbedaan prinsip ini perlu diketahui
Jawa halus dengan sempurna memang meskipun murid tidak harus menelusuri
diperlukan waktu yang panjang. Disini sampai detailnya.
cukup jika murid dapat menerjemahkan
dengan sederhana. - Murid perlu mengenal keroncong
sebagai jenis musik yang populer di
- Sudah baik jika murid mengenal Jawa Tengah. Angklung juga perlu
beberapa pujangga Jawa yang terkenal. dikenal karena keunikannya.
- Diharapkan murid memahami bahwa - Murid juga diajak untuk mengenal
disamping sejarah dan sastra tertulis, musik daerah sekitarnya.
ada juga tradisi lisan tidak tertulis yang
hidup di masyarakat. - Musik karawitan telah berkembang
begitu kompleks. Perlu mulai dikem-

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 24 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

bangkan kepekaan murid pada nuansa murid sekolah dasar tetapi mereka perlu
kejiwaan gamelan. Murid perlu banyak mulai diajak untuk mengenal dan
bersinggungan dengan karawitan mencicipi kekayaan budaya itu.
supaya lebih merasakan keunikannya.
Kelas V Semester I:
Kelas IV Semester II:
Mengenal kuliner (makanan,
Mengenal Seni Tari, Teater, minuman) dan obat tradisional
Wayang dan Busana Tradisional
1. Sebutkan beberapa jenis makanan dan
1. Sebutkan beberapa jenis tari keraton dan minuman tradisional di daerahmu.
tari rakyat. Jelaskan perbedaannya! 2. Apakah manfaat atau keistimewaan
2. Ceritakan sedikit tentang lakon makanan dan minuman yang kamu
Ramayana yang dimainkan dalam sebutkan itu.
sendratari di pentas Prambanan. 3. Sebutkan cara membuat salah satu
3. Ceritakan sedikit tentang sendratari dan makanan atau minuman tradisional.
wayang orang. Apa perbedaannya? 4. Obat tradisional apa yang sering dipakai
4. Ceritakan sedikit tentang wayang beber, masyarakat?
wayang klithik, wayang potehi, ketoprak 5. Tanaman obat apa yang dapat ditanam
dan ludruk. di halaman? Sebutkan khasiatnya
5. Mana yang lebih kau sukai menonton
wayang orang atau pagelaran wayang Evaluasi Pemahaman
kulit? Mengapa demikian?
- Diharapkan murid mengenal jenis-jenis
Evaluasi Pemahaman makanan dan minuman tradisional yang
masih banyak disukai masyarakat di
- Diharapkan murid memahami daerahnya.
perbedaan gaya, pentas, dan perkem- - Diharapkan murid memahami mengapa
bangannya. beberapa makanan atau minuman
- Diharapkan murid memahami hubu- tradisional menjadi lezat, berkhasiat,
ngan antara candi Prambanan dan dan disukai orang.
Ramayana. - Diharapkan murid memahami cara
- Murid dipersilahkan menggali infor- membuat beberapa makanan dan
masi melalui wawancara dan literatur. minuman tradisional.
- Murid didorong untuk menelusuri lebih - Diharapkan murid memahami bahwa
lanjut di perpustakaan atau berkon- disamping obat buatan pabrik, juga ada
sultasi dengan ahlinya. obat tradisional yang dibuat dari bahan
- Murid didorong untuk menyatakan alami tumbuh-tumbuhan dan terbukti
perbedaan impresi dan perasaan dalam khasiatnya.
menikmati pagelaran itu. - Diharapkan murid memahami bahwa
- Wayang adalah cerminan dari beberapa jenis tanaman obat dapat
kehidupan nyata di dunia dan perilaku dengan mudah ditanam di pekarangan.
manusia serta falsafah kehidupan.
Keseluruhannya terlalu kompleks untuk

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA II - 25

Kelas V semester II 2. Mengapa air sangat penting untuk


kehidupan? Bagaimana upaya meles-
Olahraga, Beladiri
tarikannya?
dan Upacara Tradisional
3. Bagaimana caranya mencegah pence-
1. Sebutkan beberapa contoh tradisi dan maran udara?
kearifan lokal
4. Ceritakan sedikit tentang daur ulang
2. Sebutkan beberapa upacara tradisional sampah.
yang sering dilakukan di daerahmu
5. Mengapa diperlukan pelestarian alam?
3. Kapan upacara itu diadakan, siapa
pelakunya, bagaimana prosesnya? Evaluasi Pemahaman
4. Sebutkan olahraga tradisional yang - Murid perlu memahami siklus
disukai masyarakat di daerahmu. peredaran air dan mampu menerangkan
Jelaskan permainannya. prosesnya.
5. Sebutkan olahraga beladiri yang khas - Seluruh kehidupan di dunia
dari daerahmu. Tahukah kau memerlukan air. Tanpa air semua
perbedaannya dengan beladiri dari mahluk akan segera mati.
daerah lain?
- Murid perlu memahami penyebab
Evaluasi Pemahaman pencemaran udara dan menerangkan
dengan sederhana cara mengatasinya
- Diharapkan murid memahami apa yang
- Murid perlu memahami daur ulang
dimaksud dengan tradisi dan kearifan
sampah organik dan sampah anorganik.
lokal
- Manusia hidup di alam dan sangat
- Diharapkan murid memahami beberapa
tergantung pada kelestarian alam.
upacara tradisional dan apa maksudnya.
- Murid perlu memahami tatanan alam di
- Diharapkan murid dapat menceritakan
sekitar desa atau kotanya, bagaimana
dengan sederhana bagaimana upacara
tiap unsur itu mempunyai arti dan
itu dilakukan
hubungan satu sama lain.
- Diharapkan murid dapat menceritakan
- Perkembangan kota dan daerah sangat
dengan sederhana bagaimana olahraga
dipengaruhi oleh situasi dan sifat
tradisional yang disukai masyarakat di
alamnya. Sejarah juga meninggalkan
daerahnya.
bekas tapaknya di lingkungan desa/kota.
- Diharapkan murid memahami jenis Murid didorong untuk mengamati dan
beladiri tradisional di daerahnya dan menguraikan sejarah perkembangan
apa yang membedakannya dari beladiri desa/kotanya.
daerah lain.
- Pemahaman mengenai sejarah perkem-
bangan kota akan membantu upaya
Kelas VI Semester I: pengembangan ke masa depan.
Mengenal Pusaka Alam:
Tanah, Air & Udara

1. Apakah hubungan antara gunung, hutan,


sungai, dan laut?

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA
II - 26 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Kelas VI Semester II: 2.9. CATATAN PELAKSANAAN


Mengenal Pusaka Alam: PENDIDIKAN PUSAKA
Keanekaragaman Hayati
Demikian tadi beberapa panduan untuk
1. Apakah benar bahwa Indonesia dikenal membantu guru melihat keseluruhan road
sebagai negara dengan keanekaragaman map pendidikan pusaka agar tidak ada
hayati terbesar di dunia? bagian yang terlupa atau tercecer, agar
2. Mengapa banyak satwa yang terancam murid mendapat gambaran yang lengkap
punah? mengenai lingkungan dan situasi yang
dihadapinya.
3. Apa manfaatnya kita melestarikan
keanekaragaman hayati? Materi pendidikan pusaka sangat luas.
Pendidikan pusaka di sekolah dasar
4. Bagaimana caranya kita melestarikan
dimaksud untuk membukakan mata dan
keanekaragaman hayati?
mengajak murid mengenal kekayaan dan
5. Apakah kamu sudah menjadi anggota keragaman pusaka alam dan budaya serta
organisasi pecinta alam? Ceritakan ancaman yang dihadapinya.
kegiatannya.
Pendidikan pusaka di sekolah dasar
Evaluasi Pemahaman tidak dimaksud untuk menjejalkan sekaligus
seluruh materi dalam bentuk hafalan definisi
- Murid perlu menjelaskan beberapa fakta dan rumus yang memusingkan. Pengenalan
yang menyangkut keanekaragaman dan pemahaman dengan learning by
hayati ini. doing diharapkan membantu penyerapan
materi dengan mudah.
- Ancaman kepunahan akibat ulah
manusia dan perubahan perilaku alam. Setelah mempelajari panduan ini, guru
dapat mengadakan evaluasi dan
- Kehidupan berbagai mahluk di dunia menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di
saling berhubungan. Kerusakan pada sekolah masing-masing. Disarankan para
satu bagian akan mempengaruhi bagian guru sering mengadakan komunikasi dan
lainnya. konsultasi satu sama lain untuk terus
- Perlu dipahami pencegahan punahnya menyempurnakan pendidikan pusaka.
satwa dan rusaknya habitat satwa Keberadaan Forum Guru Pendidikan Pusaka
tersebut DIY yang telah dibentuk perlu terus
dimanfaatkan sebagai wadah komunikasi
- Murid didorong untuk turut aktif
dan konsultasi untuk penyempurnaan
membantu pelestarian alam antara lain
pelaksanaan pendidikan pusaka.
melalui kegiatan organisasi pecinta
alam. Perlu disadari pula bahwa Badan Pelestarian Pusaka Indonesia,
pelestarian alam juga sangat terkait Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
dengan pelestarian budaya yang Pengembangan Kementerian Pendidikan
mendukung pelestarian alam itu. Nasional, dan Pusat Pelestarian Pusaka
Sebaiknya di sekolah didirikan kelom- Arsitektur Jurusan Arsitektur dan
pok pencinta pusaka alam dan budaya. Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Para guru perlu membantu dan Gadjah Mada akan terus memantau
memfasilitasi gerakan pelestarian pusa- perkembangan pendidikan pusaka dan akan
ka alam dan budaya ini. selalu membantu bilamana diperlukan.

KERANGKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY
PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 1

laut, penyebaran penyakit tanaman dan


binatang, tetapi pada umumnya perubahan
bentang alam merupakan akibat langsung
dari kegiatan manusia. Perubahan-
perubahan pada lingkungan tidak saja
tampak pada pola-pola permukiman dan
ekonomi pedesaan, tetapi juga pada
perubahan keadaan fisik yang terjadi karena
sistem saluran air hujan dan banjir, atau
modifikasi dan erosi tanah.
3.1. PUSAKA ALAM
3.1.1.1. JAMAN KEBERADAAN
Pusaka alam (natural heritage) adalah MANUSIA
bentukan alam yang istimewa. Bentukan- Manusia dan alam sejak dulu sampai
bentukan alami tersebut mempunyai sekarang terus berhubungan. Manusia tidak
karakter yang khas, saling berhubungan dan dapat dipisahkan dari alam. Jaman
terus berkembang. Pusaka alam secara keberadaan manusia dan hubungannya
langsung maupun tidak langsung dengan alam dibagi menjadi 4 (empat)
mempengaruhi kehidupan manusia, jaman, yaitu:
sehingga sudah selayaknya apabila
pelestarian alam terus dilakukan. a. Manusia di alam:
Manusia pemburu dan pengumpul
b. Manusia melawan alam:
3.1.1. HUBUNGAN MANUSIA &
Masyarakat pertanian
ALAM
c. Manusia melawan alam:
masyarakat industri
Pada awal sejarah keberadaan manusia,
memelihara bumi bukan merupakan d. Manusia dan alam:
keharusan, karena bumi dapat memelihara Manusia bumi berkelanjutan
dirinya sendiri. Kemudian, dengan
a. Manusia di alam:
berkembangnya pertanian dan kegiatan-
kegiatan manusia merubah alam,
manusia pemburu dan pengumpul
memelihara alam berarti mempertahankan Pada jaman ini, alam sangat
kualitas alam. mempengaruhi manusia. Agar dapat hidup,
Hubungan dialektik antara masyarakat manusia harus menyesuaikan diri dengan
dan habitat berpengaruh pada proses alam. Jadi, hidup manusia adalah untuk
menerus dari perubahan bentang alam. "survive". Untuk itu, manusia melakukan
Perubahan-perubahan budaya, seperti adaptasi dengan alam melalui (Miller dan
peningkatan jumlah penduduk, peningkatan Armstrong, 1982):
teknologi dan pertumbuhan kehidupan - Pemakaian alat-alat untuk berburu,
sosial yang semakin kompleks, telah mengumpulkan dan menyiapkan
mempengaruhi hubungan manusia dengan makanan, serta membuat pakaian.
lingkungannya. Lingkungan alam terkadang
mengalami perubahan sendiri, misalnya - Belajar hidup di lingkungan yang sulit
perubahan iklim, naiknya permukaan air dengan cara bersosialisasi dan
bekerjasama dengan orang-orang lain.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 2 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

- Pemakaian bahasa untuk meningkatkan melawan alam, sehingga dampak terhadap


efisiensi dari kerjasama dan lingkungan mulai tampak ada. Dampak
pemahaman akan pengalaman- kegiatan pertanian tersebut terhadap
pengalaman hidup sebelumnya. lingkungan yaitu:
Contoh kegiatan manusia pemburu dan - Pembakaran hutan untuk diganti
pengumpul adalah: menemukan api untuk tanaman rumput (makanan ternak).
memasak; memanfaatkan tumbuhan dan Kegiatan ini berakibat pada berubahnya
hewan untuk makanan. Sedangkan dampak sirkulasi air alami, dan kemungkinan
dari kegiatan yang dilakukan terhadap terjadi turunnya permukaan air tanah,
lingkungan antara lain: banjir, erosi, dan hilangnya lapisan
- perburuan masal yang menyebabkan tanah subur
jumlah hewan berkurang sementara - Lansekap hutan berubah menjadi ruang-
- pemakaian api untuk penerangan dan ruang terbuka.
memasak dapat menyebabkan Pada jaman ini, kegiatan pertanian
kebakaran-kebakaran kecil selanjutnya bersifat monokultur, yaitu
Meskipun demikian, dari kegiatan untuk bertani dengan satu jenis tanaman. Bentuk-
hidup yang mereka lakukan, dampak- bentuk pertanian monokultur ini antara lain:
dampak negatif terhadap lingkungan masih pertanian hortikultura, pertanian Swidden,
sangat sedikit. Kerusakan alam dapat dan pertanian irigasi. Pada jaman ini pula
dikatakan belum ada. Manusia belum terdapat surplus makanan, sehingga
mempunyai kontrol secara langsung dampaknya terhadap lingkungan adalah:
terhadap lingkungan alamiah. peningkatan populasi; semakin banyak
lahan dibuka; desa dan kota secara perlahan
b. Manusia melawan alam: mulai tumbuh; terjadinya urbanisasi
masyarakat pertanian (Indonesian Heritage, 1998).
Dampak selanjutnya yang terjadi adalah:
Jaman ini merupakan jaman yang lebih konflik pemakaian lahan; konflik
maju daripada sebelumnya. Jaman ini penggunaan air; dan kesehatan lingkungan
berlangsung antara 10.000 - 12.000 tahun
yang lalu. Dalam kehidupan mereka, ada c. Manusia melawan alam:
perubahan yaitu dari manusia masyarakat industri
pengumpul/pencari makanan ke manusia
yang memproduksi makanan. Manusia Pada jaman ini manusia semakin
mulai mengubah dan mengontrol alam mengontrol alam dengan pemakaian
(Miller dan Armstrong, 1982). sejumlah besar energi. Pada jaman
Tanda awal keberadaan masyarakat masyarakat pemburu, energi yang dipakai
pertanian: adalah otot badan. Pada masa masyarakat
pertanian, energi yang dipakai adalah tenaga
- Pemeliharan hewan dan penanaman hewan, tenaga air, dan tenaga angin.
tanaman-tanaman tertentu. Sedangkan pada masa masyarakat industri,
- Penemuan alat-alat pertanian energi yang dipakai adalah energi kimia
dalam batu bara, minyak, gas alam (Miller
- Pemakaian api untuk pembersihan lahan dan Armstrong, 1982).
Manusia mulai memahami bagaimana Karakteristik masyarakat industri
memanipulasi alam agar hasil panen adalah: (a) memproduksi material-material
bertambah. Hal ini berarti manusia telah pabrik: plastik, baja, pestisida dan pupuk-

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 3

pupuk kimia; dan (b) sistem pertanian dan komponen fisik dan kimia, misalnya hujan,
industri semakin efisien, memudahkan temperatur, sinar matahari, batu. Komponen
kehidupan. Namun, dampak kegiatan biotik, atau hidup, meliputi tanaman,
mereka terhadap lingkungan semakin besar, binatang dan mikroorganisma.
yaitu: populasi meningkat; konsumsi Ekosistem berinteraksi dengan
sumber daya meningkat; kontaminasi DDT; ekosistem-ekosistem lain melalui pertukaran
polusi air (timbal dan merkuri); polusi energi, bahan-bahan dan organisme.
udara; limbah padat meningkat; polusi air Interaksi antar ekosistem tersebut dapat
akibat pupuk kimia. Pada jaman ini, mulai menimbulkan masalah apabila manusia
terasa adanya batas kemampuan manusia melakukan kegiatan yang dapat
untuk mengontrol lingkungan (Goudie, mengganggu berlangsungnya interaksi
1991). tersebut (Gorham dalam Nassauer, 1997).
Sebagai contoh, penebangan pohon-pohon
d. Manusia dan alam:
di sepanjang tepi sungai dengan tujuan agar
masyarakat bumi berkelanjutan
lahannya dapat dipakai untuk membangun
Jaman ini adalah jaman dimana manusia rumah, telah berakibat pada hilangnya mata
dan alam merupakan satu kesatuan. air di tepi-tepi sungai dan terjadinya erosi
Manusia semakin lama semakin menyadari serta banjir. Konversi lahan-lahan pertanian
bahwa bumi merupakan satu unit yang menjadi lahan-lahan perumahan, industri
didalamnya saling berkaitan. Di dalam dan perdagangan telah menyebabkan
kehidupan, ada keseimbangan antara penurunan kemampuan lahan untuk
kepadatan penduduk dan lingkungan, serta menyerap air hujan serta peningkatan iklim
ada hubungan sosial dan kerjasama antar mikro kawasan. Sementara itu, ekosistem
sesama. Manusia juga mulai sadar bahwa mempunyai respon yang berbeda terhadap
bumi memiliki keterbatasan hingga perlu dampak kegiatan manusia. Beberapa
dijaga. Jaman masyarakat pertanian-industri ekosistem lebih rentan terhadap perubahan
berdasarkan manusia melawan alam harus daripada ekosistem lainnya (Goudie, 1991).
dirubah menjadi masyarakat berkelanjutan Dengan kata lain, beberapa ekosistem
berdasarkan pada manusia dan alam. memiliki elastisitas dalam menerima
perubahan. Misalnya, danau yang secara
alami merupakan air dalam suatu wadah
3.1.1.2 LINGKUNGAN & MANUSIA cekung, lebih rentan terhadap dampak
MEMBENTUK EKOSISTEM kegiatan manusia daripada sungai yang
terus mengalir.
Penting untuk diingat bahwa lingkungan
dan manusia dengan segala kegiatannya Perubahan-perubahan pada ekosistem
membentuk ekosistem. Ekosistem adalah yang mengarah pada kerusakan sebagai
sebuah jaringan yang terdiri dari organisme, akibat kegiatan manusia tersebut dapat
lingkungannya, dan seluruh interaksi yang menjadi perubahan yang bernilai positif
ada pada lingkungan tersebut. Ekosistem apabila terjadi pergeseran perilaku publik
merupakan sistem biologi, fisik, dan kimia, terhadap alam dan lingkungan. Perubahan
yang saling bergantung dan dinamis (selalu nilai-nilai sosial dapat meningkatkan
berubah). Sebuah kolam merupakan kepedulian dan mempengaruhi perilaku
ekosistem, begitu juga sungai, hutan, dan positif manusia dalam memperlakukan alam
kota. Ekosistem dibentuk oleh ada dua dan lingkungan.
macam komponen ekosistem, yaitu abiotik Alam sebenarnya tidak mempunyai
dan biotik. Abiotik, atau mati, terdiri dari krisis lingkungan, karena alam selalu

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 4 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

bereaksi untuk mencapai keseimbangan. juga harus kita wariskan kepada generasi
Sehingga apa yang kemudian muncul penerus kita sehingga kita harus tetap
dengan lingkungan yang terpolusi, atau merawat dan melestarikan kekayaan alam
rendahnya keragaman ekologi, merupakan tersebut.
pengaruh dari kegiatan manusia. Besarnya
krisis lingkungan yang muncul tergantung
dari seberapa jauh kegiatan manusia telah 3.1.3. RAGAM PUSAKA ALAM
mempengaruhi lingkungan, dan seberapa
jauh upaya manusia untuk membuatnya 3.1.3.1. GUNUNG & PEGUNUNGAN
tetap seimbang.
Gunung merupakan daerah permukaan
yang menjulang dengan tinggi puncaknya
3.1.2. ALAM SEBAGAI PUSAKA
lebih dari 1.500 meter di atas permukaan air
laut. Indonesia termasuk negara yang
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia memiliki banyak gunung. Kira-kira 120
2003 menyebutkan bahwa pusaka Indonesia diantaranya merupakan gunung berapi yang
adalah pusaka alam, pusaka budaya dan masih aktif. Ada pula gunung yang tidak
pusaka saujana. Pusaka alam adalah aktif disebut dengan gunung tidak berapi
bentukan alam yang istimewa, seperti atau gunung mati. Pada puncak gunung,
gunung, sungai, hutan. sering dijumpai cekungan kawah atau danau
kawah. Pada gunung yang masih aktif,
Kekayaan alam merupakan salah satu
kawah tersebut berisi lava panas yang
bentuk warisan yang kita terima dari nenek
dikeluarkan dari dalam perut gunung.
moyang kita. Alam menyediakan segala
Gunung juga merupakan hulu dari sungai
sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup,
yang mengalir ke dataran di bawahnya.
apakah itu kebutuhan primer seperti makan,
minum dan pakaian, bahkan alam juga
menyediakan semua kebutuhan rohani kita.
Sebagai contoh: saat kita jenuh dan butuh
ketenangan, hamparan sawah yang hijau
dengan pohon-pohon berjajar di tepi jalan,
juga suara aliran air yang mengalir dan
cicitan burung kecil membuat kita tenang
dan nyaman, menyegarkan pikiran kita
kembali. Hamparan laut yang luas dengan
pasirnya juga membuat perasaan kita
menjadi lapang. Hutan-hutan yang rimbun
dan sejuk, kaya akan tanaman membuat kita
semakin bersyukur atas keindahan alamnya.
Kesegaran udaranya membuat kita betah Gunung dan pegunungan (Foto: Dwita Hadirahmi)
untuk tinggal.
Kekayaan alam sangat beraneka ragam Pada satu kawasan terkadang ada
dengan berbagai macam bentukan fisik beberapa deret gunung yang panjang dan
seperti sawah, hutan, gunung, laut, sungai sambung menyambung disebut dengan
dan segala macam keanekaragaman hayati pegunungan. Ada pula daerah permukaan
(makhluk hidup) yang ada di atasnya. yang menjulang namun lebih rendah
Kekayaan alam yang begitu indahnya itu daripada gunung disebut bukit. Ketinggian

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 5

bukit tidak lebih dari 600 meter di atas timur di bagian selatan DIY, melewati
permukaan air laut. Tanah rendah yang Kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan
berada di kaki gunung atau sepanjang Kulon Progo. Gunung Merapi merupakan
sungai disebut dengan lembah. Lembah gunung berapi paling aktif di Indonesia
yang dalam dan sempit disebut dengan yang memiliki ketinggian 2.911 meter.
jurang, sedangkan lembah yang dalam dan Gunung ini telah beberapa kali meletus, dan
luas disebut ngarai. letusan terakhir yang cukup besar terjadi
Daerah di sekitar gunung merupakan pada tahun 1994. Gunung Merapi juga
daerah dataran tinggi dan biasanya merupakan sumber lebih dari 100 mata air
merupakan daerah yang sangat menarik yang airnya mengalir menjadi Sungai
untuk dinikmati sebagai tempat Boyong, Sungai Gendol, Sungai Kuning,
peristirahatan atau berlibur. Pada daerah dan Sungai Krasak yang semuanya
tersebut juga biasanya banyak terdapat bermuara di Samudera Indonesia. Kawasan
agrowisata yang melengkapi keindahan Gunung Merapi merupakan satu kesatuan
alam pegunungan dan tempat-tempat untuk bentang alam dengan panorama indah.
dikunjungi. Gabungan elemen-elemen alam, seperti
puncak gunung, lereng dan tebing, hutan,
Banyak manfaat keberadaan gunung sungai, dan permukiman penduduk yang
bagi kehidupan manusia, khususnya menyatu membentuk sebuah lansekap indah
masyarakat yang ada di sekitar gunung, dan perlu dilestarikan.
antara lain:
- Tanah di lereng gunung merupakan
tanah subur, sehingga sangat baik untuk
pertanian dan hutan.
- Gunung merupakan sumber air yang
banyak dimanfaatkan untuk kehidupan
manusia.
- Material yang dikeluarkan oleh gunung
berapi, misalnya batu, kerikil, pasir,
dapat dimanfaatkan untuk kehidupan
manusia.
- Kawasan gunung yang memiliki
pemandangan indah sering Gunung Merapi (Foto: Langgeng W. S.)
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata.
- Gunung dan kawasannya banyak Di bagian selatan Daerah Istimewa
dipakai untuk obyek penelitian. Yogyakarta membujur dari barat ke timur
Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebaran perbukitan atau
merupakan kawasan yang memiliki gunung Pegunungan Seribu yang membentuk
berapi terkenal, yaitu Gunung Merapi serta bentang alam unik. Pegunungan Seribu
pegunungan yang membujur dari barat ke merupakan pegunungan karst yang dibentuk
timur, yaitu Pegunungan Seribu. Gunung oleh batuan gamping, sehingga
Merapi terletak di ujung paling utara mengakibatkan pengaliran air tanah yang
Kabupaten Sleman, tepatnya di kawasan terbatas dan air tanah yang dalam. Dengan
Kaliurang, Kecamatan Pakem. Sedangkan kondisi seperti itu, banyak kawasan di
Pegunungan Seribu membujur dari barat ke Pegunungan Seribu yang kekurangan air

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 6 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

dan tandus. Formasi batuan gamping itu cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-
pula yang menyebabkan hanya tanaman tahun. Jadi, tidak seperti sayur-sayuran atau
tertentu dapat tumbuh di kawasan padi-padian yang hidup semusim saja.
Pegunungan Seribu, misalnya tanaman Dapat dibayangkan betapa hijau dan
ketela pohon. Formasi batuan gamping juga suburnya kawasan tersebut, karena hutan
menyebabkan banyaknya gua yang memiliki banyak fungsi. Manfaat atau
terbentuk secara alami. Hal yang sangat fungsi hutan antara lain:
menarik pada tebing dan gua-gua gamping
ini adalah adanya perburuan sarang burung
walet. Ternyata tebing dan gua-gua
gamping merupakan tempat burung-burung
walet membuat sarang. Sarang burung walet
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan berharga sangat mahal. Hal ini
juga dikarenakan sulitnya mengumpulkan
sarang burung tersebut. Para pencari sarang
burung harus memanjat tebing atau
bergantungan di mulut gua untuk
mendapatkannya.

Hutan (Foto: Dwita Hadirahmi)

a. Melindungi tanah dari erosi.

Pegunungan Seribu (Foto: Langgeng W.S.)


b. Menghasilkan oksigen untuk kita
bernafas dan menyerap karbon
dioksida.
3.1.3.2. HUTAN c. Hutan sebagai tempat hidup manusia
dan berbagai jenis hewan dan
Hutan merupakan sebuah kawasan yang
tumbuhan.
ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk d. Hutan menghasilkan kayu, buah-
kehidupan yang tersebar di seluruh dunia, buahan, getah, akar, tumbuhan obat,
yang dapat ditemukan baik di daerah tropis biji-bijian dan masih banyak lagi.
maupun daerah beriklim dingin; di dataran e. Pohon-pohon di hutan mengatur air
rendah maupun di pegunungan; di pulau dan menghambat banjir.
kecil maupun di benua besar. Suatu
kumpulan pepohonan dianggap hutan jika f. Hutan dapat dijadikan sebagai tempat
mampu menciptakan iklim dan kondisi rekreasi dan sumber ilmu pengetahuan.
lingkungan yang khas setempat, yang Sementara itu, beberapa hal yang dapat
berbeda dengan daerah di luarnya (Fandeli menyebabkan kerusakan hutan antara lain
dkk, 2003). Pohon sendiri adalah tumbuhan

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 7

(Efendi, http://www.members.tripod. com Tanaman pertama yang ditanam adalah


/~biodiv/fenomena.htm): pohon murbei (Morus Alba). Daunnya bisa
a. Penebangan secara berlebihan dimanfaatkan untuk makanan ulat sutera
dan tidak mudah rontok. Pada kenyataannya
b. Perburuan liar tanah tandus berbatu gamping tersebut
c. Kebakaran hutan berhasil ditanami berbagai macam pohon,
seperti pohon cendana, jati, akasia, secang,
Saat sebuah pohon ditebang, dibutuhkan mahoni, sengon, dan banyak lainnya.
waktu yang sangat lama (puluhan tahun)
untuk menggantikannya. Sehingga sudah
sepantasnyalah kita ikut menjaga kelestarian 3.1.3.3. SAWAH & LADANG
pohon dan hutan. Bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar atau di dalam hutan, Sawah dan ladang sebenarnya bukan
mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari murni bentukan secara alami, namun
mereka dengan memanfaatkan hasil hutan karakternya yang masih menyisakan
secara bijaksana. Mereka menggunakan bentukan-bentukan lama terkadang
hutan hanya sesuai kebutuhan saja dan tidak menjadikan sawah dan ladang termasuk
sembarangan lahan hutan mereka jadikan bagian dari pusaka alam.
tempat bercocok tanam. Sawah merupakan tempat menanam
Hutan yang ada di Daerah Istimewa padi yang selalu dialiri air. Untuk
Yogyakarta umumnya adalah hutan negara mengairinya, dibuat sistem pengairan yaitu
dan hutan rakyat. Luas kawasan hutan dengan membuat saluran air dari sungai
negara di Provinsi DIY adalah 17.064,3 Ha atau danau menuju ke sawah. Sawah dengan
atau 5,4% dari luas provinsi, dan Kabupaten hamparan padinya mempunyai daya tarik
Gunungkidul memiliki hutan negara paling keindahan yang sangat menarik. Bayangkan
luas diantara kabupaten-kabupaten lain di bila kita duduk-duduk di gardu di tengah-
DIY. Sedangkan hutan rakyat yang ada tengah sawah, menikmati bekal makanan
umumnya terletak di tanah kering dalam sambil melihat padi dan tanaman-tanaman
bentuk tegal atau kebun. Komoditi yang lain yang berjajar, kemudian sesekali
umumnya ditanam pada areal hutan rakyat terdengar bunyi cicit burung pipit atau
dengan sistem agroforestry maupun murni gelatik yang bertengger di atas tanaman
berupa tegakan hutan hasil konversi dari padi. Pemandangan dan suasana yang kita
lahan pertanian tadah hujan umumnya peroleh tidak dapat tergantikan dengan yang
adalah jati, mahoni, akasia, sengon, dan lain. Keindahan alam sawah juga sangat
sonokeling (http://www.dephut.go.id/). menarik untuk diabaikan.
Salah satu hutan yang paling terkenal di Ekosistem sawah merupakan satu
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hutan kesatuan dengan unsur alam yang lain
Wanagama di Gunungkidul. Hutan seperti: aliran sungai kecil yang mengairi,
Wanagama seluas 600 hektar ini terletak di burung-burung pemakan serangga seperti
Desa Banaran, Kecamatan Playen, pipit, gelatik, blekok dan bondol, pematang
Gunungkidul dapat pula digolongkan sawah dengan berbagai macam tanaman
menjadi hutan tanah kapur karena berada di buah dan sayur di sekelilingnya, jejeran
kawasan bertanah dan berbatu kapur. Selain pohon kelapa, gubuk kecil dan lain
itu, di Kabupaten Sleman juga banyak sebagainya, menciptakan panorama yang
dijumpai hutan, terutama hutan pinus di sangat indah untuk dinikmati. Keindahan
kawasan Kaliurang dan Kaliadem yang alam tersebut membuat sawah sering
merupakan lereng Gunung Merapi. dimanfaatkan sebagai salah satu pilihan

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 8 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

obyek wisata. Namun sayangnya sekarang tidak memiliki sumber air untuk irigasi.
ini banyak lahan sawah yang sudah berubah Sesuai dengan namanya, lahan sawah tadah
menjadi tandus, dikeringkan untuk hujan hanya ditanami pada saat musim
kemudian diatasnya didirikan bangunan- hujan.
bangunan. Nenek moyang kita telah mengajari
bagaimana cara mengolah sawah yang baik
dan ramah lingkungan. Berbagai macam
pengolahan sawah tersebut antara lain
dengan tumpang sari, terasering, minapadi
dan masih banyak lagi. Sistem pengolahan
seperti itu merupakan kearifan masyarakat
kita dalam menjaga lingkungan dan
kelestarian alam. Tumpang sari adalah cara
bertani dengan menanam beberapa jenis
tanaman tertentu pada satu daerah yang
sama. Dipanennya bisa bersamaan, bisa juga
bergantian, dan tanaman yang biasanya
ditanam bersamaan antara lain: jagung,
kacang dan cabai yang bisa dipanen
Hamparan sawah di kaki gunung (Foto: Dwita Hadirahmi)
bersama-sama. Jenis sawah terasering
dibuat di daerah pegunungan atau
Hal lain yang menarik dari keberadaan perbukitan. Tanah yang miring dibuat
sawah adalah aktivitas masyarakat dalam petak-petak sawah dalam berbagai ukuran
mengelola dan mengolah sawah. Kegiatan dan bentuk, disesuaikan dengan kemiringan
menanam dan memanen hasil sawah tanah. Terasering juga dimaksudkan untuk
biasanya disertai upacara yang meriah memudahkan pengaliran air. Sedangkan
melibatkan hampir seluruh warga. minapadi merupakan bentuk pertanian yang
mana petani yang mengolah sawah
Dalam pengelolaan sawah, irigasi atau minapadi memelihara ikan dan menanam
pengairan sawah menjadi hal yang paling padi secara bersama-sama di sawah yang
menentukan. Tanaman tidak akan tumbuh digarapnya. Tujuannya adalah untuk
tanpa adanya sistem irigasi yang baik. Di meningkatkan penggunaan lahan dan
beberapa tempat, irigasi sawah didapatkan menambah pendapatan. Petani bisa
dari air sungai yang disudet untuk dialirkan mengambil hasilnya berupa ikan dan padi.
ke petak-petak sawah. Di beberapa tempat
lain, irigasi didapatkan dari sumur bor yang Ladang biasa disebut juga dengan huma
dimiliki para petani. Pengaturan irigasi merupakan daerah yang dibuat manusia
perlu dilakukan oleh para petani agar tidak dengan mengubah ekosistem hutan. Nenek
terjadi konflik pemakaian air. Di Bali moyang kita bercocok tanam dengan
dikenal istilah Subak, yaitu kelompok perladangan gilir balik, yaitu membuka
petani yang secara bersama-sama mengatur hutan untuk ladang secara berpindah-pindah
pengaliran air untuk sawah mereka. Sawah sehingga ladang yang ditinggalkan dapat
tersebut kemudian juga disebut sawah subak. kembali menjadi hutan. Sejak dulu nenek
moyang menggunakan hutan secara
Selain sawah irigasi, ada pula sawah bijaksana. Selain dengan perladangan gilir
tadah hujan, yaitu sawah yang balik, mereka juga tidak sembarangan
mengandalkan air dari air hujan. Sawah memilih hutan yang akan digunakan.
jenis ini biasa terdapat di kawasan yang Mereka tidak menebang pohon di tempat

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 9

yang curam. Mereka juga tidak menebang mendong, pandan, gebang, tembakau, coklat,
semua pohon karena tahu akan kopi, teh, vanili, kelapa, tebu, lada, cengkeh,
menyebabkan banjir. Pohon yang tinggi dan kapulaga, jambu mete, jahe, kenanga, nilam,
tidak membentuk naungan tidak ditebang. dan kencur (http://www.dephut.go.id/).
Ladang merupakan lahan untuk
bercocok tanam yang tidak memakai irigasi. 3.1.3.4.SUNGAI
Tanaman yang ada adalah tanaman selain
padi, misalnya tanaman kacang-kacangan, Sungai merupakan air yang mengalir
sayuran, jagung, tebu, dan sebagainya. Pada secara alami di wilayah daratan. Sungai
jaman dulu, dikenal dengan perladangan termasuk salah satu wilayah keairan
berpindah, yaitu kegiatan berladang mengalir (dinamis) yang merupakan suatu
masyarakat yang setelah selesai panen ekosistem terbuka dengan faktor dominan
kemudian berpindah ke lahan yang lain berupa aliran air. Sumber air sungai dapat
untuk ditanami. Lahan yang dipakai berasal dari mata air di daerah pegunungan
sebelumnya ditanami pepohonan. Demikian atau air hujan. Aliran sungai mengalir dari
seterusnya. Dengan demikian lingkungan daerah hulu ke daerah hilir. Bagian hulu
tetap terjaga keseimbangannya (Indonesian mempunyai aliran yang deras, kemudian
Heritage, 1998). Pada saat ini, masih banyak melewati riam yang lebar dengan aliran
masyarakat yang melakukan kegiatan yang deras pula. Setelah itu aliran sungai
berladang, yang setelah selesai panen menuju hilir sungai yang berkelok-kelok,
kemudian membakar sisa-sisa tanaman dan aliran airnya tenang dan akhirnya menuju
berpindah membuka lahan baru untuk muara sungai yang lebar dan selanjutnya
ditanami. Seringkali mereka merambah menuju laut. Pada daerah hulu sering
hutan untuk membuka lahan baru menjadi terdapat air terjun dan sering dikunjungi
ladang. Kondisi seperti ini dapat masyarakat sebagai salah satu tempat wisata.
membahayakan keseimbangan lingkungan.

Sungai (Foto: Dwita Hadirahmi)


Ladang (Foto: Dwita Hadirahmi)

Sungai merupakan salah satu sumber


Areal perkebunan di Provinsi D.I. daya alam yang mempunyai fungsi
Yogyakarta seluas 82.062 Ha atau 25,7% serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan
luas Provinsi D.I. Yogyakarta. Komoditi manusia. Sungai memiliki peranan sentral
yang ditanam antara lain kapuk randu, dalam kehidupan umat manusia. Pusat-pusat

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 10 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

peradaban seperti keraton dan candi selalu Sungai Winongo di sebelah barat keraton.
berlokasi tak jauh dari sungai sebagai mata Pada masa kejayaan keraton, Sungai Code
air penghidupan. Oleh karena itu, sudah memisahkan antara Kasultanan
semestinya masyarakat menempatkan Ngayogyakarta dengan Pura Pakualaman,
sungai sebagai pusat kehidupan yang perlu sedangkan Sungai Winongo merupakan
dilestarikan dan dijaga kelangsungan sungai yang memisahkan antara Keraton
ekosistemnya. Ngayogyakarta dengan Pesanggarahan
Beberapa manfaat sungai untuk Ambarbinangun.
kehidupan manusia dan lingkungan adalah
(Maryono, 2002): 3.1.3.5.MUARA SUNGAI
- Sungai sebagai saluran drainasi
Muara sungai atau estuari adalah bagian
- Sungai sebagai saluran irigasi dari lingkungan perairan yang merupakan
- Sungai sebagai sumber pemenuhan percampuran antara air laut dan air tawar
keperluan hidup sehari-hari yang berasal dari sungai. Lingkungan muara
sungai merupakan peralihan antara darat
- Sungai sebagai habitat flora dan fauna dan laut yang sangat dipengaruhi oleh
- Sungai sebagai sarana transportasi pasang surut, seperti halnya pantai, namun
Kebersihan sungai merupakan tanggung umumnya terlindung dari pengaruh
jawab bersama antara masyarakat dan gelombang laut. Lingkungan muara sungai
pemerintah. Kita harus mulai ikut umumnya merupakan pantai tertutup atau
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-
kelestarian sungai-sungai di sekitar kita. Hal pulau kecil, terumbu karang dan bahkan
yang sangat mudah yang dapat kita lakukan gundukan pasir dan tanah liat (Kasim, 2005).
adalah dengan melakukan program kali Kita mungkin sering melihat hamparan
bersih. Contoh yang termudah dalam daratan yang luas pada daerah dekat muara
melaksanakan program sungai bersih adalah sungai saat surut. Itu adalah salah satu dari
tidak membuang sampah sembarangan di sekian banyak tipe muara sungai yang ada.
sungai, membersihkan sungai secara Lingkungan muara sungai merupakan
bergotong-royong, mengelola daerah sekitar kawasan yang sangat penting bagi berjuta
sungai bersama-sama dengan masyarakat hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah
setempat, serta menanami daerah tepian tropis, lingkungan muara sungai umumnya
sungai dengan tanaman hijau dan di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang
membiarkan ekosistem sungai tetap terjaga. disebut bakau atau mangrove. Kawasan
Diharapkan dari program kali bersih hutan bakau adalah salah satu kawasan
tersebut keadaan sungai-sungai di Indonesia pantai yang sangat unik, karena keberadaan
akan membaik dan dapat mengurangi atau ekosistem ini pada daerah muara sungai.
bahkan mencegah bencana banjir dan Pada habitat bakau inilah kita akan
penyakit lain yang sering datang. menemukan berjuta hewan yang hidupnya
Di Kota Yogyakarta, terdapat tiga sangat tergantung dari kawasan lingkungan
sungai yang melewatinya, yaitu Sungai ini. Keunikan ini tidak terdapat pada
Gajah Wong, Sungai Code, dan Sungai kawasan lain, karena sebagian besar
Winongo. Keberadaan Sungai Code dan tumbuhan dan hewan yang hidup di sana
Sungai Winongo mengapit Keraton adalah tumbuhan khas perairan muara
Yogyakarta sebagai pusat kota. Sungai sungai yang mampu beradaptasi dengan
Code di bagian timur keraton sedangkan genangan air laut yang kisaran salinitasnya
cukup lebar. Muara sungai menjadi tempat

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 11

pemijahan dan pembesaran bagi ratusan


jenis ikan seperti Siganus, Baronang dan
Sunu karena kawasan ini sangat kaya akan
unsur hara (nutrient). Masyarakat memakai
lingkungan ini sebagai lahan budidaya bagi
ratusan jenis ikan, tiram dan kerang,
kepiting dan invertebrata lainnya. Muara
sungai juga menjadi tempat istirahat bagi
jutaan jenis burung pantai, serta disamping
itu juga digunakan oleh sebagian besar
mamalia dan hewan-hewan lainnya untuk
mencari makan (Kasim, 2008).
Hutan bakau yang sangat unik, dengan Pantai Parangtritis (Foto: Dwita Hadirahmi)
nilai ekonomis, ekologis dan pendidikan,
dapat dikembangkan sebagai tempat wisata
dengan tetap menjaga keaslian hutan serta
organisma yang hidup disana. Promosi
pengembangan hutan mangrove sebagai
kawasan eko-wisata harus lebih terpusat
pada ketiga nilai tadi, tentunya dengan
melihat pula keseimbangan ekologis dari
seluruh potensinya.

3.1.3.6.PANTAI & LAUT

Pantai adalah bagian daratan berupa Batu yang dianggap sakral di Pantai Parangkusumo (Foto:
pasir yang berada di pesisir, berbatasan Dwita Hadirahmi)

dengan laut. Kawasan pantai adalah


kawasan transisi dari lahan daratan dan
perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur
mengeliling seluruh pantai yang merupakan
daerah teritorial suatu negara. Indonesia
merupakan negara berpantai terpanjang
kedua di dunia setelah Kanada, dengan
panjang garis pantainya tercatat 81.000 km.
Proses pembentukan kawasan pantai sangat
dipengaruhi oleh gaya-gaya dinamis yang
berada di sekitarnya. Gaya-gaya dinamis
utama dan dominan yang mempengaruhi
kawasan pantai adalah gaya gelombang.
Pantai selalu menyesuaikan bentuk
profilnya sedemikian rupa sehingga mampu Gumuk pasir (Foto: Dwita Hadirahmi)
menghancurkan energi gelombang yang
datang. Penyesuaian bentuk tersebut
Pantai cukup rentan dengan
merupakan tanggapan dinamis alami pantai
pengrusakan. Beberapa kegiatan yang dapat
terhadap laut.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 12 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

merusak sumber daya pesisir dan laut 3.1.3.7.DANAU


adalah:
Danau merupakan suatu cekungan di
- Kegiatan reklamasi pantai, dapat
darat yang tergenang air dalam jumlah
membunuh jutaan bibit ikan dan hewan
banyak. Sumber air danau dapat berupa air
laut ekonomis sebagai akibat
tanah, air hujan dan air sungai. Beberapa
penimbunan ekosistem lamun.
orang juga menyebut danau dengan sebutan
Ekosistem lamun merupakan daerah
telaga atau sendang. Maka danau dan telaga
pembesaran bagi ikan-ikan kecil dan
sering tidak dibedakan meskipun danau
hewan laut lainnya karena menyimpan
biasanya lebih dalam dan lebih luas
berjuta makanan yang sangat sesuai
daripada telaga. Danau merupakan wilayah
untuk ikan-ikan kecil dan hewan
keairan yang tidak mengalir dengan
ekonomis lainnya.
ekosistem tertutup. Sebagian besar
- Konversi hutan bakau sebagai lokasi komponen pendukung ekosistem danau
pertambakan dan lokasi permukiman tersebut merupakan komponen dengan
mendorong degradasi hutan bakau. sirkulasi yang tertutup. Sistem ini
- Penggunaan bom dan bahan beracun memperoleh komponen pendukung dari air
seperti sianida telah menyisakan tanah, air permukaan yang masuk, dan
kerusakan terumbu karang udara.

Daerah Yogyakarta bagian selatan Terdapat dua macam danau, yaitu danau
berbatasan dengan Samudera Indonesia dan alami dan danau buatan. Danau alami
mempunyai banyak kawasan pantai yang terbentuk secara alami, contohnya adalah
indah. Satu kekayaan pantai selatan DIY Danau Toba di Sumatera yang terbentuk
adalah adanya gumuk pasir, salah satu dari kawah dan terisi oleh air hujan,
fenomena yang jarang terjadi di wilayah kemudian ada pula Danau Tempe di
tropis dan satu-satunya di kawasan Asia Sulawesi Selatan yang terbentuk dari aliran
Tenggara, yaitu berupa hamparan pasir luas sungai. Sedangkan danau buatan adalah
seperti di sebuah gurun dengan beberapa danau hasil buatan manusia. Danau buatan
gundukan pasir. biasanya berupa sungai besar yang
kemudian dibendung, biasa disebut dengan
Parangtritis merupakan pantai yang waduk atau bendungan. Air yang ada di
paling terkenal di Yogyakarta, penuh mitos waduk atau bendungan biasanya
dan nuansa magis sebagai tempat kekuasaan dimanfaatkan secara khusus untuk
Ratu Kidul. Pantai ini mempunyai korelasi kebutuhan minum, industri dan pertanian.
yang erat dengan keberadaan Keraton Beberapa bendungan yang mempunyai
Yogyakarta dan kawasan Merapi yang aliran air deras dimanfaatkan juga sebagai
merupakan satu kesatuan trimurti pembangkit listrik tenaga air.
(http://www.tasteofjogja.com/). Selain
Parangtritis, pantai lain yang ada di Danau alami dan juga waduk seringkali
Yogyakarta antara lain Pantai dimanfaatkan sebagai tempat wisata karena
Parangkusumo, Pantai Depok, Pantai Baron, panorama alamnya yang sangat indah,
Pantai Glagah, Pantai Drini, Pantai Sadeng, misalnya Danau Toba di Sumatera, Danau
dan sebagainya. Beratan di Bali, Waduk Karangkates di
Jawa Timur dan Waduk Gadjah Mungkur di
Jawa Tengah. Kelestarian panorama dan
kebersihan danau serta waduk tersebut harus
terus kita jaga.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 13

Manfaat lain dari danau dan waduk 3.1.3.8.FLORA


antara lain:
Negara Indonesia dilimpahi dengan
- Sumber air untuk keperluan rumah
kekayaan hayati yang tiada taranya. Hutan
tangga, misalnya air minum, masak,
yang terbentang di belasan ribu pulau
mandi, mencuci, dan sebagainya.
mengandung berbagai jenis flora dan fauna,
- Sarana transportasi penduduk yang yang kadang tidak dapat dijumpai di bagian
bertempat tinggal di sekitar danau. bumi lainnya dan merupakan salah satu
- Sumber bagi penduduk untuk mencari negara Mega Biodiversity (kekayaan akan
ikan. keanekaragaman hayati ekosistem, sumber
daya genetika, dan spesies yang sangat
- Sebagai habitat flora dan fauna berlimpah). Tidak kurang dari 47 jenis
- Sebagai sumber saluran irigasi ekosistem alam yang khas sampai jumlah
spesies tumbuhan berbunga yang sudah
- Sebagai sumber saluran drainasi diketahui, sebanyak 11 % atau sekitar
30.000 jenis dari seluruh tumbuhan
berbunga di dunia. Sayangnya, banyak jenis
tumbuhan tertentu, mengalami kepunahan.
Menurut data yang ada, terdapat 2 juta
spesies tumbuhan di dunia dan 60% dari
spesies-spesies tersebut ada di Indonesia.
Pemerintah kini terus berupaya untuk
menyelamatkan berbagai kekayaan sumber
daya alam berupa tumbuhan langka yang
bermanfaat bagi manusia melalui usaha
memperbanyak kebun raya, taman nasional,
Telaga
Telaga JAMBEANOM
JAMBEANOM Purwosari
Purwosari -- 2005
2005
cagar alam dan daerah-daerah konservasi di
seluruh Indonesia. Sudah waktunya bagi
Telaga Jamboeanom, Gunungkidul (Foto: Langgeng W.S.) kita untuk mulai mengenal keanekaragaman
flora Indonesia dan turut serta menjaga
kelestariannya, dimulai dari flora di sekitar
rumah kita.
Keberadaan dan keberagaman flora atau
tumbuhan di Daerah Istimewa Yogyakarta
tidak dapat lepas dari adanya sejarah dan
tradisi Jawa. Pada masa tradisional Jawa,
penataan dan penggunaan tanaman
mempunyai simbol dan makna-makna yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
sangat berbeda dengan penataan dan
penggunaan masa sekarang. Penggambaran
Telaga
Telaga OMANG
OMANG Saptosari
Saptosari -- 2005
2005 kehidupan manusia Jawa pada masa lalu
selalu berusaha untuk menyatukan diri
dengan alam semesta termasuk
Telaga Omang (Foto: Langgeng W.S.) flora/tumbuhan. Simbolisme tersebut
dijadikan dasar berpijak dalam berbagai

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 14 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

ragam kehidupan, termasuk dalam tersebut. Dulu hampir tiap orang mengenal
kehidupan sehari-hari ataupun dalam dan mengetahui makna, simbol dan fungsi
perencanaan kota. dari tiap-tiap tanaman, yang kemudian
Perbedaan lain penggunaan tanaman diterapkan dalam kehidupannya. Sekarang
pada masa lalu dan masa sekarang adalah ini banyak tanaman yang oleh masyarakat
peletakan dan pemilihan tanaman Jawa sendiri tidak pernah didengar namanya.
berdasarkan stratifikasi sosial karena makna
yang terkandung dalam tiap-tiap tanaman

Tabel 3-1
Makna dan simbol flora yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta

No. Nama Makna Simbolis. Keterangan


1. Munggur (Samanea saman) Melambangkan kewibawaan.
2. Cempaka (Michelia Berbau harum pada malam hari sehingga
champaca) bersifat magis.
3. Walisongo (Scheffiera Memberi kesan ketenangan
longifolia)
4. Randu Alas (Salmalia Melambangkan kegagahan, dipercaya
malabarica DC. Endl.) sebagai tempat tinggal makhluk halus.
5. Kenanga (Cananga Melambangkan ketentraman.
odorata)
6. Manggis (Garcinia Melambangkan ketenangan dan
mangostana L.) keteduhan.
7. Arum Dalu (Cestrum Berbau harum pada malam hari sehingga
nocturnum L.) bersifat magis.
8. Bendo (Artocarpus elastica Dipercaya sebagai tempat tinggal
Reinw. ex Bl.) makhluk halus.
9. Nagasari (Mesua ferrea L.) Memiliki nilai ritual yang tinggi bagi
masyarakat Keraton Yogyakarta.
10. Beringin Sebagai pohon hayat, yaitu yang dapat Dalam tradisi Jawa,
memberikan kehidupan, pengayoman dan Beringin biasa ditanam
perlindungan. Dipercaya mempunyai di area terbuka dalam
kekuatan istimewa karena konon bentuk alun-alun.
merupakan penjelmaan Dewa Wisnu.
11. Kemuning Merupakan lambang dari kesucian hati,
kejernihan dalam berpikir.
12. Soka Merupakan lambang penuntun perilaku
kehidupan manusia.
13. Kuweni Melambangkan wanita

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 15

No. Nama Makna Simbolis. Keterangan


14. Kepel Watu/Lanang Lambang kekuatan, mengandung arti Ditanam di lingkungan
Nama lokal: kecundhul sebagai gantungan rakyat, permohonan pemerintahan/
belas kasih dan berkah raja agar bisa perkantoran pusat
diterima untuk mengabdi
15. Kepel Lambang kekuatan, mengandung arti Ditanam di lingkungan
sebagai gantungan rakyat, permohonan pemerintahan/
belas kasih dan berkah pimpinan agar perkantoran untuk
bisa diterima untuk mengabdi jajaran di bawah
pemerintahan pusat
16. Jambu Dersana Jambu diartikan sesuatu yang mempunyai
kekuatan, darsana atau dresana
mengandung arti sangat banyak. Maka
jambu dersana dimaksudkan sebagai
lambang kekuatan sang raja.
17. Tanjung Tanjung, berarti dijunjung. Ibaratnya Biasa ditanam di jalan
seorang pria yang mempunyai tugas dan sebagai pengarah
kewajiban yang harus dilaksakan dengan
teliti dan teratur sehingga akan mencapai
suatu kebaikan.
18. Kelapa Gading Mempunyai makna permohonan berkah Nama lokal: Kambil
kebaikan dan keselamatan. Gadhing

Sumber: Makna Simbolik Tumbuh-tumbuhan dan Bangunan Keraton, 1995; Flora Fauna Potensi Daya Tarik Wisata Kab.
Sleman, 2000.

Beberapa simbol lain mengenai tanaman pemilihan tanaman yang masih melekat di
di Keraton Yogyakarta (Adishakti, 1993): kalangan masyarakat di kampung dan
- Pohon Kweni dan Pakel: dalam bahasa khususnya di pedesaan, diantaranya adalah
Jawa Kuno diartikan sebagai gambaran (Adishakti, 1993):
anak yang sudah wani/berani karena a. Adanya kecenderungan untuk selalu
sudah akil balig. memilih tanaman yang tidak sama
- Pohon Asem: dalam bahasa Jawa dengan yang ditanam di lingkungan
berarti nengsemake atau indah, keraton. Ada suatu keyakinan untuk
menarik. dibedakannya perwujudan lingkungan
keraton dengan lingkungan masyarakat
- Pohon Delima: umum. Sementara itu di dalam keraton
- Pohon Gayam: gayam berarti sendiri juga tidak mempergunakan
ayem/aman. Pohon Gayam berdaun tanaman yang dipakai rakyat
rindang dan berbunga harum, kebanyakan kecuali yang ditanam di
memunculkan suasana dan rasa aman, Tamansari. Demikian pula untuk
senang dan bahagia. Pohon Gayam tanaman buah-buahan, lingkungan
berfungsi juga menjernihkan air keraton menanam dengan jenis yang
sehingga sering ditanam di tepi sungai. terbaik yang juga tidak akan ditanam di
luar keraton, seperti misalnya pohon
Dari data yang diperoleh ada suatu mangga jenis tertentu, Jambu Telapok
aturan tertentu yang tidak tertulis tentang Arum. Pohon So, misalnya, ada di luar

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 16 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

keraton hingga ke Kotagede hampir di pohon ini ditanam di area umum seperti
setiap rumah, namun tidak ada sama kantor kelurahan (tempat rakyat
sekali di dalam keraton. memerlukan pengayoman), sebagai
b. Bentuk struktur tanaman menentukan tetenger di persimpangan jalan atau di
perletakan. Misalnya: Pohon Pisang tempat yang dianggap sakral dan di
tidak boleh ditempatkan di depan kuburan.
rumah. Pertimbangannya adalah wujud e. Tanaman lain juga boleh ditanam di
tanaman ini tidak bisa diatur, sehingga halaman rumah asalkan tanaman
sebaiknya ditanam di belakang rumah; tersebut menghasilkan.
Pohon Pepaya ditanam di samping Pemerintah Daerah Istimewa
rumah; Pohon Waru ditanam lebih jauh Yogyakarta telah menentukan flora-flora
dari rumah karena akarnya yang khas untuk provinsi, kota dan kabupaten
mengarah ke mana-mana bisa merusak sesuai dengan potensinya seperti yang dapat
batubata. Mengingat daunnya berfungsi dilihat pada Tabel 3-2.
sebagai pembungkus dan sering
ditanam di warung-warung dan pasar Yogyakarta juga kaya akan flora yang
sehingga sering disebut sebagai bermanfaat untuk bumbu-bumbu masakan
tanaman pasar. dan obat-obatan. Tanaman bubu dan
tanaman obat banyak dijumpai di
c. Menanam Pohon Kamboja merupakan pekarangan rumah penduduk maupun di
suatu hal yang tabu karena Kamboja berbagai tempat, seperti hutan dan tepi
adalah tanaman kuburan. sungai. Jenis tanaman bumbu misalnya, jahe,
d. Menanam Pohon Beringin merupakan kunyit, kencur, laos, kunci. Tanaman obat
suatu hal yang tabu, karena Beringin misalnya jeruk nipis, jahe, kunyit, daun sirih,
dianggap sakral dan melambangkan temulawak.
perlindungan dan kebesaran. Di
lingkungan masyarakat kebanyakan

Tabel 3-2
Flora Khas Kota dan Kabupaten di Provinsi DIY

No. Daerah Nama Flora Dasar Hukum


1 Provinsi DIY Kepel (Stelechocarpus burahol) SK Gubernur DIY No. 385/KPTS/1992
2 Kota Kelapa Gading SK Walikota Yogya No. 02/1998
Yogyakarta (Cocos nucifera L. Cv. Gading)
3 Bantul Sawo Kecik SK Bupati Bantul No. 567/B/Kep/BT/1998
(Manikara kauki L. Dub)
4 Kulonprogo Manggis (Garcinia mangostana) SK Bupati Kulonprogo No. 599/1998
5 Gunungkidul Nangka (Arthocarpus SK Bupati Gunungkidul No. 156/KPTS/1998
heterophylla)
6 Sleman Salak Pondoh (Zalacca edulis SK Bupati Sleman No. 93/SK.KDH/A/1999
var. Pondoh)

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 15

beberapa jenis burung (birds of paradise)


(http:// www.indonesianforest.com).
Meskipun demikian, perusakan hutan
dan pencemaran perairan yang merupakan
tempat habitat satwa masih terus
berlangsung. Demikian pula dengan
perburuan dan penangkapan satwa langka.
Salah satu usaha untuk melindungi satwa
dari ancaman kepunahan adalah dengan
Undang-undang tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Hingga saat ini jumlah satwa di Indonesia
yang telah dilindungi undang-undang adalah
100 jenis mamalia, 246 jenis burung dan 29
reptilia, 6 jenis ikan air tawar, 20 jenis
kupu-kupu, serta 15 jenis binatang
vertebrata laut yang terancam punah (http://
www.indonesianforest.com).
Fauna atau binatang di DIY sangat
banyak jenisnya, seperti juga yang dimiliki
oleh daerah-daerah lain di Indonesia.
Binatang yang ada antara lain: binatang liar
Kepel (Stelechocarpus burahol), flora yang dilindungi di (tidak dipelihara), binatang unggas,
provinsi DIY (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
binatang ternak, binatang peliharaan, dan
binatang air.
3.1.3.9.FAUNA - Binatang liar, adalah binatang yang
hidup di alam bebas, tidak dipelihara
Indonesia merupakan negara yang kaya
oleh manusia secara khusus. Contohnya,
akan berbagai jenis fauna atau binatang.
ular, harimau, monyet, dan sebagainya.
Keanekaragaman fauna di Indonesia yang
Di kawasan Kaliurang, Sleman, di
sangat tinggi ini didukung oleh keadaan
lereng Gunung Merapi, masih terdapat
tanah, letak geografi serta keadaan iklim.
banyak monyet dan harimau.
Hal ini ditambah dengan keanekaragaman
tumbuh-tumbuhannya sebagai habitat satwa. - Binatang unggas, yaitu burung, ayam,
Sebanyak 12% jenis mamalia dan 16% bebek, enthok dan angsa. Banyak jenis
jenis reptilia dan amphibia yang ada di unggas yang diternakkan oleh penduduk
dunia terdapat di Indonesia (lebih kurang untuk diambil telur dan dagingnya. Di
1.539 spesies), serta 25% jenis ikan dan kawasan perdesaan, masih banyak
17% jenis burung yang ada di dunia terdapat dijumpai penduduk yang memelihara
di Indonesia. Diantara spesies tersebut bebek, enthok dan angsa.
terdapat 430 spesies burung dan 200 - Binatang ternak, yaitu kambing, sapi,
mamalia yang tidak terdapat di tempat lain kerbau, kuda. Kambing dan sapi pada
dan hanya ada di Indonesia, misalnya umumnya dipelihara untuk diperjual-
orangutan, biawak komodo, harimau belikan atau untuk dimanfaatkan
sumatera, badak jawa, badak sumatera dan dagingnya. Sapi juga dimanfaatkan

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 18 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

untuk diambil susunya. Di kawasan


pertanian, beberapa petani masih
memanfaatkan kerbau untuk membajak
sawah, tetapi semakin lama kegiatan ini
semakin hilang karena bajak kerbau
telah digantikan oleh bajak mesin.
Membajak sawah dengan kerbau adalah
warisan budaya nenek moyang, dan hal
ini menunjukkan hubungan kerjasama
antara manusia dan binatang.
- Binatang peliharaan, contohnya kucing
dan anjing. Binatang ini banyak
dipelihara penduduk, baik di perkotaan
maupun di perdesaan. Sebagian kucing
dan anjing bahkan hidup secara liar. Burung perkutut (Geopelia striata), fauna yang dilindungi
di provinsi DIY (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
- Binatang air tawar, yaitu ikan dan
sebangsanya. Penduduk DIY banyak
yang memelihara ikan, baik sebagai Sama seperti flora, Pemerintah Daerah
kesenangan maupun untuk diternakkan Istimewa Yogyakarta telah menentukan
yang bermanfaat secara ekonomi. Jenis jenis fauna khas untuk provinsi, kota dan
ikan yang banyak diternakkan penduduk kabupaten sesuai dengan potensinya.
untuk dikonsumsi atau dijual antara lain Potensi fauna khas Daerah Istimewa
ikan lele, nila dan gurame. Yogyakarta (Tabel 3.3)

Tabel 3-3
Fauna Khas Kota dan Kabupaten di Provinsi DIY

No. Daerah Nama Fauna Dasar Hukum


1 Provinsi DIY Burung Perkutut SK Gubernur DIY
(Geopelia striata) No. 385/KPTS/1992
2 Kota Burung Tekukur SK Walikota Yogyakarta
Yogyakarta (Streptopelia chinensis tigrina) No. 02/1998

3 Bantul Burung Puter SK Bupati Bantul


(Streptopelia bitorquata) No. 567/B/Kep/BT/1998

4 Kulonprogo Burung Kacer SK Bupati Kulonprogo


(Copsychus saularis) No. 599/1998
5 Gunungkidul Lebah Madu SK Bupati Gunungkidul
(Apis indica) No. 156/KPTS/1998
6 Sleman Burung Ponglor SK Bupati Sleman
(Zootheria citrina) No. 93/SK.KDH/A/1999

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 19

a. benda buatan manusia, bergerak atau


tidak bergerak yang berupa kesatuan atau
3.2. PUSAKA BUDAYA RAGAWI kelompok, atau bagian-bagiannya atau
sisa-sisanya, yang berumur sekurang-
Pusaka budaya tangible atau pusaka kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau
budaya ragawi adalah semua pusaka berupa mewakili masa gaya yang khas dan
benda yang dapat dipegang. Dalam Kamus mewakili masa gaya sekurang-kurangnya
Umum Bahasa Indonesia, pusaka adalah 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap
warisan benda berharga turun-temurun yang mempunyai nilai penting bagi sejarah,
bukan benda pencaharian, sehingga harus ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;
dihormati dan tidak boleh dijual. Karenanya b. benda alam yang dianggap mempunyai
warisan dari generasi lalu itu harus dihayati nilai penting bagi sejarah, ilmu
maknanya dalam kehidupan masa kini. pengetahuan, dan kebudayaan.
Selanjutnya generasi kini mempunyai
c. Situs adalah lokasi yang mengandung
kewajiban untuk meneruskan warisan yang
atau diduga mengandung benda cagar
diterima kepada generasi berikutnya untuk
budaya termasuk lingkungannya yang
dipelajari, diapresiasi, dan dijadikan pijakan
diperlukan bagi pengamanannya.
bagi perkembangan generasi tersebut.
Secara garis besar, pusaka budaya
ragawi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 3.2.1. SIFAT PUSAKA BUDAYA
pusaka budaya ragawi bergerak dan pusaka RAGAWI
budaya ragawi tak bergerak. Pusaka budaya Dari sifat kemudahannya untuk
ragawi bergerak adalah pusaka budaya dipindahtempatkan, pusaka budaya ragawi
ragawi yang dengan mudah dapat (tangible) dapat dibedakan menjadi dua,
dipindahtempatkan. Misalnya arca, keramik, yaitu pusaka budaya ragawi bergerak dan
perabot rumah tangga, kereta, foto, dan pusaka budaya ragawi tak bergerak.
masih banyak lagi. Sementara itu, pusaka
budaya ragawi tak bergerak adalah pusaka
ragawi yang tidak dapat dipindahtempatkan 3.2.1.1. PUSAKA BUDAYA RAGAWI
tanpa mengubah atau merusak pusaka BERGERAK
ragawi yang dimaksud. Pusaka budaya Jenis pusaka budaya ragawi bergerak
ragawi ini memiliki kesatuan yang tidak sangatlah banyak, demikian juga jumlahnya.
dapat dipisahkan dengan lokasi Meskipun demikian, terdapat hal penting
keberadaannya. Apabila dipisahkan dari yang perlu menjadi bahan pertimbangan
lokasi keberadaannya, nilai dan makna untuk menempatkan sebuah benda sebagai
pusaka ragawi tersebut menjadi berubah, pusaka budaya ragawi bergerak, sesuai
bahkan dapat hilang sama sekali. Termasuk dengan definisi sebagaimana disebutkan di
di dalam kategori pusaka ragawi tak atas, yaitu benda tersebut telah berusia
bergerak adalah pusaka bangunan dan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun,
monumen. serta dianggap mempunyai nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
Dalam Undang-undang Republik kebudayaan.
Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Beberapa contoh pusaka budaya ragawi
Benda Cagar Budaya, yang didefinisikan
bergerak berupa koleksi museum, koleksi
sebagai benda cagar budaya adalah:
arsip, foto, buku-buku kuno dan artefak.
Mengingat pusaka budaya ragawi bergerak

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 20 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

banyak sekali jenisnya dalam pembelajaran


ini dipilih 3 (tiga) contoh sebagai stimulan
bagi guru untuk mengembangkan topik
yang sesuai dengan standar kompetensi
sekolah.

a. Koleksi Alat Transportasi di


Museum Kereta Keraton
Yogyakarta

Sejak keberadaannya di muka bumi ini,


manusia telah melakukan berbagai aktivitas
berpindah dari satu tempat ke tempat lain
Tandu atau Jempana untuk puteri raja (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
untuk berbagai macam keperluan.
Keperluan yang paling mendasar yang
menyebabkan manusia melakukan mobilitas
adalah kepentingan mencari sumber
makanan dan mencari perlindungan ke
tempat yang aman dari ancaman.
Pada awalnya, manusia hanya berjalan
kaki. Kemudian, memanfaatkan binatang
sebagai alat untuk mempermudah dan
memperlancar mobilitasnya. Binatang yang
sering dimanfaatkan untuk hal tersebut,
antara lain adalah gajah, sapi, dan yang
paling populer adalah kuda. Keberadaan
binatang-binatang tersebut sebagai alat
transportasi sudah dijumpai dalam relief Kereta Keraton Yogyakarta, salah satu contoh pusaka
candi, termasuk di Candi Prambanan dan budaya ragawi bergerak (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
Borobudur.
Selain binatang, digunakan juga alat Raja dan bangsawan di lingkungan
angkutan, yang menggunakan tenaga Keraton Yogyakarta juga menggunakan
(dipikul) manusia, yaitu tandu. Tandu sudah kereta yang ditarik oleh kuda. Bentuk kereta
dikenal sejak zaman klasik, dijumpai dan jumlah kuda yang menariknya
dalam sejumlah relief di Candi Borobudur. mempunyai korelasi dengan kedudukan dan
Tandu lazim digunakan di Keraton status sosial yang menaiki.
Yogyakarta dan Surakarta, untuk Hampir semua koleksi kereta yang
mengangkut manusia, khususnya raja dan tersimpan di Museum Kereta Keraton
keluarganya atau para bangsawan, barang, Yogyakarta telah berusia lebih dari 100
dan makanan, termasuk sesaji. Pada masa tahun. Beberapa koleksi masih digunakan
sekarang, tandu sebagai alat angkut manusia dalam berbagai upacara keraton seperti
sudah jarang digunakan, termasuk di kedua Grebeg dan perkawinan putra-putri sultan.
keraton tersebut. Akan tetapi sebagai alat Berdasarkan bentuknya, Kereta Keraton
angkut barang dan makanan, masih lazim Yogyakarta dapat dibedakan dalam tiga
digunakan, terutama apabila keraton macam kelompok yaitu (Wardhana, 1990):
mempunyai hajatan.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 21

1. Kereta terbuka beroda dua (misalnya menerus, selama paling tidak 100 tahun
Kapolitin) seperti:
2. Kereta terbuka beroda empat (misalnya 1. Situs, struktur, bangunan, artefak dan
Kyai Jongwiyat, Landower, Landower sisa-sisa manusia, yang berada dalam
Wisman, Landower Surabaya, Kyai konteks arkeologis dan alam mereka;
Manik Retno, Kyai Jetayu, Bedoyo 2. Kapal, pesawat udara, kendaraan lain
Permili) atau bagian dari muatan kendaraan
3. Kereta tertutup beroda empat (misalnya tersebut atau isi lainnya, yang berada
Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, Kyai dalam konteks arkeologis dan alam
Wimanaputra, Kyai Harsunaba, Kyai mereka; dan
Kuthakaharjo, Kyai Puspoko Manik, 3. Benda-benda dengan karakter prasejarah.
Kyai Kus Gading).
Benda atau artefak yang berasal dari
Ketiga jenis kereta ini merupakan muatan kapal yang tenggelam, seringkali
kendaraan untuk keluarga sultan. Kereta merupakan incaran pemburu harta karun
Kyai Jetayu digunakan oleh putra mahkota karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
untuk menyaksikan pacuan kuda; Kereta Warisan budaya bawah air bukan harta
Kyai Ratapralaya untuk membawa jenazah karun melainkan warisan budaya untuk
sultan dan juga putra-putri sultan; kemanusiaan yang harus dilindungi.
sedangkan kereta-kereta seperti: Landower, Warisan budaya bawah air memiliki konteks
Landower Surabaya, Landower Wisman sejarah yang penting, yang dapat memberi
adalah kereta untuk para pengawal sultan. gambaran mengenai hubungan ekonomi dan
sosial-budaya antara Indonesia dan negara
b. Warisan Budaya Bawah Air
lain.
Warisan budaya bawah air (underwater Bagi para ilmuwan, warisan budaya
cultural heritage) merupakan salah satu bawah air (WBBA) mewakili sumber
contoh pusaka ragawi bergerak. Yang informasi yang tidak ternilai mengenai
termasuk dalam warisan budaya bawah air peradaban kuno dan sejarah pelayaran.
adalah artefak-artefak atau benda berharga Perlindungan warisan budaya bawah air
(keramik, kerajinan gelas, kristal perhiasan juga penting bagi tujuan pendidikan,
emas, perak, dan berbagai jenis batu mulia) terutama untuk pembangunan berkelanjutan
yang berasal dari muatan kapal atau jangka panjang bagi komunitas lokal.
kendaraan lain yang tenggelam di laut atau Eksploitasi komersial dapat menyebabkan
benda-benda prasejarah yang berada di kemungkinan hilang, hancur, dan
bawah laut. tersebarnya warisan bawah air karena
Konvensi UNESCO tentang perusahaan komersial seringkali tidak
Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air melakukan penelitian ilmiah dan
tahun 2001 (the 2001 UNESCO Convention dokumentasi yang seharusnya diadakan bagi
on the Protection of the Underwater para arkeolog, sejarawan, dan ahli
Cultural Heritage) mendefinisikan Warisan konservasi. Dalam hal ini, Konvensi 2001
Budaya Bawah Air sebagai: semua jejak mengajak setiap negara untuk mengambil
keberadaan manusia yang memiliki karakter tindakan melawan perdagangan ilegal benda
budaya, sejarah, atau arkeologis yang budaya yang diambil dari bawah laut. Selain
sebagian atau keseluruhannya telah berada itu, Konvensi ini juga menekankan
di bawah air, secara berkala atau terus- pentingnya pelestarian in-situ (in-situ

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 22 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

preservation) yaitu pelestarian di tempat Pusaka monumen adalah bangunan-


dimana warisan budaya tersebut ditemukan. bangunan yang dibangun sebagai tetenger
(penanda) sesuatu, misalnya suatu peristiwa
c. Artefak bersejarah dan penting, identitas suatu
kota/daerah (landmark), atau sebuah
Artefak adalah wujud kebudayaan pencapaian karya tertentu. Tujuannya
ragawi yang berupa hasil dari aktivitas, adalah agar generasi kini dapat
perbuatan, dan karya semua manusia dalam mengapresiasi dan memaknai apa yang
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal ditetengerkan dan meneruskan nilai-nilai
yang dapat diraba, dilihat, dan yang terkandung di dalamnya dan
didokumentasikan. Artefak dapat berasal meneruskan nilai-nilai tersebut kepada
dari temuan-temuan penggalian arkeologi. generasi penerus. Pusaka monumen
bentuknya sangat beragam, ada yang
berbentuk tugu, arca atau patung, jembatan,
3.2.1.2. PUSAKA BUDAYA RAGAWI pintu gerbang, dan ada pula yang berbentuk
TAK BERGERAK benda yang dibuat besar dan mencolok.
Termasuk didalam pusaka budaya Kota Bukit Tinggi di Sumatera Barat,
ragawi tak bergerak adalah bangunan, misalnya, mempunyai tetenger yang
monumen, situs arkeologi, karya arsitektur, berbentuk jam besar, yang dikenal sebagai
dan lansekap budaya. Pusaka bangunan Jam Gadang. Mungkin ini dapat disetarakan
adalah bangunan-bangunan yang karena dengan Big Ben, jam besar yang terdapat di
alasan tertentu dianggap penting oleh kota London, Inggris.
sekelompok orang. Banyak alasannya
mengapa bangunan yang dimaksud
dianggap penting, dapat karena umurnya
sangat tua, langka (hanya satu-satunya),
unik, dan atau dijadikan penanda sebuah
kawasan atau kota. Termasuk juga yang
merupakan karya masterpiece yang
mempunyai nilai penting, baik dari segi
arsitekturalnya, nilai seni, maupun nilai
sejarah. Nilai sejarah suatu bangunan
ditunjukkan misalnya oleh fungsi bangunan
yang bersangkutan, yaitu sebagai tempat
diselenggarakannya peristiwa bersejarah
atau berkaitan dengan tokoh sejarah.
Tugu Pal Putih, tetenger kota Yogyakarta (Foto: Granita
Zulaycha)
Pusaka bangunan dapat berupa
bangunan yang fungsi dan maknanya belum
berubah dari fungsi dan makna aslinya pada Hampir setiap daerah mempunyai
waktu bangunan tersebut dibuat. Akan pusaka monumen. Di atas sudah
tetapi, bangunan yang telah berubah dicontohkan bahwa Kota Bukit Tinggi
fungsinya dan diberi makna baru oleh mempunyai pusaka monumen berupa jam
masyarakat sekarang juga menjadi bagian besar yang dikenal sebagai Jam Gadang.
dari apa yang disebut bangunan pusaka. Yogyakarta juga mempunyai pusaka
Selain pusaka bangunan, terdapat monumen, berbentuk tugu yang disebut
monumen yang juga termasuk di dalam Tugu Pal Putih. Demikian juga kota Jakarta,
kategori pusaka budaya ragawi tak bergerak. mempunyai pusaka monumen yang dikenal

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 23

sebagai Monumen Nasional atau Monas. ikan (sura) dan buaya (baya), yang
Kota Surabaya mempunyai pusaka merupakan gambaran legenda yang melatari
monumen berupa tugu yang dihiasi dengan berdirinya kota Surabaya.

Rumah tradisional Jawa (Joglo) Bank Indonesia lama (eks De Javasche Bank)

Bon (makam) Cina, Muntilan Candi Sewu

Benteng Vredeburg: Masjid Syuhada


Beberapa contoh ragam pusaka budaya ragawi tak bergerak di Yogyakarta dan sekitarnya. Pusaka budaya ragawi tak
bergerak dapat berupa rumah tradisional, candi, benteng, makam, kantor atau masjid

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 24 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

memenuhi satu atau lebih kriteria-kriteria


3.2.2. TINGKATAN PUSAKA berikut ini:
BUDAYA RAGAWI
(i) mewakili sebuah karya agung dari
kejeniusan umat manusia
3.2.2.1. WARISAN DUNIA
(ii) menunjukkan nilai kemanusiaan
Warisan Dunia adalah peninggalan dari
penting untuk jangka waktu tertentu
masa lampau di seluruh penjuru bumi yang
atau dalam area budaya dunia, pada
kita saksikan hari ini untuk diwariskan
perkembangan bidang arsitektur atau
kepada anak-cucu dimasa depan sebagai
teknologi, seni monumental,
kekayaan tak tergantikan di muka bumi.
perencanaan kota atau rancangan
lansekap
Untuk dapat masuk dalam Daftar
Warisan Dunia UNESCO, sebuah warisan
(iii) memiliki bukti unik (satu-satunya)
budaya ragawi harus memiliki nilai
atau luar biasa atas sebuah tradisi
universal yang luar biasa (outstanding
budaya atau peradaban yang masih
universal value) yang intinya mengandung
hidup atau sudah punah.
tiga prinsip, yaitu:
(iv) merupakan contoh luar biasa dari
- Unik (unique). Hanya dapat ditemukan
sebuah tipe bangunan, kesatuan
di satu lokasi saja.
bangunan atau lansekap arsitektur atau
teknologi yang menunjukkan tingkatan
- Tak tergantikan (irreplaceable). Jika
penting dalam sejarah manusia.
warisan tersebut hancur, tak dapat
digantikan dengan cara apapun.
(v) merupakan contoh luar biasa dari
permukiman tradisional, tata guna
- Keaslian (authenticity). Situs harus
lahan atau laut yang mewakili sebuah
terjaga keasliannya dari pemugaran
atau beberapa kebudayaan atau
berlebihan, usaha mempercantik, dan
interaksi manusia dengan lingkungan
modifikasi.
di tengah perubahan zaman.
Pencantuman sebuah warisan budaya ke
Garis Panduan Operasional untuk
dalam Daftar Warisan Dunia mengikuti
Implementasi Konvensi Warisan Dunia,
garis panduan yang telah ditetapkan oleh
sebuah dokumen yang menjelaskan tentang
Konvensi Warisan Dunia. Langkah
Konvensi Warisan Dunia, menerangkan
terpenting dalam proses pencantuman
secara rinci tentang prosedur untuk
adalah menetapkan nilai universal yang luar
mencantumkan sebuah situs ke dalam
biasa dari warisan budaya tersebut.
Daftar Warisan Dunia. Berikut ini adalah
informasi kunci tentang prosedur tersebut.
Konvensi Warisan Dunia menetapkan
kriteria untuk mengkaji nilai universal yang
1. Sebuah negara pihak mempersiapkan
luar biasa dari sebuah warisan budaya atau
sebuah Daftar Tentatif berisi situs-
warisan alam. Secara total ada sepuluh
situs warisan yang diharapkan
kriteria. Namun, sebuah warisan budaya
dinominasikan sebagai Warisan Dunia
bendawi atau situs dianggap memiliki nilai
dan menyerahkan Daftar tersebut
universal yang luar biasa apabila ia
kepada Sekretariat Pusat Warisan Dunia
(World Heritage Centre Secretariat).

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 25

2. Negara pihak menominasikan sebuah Saat ini Indonesia memiliki 3 (tiga) situs
situs dari Daftar Tentatifnya, dan Warisan Budaya Dunia yaitu Candi
dengan bantuan Pusat Warisan Dunia Borobudur, Candi Prambanan, dan Situs
(World Heritage Centre), Manusia Purba Sangiran.
mempersiapkan sebuah dokumen Begitu sebuah situs telah tercantum
nominasi untuk situs yang telah dipilih dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO,
tersebut dan menyerahkannya kepada pihak negara anggota yang bersangkutan
Pusat Warisan Dunia untuk harus menjamin adanya perlindungan yang
dipertimbangkan. Nominasi untuk benar atas situs tersebut. Cara-cara
Daftar Warisan Dunia tidak akan perlindungan tersebut, diantaranya adalah:
dipertimbangkan apabila situs yang
dinominasikan tidak termasuk dalam 1. Penyediaan payung hukum, seperti
Daftar Tentatif dari negara anggota perlindungan dengan sebuah undang-
tersebut. undang. Kebanyakan negara memiliki
undang-undang perlindungan warisan
3. Badan Penasehat mengevaluasi situs tingkat nasional dan tingkat daerah.
tersebut untuk mengetahui apakah situs Sebuah undang-undang perlindungan
tersebut memenuhi semua persyaratan warisan budaya, yang mempunyai nama
yang telah disebutkan di dalam yang berbeda di negara yang berbeda,
Konvensi Warisan Dunia dan Garis mengizinkan pemerintah untuk
Panduan Operasional dan memberikan menyatakan sebuah situs dilindungi dan
pendapat mereka kepada Komite mengambil langkah hukum terhadap
Warisan Dunia (World Heritage mereka yang secara negatif
Committee). mempengaruhi nilai-nilai budaya
4. Komite Warisan Dunia membuat sebuah situs.
keputusan akhir mengenai pencantuman 2. Intervensi konservasi yang memadai
situs tersebut dalam Daftar Warisan dan tepat. Hal ini memastikan adanya
Dunia. perlindungan fisik atas sebuah situs
Untuk informasi lebih lanjut tentang warisan budaya melalui cara yang
warisan dunia, dapat mengunjungi website berbeda-beda. Namun demikian, adalah
World Heritage Centre di: teramat sangat penting bahwa intervensi
http://whc.unesco.org tersebut dilakukan dengan menghormati
nilai-nilai budaya yang dikandung oleh
situs tersebut.
3. Sistem pengelolaan yang baik.
Perlindungan jangka panjang atas
sebuah situs sangat tergantung pada
adanya sistem pengelolaan warisan yang
baik. Sistem yang demikian meliputi
prosedur dan personel yang mudah
dikenali, yang bertanggung jawab atas
pelestarian dan pengelolaan atas sebuah
Borobudur, salah satu warisan budaya dunia yang dimiliki situs. Untuk menjamin adanya
Indonesia (Foto: Shinta Carolina)
konservasi yang berkelanjutan,
monitoring yang terus menerus atas

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 26 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

efektivitas sistem dan pengkajian secara 3.2.2.2. PUSAKA NEGARA


periodik adalah penting.
Sesuai Undang-undang Republik
Dengan meratifikasi Konvensi tentang Indonesia tahun 1992 tentang Benda Cagar
Perlindungan Warisan Budaya dan Warisan Budaya (BCB), benda cagar budaya
Alam Dunia tahun 1972 (Convention dinyatakan menjadi milik negara apabila:
concerning the Protection of the World
a. nilainya sangat penting bagi sejarah,
Cultural and Natural Heritage), para
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
Negara Pihak mengakui bahwa situs-situs
bangsa Indonesia;
yang berlokasi di wilayah negaranya, dan
yang mana telah tercantum di dalam Daftar b. sifatnya memberikan corak khas dan
Warisan Dunia, tanpa prasangka terhadap unik;
kedaulatan atau kepemilikan nasional c. jumlah dan jenisnya sangat terbatas
negara bersangkutan, membentuk bagian dan langka;
dari warisan dunia, di mana
perlindungannya adalah tugas dari Benda cagar budaya yang harus dimiliki
masyarakat internasional sebagai satu oleh negara ditentukan tidak semata-mata
kesatuan untuk bekerja sama. dilihat dari wujud atau bentuk suatu
bendanya, tetapi ditentukan oleh tingginya
Sebagai contoh, pada saat gempa bumi nilai budaya dan sejarah bangsa, kelangkaan
melanda Yogyakarta akhir Mei tahun 2006 dan/atau terbatasnya jumlah setiap jenisnya,
dan menyebabkan kerusakan pada Candi dan mempunyai ciri khas yang mewakili
Prambanan, masyarakat international saling zamannya. Benda cagar budaya yang
mendukung dalam upaya untuk dimiliki oleh negara, pengelolaannya
melestarikan warisan dunia melalui kerja diselenggarakan oleh Menteri berdasarkan
sama internasional dan bantuan teknis. ketentuan yang diatur dalam Peraturan
UNESCO World Heritage Centre Pemerintah dan/atau peraturan perundang-
memberikan bantuan darurat internasional undangan lain yang berlaku. Yang
dalam upaya rehabilitasi pasca gempa dimaksud dengan pengelolaan ini
dengan mendatangkan para pakar dari meliputi tindakan perlindungan,
berbagai negara. Hal ini menunjukkan niat pemeliharaan perizinan, pemanfaatan,
baik dan solidaritas dunia internasional pengawasan, dan hal lain yang berkenaan
untuk perlindungan warisan budaya umat dengan pelestarian benda cagar budaya.
manusia. Dari data Direktorat Peninggalan
Pemerintah Arab Saudi juga Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah dan
memberikan bantuan dana untuk Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan
mendukung rehabilitasi awal warisan Pariwisata, jumlah BCB/situs yang harus
budaya di Yogyakarta pasca gempa, dipelihara pada tahun 2007 sebanyak 8232
khususnya untuk rehabilitasi Candi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Prambanan dan Istana Air Tamansari. Dari jumlah tersebut jumlah BCB/situs yang
Proyek dilaksanakan dalam upaya dipelihara sebanyak 1847 dengan jumlah
kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan juru pelihara sebanyak 2822 yang dibiayai
dan Pariwisata dan Kantor UNESCO dari APBN melalui Direktorat Jenderal
Jakarta. Selain itu, Pemerintah Jepang juga Sejarah dan Purbakala, Kementerian
memberikan hibah dana untuk keperluan Kebudayaan dan Pariwisata.
pengadaan scaffolding dan lain-lain guna
memperlancar rehabilitasi Candi Prambanan
pasca gempa.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 27

Tabel 3-4
Daftar Benda Cagar Budaya Milik Negara di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

NAMA BENDA
NO ALAMAT SURAT KEPUTUSAN
CAGAR BUDAYA
1 Benteng Vredeburg Jl. A. Yani No. 2-4 Keputusan Menteri Pendidikan dan
Yogyakarta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981
2 Kantor Pengurus Jl. P. Diponegoro No. 70 Keputusan Menteri Pendidikan dan
Ikatan Pelajar Yogyakarta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
Indonesia 0777/M/1987 tanggal 5 Desember 1987
3 Markas Tentara Jl. Pakuningratan No. 38 Keputusan Menteri Pendidikan dan
Pelajar Pusat Yogyakarta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0777/M/1987 tanggal 5 Desember 1987
4 Markas Batalyon Jl. Magelang No. 41 Keputusan Menteri Pendidikan dan
300 Tentara Pelajar Yogyakarta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0777/M/1987 tanggal 5 Desember 1987
5 Gedung Budi Utomo Jl. A.M. Sangaji No. 38 Keputusan Menteri Pendidikan dan
Yogyakarta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
132/M/1998 tanggal 16 Juni 1998
6 Situs dan Bangunan Ds. Dawung, Kel. Keputusan Menteri Pendidikan
Ratu Boko Bokoharjo, Kec. dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
Prambanan, Kab. Sleman 157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998

7 Situs dan Bangunan Ds. Kalibening, Kel. Keputusan Menteri Pendidikan dan
Candi Kalasan Tirtonirmolo, Kec. Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
Kalasan, Kab. Sleman 157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998

8 Situs dan Bangunan Dk. Klengkong, Kel. Keputusan Menteri Pendidikan dan
Candi Ijo Sambirejo, Kec. Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
Prambanan, Kab. Sleman 157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998

9 Situs Tamansari Ds. Taman, Kec. Kraton, Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kotamadya Yogyakarta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998

10 Situs Sambisari Sambisari, Kalasan Keputusan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998
11 Situs dan Bangunan Bokoharjo, Prambanan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Candi Banyunibo Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998
12 Komplek Candi Karangasem Boko Keputusan Menteri Pendidikan dan
Prambanan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
157/M/1998 tanggal 1 Juli 1998

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 28 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

NAMA BENDA
NO ALAMAT SURAT KEPUTUSAN
CAGAR BUDAYA
13 Candi Barong Kel. Sambirejo, Kec. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Prambanan, Kab. Sleman Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
tanggal 26 Maret 2007
14 Candi Sari Kel.Tirtomartani, Kec. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Kalasan, Kab. Sleman Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
tanggal 26 Maret 2007
15 Masjid Mataram Ds. Jagalan, Kec. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Kuno, Kotagede Banguntapan, Kab. Bantul Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
tanggal 26 Maret 2007
16 Masjid Sulthoni dan Jl. Masjid Sulthonain, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Makam Nitikan Kampung Nitikan, Ds. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Sorosutan, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Umbulharjo
17 Klenteng/Vihara Jl. Brigjend Katamso No. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Buddha Prabha 3, Kel. Prawirodirjan, Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Gondomanan Kec. Gondomanan tanggal 26 Maret 2007

18 Gereja Katholik Jl. Bintaran Kidul No. 5, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Santo Yusup Kampung Bintaran, Kel. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Bintaran Wirogunan, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Margangsan
19 Gereja Protestan Jl. A Yani no. 6 Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Marga Mulya Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
tanggal 26 Maret 2007
20 Pendopo Agung Jl. Taman Siswa No. 31- Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Taman Siswa 33, Kel. Margangsan, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Margangsan tanggal 26 Maret 2007

21 Gedung SMK II Jl. A.M. Sangaji No. 47, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
(STM I dan II) Kampung Jetis, Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Kel.Cokrodiningratan, tanggal 26 Maret 2007
Kec. Jetis
22 Gedung SMP Bopkri Jl. Mas Soeharto No. 48, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
I Yogyakarta Kel. Tegalpanggung, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Danurejan tanggal 26 Maret 2007
23 Gedung SMP Bopkri Jl. Sultan Agung No. 2, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
II Yogyakarta Kampung Bintaran, Kel. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Wirogunan, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Mergangsan
24 Gedung SMA Jl. Wardani No. 2, Kel. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Bopkri I Yogyakarta Kotabaru, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Gondokusuman tanggal 26 Maret 2007

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 29

NAMA BENDA
NO ALAMAT SURAT KEPUTUSAN
CAGAR BUDAYA
25 Gedung SMP Negeri Jl. Prof. DR. Kahar Keputusan Menteri Kebudayaan dan
8 Yogyakarta Mujakir No. 2, Kel. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Terban, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Gondokusuman
26 Gedung Sekolah Jl. Reksobayan, Kel. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Dasar Ngupasan Ngupasan, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
I dan II Yogyakarta Gondokusuman tanggal 26 Maret 2007
27 Gedung Sekolah Jl. Pattimura, Kel. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Dasar Ungaran I Kotabaru, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Gondokusuman tanggal 26 Maret 2007
28 Stasiun Kereta Api Jl. Pangeran Mangkubumi, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Tugu Yogyakarta Kel. Sosromenduran, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Gedongtengen tanggal 26 Maret 2007

29 Tugu Yogyakarta Jl. Jend. Sudirman, P. Keputusan Menteri Kebudayaan dan


Diponegoro, A.M. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Sangaji, P. Mangkubumi, tanggal 26 Maret 2007
Kel. Gowongan, Kec. Jetis

30 Hotel Toegoe Jl. Pangeran Mangkubumi, Keputusan Menteri Kebudayaan dan


Kampung Ledok Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Kleringan, Kel. tanggal 26 Maret 2007
Jogoyudan, Kec. Jetis

31 Rumah Sakit Mata Jl. Teuku Cik Ditiro, No. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
"Dr. Yap" 5, Kel. Terban, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Gondomanan tanggal 26 Maret 2007
32 Pesanggrahan Jl. Laksda Adisucipto, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Ambarukmo Kel. Catur Tunggal, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Depok, Kab. Sleman tanggal 26 Maret 2007

33 Dalem Jayadipuran Jl. Brigjend Katamso No. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
139, Kampung Keparakan, Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Kel. Keparakan, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Mergangsan
34 PD. Tarumartani Jl. Bambang Suprapto, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
(Pabrik Cerutu) Kel. Baciro, Kec. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Gondokusuman tanggal 26 Maret 2007

35 Gedung Manulife Jl. Pangeran Mangkubumi, Keputusan Menteri Kebudayaan dan


Financial No. 20, Kel. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Sosromenduran, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Gedongtengen
36 Gedung Badan Jl. Farida Muridan Noto Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Perpustakaan Daerah No. 21, Ds/Kel. Kotabaru, Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Kec. Gondokusuman tanggal 26 Maret 2007

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 30 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

NAMA BENDA
NO ALAMAT SURAT KEPUTUSAN
CAGAR BUDAYA
37 Gedung Nasional Jl. Ahmad Yani, Ds. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Perpustakaan Sosrowijayan, Kel. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
Propinsi Sosromenduran, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Gedongtengen
38 Apotek Kimia Farma Jl. Ahmad Yani No. 179, Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Cabang Yogyakarta Kel. Sosromenduran, Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
(I) Kec. Gedongtengen tanggal 26 Maret 2007

39 Apotek Kimia Farma Jl. Ahmad Yani No. Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Cabang Yogyakarta 121, Kel. Sosromenduran, Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
(II) Kec. Gedongtengen tanggal 26 Maret 2007

40 Taman Wisata Brata Jl. Soga No. 25, Kampung Keputusan Menteri Kebudayaan dan
(Makam Ki Hadjar Celeban, Ds/Kel. Pariwisata RI No. PM. 25/PW.007/MKP/2007
dan Nyi Hadjar Umbulharjo, Kec. tanggal 26 Maret 2007
Dewantara Umbulharjo
Sumber: Jogjakarta Heritage Society

menjadi sarana untuk menurunkan suatu hal


penting kepada generasi berikutnya, dan
3.2.2.3. PUSAKA disebutlah benda tersebut menjadi pusaka
KELUARGA/PRIBADI keluarga.
Salah satu contoh pusaka budaya ragawi Apa saja dapat menjadi pusaka keluarga,
bergerak yang sangat dekat dengan asalkan mempunyai nilai penting sehingga
kehidupan sehari-hari adalah pusaka keluarga yang bersangkutan memberi
keluarga. Pusaka keluarga adalah pusaka perlakuan khusus kepada benda tersebut dan
yang bermakna atau mempunyai nilai menurunkannya ke generasi penerus. Kakek
penting bagi sebuah keluarga saja, keluarga mewariskan kepada ayah dan oleh ayah
lain belum tentu memberikan makna dan diwariskan kepada anak.
perlakuan yang sama. Oleh karena itu,
sebuah keluarga dapat saja mempunyai Dengan kriteria sebagaimana di atas,
pusaka yang berbeda dengan keluarga yang dapat dibayangkan bahwa pusaka keluarga
lain. sangatlah banyak jumlah dan jenisnya.
Tentu tak dapat disebutkan satu persatu,
Setiap keluarga pasti mempunyai karenanya untuk kepentingan pembelajaran
sesuatu yang penting, yang tidak ingin ini, akan dicontohkan beberapa saja, antara
dilupakannya. Sesuatu yang penting tersebut lain foto keluarga. Pembahasannya akan
dapat berupa sesuatu benda. Walaupun difokuskan kepada nilai penting yang
sebenarnya yang mempunyai nilai penting terkandung di dalamnya.
bukan semata-mata bendanya, melainkan
hal-hal atau peristiwa yang ada di balik Foto Keluarga
benda itu. Lantaran makna yang terkandung
di dalam benda tersebut, maka benda Hampir dapat dipastikan bahwa setiap
tersebut menjadi sama pentingnya dengan keluarga pasti mempunyai foto keluarga
peristiwa atau hal yang melatari (family picture). Jumlahnya puluhan,
keberadaannya. Dengan demikian, benda ratusan, bahkan mungkin ribuan. Tentu

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 31

foto-foto yang dimiliki mempunyai nilai seseorang atau sebuah keluarga di dalam
yang tidak sama, karena peristiwa yang pohon silsilah (family tree).
terekam di dalam foto itu pun mempunyai
nilai yang berbeda pula.

Foto dan pohon sil-silah Sultan sering sering digunakan


untuk menunjukkan hubungan kekerabatan keluarga
dengan keraton/ menunjukkan strata tertentu (Sumber:
Soeratno, 2002)

Hubungan kekerabatan sebagaimana


disebut di atas disebut kinship. Kinship
Foto pernikahan, dapat menjadi foto penting adalah satu hal penting, tidak hanya di Jawa,
keluarga/pusaka keluarga (Foto: Suhadi Hadiwinoto) tetapi juga di luar Jawa, dan bahkan secara
universal. Sistem kekerabatan Jawa
Sebuah keluarga menganggap foto diketahui mengikuti garis ayah (patrilinear),
pernikahan adalah foto yang paling penting, tetapi ada juga suku bangsa di Indonesia
tetapi keluarga lain menempatkan foto yang sistem kekerabatannya mengikuti garis
wisuda sebagai hal yang paling penting, ibu (matrilinear), misalnya suku Padang
karena foto tersebut menjadi bukti atas atau Minangkabau. Berhubung foto
sebuah pencapaian. Banyak keluarga yang keluarga dapat menjadi bukti atau
menempatkan foto kakek moyangnya sertifikat status sosial seseorang atau
sebagai pusaka keluarga, terlebih apabila keluarga, maka foto keluarga menjadi
tokoh yang ada di dalam foto adalah figur sangat penting, sehingga perlu dipelihara
yang membanggakan, misalnya karena agar jangan sampai rusak atau hilang, dan
prestasi atau kedudukannya di dalam dapat diwariskan ke generasi berikutnya.
masyarakat. Orang Yogyakarta misalnya, Selain berfungsi sebagai bukti
sering memasang foto leluhurnya yang keabsahan strata sosial seseorang atau
menjadi sultan di tempat dimana semua keluarga, foto keluarga juga mempunyai
orang dapat melihat. Tujuannya adalah agar peran sebagai inspirator dan motivator
orang lain mengetahui identitasnya, bahwa generasi penerus, terutama untuk foto
yang bersangkutan mempunyai hubungan keluarga yang berkaitan dengan sebuah
kekerabatan dengan sultan. Bagi orang pencapaian luar biasa oleh generasi
Yogya, dan orang Jawa pada umumnya, sebelumnya.
hubungan kekerabatan dengan sultan akan
menempatkan yang bersangkutan pada Pusaka keluarga lainnya
strata sosial tertentu. Dengan demikian, foto
keluarga penting untuk mendudukkan Berdasarkan kriteria tentang Pusaka
Keluarga, dapat disebutkan bahwa sangat

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 32 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

banyak pusaka ragawi yang dapat menjadi adalah suatu usaha pencatatan benda cagar
pusaka keluarga. Tidak terbatas pada pusaka budaya baik bergerak maupun tidak
ragawi bergerak seperti yang dicontohkan di bergerak beserta situsnya dalam rangka
atas. Pusaka keluarga dapat juga berupa inventarisasi benda cagar budaya untuk
pusaka ragawi tak bergerak, misalnya kepentingan pelestarian, perencanaan
rumah dan pekarangannya. Banyak juga pengelolaan perlindungan, dan
keluarga yang mempunyai rumah pusaka, pemanfaatannya.
yang umurnya sudah ratusan tahun dan
diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya. Bahkan, pusaka alam pun dapat
menjadi pusaka keluarga, misalnya sawah,
ladang, atau perkebunan. Dengan demikian,
guru mempunyai peluang yang seluas-
luasnya untuk mengembangkan materi
Pusaka Keluarga. Guru dapat mengambil
topik dengan contoh materi pusaka keluarga
berdasarkan pengalaman guru bersangkutan.
Dapat juga memilih contoh hal-hal yang
paling dekat dengan kehidupan siswa di
sekolahnya untuk memenuhi kompetensi
tertentu di sekolah. Apabila guru belum
mendapatkan inspirasi contoh-contoh Meja dan kursi tamu yang bersejarah bagi keluarga dapat
pembelajaran pada Bab IV dapat digunakan dikategorikan sebagai pusaka keluarga (Foto: Suhadi
Hadiwinoto)
sebagai acuan.
Sesuai Undang-undang Republik Pendaftaran benda cagar budaya
Indonesia tahun 1992 tentang Benda Cagar dilakukan pada instansi Pemerintah yang
Budaya, Pusaka Keluarga dapat menjadi bertanggung jawab atas pendaftaran benda
benda cagar budaya. Setiap orang dapat cagar budaya di Kota/Kabupaten tempat
memiliki atau menguasai benda cagar benda cagar budaya tersebut berada.
budaya tertentu dengan tetap
memperhatikan fungsi sosialnya. Yang Pendaftaran disampaikan secara tertulis
dimaksud benda cagar budaya tertentu disini dengan dilengkapi data mengenai :
adalah benda cagar budaya yang tidak a. identitas pemilik;
termasuk kriteria benda cagar budaya milik
negara sebagaimana dijelaskan pada sub- b. riwayat pemilikan benda cagar budaya;
bab di atas. c. jenis, jumlah, bentuk, dan ukuran benda
Benda cagar budaya tertentu ini terdiri cagar budaya.
atas benda cagar budaya yang: Pendaftaran benda cagar budaya yang
a. diperoleh dari keluarga secara turun tidak bergerak, selain memenuhi ketentuan
temurun atau warisan; atau di atas, harus dilengkapi pula dengan
gambar peta situasi benda cagar budaya
b. jumlah untuk setiap jenisnya cukup tersebut berada. Setiap orang yang memiliki
banyak dan sebagian telah dimiliki oleh atau yang menguasai benda cagar budaya
negara. wajib melakukan perlindungan dan
Setiap orang yang memiliki benda cagar pemeliharaan benda cagar budaya yang
budaya wajib mendaftarkannya. Pendaftaran dimiliki atau yang dikuasainya.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 33

keterkaitan dengan kehidupan nyata dan


sehari-hari. Pusaka budaya ragawi bukan
3.3. PUSAKA BUDAYA sehimpunan benda fisik yang berdiri dan
TAK RAGAWI muncul di ruang hampa. Ia adalah produk
dari suatu proses yang berkaitan dengan
3.3.1. PENGERTIAN kehidupan sosial-budaya (pusaka budaya
tak ragawi).
Mengacu pemahaman pusaka dan
pelestarian, sebagaimana tertera dalam Selain itu terjadi juga pergeseran bahwa
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003, apa yang disebut sebagai pusaka tidak
maka bisa dikatakan bahwa pusaka tak semata sesuatu yang elite dan agung,
ragawi adalah suatu kekayaan masa lalu warisan penguasa politik (raja, pembesar,
yang sifatnya abstrak, mengandung nilai, pejabat) atau orang kaya saja, tapi juga bisa
manfaat dan makna yang sangat tinggi serta berasal dari orang biasa, sesuatu yang
berharga untuk kehidupan. Kenyataan sederhana, kecil, sehari-hari, tetapi tidak
menunjukkan sebagian dari kekayaan itu kalah nilai dan makna pentingnya. Itulah
kini semakin langka, bahkan beberapa pusaka rakyat yang paling banyak di
terancam lenyap. dalamnya dalam bentuk tak ragawi
(intangible).
Pusaka budaya tak ragawi menguat
keberadaannya setelah muncul kesadaran
baru betapa pusaka selalu memiliki

Ragam pusaka budaya tak ragawi (Foto 1, 2, 3, 5, 6, 9: Hairus Salim HS; Foto 4: Endo Suanda; Foto 7, 8: Suhadi Hadiwinoto)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 34 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Lalu, apa saja yang bisa masuk kategori a) tradisi dan ekspresi lisan, termasuk
pusaka tak ragawi? Kita bisa jejer di sini bahasa sebagai wahana warisan budaya
berbagai jenis seni pertunjukan, makanan, takbenda;
pengobatan, musik, tekstil, permainan anak, b) seni pertunjukan;
bela diri, bahasa, berbagai tradisi lisan, dll. c) adat istiadat masyarakat, ritus, dan
Apa yang umum disebut sebagai local perayaan-perayaan;
wisdom (kearifan lokal) atau local d) pengetahuan dan kebiasaan perilaku
knowledge (pengetahuan lokal) misalnya mengenai alam dan semesta;
adalah kebiasaan masyarakat dalam e) kemahiran kerajinan tradisional.
menjaga lingkungan, memelihara kesehatan,
mengatur sistem sosial, dan lain sebagainya. Konvensi UNESCO tahun 2003 ini
telah diratifikasi oleh Indonesia dengan
Karena sifat kulturalnya itu, tentu menyerahkan instrument of acceptance pada
masih banyak lagi pusaka tak ragawi 15 Oktober 2007 dan Indonesia menjadi
lainnya. Contoh-contohnya pun sangat kaya Negara Pihak konvensi ini pada 15 Januari
dan beragam. Sebagian besar pusaka itu ada 2008. Sebelumnya, pada tanggal 5 Juli 2007,
sekitar kita, bahkan mungkin ada di dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007
rumah kita. Hanya kita mungkin tidak tentang Pengesahan Convention for the
menyadari dan mengetahuinya, serta bahkan Safeguarding of the Intangible Cultural
tak jarang mengabaikannya. Heritage (Konvensi untuk Perlindungan
Dalam Konvensi UNESCO tentang Warisan Budaya Takbenda) dikeluarkan.
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda
(Convention for the Safeguarding of the
Intangible Cultural Heritage) tahun 2003, 3.3.2. MENGAPA & BAGAIMANA
Warisan Budaya Takbenda PUSAKA TAK RAGAWI
didefinisikan sebagai segala praktek, MENGHILANG?
representasi, ekspresi, pengetahuan, Pusaka tak ragawi dapat menghilang
keterampilan (serta instrumen-instrumen, secara perlahan tanpa disadari, apabila tidak
obyek, artefak dan ruang-ruang budaya dipraktekkan atau dilestarikan. Hilangnya
terkait dengannya) yang diakui oleh terjadi karena sebab-sebab yang kompleks:
berbagai komunitas, kelompok, dan politik, sosial, budaya, dan ekonomi.
dalam hal tertentu perseorangan sebagai Prosesnya pun boleh dikatakan tidak
bagian warisan budaya mereka . tunggal dan saling berkait. Beberapa sebab,
Warisan budaya takbenda ini diwariskan baik kultural maupun struktural, bisa
dari generasi ke generasi, dan senantiasa dibentangkan di sini. Pembagian kultural
diciptakan kembali oleh berbagai komunitas maupun struktural hanyalah untuk
dan kelompok sebagai tanggapan mereka memudahkan saja. Pada kenyataannya
terhadap lingkungannya, interaksi mereka sebab-sebabnya bisa keduanya sekaligus:
dengan alam serta sejarahnya, dan 1. (Efek) Modernisasi. Modernisasi
memberikan mereka makna jati diri dan yang artinya serba baru, dengan ukuran dan
keberlanjutan, sehingga mendukung kiblat kepada kebudayaan barat membuat
penghargaan terhadap keanekaragaman beberapa kekayaan pusaka budaya tak
budaya dan daya cipta insani. ragawi dianggap kampungan, jadul, norak,
Sebagaimana didefinisikan dalam artikel dll. Sebaliknya yang barat, pop, diang-
1 Konvensi UNESCO tahun 2003 ini, gap hebat, maju, memiliki gengsi tinggi, dan
warisan budaya takbenda diwujudkan antara lain-lain.
lain di bidang-bidang berikut:

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 35

Salah satu dari efek modernisasi yang bahan daun-daun itu dibanding bahan
diiringi di dalamnya dengan globalisasi plastik.
adalah terjadinya homogenisasi dan 4. Meninggalnya orang-orang yang
penunggalan pandangan kebudayaan. Kita ahli. Pusaka budaya tak ragawi juga
bisa ambil contoh misalnya dalam soal terancam musnah karena orang-orang yang
makanan yang bersifat cepat, mudah, dan mengetahui cara membuat, mengolah,
efisien seperti tercermin dalam berbagai memainkan, dan lain-lainnya, meninggal
makanan instant sekarang mendominasi dunia tanpa sempat melakukan regenerasi.
selera banyak orang, padahal banyak efek Di kalangan masyarakat, transmisi keahlian
sampingnya bagi kesehatan dan yang bersifat kultural tradisional ini
pemeliharaan lingkungan. Sama halnya memang berlangsung secara tradisional pula.
dengan selera pada musik, kesenian, gaya Dalam hal ini penting ikhtiar-ikhtiar
berbahasa, dan lainnya. pelestarian seperti revitalisasi, pengajaran
Modernisasi adalah suatu yang penting atau kalau perlu, bahkan pendirian sekolah
dan perlu diikuti, tetapi tidak segala hal yang bertujuan konservasi, dan lain-lainnya.
harus dan perlu diserahkan pada 5. Anggapan tidak adanya nilai
modernisasi. Dengan demikian, dibutuhkan ekonomis. Salah satu pandangan yang juga
suatu sikap yang selektif dan kritis terhadap menjadi penghalang dalam pelestarian
modern(isasi), yang di antaranya adalah pusaka budaya tak ragawi adalah anggapan
dengan membangun kesadaran akan tidak adanya nilai ekonomis (tidak laku
pentingnya menjaga dan memelihara untuk dijual atau dipertontonkan) dari
kekayaan pusaka tak ragawi yang kita miliki. sebagian besar kekayaan budaya tak ragawi
2. Tidak ada rasa bangga pada ini. Pandangan ini jelas dipengaruhi oleh
kebudayaan sendiri. Sebagai bagian dari budaya neoliberalisme yang menganggap
modernisasi yang diterima tanpa pemikiran segala sesuatu mestinya bisa dijual dan
yang bijaksana dapat menyebabkan menghasilkan uang, termasuk aktivitas
munculnya sikap merendahkan dan minder kebudayaan. Harus disadari bahwa sejak
terhadap kekayaan pusaka budaya tak awalnya sebagian besar pusaka budaya tak
ragawi yang dimiliki. Kekayaan budaya ragawi itu tidak bersifat komersial. Festival-
sendiri itu dianggap sebagai kuno, purba, festival keagamaan misalnya sejak mula
dan ketinggalan zaman. Mentalitas seperti digelar sebagai wujud penghormatan, rasa
ini jelas sangat tidak mendukung syukur, dan terima kasih pada alam dan
pemeliharaan dan pelestarian kekayaan Tuhan yang memberkahi. Fungsinya bisa
pusaka tak ragawi. untuk integrasi dan rekonsiliasi sosial.
3. Berkurangnya sumber daya Memang benar bahwa ada sebagian dari
(bahan) alam untuk pembuatan dan kekayaan budaya tak ragawi ini yang bisa
pengolahan pusaka tak ragawi. Sering dijual dan menghasilkan uang, tetapi kita
kekayaan pusaka tak ragawi hilang karena harus hati-hati dengan pikiran ini, karena
tidak atau sulitnya mencari salah satu atau tidak semua bisa dikomersialkan. Setiap
apalagi bahan utama (misalnya, pohonnya usaha komersialisasi, seperti untuk
sudah langka dan jarang ditanam) untuk kepentingan pariwisata, bisa memerosotkan
pembuatannya. Beberapa teknik nilai pusaka tak ragawi itu sendiri, sehingga
membungkus makanan dengan berbagai kehilangan fungsi sosialnya, sirna makna
jenis daun, sudah jarang kita saksikan lagi, spiritualnya, dan terpisah dari
antara lain disebabkan karena terbatasnya masyarakatnya (misalnya, disebabkan oleh
harganya yang mahal).

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 36 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Besaran di atas adalah faktor-faktor warisan budaya takbenda di dalam


kultural yang membuat terancamnya kebe- wilayahnya.
radaan berbagai pusaka budaya tak ragawi. Diantara langkah-langkah perlindungan
Di luar ini ada lagi faktor-faktor struktural sebagaimana disebut diatas, salah satunya
yang terutama datang dari arah kebijakan adalah mengidentifikasi dan mendefinisikan
pemerintah seperti kurangnya dukungan berbagai unsur warisan budaya takbenda
politik maupun dukungan dana untuk yang berada di dalam wilayahnya, dengan
pelestarian pusaka tak ragawi. mengikutsertakan berbagai komunitas,
kelompok maupun organisasi non-
3.3.3. PRINSIP PELESTARIAN pemerintah terkait.
Pelestarian pusaka tak ragawi memiliki Oleh karena itu, peran serta dan
prinsip-prinsipnya. Dengan prinsip ini keikutsertaan berbagai komunitas,
diharapkan ikhtiar pelestarian tetap berada kelompok, dan individu yang menciptakan,
dalam koridornya, yakni sungguh-sungguh memelihara, dan menyebarkan warisan
tertuju pada tujuan pelestarian itu sendiri budaya tersebut sangatlah penting dalam
dan manfaat-manfaat kultural dan sosialnya. perlindungan dan manajemen warisan
Pelestarian pusaka tak ragawi setidaknya budaya takbenda.
mengacu pada prinsip-prinsip di bawah ini: Saat ini, Pemerintah Indonesia, dalam
1. Terpadu, berkesinambungan, dan dina- hal ini Kementerian Kebudayaan dan
mis. Pariwisata, sedang meningkatkan kegiatan
pencatatan karya budaya tak benda
2. Populis, tidak elitis. Indonesia. Data karya budaya takbenda
3. Mendorong kerjasama dan kohesivitas akan dikumpulkan dalam sebuah database
sosial. untuk kemudian diklasifikasikan
berdasarkan penggunanya. Terdapat 4
4. Bisa memberi manfaat kultural, sosial,
(empat) kategori pengguna database ini,
dan tidak menutup kemungkinan juga,
yaitu: UNESCO, pemerintah, peneliti, dan
meski tidak selalu, memberi manfaat
umum.
ekonomis.
UNESCO akan menggunakan data ini
Sesuai Konvensi UNESCO tahun 2003,
sebagai dokumen yang telah dicatat sebagai
Perlindungan warisan budaya takbenda
karya budaya warisan budaya takbenda.
berarti tindakan yang bertujuan menjamin
Pemerintah akan menggunakan database ini
kelestarian warisan budaya, termasuk
sebagai acuan dalam penyusunan rencana
identifikasi, dokumentasi, penelitian,
dan pengambilan kebijakan. Peneliti
pelestarian, perlindungan, promosi,
membutuhkan database ini sebagai sumber
peningkatan, transmisi, khususnya melalui
penelitian, pengembangan ilmu
pendidikan, baik formal maupun nonformal,
pengetahuan, dan bahan ajar di pendidikan
serta revitalisasi berbagai aspek warisan
dasar sampai perguruan tinggi. Kalangan
budaya tersebut.
umum, yang terdiri dari masyarakat dan
Untuk memastikan perlindungan, badan usaha, hanya dapat melihat warisan
pengembangan, dan promosi warisan budaya yang boleh dipublikasikan. Atas
budaya takbenda yang ada di wilayahnya, persetujuan komunitas/kelompok sosial/
Indonesia sebagai Negara Pihak dari perseorangan, ada karya budaya warisan
Konvensi UNESCO tahun 2003 wajib budaya takbenda yang tidak dipublikasikan
berusaha untuk mengambil langkah-langkah karena mengandung pengetahuan dan
yang dipandang perlu guna melindungi keterampilan sakral (esoterik), tetapi tetap

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 37

dicatat sebagai warisan budaya takbenda - Pelestarian permainan anak yang


Indonesia. umumnya bersifat kolektif dengan
Pemutakhiran informasi tentang karya bahan-bahan dari lingkungan setempat,
budaya takbenda dapat dilakukan secara akan mendukung pengembangan
manual maupun online. Pencatatan secara kreativitas, sifat sosial, dan ketangkasan
manual dimulai dari Sekretariat, dalam hal anak.
ini Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni
dan Film, Kementerian Kebudayaan dan 3.3.5. UNSUR APA YANG PERLU
Pariwisata, dengan menyusun daftar calon DILESTARIKAN?
pelapor karya budaya takbenda. Calon
pelapor dapat berupa komunitas, kelompok Pelestarian pusaka tak ragawi tidak
sosial, maupun perorangan. Setelah calon semata ditujukan kepada hasil atau produk
pelapor ditetapkan, sekretariat akan akhir dari pusaka itu sendiri. Pelestarian
mengirimkan surat dan formulir pencatatan ditujukan kepada sesuatu yang berada di
beserta amplop dan perangko balasan. balik atau di dalamnya, yaitu:
Sedangkan pencatatan dengan cara 1. Pengetahuan: memahami kegunaan,
pengisian online dilakukan langsung fungsi, nilai, makna suatu pusaka, baik
melalui www.petabudaya.com secara kultural maupun sosial.
2. Keterampilan/keahlian: membuat,
3.3.4. MENGAPA MELESTARIKAN mengolah, membangun, mengemas,
PUSAKA TAK RAGAWI ITU mencampur, memainkan, merangkai,
PENTING? menggunakan, dll.
Pelestarian pusaka budaya tak ragawi 3. Sumber daya/bahan: baik yang
bukan suatu ikhtiar yang bersifat nostalgia berasal dari tumbuhan, hewan, maupun
atau klangenan, karena jika kita melihat alam.
nilai, makna, dan manfaat berbagai pusaka Dengan demikian, pelestarian pusaka
itu secara lebih dalam, maka tampak ia tak ragawi merupakan suatu mata rantai
sangat berkaitan dengan kelangsungan dan yang bersifat menyeluruh, terkait satu sama
kenyamanan kehidupan itu sendiri. Sebagai lain, dan serentak, serta terhubung dengan
contoh: aspek-aspek lingkungan, sosial dan budaya.
- Pelestarian kuliner terkait pada Pada akhirnya, dengan keberagaman-
ketahanan pangan dan kesehatan. nya sekaligus kekhasannya, pusaka tak
- Pelestarian pengobatan tradisional bisa ragawi (makanan, seni, dll.) mengajarkan
menjadikan kesehatan murah dan orang untuk bangga pada identitasnya di
mudah serta tak berefek samping. satu pihak, tapi di pihak lain, terbuka pada
kekayaan budaya orang lain (pluralis).
- Pelestarian upacara/festival bisa
menjadi medium integrasi sosial dan
dapat juga menjadi obyek pariwisata. 3.3.6. SASTRA LISAN
- Pelestarian kriya dapat menunjang Sebelum ditemukan aksara, seluruh
industri kreatif komunikasi dilakukan secara lisan.
- Pelestarian seni tradisi (teater, tari, dll) Demikian juga dalam hal penyampaian
akan menjadi hiburan alternatif dan ajaran, riwayat, pandangan, dan lain-lain,
dapat menjadi tujuan pariwisata dikemukakan secara lisan. Ini membentuk
apa yang disebut sebagai sastra lisan. Sastra

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 38 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

lisan adalah tradisi tutur yang penyebaran c. Legenda: cerita prosa rakyat yang
dan pewarisannya berlangsung secara lisan, dianggap oleh yang empunya cerita
dari mulut ke mulut, dari generasi ke sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.
generasi, setidaknya lebih dari dua generasi. Oleh karena itu, legenda sering kali
Di kalangan masyarakat yang belum dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk
mengenal aksara, sastra lisan sangat penting, history). Contohnya: legenda Jawa Loro
tetapi itu bukan berarti bahwa di masyarakat Jonggrang yang terkait dengan pendirian
yang sudah mengenal baca tulis, sastra lisan Candi Prambanan.
ini hilang. Pewarisannya tetap dan terus d. Mitos atau mite (myth) adalah cerita
berlangsung hingga kini. prosa rakyat yang tokohnya para dewa
Sastra lisan bersifat anonim, tidak ada atau makhluk setengah dewa yang
pengarang atau penulisnya. Ia jadi kekayaan terjadi di dunia lain pada masa lampau
kolektif suatu masyarakat. Dengan sifat dan dianggap benar-benar terjadi oleh
kelisanannya, ia bisa begitu gampang yang empunya cerita atau penganutnya.
berubah. Antara versi suatu tempat dengan Mitos di Indonesia biasanya mencerita-
tempat lain, antara versi suatu generasi kan tentang terjadinya alam semesta,
dengan generasi sebelumnya, sering ada terjadinya susunan para dewa, tercipta-
perbedaan. Oleh karena itu, suatu tradisi nya manusia pertama, dunia dewata, dan
lisan biasanya memiliki banyak versi dan munculnya suatu jenis makanan sebagai
variasi. Kendati demikian, jika dicermati, makanan pokok. Mengenai mitos
perbedaan itu hanya terletak pada bagian terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri
luarnya sedangkan bentuk dasarnya tetap yang dianggap sebagai dewi padi orang
sama. Jawa. Penganut Hindu di Jawa Timur
dan Bali misalnya, menganggap Gunung
3.3.6.1. JENIS SASTRA LISAN Semeru sebagai gunung suci Mahameru
atau sedikitnya sebagai Puncak
Ada banyak jenis sastra lisan, seperti Mahameru yang dipindahkan dari India
ungkapan tradisional dan nyanyian rakyat, ke Pulau Jawa.
tapi beberapa yang penting dan utama
darinya adalah: e. Mantra: rangkaian kata-kata yang di-
ucapkan oleh dukun atau pemuka spiri-
a. Dongeng: yang biasanya diceriterakan tual sebagai doa untuk mencapai suatu
kepada anak-anak sebagai pelajaran, maksud.
pada waktu senggang atau sebelum tidur.
Dongeng mengandung pesan moral 3.3.6.2. MEDIASI SASTRA LISAN
yang secara tidak langsung disam-
paikan dan ditanamkan pada anak-anak. Melalui suatu kegiatan pengumpulan
Dongeng bisa sangat efektif sebagai dan penelitian ilmiah, kini banyak dari
media pendidikan anak. kekayaan sastra lisan itu telah dituliskan dan
dicetak dalam suatu laporan riset
b. Hikayat: salah satu bentuk sastra prosa,
pendokumentasian, arsip, buku, majalah,
terutama dalam Bahasa Melayu yang
cergam, komik, dan lainnya. Dengan ada-
berisikan tentang kisah, cerita, dongeng
nya proses penulisan itu, kini kita bisa
maupun sejarah. Umumnya
menikmati kekayaan tradisi lisan dengan
mengisahkan tentang kehebatan maupun
cara membaca dan menyaksikan gambar
kepahlawanan seorang tokoh lengkap
visualnya.
dengan keanehan, kesaktian, dan
mukjizat tokoh utama. Di pihak lain, sastra lisan itu juga
banyak dijadikan bahan seni pertunjukan,

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 39

misalnya dijadikan sebagai lakon cerita da- bahasa daerah dan bahasa nasional tidak
lam pementasan teater tradisional (ketoprak, boleh dipertentangkan, karena keduanya
ludruk, dll.) atau kegiatan bercerita secara bersifat komplementar dan saling
lisan seperti dalam kesenian kentrung atau melengkapi.
mendongeng yang banyak mengandalkan Dengan demikian, upaya pelestarikan
kemampuan bermain seni peran secara sastra lisan haruslah dimulai dan tak
monolog. Beberapa bahan sastra lisan juga terpisahkan dari pelestarian bahasa daerah
ada yang direkam, baik secara auditif yang menaungi dan melahirkannya. Caranya
maupun visual, seperti yang kemudian tak ada lain kecuali dengan tetap
muncul dalam bentuk sinetron atau film. Ini mempergunakan bahasa daerah itu dalam
semua merupakan mediasi baru kekayaan komunikasi sehari-hari.
tradisi lisan dalam bentuk non lisan, yang
membuat alur cerita, penokohan, dan Bahasa daerah, yang masih banyak
lainnya seperti telah dibakukan. Kendati menjadi bahasa ibu masyarakat, menjadi
demikian, dengan mediasi itu tidak berarti sarana yang luwes, akrab dan komunikatif
status lisannya telah hilang. Sifat untuk penyampaian pesan-pesan, rekaman
kelisanannya tetap kuat, terbukti dengan sejarah, petunjuk dan aturan tradisi secara
banyaknya versi lisan jenis sastra tersebut lisan, dari orang tua ke anak-anak, dari guru
yang tetap ada dan berkembang. Ini terjadi ke murid, dari pimpinan kepada bawahan,
karena adanya proses reinterpretasi dan dan sebagainya. Keberadaan bahasa daerah
kadang bahkan resistensi terhadap versi inilah di antaranya yang membuat tradisi
yang telah dituliskan/dikomikkan/ difilmkan lisan masih akan terus berkembang dan
tersebut, apalagi ketika sastra lisan itu hidup di samping bahasa tertulis yang
ditampilkan sebagai suatu pertunjukan. bertumpu pada aksara, bahkan di negara
yang sudah sangat maju sekalipun.
3.3.6.3. BAHASA DAERAH &
SASTRA LISAN
3.3.7. AKSARA & SASTRA TERTULIS
Bahan utama sastra lisan adalah bahasa Setelah kehadiran dan pengenalan
itu sendiri. Dengan melihat jumlah 500an aksara, sebagian komunikasi mulai di-
lebih etnik di Nusantara ini, tidak termasuk sampaikan secara tertulis. Demikian juga,
berbagai dialeknya, maka bisa dikatakan penyampaian ajaran, riwayat, pandangan,
bahwa Nusantara memiliki kekayaan sastra dan lain-lain, mulai dikemukakan secara
lisan yang sangat kaya dan beragam, yang tertulis.
tercermin dari banyak dan beragamnya etnik
yang ada. Setiap etnik memiliki bahasa dan Di Indonesia terdapat banyak aksara
dialek lokalnya sendiri, plus berbagai seperti aksara Jawa, aksara Bali, aksara
khazanah tradisi lisan di dalamnya. Bugis, aksara Batak, dan lain lain. Ini
membentuk apa yang disebut sebagai tradisi
Berbagai bahasa daerah itu merupakan tulis seperti yang terpatri di batu-batu
pusaka yang sangat berharga. Dalam bahasa prasasti, daun lontar, batang bambu, dan
terkandung pola pikir, kearifan, dan budaya lain-lain, serta kemudian belakangan di atas
masyarakatnya. Dengan mempelajari bahasa kertas dalam bentuk dokumen, laporan,
kita juga dapat menelusuri perkembangan buku, dll.
dan hubungan antar kelompok masyarakat
itu. Bahasa daerah perlu dipelihara dan Awalnya orang menulis hal-hal se-
dilestarikan di samping Bahasa Indonesia derhana, surat-menyurat, laporan perja-
yang merupakan bahasa persatuan. Antara lanan, berita kerajaan, sampai pada pemi-

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 40 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

kiran falsafah yang sangat rumit. Dahulu setelah abad ke-16 mulai dipengaruhi oleh
tidak banyak orang yang bisa menulis. Yang ajaran Islam.
bisa menulis hanya beberapa pejabat Karya-karya sastra ini merupakan
kerajaan, pemuka agama, atau para kekayaan pusaka yang sangat penting,
cendekiawan yang sangat sedikit jumlahnya. terutama karena nilai-nilai dan isi dari karya
Kebanyakan mereka bekerja dan tinggal di sastra itu, baik yang berisi pandangan etis,
lingkungan keraton dan sekitarnya. ajaran moral dan teologis, maupun catatan-
Ada yang menulis tentang riwayat catatan historis. Naskah-naskah ini terutama
kerajaan dan raja-rajanya. Ada juga yang berupa serat-serat atau babad-babad,
merenung jauh kedepan tentang manusia misalnya: Serat Wiwaha Jarwa.
dan peradabannya. Setelah zaman kerajaan Serat Wiwaha Jarwa digubah tahun
berlalu mulai banyak tulisan tentang 1778 oleh Paku Buwono III yang
kehidupan masyarakat biasa, kehidupan menampilkan diri sebagai raja sekaligus
sehari-hari lingkungan perkotaan dan pendeta, atau raja sekaligus pujangga.
perdesaan. Batas daerah dan batas negara Raden Ngabehi Yosodipuro I (1792-1803)
semakin menghilang, dan komunikasi di tampil sebagai pujangga di lingkungan
antara masyarakat sedunia semakin lancar. Keraton Surakarta. Yosodipuro I menulis
Penyampaian informasi tertulis bisa Babad Giyanti dan menggarap karya
menjangkau masyarakat yang lebih luas. kakawin lama menjadi tembang mocopat.
Pesan tertulis dapat menembus ruang dan Contoh lain adalah Serat Centhini yang
waktu. Pesan itu sampai tidak hanya pada ditulis sekitar tahun 1815 oleh Putra
mereka yang secara langsung mendengar- Mahkota yang kelak menjadi Paku Buwono
nya, atau pada mereka yang mendapatkan- V bersama beberapa pembantunya. Serat
nya melalui para utusan. Pesan dapat Centhini merupakan sebuah kisah
diterima di daerah dan negara yang sangat perjalanan yang merangkum beberapa ilmu
jauh. Pesan juga dapat menembus waktu, dan tuntunan bijak dari berbagai sumber,
menjangkau berbagai generasi pada zaman memasukkan beberapa legenda, cerita
yang berbeda. tentang tempat-tempat dan peninggalan
purbakala, lukisan alam, uraian berbagai
3.3.7.1. NASKAH LAMA
upacara dan seni pertunjukan, dan
Penulisan sastra di Nusantara dimulai sebagainya.
pada abad ke-9. Ketika itu penulisan Ronggowarsito yang hidup pada tahun
dilakukan dalam Bahasa Jawa Kuno dan 1802 sampai 1873 menulis serat yang
aksara Kawi. Pada abad ke-16, terjadi terkenal dengan nama Serat Kalatida.
pergeseran dengan dipakainya Bahasa Jawa Ronggowarsito adalah putra Yosodipuro II
Madya dan aksara Arab Pegon yang atau cucu Yosodipuro I. Istilah Zaman
didasarkan huruf Arab Melayu (Jawi). Pada Edan konon pertama kali diperkenalkan
saat yang sama, aksara Jawa yang oleh Ronggowarsito dalam Serat Kalatida,
didasarkan tulisan Kawi juga masih tetap yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom.
dipakai. Kemudian sejak abad ke-20, Salah satu bait yang paling terkenal adalah:
penulisan sastra sudah banyak dilakukan
dalam bahasa Melayu/Indonesia dengan
aksara latin.
Secara historis, karya-karya sastra yang
ditulis sebelum abad ke-16 sangat
dipengaruhi oleh ajaran Hindu, tetapi

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 41

amenangi jaman dan, wuhaya diajak masuk ke periode sastra modern


ing pambudi, mlu ngdan nora
tahan, Indonesia.
yn tan mlu anglakoni,
boya keduman lik, 3.3.7.2. SASTRA INDONESIA
kaliren wekasanipun, MODERN
ndilalah kersa Allah, begja-
begjaning kang lali,
luwih begja kang ling klawan Dalam perkembangan selanjutnya,
waspada. setelah bahasa Indonesia lebih banyak
digunakan sebagai bahasa persatuan,
perkembangan sastra dan pengetahuan yang
Demikian beberapa contoh dari naskah-
berbasis pada aksara Jawa maupun Arab-
naskah lama yang merupakan kekayaan
Melayu ini agak menurun. Bahasa Indonesia
pusaka. Nilai pusaka di sini tidak terbatas
dengan aksara latin tampil ke depan menjadi
pada bentuk kitab-kitab/ buku-buku tertulis
media penulisan sastra dan pengetahuan
itu saja, tetapi juga pada pengetahuan dan
modern.
kemampuan membaca dan memahami
bahasa dan aksara, terutama bahasa dan Jika sastra tulis yang menggunakan
aksara lama tersebut, yang kini sudah sangat aksara Jawa/Arab itu dan bentuk serta isinya
jarang digunakan dalam praktik sehari-hari. yang khas itu biasa digolongkan sebagai
Mereka yang menguasai bahasa dan aksara sastra lama, maka sastra baru umumnya
itu satu persatu telah dan akan meninggal, menggunakan aksara latin dan bahasa
dan karena itu, bukan tidak mungkin, Melayu/Indonesia. Puisi dan prosa yang
pengetahuan dan kemampuan membaca dan ditampilkannya mengikuti perkembangan
memahami bahasa dan aksara lama itu, dan pengertian puisi dan prosa yang
perlahan juga akan sirna. berkembang di barat. Kendati, bentuknya
jelas pinjaman dan mencerminkan pengaruh
Pada masanya, sastra tulis tercetak ini
dari barat, tapi dalam hal bahasa dan
sangat terbatas. Ketika itu mesin cetak
terutama juga isinya mencerminkan latar
belum ada, karena itu keberadaannya kini
dan kompleks masalah yang khas Indonesia.
hanya ada di sedikit tempat, misal di
Karena itu, karya-karya sastra ini, terutama
museum milik keraton/pemerintah, koleksi
yang diproduksi pada masa-masa tahun
pribadi, atau sebagian besar bahkan ada di
1930-an, merupakan kekayaan pusaka yang
perpustakaan-perpustakaan luar negeri.
sangat penting.
Akhir-akhir ini telah ada upaya
Karya-karya prosa mau-pun puisi yang
pengumpulan, penganotasian, dan sekali-
ditulis para sastrawan yang terhimpun
gus penerjemahan karya-karya sastra lama
dalam Pujangga Baru dengan tokoh-tokoh
ini, sebagai usaha pelestarian sekaligus
seperti Amir Hamzah, Sanusi Pane, Marah
pewarisannya pada generasi muda. Dalam
Roesli. Sutan Takdir Alisjahbana dan
hal pewarisan isi, usaha-usaha ini sangat
lainnya hingga para penulis Angkatan 45
perlu, tetapi pada saat yang sama juga bisa
seperti Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani,
membahayakan karena akan menurunkan
dan lainnya, bisa dikategorikan sebagai
minat mempelajari aksara dan bahasanya
pusaka sastra. Karya-karya mereka adalah
semula. Karena itu, pengetahuan terhadap
awal dari sastra Indonesia modern.
aksara dan kemampuan bahasa ini harus
tetap menjadi perhatian sebagai kekayaan
pusaka. Dalam praktik pengajaran sastra di
sekolah, karya-karya sastra lama ini sering
diabaikan, dan anak-anak didik langsung

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 42 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Sebuah naskah lama di atas lontar di daerah Bayan, NTB Nama jalan di Denpasar, Bali, menggunakan aksara Bali
(Foto: Hairus Salim HS) (Foto: Hairus Salim HS)

3.3.8. MUSIK
Disamping kata-kata dan kalimat yang
menyampaikan pesan, bunyi, suara, dan
lagu juga dapat menyampaikan pesan dan
perasaan. Orang menggeram, mendehem,
batuk-batuk buatan, tertawa atau menangis,
walau tanpa kata juga dapat dimengerti
pesannya. Musik adalah suatu
pengungkapan kultural yang abstrak. Pesan
itu dapat sangat mendalam dan tajam,
namun tak mesti bisa diterangkan.
Musik pada umumnya dianggap sebagai
Plang sebuah kantor pemerintah di Surakarta
menggunakan aksara Jawa (Foto: Hairus Salim HS) seni atau keindahan. Musik telah
berkembang di semua daerah dan di semua
negara, masing-masing dengan cara dan
penekanannya sendiri dalam penyam-
paiannya. Perkembangan musik banyak
dipengaruhi oleh iklim, situasi lingkungan,
dan tata kehidupan masyarakatnya.
Demikian juga instrumen musik yang
digunakan banyak berbeda dari daerah ke
daerah.

3.3.8.1.MUSIK KARAWITAN

Masyarakat Jawa banyak menggemari


Kitab dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab-Melayu musik karawitan. Ada pendapat bahwa
(Foto: Hairus Salim HS)
karawitan telah ada sejak zaman Majapahit
pada abad ke-14, bahkan menurut
kepercayaan masyarakat karawitan Jawa

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 43

konon gamelan telah ada sejak abad ke-3.


Karawitan berangkat dari kata dasar rawit
yang berarti kecil, halus atau rumit (refined,
subtle, sophisticated). Dapat diartikan
karawitan mempunyai karakter yang halus,
kecil, dan rumit.
Karawitan mempunyai jiwa musik
timur yang menekankan pada cara dan tata
kerja yang mengutamakan kebersamaan,
spontanitas sebagai syarat sifat polos,
sederhana, jujur dan keterbukaan para
Seperangkat gamelan (Foto: Hairus Salim HS)
pemusiknya baik dalam proses penciptaan
maupun penyajian karya. Sifat ini jauh
berbeda dengan musik barat yang mengikuti
RICIKAN GAMELAN
tradisi tertulis dengan karakter yang lebih
individual. a) Kelompok Wilahan atau Bilah.
Menurut pakar karawitan, Rahayu Kelompok ini terdiri dari rangkaian
Supanggah, masyarakat musik di negara- wilah (bilahan) logam dan kayu (untuk
negara Barat menyebut musik karawitan ricikan gambang), mulai dari yang
dengan istilah musik gamelan. Istilah berjumlah 2 bilah (gong kemodhong), 6
gamelan di Barat tidak hanya digunakan bilah (ricikan balungan), sampai
untuk menunjukkan seperangkat alat musik berjumlah 21 bilah (contoh: ricikan
gamelan, tetapi juga meliputi berbagai gambang). Bilah-bilah tersebut disusun
aspek, musikal, dan kultural yang terkait urut mulai yang berlaras paling rendah
dengan keberadaan dan penggunaan alat (pada sisi kiri) menuju bilah-bilah yang
musik tersebut. dilaras lebih tinggi (kanan). Bilah-bilah
tersebut biasanya ditempatkan di atas
Di kalangan para praktisi (pengrawit),
resonator, baik yang berupa kotak
istilah gamelan biasanya hanya digunakan
(grobogan), klenthing (kendi), maupun
untuk menyebut seperangkat ricikan atau
buluh (bumbung) dari bambu atau
alat musik gamelan, dengan jenis dan
logam, dengan cara digantung dengan
jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan
tali (pluntur), atau bertumpu pada
musikal tertentu. Gamelan merupakan
ganjal-ganjal yang kenyal-empuk,
seperangkat ricikan yang sebagian besar
dibuat dari rotan, sabut, ijuk, katun atau
terdiri dari alat musik pukul (atau perkusi),
karet, yang disebut dengan tawonan.
yang dibuat dari bahan utama logam
Semakin rendah laras bilah biasanya
(perunggu, kuningan, besi atau bahan yang
semakin panjang dan lebar pula
lain), dilengkapi dengan ricikan-ricikan
ukurannya, namun semakin tipis
dengan bahan kayu atau kulit (kendhang),
ketebalannya.
maupun campuran dari kedua bahan
tersebut. Perangkat ini juga melibatkan alat- b) Kelompok Ricikan Pencon. Kelompok
alat musik non-perkusif, seperti alat gesek ricikan ini sering juga disebut dengan
(rebab), tiup (suling), juga petik (siter dan ricikan bunderan, karena lakaran
celempung), dan sebagainya. Kata nggamel (bakalan, embrio) ricikan ini berawal
dalam bahasa Jawa, dapat berarti memukul. dari bentuk bunder-gepeng (pipih bulat),
semacam cakram serabi dari cor
perunggu yang kemudian ditempa

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 44 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

(lewat pembakaran) dan dibentuk JENIS PERANGKAT GAMELAN


melebar dan melengkung sampai
mencapai bentuk akhir, sesuai dengan Dalam tradisi karawitan terdapat
yang dikehendaki oleh si pembuat berbagai jenis perangkat gamelan yang
gamelan (pandhe gending). Ricikan dibedakan menurut jenis, jumlah, dan
pencon pada selain mengacu alat musik komposisi ricikan gamelan yang digunakan,
berpencu (maaf: seperti puting susu), serta fungsinya di masyarakat. Beberapa
biasanya juga mengacu pada bentuk nama perangkat gamelan yang sampai
yang didesain berongga yang sekaligus sekarang masih kerap dimainkan, dan masih
berfungsi sebagai resonator. Ricikan- sering juga digunakan menurut fungsinya di
ricikan gamelan yang digolongkan masyarakat, antara lain adalah:
dalam kelompok ini adalah semua jenis
ricikan yang memiliki pencu atau
pencon, misalnya gong dengan a) Gamelan Kodhok Ngorek
bermacam jenisnya (gong ageng, siyem, Pada jaman dulu, gamelan ini hanya
suwukan), kempul, bendhe, penonthong, dimiliki oleh keraton atau beberapa
kenong, kethuk kempyang, engkuk, kadipaten saja. Masyarakat umum, lembaga,
kemong, beragam jenis bonang (bonang maupun individu di luar keraton tidak
penembung, bonang barung, bonang dibenarkan memiliki perangkat gamelan
penerus), kenut, klenang, banggen, jenis ini.
penitir, kenong, japan, kecer dan
Gamelan dan gending Khodok Ngorek
sebagainya.
oleh masyarakat umum hampir selalu
c) Kelompok Ricikan Non Perkusi. Selain dihubungkan dengan hajatan atau peristiwa
terdiri dari dua kelompok bilah dan pernikahan. Belum diketahui mengapa
pencon, ricikan gamelan dilengkapi oleh gamelan ini disebut dengan Khodok Ngorek.
ricikan gesek (rebab) ricikan tiup
(suling) ricikan petik (siter dan
clempung atau celempung), ricikan b) Gamelan Monggang
digoyang (rojeh) dan ricikan selaput Konon, hanya berada di lingkungan
kulit (kendhang yang terdiri kendhang keraton Surakarta dan Yogyakarta, gamelan
ageng atau kendhang gedhe, kendhang ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi
sabet atau kendhang wayangan, dari Kodhok Ngorek. Hal ini karena fungsi
kendhang ciblon atau kendhang dan perannya yang lebih banyak dan lebih
batangan, kendhang penunthung, dan penting, sehingga lebih sering digunakan.
kendhang ketipung). Jumlah ricikan dan penabuhnya juga lebih
Selain itu ada juga sepasang ricikan banyak. Ukurannya (dimensi maupun berat)
yang disebut kemanak, yaitu ricikan pukul pun jauh lebih besar sehingga suaranya
dari bahan logam yang bentuk dan ukuran lebih keras.
mirip buah pisang yang retak di sisi Gamelan ini juga dimiliki oleh beberapa
belakangnya. Kemanak biasanya digunakan kadipaten dan kabupaten di luar Keraton
untuk gending-gending dengan vokal, Surakarta dan Yogyakarta. Seperti di
seperti gending salawat, gending-gending Purwodadi, Jepara, Purworejo, Cirebon, dan
bedhayan dan srimpen. sebagainya dengan jumlah serta komposisi
ricikan yang berbeda.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 45

Perangkat gamelan Monggang ada yang di Jawa maupun Indonesia, bahkan telah
berlaras slendro, ada juga yang berlaras tersebar di banyak negara asing.
pelog. Gamelan Ageng memiliki ricikan yang
paling lengkap. Dari perangkat ini dapat
c) Gamelan Carabalen dibentuk perangkat-perangkat gamelan
lainnya dengan komposisi, nama dan
Gamelan Carabalen adalah gamelan dari kegunaan yang bervariasi.
jenis pakurmatan yang paling banyak
dimiliki oleh masyarakat, lembaga, atau
individu di luar keraton. Gamelan ini f) Jenis Perangkat Yang Lain
memiliki fungsi yang pasti, yaitu untuk Di kalangan masyarakat pandhe
menghormati kedatangan tamu, baik dalam gamelan sekarang ini muncul perangkat
upacara keluarga, kerajaan, ataupun gamelan yang disebut gamelan super. Ini
kemasyarakatan. Misalnya: pasar malam, merupakan satu bentuk pengembangan
sekatenan, juga pada hajatan keluarga, ukuran dan jenis.
mantenan, khitanan, syukuran dan
sebagainya. Gamelan Carabalen berlaras Ada pula yang bereksperimen membuat
pelog. gamelan dengan teknik pamor. Ada yang
membuat gamelan cemengan hitam tanpa
dikikir atau dipoles, lalu ada juga gamelan
d) Gamelan Sekaten Mr. Black yang berwarna hitam dan dibuat
Ini satu-satunya perangkat gamelan di dari blek atau kaleng. Ada pula yang
Jawa yang dianggap paling terkait langsung membuat gamelan dari keramik, gamelan
dengan agama Islam. Menurut Rahayu genta, gamelan aluminium, dan sebagainya
Supanggah, di Bali juga terdapat gamelan Disamping itu, beberapa alat musik non
Sekaten atau Sekati, namun kehadirannya gamelan kini juga telah banyak masuk ke
tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. tubuh gamelan. Gamelan dengan terompet,
Gamelan ini dipercaya sebagai alat syiar drum set, rebana, tabla, jembe, gondhang,
agama Islam. Nama Sekaten sering biola, keyboard, gitar dan bass elektrik,
dikaitkan dengan kata syahadatain yaitu biwa, erhu, khen, cymbal, bahkan dengan
kalimat syahadat yang wajib diucapkan oleh orkes simfoni dan seterusnya.
setiap orang ketika hendak memeluk agama
Islam.
LARAS

e) Gamelan Ageng Laras atau nada memiliki peran yang


cukup penting untuk memudahkan
Perangkat gamelan ini merupakan
mengidentifikasikan suatu jenis atau genre
perangkat gamelan standar. Paling banyak
musik dari suatu bangsa atau daerah tertentu.
dimiliki orang dan bisa digunakan untuk
berbagai keperluan. Mulai dari ritual, Di dalam musik karawitan, laras
kemasyarakatan, sampai yang paling profan digolongkan menjadi dua: Slendro dan
untuk hiburan komersial baik berupa konser Pelog.
mandiri maupun untuk mengiringi a) Slendro.
pertunjukan seni yang lain (seperti wayang,
tari, teater, film, dan sebagainya). Gamelan Sistem urutan nada yang terdiri dari
Ageng terdapat di mana-mana. Tidak hanya lima nada dalam satu gembayang (oktaf)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 46 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

dengan pola jarak yang hampir sama rata. Catatan: Titilaras atau notasi adalah
Susunan dan pola interval diatur sebagai sebuah fenomena yang relatif baru dalam
berikut : dunia karawitan. Karawitan pada dasarnya
I II III IV V i merupakan musik tradisi lisan, dimana cara
menyajikan dan penularannya/
b) Pelog. pewarisannya dilakukan secara lisan atau
Sistem urutan nada-nada yang terdiri oral. Notasi karawitan lebih sebagai alat
dari lima atau tujuh nada dalam satu pengingat atau alat pencatat yang sangat
gembayang dengan menggunakan pola jarak sederhana.
nada yang tidak sama rata, yaitu tiga (atau Dalam proses belajar-mengajar, hampir
lima) jarak dekat dan dua jarak jauh, dengan semua guru memberikan pola-pola yang
susunan dan pola interval diatur sebagai disederhanakan. Notasi digunakan hanya
berikut: sebagai semacam ancer-ancer, yang harus
I II III IV V VI VII i ditafsirkan atau dikembangkan sendiri oleh
siswa sesuai pengalaman dan kreativitas
Laras yang berhubungan dengan rasa siswa.
nikmat, merupakan salah satu tuntutan
estetik dalam suatu sajian karawitan.
Sebagaimana disebutkan oleh Rahayu
Supanggah, Laras memang sangat erat 3.3.8.2. MUSIK KERONCONG
hubungannya dengan rasa. Rasa berkaitan
Keroncong adalah sejenis musik
dengan selera. Selera dapat terbentuk oleh
Indonesia yang memiliki hubungan historis
budaya termasuk tradisi dan kebiasaan
dengan sejenis musik Portugis yang dikenal
lokal.
sebagai fado. Sejarah keroncong di
Demikian pula terhadap laras gamelan. Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad
Tidak ada satupun gamelan di dunia ini ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai
memiliki laras yang sama. Bukan karena melemah di Nusantara.
gamelan-gamelan tersebut dilaras secara
manual, tetapi memang sengaja dilaras
dengan larasan yang berbeda agar
masyarakat mendapatkan karakter gamelan
yang bervariasi dan sesuai selera.

TITILARAS

Titilaras adalah istilah yang digunakan


di lingkungan karawitan untuk menyebut
notasi, yaitu lambang yang mewakili tinggi
dan harga nada. Titilaras yang masih paling
banyak digunakan di lingkungan karawitan
Jawa adalah titilaras Kepatihan yang Bermain keroncong (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
diciptakan pada tahun 1920-an di Kepatihan,
Surakarta. Notasi ini mengadopsi notasi Keroncong berawal dari musik yang
angka Cheve, yaitu menggunakan angka dimainkan para budak dan opsir Portugis
dari 1 sampai dengan 7. dari daratan India (Goa), Tugu (tempat
berdirinya padrao Sunda-Portugis) serta

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 47

Maluku. Bentuk awal musik ini disebut hotel-hotel di Indonesia dibangun setelah
moresco, yang diiringi oleh alat musik Perang Dunia I pada tahun 1920 seperti
dawai. Musik keroncong yang berasal dari Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di
Tugu disebut keroncong Tugu. Bandung, jaringan Grand Hotel di Cirebon,
Dalam perkembangannya, masuk Yogyakarta, Solo, Madiun, Malang, dsb., di
sejumlah unsur tradisional Nusantara, mana pada hotel-hotel tersebut diadakan
seperti penggunaan seruling serta beberapa musik dansa, maka lagu keroncong
komponen gamelan. Pada sekitar abad ke- mengikuti musik dansa asal Amerika,
19 bentuk musik campuran ini sudah terutama dengan panjang 32 birama.
populer di banyak tempat di Nusantara, Keroncong modern (1959 - sekarang).
bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar
Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar Pimpinan Brigjen Sofyar memperkenalkan
tahun 1960-an, dan kemudian meredup Keroncong Pop atau Keroncong Beat, yaitu
akibat masuknya gelombang musik populer sejalan dengan perkembangan musik pop
(musik rock yang berkembang sejak 1950, pada waktu itu dengan pengaruh Rockn
dan berjayanya musik Beatles dan Roll dan Beatles, lagu-lagu Indonesia,
sejenisnya sejak tahun 1961 hingga daerah maupun dari Barat banyak yang
sekarang). kemudian menggunakan irama keroncong.
Meskipun demikian, musik keroncong Misalnya Na So Nang Da Hito (Batak),
masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh Ayam Den Lapeh (Padang), Pileleuyan
berbagai lapisan masyarakat di Indonesia (Sunda), dsb.
dan Malaysia hingga sekarang. Campursari. Pada tahun sekitar 1968 di
daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi
Manthous memperkenalkan apa yang
SEJARAH KERONCONG disebut Campursari, yaitu keroncong
Keroncong tempo doeloe (1880 - 1920) dengan gamelan dan kendang. Selain itu
berlangsung sejak kedatangan bangsa juga dipakai instrumen elektronik seperti
Portugis ke Indonesia sekitar tahun 1600-an bass guitar, electric bass, organ, sampai
tetapi baru berkembang sebagai Musik juga dengan saksofon dan trompet. Musisi
Keroncong pada akhir abad XIX (dengan yang gencar memainkan Campursari adalah
ditemukan Ukulele di Hawai pada tahun Didi Kempot dengan lagu-lagu Stasiun
1879 atau sekitar 1880 hingga sekitar Balapan, Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi,
setelah Perang Dunia I 1914-1918). Pada dsb.
waktu itu disebut dengan lagu-lagu
Stamboel: Stamboel I, Stamboel II, dan ALAT-ALAT MUSIK
Stamboel III dengan standar lagu panjang Dalam bentuknya yang paling awal,
16 birama. Contoh lagu Stb I Potong Padi, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti
Stb I Nina Bobo, Stb I Soleram, dsb.; biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga
contoh lagu Stb II JaliJali, Stb II Si Jampang, kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam
dlsb.; dan contoh lagu Stb III Kemayoran ini masih dipakai oleh keroncong Tugu,
(hanya ini yang ada). bentuk keroncong yang masih dimainkan
Keroncong abadi (1920 - 1959) oleh komunitas keturunan budak Portugis
berlangsung sejak setelah Perang Dunia I dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu,
1914-1918 (sekitar tahun 1920) hingga Jakarta Utara.
setelah Kemerdekaan (1959). Pada waktu

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 48 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Pem-"pribumi"-an keroncong terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta


menjadikannya seni campuran, dengan alat- adaptasi.
alat musik seperti sitar India, rebab, suling Dahulu sebelum Perang Dunia I (1910),
bambu, gendang, kenong, dan saron sebagai musik keroncong dikenal dengan nama
satu set gamelan gong. Stambul, diambil dari Komedi Stambul
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam Keliling yang menyuguhkan lagu-lagu
orkes keroncong mencakup: keroncong. Adapun jenisnya adalah:
- ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan - Keroncong asli
nadanya adalah G, B dan E;
- ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan Keroncong asli memiliki bentuk lagu A
nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika - B - C. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4
alat musik lainnya memainkan tangga birama = 32 birama, yang dibuka dengan
nada C, cak bermain pada tangga nada prelude 4 birama yang dimainkan secara
F (dikenal dengan sebutan in F); instrumental, kemudian disisipi interlude
standar sebanyak 4 birama yang dimainkan
- gitar akustik (Ukulele dan Gitar secara instrumental juga.
menggantikan Sitar);
- biola (menggantikan Rebab); - Langgam Keroncong
- flute (menggantikan Suling Bambu); Bentuk lagu langgam ada dua versi.
- selo; Yang pertama A - A - B - A dengan
pengulangan dari bagian A kedua seperti
- kontrabas (menggantikan gong) lagu standar pop: Verse A - Verse A -
Penjaga irama dipegang oleh ukulele Bridge B - Verse A, panjang 32 birama.
dan bas. Gitar dan selo mengatur peralihan Beda sedikit pada versi kedua, yakni
akord. Biola berfungsi sebagai penuntun pengulangannya langsung pada bagian B.
melodi, sekaligus hiasan/ornamen. Flute Meski sudah memiliki bentuk baku, namun
mengisi hiasan, yang melayang-layang pada perkembangannya irama ini lebih
mengisi ruang melodi yang kosong. Bentuk bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa
keroncong yang dicampur dengan musik Hetty Koes Endang misalnya, dia sering
populer sekarang menggunakan organ serta merekam lagu-lagu non keroncong dan
synthesizer untuk mengiringi lagu langgam menggunakan irama yang sama,
keroncong. dan kebanyakan tetap dinamakan langgam.

JENIS-JENIS KERONCONG - Stambul Keroncong

Musik keroncong lebih condong pada Stambul merupakan jenis keroncong


progresi akord dan jenis alat yang yang namanya diambil dari bentuk
digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 sandiwara yang dikenal pada akhir abad
telah dikenal paling tidak tiga macam ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di
keroncong, yang dapat dikenali dari pola Indonesia (Komedi Stambul). Nama
progresi akordnya. Bagi pemusik yang "Stambul" diambil dari Istambul di Turki.
sudah memahami alurnya, mengiringi lagu- Stambul memiliki tiga tipe progresi akord
lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, yang masing-masing disebut sebagai
sebab cukup menyesuaikan pola yang Stambul I, Stambul II dan Stambul III.
berlaku. Pengembangan dilakukan dengan
menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu,

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 49

- Stambul I, misalnya: St I Potong Padi, 3.3.8.3. MUSIK LAIN


St I Nina Bobo, dlsb. Struktur Stambul I
bebas tapi umumnya 16 birama Di Jawa di samping musik karawitan
dan musik keroncong ada beberapa jenis
- Stambul II, misalnya: St II Si Jampang,
musik lainnya yang populer antara lain
St II Jali-jali. Struktur Stambul II (16
musik Angklung yang menggunakan
birama):
instrumen bambu dan musik Rebana yang
- Stambul III, misalnya: St III datang dari Timur Tengah bersama agama
Kemayoran. Struktur Stambul III (16 Islam. Ada juga musik sederhana seperti
birama). Kothekan Lesung yang biasa dimainkan di
desa sambil menumbuk.
TOKOH KERONCONG

Salah satu tokoh Indonesia yang


memiliki kontribusi cukup besar dalam
membesarkan musik keroncong adalah
bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta
(Solo) ini bahkan mendapatkan santunan
setiap tahun dari pemerintah Jepang karena
berhasil memperkenalkan musik keroncong
di sana. Salah satu lagunya yang paling
terkenal adalah Bengawan Solo. Lantaran
pengabdiannya itulah, Gesang dijuluki
"Buaya Keroncong" oleh insan keroncong
Indonesia, sebutan untuk pakar musik
keroncong. Tokoh lain adalah Waljinah
yang terkenal sebagai si Walang Kekek.

Kothekan Lesung, jenis musik yang menggunakan lesung


sebagai instrumennya (Foto: Suhadi Hadiwinoto)

3.3.9. TARI

3.3.9.1. TARI SEBAGAI


KEBUDAYAAN
Olah tubuh terbentuk secara kultural.
Cara kita duduk, berjalan, berbaring
Waljinah, salah satu tokoh keroncong Indonesia (Foto: mengikuti pola kebiasaan dan lingkungan
Suhadi Hadiwinoto)
alam yang ada di sekitar kita. Misalnya,

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 50 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

kebiasaan duduk dengan cara berjongkok setelah tarian istana boleh dipelajari dan
dimiliki oleh masyarakat dari daerah ditarikan di luar tembok keraton, kini
tertentu yang tidak pernah dikenal oleh bedaya ditarikan oleh siapa saja yang
masyarakat di daerah lain. mempunyai keterampilan menari bedaya.
Dalam tari, tubuh merupakan media Diyakini, bedaya diciptakan oleh Sultan
untuk menari, seperti halnya kanvas Agung, raja Mataram terdahulu. Tari puteri
merupakan media dalam seni lukis, gamelan di keraton selain bedaya adalah srimpi,
dalam karawitan, dan mobil/sepeda motor umumnya ditarikan oleh empat penari puteri.
bagi seorang pembalap. Melalui tubuh, tari Srimpi paling sering dipertunjukkan ketika
bisa menceritakan atau mengungkapkan ada kerabat keraton yang menyelenggarakan
suatu keadaan sosial masyarakat, juga bisa pesta pernikahan.
merupakan ekspresi diri si penari itu sendiri.
Ekspresi diri ini tidak terlepas dari konteks
sosial budaya masyarakat pendukung seni
tarinya. Di Yogyakarta, terutama di desa-
desa, ada tari yang dipentaskan untuk
upacara kesuburan tanah pertanian, yaitu
tari Tayub. Dengan mementaskan Tayub,
masyarakat yakin atau memohon kepada
Tuhan bahwa alam tanah pertanian mereka
akan menjadi lebih subur sehingga panen
berhasil. Jenis tarian yang berkaitan dengan
kesuburan, tidak hanya dipentaskan di desa-
desa di Yogyakarta, tetapi juga di
istana/keraton. Srimpi Anglir Mendhung
Bedaya Harjunawijaya dipentaskan pada saat Tingalan
adalah salah satu contoh tarian meminta Dalem Sultan HB X di Kesultanan Yogyakarta, April
turunnya hujan. 2010 (Foto: Anastasia Melati )

3.3.9.2. FUNGSI TARI

Secara sosial, tari bukan semata-mata


pentas di atas panggung. Oleh karena itu,
tari bukan sektor yang menyendiri, tetapi
terkait dengan seni yang lain. Dalam
kaitannya dengan seni lain, tari memiliki
berbagai fungsi yang terkait dengan lingkup
sosial di tempat tari berada.
Di keraton, ada tari yang khusus
ditampilkan pada ritual tertentu. Pada hari
Jumenengan (hari penobatan raja) dan Pertunjukan Srimpi Dhempel di Paku Alaman Yogyakarta
(Foto: Anastasia Melati )
Tingalan Dalem (ulang tahun raja) biasanya
dihadirkan tari bedaya, yaitu tari yang
dibawakan oleh seluruhnya penari puteri Selain bedaya dan srimpi, di keraton
yang umumnya berjumlah Sembilan, meski juga ada tari yang disebut Beksan Lawung.
ada juga yang berjumlah tujuh atau delapan Beksan Lawung ditarikan oleh 16 penari
penari puteri. Dulu, bedaya ditarikan oleh putera. Beksan ini menampilkan kegagahan
puteri raja atau kerabat keraton. Kemudian, laki-laki dalam mengolah diri untuk

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 51

berperang. Dalam menarikan Beksan Di luar keraton, selain tari Tayub seperti
Lawung, penari memainkan senjata yang yang sudah disebutkan di atas, ada tari yang
1
disebut watang atau tombak . Gerakan berfungsi untuk ritual di pedesaan, yaitu
dalam memainkan watang ini disebut untuk bersih desa. Bersih desa adalah
dengan watangan. Memang Beksan Lawung upacara membersihkan segala aliran air,
pertama kali ditarikan oleh kelompok baik yang dibutuhkan untuk mengairi sawah
2 maupun untuk kebutuhan sehari-hari yang
prajurit yang disebut prajurit Nyutra.
disebut dengan Tari Badhut Sinampurna. 4
Tari terkadang tidak bisa lepas sendiri, Sesuai namanya, tarian ini ditarikan oleh
tetapi hadir bersama seni lain, seperti musik, penari yang berias seperti badut, yaitu bedak
teater, dan sastra. Ini tampak pada yang tebal, bahkan dalam badut ini
pertunjukan Wayang Wong (Wayang cenderung belepotan. Dalam
Orang). Di Kesultanan Yogyakarta, Wayang pementasannya, badut sering menggunakan
Wong digunakan sebagai upacara lelucon sekaligus melakukan upacara ritus
3
kenegaraan. Wayang Wong ini pada awal- bersih desa. Cerita yang diambil dalam
nya bagi Mangkubumi, pendiri Kesultanan upacara bersih desa ini adalah cerita
Yogyakarta, dianggap sebagai pusaka, Murwakala, yaitu cerita yang biasanya
sebuah warisan suci. Pertunjukan Wayang digunakan dalam upacara ruwatan.
Wong dikaitkan dengan tuntutan Pangeran
Mangkubumi sebagai penguasa yang sah
dari Mataram.

Tari Gambyong dalam Pembukaan Pertunjukan Ketoprak


Tobong di Bantul, Mei 2010 (Foto: Anastasia Melati )

Pertunjukan Wayang Wong dengan lakon Jitapsara di Selain untuk ritual, tari juga dikenal
Taman Budaya Yogyakarta (Foto: Anastasia Melati )
dalam fungsinya sebagai hiburan bagi
masyarakat. Tari Jathilan, Dolalak, Angguk,
1
Y. Sumandiyo Hadi, Pasang Surut Tari Gambyong merupakan contoh tari yang
Klasik Gaya Yogyakarta: Pembentukan- biasa difungsikan sebagai hiburan. Tari ini
Perkembangan-Mobilitas, Yogyakarta: biasanya dipentaskan di mana saja, di
Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, 2001,
hlm. 63.
2 4
Ibid., hlm. 31 Badhut Sinampurna sebagai Wahana
3
R.M. Soedarsono, Wayang Wong: Drama Ruwatan di Desa Ploso Kecamatan
Tari Ritual Kenegaraan di Keraton Tegalombo Kabupaten Pacitan, Skripsi pada
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada Jurusan Tari, Institut Seni Indonesia
University Press, 1990, hlm. 93 Yogyakarta, 1996, hlm. 16

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 52 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

tempat orang membutuhkan hiburan, memperhatikan pola lantai yang telah


misalnya di acara pembukaan suatu acara, disepakati bersama.
penyambutan tamu, dan peresmian gedung
baru. Sebagai hiburan, tari yang ditampilkan
biasanya dalam suasana ringan, penuh
kegembiraan. Tari juga bisa hadir secara
menumpang sebagai acara pembukaan
atau selingan pertunjukan, misalnya dalam
pertunjukan ketoprak.
Tari juga dapat dipentaskan untuk media
apresiasi. Tari kontemporer banyak
mengambil peran dalam fungsinya sebagai
media apresiasi ini. Sebagai apresiasi, dalam
melihat tari penonton dimaksudkan dapat
mengamati tari secara lebih intens. Biasanya,
yang menjadi perhatian saat melihat tari
adalah sikap tari yang berkaitan dengan
sikap tubuh, gerak sebagai esensi tari, dan
komposisi tari atau pola lantai. Sikap tubuh
mencakup sikap kaki, kepala, tangan, dan
wajah. Dari sikap ini, karakter suatu gaya
tari bisa terlihat, apakah itu gaya tari jawa,
Minang, atau Bali, atau lainnya. Gerak
dalam tari pada dasarnya adalah
perpindahan dari satu titik ke titik lain atau
perubahan bentuk dari satu bentuk ke
5
bentuk yang lain . Seperti halnya wajah,
gerak dalam tari juga merupakan ekspresi. Menari sendiri lebih leluasa dalam mengatur pola lantai
Ekspresi wajah umumnya memperkuat dan ekspresi, dalam World Dance Day 2010 di Solo (Foto:
Anastasia Melati )
maksud gerakan yang menimbulkan
sensasi-sensasi perasaan bagi penonton.
Namun demikian, gerak dalam tari tidak
selalu mempunyai makna tertentu, ada yang
semata menampilkan keindahan gerak itu
sendiri. Pola lantai diartikan sebagai titik-
titik di mana penari menari yang
membentuk suatu pola. Pola lantai untuk
tari tunggal lebih memiliki keleluasaan
gerak dan ekspresi individu dibandingkan
dengan pola lantai pada tari kelompok. Pada
tari kelompok, masing-masing penari harus

5 Tari kelompok membutuhkan kerjasama satu sama lain,


I Wayan Dibia, FX Widaryanto, Endo
dalam World Dance Day 2010 di Solo (Foto: Anastasia Melati )
Suanda, Tari Komunal. Jakarta: Lembaga
Pendidikan Seni Nusantara, 2002

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 53

3.3.9.3. BENTUK PENYAJIAN TARI

Dalam menyajikan tari, terdapat


beberapa komponen yang biasanya tak luput
dari perhatian, yaitu: rias dan busana,
properti atau kelengkapan, musik, dan
jumlah penari.
Rias dan busana erat kaitannya dengan
tari yang dibawakan. Rias dan busana pada
tari tidak hanya menampilkan kemeriahan
atau glamour, melainkan juga memiliki
makna lain.
Kain yang disepak menimbulkan gerakan tersendiri (Foto:
Anastasia Melati )

Tata rias dan busana yang rumit dalam Bedaya memiliki


makna tertentu yang berkaitan dengan pengantin atau
kesuburan (Foto: Anastasia Melati ) Kain panjang sebagai properti digunakan untuk
memperkuat karakter Dewi Uma, Resital Tari ISI
Yogyakarta (Foto: Anastasia Melati )
Yang dimaksud properti dalam tari
adalah suatu alat yang digunakan dalam
menari. Properti ini bisa berupa alat, bisa
pula bagian dari busana. Kain panjang pada
busana tari puteri dalam tari Jawa yang
tergelar di lantai disepak-sepak untuk
menimbulkan gerakan tersendiri.
Musik dalam tari hampir selalu ada.
Nama musik bisa menjadi nama tari,
khususnya dalam tari yang ada di keraton,
seperti Srimpi Anglir Mendhung untuk
menandai bahwa musik yang digunakan
adalah musik atau karawitan Anglir
Mendhung.
Properti sandsack untuk pementasan tari di Utan Kayu
Jakarta (Foto: Anastasia Melati )

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 54 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Jumlah penari biasanya dibagi dalam


tunggal, pasanan, dan kelompok. Tari
tunggal ditarikan oleh satu orang penari,
misalnya Tari Golek dan Tari Gambyong.
Dengan menari sendirian, penari memiliki
keleluasaan gerak karena tidak perlu
menyesuaikan dengan penari lain. Meski
disebut tari tunggal, tari tersebut bisa
ditarikan oleh lebih dari satu penari, bahkan
bisa sebanyak-banyaknya. Gambyong
pernah ditarikan oleh seribu penari di Solo.

Tari Pasangan Menak Kakung Umarmaya Jayengpati


dalam pesta pernikahan (Foto: Anastasia Melati )

Tari kelompok dalam salah satu karya resital tari di ISI


Yogyakarta (Foto: Anastasia Melati )

Tari Tunggal Dipentaskan di Lembaga Indonesia Prancis


Yogyakarta (Foto: Anastasia Melati )

Tari pasangan adalah tarian yang


dilakukan oleh dua penari, baik berlawanan
jenis (laki-laki dan perempuan) maupun
sejenis (sesama laki-laki atau sesama
6
perempuan) berdasarkan tema.

6
Tari kelompok yang dipentaskan di Utan Kayu, Jakarta
I Wayan Dibia, FX Widaryanto, Endo (Foto: Fitri )

Suanda, Tari Komunal. Jakarta: Lembaga


Pendidikan Seni Nusantara, 2002, hlm. 103

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 55

Tari kelompok adalah tari yang pementasan Tayub. Ketika Gambyong akan
dimainkan oleh lebih dari dua penari. dimasukkan ke keraton, gerakannya
Biasanya gerakan yang dilakukan lebih diperhalus dengan maksud untuk
sederhana daripada tari tunggal karena disesuaikan dengan kaidah-kaidah keraton.
diperlukan kekompakan. Tari kelompok
adapula yang mempunyai tema, misalnya
sendratari (seni drama dan tari) dan wayang 3.3.10. TEATER TRADISIONAL
7
wong. Jauh sebelum teater dan seni peran
modern masuk ke Indonesia, Nusantara
telah mengenal apa yang disebut sebagai
3.3.9.4. PERUBAHAN TARI teater tradisi. Berbeda dengan teater barat
modern, teater tradisi memiliki kurang lebih
Tari bisa berubah sesuai dengan tempat,
ciri-ciri sebagai berikut:
zaman, dan konteks sosialnya. Pendidikan,
baik formal maupun non formal juga bisa 1. Pemakaian bahasa daerah sebagai
punya andil dalam perubahan tari. medium dialog dan narasinya.
Munculnya institusi pendidikan seperti ISI 2. Bahan cerita biasanya diambil dari
(Institut Seni Indonesia), SMKI (Sekolah cerita-cerita panji, babad, wayang
Menengah Karawitan Indonesia) dan (Mahabharata dan Ramayana), dan juga
sanggar-sanggar tari seperti Padepokan hikayat-hikayat klasik seperti Cerita
Bagong Kussudiardja, Suryo Kencono, dan 1001 Malam, dan lain-lain-nya.
Kembang Sore membuat tari mengalami
perubahan yang terus-menerus sekaligus 3. Dengan sumber cerita seperti di atas,
menyebar. maka fokus cerita berpusat pada
kehidupan sekitar konflik istana/
Perubahan politik sosial juga ikut kerajaan. Hal ini tercermin dari properti
mempengaruhi perubahan tari. Tari Dolalak yang ditampilkan dan busana yang
contohnya. Awalnya, Dolalak menggunakan dikenakan.
busana berupa celana yang sangat pendek
yang biasa disebut dengan short. Ketika 4. Meski demikian, dan mungkin karena
masa-masa awal reformasi tiba, pemuka- alur cerita itu sudah dihapal oleh para
pemuka agama merasa keberatan dengan pemainnya, tidak ada naskah tertulis
busana tersebut sehingga celana Dolalak yang mesti dihapalkan.
diperpanjang sampai selutut. Ketika salah 5. Pada awal permainan, para tokoh dan
satu organisasi Islam di Yogyakarta ingin peran yang akan dimainkan kadang
mementaskan Dolalak, perubahan busana diperkenalkan terlebih dahulu satu
makin tampak dengan dikenakannya celana persatu.
panjang dan jilbab.
6. Ada selingan yang diisi dengan guyonan
Perubahan dalam gaya tari itu sendiri atau lawakan yang kadang terkait tapi
juga pernah terjadi pada Tari Gambyong kadang juga tidak dengan lakon yang
yang disebabkan oleh interaksi pusat ditampilkan.
(keraton) dan daerah pinggiran (desa). Tari
Tidak seluruh ciri seperti tersebut di atas
Gambyong berasal dari desa yang biasanya
ada di dalam teater tradisi. Tapi bisa
dipentaskan untuk pembuka pada
dipastikan dua hingga tiga ciri tersebut ada
di setiap teater tradisi. Setiap daerah
7 memiliki teater tradisinya sendiri, dengan
Ibid. hlm. 106
kekhasannya masing-masing seperti

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 56 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Mamanda di Kalimantan Selatan dan Timur, wayang kulit yang menggunakan boneka
Lenong di kawasan Betawi/Jakarta, Mendu kulit kerbau yang digerakkan oleh seorang
di Riau, dan lain-lainnya. dalang. Penari dalam wayang orang
memakai pakaian yang sama seperti hiasan-
hiasan pada wayang kulit. Bentuk muka jika
dilihat dari samping juga diusahakan mirip
dengan yang tampak pada wayang kulit.

Diduga usia wayang kulit lebih tua


daripada wayang orang yang berkembang
kemudian. Karena banyak persamaannya,
pembaca dipersilahkan menyimak uraian
tentang wayang kulit. Dahulu wayang kulit
selalu disajikan semalam suntuk, tetapi
wayang orang disajikan dalam beberapa jam
saja. Suasana spiritual sering lebih terasa
Teater Mamanda salah satu teater tradisi yang ada di kental pada pagelaran wayang kulit yang
Kalimantan Selatan/Timur (Foto: Hairus Salim HS)
menyajikan simbol-simbol, dibandingkan
dengan wayang orang yang sudah tampil
nyata.

3.3.10.2. KETOPRAK

Ketoprak merupakan bentuk teater


tradisional yang lebih merakyat dengan
gerak dan dialog yang lebih bebas. Ketoprak
menyajikan lakon-lakon dari babad kerajaan
Islam atau lakon-lakon versi baru.
Dialognya banyak diselingi lelucon dan
mudah ditangkap masyarakat awam. Ada
juga yang ceritanya didominasi humor
Soreng, sejenis teater tari di kawasan Pakis, Magelang
(Foto: Hairus Salim HS) sehingga disebut Ketoprak Humor.
Belakangan ini ketoprak sering
menyertakan beberapa orang aktris atau
3.3.10.1. WAYANG ORANG aktor film dan sinetron di antara para
pemainnya. Kadang-kadang beberapa orang
Wayang Wong (Bahasa Jawa) atau
pejabat juga bermain ketoprak untuk lebih
Wayang Orang adalah salah satu bentuk
mempopulerkan teater tradisional ini. Sering
teater tradisional dimana para pemainnya
juga ketoprak dipentaskan di panggung
menarikan perannya dan mengucapkan
studio radio dimana penonton di studio
dialog secara langsung. Ini berbeda dengan
menikmatinya secara visual, sementara
sendratari dimana para pemain tidak
pendengar radio menikmati siaran audionya
mengucapkan dialog tetapi lebih
saja.
menekankan pada gerak tubuhnya saja.
Wayang Orang biasanya menyajikan lakon- Ketoprak kini mulai populer lagi karena
lakon dari Mahabarata atau Ramayana. lebih komunikatif dengan para penontonnya.
Ketoprak juga relatif lebih mudah
Wayang Orang dimainkan oleh penari
dimainkan oleh mereka yang ingin berperan
manusia sebagai pemeran, berbeda dengan

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 57

serta. Ketoprak dapat dikembangkan falsafah yang dalam mengenai hakekat


menjadi sarana untuk mengkomunikasikan kehidupan manusia.
gagasan baru di kalangan masyarakat Sebetulnya asal kata wayang berawal
dewasa maupun di antara anak-anak. Di dari kata bayangan yang terlekat pada
sekolah, ketoprak juga dapat dipakai untuk wayang kulit. Dalam wayang kulit tokoh-
latihan ekspresi dan apresiasi seni. tokoh lakonnya ditampilkan dalam bentuk
lembaran kulit yang diperagakan dan disorot
3.3.10.3. LUDRUK
pada layar sehingga menimbulkan bayang-
Di Jawa Timur masyarakat sangat bayang yang mewakili kehidupan kita.
menyukai ludruk. Ludruk menyajikan cerita Wayang golek, wayang beber, wayang
tentang kehidupan rakyat sehari-hari, klithik, dan wayang potehi tidak
ditampilkan dalam lelucon yang sangat menggunakan bayang-bayang, tetapi
padat. Bagi orang dari luar Jawa Timur, masyarakat menyebutnya sebagai wayang
mendengar logat pembicaraannya saja karena dianggap sejenis dengan wayang
sudah lucu, apalagi kalau menyimak isi kulit yang disajikan sebagai teater boneka.
pembicaraannya. Ludruk benar-benar Bentuk masing-masing merupakan stilisasi
merupakan teater rakyat yang sangat hidup. dari bentuk manusia yang dikembangkan
Ludruk harus tetap dipopulerkan agar tetap menurut kebutuhan artistik filosofis
lestari. pembuatnya: seperti sebuah bayangan yang
hidup
Untuk meningkatkan kesadaran tentang
warisan budaya takbenda, dan mendorong
masyarakat setempat agar ikut melestarikan
wayang beserta tokoh-tokoh lokal yang
memelihara bentuk-bentuk ekspresi budaya
wayang tersebut, Pemerintah Indonesia
(dalam hal ini Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata) mengajukan Wayang
Indonesia untuk diproklamirkan sebagai
Karya Agung Budaya Lisan dan Takbenda
Warisan Manusia (Masterpieces of the Oral
Episode dagelan dalam pentas ketoprak di Dlinggo, and Intangible Heritage of Humanity) oleh
Bantul (Foto: Hairus Salim HS) UNESCO.
Pada tahun 2003, Wayang Indonesia
3.3.11. TEATER BONEKA telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai
Berbeda dengan teater biasa yang Karya Agung Budaya Lisan dan Takbenda
dipentaskan dengan aktor manusia dalam Warisan Manusia, dan pada tahun 2008
ukuran normal, maka pentas teater boneka Wayang Indonesia tercantum dalam Daftar
menggunakan boneka kecil yang digerakkan Representatif Warisan Budaya Takbenda
oleh seorang (atau lebih) dalang. Di Jawa Manusia UNESCO (Representative List of
pertunjukan wayang kulit sudah terkenal the Intangible Cultural Heritage of
sejak dahulu. Wayang kulit bukanlah Humanity).
pertunjukan boneka sederhana untuk anak- Membicarakan wayang itu sama artinya
anak. Wayang kulit membawa pesan-pesan membicarakan tentang keseluruhan
kebudayaan itu sendiri. Dengan kata lain,

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 58 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

pembahasan tentang wayang hampir tanpa oleh ikatan-ikatan keakraban yang kuat,
batas, karena wayang terdiri dari semua kecintaan, juga kemasygulan.
aspek kebudayaan. Dalam artian yang paling luas kata
wayang menjadi berarti sebuah pertunjukan
dramatik, sebuah drama, sebuah tontonan,
dengan lakonnya berupa boneka atau
manusia. Bila digunakan sendiri, dengan
demikian kata wayang berarti sebuah
boneka bayangan atau drama bayangan;
dalam penandaan sebuah pertunjukan yang
lain, istilah kualifikasi yang kedua selalu
mengikuti, seperti contohnya, wayang wong,
sebuah pertunjukan (drama tari) yang
dipertunjukkan oleh manusia, yaitu dengan
aktor-aktor hidup.

3.3.11.1. WAYANG KULIT

SEJARAH
Bagaimana dan kapan wayang kulit
mulai berkembang di Indonesia, tentu sulit
dipastikan. Namun begitu sejarawan Claire
Holt konon menemukan catatan tertua yang
Wayang Potehi (Foto: Shinta Carolina) menguatkan kehadiran pertunjukan wayang
di Jawa Tengah berasal dari tahun 907
Masehi. Sebuah prasasti batu yang
Oleh karena itu, tepat jika untuk
dikeluarkan oleh Raja Balitung menyebut
menerangkan ketidakmampuan kita dalam
mawayang, yang artinya kira-kira
mengatasi sasaran ini keseluruhannya, kita
pertunjukan wayang. Nama dari cerita yang
perlu meminjam kata-kata yang kerap
dipertunjukkan adalah Bimmaya Kumara,
disulukkan oleh sang dalang pada saat
yang barangkali sebuah cerita tentang Bima,
hendak mengakhiri pagelaran: Untuk
pahlawan dari Mahabharata.
meringkasnya, satu malam tak cukup.
Karakterisasi tidaklah selesai dan ada begitu Prasasti tersebut menyatakan bahwa
banyak tirai. Maka dari itu kita putus pertunjukan diselenggarakan bagi para
penyajian ini. dewa. Prasasti juga menunjukkan bahwa
pada awal abad ke-10 satu bentuk wayang
Wayang kulit adalah legenda seni
bersama-sama dengan tari, musik, nyanyian,
pertunjukan tradisional Jawa karena
dan lawakan serta kisah Ramayana dan
merupakan kembaran budaya yang
Mahabharata telah menjadi bagian dari
mempertontonkan realitas kehidupan. Dunia
perayaan-perayaan ritual yang
wayang yang dihuni oleh dewa-dewa, raja-
diselenggarakan oleh raja-raja. Mungkin
raja dan pangeran (yang mulia maupun yang
pertunjukan wayang pada masa Raja
buruk), putri-putri cantik, begawan, para
Balitung bukanlah hal baru, tetapi untuk
guru, abdi dan kurcaci, setan, raksasa,
menunjukkan kapan awal keberadaan
makhluk menakutkan, semuanya merupa-
wayang belum ada cara untuk memastikan.
kan cermin budaya Jawa yang dihimpun

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 59

BENTUK DAN ISI beberapa wayang lain yang terkait dengan


sejarah raja-raja Jawa dan sejarah
Menurut isi lakon yang dipertunjukkan,
perjuangan yang lebih baru, antara lain:
wayang kulit Jawa dibagi menjadi:
Wayang Kuluk, Wayang Dupara, Wayang
Wahana, Wayang Jawa, Wayang Kancil,
a) Wayang purwa (purwa, artinya yang Wayang Perjuangan, Wayang Suluh,
mula-mula, atau kuna) Wayang Pancasila, Wayang Adam-Marifat,
dan lain lain.
Menurut Claire Holt, lakon pada masa
awal kedatangan wayang ini diambil dari
empat kelompok mitos yaitu (1) Mitos
Prasejarah yang didasarkan pada sebagian di
Adiparwa dan sebagian lagi pada mitologi
Indonesia kuna (2) Mitos Arjuna Sastra Bau,
yaitu mengenai asal-usul beberapa tokoh
penting dari Ramayana, dan di dalamnya
lewat tokoh Kresna hubungan antara
Ramayana dan Mahabharata ditentukan.(3)
Ramayana sendiri, (4) Cerita tentang
Pandawa dan Kurawa seperti yang
dihubungkan di dalam Mahabharata. Wayang Kulit (Foto: Suhadi Hadiwinoto)

b) Wayang gedhog PENAMPILAN KARAKTER


BONEKA WAYANG
Belum diketahui, apa arti kata gedhog
itu. Lakon diambil dari cerita-cerita yang Wayang adalah dunia yang stabil
didasarkan pada legenda Panji. Bentuk- berdasarkan konflik, pertentangan yang baik
bentuk boneka kulitnya berbeda dengan dan buruk. Gelap dan terang, kanan dan kiri,
wayang purwa dalam, terutama hiasan positif dan negatif dirasakan sebagai
penutup kepala. Jenis wayang ini populer di pelengkap yang tak mungkin tiada dalam
Jawa Timur. wayang. Kanan (tengen) dan kiri (kiwa)
adalah yang menjadikan dunia wayang
hidup. Kedua makhluk yang termasuk
c) Wayang madya pada dunia kanan dan dunia kiri disusun
Arti harfiahnya madya adalah tengah. secara hierarki berdasarkan:
Lakon-lakon yang dipentaskan didasarkan (a) fungsi/status dalam masyarakat
pada syair Wiracarita abad ke-19 dari (misalnya, para pangeran, guru,
penyair Ranggawarsita, yang terkenal komandan militer); dan
dengan kitab yang ditulisnya: Kalatida, juga
(b) sifat-sifat temperamental yang khas.
Jayabaya. Wayang ini terbatas pada istana
Mangkunagara, Surakarta. Namun sekarang Bentuk dan karakter boneka-boneka
wayang madya jarang dipertunjukkan. wayang menandai secara lahiriah peranan
fungsional, status hierarki, temperamen,
serta kadang-kadang juga usia, keadaan, dan
d) Wayang yang lain suasana hati kesatria. Satu kelompok di luar
Di samping ketiga jenis wayang kulit itu adalah para abdi dalem, kurcaci.
yang sudah disebutkan di samping, ada

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 60 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Satu set penuh dari wayang bisa ketenangan. Sebaliknya merah menandai
mencakup sebanyak 300 hingga 400 boneka. nafsu-nafsu yang tak terkendali, serta
Selain kayon (gunungan), figur terbesar keinginan-keinginan.
adalah para raksasa (misalnya, Kumbakarna Emas memiliki fungsi keindahan (dari
dari Ramayana) yang menakutkan. Yang kesatria), status kerajaan atau kepangeranan,
paling kecil adalah beberapa dewa tinggi kebesaran, Putih dikatakan menandai
serta wanita. keturunan bangsawan, muda serta
Ukuran bukanlah tanda kebesaran, tetapi ketampanannya juga. Beberapa orang
lebih pada kekuatan fisik atau keraksasaan, mengatakan bahwa makhluk dengan wajah
kekasaran, serta nafsu yang tak terkendali biru adalah pengecut. Beberapa wayang
sebagai yang dipertentangkan dengan memiliki wajah putih; tetapi warna-warna
penguasaan diri. Sebagian besar figur besar wajah yang lazim adalah hitam, merah dan
berada di sisi kiri, sementara sosok pihak emas.
kanan relatif lebih kecil ukurannya, dengan Peran serta status kesatria tergambar
perkecualian-perkecualian penting pada pada busana dan hiasan kepalanya. Yang
kedua pihak. berambut sederhana, tanpa hiasan biasanya
Pada figur wayang, setiap ciri akan untuk tokoh abdi dalem. Sedangkan hiasan
dihubungkan dengan keistimewaan- mahkota-mahkota yang megah tentu untuk
keistimewaan karakter yang penuh arti. beberapa raja tinggi, putri raja, dan dewa-
Salah satunya adalah wajah, terutama dewa tertentu.
bentuk mata dan hidung. Mata dan hidung Seorang pendeta dapat dikenal dari
memiliki variasi-variasi yang rumit dan sorbannya yang seperti sangka; seorang
penuh arti bagi tokoh-tokohnya. Selain itu, adipati kerajaan dari mahkotanya yang
ada sedikitnya selusin bentuk mulut serta seperti helm; para anggota keluarga
moncong untuk memberi keragaman Pendawa dari gaya rambut mereka yang
berekspresi. menjulang berbentuk gulungan di belakang.
Variabel yang lain adalah postur kepala, Para dewa serta para pendeta suci
yang juga menandai kecenderungan digambarkan mengenakan jubah panjang
temperamental. Kepala yang ditundukkan serta sepatu dengan ujung lancip mencuat.
(tumungkul) menandai bahwa kesatria itu Disamping itu ada perhiasan termasuk
sabar, penuh tanggung jawab (mungkul), cincin, gelang lengan, gelang pergelangan
serta tak mudah gentar (sareh). Lawannya, kaki, kalung dan atribut lainnya juga
kepala yang mendongak (langak) adalah menunjukkan status dan sifat sang tokoh.
potret ketidaksabaran, keagresifan, serta Atribut-atribut ini diberikan hanya kepada
keserakahan. Posisi menengah, lurus figur-figur yang diperkirakan memiliki
(longok) mencirikan tokoh yang lebih netral anugerah Ilahi tertentu atau ketampanan.
dari keragaman corak.
Perangkat yang lain adalah warna.
Secara dasar warna yang digunakan adalah DALANG DAN WAYANGNYA
hitam, putih, emas, dan merah. Perbedaan- Dalang adalah kekuatan sentral dari
perbedaan dari itu merupakan variasi sesuai dunia wayang. Ia juru cerita utama,
kebutuhan. Meski kini penggunaan warna konduktor, dan produser. Ia membawa
mungkin menjadi lebih bebas, namun masih penontonnya menuju ke wilayah-wilayah
ada konsensus penting tentang maknanya. cerita kuno dengan bunyi suluk-nya yang
Hitam dimaksudkan sebagai kematangan, indah. Ia menghidupkan boneka-boneka di
kedewasaan, kebajikan, termasuk tangannya, membuat mereka mencari,

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 61

berkelana, susah, gembira, serta berbicara Seringkali pengetahuan spiritual di sini


bagi masing-masing boneka dengan warna tidak mengacu pada agama, tetapi pada
nada serta tekanan yang selalu berubah. kekuatan magis (kesaktian).
Seni mendalang menuntut pengetahuan h) Sabetan (teknik memainkan boneka
yang banyak, ketrampilan yang tinggi, serta wayang): seorang dalang harus menguasai
disiplin yang besar. Cara pewarisannya teknik permainan wayang
yang dahulu disampaikan dari ayah ke anak Dengan kualifikasi demikian,
dan dari maestro ke cantrik, sekarang telah lengkaplah bahwa seorang dalang harus
diajarkan di sekolah-sekolah khusus mumpuni segala cabang seni seperti telah
pedalangan di sekolah atau perguruan tinggi disebut di atas. Dalang bisa menjadi seperti
kesenian. Keunggulan sang dalang bisa seorang shaman yang berperan sebagai
ditelisik lewat pengetahuan-pengetahuan pendeta pada ritual yang secara magis
yang mesti dikuasai seperti berikut ini: manjur serta menghibur keduanya. Atau
a) Tambo (sejarah), yaitu pengetahuan seperti seorang sutradara film India yang
tentang cerita-cerita kuna, sejarah para raja, berkemampuan sebagai organisator, kreator,
dan sebagainya. serta konduktor dari pertunjukan dramatik,
b) Gnding (musik): penguasaan dan sekaligus juga sebagai pemain utama.
penjiwaan gending yang benar-benar harus Bahkan sering kali seorang dalang memahat
dikuasai. Cara dan teknik nyanyian, wayang-wayangnya sendiri.
diperlukan untuk suluk dan iringan sebuah Istilah dalang sendiri kerap ditafsirkan
pertunjukan wayang. dalam dua cara. Pertama, yang berarti:
c) Gendhng (bercerita): penguasaan yang berkelana, atau mengisyaratkan
bercerita baik yang dinyanyikan yang seorang pemain yang berkeliling. Kedua,
diiringi oleh musik gamelan (orkes menghubungkan gelar itu dengan konsep-
instrumen-instrumen Jawa) maupun yang konsep kreativitas dan kecerdikan, yang
diucapkan mengikuti bunyi gamelan. mengisyaratkan bahwa dalang adalah
seorang yang memiliki ketrampilan dalam
d) Gndhng (keberanian yang tak penciptaan, juga kebijakan.
memihak): berperilaku seperti seorang yang
tak terusik oleh apapun, tak perlu malu atau Dalang, dengan demikian, merupakan
takut untuk memerankan seperti orang gila. gelar yang memiliki konotasi yang
mengilhami penghormatan. Para dalang
e) Bahasa: penguasaan tingkat-tingkat sangat dihormati oleh komunitasnya.
tutur yang bermacam-macam yang cocok Mereka mendapat sebutan kehormatan Ki
bagi status setiap tokoh wayang. (singkatan bagi Kyahi) yang artinya: Yang
f) Ompak-ompakan (kepandaian Patut Dimuliakan.
berbicara): pernyataan yang dilebih-
lebihkan; dalang harus mampu
3.3.11.2. WAYANG KLITHIK
menggambarkan semua keindahan yang
dicipta dengan kata-kata yang penuh Berbeda dengan wayang kulit, boneka
perasaan dan mengagungkannya di atas pada wayang klithik adalah kayu pipih
realitas namun dengan cara yang cocok bagi dengan tebal kurang dari 1 cm dan terbuat
pewayangan. dari kayu kuido. Wayang kulit tidak
g) Ilmu batin (pengetahuan spiritual): mempunyai tangkai cempurit seperti
mampu menjelaskan esensi dari pengeta- wayang kulit, karena itu ia tidak
huan atau falsafah yang diceritakan. ditancapkan pada pelepah pisang tetapi

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 62 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

ditempatkan pada slanggan kayu yang diberi menampilkan legenda Panji dan cerita Amir
lubang-lubang. Hamzah.
Biasanya satu set wayang klithik terdiri Beberapa ahli memperkirakan wayang
dari sekitar 50 boneka kayu yang diletakkan golek berasal dari Cina dan berkembang di
di sisi kanan dan kiri layar. Boneka wayang pesisir utara sejak abad ke-17. Masyarakat
klithik dibentuk dan diukir dengan Cirebon mengenal wayang golek menak,
sederhana serta dicat sekedarnya. Diatas demikian pula masyarakat Jepara, Tegal dan
layar digantungkan batik selang locan Kebumen mengenal wayang golek dengan
sebagai simbol permohonan selamat kepada cerita Amir Hamzah.
Tuhan YME.
Wayang kulit mengambil lakon
Mahabharata atau Ramayana, tetapi wayang
klithik menyajikan tokoh-tokoh dari
kerajaan Majapahit. Ia menampilkan tokoh
Suhita Kencana Wungu, salah seorang Ratu
Majapahit pada abad ke 14, Anjasmara,
Damarwulan, dan Minakjinggo
Wayang klithik tumbuh mulai abad ke-
17 dan berkembang dalam gaya
Banyuwangi, Tulungagung, dan Yogya-
karta. Berbeda dengan wayang kulit dan
wayang golek yang masih populer, wayang
klithik sekarang jarang dipentaskan. Wayang Golek (Foto: Suhadi Hadiwinoto)
Diharapkan wayang klithik dapat
dipopulerkan kembali.
Di Jawa Barat berkembang wayang
golek purwa dengan cerita Mahabharata dan
3.3.11.3. WAYANG GOLEK Ramayana. Wayang golek purwa sangat
terkenal di Jawa Barat, lebih dikenal dari
Wayang ini dipertunjukkan dengan pada wayanag kulit. Konstruksi wayang
boneka-boneka dari kayu, bentuknya tiga golek sangat ekspresif dalam menirukan
dimensi, dan diberi busana. Di Jawa Tengah gerak dan tari manusia.
menampilkan lakon tentang seorang
pangeran Arab, yaitu Amir Hamzah, yang
petualangan-petualangannya dihubungkan 3.3.11.4. WAYANG BEBER
dengan karya sastra Jawa Serat Menak. Ini
Pada wayang beber, dalang membe-
berbeda dengan di Jawa Barat (Sunda),
berkan gulungan lukisan adegan wayang
tokoh-tokoh wayang golek juga merupakan
satu demi satu sambil bercerita dan
tokoh-tokoh dari Ramayana dan
mendendangkan lagu pengiring. Dalam satu
Mahabharata.
pertunjukan dalang membeberkan beberapa
Di Jawa Barat, wayang golek begitu gulungan gambar yang masing-masing
popular hingga wayang itu lebih diutamakan menceritakan satu babak dalam lakon itu.
di atas wayang kulit. Selain mengangkat Ceritanya bersumber pada cerita Panji.
lakon-lakon berdasarkan kitab Ramayana Sekarang sudah ada inovasi baru yang
dan Mahabharata, wayang golek Sunda juga menampilkan kehidupan rakyat sehari-hari

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 63

Di Solo ada kelompok Wayang Beber karya-karya yang hanya untuk tujuan
Kota yang sejak tahun 2004 menyajikan pemuasan ekspresi pribadi, sementara kriya
wayang beber dalam perspektif kekinian, dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan
menampilkan perubahan dalam masyarakat kemudahan produksi.
dan budaya terutama masalah Lebih jelasnya, ragam seni rupa dapat
perkembangan kota yang terkait dengan dibedakan menjadi sebagai berikut:
keberadaan pusaka budaya. Mereka
mempunyai tiga set gulungan tentang Pasar - Seni rupa murni mencakup seni lukis,
Kumandhang, Lesung Jumengglung, dan patung, seni grafis, seni instalasi, seni
Suluk Banyu. pertunjukan, seni keramik, seni film,
seni koreografi, seni fotografi. Dalam
Salah satu upaya untuk meremajakan buku panduan ini akan dibahas
dan menggairahkan kembali pementasan mengenai seni lukis dan seni patung.
wayang beber adalah dengan menampilkan Jenis lainnya akan dibahas pada
dalang cilik yang membawakan lakon-lakon kesempatan lain.
baru dari kehidupan rakyat biasa sehari-hari.
Jika upaya ini dapat berlanjut diharapkan - Seni kriya mencakup kriya tekstil, kriya
wayang beber dapat bergairah kembali dan keramik, kriya rotan, dan kriya batu.
tampil lestari ke masa depan. Seni kriya akan dibahas dalam sub bab
tersendiri
- Seni desain mencakup arsitektur, desain
interior, desain grafis, desain busana,
desain produk. Karya-karya arsitektur
dari masa lalu kita bahas dalam pusaka
ragawi. Karya desain busana akan
dibahas sub bab seni busana, lainnya
akan dibahas pada kesempatan lain.

A. SENI LUKIS

Tidak banyak catatan tentang seni lukis


tradisional. Pada beberapa gua terlihat karya
manusia purba melukis tapak tangan, ikan,
Wayang Beber (Foto: Suhadi Hadiwinoto) perahu, dan gambaran kehidupannya secara
sederhana. Lukisan di atas kanvas yang jelas
kita lihat adalah karya lukis pada wayang
3.3.12. SENI RUPA beber yang menggunakan beberapa
Seni rupa adalah cabang seni yang gulungan kain terlukis untuk menceritakan
membentuk karya seni dengan media yang babak-babak kehidupan dalam suatu lakon.
bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan Di samping itu pada dinding, tiang, dan
rabaan. Kesan ini diciptakan dengan langit-langit rumah atau istana sering juga
mengolah konsep garis, bidang, bentuk, kita jumpai lukisan atau hiasan. Pada zaman
volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dahulu nama pelukis tidak pernah disebut.
dengan acuan estetika. Seni lukis gaya barat mulai berkembang
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga sejak masa kolonial, dimana beberapa
kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan pelukis Belanda berkunjung ke Indonesia.
desain. Seni rupa murni mengacu kepada Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 64 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

seorang asisten yang cukup beruntung bisa pada wayang dan kerangka keagamaan
mempelajari melukis gaya Eropa yang kemudian mencakup alam dan kehidupan
dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh nyata dengan beberapa teknik dan gaya baru.
kemudian melanjutkan belajar melukis ke Warna tanah yang dominan pada lukisan
Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang lama kemudian mencakup warna lain yang
pelukis Indonesia yang disegani dan lebih beragam.
menjadi pelukis istana di beberapa negera Pelukis menambahkan kedalaman, dan
Eropa. bayangan pada obyeknya. Pelukis muda
Selanjutnya pelukis tidak ingin hanya banyak menggunakan warna cerah dan
menggambarkan romantisme dan keindahan corak grafis yang berani.
alam saja. Mereka ingin menggunakan seni
lukis untuk mengungkapkan keragaman B. SENI PATUNG
perasaan.
Patung adalah karya tiga dimensional
Ekspresionisme ingin lebih menggu- yang menggambarkan manusia, hewan atau
nakan lukisan sebagai alat mengekspresikan apapun. Patung dapat dipahat, diukir,
pandangan dan perasaan pelukisnya. dibentuk, dicetak, atau dibangun. Patung
Impresionisme ingin menangkap dapat dibuat dari kayu, batu, logam, tanah
gambaran suatu obyek yang sekilas tampak liat, dan sebagainya.
oleh pelukisnya. Mereka menggunakan Pada zaman dahulu banyak dibuat
banyak warna yang umumnya terang dan patung batu yang menggambarkan dewa-
bergairah. Pelukis ingin menyatakannya dewa dan unsur penting dalam keagamaan.
dengan warna yang kuat dengan Berbagai patung itu dapat kita lihat di candi-
mengabaikan detailnya. candi dan bangunan purbakala. Di beberapa
Surealisme ingin menampilkan bentuk- daerah banyak dibuat patung kayu dalam
bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. rangka kegiatan keagamaan. Banyak juga
Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk dibuat patung besi, perunggu, kuningan dan
secara keseluruhan kemudian mengolah lain lain.
setiap bagian tertentu dari objek untuk Dalam perkembangan selanjutnya
menghasilkan sensasi tertentu yang bisa patung tidak hanya dibuat dalam hubungan
dirasakan manusia tanpa harus mengerti keagamaan tetapi juga untuk kegunaan lain
bentuk aslinya. dalam kehidupan manusia. Banyak yang
Kubisme adalah aliran yang cenderung dibuat semata-mata sebagai ekpresi seni.
melakukan usaha abstraksi terhadap objek Ada pula yang dibuat dan digunakan
ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk sebagai unsur hiasan dekoratif
mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu Beberapa pematung Indonesia yang
tokoh terkenal dari aliran ini adalah pelukis banyak berkarya antara lain adalah: Edhi
Perancis Pablo Picasso. Sunarso, Gregorius Sidharta, I Nyoman
Gaya para pelukis Indonesia banyak Nuarta, Dolorosa Sinaga dll.
dipengaruhi oleh berbagai perkembangan
itu. Tokoh-tokoh pelukis Indonesia yang
terkenal di masa lalu antara lain adalah: 3.3.13. SENI KRIYA
Sudjojono, Dullah, Affandi, Hendra Kerajinan atau seni kriya adalah
Gunawan, Agus Djaja dll. kegiatan dimana benda pakai dan benda
Di Bali lukisan tradisional berkembang dekoratif dibuat dengan tangan atau dengan
dan bergeser yang semula lebih terpusat alat sederhana. Biasanya istilah ini terkait

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 65

dengan cara tradisional dalam membuat sederhana sampai keahlian yang sangat
barang-barang. Keterampilan perorangan mengagumkan. Kriya sangat terkait dengan
untuk membuat produk itu sangat penting, semangat, ketekunan, keterampilan,
yang erat terkait dengan kebutuhan budaya kegigihan, dedikasi, kreativitas, dan
atau agama. Produk yang dibuat secara keinginan menghasilkan yang terbaik.
masal dengan menggunakan mesin bukan Ketrampilan seorang pengrajin yang
barang kerajinan. telah berpengalaman sangat berharga dan itu
Biasanya yang membedakan kriya dan merupakan pusaka budaya yang sangat
seni adalah tujuan penggunaannya. Produk berharga. Sayang sekali jika seorang
seni kriya dimaksud untuk digunakan atau pengrajin senior beralih profesi menjadi
dipakai lebih dari sekedar benda hias. pedagang kakilima misalnya, karena tidak
Barang kerajinan umumnya merupakan terjamin penghasilannya di bidang seni
hasil kerja tradisional, sebagai bagian dari kriya. Karena itu aspek ekonomi seni kriya
kehidupan sehari-hari, sedangkan seni lebih harus diperhatikan.
dilihat sebagai hobi mengejar kesempurnaan
kreatif. Dalam prakteknya kedua jenis itu
mempunyai banyak persinggungan. 3.3.14. SENI BUSANA
Kriya berkembang ketika ada lembaga Pada zaman dahulu sewaktu manusia
yang memayunginya (seperti keraton), ada masih tinggal di gua-gua dan di pohon
kebutuhan perlengkapan upacara mereka mencoba melindungi tubuhnya dari
keagamaan, ada kebutuhan sehari-hari yang panas, dingin, angin, debu dan lain-lain
selalu menginginkan perbaikan kualitas, dan gangguan dengan membuat pakaian. Pada
ada tenaga terampil, kreativitas, serta waktu mulanya pakaian itu sangat sederhana,
senggang untuk menggarapnya. Jika tidak terbuat dari daun-daun, ilalang, dan ada pula
ada pengguna dan pemerhati yang yang dibuat dari kulit binatang. Mereka juga
membutuhkannya, seni kriya akan menyusut. membuat pakaian dari kulit kayu. Mereka
memilih jenis pohon yang mempunyai serat
panjang. Serat kayu direndam dalam air
supaya lunak lalu dipukul dengan pemukul
batu.dan dibentuk menjadi kain.
Setelah itu berkembang kepandaian
memintal benang dan menenun kain. Pada
situs yang berusia 3000 tahun sudah
ditemukan peninggalan berupa alat-alat
menenun. Kepandaian menenun juga
diterangkan dalam beberapa relief dan
prasasti bersejarah.
Pada relief Candi Borobudur dan
Prambanan sudah digambarkan orang
Seorang ibu membuat perkakas dari gerabah di
memakai pakaian halus yang dirancang
Karangrejo, Magelang, tak jauh dari Borobudur (Foto: Hairus dengan baik. Dalam membuat kain tenun
Salim HS) ada beberapa hal penting yaitu: alat penenun,
keahlian membuat motif-motif tenun,
Seni kriya merupakan bidang kegiatan keahlian membuat benang, dan keahlian
yang sangat dekat dengan kehidupan rakyat membuat zat warna.
banyak mulai dari tingkat yang sangat

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 66 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Kain lurik adalah kain tenun dengan printing ini tidak bisa disebut batik karena
hiasan lajur garis membujur yang tidak digarap dengan proses pembatikan.
merupakan motif tenun yang sederhana. Daerah lain juga mempunyai kain
Meskipun sederhana tetapi ia memberi tradisional seperti kain songket di daerah
kesan yang kuat dengan garis-garisnya yang Minangkabau, kain sutera di Sulawesi,
jelas. Di Yogya kain lurik dulu dipakai tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, dan
sebagai pakaian sehari-hari. Di beberapa sebagainya. Kain-kain itu merupakan bahan
daerah kain lurik dipakai untuk upacara yang akan dipotong dan dijahit sesuai
tertentu misalnya upacata tingkeban dan dengan moda dan kebiasaan di daerah
upacara ruwatan. Sekarang penggunaan kain masing-masing. Setiap daerah mempunyai
lurik agak berkurang. gaya busana yang unik.
Kain batik dibuat dengan menutup
bagian-bagian kain putih dengan lilin.Pada
waktu kain diberi warna maka bagian yang 3.3.15. PUSAKA KULINER
terkena lilin itu tidak terkena warna dan
tetap tinggal putih. Dahulu selalu digunakan
MAKANAN DAN KEBUDAYAAN
bahan pewarna alami misalnya indigo atau Makanan dan minuman adalah
kulit mengkudu, kulit pohon tarum dan kebutuhan mendasar manusia. Manusia
sebagainya. membutuhkan makan dan minum untuk bisa
Dalam perkembangan selanjutnya mulai bertahan hidup, dan tanpa makanan dan
dipakai zat kimia untuk pewarna, tetapi minuman manusia akan mati. Secara
sekarang banyak yang ingin kembali pada kultural, makanan dan minuman tidak selalu
zat perwarna alami karena lebih ramah artinya suatu yang bisa dimakan/ diminum
lingkungan. saja. Suatu jenis makanan/minuman yang
Motif batik mempunyai makna tertentu bagi suatu kelompok masyarakat atau
misalnya: pemeluk suatu agama bisa dimakan/
diminum, belum tentu boleh/bisa
- Sido Mulyo bermakna akan menjadi dimakan/diminum oleh kelompok
bahagia dan kaya. masyarakat atau pemeluk agama yang lain
- Sido Dadi bermakna akan hidup karena alasan keagamaan, takhayul
berkecukupan dan berpangkat tinggi. mengenai kesehatan, kebiasaan, dan
kejadian-kejadian tertentu. Dengan
- Satrio Wibowo bermakna akan demikian, ia dianggap bukan makanan/
menjadi orang yang berwibawa. minuman. Seringkali kebudayaanlah yang
- Tikel Asmorodono bermakna akan menentukan apakah sesuatu itu makanan/
semakin dicintai oleh orang lain. minuman atau bukan makanan/minuman.
Batik tulis membutuhkan banyak waktu Makanan dan minuman juga erat kaitan
dan keahlian untuk membuatnya, sehingga dengan lingkungan alam. Unsur apa yang
harganya mahal dan hanya terjangkau oleh menjadi makanan/minuman suatu
mereka yang mampu. Mereka yang tidak masyarakat berkait dengan tanaman apa
begitu mampu kebanyakan memakai kain yang ada dan tumbuh di lingkungan tersebut
cap, yaitu yang menggunakan cap untuk dan juga iklim yang melingkupinya.
menempatkan motif batik itu pada kain. Lingkungan ini membentuk kultur
makanan/minuman suatu bangsa/ kelompok.
Sekarang ada juga tekstil printing yang
menggunakan motif batik. Sebetulnya batik Sifat kultural dari makanan ini makin
luas lagi jika dilihat dari bagaimana

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 67

makanan diolah. Ada yang melalui proses 3. Makanan sebagai sebagai ungkapan
pemasakan, peragian (fermentasi), solidaritas kelompok. Dalam suatu
perendaman di dalam garam (marinate), dan masyarakat, makan bersama, baik di
dalam arti yang bebas dari ketiga proses dalam keluarga atau masyarakat,
pengolahan tersebut. Demikian juga dari misalnya dalam acara-acara pernikahan,
bagaimana makanan/minuman disajikan dan syukuran, selametan, dll. Antar teman,
berfungsi di dalam masyarakat. makan/minum bersama bisa berfungsi
sebagai ungkapan solidaritas dan
FUNGSI MAKANAN kesatuan kelompok. Bahkan ada pesta
yang isinya sepenuhnya makan/minum.
Makanan/minuman juga memiliki arti Makan dengan demikian menjadi sarana
sosial dan simbolik. Setidaknya ada empat integrasi, meski ketiadaan makanan bisa
fungsi sosial dan simbolik makanan/ juga mengakibatkan disintegrasi dan
minuman. konflik.
1. Makanan sebagai ungkapan sosial. 4. Makanan dalam upacara. Dalam suatu
Bagi suatu masyarakat, menyajikan upacara/ritual makan-minum bersama
makanan/minuman, cara menyajikan, dan menjadi satu bagian yang penting, entah
jenis yang disajikan bisa menunjukkan di bagian awal, tengah maupun akhirnya.
penghormatan, persahabatan, dan kasih Namun tidak semua makanan/minuman
sayang. Sebaliknya, menerima selalu harus dimakan/diminum dalam
persembahan makanan/minuman itu sebuah upacara. Kadang ada yang
berarti mengakui dan menerima ajakan dijadikan sebagai sesajen dan umbarampe,
dan ungkapan penghormatan, hiasan, dan lain-lain, yang kemudian
persahabatan, dan kasih tersebut. dibuang (dilarung) atau dibiarkan begitu
2. Makanan sebagai identitas. saja, atau kemudian diperebutkan.
Makanan/minuman suatu masyarakat Semuanya ini memiliki makna
merupakan folklor bukan-lisan, yang simboliknya, baik dari segi bahan, warna,
setiap daerah mengaku memiliki jenis, dan penyusunan, serta bentuk
kekhasannya, sehingga tampil sebagai acaranya.
identitas. Sebagai identitas, makanan atau
minuman sering bertaut dengan asal MAKANAN/MINUMAN
(daerah), meski kemudian makanan itu SEBAGAI PUSAKA
telah menyebar, dan kadang tak dikenali
lagi asal dan aslinya. Kita misalnya bisa Makanan/minuman suatu masyarakat
menemukan dua atau lebih jenis makanan merupakan kekayaan pusaka dari
yang pada hakikatnya sama, tapi masyarakat tersebut. Sifat pusaka itu
namanya berbeda-beda. Atau sebaliknya, terbentang dari bahan-bahannya,
namanya sama tapi rasa, bahan-bahan, campurannya, komposisinya, cara
cara mengolah, dan menyajikannya memasaknya, cara membungkus/
berbeda satu sama lain. Ketika tidak bisa menyajikannya, dan konteks kehadiran
lagi ditentukan keasliannya, maka makanan tersebut, dll. Pusaka itu tidak
makanan dan minuman bisa menjadi menunjuk pada jenis makanan itu saja,
contoh yang menarik yang mencerminkan tapi juga pada pengetahuan dan
adanya interaksi dan saling pengaruh keterampilan mengolah dan memasak
antar masyarakat. makanan tersebut, serta fungsi sosial dan
simbolik dari makanan dan minuman
tersebut.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 68 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Dalam suatu masyarakat ada yang


disebut sebagai siasat makan/minum yang
mengandung nilai kesehatan. Misalnya
menyantap makanan A bisa menimbulkan
sakit kecuali disertai dengan makanan B,
yang seolah menjadi penawarnya.
Dewasa ini nilai pusaka kuliner ini
makin merosot dengan kehadiran
makanan/minuman instan seperti berbagai
jenis softdrink, junkfood, fastfood, dll.
Menghilangnya makanan/minuman yang
merupakan pusaka milik bangsa ini
menandai hilangnya juga kemampuan
mengolah dan menyajikan makanan/
minuman tersebut. Oleh karena itu, penting
untuk menghidupkan kembali makanan/
minuman pusaka tersebut, dengan berbagai
fungsi tradisionalnya sebagai ungkapan
solidaritas, persatuan, identitas, pengobatan/
kesehatan, dan lain-lain.

POLA PENGEMASAN DAN


PENYAJIAN

Makanan memiliki pola pengemasan


yang bermacam-macam. Sebagian cara
mengemas ini menggunakan daun pisang,
jati, dan lainnya. Berikut beberapa polanya:
- Lipat: Kemasan tertentu disebut pincuk,
di tempat lain disebut takir dan tengkor
atau cangkedong. Cara mengemas
seperti ini dirapikan dengan semat atau
biting.
- Balut: Tali bambu banyak dipakai
Sego Abang dan Wedang Secang, makanan dan minuman
khas dari DIY (Foto: Shinta Carolina) untuk menertibkan balutan, ada yang
satu atau dua ikatan (di tengah atau di
kedua ujungnya). Khusus untuk
Makanan tidak bisa dipisahkan dari kemasan ikan mas, selain dibalut
minuman. Baik secara teknis, dalam arti dengan pelepah pisang dan diikat, ikan
bahwa makan pasti harus ditemani minuman, itu sendiri sebelumnya dirangkai (ditiir)
maupun dalam arti kecocokan, seperti agar mudah dijinjing.
makanan A perlu atau cocok dengan
minuman B. Setiap daerah memiliki - Anyam: Bentuk anyaman yang paling
minuman yang khas, baik sebagai minuman sederhana adalah makanan yang
untuk keseharian, jamuan, kesehatan, dll. bernama tantang angin. Sehelai daun
bambu melindungi isi dari tiga sisi,
diakhiri dengan memasukkan tangkai

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 69

daunnya ke dalam bagian ujung balutan


yang agak terbuka. Yang paling
kompleks dan unik adalah anyaman
ketupat, ada yang memanfaatkan 1 helai
daun kelapa dan ada juga yang dua
helai. Kemasan ini disebut urung.
- Lilit: Kemasan peutcang (peutan) selain
berupa lilitan daun kelapa juga diikat
dengan tali bambu yang disilangkan.
Kemasan yang agak pendek diduga
berasal dari daerah Cirebon.
Kue celorot dengan pola bungkusannya yang khas (Foto:
- Rangkai (tiir): Pada kerupuk salah satu Hairus Salim)

ujung tali bambu disimpulkan untuk


menahan kerupuk-kerupuk, ujung lain
yang dibiarkan lebih panjang dari
rangkaian kerupuknya untuk pegangan.
Sedangkan pada ikan tali bambu
merangkai beberapa ikan yang
digabungkan pada sebuah ujung tali
tersebut, ujung yang lain untuk
pegangan. Cara merangkai jambu sama
dengan kerupuk, hanya seluruh
rangkaian berada pada seruas bambu.
- Alas: Cara mengemas ini hanya
berfungsi melindungi bagian bawah
makanan agar pada saat dipegang Warung penjual bungkus ketupat (Foto: Hairus Salim)
makanan tersebut tidak seluruhnya
tersentuh.
- Tusuk: Kemasan ini sebetulnya
merangkaikan keratan daging atau buah
kolang-kaling itu dengan bilahan kecil
bambu yang ujungnya diruncingkan.
Selain memudahkan pemanggangan
(sate) juga memudahkan pemegangan
sewaktu dimakan.
- Gulung: Kemasan ini bervariasi, ada
yang dilipat dua ujung, dilipat satu
ujung, bahkan tanpa lipatan; disemat
ujungnya, diputar kedua ujungnya,
berbentuk kerucut atau posong, atau
diikat dengan tali bambu.

Cara penyajian Jadah Manten (Foto: Shinta Carolina)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 70 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

3.3.16. OBAT DAN PENGOBATAN a. Pijat: adalah teknik mengurut urat


TRADISIONAL bagian dari badan atau bahkan seluruh
badan baik untuk kepentingan
Makanan yang penuh dengan zat
meluruskan bagian-bagian tulang atau
tambahan (pelezat, pemanis, pengawet, dll.),
urat yang terseleo maupun untuk
kurangnya gerak tubuh (olah raga) dalam
meratakan dan melancarkan jalan darah.
kehidupan sehari-hari, dan buruknya
Pijat memiliki berbagai jenis. Ada pijat
lingkungan, sering membuat sebagian
refleksi, pijat akupunktur, dan lainnya.
masyarakat sekarang ini gampang terserang
Di daerah Karanganyar, misalnya ada
penyakit.
pijat Sangkalputung yang terkenal
Masalahnya, obat atau pengobatan, baik kemampuan mengembalikan tulang
untuk pencegahan maupun penyembuhan, yang retak atau patah, terutama tulang
tidaklah murah dan mudah. Lebih-lebih muda.
obat/pengobatan modern ini kadang juga
b. Kerokan: Kerokan dengan
ditengarai banyak membawa efek samping
menggunakan minyak kelapa, balsam
yang bersifat negatif.
dan perangkat sekeping uang logam,
Dalam konteks inilah, banyak ajakan merupakan salah satu cara untuk
untuk kembali pada sistem obat/pengobatan menghangatkan bagian tubuh yang
tradisional yang pernah diwariskan oleh dikerok. Ketika orang masuk angin, atau
nenek moyang. Hanya saja, tidak semua istilah kedokterannya commond cold
orang masih memiliki pengetahuan dan suhu tubuh bagian belakang turun.
keterampilan untuk mengolah obat/ Gejala ini terjadi akibat kekurangan
pengobatan ini. Selain itu, sebagian bahan- energi panas. Kerokan dipercaya bisa
bahan untuk obat/pengobatan ini juga tidak menetralisasi suhu tubuh di bagian itu.
mudah didapat seperti dulu.
c. Bekam: Adalah teknik penyedotan
Kenyataan ini mendorong kita akan untuk mengeluarkan darah kotor yang
pentingnya pusaka obat/ pengobatan ini berisi sisa-sisa toksid dari dalam tubuh.
untuk dilestarikan, dengan memperke- Setiap sedotan dibiarkan selama 2-3
nalkannya, mengajarkannya, dan akhirnya menit kemudian dibuang kotorannya
mempergunakannya dalam kehidupan dengan cara ditempatkan pada cawan
sehari-hari. atau tempat sampah khusus. Darah yang
mengandung toksid berwarna hitam
pekat seperti jeli atau berbuih. Perangkat
RAGAM PENGOBATAN yang digunakan untuk bekam bisa
TRADISIONAL tanduk kerbau atau wadah kaca
berbentuk gelas. Bekam dilakukan
Pengobatan tradisional memiliki untuk di antaranya menghilangkan rasa
berbagai pola, teknik, dan jenisnya. Ada nyeri dan penat di bagian dahi, kening
yang mengandalkan pengetahuan dan dan bagian yang pegal-pegal, serta
kemampuan teknik dan ada juga yang berbagai penyakit lainnya.
mengandalkan kemampuan mengolah, Pijat, kerok, dan bekam memerlukan
meracik, dan mencampur bahan. pengetahuan dan kemampuan teknik, karena
Dalam hal pengetahuan dan kemampuan jika keliru justru bisa membuat tubuh
teknik, kita bisa membagi ke beberapa menjadi sakit, bahkan bisa membahayakan
bentuk: tubuh. Ketiga teknik ini bisa dipelajari dan
dipraktekkan dengan mudah dan murah.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 71

Selain mengandalkan pengetahuan dan berupa simplisia, sediaan galenik atau


kemampuan teknik, pengobatan tradisional campurannya (Kepmenkes RI,1994:2).
juga banyak mengandalkan kemampuan h. Rajangan: adalah sediaan obat
mengolah, meracik, dan mencampur bahan- tradisional perupa potongan simplisia,
bahan tanaman obat yang diolah menjadi: campuran simplisia, atau campuran
a. Cairan Obat Dalam: adalah sediaan simplisia dengan sediaan galenik, yang
obat tradisional berupa larutan, emulsi penggunaannya dilakukan dengan
atau suspensi dalam air; bahan bakunya pendidihan atau penyeduhan dengan air
berasal dari serbuk simplisia atau panas (Kepmenkes RI. 1994 : 1).
sediaan galenik dan digunakan sebagai i. Sari Jamu: adalah cairan obat dalam,
obat dalam (Kepmenkes RI, 1994 : 12). dengan tujuan tertentu diperbolehkan
b. Cairan Obat Luar: adalah sediaan obat mengandung etanol (Kepmenkes RI,
tradisional berupa larutan, suspensi atau 1994 : l4).
emulsi : bahan bakunya berupa simplisia, j. Parem, Pilis dan Tapel: adalah sediaan
sediaan galenik dan digunakan sebagai padat obat tradisional; bahan bakunya
obat luar (Kepmenkes RI, 1994 : 17). berupa serbuk simplisia, sediaan galenik,
c. Tablet: adalah sediaan obat tradisional atau campurannya dan digunakan
padat kompak, dibuat secara kempa sebagai obat luar (Kepmenkes RI,
cetak, dalam bentuk tabung pipih, 1994 : 15).
silindris, atau bentuk lain, kedua k. Salep atau Krim: adalah sediaan
permukaannya rata atau cembung, setengah padat yang mudah dioleskan,
terbuat dari sediaan galenik dengan atau bahan bakunya berupa sediaan galenik
tanpa bahan tambahan (Kepmenkes RI, yang larut atau terdispersi homogen
1994:10). dalam dasar salep atau krim yang cocok
d. Kapsul: adalah sediaan obat tradisional dan digunakan sebagai obat luar
yang terbungkus cangkang keras atau (Kepmenkes RI, 1994 : l8).
lunak. Bahan bakunya terbuat dari l. Dodol atau jenang: adalah sediaan
sediaan galenik dengan atau tanpa bahan padat obat tradisional, bahan bakunya
tambahan (Kepmenkes RI, 1994 : 8). berupa serbuk simplisia, sediaan galenik
e. Pastiles: adalah sediaan padat obat atau campurannya. (Kepmenkes RI,
tradisional berupa lempengan pipih yang 1994 : 6).
umumnya berbentuk segi empat. Bahan
bakunya berupa campuran serbuk RAMUAN SARI JAMU
simplisia, sediaan galenik atau
campuran keduanya (Kepmenkes RI, Salah satu pusaka yang populer dan
1994 : 7). merakyat adalah ramuan jamu. Jamu ini
kebanyakan diolah dari tanaman-tanaman
f. Pil: adalah sediaan padat obat yang tumbuh di sekitar lingkungan rumah
tradisional berupa massa bulat, bahan kita seperti jahe, kencur, temulawak dan
bakunya berupa serbuk simplisia, lain-lain. Tanaman-tanaman ini diolah
sediaan galenik, atau campurannya sedemikian rupa menjadi minuman jamu
(Kepmenkes RI,1994:4). yang berkhasiat untuk pencegahan dan
g. Serbuk: adalah sediaan obat tradisional penyembuhan penyakit, untuk kebugaran,
berupa butiran homogen dengan derajat menambah nafsu makan, menambah
halus yang cocok, bahan bakunya kekuatan, dan lain-lain.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 72 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Jamu dapat kita dapatkan dari para Di samping membeli dari mbok penjual
penjual jamu yang menjajakan jamunya jamu gendong ada juga yang membeli jamu
berkeliling ke kampung-kampung sambil kemasan produksi pabrik. Jamu buatan
menggendong bakul berisi botol-botol jamu. pabrik memang lebih lengkap dan bervariasi.
Banyak warga pedesaan dan perkampungan Salah satu kelebihannya adalah bahan-
membeli jamu gendong karena praktis bahan jamu itu ditakar dengan teliti
dan murah. perbandingannya sehingga terhindar dari
kemungkinan kelebihan atau kekurangan
salah satu ramuannya. Proses di pabrik juga
lebih terjaga kebersihannya terbebas dari
kotoran dan kuman-kuman. Meskipun
demikian banyak warga yang suka membeli
jamu gendong karena terasa lebih segar, dan
tentu saja karena lebih murah dan mudah
didapat.
Sekarang sudah banyak jamu tradisional
yang dibuat di pabrik dengan takaran dan
proses pembuatan yang lebih cermat.
Di samping jamu untuk diminum, ada
juga ramuan untuk kecantikan dan
perawatan tubuh, untuk mandi lulur,
pengharum tubuh, perawatan rambut dan
sebagainya. Di zaman dahulu banyak putri-
putri merawat kecantikan di rumah dengan
bahan-bahan alami tanpa harus pergi ke
salon kecantikan. Mereka mempunyai
banyak kearifan untuk membangun
kecantikan lahir batin.
Jamu tidak hanya dipakai di dalam
Seorang ibu sedang mengolah ramuan jamu (Foto: Shinta
Carolina) negeri atau di lingkungan pedesaan, tetapi
sudah banyak juga yang diekspor. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh konsep back to
nature di mana manusia ingin kembali
kepada penyelesaian alamiah yang
dikembangkan dari kearifan masyarakat
tradisional. Indonesia memiliki lebih dari
40.000 jenis jamu tradisional.
Masyarakat tradisional juga mengenal
pengobatan alternatif di luar pengobatan
medis yang kita kenal sekarang. Pengobatan
dilakukan oleh orang pintar yang
mengatasi salah urat, patah tulang, penyakit
dalam dan beberapa penyakit yang sudah
menahun. Ada yang mengobati dengan
Menikmati jamu gendong keliling (Foto: Hairus Salim HS)
penanganan fisik dan ramuan obat, ada pula
yang lebih menekankan pada doa dan

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 73

kekuatan spiritual. Dalam hal ini faktor - Jeruk nipis: buahnya bisa berkhasiat
keyakinan dan sugesti memegang peranan menyembuhkan demam, batuk kronis,
penting. Di beberapa tempat, pengobatan flu ringan, kurang darah, menghentikan
tradisional kadang disertai dengan upacara kebiasaan merokok, menghilangkan bau
doa yang lama, panjang, dan penuh ketiak yang tidak sedap, menyegarkan
kekhusyukan. tubuh, dan memperlancar buang air
kecil.
APOTIK HIDUP
- Kecubung: bijinya bisa mengobati sakit
Beberapa tahun yang lalu pemerintah asma, bisul, dan wasir.
menganjurkan masyarakat untuk menanam - Jahe: rimpangnya bisa menjadi
di pekarangan masing-masing berbagai penghangat badan, melegakan lambung,
tumbuhan yang berkhasiat untuk obat. pencahar, peluluh masuk angin dll.
Halaman yang ditanami dengan tumbuhan
Demikian beberapa contoh tanaman dan
untuk obat disebut juga apotik hidup.
bagian-bagiannya yang berkhasiat. Kadang-
Apotik hidup sangat berguna untuk keluarga
kadang satu tanaman memiliki banyak
yang kebetulan memerlukan obat sederhana
khasiat, hanya berbeda bagiannya saja.
untuk batuk, pilek, sakit perut, demam, dan
Sebagai contoh: daun pepaya berkhasiat
sebagainya.
menyembuhkan demam dan disentri, tapi
Beberapa tumbuhan yang banyak bagian akarnya diyakini bisa menjadi obat
digunakan untuk bahan obat tradisional dan cacing.
bisa ditanam di pekarangan depan, samping
atau belakang rumah adalah jahe, kencur,
kunyit, lempuyang, temulawak, lengkuas,
ceplukan, nyamplung, jeruk nipis, adas,
brotowali, secang, kayumanis, melati, bunga
alang-alang, dan lain-lain.
Sebagian dari tanaman itu tidak
memerlukan pemeliharaan yang serius.
Cukup disiram air dengan rutin dan
kemudian dibiarkan bisa tumbuh begitu saja.
Tetapi sebagian lain memerlukan
pengetahuan cara menanam dan
pemeliharaan yang serius, agar tanaman
tersebut tumbuh subur.
Warung jamu godhog (Foto: Hairus Salim)
Tentu saja diperlukan pengetahuan
bagian apa dari tanaman-tanaman tersebut
yang bermanfaat. Sebagai contoh di bawah Tentu saja dibutuhkan pengetahuan
ini beberapa pengetahuan sederhana khasiat lebih lanjut bagaimana mengolah,
suatu tanaman dan bagian mana yang mencampur dan meracik bahan tersebut,
berkhasiat: serta mengatur komposisinya. Hal ini bisa
dibaca dari buku-buku petunjuk mengenai
- Kayu manis: kulit batangnya bisa obat dan pengobatan tradisional atau bisa
mengobati batuk, sesak napas, nyeri juga bertanya kepada para orang tua yang
lambung, diare, rematik, perut kembung, biasanya memiliki pengalaman dan
rematik, dan menghangatkan lambung.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 74 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

pengetahuan mengenai khasiat dan cara keserasian antara wirama, wiraga, dan
pengolahan tanaman menjadi obat. wirasa. Karena itu, di beberapa daerah,
Pengetahuan tentang obat dan gerak bela diri ini diikuti dengan iringan
pengobatan merupakan pusaka budaya yang musik gendang yang khas dan hadir
sangat berharga yang telah dikembangkan dalam mengisi acara sosial seperti pesta
selama ratusan tahun sejak dahulu. Bahkan panen, perayaan tujuhbelasan,
sebelum ilmu kedokteran dan industri perkawinan, dll. Beberapa tarian, baik
farmasi berkembang, pengetahuan ini telah yang tradisi maupun modern, banyak juga
dipahami oleh masyarakat tradisional. mengambil dari gerak pencak silat.
Banyak juga pemahaman tradisional yang b. Sebagai olah raga, pencak silat
belum dapat dijangkau oleh analisis ilmiah mengutamakan kegiatan jasmani, agar
ilmu pengetahuan masa kini. Oleh karena mendapatkan kebugaran, kesehatan, dan
itu, pusaka budaya ini perlu dipelihara, prestasi. Sebagai catatan, sejak akhir
dilestarikan dan terus dikembangkan. 1970-an, pencak silat menjadi olah raga
yang dipertandingkan di tingkat regional,
nasional, maupun internasional.
3.3.17. SENI BELA DIRI
c. Sebagai olah batin, pencak silat lebih
Sesuai dengan namanya, seni bela diri banyak menitikberatkan pembentukan
berawal dari upaya membela diri dari sikap dan watak kepribadian pesilat yang
serangan musuh baik dalam perkelahian sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur.
satu lawan satu, perkelahian kelompok, Selain menguasai gerak, tuntutannya juga
maupun dalam perang. Jurus-jurus gerakan adalah menghayati dan mengamalkan
dalam bela diri disusun dalam suatu urutan nilai-nilai luhur dan sopan santun sebagai
runtun yang terstruktur. Tiap jurus efektif etika masyarakat persilatan.
untuk mengatasi keadaan tertentu. d. Sebagai bela diri, pencak silat
Di Indonesia, nama umum untuk seni dipertunjukkan untuk memperkuat naluri
bela diri adalah pencak silat. Tetapi daerah- manusia untuk membela diri dari
daerah memiliki namanya sendiri-sendiri berbagai ancaman dan bahaya. Untuk
seperti silek atau gayuang di Sumatera Barat, mencapai tujuan ini, taktik dan teknik
maempok di Jawa Barat, penca di Jawa yang dipergunakan oleh pesilat
Tengah dan Timur, bamancek di mengutamakan efektivitas dalam
Kalimantan Timur, mancak di Madura dan menjamin keamanan fisik, jika perlu
Bawean, mancak atau encak di Bali, mpaa dengan mendahulukan serangan
sila di Dompu, Nusa Tenggara Barat, dan lawannya.
lain-lain. Hal ini menunjukkan adanya Pencak silat memiliki banyak aliran dan
kesamaan tapi sekaligus juga perbedaan. pengajaran yang khusus. Untuk
Pencak silat ini memiliki beragam aspek mengembangkan pencak silat, aliran-aliran
dan komponen. Beragam aspek dan ini mendirikan perguruan-perguruan yang
komponen ini mencerminkan juga mengajak pencak itu kepada murid yang
bagaimana pencak silat ini diambil telah teruji sikap dan perilakunya.
manfaatnya. Sekarang pelajaran bela diri lebih
a. Sebagai seni, pencak silat merupakan terbuka dan dapat dipelajari melalui buku-
wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah buku. Meskipun demikian sebaiknya bela
gerak dan irama, yang tunduk pada diri dipelajari melalui perguruan yang baik
keselerasan, keseimbangan, dan dengan guru-guru yang berkualitas karena

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 75

jurus-jurus silat sangat kompleks dan dapat Beberapa aliran silat terkait dengan
berbahaya jika salah menerapkannya. agama atau kepercayaan tertentu. Selain
Belajar silat tanpa guru dapat memanfaatkan gerakan dan tenaga jasmani,
membahayakan diri sendiri dan orang lain. banyak juga yang menggunakan tenaga
batin yang dilatih secara khusus sehingga
mencapai kemampuan yang sulit
diterangkan dengan nalar biasa. Dengan
kemampuan istimewa ini maka disiplin,
pengendalian diri, menjaga kehormatan,
menghormati sesama manusia dan makhluk
Tuhan, kesederhanaan dan sopan santun
menjadi sangat penting. Pencak silat ada
yang mengandalkan tangan kosong, ada
pula yang menggunakan senjata seperti
pisau, pedang, tombak, tongkat, rantai dan
sebagainya. Perguruan yang terkait dengan
aliran spiritual biasanya tidak menggunakan
senjata tetapi lebih mengutamakan tenaga
Silat Bali (Foto: Suhadi Hadiwinoto) batin.
Biasanya seorang ahli silat terlihat
sebagai seorang manusia biasa, tidak pernah
memperlihatkan kepandaiannya, tidak
pernah menyombongkan dirinya. Mereka
yang masih di tingkat rendah kadang-
kadang menonjolkan bahwa ia bisa bersilat.
Selain pencak silat, di Nusantara juga
banyak terdapat beragam aliran silat atau
bela diri dari negara lain seperti karate, tae
kwon do, yudo, aikido, jujitsu, dan lain-lain.
Jenis-jenis bela diri ini eksis di Indonesia
dan mendapat banyak sambutan. Ada
baiknya untuk memahami dan
Debus, mengandung unsur silat (Foto: Endo Suanda) memperhatikan keberadaan barbagai aliran
itu untuk mengembangkan wawasan dan
Di perguruan silat tidak hanya diajarkan menyadari bahwa di dunia ini ada banyak
jurus-jurus fisik tetapi juga latihan kejiwaan upaya untuk mempelajari dan
bagaimana mengendalikan diri, menahan mengembangkan teknik bela diri yang juga
nafsu amarah, tidak menyombongkan ilmu baik untuk kesehatan dan latihan kejiwaan.
dan sebagainya. Seorang murid boleh
meningkat pelajaran gerak fisiknya jika
kemampuan kejiwaannya telah meningkat 3.3.18. DOLANAN (PERMAINAN
juga. Meskipun seorang sangat terampil ANAK-ANAK)
dalam gerak fisiknya tetapi ia tidak dapat
mencapai puncak tertinggi jika ia belum Bermain bisa disebut sebagai kebutuhan
matang secara mental. mendasar bagi anak-anak. Bermain atau
dolanan sangat lekat dengan kehidupan
sehari-hari anak-anak di Yogyakarta, sejak

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 76 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

anak masih bayi. Bermain juga merupakan 2. Permainan dengan latihan bahasa, yaitu
sifat kehidupan anak-anak karena anak-anak permainan anak yang berupa percakapan
umumnya selalu suka bermain. Hal ini bisa atau teka-teki (misalnya Sobyung)
diartikan bahwa anak yang sehat adalah 3. Permainan untuk melatih panca indera.
anak yang senang bermain. Bagi anak, Permainan ini secara tanpa disadari
bermain adalah bersenang-senang, bukan untuk menajamkan alat penglihatan,
untuk mengisi waktu luang, karena bermain penciuman, dan pendengaran. Misalnya
menyatu dengan diri anak. dakon, jethungan atau jelungan, engklek,
Permainan bisa hasil ciptaan anak main kelereng, adu gambar, main
sendiri, hasil penerusan dari permainan bayang-bayangan dengan telapak tangan
yang terdahulu yang dilakukan oleh kakak- seperti bayangan kelinci atau kijang.
kakaknya, atau kreasi dari orang dewasa. 4. Permainan yang mencoba kekuatan dan
Meski diciptakan oleh orang dewasa, untuk kecakapan. Permainan ini secara tanpa
tujuan pendidikan, permainan bagi anak- disadari melatih kekuatan dan
anak haruslah menyenangkan karena kecakapan jasmani. Misalnya egrang,
kegembiraan adalah pupuk bagi tumbuhnya blarak-blarak sempal, dan gobag sodor.
jiwa anak. Permainan juga harus memberi
kesempatan kepada anak untuk berfantasi,
tidak sekedar meniru belaka.
Anak mempunyai banyak sekali bentuk
permainan, bahkan tak terhitung jumlah dan
bentuknya. Bila dikategorikan secara bebas,
permainan anak-anak bisa terbagi paling
tidak dalam lima kategori, yaitu:
1. Permainan dengan menyanyi.
Permainan dengan menyanyi ini bisa
semata-mata lagu yang menjadi
pokoknya (misalnya Padang Bulan),
bisa juga lagu yang disertai gerak
permainan (misalnya Cublak-cublak
Suweng dan Jamuran)

Egrang (Foto: Suhadi Hadiwinoto)

5. Permainan untuk menirukan sesuatu.


Melakukan imitasi (peniruan) sangat
dekat dengan dunia anak. Meski hanya
meniru, tetapi anak yang sedang
melakukan permainan ini akan
melakukannya dengan sungguh-sungguh
sesuai fantasinya. Misalnya dhayoh-
Contoh permainan yang diiringi nyanyian (Foto: Shinta dhayohan, pasaran, membuat rumah dari
Carolina)
lidi, membuat baju dari kertas, dokter-
dokteran.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 77

3.3.18.1. FUNGSI DOLANAN dan siapa yang kalah. Dalam hal ini, anak
berlatih untuk berjiwa sportif. Anak juga
SECARA SOSIAL berlatih disiplin diri, ketertiban dalam
Kata-kata manusia adalah makhluk menaati aturan permainan, membiasakan
sosial sering sekali kita dengar. Secara sikap awas dan waspada, serta siap sedia
sosial, anak membutuhkan orang lain, dalam menghadapi segala keadaan dan peristiwa.
hal ini teman-temannya, untuk bergaul.
Dengan bersama teman-temannya, anak
mendapatkan penerimaan diri, penghargaan
diri, pemenuhan diri.
Dengan bergaul dengan teman-
temannya, anak menjadi terlatih untuk
mengenalkan dirinya; melihat perbedaan
antara dirinya dengan orang lain, baik
perbedaan secara fisik maupun pandangan
hidup; dan mencari strategi agar bisa
diterima lingkungannya. Intinya, dengan
bergaul, anak berlatih untuk bisa menguasai
dirinya sendiri, mendidik perasaan diri dan Belajar bersosialisasi dan bertindak sportif melalui
sosial, menyadari kekuatan orang lain bermain (Foto: Shinta Carolina)
sekaligus kelemahannya, dan melakukan
siasat yang tepat serta bijaksana ketika Permainan anak-anak membiasakan
bergaul. berpikir riil serta menghilangkan rasa
Permainan uyak-uyakan atau berkejar- keseganan atau gampang putus asa. Dolanan
kejaran mendidik anak untuk menyadari melatih anak untuk terus sanggup berjuang
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, sampai tercapai tujuannya.
sekaligus kekuatan dan kelemahan teman-
temannya. Selain itu, uyak-uyakan juga
melatih kekuatan dan meningkatkan SECARA KULTURAL
kesehatan tubuh. Permainan anak yang telah disebutkan
Permainan unclang mendidik anak di atas erat dengan lingkungan alam sekitar
untuk seksama, cekatan, dan manajamkan anak-anak. Secara kultural, dengan bermian
penglihatan. Latihan perhitungan dan anak mengenal lingkungan sekitarnya. Alat
perkiraan ada pada permainan dakon dan yang digunakan untuk bermain atau
cublak-cublak suweng. Gobag sodor melatih bersenang-senang selalu yang ada di sekitar
kekuatan jasmani, keberanian, ketajaman anak-anak. Permainan dakon yang sangat
penglihatan, dan melakukan perkiraan. dikenal oleh anak-anak itu umumnya
menggunakan kerikil untuk memainkan
Kebiasaan untuk melakukan adaptasi permainan dakon. Anak di lingkungan yang
terhadap lingkungan baru juga terlatih mempunyai pohon sawo kecik, akan
dengan berbagai macam permainan yang memanfaatkan bijinya untuk bermain dakon.
dimainkan anak dan bermacam-macam Pohon sawo kecik ini biasanya banyak
karakter teman yang bermain dengannya. ditemukan di rumah-rumah kalangan
Anak juga terlatih menguasai diri sendiri, bangsawan di Yogyakarta.
terutama dalam permainan yang pada
akhirnya ada penentuan siapa yang menang

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 78 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

mengandung nilai-nilai budaya yang positif


yang berguna untuk masa depannya. Nilai-
nilai budaya pada permainan ini antara lain
bahwa permainan anak menimbulkan rasa
senang pada anak, rasa bebas dari segala
tekanan, rasa berteman yang menumbuhkan
kepercayaan diri, dan rasa demokrasi karena
setiap anak mempunyai kedudukan yang
sama dari mana pun asalnya.
Belajar bertoleransi atau menerima
orang lain dalam sebuah permainan, bahkan
meski temannya tersebut belum mampu
untuk ikut bermain juga bisa tumbuh dalam
suasana bermain. Anak-anak mempunyai
istilah yang disebut sebagai bawang
kothong untuk menyebut teman mereka
yang ikut bermain tetapi masih terlalu kecil
Bermain Dakon (Foto: Shinta Carolina) sehingga belum mampu untuk mengikuti
permainan. Anak yang disebut bawang
kothong tersebut tetap diperbolehkan untuk
Pengenalan akan bahasa ibu sangat ikut bermain tetapi tidak mempunyai
terasah pada permainan anak karena ketika kewajiban yang sama dengan teman lainnya
bermain dengan teman-temannya, terutama yang lebih besar dan tidak mendapatkan
di lingkungan rumahnya, anak-anak sangsi apapun atas tindakan tidak
biasanya menggunakan bahasa ibu. melakukan kewajiban itu. Anak-anak yang
Permainan yang akrab dengan imajinasi bawang kothong bisa disamakan dengan
dalam penggunaan bahasa ibu itu akan anak-anak yang sedang magang bermain.
menimbulkan kecintaan pada bahasa ibu.
Nilai tanggung jawab anak-anak juga
Bentuk permainan, lingkungan alam diasah pada saat bermain. Anak-anak tidak
sekitar, dan cara bermain ini pada akan tinggal diam bila ada teman yang
perkembangannya kemudian akan bermain curang. Akibatnya, anak-anak
membentuk kultur suatu kelompok. selalu berupaya untuk bermain secara jujur
dan hati-hati. Rasa saling membantu dan
3.3.18.1. DOLANAN SEBAGAI menjaga dalam satu kelompok dan rasa
PUSAKA patuh terhadap peraturan bermain juga
ditumbuhkan.
Secara jasmani, anak perlu melatih Bermain juga melatih kecakapan
tubuhnya agar sehat. Dengan banyak berpikir, melatih bandel atau tidak
melakukan aktivitas fisik dalam bentuk cengeng, melatih berani, dan mengenal
permainan, tubuh anak akan ringan dan lingkungan. Semua nilai yang disebutkan di
lancar dalam bergerak. Misalnya, permainan atas, pun nilai-nilai positif lain yang belum
yang membuat anak berjalan di atas bambu tersebutkan, akan menjadi bekal buat anak-
akan melatih bagaimana ia melakukan anak untuk menjalani kehidupannya secara
keseimbangan tubuhnya. lebih dewasa, bertanggung jawab, dan
Selain bermanfaat secara jasmani, seimbang.
permainan anak merupakan pusaka karena

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 79

3.3.19. FESTIVAL TRADISIONAL dan ada juga yang religius. Ada yang
berbasis di pedesaan ada yang di daerah
Masyarakat secara umum pasti sudah
perkotaan. Yang berbasis di pedesaan
mengenal festival. Sebagian besar mereka,
biasanya berpusat pada upacara-upacara
langsung maupun tidak langsung,
kesuburan seperti berbagai upacara bersih
setidaknya pernah menyaksikan festival,
desa atau pesta panen, sedangkan di daerah
karena festival sebagai peristiwa dan
perkotaan umumnya berkait pada ucapan
fenomena sosial selalu ada di semua
syukur pada Tuhan atas kemakmuran yang
kebudayaan di dunia. Oleh karena itu,
diberikan.
bukan tidak mungkin, sebagian besar
mereka bahkan pernah mengikuti sebuah Ritus-ritus peralihan adalah upacara-
festival. upacara yang berkait dengan perjalanan
penting seseorang dalam menjalani hidup,
Apakah festival itu? Festival memang
mulai kelahiran, perkawinan, hingga
memiliki banyak pengertian, misalnya
kematian. Dalam masyarakat Jawa ada
sebagai pasar atau sebuah peristiwa budaya
beberapa peristiwa dalam kehidupan
yang terdiri dari serangkaian pertunjukan
keluarga yang diperingati dengan upacara
seni. Kita tentu pernah mendengar istilah
antara lain: tujuh bulan kehamilan,
Festival Komputer yang artinya pasar
kelahiran bayi, turun tanah, khitanan,
penjualan berbagai komputer dan suku
perkawinan, kematian, dan selamatan
cadangnya, serta berbagai hal yang berkait
setelah 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000
dengan dunia komputer. Kita pun pasti
hari meninggal. Ada yang menjalankan
akrab dengan istilah Festival Kesenian
semua upacara itu, ada pula yang
Yogyakarta (FKY), yang artinya
melakukan beberapa upacara yang dianggap
serangkaian pertunjukan seni dari berbagai
penting saja. Berbagai upacara itu pada
bidang, yang berlangsung setahun sekali
intinya adalah doa permohonan kepada
selama hampir satu bulan di daerah
Sang Pencipta semoga mendapat berkah
Yogyakarta.
keselamatan, kebahagiaan, dan
Tetapi ada pengertian lain dari festival, kesejahteraan. Upacara itu penuh dengan
yaitu: simbol-simbol yang dipakai sejak dahulu.
1). Sebuah pesta perayaan, baik bersifat Upacara peringatan kelahiran tokoh
sakral maupun profan, yang ditandai dengan atau peristiwa. Salah satu festival berupa
berbagai prosesi khusus; dan upacara peringatan kelahiran tokoh atau
2). Sebuah perayaan tahunan untuk peristiwa yang penting dicatat dan diketahui
memperingati seorang tokoh terkemuka atau adalah festival-festival keagamaan, artinya
peristiwa penting bersejarah, atau ucapan upacara atau pesta yang dipengaruhi oleh
rasa syukur terhadap hasil panen. Dengan kehadiran agama-agama atau berkait dengan
demikian, festival pada dasarnya adalah perayaan keagamaan. Umat Islam misalnya
sebuah perayaan atau upacara. Nusantara mengenal upacara-upacara maulid, yakni
memiliki banyak bentuk perayaan atau perayaan untuk memperingati hari kelahiran
upacara tradisional ini. Nabi Muhammad. Sedangkan umat Katolik
misalnya memiliki upacara tahunan Paskah
JENIS FESTIVAL dan warga Tionghoa mengenal Peh Cung.
Upacara syukur dan terima kasih.
Dilihat dari bentuknya, maka festival Upacara ini berkaitan dengan ucapan terima
bisa dibeda-bedakan menurut tempat, sifat, kasih kepada Tuhan YME dan alam.
dan tujuannya. Ada yang bersifat sekuler Misalnya upacara labuhan yang diadakan

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 80 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

masyarakat nelayan, upacara merti desa Selain keluarga, festival juga mampu
yang diadakan masyarakat desa dengan menghimpun berbagai kalangan masyarakat
bergotong royong membersihkan kali atau yang berbeda-beda latar belakang untuk
kampung, atau pesta panen yang diadakan hadir pada festival, terutama sebagai
seusai panen, serta banyak upacara-upacara penonton dan pengunjung. Berhubung
lainnya. festival tak jarang menghadirkan
pertunjukan-pertunjukan seni, atau arak-
FUNGSI FESTIVAL arakan yang unik dan menarik, atau
penjualan-penjualan suatu benda tertentu,
Festival memiliki banyak fungsi dan festival tak jarang juga mengundang
tujuan. Baik fungsi dan tujuan di dalam kehadiran orang yang bukan pengikut dari
dirinya maupun makna dan tujuan yang agama atau masyarakat yang
merupakan akibat tidak langsung dari menyelenggarakan festival tersebut.
diadakannya perayaan festival tersebut. Misalnya, pasar sekaten dihadiri banyak
Fungsi utama sebuah festival keagamaan kalangan, baik yang muslim maupun non
tentu adalah sarana ritual. Tetapi di luar itu, muslim. Upacara Peh Cun, dengan
setidaknya ada tiga fungsinya lagi: 1). pertunjukan baronsai dan liongnya, akan
Pewarisan Nilai, 2). Integrasi Sosial, dan 3). mengundang kehadiran banyak warga yang
Wisata Budaya. bukan keturunan Tionghoa. Festival di sini
Pewarisan Nilai. Festival berfungsi secara tidak langsung juga menjadi sarana
untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan integrasi sosial yang lebih luas.
sosial. Di dalam festival terdapat banyak Wisata Budaya. Pemerintah daerah
prosesi, yang di antaranya mengandung sering menjadikan festival sebagai sarana
pengajaran dan pewarisan nilai-nilai moral untuk mendatangkan para turis, baik
dan sosial. domestik maupun internasional, untuk
Festival untuk mengenang dan menonton dan menyaksikan festival.
menghormati seorang tokoh yang dianggap Keunikan sebuah festival memang
suci, saleh, dan baik, tentu saja memungkinkannya untuk dijual sebagai
dimaksudkan terutama agar orang bisa tontonan. Oleh karena itu, festival sering
meneladani dan meniru kesalehan dan dimasukkan dalam kalender program
kebaikan sang tokoh tersebut. pemerintah, terutama oleh bagian pariwisata.
Integrasi Sosial. Jika fungsi yang Dari satu segi, ini sangat mengun-
pertama itu dipetik oleh mereka yang tungkan. Karena penyelenggaraan sebuah
mengikuti festival, maka fungsi lain dari festival yang biasanya membutuhkan
festival adalah kemampuannya untuk pembeayaan yang besar bisa terselenggara
mengumpulkan anggota keluarga yang karena sokongan dana dari pemerintah atau
terpisah-pisah. sponsor. Festival juga dipublikasikan secara
luas, melewati batas-batas daerah di mana
Penyelenggaraan sebuah festival
festival itu sebelumnya dikenal. Festival
keagamaan biasanya akan mengundang
menjadi salah satu alat penarik bagi
kehadiran seluruh keluarga. Bahkan
kedatangan wisatawan.
keluarga yang tinggal jauh akan datang
untuk mengikuti festival. Yang tak pernah FESTIVAL SEBAGAI KEKAYAAN
berjumpa, jadi berjumpa. Yang bersengketa, PUSAKA BUDAYA
jadi damai. Yang damai jadi lebih rekat lagi.
Festival dengan demikian menjadi alat Festival menjadi kekayaan pusaka
pemersatu sosial. budaya yang harus dipelihara dan

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 81

dilestarikan. Sebagai kekayaan warisan


pusaka, ia kadang hanya ada di suatu daerah
tertentu saja. Dalam hal ini, ia kadang jadi
identitas suatu daerah. Sekaten misalnya
telah menjadi salah satu ciri dan identitas
Yogyakarta. Tak aneh, kalau ada orang
yang dianggap belum ke Yogyakarta hanya
karena belum datang ke sekaten.
Festival sebagai warisan budaya terletak
tidak semata-mata pada penyelenggaraan
festivalnya itu saja. Festival memiliki
banyak unsur dan muatan. Nilai moral Upacara Sekaten memperingati Maulid Nabi di
maupun sosial adalah hal yang penting Yogyakarta (Foto: Panduaghie)
untuk dilestarikan di dalam dan melalui
festival.
Selain nilai, pertunjukan seni dan
makanan, baik sebagai sesajen maupun
untuk kepentingan pesta makan, serta
pengetahuan untuk mengolah berbagai
pernik festival, adalah bagian dari warisan
budaya yang harus dilestarikan. Banyak
pertunjukan seni yang tidak dimainkan
kecuali pada atau menjadi bagian dari
prosesi festival. Busana yang pada hari-hari
biasa tidak dikenakan, akan dipakai pada
penyelenggaraan festival. Demikian juga
Maulid adat di Bayan, NTB (Foto: Hairus Salim HS)
dengan makanan, yang pada hari-hari biasa
tidak pernah ada, hadir di sebuah festival
sebagai bagian dari persyaratan
penyelenggaraan festival tersebut.
Dengan demikian, festival sebagai
warisan budaya memiliki banyak
kepentingan. Ia adalah payung dari berbagai
warisan budaya. Menyelenggarakan festival
dengan demikian menyelamatkan banyak
warisan budaya. Menonton festival dengan
demikian mengetahui banyak unsur warisan
budaya, mulai seni, makanan, pakaian, dan
lain-lain. Inilah pentingnya mendudukkan
festival sebagai warisan budaya. Arak-arakan yang mengiringi upacara Waisyak di
Borobudur (Foto: Hairus Salim HS)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 82 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

yang sangat lazim diturunkan kepada anak


cucunya oleh orang Jawa. Bahkan Keris
telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai
Karya Agung Budaya Lisan dan Takbenda
Warisan Manusia pada tahun 2005. Pada
tahun 2008, Keris Indonesia tercantum
dalam Daftar Representatif Warisan
Budaya Takbenda Manusia UNESCO.
Pada awalnya keris adalah senjata
tradisional yang digunakan oleh orang Jawa,
Gunungan dalam pesta panen di Kaliurang, Yogyakarta khususnya digunakan oleh pria. Keris
(Foto: Hairus Salim HS) identik dengan laki-laki, karena wanita tidak
menggunakan keris. Wanita menggunakan
senjata yang bentuknya mirip keris, tetapi
tanpa luk, dan ukurannya lebih kecil,
biasanya disebut patrem. Cara memakainya
pun berbeda dengan keris, dikenakan di
pinggang bagian depan. Pada masa sekarang
patrem masih digunakan oleh para abdi
dalem di Keraton Yogyakarta, seringkali
juga berkaitan dengan kepangkatannya di
dalam struktur birokrasi keraton.
Keris mempunyai peran penting dalam
kehidupan masyarakat banyak suku bangsa
Indonesia. Keris merupakan pelengkap
penting dalam pakaian adat, terutama
upacara pernikahan, pergelaran seni budaya
tradisional dan upacara kerajaan. Keris juga
berfungsi sebagai tanda pangkat dan status
sosial.
Bagi masyarakat Jawa, keris bukan
sekedar senjata tajam. Nilai keris tidak
ditentukan dari tingkat ketajamannya
sebagaimana pisau pemotong daging
Festifal Barongsay di perayaan Tahun Baru Imlek (Foto: misalnya, melainkan dari tuah yang
Shinta Carolina)
terkandung di dalam sebuah keris. Tuah
keris pada umumnya dipercaya dapat
3.3.20. KERIS memberikan sugesti kepada pemakainya,
misalnya menjadi berwibawa, lebih percaya
Pusaka budaya tak ragawi lain yang diri, dan lebih perkasa. Tidak hanya itu,
dianggap penting bagi keluarga orang Jawa, keris pun dipercaya mampu memberikan
terlebih orang Yogyakarta, adalah keris. keberuntungan kepada pemiliknya,
Menariknya, keris inilah yang secara umum misalnya sukses dalam berusaha dan
dan biasa disebut pusaka, dalam berkarir. Di samping tentu saja orang pun
pengertian Bahasa Jawa, oleh orang Jawa. ada yang percaya kepada hal-hal gaib yang
Keris adalah salah satu pusaka keluarga bersangkutan dengan keris.

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 83

Patrem (Sumber: Soeratno, 2002)

Cara meletakkan keris (Sumber: Soeratno, 2002)

Bentuk lain dari perlakuan khusus


Keris (Sumber: Soeratno, 2002) terhadap keris adalah pemberian nama dan
gelar pada sebilah keris, misalnya Kanjeng
Keris berikut sarung dan Kyai Nagasasra sabuk inten. Bahkan di
perlengkapannya sarat akan nilai-nilai Keraton Yogyakarta, keris mempunyai
takbenda dan filsafat. Di antara nilai-nilai derajat yang berbeda, yang namanya
tersebut terdapat simbolisme persatuan memakai gelar Kanjeng Kyai Ageng adalah
antara manusia dan Tuhan, dan antara pria keris yang paling utama. Di bawah
dan wanita. tingkatan tersebut, terdapat keris yang
memakai gelar Kanjeng Kyai dan Kyai.
Keris diperlakukan secara khusus karena Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun,
dianggap memiliki tuah. Cara memakainya misalnya, adalah keris paling utama di
punya aturan, demikian pula cara Keraton Yogyakarta, yang hanya digunakan
menyimpannya, tidak boleh diletakkan oleh sultan sebagai simbol penguasa.
sembarangan. Keris dipelihara dengan cara Apabila keris tersebut diturunkan kepada
disirami (dimandikan) dengan ramuan putranya, maka putra yang menerima keris
tertentu agar supaya keris tidak berkarat dan tersebut adalah yang berhak menjadi sultan
rusak. Cara ini sebenarnya bagian dari berikutnya (putra mahkota)
upaya konservasi.
Bahan untuk membuat keris pun dipilih
dari bahan yang istimewa, dipilih dari besi
murni dengan kualitas terbaik, ditambahkan
dengan batu meteor, dan ditempa
sedemikian rupa sehingga membentuk
pamor. Hanya orang tertentu saja yang
linuwih yang mampu membuat keris,
sehingga ia mendapat julukan empu dan
menduduki status sosial yang tinggi dalam
masyarakat.
Kanjeng Kyai Ageng Jokopiturun (Sumber: Soeratno, 2002)

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III- 84 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Pada masa sekarang, orang tidak lagi digunakan oleh orang biasa disebut
menggunakan keris sebagai senjata. Keris mutitanah.
lebih lazim digunakan sebagai sipat kandel,
yaitu benda yang dipercaya dapat
memberikan berbagai sugesti positif.
Kepercayaan masyarakat akan hal tersebut
masih hidup dengan subur. Keris tetap
menduduki posisi yang penting sebagai
pusaka dan keberlanjutan dari tradisi
menurunkan keris kepada anak cucu masih
dipraktekkan.

Perhiasan dari emas (kiri) dan perhiasan yang terbuat dari


3.3.21. PERHIASAN permata (kanan) (Sumber: Micsik, 1989)

Apabila laki-laki menerima pusaka


keluarga berupa keris, maka wanita
biasanya menerima warisan berupa
perhiasan. Banyak keluarga mempunyai
tradisi mewariskan perhiasan kepada anak
cucu wanitanya, terutama diberikan ketika
anak cucu wanita tersebut menikah. Tentu
perhiasan yang dijadikan pusaka keluarga
tersebut bukan perhiasan biasa, melainkan
yang mempunyai nilai tinggi. Akan tetapi
nilai yang dimaksud, tidak selamanya
adalah nilai nominal, karena perhiasannya
dibuat dari emas permata yang langka dan
mahal harganya.
Seringkali perhiasan yang dimaksud
justru mempunyai nilai nominal yang biasa, Mutiraja, manik-manik kaca berwarna terakota, paling
tetapi nilai intrinsiknya melebihi nilai kanan diberi liontin Mamuli (sumber: Adhyatman, dkk., 1993)
nominalnya. Perhiasan semacan itu biasanya
berkaitan dengan status sosial. Manik-manik Di masa lalu perhiasan tidak sekadar
mutiraja misalnya, adalah manik-manik dipakai sebagai hiasan dan pelengkap
kaca berwarna terakota yang menjadi sangat pakaian agar penampilan terlihat lebih
penting, karena berkaitan dengan cantik dan menarik namun juga berfungsi
kedudukan dan status seseorang. sebagai pelengkap sebuah upacara adat.
Di Sumba, manik-manik mutiraja ini, Penggunaannya sebagai pelengkap upacara
terutama yang diberi liontin mamuli, hanya masih dapat kita saksikan sampai saat ini,
digunakan oleh raja dan keluarganya saja. terutama pada saat upacara pernikahan.
Dengan demikian, seseorang yang memakai Teknik membuat perhiasan tradisional pun
manik-manik tersebut dengan mudah dapat merupakan salah satu jenis keahlian khas
diketahui bahwa yang bersangkutan adalah yang diturunkan dari satu generasi ke
keluarga raja. Manik-manik gelas serupa generasi berikutnya.
juga ada yang digunakan oleh bangsawan,
disebut mutiraja. Sedangkan yang

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 85

keagamaan dan telah berkembang


bentuknya karena kaitannya dengan
3.4. PUSAKA SAUJANA lingkungan alamnya. Kategori ini dapat
3.4.1 APAKAH SAUJANA ITU? dibagi menjadi dua sub kategori:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, a. Lansekap relik (atau fosil) yang
saujana berarti sejauh mata memandang. proses evolusinya telah berakhir
Pusaka saujana diartikan sebagai produk pada masa lampau baik secara tiba-
kreativitas manusia dalam merubah bentang tiba maupun perlahan-lahan.
alam dalam waktu yang lama sehingga b. Lansekap yang proses evolusinya
didapatkan keseimbangan harmoni masih berlanjut dan masih
kehidupan antara alam dan manusia. Dalam memainkan peranan sosial aktif
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia (2003), dalam kehidupan masyarakat masa
pusaka saujana disebutkan sebagai refleksi kini yang juga masih terkait erat
hubungan antara pusaka alam dan pusaka dengan cara hidup tradisional
budaya dalam kesatuan ruang dan waktu
yang luas. Contoh pusaka saujana adalah (iii) Lansekap budaya yang menunjukkan
kawasan Borobudur di Jawa Tengah. keterkaitan kekuatan religius, artistik,
Kawasan dengan pegunungan, sawah, atau budaya dengan elemen alam.
sungai, hutan, dan Candi Borobudur, yang Sebagai produk pengaruh kegiatan
menyatu dengan desa-desa dengan manusia, saujana berada dalam lingkungan
kehidupan dan budaya masyarakatnya. dinamis yang terus mengalami
Di Indonesia, kawasan atau daerah yang perkembangan dan perubahan seiring
dianggap sebagai saujana yang bernilai dengan perubahan jaman. Perubahan-
tinggi sangat banyak. Kawasan-kawasan perubahan budaya, seperti peningkatan
tersebut memiliki nilai sejarah yang kuat, populasi, pertumbuhan kehidupan sosial
sumber arkeologi, kondisi geografi khusus, yang makin kompleks, dan pertumbuhan
sistem alamiah, dan proses perubahan yang kapasitas teknologi, telah merubah
masih terus berlangsung. hubungan antara manusia dan
lingkungannya. Perubahan tersebut dapat
UNESCO dalam Operational Guidelines mengarah ke peningkatan kualitas atau
for the Implementation of the World penurunan kualitas alam dan kehidupan
Heritage Convention tahun 2008 manusia. Dialektik antara masyarakat
menentukan kategori lansekap budaya dengan kegiatannya dan lingkungan alam
(cultural landscape) menjadi tiga kategori terletak pada proses yang menerus dari
utama yaitu: perubahan saujana (Ndubisi dalam
(i) Lansekap yang dirancang dan dibuat Thompson dan Steiner, 1997). Perubahan-
dengan sengaja oleh manusia. Yang perubahan tersebut dapat berakibat pada
termasuk dalam kategori ini adalah berubahnya atau hilangnya budaya-budaya
taman dan kebun raya yang dibuat lokal yang sangat berharga serta biofisik
untuk tujuan estetika yang seringkali bentang alam, yang akan menghilangkan
berkaitan dengan bangunan religius identitas atau keunikan lingkungan. Untuk
maupun monumental. alasan tersebut, saujana membutuhkan
keberadaan manusia untuk memelihara dan
(ii) Lansekap yang berevolusi secara mengelolanya. Pelestarian merupakan upaya
organik. Lansekap jenis ini merupakan yang perlu dilakukan agar perubahan-
hasil dari interaksi penting sosial, perubahan saujana dapat terkontrol dan
ekonomi, administratif, dan/atau

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 86 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

tercipta keharmonisan antara lingkungan jenis saujana yang dimiliki DIY, sesuai
alam dan kehidupan manusia yang dengan karakter kawasan yang ada, antara
berkualitas. lain:
Kawasan pantai
3.4.2. PUSAKA SAUJANA DI DIY Kawasan pegunungan
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki Kawasan pertanian
kawasan-kawasan yang bernilai pusaka
saujana, terutama kawasan perdesaan yang
masih banyak bersifat alami. Ada beberapa

Pusaka saujana pertanian (Foto: Dwita Hadirahmi)

Pusaka saujana pantai (Foto: Dwita Hadirahmi)

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 87

3.4.3. PERAN ALAM DALAM Perjanjian Giyanti pada tahun 1755


SEJARAH DAN FILOSOFI membagi Kerajaan Surakarta menjadi dua,
KEHIDUPAN DI YOGYAKARTA yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi
kemudian menjadi raja pertama di
3.4.3.1. ALAM DAN CIKAL BAKAL Kesultanan Yogyakarta dan bergelar Sultan
KOTA YOGYAKARTA Hamengku Buwono I (HB I). Sultan
kemudian membangun kerajaan di hutan
Alam Sebagai Penentu Pemilihan baringin di sebelah selatan Gunung Merapi,
Lokasi Kota Yogyakarta diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Code
dan Sungai Winongo, yang berhulu di kaki
Apabila kita cermati, kota Yogyakarta Gunung Merapi dan berhilir di Laut Selatan.
merupakan kota dengan letak sangat Pada saat pembangunan kerajaan, Sultan
strategis diapit oleh dua sungai (Sungai HB I tinggal di Pesanggrahan
Code dan Sungai Gajah Wong) yang Ambarketawang, yang terletak di sebelah
berhulu di kaki Gunung Merapi, serta barat keraton.
bertanah subur yang memungkinkan
Adanya dua sungai dengan air
berbagai macam tanaman tumbuh. Kondisi
bersih melimpah dan hutan belantara
ini tidak dapat lepas dari sejarah penentuan
menunjukkan betapa subur daerah tersebut.
lokasi pendirian kota Yogyakarta oleh
Sungai Code di bagian timur keraton,
Pangeran Mangkubumi pada abad ke-15.
sedangkan Sungai Winongo di sebelah barat
Alam, ternyata memegang peran penting
keraton. Pada masa kejayaan keraton,
dalam menentukan letak cikal bakal kota
Sungai Code memisahkan antara
Yogyakarta. Alam selain sebagai penentu
Kesultanan Ngayogyakarta dengan Pura
utama letak kota, juga sebagai penentu pola
Pakualaman, sedangkan Sungai Winongo
kota yang sampai saat ini masih dapat kita
merupakan sungai yang memisahkan antara
amati.
Keraton Ngayogyakarta dengan
Sejarah berdirinya Kerajaan Pesanggrahan Ambarbinangun.
Mataram dimulai dari pemilihan lokasi oleh
Pangeran Mangkubumi. Pada saat itu, ada Hubungan Antara Gunung Merapi,
satu elemen alam, yaitu Gunung Merapi Keraton Dan Laut Selatan Jawa
yang menjadi penentu batas lokasi. Gunung
Merapi juga dianggap mempunyai Sudah sejak dulu Gunung Merapi dan
hubungan atau pengaruh dalam menentukan Laut Selatan Jawa dianggap keramat oleh
lokasi didirikannya Candi Borobudur lingkungan kerajaan dan masyarakat
(Buddha) dan Candi Prambanan (Hindu) khususnya di Yogyakarta. Gunung Merapi
pada abad ke-7 Masehi. Kedua candi dianggap yang menguasai alam. Gunung ini
tersebut tampaknya juga menjadi dianggap mempunyai kekuatan yang
pertimbangan dalam memilih lokasi kota. mempengaruhi jalannya kehidupan kerajaan
Lokasi kedua candi (Candi Borobudur di dan masyarakat di sekitarnya. Secara fisisk,
sebelah barat dan Candi Prambanan di Gunung Merapi sendiri merupakan gunung
sebelah tenggara Gunung Merapi) berapi paling aktif di Indonesia yang
merupakan area subur, sehingga diyakini memiliki ketinggian 2.911 meter. Gunung
bahwa seluruh area di sekitar Gunung ini telah beberapa kali meletus, dan letusan
Merapi merupakan area subur. terakhir yang cukup besar terjadi pada tahun
1994. Di lereng Gunung Merapi terdapat
dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 88 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Plawangan yang merupakan bagian dari menjadi cikal bakal pola kota Yogyakarta
kawasan wisata Kaliurang. Gunung Merapi sampai saat ini.
juga merupakan sumber lebih dari 100 mata Laut Selatan, dengan demikian,
air yang airnya mengalir menjadi Sungai mempunyai arti sangat besar bagi kehidupan
Boyong, Sungai Gendol, Sungai Kuning, kerajaan dan masyarakat sejak jaman dulu.
dan Sungai Krasak yang semuanya Laut Selatan dengan ombak yang cukup
bermuara di Samudera Indonesia. besar dipercaya memiliki kekuatan magis
Sementara itu, kawasan Gunung Merapi dengan penguasa lautnya Nyi Roro Kidul
merupakan satu kesatuan bentang alam (Ratu Kidul), seorang ratu cantik jelita dan
dengan panorama indah. Kawasannya yang pandai. Sampai saat ini, legenda Nyi Roro
luas dengan hamparan hijau di kaki gunung Kidul tidak dapat dipisahkan dari laut dan
dan udara yang sejuk, merupakan gabungan pantai selatan Laut Jawa. Hal ini diperkuat
elemen-elemen alam, seperti puncak gunung, lagi dengan beberapa peninggalan dan
lereng dan tebing, hutan, sungai, dan petilasannya yang konon ditinggalkan di
permukiman penduduk yang menyatu beberapa tempat yang masih dapat kita
membentuk sebuah saujana yang indah saksikan sampai saat ini. Keberadaan
sehingga perlu dilestarikan. peninggalan-peninggalan inilah yang
Pada jaman didirikannya Keraton menyebabkan pantai selatan Laut Jawa
Ngayogyakarta, Pangeran Mangkubumi sepertinya mempunyai daya magnet yang
membangun keraton dengan arah begitu kuat sehingga selalu mengundang
menghadap Gunung Merapi, yang wisatawan untuk datang dan datang lagi.
mengartikan bahwa keraton menghormati si Salah satu pantai yang terkenal di
penguasa alam. Apabila ditarik garis secara Yogyakarta adalah Pantai Parangtritis.
imajiner, maka antara Gunung Merapi, Pantai yang penuh mitos dan nuansa magis
keraton dan Laut Selatan berada dalam satu ini dipercaya sebagai tempat kekuasaan
garis lurus. Garis inilah yang kemudian Ratu Kidul.

Penentuan lokasi Keraton Yogyakarta, tahun 1755 (Gambar: Tim pendidikan Pusaka)

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 89

Garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton, dan Laut Selatan (Gambar: Tim Pendidikan Pusaka)

Kekeramatan Gunung Merapi dan Laut mendapat keselamatan dari segala mara
Selatan Jawa dikuatkan dengan adanya bahaya. Lebih dari itu, sebenarnya kegiatan
kegiatan tradisional labuhan yang labuhan juga dapat menanamkan rasa cinta
dilakukan oleh para kerabat keraton dan masyarakat kepada alam, dan bahwa alam,
masyarakat setiap satu tahun sekali. baik gunung maupun laut perlu dijaga
Labuhan yang berasal dari kata labuh, kelestariannya.
berarti memberi sesaji berupa barang-
barang milik keraton kepada gunung dan Peran Alam pada Fasilitas-Fasilitas
laut. Labuhan gunung dilakukan oleh juru Keraton
kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan.
Barang-barang sesaji diusung naik gunung Peran alam dalam tatanan kehidupan
dan diletakkan di tempat yang telah dipilih, keraton tidak hanya sebatas pendirian
dibarengi dengan upacara dan doa. Labuhan bangunan keraton, namun ternyata alam
laut dilakukan oleh juru kunci laut, dengan sangat berperan dan berpengaruh dalam
upacara dan doa, serta membuang penentuan lokasi fasilitas-fasilitas kerajaan
(melarung) barang-barang milik keraton di serta setiap kegiatan yang ada. Fasilitas
laut. Barang-barang tersebut, baik yang di keraton yang sampai saat ini masih dapat
gunung maupun di laut kemudian menjadi kita temukan adalah Panggung Krapyak dan
rebutan masyarakat yang menonton Tamansari. Panggung Krapyak dahulu
kegiatan tersebut. Kegiatan labuhan di dua merupakan tempat rekreasi raja, yakni
tempat tersebut secara tradisional diartikan berburu, karena raja mempunyai
sebagai bentuk penghormatan keraton dan kesenangan berburu binatang-binatang
rakyat kepada penguasa alam, dengan hutan bersama-sama dengan para pangeran
tujuan agar keraton dan rakyat selalu dan pengiringnya. Maka dipilihlah area di

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 90 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

sebelah selatan keraton yang masih berupa merupakan area kebun yang ditanami
hutan lebat penuh dengan binatang buruan. berbagai macam tanaman bunga dan sayur
Di tengah-tengah hutan tersebut kemudian mayur, tanaman bumbu, tanaman obat, yang
didirikan bangunan untuk tempat istirahat hasilnya dipakai untuk kebutuhan sehari-
raja dan kelompoknya pada saat berburu, hari di keraton. Dapat dibayangkan, betapa
yang disebut Pesanggrahan Garjitowati. melimpahnya air pada waktu itu, yang tidak
Hutan, yang merupakan sebuah kawasan perlu didatangkan dari tempat lain. Pada
yang ditumbuhi dengan lebat oleh saat sekarang, tanda-tanda fisik bahwa di
pepohonan dan tumbuhan lainnya, pada Tamansari dahulu banyak air sudah tidak
awal Kerajaan Ngayogyakarta masih ada, begitu juga keberadaan kebun tanaman
mendominasi kawasan-kawasan di sekitar sudah tidak tampak, karena lahan yang ada
keraton. Dapat dibayangkan betapa hijau telah berubah menjadi perkampungan
dan suburnya kawasan tersebut, karena penduduk.
hutan berfungsi sebagai penghasil oksigen
dan penampung karbon dioksida, habitat
hewan, daerah resapan air, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek
biosfera bumi yang paling penting.
Fasilitas keraton yang lain adalah
Tamansari, sarana rekreasi raja yang berupa
komplek pemandian dan kebun yang
terletak di sebelah barat keraton. Faktor
alam ternyata juga sangat berperan dalam
pemilihan lokasi Tamansari. Area dimana
Tamansari berada disebut desa Pacethokan.
Desa tersebut diberi nama Pacethokan
karena disitu terdapat sumber air (mata air), Tamansari
sehingga sangat tepat apabila pemandian Foto: Suhadi Hadiwinoto
yang membutuhkan banyak air tersebut
dibangun di Pacethokan. Nama Tamansari Air tampaknya menjadi elemen alam
juga sudah mencerminkan isinya. Taman paling penting dan banyak dipakai di
adalah area yang ditanami berbagai tanaman keraton. Di sekeliling tembok batas
termasuk bunga-bungaan, sebagai tempat komplek keraton yang berbentuk segi empat
rekreasi. Sedangkan sari berarti harum, dilengkapi dengan selokan air cukup lebar
sehingga tamansari berarti taman yang di bagian luarnya yang disebut jagang
harum. serta jalan. Jagang ini selain dipakai sebagai
pembatas luar keraton, juga dipakai sebagai
Pada masa itu, di dalam komplek
sarana keamanan dari serangan musuh. Di
Tamansari terdapat kolam pemandian yang
sepanjang tepi jagang ditanami pohon
dipakai oleh sultan dan para putri dan abdi
gayam, dan ternyata selain sebagai peneduh,
dalem-nya, serta bangunan-bangunan untuk
akar pohon gayam dapat menyimpan air
istirahat sultan, dapur dan sebagainya.
hujan, sehingga jagang tidak pernah
Disitu pula terdapat masjid yang letaknya
kekurangan air. Ini merupakan upaya
berada di bawah permukaan air, sehingga
pelestarian lingkungan dengan kearifan
dari atas yang terlihat hanya air. Para putri
lokal. Bahkan, jagang dengan pohon gayam
dapat menaiki perahu dayung berkeliling
ini tertulis dalam tembang berbahasa Jawa
kolam sambil bersantai. Di dekat kolam

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA III - 91

yang menggambarkan tentang Keraton Pemilihan lokasi untuk pendirian candi


Mataram, seperti berikut: tampaknya dengan dua pertimbangan, yaitu:
Ing Mataram, betengira inggil 1) candi dibangun berdekatan dengan sungai,
Ngubengi kedaton dan; 2) candi dibangun di atas bukit. Sungai
Plengkung lima, pinangka lawange dianggap sebagai pusat kehidupan, karena
Jagang jero tur toyane wening sungai merupakan salah satu sumber daya
Ringin pacak suji alam yang mempunyai fungsi serbaguna
Gayam turut lurung
bagi kehidupan dan penghidupan manusia.
(Di Mataram, tembok batasnya tinggi Pada jaman dahulu, candi dan istana
Mengelilingi keraton kerajaan (keraton) adalah pusat kegiatan,
Terdapat lima pintu lengkung sehingga lokasi candi dan keraton perlu
Selokan yang dalam dan airnya bening berdekatan dengan sungai. Sedangkan
Pohon beringin berjajar beberapa candi dibangun di atas bukit
Pohon gayam di sepanjang jalan)
terutama agar acara pemujaan kepada dewa
dapat dilakukan dengan tenang dan khusyuk.
Seiring dengan dibangunnya keraton,
Sultan juga membangun beberapa tempat
peristirahatan yang disebut pesanggrahan.
Ada sekitar empat puluh lima (45)
pesanggrahan yang dibangun tersebar di
kawasan sekitar keraton dan jauh di luar
keraton. Sampai saat ini, pesanggrahan yang
dikenal adalah Pesanggrahan
Ambarketawang dan Pesanggrahan
Garjitowati. Sultan membangun
pesanggrahan tersebut dengan sangat
memperhatikan kondisi alam sekitar.
Sebagai tempat peristirahatan, dipilih lokasi
dengan kondisi air cukup dan pemandangan
alam yang istimewa. Candi Ijo (Foto: Dwita Hadirahmi)

3.4.3.2 ALAM DAN CANDI Contoh candi yang berlokasi di dekat


sungai adalah Candi Prambanan, Candi
Di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup Sewu, Candi Plaosan, Candi Bubrah, yang
banyak terdapat candi, tempat pemujaan semuanya berada dalam satu kawasan
baik agama Hindu maupun Buddha pada berdekatan dengan Sungai Opak.
jaman dahulu. Candi tersebut antara lain
Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Boko, Contoh candi yang didirikan di atas
bukit adalah Candi Boko di atas Bukit Boko,
Candi Plaosan, Candi Ijo, Candi Barong,
Candi Ijo dan Candi Barong didirikan di
dan sebagainya. Bahkan di kawasan
atas Bukit Baturagung. Pada saat itu, bukit-
Prambanan, banyak candi didirikan di
tempat yang saling berdekatan. bukit tersebut masih berupa hutan lebat, dan
untuk mencapai puncaknya seseorang harus
Keberadaan candi ternyata tidak lepas bersusah payah menaikinya. Upaya menuju
dari lingkungan alam yang ada. Pada puncak bukit untuk sampai ke candi ini
kenyataannya, candi-candi tersebut pada termasuk ritual dalam pemujaan. Suasana
jaman dahulu didirikan dengan sepi di atas bukit, dan pemandangan alam
pertimbangan utama keadaan alam.

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY MATERI PENDIDIKAN PUSAKA


III - 92 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

yang sangat indah seakan melepaskan lingkungan secara tradisional kadang tidak
manusia dari urusan duniawi, dan logis, ini tidak berarti selalu berakibat buruk
kekhusyukan memuja para dewa dapat bagi lingkungan. Bahkan sering citra
tercapai. Kepedulian terhadap alam ternyata lingkungan tersebut melahirkan praktik
telah ada sejak jaman dulu. Masyarakat pengelolaan lingkungan yang baik dan
lokal, tradisional atau asli memiliki disebut kearifan ekologi. Secara empiris,
hubungan yang dekat dengan lingkungan kearifan ekologi tersebut terbukti paling erat
dan sumber daya alam. Masyarakat lokal terkait dengan pemanfaatan lingkungan
melalui uji-coba telah mengembangkan menurut cara-cara yang hidup sesuai norma
pemahaman terhadap sistem ekologi dimana budaya. Masyarakat, dengan kearifan
mereka tinggal. Pemahaman mereka tentang ekologinya, secara tidak sadar telah ikut
sistem alam yang terakumulasi biasanya berperan dalam melakukan praktik-praktik
diwariskan secara lisan, yang selanjutnya pelestarian lingkungan. Demikian pula di
disebut kearifan lokal terhadap alam atau jaman Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat,
kearifan lingkungan. Kearifan lokal lahir kepedulian terhadap alam tampaknya sangat
dari pengalaman manusia dalam besar dan menjadi pegangan kehidupan,
memanfaatkan dan mengelola sumber daya khususnya di kehidupan keraton.
alam. Meskipun pengelolaan alam

MATERI PENDIDIKAN PUSAKA Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 1

sepakati untuk dijadikan pusaka


kelompok. Mintalah pula masing-
masing kelompok memberikan alasan
mengapa memilih jenis pusaka yang
ditetapkan sebagi pusaka kelompok
c. Kegiatan b dapat pula dicobakan
dengan membuat kelompok
berdasarkan jenis kelamin yang sama.
Cara ini dapat digunakan untuk melihat
apakah gender mempengaruhi cara
Pembelajaran dengan mengembangkan berpikir untuk memilih pusaka
aktivitas murid ini dirancang untuk kelompok.
meningkatkan pemahaman murid terhadap
materi yang diberikan, sekaligus dapat juga d. Kegiatan b dapat juga dicobakan untuk
dijadikan perangkat evaluasi murid. memilih pusaka budaya ragawi yang
Aktivitas ini sebaiknya dirancang sendiri dijadikan pusaka kelas.
oleh guru, tergantung dari situasi dan e. Bahkan, guru dapat menstimulasi kelas
kondisi sekolah dan murid. Namun bila guru untuk mengusulkan pusaka tingkat
belum memiliki inspirasi, contoh-contoh sekolah.
pembelajaran berikut dapat menjadi
pegangan.
Pada dasarnya aktivitas dapat dilakukan
di dalam kelas maupun di luar kelas,
misalnya dengan melakukan kunjungan.

4.1. AKTIVITAS DI KELAS

4.1.1. DISKUSI PUSAKA BUDAYA


RAGAWI BERGERAK DAN
TAK BERGERAK
Murid diberi tugas riset pusaka budaya ragawi bergerak
a. Diskusikan dengan murid di kelas, dan tak bergerak (Foto: Shinta Carolina)
pusaka budaya ragawi bergerak dan tak
bergerak. Sediakan perangkat aktivitas
4.1.2. PUSAKA KELUARGA
murid (student activity kit), berupa
gambar-gambar yang dapat ditunjukkan Aktivitas murid dapat berupa Proyek
kepada murid, sehingga secara spontan Murid (Student Project). Proyek dengan
murid dapat mengenali pusaka budaya topik Pusaka Keluarga mempunyai fungsi
ragawi bergerak dan pusaka budaya sebagai sarana untuk mengenalkan siswa
ragawi tak bergerak (siapkan contoh) kepada pusaka keluarga masing-masing.
Pengenalan tidak hanya dilakukan kepada
b. Buatlah kelompok-kelompok kecil,
jenis dan bentuknya saja, tetapi juga
terdiri atas 3 atau 4 orang murid (laki-
penelusuran terhadap nilai penting yang
laki dan perempuan). Mintalah masing-
terkandung di dalamnya. Pada tataran
masing kelompok untuk memilih satu
selanjutnya, setelah mengenali baik ciri fisik
pusaka budaya ragawi yang mereka
maupun nilai yang terkandung di dalamnya,

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 2 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

maka siswa diharapkan dapat mempunyai Apabila guru kesulitan menstimulasi


sikap apresiatif dan rasa memiliki. Contoh kreativitas murid dalam membuat pohon
student project yang dapat dilakukan silsilah, berikut ini disertakan beberapa
adalah: contoh. Bahkan program untuk membuat
a. Melakukan riset tentang pusaka family tree pun dapat ditemukan dan
keluarga siswa. Siswa diminta menggali diunduh melalui website.
informasi tentang pusaka keluarganya
melalui metode wawancara (misalnya 4.1.3. PEMBELAJARAN PUSAKA
dengan orang tua atau kakek/nenek). TAK RAGAWI
Informasi yang harus dikumpulkan
adalah jenis pusaka keluarga dan
deskripsinya (misalnya: umurnya
berapa tahun, bentuknya apa, bahannya
apa, fungsinya untuk apa), bagaimana
keluarganya memperoleh pusaka yang
dimaksud, dan mendeskripsikan
perlakuan keluarga terhadap pusakanya.
Akan lebih baik jika disertai dengan
sketsa atau foto.

Murid menonton tayangan audio visual tentang pusaka


budaya, kemudian menceritakan pendapatnya (Foto: Shinta
Carolina)

Untuk mengenal pusaka keluarga mereka, murid-murid


SDN Jragum membuat pameran kecil benda-benda pusaka
- Tanpa berangkat dari teori seni tertentu,
keluarga (Foto: Shinta Carolina) murid didorong untuk mencoba melukis
mengikuti dorongan hatinya, dan
kemudian mencoba menjelaskan apa
b. Membuat Family Tree. Pusaka keluarga
yang ingin disampaikan melalui lukisan
diturunkan dari generasi ke generasi,
itu. Guru tidak menyalahkan ini-itu
oleh karena itu pusaka keluarga sangat
tetapi mencoba menerangkan apa yang
erat kaitannya dengan silsilah keluarga,
mungkin dapat ditangkap pemerhati.
yang biasa digambar dalam pohon
silsilah. Berkaitan dengan hal tersebut, - Tanpa berangkat dari teori seni tertentu,
siswa diminta untuk menggambarkan murid didorong untuk mencoba
pohon silsilah keluarganya, dapat dibuat mengekspresikan sesuatu melalui media
dengan cara sederhana dapat pula tanah liat tiga dimensi dan kemudian
dibuat dengan menggunakan foto mencoba menjelaskan apa yang ingin
keluarga yang akan diletakkan di pohon disampaikan melalui sculpture itu. Guru
silsilah tersebut. tidak menyalahkan ini-itu tetapi

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 3

mencoba menerangkan apa yang mengamati berbagai hal yang terdapat pada
mungkin dapat ditangkap pemerhati. pusaka yang dikunjungi. Guru dapat
- Murid diajak menonton tayangan audio mempersiapkan lembar kerja/ working sheet
visual mengenai lukisan dan patung (siapkan contoh).
untuk mengenal beragam karya dan
gaya para seniman. CONTOH KUNJUNGAN LAPANGAN
- Murid diajak berkunjung ke museum KE KOTAGEDE
lukisan dan patung, dan kemudian
diminta membuat tulisan singkat
Murid diajak berkunjung ke Kawasan
tentang apa yang dilihatnya.
Pusaka Kotagede, yang dahulu merupakan
- Murid diajak berkunjung ke sanggar lokasi ibukota Kerajaan Mataram. Di
pelukis dan berdialog dengan pe- Kotagede murid dapat melihat berbagai
lukisnya. pusaka (heritage) bangunan kuno,
- Diadakan lomba karya murid-murid dan permukiman penduduk, kerajinan
karya terbaik akan dipamerkan pada (handicraft), pakaian tradisional, kue
acara tahunan di sekolah. tradisional, tari tradisional dll. Murid
berkomunikasi dengan warga setempat dan
mendapat tambahan informasi dari guru.
4.2. AKTIVITAS DI LUAR KELAS Murid didorong untuk menyatakan kesan
dan pendapat tentang apa yang dilihatnya
dan bertukar pikiran diantara sesama murid
mengenai hal itu. Sepulang dari Kotagede
murid diminta menulis kesan dan
pendapatnya tentang Kotagede, masyarakat,
dan budayanya. Selanjutnya murid diajak
untuk mengembangkan kegiatan pelestarian
secara sederhana.
Yang diamati dan dipelajari dalam
kunjungan ke Kotagede antara lain,
a) Pusaka lingkungan dan permukiman
tradisional
Guru memberi penjelasan pada kunjungan lapangan (Foto:
Shinta Carolina) - Murid-murid berjalan menelusuri
perkampungan tradisional di
Apabila mungkin, dapat juga diin- Kotagede, guru menerangkan dan
tegrasikan dengan mata pelajaran lain, guru mengajak murid untuk bertukar
dapat mengajak kelas melihat salah satu pikiran mengenai hal itu.
pusaka budaya ragawi tak bergerak (pusaka - Murid diajak menonton Karnaval
bangunan atau pusaka monumen) yang ada Kotagede, guru menjelaskan
di sekitar sekolah, yang ada di kabupaten/ kemudian guru mengajak murid
kota seperti Kawasan Pusaka Kotagede, bertukar pikiran mengenai hal itu.
atau bahkan berkunjung ke warisan dunia,
seperti Kompleks Candi Prambanan. Murid
dengan bantuan panduan dari guru atau
guide yang disiapkan diminta untuk

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 4 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

Pintu gerbang Mesjid Agung Kotagede


Foto: L.T. Adishakti

Jalan/ gang antar rumah, suasana lingkungan yang khas di


Kotagede (Foto: L.T. Adishakti )

Jalan dan rumah tradisional yang rusak karena gempa di


Kotagede (Foto: L.T. Adishakti)

Murid-murid mengamati dan berdiskusi tentang pusaka di


Kotagede (Foto: Shinta Carolina)

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 5

b) Seni busana dan kehidupan masa lalu c) Pusaka kuliner


Murid diajak istirahat di warung
tradisional sambil menikmati Kipo (kue
tradisional di Kotagede), Gudeg yang sangat
terkenal di Yogyakarta dan minum Wedang
Secang. Guru memberi penjelasan tentang
makanan tradisional. Selanjutnya murid
diminta berceritera tentang makanan
tradisional lainnya.

Kipo, makanan tradisional Kotagede (Foto: Shinta Carolina)

Menonton Karnaval di Kotagede, melihat busana masa


lalu (Foto: L.T. Adishakti)

Mengajak anak mengenal kuliner dengan langsung


mencicipinya (Foto: Shinta Carolina)

d) Pusaka dari masa kerajaan Islam


Di Kotagede ada makam Panembahan
Senopati, pendiri kerajaan Mataram. Murid
juga dapat melihat masjid lama yang sudah
diperbaiki. Para tamu yang masuk ke
Seni busana menggunakan batik (Foto: Shinta Carolina) lingkungan makam raja-raja disitu harus
mengenakan pakaian tradisional. Disitu

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 6 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

murid mencoba memakai surjan dan Murid dirangsang untuk mengapresiasi


blangkon. Guru menerangkan tentang seni kerajinan dan setelah kembali ke
busana tradisional. Murid-murid bertukar sekolah didorong untuk mencoba seni
pikiran mengenai kawasan pusaka. kerajinan sederhana seperti melipat kertas,
e) Pohon tua dan pusaka alam membuat anyaman dari daun pandan, dan
sebagainya.
Di Kotagede ada pohon tua yang sudah
berumur 300 tahun. Di lingkungan ini juga
banyak mengandung sejarah tentang pusaka
alam, tentang aliran sungai, mata air, danau
buatan dan sebagainya. Murid diajak untuk
mulai membantu pelestarian alam secara
sederhana dan tidak merusak lingkungan
yang sangat berharga untuk kehidupan kita.

Desain baru kerajinan perak Kotagede karya Tim


Kerajinan Kotagede Pasca Bencana UGM-Exxon Mobile
Oil (Foto: Shinta Carolina)

Pohon Beringin di depan Mesjid Agung Kotagede (Foto: L.T.


Adishakti)

f) Seni kerajinan (handicrafts)


Membuat anyaman dari janur (Foto: Shinta Carolina)
Di Kotagede sejak dahulu telah
berkembang seni kerajinan membuat
perhiasan dari bahan perak, emas, dsb. g) Tari
Murid diajak mengunjungi toko perhiasan Di rumah tradisional yang sudah
perak dan juga pengrajin kecil di kampung diperbaiki setelah gempa, ada beberapa
yang pandai mengerjakan kerajinan perak. kegiatan latihan tari untuk anak-anak. Ada
Guru menjelaskan tentang seni kerajinan.

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 7

yang masih baru mulai belajar, ada yang Guru akan dapat memberikan penjelasan
sudah pandai menari dengan sangat indah. dengan baik kalau ia sudah membaca bahan
Guru menerangkan beberapa hal tentang tari. dasar yang disiapkan dalam program ini.
Murid didorong untuk belajar salah satu tari Meskipun yang akan diterangkan kepada
tradisional di sekolah. murid sedikit, tetapi sebaiknya guru
mempunyai pengetahuan yang luas tentang
berbagai pusaka supaya ia dapat melihat
kerangka keseluruhannya, dan dapat
menerangkan dengan cermat kepada murid-
muridnya.

Praktek menari
Foto: Shinta Carolina

Disini terlihat bahwa dalam satu


kunjungan ke Kotagede banyak yang dapat Jalan-jalan di Tamansari
dilihat dan dipelajari murid tentang pusaka Foto: L.T. Adishakti
ragawi, pusaka tak ragawi dan pusaka alam.
Banyak yang dapat dilihat di Kotagede, Buku panduan ini menyertakan Peta
kemungkinan kunjungan ini tidak selesai Jelajah Kawasan Purbakala Prambanan dan
dalam satu hari sehingga kunjungan Peta Jelajah Kawasan Pusaka Yogyakarta
mungkin dapat dilakukan dua kali. (lihat lampiran). Peta dapat digunakan
sebagai alat bantu guru dalam menentukan
rute perjalanan serta menjadi panduan
sederhana untuk melakukan kunjungan ke
lapangan sehingga pengenalan dan
pemahaman kawasan pusaka dapat
disampaikan dengan cara yang
menyenangkan.

4.3. SERI PENDIDIKAN


PUSAKA ANAK

Dalam program Pendidikan Pusaka


untuk Sekolah Dasar di Indonesia ini, bahan
Jalan-jalan naik andong
ajar untuk guru dan murid sangat penting.
Foto: L.T. Adishakti
Buku ini sebagai panduan untuk guru perlu

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 8 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

dilengkapi dengan bahan ajar yang dapat Biasanya naskah yang dibuat berbentuk
langsung digunakan oleh murid. Sedangkan narasi, yang kemudian diserahkan ke
untuk murid dapat dibuat beragam bentuk penulis skenario untuk dijadikan naskah
alat belajar. Salah satunya adalah Seri komik ataupun cergam
Pendidikan Pusaka Anak (SPPA). Penulis skenario: bertanggung jawab
Dalam tahap perintisan ini telah disusun mengalihkan bentuk dari naskah berupa
25 buah buku SPPA, terdiri dari materi narasi menjadi berbentuk naskah komik atau
pusaka budaya tak ragawi: tari; anyaman; cergam.
permainan, seperti gobagsodor, dakon, dan Penyunting: bertanggung jawab
mainan tradisional dari limbah; batik; seni menyunting naskah komik atau cergam dan
celup ikat; pembawa acara berbahasa Jawa; mengarahkan penggambar untuk
upacara adat Gumbregan; makanan, yang mengerjakan ilustrasi sesuai naskah
terdiri dari kipo, geplak, belalang, tiwul,
tempe, mi lethek dan makanan khas dari Penggambar: bertanggung jawab
Gunungkidul. Untuk materi pusaka budaya membuat gambar berdasarkan skenario
ragawi disusun tentang SD Ungaran, Masjid yang sudah dibuat oleh penulis skenario ke
Syuhada, dan Tamansiswa. Materi dengan dalam bentuk komik maupun cergam.
topik pusaka saujana, yaitu Turgo, Selokan Desainer Grafis: bertanggung jawab
Mataram, Perbukitan Boko dan Kota Pusaka mengolah tata letak (layout) ilustrasi dan
Yogyakarta. naskah menjadi komik atau cergam.
Selanjutnya naskah yang sudah jadi
SPPA sebagai bahan ajar mengenai diserahkan ke editor artistik.
pendidikan pusaka yang sudah disusun
tersebut ditujukan untuk murid SD kelas 4-6, Penyunting artistik: bertanggung
sebagaimana fokus pada tahap program jawab menangani buku dummy (pracetak),
pendidikan pusaka pada saat ini. Dalam memeriksa tata letak, font, kelengkapan
waktu yang tidak terlalu lama SPPA untuk gambar, kesesuaian naskah, skenario dan
murid SD kelas 1 3 akan dipersiapkan gambar. Dalam proses tersebut dihasilkan 2
pula. tahap buku yaitu:
Proses penyusunan SPPA akan Draft buku dummy: buku yang dicetak
melibatkan Tim Pendidikan Pusaka, Guru dalam jumlah terbatas untuk keperluan
dan Tim Artistik dengan kompetensi koreksi.
sebagai: Buku dummy: Buku yang telah
- Penulis naskah mengalami koreksi final dan siap untuk
dicetak
- Penulis skenario
Selama berproses akan dilakukan
- Penyunting beberapa kali Rapat Redaksi yaitu rapat
- Penggambar yang melibatkan seluruh tim penyusunan
- Penata grafis SPPA untuk membahas dan mengoreksi
draft buku dummy hingga menjadi buku
Sumber daya manusia dan tugas dummy (pracetak) yang siap naik cetak.
masing-masing dalam Program Perintisan
Pendidikan Pusaka kali ini adalah: Secara lengkap proses dapat
digambarkan sebagai berikut ini. Pertama
Penulis naskah: merupakan penulis adalah membuat naskah cerita tentang suatu
yang terdiri dari guru peserta program pusaka dan pesan pelestariannya yang akan
pendidikan pusaka maupun tim BPPI. disampaikan kepada anak. Dalam program

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 9

Pendidikan Pusaka untuk Sekolah Dasar kepada tim penyunting untuk melihat
yang melibatkan 13 sekolah dasar DIY ini kembali tata bahasa, alur cerita, dan logika
peran guru sangat penting. Guru dilibatkan bahasa.
juga sebagai penulis naskah. Setelah naskah skenario diedit, ilustrasi
Naskah yang ditulis oleh guru atau penggambaran dapat dimulai.
merupakan naskah yang ide dasarnya Penggambar Tim Pendidikan Pusaka BPPI
diambil dari pusaka yang ada di sekitar kebanyakan mempunyai latar belakang
sekolah, tempat guru tersebut mengajar. pendidikan seni rupa, ada pula yang berlatar
Misal guru SD di Gunungkidul membuat belakang arkeologi. Ketika gambar sedang
naskah mengenai belalang karena belalang dalam proses pengerjaan, antara
merupakan makanan sehari-hari di sana dan penggambar dan para penulis perlu
dapat dijadikan tambahan pendapatan komunikasi agar ilustrasi yang dihasilkan
masyarakat. Guru SD di Kulonprogo sesuai dengan inti dan pesan naskah
menuliskan tentang anyaman yang banyak maupun skenario. Setelah terjadi
ditemukan di masyarakat sekitar namun komunikasi dan persetujuan artistik antara
mulai berkurang jumlahnya karena penulis dan penggambar, skenario yang
digantikan oleh bahan yang terbuat dari sudah bergambar selesai kemudian
plastik. Menemukan dan menghargai diserahkan kepada penata desain tata letak
pusaka yang ada di sekitar kita menjadi hal grafis untuk dijadikan bentuk buku.
penting dalam penulisan naskah SPPA oleh Setelah keseluruhan disain buku jadi,
guru. draft buku dummy (pracetak) tersebut
Naskah yang ditulis guru maupun dibawa ke rapat pleno untuk dicermati
penulis lainnya menjadi dasar untuk bersama atau di diperbaiki kalau ada yang
dijadikan cerita bergambar (cergam) dan kurang. Setelah pengkoreksian jadilah buku
komik. Cergam dan komik diolah dalam dummy Seri Pendidikan Pusaka untuk Anak
bentuk fabel, yaitu cerita yang yang siap dicetak.
menggunakan hewan sebagai tokoh Dalam kenyataannya, pengerjaan ini
utamanya. Bentuk fabel cerita bergambar tidak sepenuhnya linier seperti proses yang
dan komik ini diharapkan dapat membuat diceritakan di atas. Ketika naskah dasar
murid-murid SD menjadi lebih suka dan sudah ada, penulis skenario dapat
lebih mudah belajar mengenai pusaka yang berbincang dengan penggambar untuk
ada di sekitar mereka, maupun pusaka orang membuat skenario yang mempertimbangkan
dan daerah lain. sisi visual. Ketika sedang dalam pengerjaan
Naskah, sebelum berbentuk cerita ilustrasi, naskah dapat berubah-ubah
bergambar dan komik, disusun menjadi menyesuaikan ide penggambar. Pada saat
sebuah skenario cerita bergambar atau itu, penyuntingan dimungkinkan berjalan
komik. Penulis skenario SPPA ini bersama.
mempunyai latar belakang yang bermacam- Berikut adalah judul dan wajah 25 buku
macam, antara lain arkeolog, designer, Seri Pendidikan Pusaka untuk Anak yang
animator film, dosen jurusan televisi, dll, sudah diproduksi Tim Pendidikan Pusaka
yang diharapkan dapat memperkaya aspek BPPI hingga periode Maret 2010.
pusaka. Naskah skenario lalu diserahkan

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 10 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

AKU DAPAT MENGANYAM


Buku ini bercerita tentang Beo, Iwan, Rika dan Tono yang belajar tentang anyaman. Mulai
dari bahan, cara menganyam, nama-nama anyaman yang sering digunakan (dunak, tenggok,
tambir, tampah, kukusan dll). Penjelasan keahlian menganyam sebagai kekayaan pusaka tak
ragawi mencoba menarik perhatian anak untuk ikut serta menggunakan, membuat dan
melestarikan anyaman.

Penulis Naskah: RR. Rumiyati, S.Pd (SDN I Wonorejo)


Penulis Skenario: Dwita Hadi Rahmi
Penyunting: Anggi Minarni
Ilustrator: Imam Nazarudin
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-02-0
Jumlah Halaman: 24 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

APOTIK HIDUP
Cerita fabel tentang apotik hidup/ tanaman obat. Berisi penjelasan tentang apotik hidup
sebagai obat yang diambil dari tumbuh-tumbuhan. Dengan membaca buku ini, anak menjadi
tahu bahwa sebetulnya di lingkungan sekitar kita banyak sekali tanaman-tanaman yang bisa
kita gunakan sebagai obat, yaitu jamu, sebagai ramuan tumbuh-tumbuhan yang berguna untuk
meringankan atau menyembuhkan suatu penyakit tanpa harus pergi ke dokter. Buku ini
mengajak anak memahami pusaka alam (keanekaragam hayati) sekaligus pusaka tak ragawi,
sebuah pengetahuan/ keahlian tentang obat-obatan yang patut dilestarikan.

Penulis Naskah: Rr. Nuryanti, S. Pd. (SDN Kembang Malang)


Penulis Skenario dan Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Anang Saptoto
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-9-7
Jumlah Halaman: 32 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

AYO BELAJAR MEMBATIK


Buku ini mengajak anak memahami batik dengan cara menyenangkan. Tahapan pembuatan
batik diruntut dalam cerita sederhana. Mulai dari kain yang digambar (sketsa) hingga cara
melukis menggunakan kuas atau canthing, penggunaan lilin khusus (malam) untuk embatik;
pewarnaan kain dengan cara dicelup dalam warna, lalu diangin-anginkan agar kering. Dengan
cara ini diharapkan anak mengerti tentang batik, berminat untuk mencoba, memakai batik dan
melestarikannya.

Penulis Naskah: Sofhanah S.Pd. I. (MI Giriloyo)


Penulis Skenario: DS Nugrahani
Penyunting: Anggi Minarni dan Anastasia Melati
Ilustrator: Ign. Ade
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-8-0
Jumlah Halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 11

BAKPIA, KELEZATAN DARI JOGJA


Bakpia adalah makanan khas dari kota Yogyakarta. Buku ini adalah penjelasan tentang
bakpia. Cerita mengambil lokasi di daerah Pathuk dimana bakpia banyak diproduksi.
Bersama tokoh komik bernama Yurna, anak-anak mengenal lebih dekat bakpia, mengenal
bahan-bahannya dan belajar cara membuat bakpia kacang hijau.

Penulis naskah: Sari Wulandari dan Anggun Yurna Nudesia (SD Mudi Mulia Dua)
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Anggun Yurna Nudesia & Mulyo Gunarso
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-6-6
Jumlah Halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

BELALANG, MAKANAN KHAS DARI WONOSARI


Jika kita pergi ke daerah maka kita pasti menemukan berbagai jenis makanan yang berbeda
dari yang biasa kita jumpai. Makanan yang sudah dikenal turun temurun dan menjadi ciri
khas suatu daerah disebut pusaka kuliner. Setiap daerah memiliki pusaka kulinernya,
misalnya rendang dari daerah Sumatra Barat, papeda dari Maluku dan Belalang goreng adalah
pusaka kuliner dari Gunungkidul. Dengan mengenali pusaka kuliner dari berbagai daerah
diharapkan anak akan tahu kekayaan alam di daerah tersebut. Pusaka kuliner membuktikan
betapa alam Indonesia sangat kaya akan bahan pangan, di darat, laut maupun udara. Pada
umumnya pusaka kuliner juga kaya akan gizi, bermanfaat untuk kesehatan,

Penulis Naskah: Ganang Mursid Andaya, S.Pd. (SDN Jragum, Gunungkidul)


Penulis Skenario: Lucia Ratnaningdyah
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Artadi
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-07-5
Jumlah Halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

DAKON
Dakon adalah sebuah alat permainan terbuat dari papan kayu yang mempunyai 16 lubang.
Masing-masing lubang kurang lebih berukuran 8 cm. Cara memainkannya menggunakan biji
dakon, misalnya biji sawo kecik. Pada jaman dahulu, dakon merupakan permainan yang
digemari para putri bangsawan yang tinggal di kraton. Beberapa orang menggunakannya
untuk meramal peruntungan. Dengan dakon, pemain dapat belajar berhitung sekaligus
berstrategi dengan lawannya. Untuk itu, permainan dakon layak disebut sebagai pusaka.

Penulis Naskah: Puji Lestari (SDN Selang, Wonosari)


Penulis Skenario: Nasarius Sudaryono
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Artadi
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-03-7
Jumlah Halaman: 16 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 12 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

GEPLAK
Makanan tradisional adalah makanan yang menjadi ciri khas suatu daerah atau suku, dan
telah dikenal secara turun temurun, sehingga disebut juga sebagai pusaka kuliner. Setiap
daerah memiliki makanan tradisional berupa makanan pokok, lauk-pauk maupun makanan
ringan, seperti kue, keripik, manisan, dll. Karena merupakan makanan khas, makanan ini
sering dijadikan oleh-oleh atau buah tangan ketika kita berkunjung ke suatu daerah. Geplak
adalah salah pusaka kuliner yang ada di Bantul. Pusaka kuliner membuktikan betapa alam
Indonesia sangat kaya akan bahan pangan. Pada umumnya pusaka kuliner juga kaya akan
gizi, dan bermanfaat untuk kesehatan kita. Ayo, kenali pusaka kuliner Indonesia dan jadikan
kue tradisional kita sebagai makanan favorit dan kebanggaan kita.

Penulis Naskah: Darojah, S.Pd (SDN Bantul Manunggal)


Penulis Skenario: Woody Satya Darma
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Imam Nazarudin
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-08-2
Jumlah Halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

GOBAG SODOR
Gobag Sodor adalah permainan sekaligus olahraga yang bermanfaat dan menyenangkan.
Menyehatkan tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa. Dulu, Gobag sodor sangat populer.
Ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan sebutan berbeda. Di Jawa Barat
misalnya, disebut Galah Asin. Di Jakarta namanya Galasin dan di Kalimantan Selatan
namanya Asinan. Dalam Gobak Sodor kita ditantang adu tangkas dan cerdik berstategi. Buku
ini mengajak anak untuk mempraktekkan bermain Gobak Sodor, cara bermain dan aturannya
dibahas dengan lucu dan menarik. Dengan membaca buku ini, anak-anak dapat menemukan
strategi melewati pertahanan lawan bermain.

Penulis Naskah: DS Nugrahani


Penulis Skenario dan Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Prihatmoko
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-4-2
Jumlah Halaman: 16
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

GUMBREGAN
Salah satu tradisi upacara yang hingga kini masih dilaksanakan sebagian warga Gunungkidul
adalah Gumbregan. Menariknya, Gumbregan dibuat oleh manusia tetapi diperuntukkan bagi
raja kaya dan alat-alat pertanian. Buku ini mengajak anak-anak didik untuk bersyukur kepada
Tuhan, menghormati sesama manusia dan alam, termasuk binatang. Terlebih jika binatang
tersebut telah berjasa membantu pekerjaan para petani mengolah sawahnya.

Penulis Naskah: Puji Lestari (SDN Selang, Wonosari)


Penulis Skenario: DS. Nugrahani
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Imam Nazarudin
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-01-3
Jumlah Halaman: 24 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 13

JELAJAH KE BUKIT TURGO


Buku ini mengajak anak memahami hiking yang kata dalam Bahasa Inggris artinya berjalan
kaki, tetapi tidak di jalan yang halus beraspal. Hiking biasa dilakukan di jalan setapak atau di
jalan yang mendaki. Orang yang melakukan hiking namanya hiker. Asyiknya hiking yang
penuh petualangan dapat ditemukan di buku ini. Disamping menyehatkan, hiking juga
menjadi wahana untuk mencintai pusaka alam dan budaya. Dengan membaca buku ini anak-
anak diajak untuk menghargai pusaka alam dan budaya di sekitarnya.

Penulis Naskah: Ani Sulistyawati (SD Tarakanita Tritis)


Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Restu Widianto
Pewarnaan: Ignatius Ade
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-7-3
Jumlah Halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

JUMPUTAN (SENI CELUP IKAT)


Seni celup ikat berasal dari Timur Jauh. Diperkirakan celup ikat sudah ada sejak 3000 tahun
Sebelum Masehi. Celup ikat adalah salah satu teknik atau cara mewarnai kain. Di Indonesia,
celup ikat dapat dijumpai di Jawa, Bali, Palembang, Kalimantan, dan Toraja. Istilah celup ikat
antara satu daerah dengan daerah lain tidaklah sama. Di Jawa, celup ikat biasa disebut dengan
jumputan. Banyak ragam motif yang dihasilkan oleh jumputan ini. Ragam adalah gambar
yang dihasilkan setelah proses jumputan. Yang menarik, teknik celup ikat dapat diterapkan
pada kaos, baju, celana, dan lain-lain. Selain itu, jumputan ini tidak membuat kain atau bahan
menjadi luntur. Proses membuat jumputan bisa dilihat dalam buku ini.

Penulis Naskah: Puji Lestari (SDN Selang, Wonosari)


Penulis Skenario dan Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Ign. Ade
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-3-5
Jumlah halaman: 16 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

KIPO
Kipo adalah nama satu jenis makanan khas Kotagede yang rasanya legit. Kipo terbuat dari
adonan tepung ketan yang diberi warna hijau dari daun suji dan diberi aroma harum dari daun
pandan wangi. Adonan diisi dengan enten-enten, dibentuk bulat lonjong seukuran ibujari
anak-anak, kemudian dibakar. Kipo sebagai pusaka kuliner patut untuk dilestarikan.

Penulis Naskah: Niken Ambarwati, S.Pd (SDN Kotagede I)


Penulis Skenario: Lucia Ratnaningdyah
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Mulyo Gunarso
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-09-9
Jumlah Halaman: 28 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 14 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

MAKANAN TRADISIONAL GUNUNG KIDUL


Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang alamnya kering sehingga menjadi lahan yang baik
untuk tumbuhnya singkong atau ketela pohon. Tanaman ini memiliki banyak manfaat.
Daunnya untuk sayur gudhangan. Akarnya, yang disebut singkong, dimanfaatkan menjadi
bahan makanan pokok, yaitu gaplek. Dari gaplek inilah dibuat aneka macam makanan
tradisional khas Gunungkidul, seperti nasi tiwul, manggleng (semacam keripik), dan tape.
Makanan ini disebut sebagai pusaka kuliner karena telah dikenal secara turun temurun dan
menjadi ciri khas. Pusaka kuliner dari berbagai daerah membuktikan betapa alam Indonesia
sangat kaya akan bahan pangan. Buku ini mengajak anak mengenal pusaka kuliner Indonesia
dan menjadikan makanan tradisional sebagai makanan favorit.

Penulis Naskah: Ganang Mursid Andaya, S.Pd. (SDN Jragum, Gunungkidul)


Penulis Skenario: Jolanda Atmadjaja Herlambang
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Ign Ade
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-10-2
Jumlah halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

SEJARAH MASJID SYUHADA


Masjid Syuhada adalah salah satu pusaka ragawi atau pusaka bangunan yang terdapat di
Yogyakarta. Masjid ini merupakan monumen untuk mengenang pengorbanan 21 pemuda
Indonesia (syuhada) yang gugur dalam pertempuran untuk merebut markas Jepang di
Kotabaru pada tanggal 7 Oktober 1945. Kini, nama para syuhada tersebut diabadikan sebagai
nama-nama jalan di kawasan Kotabaru. Buku ini juga menjelaskan tiga keunikan yang ada
pada Masjid Syuhada.

Penulis Naskah: Wahyu Nugraeni, S.Pd, M.Si. (SDN I Ungaran)


Penulis Skenario: Woody Satya Darma
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Yudha Sandy
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-12-9
Jumlah halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

PANATACARA
Buku ini mengajak anak mengenali Panatacara/panataadicara (MC, master of ceremony) yang
sering hadir di acara perkawinan dalam adat Jawa. Panatacara adalah pemandu acara yang
bertutur kata halus, teratur, dan puitis dalam bahasa Jawa. Untuk menjadi seorang panatacara
diperlukan penguasaan bahasa Jawa yang baik dan benar, pengetahuan tentang adat istiadat,
serta kemahiran berbahasa yang puitis. Inilah keahlian yang diajarkan oleh nenek moyang
kita sehingga kita menyebutnya sebagai pusaka tak ragawi.

Penulis Naskah: Suharni, S.Pd (SDN Selang)


Penulis Skenario: Nasarius Sudaryono
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Mulyo Gunarso
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-00-6
Jumlah halaman: 16 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 15

SEJARAH SD UNGARAN
Bahwa setiap hal yang ada di sekitar kita pasti mempunyai sejarah. Sejarah adalah hal yang
sudah kita lalui. Sejarah adalah pusaka. Demikian pula SD Ungaran I, memiliki sejarahnya
sangat panjang, lebih dari seratus tahun yang lalu. Pada waktu itu namanya Eropeesche
Lagere School, yaitu sekolah untuk anak-anak Bangsa Eropa yang tinggal di Kotabaru. Pada
buku ini anak-anak sekaligus diajak mengenal pusaka bangunan di Kotabaru, terutama
bangunan-bangunan kolonial, kekhasan dan keindahannya.

Penulis Naskah: Wahyu Nugraeni, S.Pd, M.Si. (SDN I Ungaran)


Penulis Skenario: Pang Warman (Fung Wai Ming)
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Sandy Yuda
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-06-8
Jumlah halaman: 24 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

SELOKAN MATARAM
Buku ini mengenalkan anak pada Selokan Mataram, saluran air yang membentang dari barat
ke timur membelah propinsi DIY. Selokan ini menghubungkan sungai Progo di Barat dan
sungai Opak di Timur. Selokan Mataram berhulu di sungai Progo, tepatnya di Bendungan
Karang Talun. Hulu ini terletak di Desa Banjaraya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten
Kulon Progo. Selokan ini berhilir di sungai Opak, di sekitar wilayah Kalasan. Selokan ini
dulu bernama Kanal Yashiro. Pada tahun 1944 Selokan Mataram mulai dibangun sepanjang
30,8 km. Selokan Mataram dibangun atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Penulis Naskah: Sari Wulandari (SD Budi Mulia Dua)


Penulis Skenario: Sinta Carolina
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Mulyo Gunarso
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-2-8
Jumlah halaman: 16 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

TAMANSISWA
Tamansiswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara agar rakyat pribumi mempunyai ilmu
pengetahuan, sekaligus juga bangga dan mencitai bangsanya. Ki Hadjar Dewantara, melalui
tulisan-tulisannya, telah mengobarkan semangat agar bangsanya mampu berjuang untuk
mendapatkan kemerdekaan. Buku ini mengajak anak berkunjung ke Museum Dewantara Kirti
Griya untuk meneladani semangat dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Arsitekturnya unik,
apalagi ada Pendopo Agengnya yang biasa digunakan untuk berbagai aktivitas, misalnya
belajar menabuh gamelan dan menari. Karena itulah, semangat dan pemikiran Ki Hadjar
menjadi pusaka yang berharga.

Penulis Naskah: Fatona Diah Utami, S.Pd. (SD Taman Muda Ibu Pawiyatan/Tamansiswa)
Penulis Skenario: Anastasia Melati
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Prihatmoko
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-05-1
Jumlah halaman: 24 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 16 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

TARI KRATON PUTRI


Tari yang asal-usulnya berasal dari dalam kraton disebut tari kraton. Ada yang menyebut tari
kraton sebagai tari klasik. Dulu, tari kraton hanya dapat dijumpai di dalam beteng atau
lingkungan kraton. Penarinya pun merupakan kerabat raja. Sekarang, tari kraton dapat kita
jumpai di di luar beteng kraton. Penarinya pun berasal dari berbagai kalangan. Di kraton, ada
tarian yang penarinya putera semua atau puteri semua. Tari yang ditarikan oleh puteri semua
misalnya Bedaya, Srimpi, dan Golek. Baik penari Bedaya maupun Srimpi biasanya berdandan
saling mirip. Gerakan tarinya juga biasanya sama. Perbedaan yang tampak jelas adalah pada
jumlah penari. Jumlah penari Bedaya biasanya sembilan atau tujuh penari sedangkan Srimpi
biasanya ditarikan oleh empat penari.

Penulis Naskah: Anastasia Melati


Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Mulyo Gunarso
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-979-18019-5-9
Jumlah: 16 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

TEMPE
Buku ini tentang tempe yang menjadi pusaka kuliner karena dibuat dengan resep turun
temurun. Resepnya dapat dikatakan tidak pernah berubah. Dulu konon tempe hanya dibuat di
Jawa, kemudian menyebar keluar Jawa bahkan ke luar negeri. Tidak hanya itu, tempe juga
digunakan sebagai bahan kuliner internasional, seperti steak dan burger. Anak-anak diajak
untuk makan tempe dan turut melestarikan pusaka kuliner.

Penulis Naskah: Sari Wulandari (SD Budi Mulia Dua)


Penulis Skenario: Athonk Sapto Raharjo
Penyunting: Anastasia Melati
Ilustrator: Ign Ade
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-11-2
Jumlah halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

TIWUL MAKANAN KESUKAANKU


Tiwul adalah makanan yang terbuat dari gaplek, dari singkong, atau ubi kayu. Singkong bisa
dibuat bermacam-macam makanan. Tidak hanya itu, dari singkong pula bisa dibuat kertas
dan, tepung tapioka. Buku ini bercerita tentang tiwul serta cara membuat nasi tiwul, serta
menjelaskan bahwa Tiwul adalah makanan pokok yang bergizi serta enak rasanya. Setelah
membaca buku ini, anak-anak akan mengerti bahwa makanan pokok di Indonesia ada
bermacam-macam.

Penulis Naskah: Suharni, S.Pd (SDN Selang, Wonosari)


Penulis Skenario: Sinta Carolina
Penyunting: Anggi Minarni, Anastasia Melati
Ilustrator: Ign Ade
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-04-4
Judul halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI); Erfgoed Nederland (EN)
Cetakan Pertama: Januari 2010

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA IV - 17

PETUALANGAN DI BUKIT BOKO


Kutut dan sahabatnya Prenjak, berpetualang di bukit Boko. Sebuah bukit di sebelah timur
Yogyakarta dengan sepeda mereka menyusuri jalan-jalan yang indah di punggung bukit dan
mengunjungi beberapa candi yang mengagumkan yang tertata apik di puncak bukit serta
menemukan pemandangan pusaka saujana. Sebuah buku yang bercerita tentang petualangan
yang mengasyikkan untuk menemukan dan memahami pusaka saujana yang tak ternilai
harganya.

Penulis Naskah: DS. Nugraheni


Penulis Skenario: Gunawan Maryanto
Penyunting: Anastasia Melati, Wieske O. Sapardan, Maria A. Kusalasari
Ilustrator: Prihatmoko
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
Konsultan Artistik: Agung Kurniawan
ISBN: 978-602-8756-16-7
Judul halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bekerjasama dengan Erfgoed Nederland
(EN); Kantor UNESCO Jakarta; Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional RI,
Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik
UGM
Cetakan Pertama: Juni 2010

KOTA YOGYAKARTA KOTA PUSAKA


Cerita fabel tentang Kutut yang tiba-tiba saja terlontar ke satu masa, di saat Kasultanan
Yogyakarta masih sangat muda di sekitar Tahun 1790. Bersama Kakek Menjangan, sosok
misterius dari masa lalu, Kutut bertamasya keliling Yogyakarta. Dengan mata kepalanya
sendiri, Kutut menyaksikan dan mengalami, bagaimana kota Yogyakarta masa awal
berdirinya. Sungguh sebuah perjalanan yang tak akan mudah dilupakan. Melalui cerita
bergambar ini, anak-anak diajak menjadi Kutut, yang berkeliling kota Yogyakarta di masa
lalu, mengenal lebih dekat sebuah kota pusaka.

Penulis Naskah: Laretna T. Adishakti


Penulis Skenario: Gunawan Maryanto
Penyunting: Laretna T. Adishakti, Anastasia Melati, Wieske O. Sapardan, Maria A.
Kusalasari
Ilustrator: Yudya Sandy
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
Konsultan Artistik: Agung Kurniawan
ISBN: 978-602-8756-13-6
Judul halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bekerjasama dengan Erfgoed Nederland
(EN); Kantor UNESCO Jakarta; Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional RI,
Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik
UGM
Cetakan Pertama: Juni 2010

Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN


IV - 18 PENDIDIKAN PUSAKA INDONESIA

ASYIKNYA MAINAN DARI DESA


Buku ini mengajak anak mengenal kembali mainan tradisional seperti othok-othok, angkrek,
klonthongan, klothokan atau kitiran. Mainan tersebut adalah mainan tradisional yang dulu
sering dimainkan anak-anak di Yogyakarta. Buku ini menceritakan tentang cara membuat
mainan tradisional dan mengajak anak membuat mainan kreasi sendiri. Banyak manfaat yang
akan didapatkan termasuk menjaga lingkungan karena memanfaatkan barang bekas. Dengan
dikenal anak-anak, mainan tradisional dapat terus lestari sebagai pusaka tak ragawi
Yogyakarta.

Penulis Naskah: Anggi Minarni


Penulis Skenario: Aisyah Hilal
Penyunting: Anggi Minarni, Wieske O. Sapardan, Maria A. Kusalasari
Ilustrator: Artadi
Tata Letak : Carlos Iban
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-8756-15-0
Judul halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bekerjasama dengan Erfgoed Nederland
(EN); Kantor UNESCO Jakarta; Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional RI,
Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik
UGM
Cetakan Pertama: Juni 2010

LEZAT DAN SEHATNYA MI LETHEK


Mi lethek merupakan salah satu pusaka kuliner dari Srandakan, Bantul. Disebut mi lethek,
karena warnanya kusam. Selain lezat, mi lethek juga sehat karena tidak mengandung bahan
pengawet, pemutih, dan bahan pewarna berbahaya. Mi lethek terbuat dari singkong sehingga
dapat menjadi makanan pokok pengganti beras.

Penulis Naskah: Bondan Winarno


Penulis Skenario: Aisyah Hilal
Penyunting: Haerus Salim, Anastasia Melati, Wieske O. Sapardan, Maria A. Kusalasari
Ilustrator: Ign. Ade
Tata Letak : Anang Saptoto
Penyunting Artistik: Sinta Carolina
Editor in Chief: Anastasia Melati
ISBN: 978-602-9756-14-3
Judul halaman: 20 hlm
Penerbit: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bekerjasama dengan Erfgoed Nederland
(EN); Kantor UNESCO Jakarta; Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional RI,
Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik
UGM
Cetakan Pertama: Juni 2010


evaluation dapat dilakukan dengan
4.4. EVALUASI SISWA menstimulasi murid untuk
mempresentasikan proyeknya di tingkat
kelas atau sekolah. Evaluasi oleh orang tua
Student Project dapat dievaluasi dengan murid dapat dilakukan dengan membuat
berbagai cara. Cara yang umum adalah pameran karya siswa.
memberikan nilai kepada karya siswa. Akan
tetapi, dapat juga diwujudkan tidak hanya
dengan nilai, melainkan dengan pemberian
apresiasi kepada karya siswa tersebut, baik
oleh guru, oleh teman sekelasnya (peer
evaluation), dan oleh orang tua murid. Peer

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN Panduan untuk Guru Sekolah Dasar di DIY


ix

DAFTAR PUSTAKA
Adishakti, Laretna, T.; 1993; Fungsi dan Makna Tanaman Tradisional di Yogyakarta; Laporan
Penelitian DPP Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta
Adishakti, Laretna, T.; 2003; Pusaka: Keanekaragaman, Keunikan, dan Kerangka Dasar Gerakan
Pelestarian; Makalah disampaikan dalam Kongres Kebudayaan V; Bukittinggi
Adishakti, Laretna, T.; 2004; Building Alliances in Indonesia: From People to People by People;
Makalah dipresentasikan pada the Conference on Heritage Conservation in South, and Southeast
Asia: World Monument Fund Heritage Conservation, New Alliances for Past, Present and Future,
diselenggarakan oleh World Monument Fund; Colombo, Sri Langka
Anonim; 1877; The Manifesto of the Society for Protection on Ancient Buildings
Anonim; 1964; Venice Charter
Anonim; 1995; Makna simbolik tumbuh-tumbuhan dan bangunan Kraton: Suatu kajian terhadap
Serat Salokapatra; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Anonim; 1998; Architecture; Indonesian Heritage; Archipelago Press; Singapore
Anonim; 2000; Flora Fauna potensi Daya Tarik Wisata Kab. Sleman;
http://www.docstoc.com/docs/20905685/Potensi-Flora-dan-Fauna-Khas-Yogyakarta
Anonim; 2003; Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003; Jaringan Pelestarian Pusaka
Indonesia bekerjasama dengan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS)
Indonesia dan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata pada Tahun Pusaka Indonesia
Anonim; 2008; Analisis Simbolik Bedaya sebagai Pemeragaan Nilai: Studi Kasus Kepenarian
Retno Maruti; Tesis pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya; Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
Anonim; Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
http://www.dephut.go.id/; Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Anonim; Selamat Datang di Taste of Jogja - Taste The Real Java; http://www.tasteofjogja.com/;
Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Ariani, Christiani; dkk.; Pembinaan Nilai Budaya melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa
Yogyakarta; Yogyakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ashworth, GJ.; 1991; Heritage Planning: Conservation as Management of Urban Change; Geo
Press, the Netherlands
Ashworth, GJ.; Tunbridge, JE.; 1990; The Tourist-Historic City; Belhaven Press; London and New
York
Byard, Paul S.; 1998; The Architecture of Additions: Design and Regulation; W.W Norton &
Company; London

Daftar Pustaka
x
Bambang Pudjaswara; 1984; Pengaruh Sistem Nilai Budaya Kaum Ningrat Jawa terhadap
Kehidupan Seni Tari Keraton Yogyakarta; dalam Laporan Penelitian ASTI; Yogyakarta
Curt, Sachs; 1937; World History of the Dance; The Norton Library; New York
Daeng, Hans; 1982; Permainan ke Arah Berpikir Matematis; Majalah Basis; edisi Juni; hlm. 208
213
Danandjaja, James; 1994; Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain; Grafiti, Jakarta
Dibia, I Wayan., Widaryanto, FX., Suanda, Endo.; 2002; Tari Komunal; Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara; Jakarta
Droste, Bernd von; Harald Plachter; Rossler Mechtild; Eds.1995; Cultural Landscapes of Universal
Value, Components of a Global Strategy; Gustav Fischer Verlag Jena; Stuttgart; New York
Efendi; Fenomena Hutan Tropis; http://www.members.tripod.com/~biodiv/fenomena.htm
Falassi, Alessandro (ed.); 1987; Time Out of Time: Essays on the Festival; University of New
Mexico Press, New Mexico
Fandeli, C.; Kaharuddin; Mukhlison; 2003; Perhutanan Kota; Fakultas Kehutanan UGM;
Yogyakarta
Fred, Wibowo (ed.); 1981; Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta; Dewan Kesenian Propinsi
DIY; Yogyakarta
Gorham, Eville; 1997; Human Impact on Ecosystem and Landscape, dalam Nassauer, Joan I.;
1997; Placing Nature: Culture and Landscape Ecology; Island Press; Washington, D.C.
Goudie, Andrew; 1991; The Human Impact on the Natural Environment; The MIT Press;
Cambridge; Massachusetts
Haber, W.; 1995; Concept, Origin and Meaning of Landscape; dalam von Droste, B., Plachter, H.,
dan Rossler, M.; 1995; Cultural Landscapes of Universal Value; Gustav Fisher Verlag; New
York
Hadi, Sumandiyo, Y.; 2001; Pasang Surut Tari Klasik Gaya Yogyakarta: Pembentukan-
Perkembangan-Mobilitas; Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta; Yogyakarta
Haryanto, S.; 1988; Pratiwimba Adhiluhung: Sejarah dan Perkembangan Wayang; Djambatan;
Jakarta
Jogja Heritage Society; 2007; Homeowners Conservation Manual: Kotagede Heritage District,
Yogyakarta, Indonesia; Jogja Heritage Society; UNESCO Bangkok and UNESCO Jakarta
Kasim, M.; 2005; Estuary: Lingkungan Unik yang Sangat Penting;
http://marufkasim.blog.com/tag/estuary-lingkungan-unik-yang-sangat-penting/
Kussudiardja, Bagong; 2000; Dari Klasik hingga Kontemporer; Padepokan Press; Yogyakarta
Larkham, Peter J. 1996. CONSERVATION AND THE CITY. Routledge, London and New
York;
Maryono, A.; 2002; Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai; Program Magister Sistem Teknik,
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
Maryono, Oong; 2000; Pencak Silat: Merentang Waktu; Galang Press; Yogyakarta
Majalah GONG; edisi 77/2006; Silat: Dunia Abu-Abu Gerak

Daftar Pustaka
xi

Majalah GONG; edisi 82/2006; Permainan Masa Lalu di Masa Kini


Majalah GONG; edisi 88/2007; Menjadi Sembuh, Mencari Keseimbangan
Majalah GONG; edisi 104/2008; Demokrasi Makan(an)
Majalah GONG; edisi 114/2009; Lagu Dolanan Siapa
Melati, Anastasia; 1996; Badhut Sinampurna sebagai Wahana Ruwatan di Desa Ploso Kecamatan
Tegalombo Kabupaten Pacitan; Skripsi pada Jurusan Tari, Institut Seni Indonesia;
Yogyakarta
Miller dan Armstrong; 1982; Living in the Environment; Belmont, CA; Wadsworth
Mimura, Hiroshi; 2003; The Awakening of A Heritage Environment Ethic in Asia; Makalah
dipresentasikan pada International Symposium and Workshop Managing Heritage
Environment in Asia; diselenggarakan oleh Pusat Pelestarian Pusaka, Jurusan Arsitektur dan
Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
Poerwokoesoemo Soedarisman; 1985; Kadipaten Pakualaman; Gadjah Mada University Press;
Yogyakarta
Rypkema, Donovan D.; 2002; The ECONOMICS OF HISTORIC PRESERVATION: a Community
Leaders Guide; National Trust for Historic Preservation; Washington DC
Sedyawati, Edi; 1999; Permainan Anak-anak sebagai Aspek Budaya; Naskah Seminar Nasional
Dolanan Anak; Graha Sabha Pramana UGM Yogyakarta
Sedyawati, Edi (ed.); 1984; Tari; Pustaka Jaya; Jakarta
Soedarsono, R.M.; 1990; Wayang Wong: Drama Tari Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta;
Gadjah Mada University Press; Yogyakarta
Suharto, Benedictus; 1998; Dance Power: The Concept of Mataya in Yogyakarta Dance;
Masyarakat seni Pertunjukan Indonesia; Bandung
UNESCO; 1972; UNESCO Convention Concerning the Protection of World Cultural and Natural
Heritage; UNESCO World Heritage Centre; Paris
UNESCO; 2003; UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage;
Paris
UNESCO and Institute for Tourism Studies (IFT); 2007; 4th edition Training Handbook (Core
Module) for Cultural Heritage Specialist Guid; IFT & UNESCO; Macao SAR
Wardhana, Wisnu; 1990; Kereta-Kereta Kraton Yogyakarta: Analisisi Bentuk dan Teknologi
Pembuatannya; Skripsi Sarjana, Jurusan Arkeologi, Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
Wijaya, Putu; 2007; Teater: Buku Pelajaran Seni Budaya; LPSN; Jakarta
World Heritage Centre; 2008; Operational Guidelines for the Implementation of the World
Heritage Convention; UNESCO World Heritage Centre; Paris
World Historic Cities Organization; 2003; The World Heritage Cities Management Guide; World
Historic Cities Organization; Quebec
Yunus, Ahmad; 1981; Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta; Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan; Yogyakarta

Daftar Pustaka
Lampiran
 3-1

PIAGAMPELESTARIANPUSAKAINDONESIA

INDONESIACHARTERFORHERITAGECONSERVATION











TahunPusakaIndonesia2003dikelolaolehJaringanPelestarianPusakaIndonesiadanInternationalCouncilon
MonumentsandSites(ICOMOS)IndonesiadidukungolehKementerianKebudayaandanPariwisataRI
IndonesiaHeritageYear2003organizedbyIndonesianNetworkforHeritageConservationandInternationalCouncilon
MonumentsandSites(ICOMOS)IndonesiasupportedbyMinistryofCultureandTourismRepublicofIndonesia

Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


Lampiran
 3-2

PIAGAMPELESTARIAN INDONESIACHARTER
PUSAKAINDONESIA FORHERITAGECONSERVATION

Pembukaan Preamble

Kamiparapelakudanpemerhati We,theadvocatesandpractitionersforthe
pelestarianpusakaIndonesiabersyukurbahwa conservationofIndonesianheritage,praise
Indonesiasebagainegarakepulauanyang GodAlmightythatIndonesia,theworlds
terbesardikaruniaiTuhankeanekaragaman largestarchipelago,isendowedwiththe
kekayaanalamdanbudayayangistimewa, diversityandabundanceofextraordinary
yangmenjadisumberilham,dayacipta,dan natureandculturesthatprovidedivinely
dayahidup.Kesadaran,perhatian,danupaya inspiredcreativity,imagination,andvitality.
untukpelestarianpusakaIndonesiasudah Awareness,concern,andeffortsfor
mulaitumbuhdandiperlukanpenguatanyang conservationhavebegunandneedtobe
berkelanjutan.DalamrangkaTahunPusaka strengthenedandcontinued.Inthe
Indonesia2003disusunpiagamuntuk frameworkofIndonesiaHeritageYear2003,
meneguhkanupayapelestarianpusaka wehavecomposedthischarteraffirming
Indonesia. effortsforheritageconservationinIndonesia.

Kesepakatan Understanding

Kamibersepakatbahwa: Wesharetheunderstandingthat:
1. PusakaIndonesiaadalahpusakaalam, 1. TheheritageofIndonesiaisthelegacyof
pusakabudaya,danpusakasaujana. nature,culture,andsaujana,theweaveof
Pusakaalamadalahbentukanalamyang thetwo.Naturalheritageistheconstruct
istimewa.Pusakabudayaadalahhasil ofnature.Manmadeheritageisthelegacy
cipta,rasa,karsa,dankaryayangistimewa ofthought,emotion,intentions,and
darilebih500sukubangsadiTanahAir worksthatspringfromover500ethnic
Indonesia,secarasendirisendiri,sebagai groupsinTanahAirIndonesia,singularly,
kesatuanbangsaIndonesia,dandalam andtogetherasonenation,andfromthe
interaksinyadenganbudayalain interactionswithothercultures
sepanjangsejarahkeberadaannya.Pusaka throughoutitslengthofhistory.Saujana
saujanaadalahgabunganpusakaalamdan heritageistheinextricableunitybetween
pusakabudayadalamkesatuanruangdan natureandmanmadeheritageinspace
waktu; andtime.
2. Pusakabudayamencakuppusaka 2. Culturalheritageincludesbothtangible
berwujuddanpusakatidakberwujud; andintangiblelegacies;
3. Pusakayangditerimadarigenerasi 3. Heritage,bequeathedfromthe
generasisebelumnyasangatpenting generationsthatprecedeus,istheavital
sebagailandasandanmodalawalbagi foundationandinitialcapitalforthe
pembangunanmasyarakatIndonesiadi developmentoftheIndonesiannationin
masadepan,karenaituharusdilestarikan thefuture,andforthesereasons,mustbe
untukditeruskankepadagenerasi conservedandpassedalongtothenext
berikutnyadalamkeadaanbaik,tidak generationingoodcondition,withoutloss
berkurangnilainya,bahkanperlu ofvalue,andifpossiblewithanenhanced
ditingkatkanuntukmembentukpusaka value,toformheritageforthefuture.
masadatang; 

Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


Lampiran
 3-3

4. Pelestarianadalahupayapengelolaan 4. Heritageconservationisthemanagement
pusakamelaluikegiatanpenelitian, ofheritagethroughresearch,planning,
perencanaan,perlindungan, preservation,maintenance,reuse,
pemeliharaan,pemanfaatan,pengawasan, protection,and/orselecteddevelopment,
dan/ataupengembangansecaraselektif tomaintainsustainability,harmony,and
untukmenjagakesinambungan, thecapacitytorespondtothedynamicsof
keserasian,dandayadukungnyadalam theagetodevelopabetterqualityoflife.
menjawabdinamikajamanuntuk 
membangunkehidupanbangsayanglebih
berkualitas.
 Concern
Keprihatinan
Weshareconcernthat:
Kamiprihatinbahwa: 1. MuchirreplaceableIndonesianheritageis
1. BanyakpusakaIndonesiayangtakternilai degraded,damaged,destroyed,lost,or
telahtercemar,rusak,hancur,hilang,atau threatenedthroughneglect,ignorance,
terancamkelestariannyaakibat incompetence,andmismanagement,for
ketaktahuan,ketakpedulian, shorttermgain,andbyspecialinterest
ketakmampuan,dansalahurusdemi groups;
keuntunganjangkapendekdan 2. Therehavebeentrivializationand
kepentingankelompoktertentu; impoverishmentofcultureandthe
2. Telahterjadipendangkalandan weakeningofcreativity,initiative,andself
pemiskinanbudayasertamelemahnya confidenceurgentlyneededtoface
dayacipta,prakarsa,danrasapercayadiri turbulentglobalchangeaswellasto
yangsangatdiperlukandalammenghadapi independentlydefinethefutureofthe
gejolakperkembanganduniaserta nation;Thereremainmanysocial,
bertindakmandiridalammenentukan political,economic,andresource
masadepanbangsa; allocationimbalancesandalackofclear
3. Masihbanyakketidakadilansosial,politik, frameworks.Thisisnotfavorablefor
ekonomi,alokasisumberdaya,dan heritageconservationeffortsinIndonesia.
kelangkaantatananyangjelas.Keadaanini 3. Thereremainmanysocial,political,
tidakmenguntungkanbagiupayaupaya economic,andresourceallocation
pelestarianpusakaIndonesia; imbalancesandalackofclear
4. Peluangpeluangdalamdinamikalokal, frameworks.Thisisnotfavorablefor
nasional,danglobalkurangdikenalidan heritageconservationeffortsinIndonesia.
dimanfaatkanuntukmelakukan 4. Opportunitieswithinlocal,national,and
transformasisosialdanekonomidemi globaldynamicsarenotwellrecognized
kemajuanbangsadanpenguatan andutilizedforsocialandeconomic
pelestarianpusakaIndonesia; transformationstoenhancenational
5. Masyarakattradisional,golongan developmentandheritageconservation
minoritas,dankelompoktertentu inIndonesia;
terpinggirkanakibatkurangnya 5. Traditionalethnicgroups,minorities,and
pemahamanbersamatentangkeragaman certaincommunitiesaremarginalizeddue
danpentingnyamerajutkeragaman tolackofunderstandingandappreciation
tersebutdalamsemangatgotongroyong ofdiversity,andtheimportanceof
membangunkehidupanyanglebihbaik. weavingthediverseresourcesinto
 symbioticinteractionsofbrotherhood.

Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


Lampiran
 3-4

AgendaTindakan Action

Kamiparapelakudanpemerhatipelestarian We,theadvocatesandpractitionersof
bertekaduntukbersamasamadengan Indonesianheritageconservation,are
kemitraanyangsehatmemperjuangkan determinedtoworkhardtogetherinhealthy
pelestarianpusakaIndonesiasecara partnershipsforaholistic,systematic,and
menyeluruhterpadu,sistematikdan sustainableheritageconservationthroughfair,
berkesinambungan,melaluimekanismedan democratic,andharmoniousprocessesand
prosesyangadil,demokratik,sertaharmonis mechanismssupportedbyclearandconsistent
didukungolehlandasanhukumyangjelasdan laws.
konsisten.

Kamimengajaksemuapihakuntuk: Weappealtoallpartiesto:
1. Berperanaktifmelakukantindakan 1. Takeupanactiveroleinheritage
pelestarianyangdapatberbentuk conservationthroughpreservation,
pengawetan,pemugaran,pembangunan restoration,reconstruction,revitalization,
kembali,revitalisasi,alihfungsi,dan/atau adaptivereuse,orselecteddevelopment.
pengembanganselektif; 2. Takeimmediatemeasurestosave
2. Segeramengambiltindakanpenyelamatan endangeredheritagefromdamage,ruin
pusakayangterancamkerusakan, andextinction;
kehancuran,dankepunahan; 3. Improvethecapacity,principles,
3. Mematangkanprinsip,proses,danteknik processes,andtechniquesofconservation
pelestariansecarasistematikdan insystematic,comprehensiveways
komprehensifyangsesuaidengankonteks appropriatetotheIndonesiancontext;
Indonesia; 4. Raisetheawarenessofallparties
4. Meningkatkankesadaransemuapihak (government,professional,privatesector,
(pemerintah,profesional,sektorswasta, andcommunity,includingyouth)onthe
danmasyarakattermasukgenerasimuda) importanceofheritageconservation,
tentangpentingnyapelestarianmelalui througheducation(bothformalandnon
prosespendidikan(formaldannon formal),training,publiccampaign,and
formal),pelatihan,kampanyepublik,dan otherpursuasiveapproaches;
tindakantindakanpersuasiflainnya; 5. Raiseinstitutionalcapacity,develop
5. Meningkatkankapasitaskelembagaan, managementsystems,aswellasrole
mengembangkansistempengelolaan, sharingandresponsibiltythatarefairand
sertamembagiperandantanggungjawab inclusiveofallpeople,sothat
secaraadilyangmelibatkanmasyarakat conservationeffortscanbecarriedout
agarupayapelestariandapatdilakukan effectivelywithsynergy.
denganefektifdansinergis; 6. Expandnetworksofcooperationand
6. Memperluasjaringankerjasamaserta developresourcesincludingmeansof
mengembangkansumberdayatermasuk fundingtosupportheritageconservation.
membangunsistempendanaanuntuk 
mendukungupayaupayapelestarian; 
 



Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


Lampiran
 3-5

7. Menguatkanpengawasan,pengendalian, 7. Reinforcelegaloversight,control,and
danpenegakanhukummelalui enforcementthroughthedevelopmentof
pengembanganperaturanperundangan, regulations,thelegalsystem,mechanisms
sistemperadilan,mekanismeyangjelas, thatareclear,fair,consistent,andthe
adil,dankonsistendenganmelibatkan strengtheningofsocialcontrol;
masyarakat; 8. Understandandrecognizetherightsand
8. Mengenalidanmenghargaihakdan potentialsofmarginalizedpeopleaswell
potensimasyarakatyangterpinggirkan astoassistandreempowerthe
sertamelakukanupayapendampingan communityintheconservationand
gunamenguatkankembalikeberdayaan stewardshipoftheirheritageforsustained
merekadalammelestarikandan prosperity.
memanfaatkanpusakauntuk 
kesejahteraanyangberkelanjutan.


Penutup Close

Demikianpiagaminikamisusun Thischarteristheresultofdiscussions
denganmempertimbangkanberbagai amongstheritageconservationorganizations
pemikirandariorganisasipelestarianpusaka fromvariousregions,universities,bureaucrats,
diberbagaidaerah,kalanganperguruan professionalsinheritageconservation,and
tinggi,pejabatpemerintah,profesionaldi representativesfromthecommunityatlarge.
bidangpelestarianpusaka,danwakilwakil
masyarakatumum.

Piagamakandilengkapikemudiandengan Thecharterwillbecompletedsoonwitha
penjelasanuntukpelaksanaan. clearplanforrealization.

KamiyakinupayapelestarianpusakaIndonesia Webelievethatheritageconservationin
dapatmembantumeneguhkanjatidiribangsa Indonesiawillhelptoaffirmthenations
dalammasyarakatduniayangsangat identityintheworldsverydiverseand
beranekaragamdandinamik,meningkatkan dynamiccommunity,enhancingthequalityof
kesejahteraanmasyarakatsecaraluas,serta life,andtoprovidevaluablecontributionto
memberikansumbangsihbagimasyarakat theworldcommunity.Wepraythatour
dunia.SemogaTuhanYangMahaEsa Creatorwillshoweranabundanceofstrength,
melimpahkankekuatan,kemampuan,dan ability,andwisdomuponournationandits
kearifankepadabangsaIndonesiaserta leaderssowecanachievethesegoals.
pemimpinnyauntukdapatmencapaitujuan
tersebut.


Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


Lampiran
 3-6

Kamiyangbertandatangandibawahini We,thesignatoriesbelow,areofoneaccord
menyepakatiPiagamPelestarianPusaka ontheIndonesianCharterforHeritage
Indonesiadanbertekaduntukbersamasama Conservationandaredeterminedtocarryout
melaksanakanAgendaTindakandalamDasa togethertheActionPlanintheIndonesia
WarsaPelestarianPusakaIndonesia2004 HeritageDecade20042013.
2013.

TonggakTahunPusakaIndonesia2003 IndonesiaHeritageYear2003
Ciloto,13Desember2003 Ciloto,13December2003





Untukinformasiselanjutnyasilahkanhubungi:

BadanPelestarianPusakaIndonesia(IndonesianHeritageTrust)
Jl.VeteranINo.27Jakarta10110,Indonesia
Telepon/Fax:62.21.3511127
Email:bppi@bppiindonesianheritage.org
Website:www.bppiindonesianheritage.org


Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 1

SUMBER INFORMASI PUSAKA INDONESIA

INSTITUSI PEMERINTAH PUSAT

KEMENTERIAN GedungSaptaPesona Unsurpelaksanapemerintahyang


KEBUDAYAANDAN Jl.MedanMerdekaBaratNo.17 menyelenggarakanurusanpemerintahan
PARIWISATA Jakarta10110 dibidangkebudayaandankepariwisataan
Tel. (021)3838167 
Fax. (021)3849715

KEMENTERIAN Jl.DI.Panjaitan,KAV.24, MewujudkanKementerianLingkungan


NEGARA KebonNanas, Hidupyanghandaldanproaktif,serta
LINGKUNGAN Jakarta13410 berperandalampelaksanaan
HIDUP,  pembangunanberkelanjutan,dengan
 menekankanpadaekonomihijau

KEMENTERIAN Jl.MedanMerdekaBaratNo.3 MewujudkanKoordinasiBidang


KOORDINATOR JakartaPusat KesejahteraanRakyatUntukMencapai
BIDANG Tel. (021)3459444 IndonesiaSejahtera,Maju,danMandiri
KESEJAHTERAAN  2020
RAKYAT

KEMENTERIAN Jl.JenderalSudirman Mewujudkanterselenggaranyalayanan


PENDIDIKAN Senayan,Jakarta12041 primaPendidikanNasionaluntuk
NASIONAL Tel. (021)57950226 membentukinsanIndonesiacerdas
 Hotline (021)33330042 komprehensif


INSTITUSI PEMERINTAH DAERAH

KANTORDINASKEBUDAYAAN Jl.CendanaNo.11Yogyakarta 
PROP.DIY Telp (0274)562628
Fax (0274)564945

SUBDINASPARIWISATA Jl.Dr.RajiminYogyakarta 
KABUPATENSLEMAN Telp (0274)869613

DINASKEBUDAYAANDANPARIWISATA Jl.KRT.PringgodiningratNo.13 
KABUPATENSLEMAN BeranTridadiSlemanYogyakarta
Indonesia
Telp/Fax(0274)869613
prtourismsleman@yahoo.co.id

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 2

DINASPENDIDIKAN Jl.MerbabuBeran,Sleman 
KABUPATENSLEMAN Telp (0274)868530


DINASKEBUDAYAANPARIWISATA Jl.SugimanWates 
PEMUDADANOLAHRAGA Telp (0274)773095
KABUPATENKULONPROGO

DINASPENDIDIKAN Jl.Sutijab,KulonProgo,Yogyakarta 
KABUPATEN Tel (0274)773916
KULONPROGO Fax (0274)774535

DINASPENDIDIKAN Jl.HayamWuruk11Yogyakarta 
KOTAYOGYAKARTA Telp (0274)512956


DINASPENDIDIKANPEMUDADAN JlKiHajarDewantoroN032 
OLAHRAGA Telp (0274)391191
KABUPATENGUNUNGKIDUL Email:
 pendidikan@gunungkidulkab.go.id

DINASPARIWISATA DinasKebudayaandanPariwisata 
KABUPATENGUNUNGKIDUL JlBrigjenKatamsoNo10Wonosari
 Telp (0274)391031

DINASKEBUDAYAANDANPARIWISATA KompleksManding,SabdodadiBantul 
KABUPATENBANTUL Telp.0274368465

DINASPENDIDIKAN Jl.RA,KartiniNomor38BantulTimur 
PEMERINTAHKABUPATENBANTUL BantulYogyakartaKodePos55714
 Telepon.(0274)367171
Fax.(0274)367327
EMail:
dinas.pendidikan@bantulkab.go.id

 
PELAKSANA TEKNIS

UPTDTAMAN JalanSriWedaniNo1Yogyakarta Pelaksanaoperasionalsebagai


BUDAYA Telp. (0274)523512,561914 kewenanganDinasKebudayaanProvinsi
YOGYAKARTA Fax (0274)580771 DIYdalamhalpengembangandan
 pengolahanpusatdokumentasi,etalase,
www.thewindowofyogyakarta.com daninformasisenibudayadanpariwisata.
 
 



 

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 3

UPTDMUSEUM Unit1 UnitPelaksanaTeknisDaerahpadaDinas


NEGERI Jl.TrikoraNo.6 KebudayaanProvinsiDIY,mempunyai
SONOBUDOYO Yogyakarta55122 fungsipengelolaanbendamuseumyang
 Telp (0274)385664 memilikinilaibudayailmiah,meliputi
Fax (0274)376775 koleksipengembangandanbimbingan
 edukatifkultural.Sedangkantugasnya
Unit2 adalahmengumpulkan,merawat,
NdalemCondrokiranan,Wijilan pengawetan,melaksanakanpenelitian,
 pelayananpustaka,bimbinganedukatif
info@sonobudoyo.jogjaprov.go.id kulturalsertapenyajianbendakoleksi
www.sonobudoyo.jogjaprov.go.id MuseumNegeriSonobudoyo.


BALAIARKEOLOGI Jl.GedongKuning174Yogyakarta Merupakanpelayananmasyarakatdi


YOGYAKARTA Telp (+62274)377913 bidanginformasidanpengetahuan
 Website :www.arkeologijawa.com kearkeologianberupapublikasiseperti
Email :admin@arkeologijawa.com penerbitan,penyuluhan,pameran,film
 danmultimedia,jugamelayanikonsultasi
tentangBCB(bendadanbanggunan);
pelaksanapenelitianarkeologi;studi
kelayakanarkeologis;pendokumentasian
danpenyuntinganfilmpengetahuan
arkeologi

BALAI Jl.YogyaSolokm15,Bogem,Kalasan Mewujudkanpelestariandan


PELESTARIAN SlemanYogyakarta55571 pemanfaatanpeninggalanpurbakalaDIY
PENGINGGALAN Telp (0274)496019/496419 yangberkesinambungansebagaiaset
PURBAKALA(BP3) Fax (0274)496019 budayayangdidukunglingkungan
YOGYAKARTA Email :bp3yogya@yahoo.com masyarakatyangmajumandiridan
 Website :www.purbakalayogya.com sejahterasertapemerintahanyangbaik.

BALAIKAJIAN JlBrigjenKatamsoNo.139 BalaiPelestarianSejarahdanNilai


SEJARAHDAN (nDalemJoyodipuran) Tradisionalmelaksanakankajian,
NILAI Yogyakarta55152 pelestariannilainilaikesejarahandan
TRADISIONAL Tel (0274)373241 kenilaitradisionalanyangmeliputitradisi,
YOGYAKARTA Email :senitra@bpsntjogja.info kepercayaan,kesenian.Pelestarian
 Website :www.bpsntjogja.info dititikberatkanpadamasalahmasalah
 yangberkaitandengankeanekaragaman
budaya,nilainilaibudayasertadistribusi
dankontakkontakkebudayaanyang
berlangsungdiwilayahkerjaBalai
PelestarianSejarahdanNilaiTradisional
Yogyakarta.

BALAIBESAR Jl.KusumaNegarano.7 Pusatpenelitiandanpengembanganserta


PENELITIANDAN Yogyakarta55166 pelayananjasateknisindustrikerajinan
PENGEMBANGAN Telp. (0274)512456 danbatikyangkreatifdanprofesional
KERAJINANBATIK Fax. (0274)543582,512456 
 Email :bbkb@batik.go.id
Website :www.batik.go.id
  

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 4

BALAIKONSERVASI Jl.BadrawatiBorobudurMagelang BalaiKonservasiPeninggalanBorobudur


PENINGGALAN Telp. (0293)788225,788175, merupakanUPTdilingkunganDirektorat
BOROBUDUR Fax. (0293788367 JenderalSejarahdanPurbakala
 Website : DepartemenKebudayaandanPariwisata.
www.konservasiborobudur.org BKPBbertugasuntukmelaksanakankajian
 dibidangkonservasi,tekniksipil,
arsitektur,geologi,biologi,kimia,
arkeologi,danmelaksanakanpelatihan
tenagatekniskonservasisertaperawatan
Borobudurdanpeninggalanpurbakala
lainnya.



LEMBAGA/ ORGANISASI

UNESCO GaluhIIno5,KebayoranBaru,Jakarta OrganisasiPendidikan,IlmuPengetahuan,


 Telp.+62217399818 danKebudayaanPBB.KantorJakarta
+622172796489 (Indonesia)adalahrepresentatifdari
Email:jakarta@unesco.org BruneiDarussalam,Indonesia,Malaysia,
Website : FilipinadanTimorLestedikawasanAsia
http://www.unesco.org/en/jakarta Pasifik


ICOMOS JalanDagoPojok95Bandung Organisasiinternasionalprofessionalyang


 JawaBarat40135 didedikasikanuntukusahausaha
Tel. (022)2534272 konservasisitusdanmonumenbersejarah
Fax (022)2506285 dunia.ICOMOSmenyediakansuatuforum
Email :francda@bdg.centrin.net.id dialogparaprofessional,sertamemiliki
Website :http://www.icomos.org koleksi,evaluasidandiseminasiinformasi
 dariberbagaiprinsip,teknikdankebijakan
konservasi.


BADAN Jl.VeteranINo.27Jakarta10110, BadanPelestarianPusakaIndonesia(BPPI)


PELESTARIAN Indonesia adalahsuatuorganisasimasyarakatyang
PUSAKA Tel (021)3511127 bertujuanuntukmemperkuatdan
INDONESIA(BPPI) Fax (021)3511127 membantuPelestarianPusakaIndonesia.
(INDONESIAN Email: 
HERITAGETRUST) bppi@bppiindonesianheritage.org
 Website :
www.bppiindonesianheritage.org

YAYASANKANTHIL JalanMondorakan LembagaPengembanganSeni,Budaya&


KOTAGEDE PekatenKG11/826RT45RW09 PariwisataKotagede
 PrengganKotagedeYogyakarta55172 
 

 

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 5

JOGJAHERITAGE Jln.SurokarsanNo.24 JogjaHeritageSociety(JHS)adalah


SOCIETY Jogjakarta,Indonesia,55151 lembagaswadayamasyarakatyang
(PAGUYUBAN Tel. (0274)375758 bertujuanuntukmenyebarluaskan
PUSAKAJOGJA)  pemahamanmengenaipentingnya
 pelestarianalam,budaya,dansaujana
sertapentingnyapembangunan
berkelanjutan.JHSmenyelenggarakan
kegiatankegiatanpelestarianalam,
budaya,dansaujana

GREENMAP Contactperson: PetaHijauberupayamewadahiberbagai


COMMUNITY ElantoWijoyono inisiatiflokalmenujuterciptanya
KOMUNITASPETA (joeyakarta@yahoo.com)HP: kehidupanyangsehatdanberkelanjutan
HIJAU  081578658586 denganmenggunakanmetodeGreenMap
 Email : danpengembangannya.
greenmapper_jogja@yahoo.com/ 
Mailinglist:
greenmapper_jogja@yahoogroups.com

YAYASAN LangenarjanLor17Yogyakarta Lembagaswadayamasyarakatyang


PATRAPALA Telp (0274)895657 bergerakpadabidanglingkungan
  khususnyainisiatifpariwisataberdasarkan
padamasyarakatdiIndonesia


WALHI Jl.NyiPembayun14AKarangSamalo SebuahLembagaswadayamasyarakat


DAERAH KotagedeJogjakarta55172Indonesia yangberperanmendorongmasyarakat
ISTIMEWA Telp/Fax (0274)378631 sebagaisubjekdalampengelolaansumber
JOGJAKARTA Email: office@walhijogja.or.id dayaalamsecaraadildanberkelanjutan
 diy@walhi.or.id sebagaisumbersumberkehidupan
 

YAYASANDIAN PO.BOX19YKBSYogyakarta YayasanDianDesaadalahlembaga


DESA Jl.Kaliurangkm.7Gg.jurugsari4/19 swadayamasyarakattingkatnasionalyang
 Yogyakarta55281 berdiripadatahun1970,bergerakpada
Telp (0274)885247 bidangteknologitepatgunadibidang
Fax (0274)885423 pertanian,airbersihdansanitasiserta
Email :ciud@ydd.org produksiminyakkelapa.

KERABATWWF Jl.KaliurangKm7 
DIYJATENG JurugsariIV/21
Yogyakarta55283
Telp. (0274)880107,895611
Fax. (0274)880650

 




 

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 6

YAYASANBAGONG KembaranRT04/RW21, RumahbudayanirlabadiYogyakartayang


KUSUDIARJO Kel.Tamantirto,Kec.Kasihan,Kab. mewujudkansenipertunjukansebagai
 Bantul mediadialogdanpembelajaranuntuk
DIYogyakarta merangsangkegairahankreativitas
Tel./Fax.(0274)376394 komunitassenidanmasyarakat.YBK
Email :info@ybk.or.id mengolahprosesprosespembelajaran
Website :www.ybk.or.id tentangsenidanmenggunakanseni
 sebagaimedia,melaluipresentasikarya
senipertunjukan,fasilitasipengembangan
dayakerjakreatifseniman(artisikdannon
artistik),sertamerencanakandan
membangunprogramyangmeningkatkan
penyertaanaktifmasyarakatbersama
denganseni.

PUSAT Jl.BintaranTengahNo.16Yogyakarta Melaksanakandanmengorganisirkegiatan


KEBUDAYAAN 55151Telp/Fax (0274)383792 budayadansenidariIndonesiadan
INDONESIA (0274)377124 Belanda,sertamenjadifasilitator
BELANDAKARTA Email :kpustaka@indosat.net.id pelestarianpustakabudayaYogyakarta
PUSTAKA

LEMBAGA JlSaganNo.3Yogyakarta LembagaIndonesiaPrancisadalah


INDONESIA Telp (0274)566520 lembagayangberadadibawahnaungan
PERANCIS(LIP) Fax (0274)562140 KementerianLuarNegeriPrancisdan
YOGYAKARTA Email :lip@idola.net.id KedutaanBesarPrancisdiIndonesia.
  Lembagainimenjalinkerjasamadengan
parapelakudanorganisasilokaldibidang
perguruantinggi,budaya,seni,sosial,
ilmiah,teknologi.

BENTARABUDAYA Jl.Suroto2KotabaruYogyakarta BentaraBudayaYogyakartaadalah


YOGYAKARTA Telp (0274)560404 lembagasenibudayanasionalyangsecara
  regulermengadakanberbagaiacara
 kesenian,sepertipamerandanpagelaran,
putarfilmdandiskusibulanan

LEMBAGASTUDI JlParangtritisKm8,4 MendokumentasikanbudayaJawa.LSJ


JAWA TembiTimbulharjo,SewonBantul menganalisis,mendiskusikandan
 Yogyakarta55188 menyediakankoleksiekspresibudayajawa
Telp. (0274)368000 dalamkehidupansosial,upacaradan
Fax. (0274)368004 kesenianuntukmemahamidan
 melakukanpreservasi.
LSJmengadakanacaraMacapatan,pentas
taridanteatertradisionalsertadiskusi
dengantopicbudayaJawa.Namun
demikian,LSJjugamemberikanperhatian
padaperkembanganbudayaJawa
kontemporeryangdilihatpadakonteks
identitasnasional.


Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 7


UNIVERSITAS & PUSAT STUDI

PUSAT JurusanTeknikArsitekturdan Menyelenggarakan,memfasilitasikajian


PELESTARIAN Perencanaan,FakultasTeknik,UGM konservasipusakasaujana,khususnya
PUSAKA Jl.Grafika2Yogyakarta arsitekturdanlingkungannya.Juga
ARSITEKTUR Telp/Fax(0274)544910 melaksanakantindakantindakan
Email: konservasibersamamasyarakat.
chcugm@indonesiapusaka.org

PUSATSTUDI Jl.LingkunganBudaya, Menyelenggarakandanmemfasilitasi


LINGKUNGAN SekipUtaraKampusUGM berbagaikajiantentangpengelolaan
HIDUP Jogjakarta55281 lingkunganhidupsecarakritisholistik,
(PSLHUGM) Telp.(0274)565722,6492410 pekaterhadapberbagaidinamika
 Fax. (0274)565722 lingkungandanmasyarakat,serta
Email :pslh@ugm.ac.id membantupengembangansumberdaya
 pplhugm@indosat.net.id manusiadibidanglingkunganhidup


PUSATSTUDI KompleksUGMKuningan Mengembangkanalternativedaninovasi


SUMBERDAYA JlColomboYogyakarta55281 dalampemanfaatanlahan
LAHAN(PSSL Telp (0274)546328,901092 
UGM) Fax (0274)546388
 Email :psslugm@mgate.ugm.ac.id

PUSATPENELITIAN GedungPusatUGM PUSPARmerupakanlembaganonprofit


DAN Lt.3SayapUtara yangbergerakdalambidangpenelitian
PENGEMBANGAN BulaksumurYogyakarta55281 danpengembanganpariwisatadunia
PARIWISATAUGM Telp (0274)564138,901712, umumnyadankepariwisataanIndonesia
 Fax (0274)564138 khususnya.
Email :ctrdugm@indo.net.id 


SWASTA
  
PT.TAMAN KANTORPERWAKILAN Melakukanusahadibidangpengusahaan
WISATA MenaraBatavia,25floor lingkunganCandiBorobudur,candi
CANDI jl.KH.MasMansyurKav.126Jakarta PrambanandanCandiratuBokoserta
BOROBUDUR, Phone:62217507444 peninggalansejarahdanPurbakalalainnya
PRAMBANAN& Fax:62217507444 sebagaisuatutamanWisatadanusaha
RATUBOKO email:candi@borobudurparkcom dibidangpariwisatalainnya,serta
 Website:www.borobudurpark.com optimalisasipemanfaatansumberdaya
 yangdimilikiPerseroanuntuk
KANTORUNITBOROBUDUR menghasilkanbarangdanataujasayang
Jl.Badrawati,Borobudur bermututinggidanberdayasaingkuat
Magelang untukmendapatkan/mengejar
Phone:62293788266 leuntungangunameningkatkannilai
Fax:62293788132 perseroandenganmenerapkanprinsip
email: prinsipperseroanterbatas.
manohara@magelang.wasantara.net.id 

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 8

PT.TAMAN KANTORUNITPRAMBANAN 
WISATA Jl.RayaJogjaSoloKm.16,Prambanan
CANDI Klaten
BOROBUDUR, Phone:62274496401
PRAMBANAN& Fax:62274496403
RATUBOKO 
 KANTORUNITRATUBOKO
Jl.Piyungan,Prambanan
Yogjakarta
Phone:62274496510
Fax:62274496510

KANTORUNITTEATER&PENTAS
Jl.RayaJogjaSoloKm16,Prambanan
Yogyakarta
Phone:62274496408
Fax:62274496408


MUSEUM

MUSEUM JlJendAYani Merupakanmuseummodernyang


BENTENG 6,Ngupasan,Gondomanan memilikikoleksilengkapmeliputikoleksi
VREDEBURG YOGYAKARTA bangunan,koleksirealia,koleksifoto
YOGYAKARTA Telp. (0274)586934, termasukminiaturdanreplikaserta
 Fax. (0274)510996 koleksilukisan.Selainituterdapatpula
Email :vrede_burg@yahoo.co.id empatruangdioramasejarahperjuangan
Website : bangsaIndonesia.
museumvredeburg.blogspot.com 


MUSEUMBIOLOGI Jl.SultanAgung22 Memilikiribuankoleksi,yangberupa


UGM Yogyakarta koleksiHerbariumatauawetawetan,baik
 Telp (0274)7474544 awetanbasahatauawetankeringyang
Website :biologi.ugm.ac.id/museum/ berasaldariberbagaijenisfloradanfauna.
 Jumlahkoleksidimuseumini,mencapai
sekitar3.725spesiesdennganrincian
sebanyak70%merupakanpreparat
tanaman,sedangkan30%lainnyaberupa
preparathewan.


MUSEUM Jl.Tamansiswa KehidupanKiHajarDewantarasebagai


DEWANTARAKIRTI 25,Wirogunan,Mergangsan tokohpendidikannasionaldiabadikan
GRIYA Yogyakarta dalammuseumini,koleksinyameliputi
 Telp (0274)377459 buku,foto,furniture,danbangunan
 tempattinggal.

  

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 4 - 9

MUSEUM JlJendSudirman MuseumTNIADDharmaWitatama


DHARMA 75,Terban,Gondokusuman memilikikoleksiberupaHeraldika,
WIRATAMA Yogyakarta Senjata,Inventaris,Perlengkapan,Alat
 Telp:0274561417 Optik,Alatperhubungan,Akatkesehatan,
 Kendaraan,AudioVisual.

MUSEUM KompleksKeraton MuseumKeratonYogyakartamemiliki


KERATON Yogyakarta,Panembahan,Kraton koleksiyangterdiridari:Barangbarang
NGAYOGYAKARTA Yogyakarta khususmilikHBIX,Batik,Cangkir,
 Telp:0274373721 Gambar.

MUSEUM JlLaksdaAdiSucipto 
PERGERAKAN 88,Demangan,Gondokusuman
WANITA Yogyakarta
INDONESIA Telp:0274548721
MANDALABHAKTI 
WANITATAMA

MUSEUMPUSAT BandaraAdiSucipto,Maguworejo, MuseumPusatTNIAUDirgantara


TNIAU Depok Mandalatelahmemilikikoleksiberupa36
DIRGANTARA Yogyakarta pesawatterbang,1.000foto,28diorama,
MANDALA Telp (0274)484453 lukisanlukisan,tandakehormatan,
  pakaiandinas,dansejumlahkoleksibuku
yangdisimpandiperpustakaan.Koleksi
terbaiknyaadalahreplicaPesawatDakota
VTCLAmilikperusahaanpenerbangan
Indiayangditembakjatuhdidaerah
Ngotho,BantulolehBelandaketika
hendakmendaratdiMaguwoYogyakarta.
Museuminijugadilengkapifasilitasantara
lain:perpustakaan,auditorium,tempat
parkir,musholla,dantoilet

MUSEUM JlBintaranWetan KoleksiMuseumSasmitalokaPangsar


SASMITALOKA 3,Gunungketur,Pakualaman SudirmanberupaLogam,Kayu,Kulit,Kain,
PANGSAR Yogyakarta Kertas,Keramik,Kaca,Lilin,Fiber.
JENDERAL Telp:0274376663 
SOEDIRMAN 

MUSEUMSENI JlLaksdaAdiSucipto167, Museumseluas3500areyangterdiridari


LUKISAFFANDI Caturtunggal,Depok museumdanbangunanyangdulunya
 Yogyakarta merupakanrumahAffandi.Bentuk
Telp (0274)562593 permukaantanahyangtidaklazim
Website :www.affandi.org memberikaninspirasikepadaAffandi
Email : untukmerancangbangunanyangunikdan
affandimuseum@yahoo.com lingkunganyangmengitarinya.Hasilnya,
 sebuahlingkunganterpaduyangsangat
unikhasildarirancanganAffandisendiri.
Memilikikoleksisekitar1000lukisan
Affandi
  

Sumber Informasi Pusaka Indonesia


Lampiran 5 - 1

PERATURAN DAN KEBIJAKAN


TERKAIT DENGAN PELESTARIAN PUSAKA

NO TENTANG
UU No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang
UU No. 7 Tahun 2004 Sumberdaya Air
UU No. 41 Tahun 1999 Kehutanan
UU No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 5 Tahun 1994 Pengesahan United Nations Convention on Biological
Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai
Keanekaragaman Hayati)
UU No. 12 Tahun 1992 Sistem Budidaya Tanaman
UU No. 5 Tahun 1992 Benda Cagar Budaya
UU No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
UU No. 9 Tahun 1990 Kepariwisataan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.1 Perubahan atas Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang
Tahun 2004 Kehutanan
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1999 Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada
Hutan Produksi
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Penyelenggaraan Kepariwisataan
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Perlindungan Tanaman
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di
Museum
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Perburuan Satwa Buru
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1993 Pelaksanaan Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang
Benda Cagar Budaya
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Sungai
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Rawa
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 Perlindungan Hutan
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1970 Perencanaan Hutan
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Pengelolaan Kawasan Lindung
Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Convention For The Safeguarding Of
The Intangible Cultural Heritage
Perda DIY No. 11 Tahun 2005 Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar
Budaya

Peraturan dan Kebijakan terkait dengan Pelestarian Pusaka

Anda mungkin juga menyukai