Anda di halaman 1dari 42

DAFTAR ISI

A. SYARAT-SYARAT UMUM

12.1. RINGKASAN PEKERJAAN


12.2. STANDAR RUJUKAN
12.3. MOBILISASI
12.4. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN MATERIAL
12.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
12.6. PENGAWASAN
12.7. LAPORAN DAN DOKUMENTASI
12.8. RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SERTA GAMBAR
12.9. BAHAN-BAHAN DAN PENYIAPAN
12.10. PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
12.11. IKLAN
12.12. JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
12.13. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM
12.14. KECELAKAAN DAN KESEHATAN
12.15. PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
12.16. PEMERIKSAAN PEKERJAAN

B. SYARAT-SYARAT KHUSUS

12.1. TEMPAT PEKERJAAN


12.2. PENJELASAN PEKERJAAN
12.3. PERATURAN TEKNIS KHUSUS DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
PEKERJAAN
12.4. DASAR UKURAN TINGGI DAN UKURAN-UKURAN POKOK
12.5. PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN
12.6. PEKERJAAN GALIAN TANAH
12.7. PEKERJAAN URUNGAN
12.8. PEKERJAAN PASANG BATU KOSONG
12.9. PEKERJAAN PASANG BATU KALI
12.10. PEKERJAAN PELESTERAN / PENGHALUS ACIAN BETON
12.11. PEKERJAAN BETON
12.12. PEKERJAAN DERMAGA KAYU/TAMBATAN PERAHU/KAPAL
12.13. PERATURAN PENUTUP

1
12.1. RINGKASAN PEKERJAAN

12.1.1 Uraian Berbagi Pekerjaan yang termasuk dalam Spesifikasi ini ruang
lingkup pekerjaan meliputi semua atau salah satu yang berikut :

a. Pekerjaan dan pengukuran dan pemasangan bowplank.


b. Pekerjaan galian tanah pondasi dan galian konstruksilainnya.
c. Pekerjaan urungan pada tembok penahan maupun jalan akses dermaga.
d. Pekerjaan pemasangan batu kosong, pasangan batu kali.
e. Pekerjaan pelesteran dinding, acian pada permukaan tembok panahan
(talud).
f. Pekerjaan rabat beton pada lantai atau kansten beton pada jalan akses
dermaga.
g. Pekerjaan kayu pada konstruksi dermaga kayu.
h. Pekerjaan Beton pada konstruksi dermaga

12.2. STANDAR RUJUKAN

12.2.1. Uraian Umum

1. Peraturan dan standar yang dijadikan acuan dalam dokumen kontrak akan
memetapkan persyaratan kualitas untuk berbagai jenis pekerjaan yang harus
diselengarakan beserta cara yang digunakan dalam spesifikasi-spesifikasi
atau yang dikehendaki oleh Direksi.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk penyediaan bahan-bahan dan
kecakapan kerja yang diperlukan untuk memenuhi atau melampaui
peraturan-peraturan khusus atau standar-standar yang dinyatakan demikian
dalam spesifikasi-spesifikasi atau yang dikehendaki oleh Direksi Teknik.

12.2.2. Jaminan Kualitas

1. Selama pengadaan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melakukan pengujian semua
bahan-bahan yang diperlukan dalam pekerjaan, dan menentukan bahwa
bahan-bahan tersebut memenuhi atau melebihi persyaratan yang telah
ditentukan.

2. Selama pelaksanaan.
Direksi Teknik mempunyai wewenang untuk menolak bahan-bahan,
barang-barang, pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan
minimum yang ditentukan tanpa kompensasi bagi kontraktor.

3. Tanggung Jawab Kontraktor.


Adalah tanggung jawab kontraktor untuk melengkapi bukti yang diperlukan
mengenai bahan-bahan, kecakapan kerja atau kedua-duanya

2
sebagaimanayang diminta oleh Direksi Teknis atau yang ditentukan dalam
Dokumen Kontrak yang memenuhi atau yang ditentukan dalam standar-
standar yang diminta, Bukti-bukti tersebut harus dalam bentuk yang
dimintakan oleh Direksi Teknik secara tertulis, dan harus termasuk satu
copy hasil-hasil pengujian yang resmi.

4. Standar-standar. Standar-standar yang dipakai menjadi ajuan termasuk,


namun tidak terbatas pada standar yang dicantumkan di bawah ini :
1) Peraturan Beton Indonesia Disingkat SK SNI 03-2847-2002.
2) Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia di singkat PKKI-NI-1961.
3) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia/1983.
4) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
5) Peraturan Perencanaan Tanah Gempa Indonesia untuk gedung 1981
beserta pedomannya.
6) Standar Industri Indonesia (SII).
7) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982

12.3. MOBILISASI

12.3.1. Umum

1. Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak ini akan meliputi


pekerjaan persiapan yang diperlukan untuk mengorganisasian dan
pengelolaan pelaksanaan pekerjaan kegiatan. Ini juga akan mencakup
demobilisasi setelah penyelesaian pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan.
2. Kontraktor harus menggerahkan sebanyak mungkin tenaga setempat dari
kebutuhan tenaga pelaksanaan pekerjaan tersebut dan bilamana perlu
memberikan pelatihan yang memadai.
3. Sejauh mungkin dan berdasarkan petunjuk Direksi, kontraktor harus
menggunakan rute jalir tertentu dan mengunakan kenderaan-kenderaan
yang ukurannya sesuai dengan kelas jalan tersebyt serta membatasi
muatannya untuk menghindari kerusakan jalan dan jembatan yang
digunakan untuk tujuan pengangkutan ke tempat kegiatan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan pada jalan dan
jembatan, di karenakan muatan angkutan yang berlebihan serta harus
memperbaiki kerusakan tersebut sampai mendapat persetujuan Direksi.
5. Mobilisasi peralatan berat dari dan tujuan ke lapangan pekerjaan harus
dilaksanakan pada waktu lalu lintas sepi, dan truk-truk angkutan yang
bermuatan harus ditutupi dengan tarpal.

12.3.2. Jangka Waktu Mobilisasi

1. Mobilisasi harus diselesaikan dalam waktu 14 hari setelah pendatanganan


kontrak, terkecuali dinyatakan lain secara tertulis oleh pejabat pelaksana
Teknis Kegiatan.

3
2. Pembayaran mobilisasi untuk pekerjaan yang diuraikan sebelumnya harus
dimasukan dalam item yang dinyatakan dalam daftar item pembayaran,
dantikak bileh ada pembayaran terpisah untuk item ini.

12.3.3. Penyiapan Lapangan

1. Kontraktor akan menguasai lahan yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan


pengelolaan dan pelaksanaan pekerjaan di dalam daerah kegiatan.
2. Kontraktor harus mengikuti hal-hal berikut:
1) Memenuhi persyaratan peraturan-peraturan Nasional, peraturan-
peraturan provinsi, dan peraturan kabupaten.
2) Mengadakan konsultasi dengan Direksi Teknik sebelum penempatan
dan pembuatan kantor lapangan dan gudang-gudang serta pemasangan
peralatan produksi konstruksi.
3) Mencegah sesuatu populasi terhadap milik di sekitarnya sebagai akibat
dari operasi pelaksanaan.
3. Pekerjaan tersebut juga akan mencakup demobilisasi dari lapangan
pekerjaan setelah selesai kontrak, meliputi pembongkaran semua instalasi,
plant dan peralatan konstruksi. Serta semua bahan-bahan lebihan, semuanya
berdasarkan persetujuan Direksi Teknik.

12.3.4. Pengukuran dan Pembayaran

Pembayaran untuk pekerjaan yang sudah selesai yang didiskusikan didalam


bab ini harus dimasukan dalam daftar item pembayaran, dan tidak boleh ada
pembayaran terpisah untuk item ini.

12.4. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN MATERIAL

12.4.1. Umum

1. semua material yang di datangkan harus memenuhi syarat-syarat yang


ditentukan.
2. kontrak harus menyelenggarakan pengujian bahan mutu kayu, beton dan
kecakapan kerja untuk pengendalian mutu yang dilaksanakan sesuai
spesifikasi dan menurut perintah Direksi Teknik.

12.4.2. Pemenuhan terhadap Spesifikasi

1. semua pengujian harus memenuhi seperangkat, standar didalam spesifikasi.


Bilamana hasil pengujian tidak memuaskan, kontraktor harus melakukan
pekerjaan-pekerjaan perbaikan dan peningkatannya jika diperlukan oleh
pejabat pelaksana teknis kegiatan atau Direksi Teknik, dan harus
melengkapi pengujian-pengujian untuk menunjukan terpenuhinya
spesifikasi.
2. Material yang telah didatangkan oleh kontraktor dilapangan pekerjaan
tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi Teknik harus segera dikeluarkan

4
dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya 2 (dua) kali 24 jam terhitung
dari jam penolakan.
3. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor tetapi
ternyata ditolak Direksi Teknik harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Direksi
Teknik.
4. Apabila Direksi Teknis merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,
Direksi Teknik berhak mengirimkan bahan tersebut kepada balai penelitian
bahan-bahan (labolatorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman
dan penelitian menjadi tanggungan kontraktor.

12.4.3. Pengukuran dan Pembayaran

Kontraktor harus bertanggung jawab membayar biaya-biaya semua pengujian


yang dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan spesifikasi. Biaya untuk
pengujian Pengendalian Mutu yang ditetapkan di dalam bab ini, harus
dimasukan ke dalam item pembayaran yang bersangkutan dan tidak ada
pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk pengujian.

12.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

12.5.1. Umum

1. Pengelola lapangan dari kontraktor


1) Untuk menjamin kualitas, ukuran-ukuran dan kinerja pekerjaan yang
benar, kontraktor harus menyediakan staf teknik berpengalaman yang
cocok sebagaimana ditentuksn dan memutuskan Direksi Teknik. Staf
Teknis tersebut jika dan bilamana diminta harus mengatur pekerjaan
lapangan, melakukan pengujian lapangan untuk pengendalian mutu
bahan-bahan kecakapan kerja, mengendalikan dan mengorganisasi
tenaga kerja kontraktor dan memelihara catatan-catatan serta
dokumentasi kegiatan.
2) Personalia Organisasi Lapangan Kontraktor, minimal terdiri dari :
Seorang penanggung jawab kegiatan dalam hal ini Direktur
Perusahaan atau kuasanya yang mendatangani kontrak dengan
pemilik.
Seorang penanggung jawab lapangan (Stie Manager), pengalaman
minimal 5 tahun sebagai Stie Manager.
Tenaga ahli Sipil
Tenaga Pelaksanaan Lapangan.
3) Penanggung jawab lapangan, tenaga ahli dan tenaga pelaksana
lapangan harus mendapat kuasa penuh dari kontraktor untuk bertindak
atas namanya dan senantiasa harus di tempat pekerjaan.
4) Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas dari
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5
5) Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada tim pengelola
Teknis dan Direksi Teknik, nama dan jabatan pelaksana untuk
mendapatkan persetujuan.
6) Bila kemudian hari, menurut tim pendapat pengelola Teknis dan
Direksi Teknik, pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis
untuk menganti pelaksana, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkan surat pemberitahuan, kontraktor harus sudah menunjukan
pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab/Direktur
Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
2. Tempat tinggal (domisili) kontrak dan pelaksanaan. Menjaga kemungkinan
diperlukan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak,
kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat dan
nomor telpon di lokasi kepada tim pegelola dan Direksi Teknik.
3. Pemeriksaan Lapangan
1) Sebelum pematokan dan pengukuran dilapangan (setting out),
kontraktor harus mempelajari gambar-gambar kontrak dan bersama-
sama dengan Direksi Teknik mengadakan pemeriksaan daerah kegiatan,
dan khususnya mengukur/memasang lebar dan panjang dermaga serta
aksesbility dermaga yang ada.

12.5.2. Pengendalian Mutu Bahan dan Kecakapan Kerja

1. Semua bahan yang dipasok harus sesuai dengan spesifikasi dan harus
disetujui oleh Direksi Teknik, sertifikat ujian pabrik pembuat harus
diserahkan untuk semua item-item yang dimuat pabrik termasuk semen,
kapur dan kayu.
2. Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh semua bahan-bahan yang
diperlukan untuk penggujian dan mendapatkan persetujuan sebelum
digunakan di lapangan dan bilamana Direksi Teknik meminta demikian,
sertifikasi harus disediakn atau pengujian-pengujian dilaksanakanuntuk
menjamin kualitas, sesuai tabel jadwal frekuensi minimum pengujian
pengendalian mutu dalam prakonstruksi.
3. Semua kecakapan kerja harus memenuhi uraian dan persyaratan spesifikasi
dokumen kontrak dan harus dilaksanakan sampai memuaskan Direksi
Teknik. Bahan harus diuji di lapangan atau dilaboratorium selama konstrusi
dan masa pemeliharaan sesuai jadwal pengujian minimum yang tercantum
dalam jadwal frekuensi minimum pengujian pengendalian mutu atas
permintaan Direksi Teknik dan kontraktor harus membantu serta
menyediakan peralatan dan tenaga untuk pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran.
4. Desain campuran untuk beton harus disiapkan dan diuji sesuai dengan
spesifikasi dan tidak ada campuran boleh digunakan pada pekerjaan-

6
pekerjaan kegiatan terkecuali memenuhi persyaratan spesifikasi dan
memuaskan Direksi Teknik.
5. Hasil semua pengujian termasuk pemeriksaan kualitas bahan dilapangan
dan desain campuran, harus direkam dengan baik dan dilaporkan kepada
Direksi Teknik.

12.5.3. Pengendalian Lingkungan

1. Kontraktor harus menjamin bahwa akan diberikan perhatian yang penuh


terhadap pengendalian pengaruh lingkungan dan bahwa semua syarat-syarat
desain serta prsyaratan spesifikasi yang berhubungan dengan polusi
lingkungan dan perlindungan taman serta lintasan air disekitarnya akan
ditata.
2. Kontraktor tidak bolah menggunakan kenderaan-kenderaan yang
memancarkan suara sangat keras (gaduh), dan di dalam daerah pemukiman
suatu peredam kebisingan harus dipasar serta dipelihara selalu dalam
kondisi baik pada semua peralatan dengan motor, di bawah pengendalian
kontraktor.
3. Kontraktor harus juga menghindari penggunaan peralatan berat atau
peralatan yang berisik sampai larut malam.
4. Untuk mencegah polusi debu selama musim kering, kontraktor harus
melakukan penyiraman secara teratur kepada jalan angkutan tanah atau
jalan angkutan kerikil dan harus menutupi truk angkutan dengan terpal.

12.5.4. Pematokan dan Pemasangan Pekerjaan di Lapangan

1. Jika dianggap perlu oleh Direksi Teknik, kontraktor harus mengadakan


survei secara cermat dan memasang patok beton (Benc Marks) pada lokasi
yang tetap untuk memungkinkan desain, atau pematokan dan pemasangan
pekerjaan yang harus dibuat, dan juga untuk maksud sebagai refrensi
dimasa depan.
2. Kontraktor harus memasang patok-patok, kontruksi untuk membuat garis
dan kelandaian pembetulan ujung perkerasan, lebar bahu jalan, ketingigian
perkerasan dan draenase sesuai dengangambar-gambar kegiatan dan
menurut perintah Direksi Teknik. Persetujuan Direksi Teknik ats garis dan
ketinggian tersebut akan diperoleh sebelum pelaksanaan pekerjaan
konstruksi berikut sesuatu modifikasi (perubahan) yang diperlukan oleh
Direksi Teknik yang harus dilaksanakan tanpa penundaan.
3. Untuk proses pengukuran dan pematokan tersebut, kontraktor harus
menyediakan semua instrumen yang diperlukan, personil, tenaga dan bahan
yang di minta untuk pemeriksaan pematokan di lapangan atau pekerjaan
lapangan yang relevan.

7
12.5.5. Peil dan Pengukuran

1. Kontraktor wajib memberikan kepada Direksi Teknik setiap kali suatu


bagian pekerjaan akan dimulai untuk diperiksa terlebih dahulu ketetapan
peil-peil dan ukuran-ukurannya.
2. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran-ukuran satu sama
lain dalam tiap pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada
Direksi Teknik / setiap terdapat selisi / perbedaan-perbedaan ukuran, untuk
diberikan keputusan pembetulannya. Tidak dibenarkan kontraktor
membetulkan sendiri kekeliruannya tersebut tanpa persetujuan Direksi
Teknik.
3. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran yang di tetapkan dalam gambar kerja dan
syarat ini.
4. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian
pekerjaan selanjutnya maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan sungguh-sungguh.
5. Kelalaian kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir Direksi lapangan dan
berhak untuk membongkar pekerjaan yang telah dilakukan tanpa
pemeriksaan dari Direksi lapangan.
6. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
kegiatan ini harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan
lain-lain yang disesuaikan dengan standard / peraturan-peraturan yang
dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus
mendapatka pengesahan/persetujuan dari pemilik kegiatan /Direksi Teknik
sebelum akan di mulai pelaksanaannya.
7. Ketelitian dan kerapian kerja akan sangat di nilai (bobotnya tinggi) oleh
Direksi Teknik terutama yang menyangkut pekerjaan, penyelesaian maupun
perapihan (finishing work).

12.5.6. Pemakaian Ukuran

1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang


tercantum dalam rencana kerja dan gambar kerja berikut tambahan dan
perubahannya.
2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan memberitahukan Direksi lapangan tentang
setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam rencana kerja dan syarat dan
gambar kerja maupun dalam pelaksanaan, kontraktor baru diijinkan
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi lapangan.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal
apapun menjadi tanggung jawab kontraktor, oleh karena itu sebelumnya,
kepadanya diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh
terhadapsemua gambar kerja yang ada.

8
12.5.7. Rencana Kerja

Kontraktor harus membuat rencana pelaksanaan pekerjaan berupa time


schedule/kurva S dan disahka oleh Direksi Teknik dan diketahui oleh
pemberi tugas. Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan menurt
rencana ini, hanya dengan persetujuan Direksi harus menyimpan dari rencana
semula, maka kerugian yang dideritanya adalah tanggung jawab kontraktor.

12.5.8. Los Direksi, Los Kerja dan Gudang Bahan

1. Kontraktor harus membuat los Direksi secukupnya, mengunakan bahan-


bahan sederhana yang dapat dikunci dengan baik dan dilengkapi dengan
peralatan sederhana.
2. Kontraktor harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-
barang atau alat-alat lainnya dan untuk kantor pelaksana.
3. Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus
memenuhi syarat teknis dan dapat di pertanggung jawabkan.
4. Kontraktor harus membuat papan kegiatan yang ukuran dan modelnya di
tentukan oleh Direksi.

12.5.9. Tanggung Jawab Kontraktor

Kontraktor bertanggung jawab atas :

1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh pelaksanaan


harus sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta gambar-gambar
pelaksanaan.
2. Kesehatan/kesejateraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan
pekerjaan.
3. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan
4. Keamanan/kerusakan dari equipment yang dipakai selama pelaksanaan
pekerjaan.
5. Penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjan.
6. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
7. Tidak Diperkenankan :
1) Pekerja menginap di tempat pekerjaan kecuali dengan ijin Direksi
Lapangan.
2) Memasak di tempat bekerja kecuali dengan ijin Direksi Lapangan.
3) Membawah masuk penjual-penjual makanan, buh, minum, rokok dan
sebagiannya ke tempat pekerjaan.
4) Keluar masuk dengan bebas.

12.5.10. Pekerjaan Di Waktu Malam

Kontraktor harus meminta ijin kepada Direksi Teknik/Direksi pelaksana dalam


hal untuk melaksanakan pekerjaan atau bagian pekerjaan dimalam hari. Ijin

9
akan diberikan kalau penerangan cukup atau memakai penerangan
PLN/Generator.

12.6. PENGAWASAN

1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh konsultan


Supervisi/Direksi Lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus
mengadakan fasilitas-fasilitas yang di perlukan.
2. Bagian-bagian pekerjaan yang telah di laksanakan tetapi luput dari pengawasan
konsultan supervisi/Direksi Lapangan adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pekerjaan tersebut jika di perlukan harus segera dibuka / di bongkar sebagian atau
seluruhnya.
3. Jika kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja sehingga diperlukan
pengawasan pekerjaan oleh Direksi Lapangan, maka segala biaya untuk itu
menjadi beban kontraktor.
4. Wewenang dalam memberikan keputusan petugas-petugas Direksi Lapangan,
adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum/dimasukan di dalam gambar
dan rencana kerja dan syarat serta risalah penjelasan. Penyimpanan dari padanya
haruslah seijin Pemilik Kegiatan.

12.7. LAPORAN DAN DOKUMENTASI

12.7.1. Laporan Kemajuan Pekerjaan

Pelaksana diharuskan Membuat Laporan Harian, Mingguan, dan Laporan


Bulanan dari pelaksanaan pekerjaan dan penyerahan laporan tersebut kepada
Direksi untuk dapat dipergunakan sebagai dasar pengamatan/pemeriksaan
pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan secara berkesenambungan.

12.7.2. Dokumentasi

Kontraktor harus membuat dokumentasi pekerjaan berupa foto-foto berukuran


Post Card pada bagian-bagian pekerjaan yang penting sedapat mungkin
diusahakan dengan foto warna :

1. Saat pengalian pondasi dan pemasangan pondasi.


2. Saat pemancangan tiang trestel dan dermaga.
3. Saat pemasangan gelaggar dan skoor.
4. Saat pemasangan lantai trestel dan dermaga.
5. Saat pemasangan galian pondasi talud dan pengecoran lantai dan kansten
beton.
6. Saat pekerjaan dalam prestasi 55%, 75% dan 100% serta setelah masa
pemeliharaan atau pada waktu pekerjaan diserah terimakan.
7. Setelah pekerjaan berakhir kontraktor harus menyerahkan album foto
sebanyak 3 (tiga) set kepada pemberi tugas di mana 1 (satu) set untuk arsip
dan 2 (dua) set untuk arsip pemberi tugas.

10
8. Untuk setiap pengajuan pembayaran angsuran kontraktor harus
melampirkan foto kemajuan pekerjaan sesuai kontrak (di ambil 1 titik
bidik).

12.8. RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SERTA GAMBAR

12.8.1. Uraian

1. Peraturan dan syarat-syarat teknis pelaksanaan ini bersama dengan


gambar kerjanya digunakan sebagai pedoman dasar ketentuan dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
2. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan
pada peraturan dan syarat-syarat teknis pelaksanaan.
3. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan hal-hal di atas, maka
kontraktor menanyakan secara tertulis pada perencana/Direksi. Kontraktor
diwajibkan menaati keputusan perencna/Direksi dalam hal menyangkut
masalah tersebut diatas.
4. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka yang
terdapat didalam gambar terbaru dengan skla terbesar serta tidak
memperkennkan mengukur gambar berdasar skala gambar.
5. Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam gambar kerja atau diperlukan
gambar tambahan/gambar detail maka kontraktor harus dapat membuat
gambar tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap atas biaya kontraktor,
sebelum dilaksanakan harus mendapat ijin dari Direksi.

12.8.2. Penjelasan Perbedaan Gambar

Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara


gambar-gambar :

1. Gambar kerja dengan gambar struktur maka yang dipakai sebagai


pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalam jenis
kualitas bahan/kontruksi bangunan adalah gambar struktur.
2. Tidak dibenarkan sama sekali bagi kontraktor memperbaiki sendri
perbedaan-perbedaan tersebut diatas, akibat dari kelalaian kontraktor, hal
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

12.8.3. gambar pelelangan

Gambar-gambar yang dimaksudkan sebagai gambar yang akan dilaksanakan


dan yang termasuk dalam kontrak. Untuk dimensi atau detail yang lain, baik
sipil maupun arsitektur.

12.8.4. Gambar Pelaksanaan

1. Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan pelaksanaan


dilapangan (shop drawing). Gambar-gambar tersebut harus dibuat

11
berdasarkan gambar-gambar pelelangan dan penjelasan pekerjaan yang
diberikan.
2. Sebelum gambar-gambar pelaksanaan disetujui oleh pihak Direksi
Lapangan, kontraktor tidak diperbolehkan memulai pekerjaan dilapangan.
3. Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
ditentukanoleh pihak Direksi Lapangan. Banyaknya gambar-gambar yang
disampaikan kepad apihak Direksi Lapangan harus sesuai dengan kontrak.
4. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada Direksi lapangan
untuk meneliti gambar-gambar pelaksanaan.
5. Persetujuan terhadap gambar-gambarpelaksanaan bukan berarti pemberian
garansi terhadap dimensi-dimensi yang telah dibuat oleh kontraktor dan
tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor terhadap pelaksanaan
pekerjaan.

12.8.5. Gambar-Gambar Yang Berubah dari Rencana

Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik kegiatan
berdasarkan pertimbangan dari Direksi lapangan.

Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh pemilik kegiatan, yang jelas memperlihatkan perbedaan
antara Gambar Kerja dan Gambar Perubahan Rancangan.

Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya


(gambar asli) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

Gambar perubahan yang disetujui oleh Pemilik Kegiatan / Direksi Lapangan


kemudian dilampirkan dam Berita Acara Pekerjaan Tambahan Kurang.

12.8.6. Gambar sesuai dengan pelaksanaan

1. Gambar-gambar yang harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk


diperiksa dan sesudah mendapat persetujuan barulah gambar-gambar
tersebut diserahkan kepada pemberi tugas.
2. Banyak yang harus diserahkan adalah sebagai berikut :
1) 3 (tiga) set gambar-gambar cetakan.
2) 1 (satu) set gambar-gambar yang bisa diproduksi (reprodukcible
copy).

12.9. BAHAN-BAHAN DAN PENYIMPANAN

12.9.1. Umum

1. Uraian
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
persyaratan brikut :
1) Mematuhi standar dan spesifikasi yang digunakan.

12
2) Untuk kekuatan, ukuran, buatan, tipe dan kualitas harus seperti yang
diperintahkan pada gambar rencana atau spesifikasi-spesifikasi lain
yang dikeluarkan atau yang disetujui secara tertulis oleh Direksi
Teknik.
3) Semua produksi harus baru, atau dalam kasus tanah, pasir dan agregat
harus diperoleh dari suatu sumber yang disetujui.

2. Penyerahan

1) Sebelum mengeluarkan satu pesanan atau sebelum perubahan satu


daerah galian untuk bahan, kontraktor harus menyerahkan kepada
Direksi Teknik contoh-contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan,
contoh tersebut harus disertai informasi mengenai sumber, lokasi
sumber dan setiap klarifikasi lain yang diperlukan oleh Direksi Teknik
untuk memenuhi persyaratan-persyaratan spesifikasi.
2) Kontraktor harus menyelenggarakan, menempatkan, memperoleh dan
memproses bahan-bahan alam yang sesuai dengan spesifikasi ini serta
harus memberitahu Direksi Teknik paling sedikit 30 hari sebelumnya
atau suatu jangka waktu ysng dinyatakan oleh Direksi Teknik secara
tertulis bahwa bahan tersebut dapat digunakan dalam pekrjaan.
Laporan ini berisi semua informasi yang diperlukan. Persetujuan
semua sumber tidak berarti semua bahan dalam sumber tersebut
disetujui.
3) Dalam kasus bahan-bahan aspal, semen baja dan kayu struktural serta
bahan-bahan buatan pabrik lainnya, sertifikst uji pabrik pembuat
diperlukan sebelum persetujuan dari Direksi Teknik diberikan, Direksi
Teknik memberikan persetujuan ini secara tertulis.

12.9.2. Sumber Bahan-bahan

1. Sumber-sumber

1) Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat digunakan yang perhatikan


dalam dokumen atau yang diberikan Direksi Teknik, disediakan
sebagai satu petunjuk saja, adalah tanggung jawab kontraktor untuk
mengadakan identifikasi dan memeriksa kecocokan semua sumber-
sumber bahan yang diperlukan untu plaksanaan pekerjaan dan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi teknik.
2) Sumber bahan tidak boleh dipilih dari sumber alam dilindungi, hutan
lindung atau dalam daerah yang mudah terjadi longsor atau erosi.
3) Kontraktor akan menentukan beberapa banyak peralatan dan pekerjaan
yang diperlukan untuk memproduksi bahan-bahan tersebut memenuhi
spesifikasi ini. Direksi Teknik akan menilak atau menerima bahan dari

13
sumber-sumber atas dasar persyaratan kualitas yang ditentukan dalam
kontrak.
4) Tidak boleh ada kegiatan dalam lokasi sumber bahan yang akan
menimbulkan erosi atau longsoran tanah, hilangnya tanah produktif
atau secaralainberpengaruh negatif terhadap daerah sekelilingnya.

2. Persetujuan

1) Pemesanan bahan-bahan akan dilakukan jika Direksi Teknik telah


memberikan persetujuan untuk menggunakannya, bahan-bahan tidak
boleh digunakan untuk maksud-maksud lain dari pada yang telah
disetujui oleh Direksi Teknik.
2) Jika kualitas atau gradasi bahan tersebut tidak sesuai dengan kulitas
yang telah disetujui Direksi dapat menolak bahan tersebut dan minta
diganti.

12.9.3. Penyimpanan Bahan

1. Umum

1) Bahan-bahan harus disimpan dengan cara sedemikian rupa sehingga


bahan-bahan tersebut tidak rusak dan kualitasnya dilindungi, dan
sedemikian sehingga bahan tersebut selalu siap digunakan serta dengan
mudah dapat diperiksa oleh Direksi Teknik.
2) Penyimpanan di atas hak milik pribadi hanya akan diizinkan jika telah
diperbolehkan secara tertulis oleh pemilik atau penyewa yang diberi
kuasa.
3) Tempat penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah dan air, bebas
pengaliran air dan kalau perlu ditinggikan. Bahan-bahan tidak boleh
tercampur dengan tanah dasar. Tempat penyimpanan berisi semen,
kapur dan bahan-bahan sejenis harus dilindungi sepantasnya dari hujan
dan banjir.

2. Penumpukan agregat

1) Agregat batu harus ditumpuk dalam cara yang disetujui sedemikian


sehingga tidak ada segregasi serta menjamin gradasi yang memadai,
tinggi tumpukan maksimum adalah liam meter.
2) Masing-masing jenis sebagai agregat harus ditumpuk secara terpisah
atau dipisahkan dengan partisi kayu.
3) Penempatan tumpukan material dan peralatan, harus di tempat-tempat
yang memadai serta tidak boleh menimbulkan kemacetan lalu lintas dan
membendung lintasan air.

14
4) Kontraktor harus melaksanakan penyiraman yang teratur pada jalan-
jalan angkut, daerah lalu lintas berat lainnya serta menumpukan
material lainnya, khususnya selama musim kering.

3. Penanganan dan penyimpanan semen

1) Perlu diberikan perhatian sewaktu pengangkutan semen ke tempat


pekerjaan supaya semen tidak menjadi basah atau kantong semen
menjadi rusak.
2) Di lapangan semen tersebut harus disimpan dalam gudang yang kedap
air, dengan rapih dan secara sistimatis menurut jatuh temponya,
sehingga penggunaan (kosumsi) semen dapat diatur serta semen tidak
berada terlalu lama dalam penyimpanan.
3) Biasanya batas waktu akhir penyimpanan semen untuk konstruksi beton
tidak boleh lebih dari 3 bulan, Direksi Teknik secara teratur akan
memeriksa semen yang disimpan di lapangan dan tidak akan
mengizinkan setiap semen digunakan bila didapati dalam kondisi telah
mengeras.

12.9.4. Pengukuran dan Pembayaran

Semua biaya untuk konstruksi bagi pemilik lahan atau sumber bahan, mislanya
sewa, royality (pajak) dan biaya-biaya sejenis, akan di masukan dalam harga
satuan sebagai bahan-bahan yang bersangkutan serta tidak ada pembayaran
terpisah pada kontraktor untuk biaya-biaya ini.

12.10. PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR

Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan harus


diadakan oleh kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel ,
meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu
pekerjaan selesai adalah beban kontraktor.

Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan di


dapat dari sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan. kontraktor harus
memasang pipa-pipa untuk mengalirkan air kerja tersebut adalah beban
kontraktor. kontraktor tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air
dari saluran induk, lubang penyedot (tap point), reservoir dan sebagainya
tanpa terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari pemilik kegiatan/Direksi
Lapangan.

12.11 IKLAN

kontraktor tidak di inginkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lapangan kerja
atau di tanah yang berdekatan tanoa ijin dari pemilik/Direksi Lapangan.

15
12.12. JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

Pemakaian Jalan Masuk Ketempat Pekerjaan Menjadi Tanggung Jawab pihak


Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan tersebut. kontraktor
diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan
memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkan dan menjadi beban kontraktor.

12.13. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM

selama masa pelaksanaan pekerjaan, kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas,
jalan, saluran dan lain-lain yang ada dilingkungan pekerjaan.

kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum seperti saluran air, telpon, listrik dan sebagainya yang
disebabkan oleh operasi kontraktor. segala biaya untuk pemasangan kembali beserta
perbaikan-perbaikannya adalah menjadi beban kontraktor.

12.14. KECELAKAAN DAN KESEHATAN

1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban


kontraktor.
2. sehubungan dengan pasal ini, kontraktor diwajibkan menyediakan kotan P3K
terisi menurut kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih
dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
3. terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
perongkosannya menjadi beban kontraktor.
4. kebakaran-kebakaran yang timbul akibat adalah tanggung jawab kontraktor.
5. sehubungan dengan butiran-butiran di atas pada kontraktor diwajibkan
menyediakan alat pemadam kebakaran jeni ABC (segala jenis api), pasir dalam
bak kayu, galah-galah secukupnya serta pemeliharaannya.
6. kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
7. sejauh tidak disebutkan dalam rencana kerja dan syarat ini maka kontraktor harus
mengikuti semua ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh jawatan/Instansi
Pemerintah C.Q. Undang-undang Kesehatan Kerja dan lain sebainya termasuk
semua perubahan-perubahan yang hingga kini tetap berlaku.

12.15. PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN

Setelah kontraktor mengetahui batas-batas daerah kerja dan lain-lainnya sebagaimana


diuraikan dalam pasal-pasal dimuka maka kontraktor bertanggung jawab penuh segala
sesuatu yang ada di daerahnya ialah mengenai :

16
1. kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang sengaja
ataupun tidak.
2. penggunaan sesuatu yang keliru/salah.
3. kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
4. terhadap semua kejadian sebagaimana disebut di atas kontraktor harus melaporkan
kepada pemilik kegiatan/Direksi Lapangan dalam waktu paling lambat 24 jam
untuk di usut dan di selesaikan persoalannya lebih lanjut.
5. untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas, diharuskan mengadakan
pengamanan antara lain : penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara
dan sebagainya.

12.16. PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Sebelum melalui pekerjaan lanjutan, kontraktor diwajibkan memintakan


persetujuan kepada Direksi Teknik.
2. bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam, (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh
konsultan/Direksi Teknik, kontraktor dapat meneriskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa, dianggap telah disetujui Direksi Teknik. hal ini
dikecualikan bila Direksi Teknik minta perpanjangan waktu.
3. bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini Direksi Teknik berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan kontraktor.

17
B. SYARAT KHUSUS

12.1. TEMPAT PEKERJAAN

Pekerjaan : Pembanguan Tambatan Perahu.

Lokasi : Kabupaten Pohuwato.

12.2. PENJELASAAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud dalam Spesifikasi Teknis ini adalah :

A. PEKERJAAN PEMBUATA DERMAGA KAYU


1. Pekerjaan Jembatan Penghubung.
2. Pekerjaan Tambatan Perahu.
3. Pekerjaan Jalan Akses.

12.3. PERATURAN TEKNIS KHUSUS DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


PEKERJAAN

Pekerjaan harus diselesaikan menurut dan sesuai :

1. Peraturan dan syarat-syarat yang tercantum dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat
ini.
1) Gambar-gambar bestek, Detai dan Instalasi.
2) Perubahan-perubahan dan penambahan yang tercantum dalam Berita Acara
Anwijzing.
3) Gambar-gambar kerja yang dibuat oleh Kontraktor pada waktu pekerjaan
berlangsung dan telah mendapat persetujuan dari Direksi/Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan.
4) Petunjuk-petunjuk dan keterangan yang diberikan Direksi pada waktu
pelaksanaan.

12.4. DASAR UKURAN TINGGI DAN UKURAN-UKURAN POKOK

Sebagai dasar peraturan tinggi lantai dasar 0,00 (titik duga) dipakai tinggi pada denah
bangunan yang akan dilaksanakan, selanjutnya titik ditentukan secara permanen dan
oleh kontraktor diberi tanda jelas denga noit beton yang kokoh dan boleh baru di
bongkar setelah pekerjaan selesai untuk penyerahan pertama. ukurang-ukurang tinggi
diambil diatas ketinggian sumbuh jalan dimuka bangunan. ukuran-ukuran pkok dan
ukuran-ukuran detail tertera pada gambar Bestek dan detail kontraktor hendaknya
meneliti kembali ukuran-ukuran tersebut. jika ada perbedaan dan ketidak cocokan.
kontraktor melapor/membicarakan dengan Direksi dan Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan. kontraktor harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

18
1) Ukuran tertera pada gambar konstruksi beton harus disesuaikan dengan ukuran
jadi.
2) Ukuran-ukuran pada konstruksi kayu (kosen pintu dan jendela adalah ukuran jadi
setelah diserut).

12.5. PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN

1. Kontraktor wajib meneliti ukuran-ukuran dilapangan dan melaporkan segala


sesuatu kepada Direksi.
2. Pemasangan Patok-patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan
atas persetujuan Direksi.
3. Segala pekerjaan pengukuran persiapan (Uitzet) adalah tanggung jawab kontraktor.
4. Pengukuran-pengukuran sudut siku, ketinggian petil, panjang lebar harus
menggunakan teropong, waterpass, theodolit, prisma penyiku dan lain-lain.
pengukuran siku dengan benang secara prinsip segitiga phitagoras hanya
dibolehkan pada bagian-bagian yang kecil dan tidak penting saja.
5. Ketidak cocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan kenyataan harus
segera dilaporkan kepada Direksi.
6. Pekerjaan pemasangan bowplank adalah termasuk pekerjaan kontraktor dan harus
dibuat dari kayu, tidak diperkenankan menggunakan kayu.
7. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan bowplank
dipasang, tinggi dasar (0,00), sumbu-sumbu dinding dan sumbu-sumbu kolom
ditetapkan dengan persetujuan Direksi dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

12.6. PEKERJAAN GALIAN TANAH

12.6.1. Umum

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian tanah akan mencakup tetapi tidak terbatas pada :
1) Tahapan untuk mendapatkan peil yang sesuai dengan peil perbukaan
laintai yang tertera dalam gambar.
2) Konstruksi Pondasi.
3) Pekerjaan galian tanah yang nyata-nyata diperlihatkan pada gambar.

2. Pekerjaan seksi lain yang berkaitan.


1) Dasar ukuran tinggi dan ukuran-ukuran pokok : 12.23
2) Pengukuran dan papan bangunan : 12.24

12.6.2. Bahan

Tidak ada bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini.

19
12.6.3. Pelaksanaan :

1. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan


kedalaman-kedalaman yang disyaratkan atau ditentukan dan diindikasikan
dalam gambar dengan cara yang demikian rupa, sehingga persyaratan dari
pekerjaan selanjutnya terpenuhi.
2. Galian mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan dan bahan lain yang
dijumpai dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Galian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan, dan
juga untuk mengadakan pembersihan.
4. Jika terdapat air mengenang dalam parit/galia pondasi harus dipompa
keluar, sehingga pada waktu pemasangan pondasi parit/galian pondasi
dalam keadaan kering.
5. Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/galian pondasi harus
digali dan ditimbun kembali dengan material yang disetujui oleh
Direksi/Direksi Teknik, disiram air dan dipadatkan.
6. Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek
dan cukup lebar untuk bekerja dengan leluasa.
7. Apabila terjadi kesalahan dalam pengalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar,
maka kelebihan dari pada galian harus diurung kembali dengan material
yang disetujui oleh Direksi/Direksi Teknik, Biaya akibat pekerjaan tersebut
menjadi beban kontraktor.
8. Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam gambar-gambar, penggalian harus
dilanjutkan/diperbesar atau diubah sampai disetujui oleh Direksi/Direksi
Teknik.
9. Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dapat dipakai kembali
akan ditimbun ditempat yang ditunjuk untuk digunakan dalam pekerjaan
landscaping.
10. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan galian dijumpai akar-akar/bahan-bahan
yang bisa lapuk dalam kedalaman yang duperhatikan pada gambar, maka
akar-akar/bahan-bahan tersebut harus diangkat dan diurung dengan material
yang disetujui oleh Direksi/Direksi Teknik sampai padat.

12.6.4. Pengendalian Mutu di Lapangan

Ditiadakan

12.6.5. Pengukuran dan Pembayaran

1. Pengukuran.
Kualitas galian akan dihitung berdasarkan volume galian padat, yang diukur
berdasarka luas penampang rata-rata dikalikan dengan panjang galian.

20
2. Pembayaran
Kualitas yang diukur sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar dengan
harga satuan kontrak untuk mata pembayaran yang terdapat dibahwa dan
tintunjukan dalam daftar kualitas dan harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk meyediakan tenaga kerja.

No. Urut Uraian Satuan Pengukuran


1 Galian Tanah M

12.7. PEKERJAAN URUNGAN

12.7.1. Umum

1. Lingkup Pekerjaan
pekerjaan urungan mencakup tetapi terbatas pada :
1) Urungan pasir di bawah pondasi.
2) Urungan tanah di bawah lantai.
3) Urungan pasir di bawah lantai.

2. Pekerjaan seksi lain yang berkaitan.


1) Dasar ukuran timggi dan ukuran-ukuran pokok : seksi 12.23
2) Pengukuran dan papan bangunan : seksi 12.24

12.7.2. Bahan

1. Tanah urung yang digunakan adalah tanah non plastik, minimal digolongkan
dalam klasifikasi A-2-7 (pasir lanauan dan lempungan, AASHTO).
2. Pasir urung yang digunakan adalah material yang digolongkan dalam
klasifikasi A-1-b (Fragmen batuan kerikil dan pasir, AASHTO)
3. Seluruh material yang digunakan harus bebas dari kandungan garam-
garaman yang berlebihan.

12.7.3. Pelaksanaan :

1. Urungan tanah pasir dilaksanakan dibawah lantai seperti tertera pada


gambar, dan pelaksanaannya harus lapis demi lapis dengan batas maksimum
30 cm untuk hamparan setiap lapisan. dalam setiap lapisannya, urungan
harus dipadatkan dengan alat pemadat yang disetujui sampai dicapai tingkat
kepadatan lapangan yang cukup baik, sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknik.
2. Seluruh bagian bangunan yang direncanakan harus timbul sampai mencapai
ketinggian yang ditrntukan. dengan menggunakan bahan timbunan yang

21
cukup baik, bebas dari sisa-sisa rumput, akar-akar dan lain-lainnya serta
dapat mendapat nilai CBR minimal 4 % rendaman air. dalam hal ini harus
mengikuti petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.
3. Untuk pekerjaan penimbunan kembali dibawah atau disekitar bangunan dan
perkerasan harus sesuai dengan gambar rencana, dan material penimbunan
harus memenuhi pasal 6.28.2 spesifikasi ini.
4. Pengurungan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan dengan
menggunakan alat pemadat sehingga minimal sama dengan keadaan tanah
sebelum digali.
5. Pekerjaan penimbunan kembali harus diserta dengan pekerjaan pemadatan,
dimana dalam proses pemadatan tersebut kadar air optimum harus
dipertahankan (jika kondisi urungan terlalu kering, harus ditambahkan
dengan air/disiram).
6. Urungan tanah harus dilaksanakan setelah urungan kembali dari parit/galian
pondasi kaki kolom selesai dikerjakan agar cakup waktu untuk untuk
dipadatkan.

12.7.4. Pengendalian Mutu di Lapangan

Direksi teknik dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan tes kepadatan


(sadcone) di lapangan yang dipandang perlu untuk menjamin dipatuhinya
spesifikasi ini.

12.7.5. Pengukuran dan Pembayaran

1. Pengukuran
Kualitas pekerjaan urungan akan dihitung berdasrkan volume urungan padat,
yang diukur berdasarkan penampang rata-rata dikalikan denga tebal
urungan, kecuali untuk pekerjaan yang disebutkan pada point "4, 5, dan 6"
pada pasal 6. 26. 1. 1, pengukuran tidak dilakukan secara terpisah dan
termasuk bagian dari pekerjaan pemasangan pipa, pemasangan paving blok
dan pembuatan lubang peresapan.

2. Pembayaran
Kualitas yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas dibayar dengan harga
satuan kontrak untuk mata pembayaran yang terdaftar dibawah ini dan
ditunjukan dalam daftar kualitas dan harga, dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan tenaga kerja, pengadaan
bahan dan peralatan. kecuali pekerjaan yang disebutkan pada point "4, 5, dan
6" pada pasal 5. 26. 1. 1. tidak dilakukan pembayaran sendiri.

No. Urut Uraian Satuan Pengukuran


1 Urungan sirtu di bawah lantai M
2 Urungan pasir di bawah pondasi M
3 Urungan pasir di bawah lantai. M

22
12.8. PEKERJAAN PASANGAN BATU KOSONG

12.8.1. Umum

1. Lapangan Pekerjaan.
Pekerjaan pasangan batu kosong dilaksanakan pada lapisan kedua setelah
urungan pasir pada pondasi batu kali, dengan maksud memberikan bantalan
yang stabil pada konstruksi pondasi batu kali.

2. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan.


1) Dasar urungan tinggi dan ukuran-ukuran pokok : seksi 12.23
2) Pengukuran dan papan bangunan : seksi 12.24
3) Pekerjaan galian tanah : seksi 12.25

12.8.2. Bahan

1. Bahan yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung dengan kondisi
harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak dan harus memiliki
satu daya tahan (awet).
2. Batu-batu tersebut harus rata, bentuk baji ataupun oval dan harus dapat
dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila
dipasang bersama-sama dan memberikan satu profil permukaan di dalam
batas-batas ukuran yang ditetapkan sebagai berikut :

Ukuran minimum batu adalah :


1) Tebal minimum = 15 cm
2) Lebar minimum = 1,5 x tebal (22,5 cm)
3) Panjang minimum = 1,5 x lebar (33,75 cm)

Ukuran batu maksimum akan ditentukan Direksi dengan memperhitungkan jenis, struktur,
lokasi batu dalam struktur dan persyaratan umum untuk stabilitas dan saling mengunci.

12.8.3. Pelaksanaan

1. Kondisi Lapangan Pekerjaan


1) Pekerjaan urungan pasir telah selesai dilaksanakan dan telah dinyatakan
diterima oleh Direksi Teknik.
2) Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi
semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk

23
membuang atau mengalirkan air, termasuk saluran-saluran sementara,
pengaliran lintasan air dan meyediakan dinding cut off.

2. Pelaksanaan Pekerjaan.
Batu-batu harus diletakan sedemikian rupa, sehingga secara keseluruhan
memiliki daya saling mengunci (interlocking) dan stabil. posis batu harus
memnungkinkan untuk meletakan pasangan batu kali di atasnya dan
memberikan permukaan yang maksimal untuk dilapisi pasta semen guna
pelekatan dengan pasangan diatasnya.

12.8.4. Pengendelaian Mutu di Lapangan

Ditiadakan.

12.8.5. Pengukuran dan Pembayaran


1. Pengukuran.
Kualitas pasangan batu kosong akan dihitung berdasarkan volume, yang
diukur berdasarkan luas penampang rata-rata dikalikan dengan panjanga
pasangan.

2. Pembayaran
Kualitas yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas dibayar dengan harga
satuan kontrak untuk mata pembayaran yang terdaftar dibawah ini dan
ditunjukan dalam daftar kualitas harga, dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan bahan, peralatan dan tenaga
kerja.
No. Urut Uraian Satuan Pengukuran
1 P M

12.9. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

12.9.1. Umum

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan pasangan batu kali meliputi penyediaan peralatan, tenaga kerja
dan pemasangan semua pekerjaan pondasi batu kali atau bagian-bagian lain
yang menggunakan batu kali sesuai dengan gambar dan persyaratan yang
ditentukan dalam RKS ini.

2. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan.


1) Dasar ukuran tinggi dan ukuran-ukuran pokok : seksi 12.23
2) Pengukuran dan papan bangunan : seksi 12.24
3) Pekerjaan galian tanah : seksi 12.25

12.9.2. Bahan

24
1. Batu Kali.
Batu yang dipakai pada pekerjaan yang ditunjukan dalam gambar-gambar
seperti pasangan batu, haruslah batu yang bersih dan keras, tahan lama dan
sejenis menurut persetujuan Direksi dan bersih dari campuran besi, noda-
noda, lubang-lubang, cacat atau ketidak sempurnaan lainnya. batu tersebut
harus diambil dari sumber yang disetujui Direksi

Ukuran minimum batu adalah (kecuali untuk batu pengunci) :


1) Tebal minimum = 15 cm
2) Lebar minimum =1,5 x tebal (22,5 cm)
3) Panjang minimum = 1,5 x lebar (33,75 cm)

Ukuran batu masksimum akan ditentukan Direksi dengan memperhitungkan


jeni, struktur, lokasi, batu dalam struktur dan persyaratan umum untuk
stabilitas dan saling mengunci.

2. Pasir.
Pasir haruslah mempunyai garadasi yang baik dan kekerasan yang
memungkinkan untuk menghasilkan adukan yang baik.

3. Semen.
Semen yang digunakan adalah semen type 1, yaitu semen portland untuk
penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis lain (SII 0013-81)

4. Air.
Air yang dipakai harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, dan garam-garam.

5. Adukan.
1) Jik tidak ditentukan lain, adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat
perbandingan 1 PC : 4 Psr untuk pasangan kedap air (selanjutnya dipakai
singkatan PC untuk Portland Cement, Ps untuk pasir, Kr untuk kerikil
dalam kode perbandingan suatu adaukan).
2) Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian rupa
sehingga jumlah dari setiap bahan adukan bisa dikontrol dan ditentukan
secara tepat sesuai persetujuan Direksi. apabila mesin aduk yang dipakai,
bahan adukan kecuali air harus dicampur lebih dahulu didalam mesin
selama paling tidak 2 menit. bila pengadukan dilakukan dengan tangan,
bahan adukan harus dicampur didalam semacam kotak diaduk 2 kali
secara kering dan akhirnya 3 kali setelah diberi air sampai adukan
sewarna semua dan merata,. adukan harus dicampur sebanyak yang

25
diperlukan untuk dipakai, adukan yang tidak dipakai selama 2 (dua) jam
harus dibuang. pemakaian kembali adukan tersebut tersebut tidak
diperkenankan. kotak untuk mengaduk harus dibersihkan setiap akhir
dari hari kerja.

12.9.3. Pelaksanaan

1. Kondisi Lapangan Pekerjaan.


1) Pekerjaan pemasangan batu kosong telah sesuai dilaksanakan dan telah
dinyatakan diterima oleh Direksi Teknik.
2) Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi
semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk
membuanga atau mengalirkan air, termasuk saluran-saluran sementara,
pengaliran lintasan air dan menyediakan dinding cut off.
3) Bowplank, peil dan segala titik referensi yang dibutuhkan telah
terpasang dengan baik, sehingga akna menjamin hasil akhir sesuai
dengan gambar rencana.

2. Pelaksanaan Pekerjaan.
1) Tiap batu untuk pasangan harus seluruhnya dibasahi lebih dahilu
sebelum dipasang dan harus diletakan dengan alasnya tegak lurus kepada
tegangan pokok. setiap batu harus diberi alas adukan, semua sambungan
harus diisi padat dengan adukan pada waktu pekerjaan berlangsung.
tebal adukan tidak lebih dari 50 mm lebarnya, serta tidak boleh ada batu
berimpit satu sama lainnya. batu pasak tidak boleh disisipkan sesudah
batu selesai dipasang.
2) Pada pasangan batu yang terlihat dibuat pasangang batu muka. batu
muka harus mempunyai bentuk seragam dan bersudut dengan ukuran
tebal minimum 15 cm, kecuali ada permintaan lain dari Direksi,
permukaan batu muka harus merata setelah dipasang. pasangan batu
muka harus bersatu dengan batu-batu belah yang dipasang di dalamnya
dan paling sedikit ada satu batu pengikat (pengunci) untuk tiap-tiap
meter persegi, pasangan batu muka harus dikerjakan secara bersama-
sama dengan pasangan batu inti agar supaya pengikat dapat dipasang
dengan sebaik-baiknya.
3) Batu harus dipilih dan diletakan dengan hati-hati sehingga tebal adukan
tidak kurang dari pada rata-rata 1 cm. semua pekerjaan batu muka yang
kelihatan harus disiar, adukan untuk siaran campuran 1 PC : 2 Psr,
kecuali ditentukan oleh Direksi.

3. Perlindungan dan Perawatan.


1) Pekerjaan pasangan batu dalam cuaca yang tidak menguntungkan dan
dalam melindungi/merawat pekerjaan yang telah selesai, kontraktor

26
harus memenuhi persyaratan yang sama seperti yang ditentukan untuk
beton
2) Pekerjaan pasangan tidak boleh dilaksanakan pada hujan deras atau
huajan yang cukup lama yang dapat mengakibatkan adukan larut. adukan
yang telah dipasang dan larut karena hujan harus dibuang dan diganti
sebelum pekerjaan pasangan selanjutnya diteruskan, pekerja tidak boleh
berdiri diatas pasangan batu atau pasangan batu kosong yang belum
mantap.

12.9.4. Pengendalian Mutu Di Lapangan

Secara periodik harus dilakukan pemeriksaan kualitas campuran spesies.

12.9.5. Pengukuran dan Pembayaran

1. Pengukuran.
Kualitas pasangan batu kosong akan dihitung berdasarkan volume, yang
diukur berdasarkan luas penampang rata-rata dikalikan dengan panjang
pasangan.

2. Pembayaran.
kualitas ysng diukur sebagaimana disyaratkan diatas dibayar dengan harga
satuan kontrak mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan ditunjukan
dalam daftar kualitas dan harga, dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja.

No. Urut Uraian Satuan Pengukuran


1. P M

12.10. PEKERJAAN PELESTERAN / PENGHALUS ACIAN BETON

12.10.1. Umum

1. Lingkup Pekerjaan.

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan pelesteran dan kebutuhan


persyaratan yang tercantum dibahwa ini :
1) Untuk semua pelesteran dinding biasa
2) Pelesteran kedap air (traasram)
3) Untuk semua pelesteran beton dan kaki pondasi

2. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan.


1) Dasar ukuran tinggi dan ukuran-ukuran pokok : seksi 12.23
2) Pengukuran dan papan bangunan : seksi 12.24

27
12.10.2. Bahan

1. Pasir.
Pasir haruslah mempunyai gradasi ysng baik dan kekerasan yang
memungkinkan untuk menghasilkan adukan yang baik. pasir untuk
plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang
memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.

2. Semen.
Semen yang digunakan adalah semen tipe 1, yaitu semen portland untuk
penggunaan umaum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan
khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lain (SII 0013-81).

3. Air.
Air yang dipakai harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, dan garam-garam.

4. Adukan.
1) Adukan yang dipakai untuk plesteran adalah :
Pelesteran dinding non traasram biasa adalah campuran 1 PC : 5
Pasir Plesteran untuk semua dinding beton dan kaki pndasi 1 PC : 3
Pasir

2) Acian, hanya digunakan pada dinding-dinding terplester adalah


sebagai berikut : PC tanpa campuran kapur untuk kaki pondasi.
cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian
rupa sehingga jumlah dari setiap bahan adukan bisa dikontrol dan
ditentukan secara tepat sesuai persetujuan Direksi. buat adukan
dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit,
adukan/plesteran tidak dapat lagi diolah (lebih kurang 90 menit
setelah adukan jadi). pemakaian kembali adukan tersebut tidak
diperkenankan. kotak untuk mengaduk harus dibersihkan setiap akhir
dari hari kerja.

12.10.3. Pelaksanaan

1. Kondisi lapangan pekerjaan.


1) Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan
diplester harus disiram air sampai jenuh, dan siar-siarnya telah
dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm.
2) Pelaksanaan pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan setelah pipa-
pipa air dan listrik sudah terpasang.

28
3) Sebelum melanjutkan ke pekerjaan acian, permukaan plesteran telah
rata, lurus dan tegak satu sama lain. penggunaan mistar perahu kayu
(belabas) sangat dianjurkan.
4) Merupakan permukaan plesteran basah (bukan dibasahi). tidak
dibenarkan meninggalkan pekerjaan plesteran sampai kering sebelum
dilanjutkan dengan pekerjaan acian.

2. Pelaksanaan pekerjaan.
1) Sedapat mungkin mempergunakan mesin-mesin pengaduk (molen)
dan peralatan yang memadai. persipkan dan bersihkan permukaan-
permukaan yang akan diplester, dari kotoran-kotoran dan bahan-
bahan lain yang dapat merusak plesteran. tukang-tukang plesteran
yang dinilai tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti
dengan yang baik.
2) Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan Teknis ini
harus disingkirkan dari pekerjaan.
3) Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya, dan
pekerjaan yang tidak rata harus diperbaiki sesuai perintah Direksi
Teknik.
4) Tebal Plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan lain adalah
10 mm dengan toleransi minimum 15 mm, bilamana ketebalan
toleransi ini ternyata dilampaui karena kondisi permukaan dinding
harus diperbaiki.
5) Untuk bidang yang akan dipasangi dinding keramik, maka
permukaan plesteran harus dilaksanakan dan tidak perlu di aci, untuk
menjamin keletakan yang sempurna antara tembok dan keramik.

12.10.4. Pengendalian Mutu Di Lapangan

Secara periodik harus dilakukan pemeriksaan kualitas campuran spesie.

12.10.5. Pengukuran dan Pembayaran

1. Pengukuran.
Kualitas plesteran dan acian dihitung berdasarkan luasan bidang yang
terpasang, yaitu panjang x tinggi bidang plesteran/acian.

2. Pembayaran.
Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan di atas dibayar dengan
harga satuan kontrak untuk mata pembayaran yang terdaftar dibawah ini
dan ditunjukan dalam daftar kuantitas dan harga, dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan bahan,
peralatan dan tenaga kerja.

29
No. Urut Uraian Satuan Pengukuran
1. Pekrjaan plesteran beton 1 PC : 3 Ps M
2. Pekerjaan plesteran kaki beton 1 PC : 3 Ps M
3. Pekerjaan acian pondasi M

12.11. PEKERJAAN BETON

12.11.1. Umum

1. Lingkup Pekerjaan.
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua macam dan
perancah.
Finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan gambar dan
persyaratan yang ditentukan.

2. Pekerjaan seksi lain yang berkaitan.


1) Bahan-bahan dan penyimpanan : seksi 12.13
2) Dasar ukuran tinggi dan ukuran-ukuran : seksi 12.23
3) Pengukuran dan papan bangunan : seksi 12.24

12.11.2. Bahan

1. Agregat.
1) Agregat untuk bahan beton harus terdiri dari campuran agregat kasar
dan halus, berisi batu pecah yang bersih, keras dan awet atau kerikil
sungai alam atau kerikil dan pasir dari sumber yang disaring, semua
agregat alam harus dicuci.
2) Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga
perempat ruang bebas minimum diantara batang-batang tulangan
atau antara batang tulang dan cetakan (acuan).
3) Agregat halus harus bergradasi baik dari kasar sampai halus dengan
hampir seluruh partikel lolos saringan 4,75 mm.
4) Semua agregat halus, harus bebas dari sejumlah cacat kotoran
organik dan jika dimintakan demikian oleh Direksi Teknik harus
diadakan pengujian kandungan organik menggunakan standar SNI
03-2816.1-1992. setiap agregat yang gagal pada test warna, harus
ditolak.
5) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton konstruksi. pasir harus
diambil dari sungai atau tambang pasir. penambahan bahan lain
seperti pasir dari batu pecah akan diijinkan, apabila menurut
pendapat Direksi pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya,

30
kandungan maksimum terhadap lempung dan lanu tidak boleh lebih
dari 3 % perbandingan berat.
6) Persyaratan gradasi agregat adalah sebagai berikut :

tabel 6.33.1 persyaratan gradasi agregat


UKURAN SARINGAN PROSENTASI LOLOS BERDASARKAN BERAT
STANDAR IMPERIAL AGREGAT PILIHAN AGREGAT KASAR
(inches) HALUS
50 2 100
37 11/2 95-100 100
25 1 - 95-100 100
19 3/4 35-70 - 90-100 100
13 1/2 - 25-60 - 90-100
9,5 3/8 100 10-30 - 20-55 40-70
4,75 -4 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2,36 -8 - - 0-5 0-5 0-5
1,18 -16 45-80 - - -
0,3 -50 10-30
0,15 -100 2-10

7) persyaratan sifat-sifat teknis agregat.

Tabel 6.33.2 Persyaratan sifat-sifat teknis agregat

Batas Pengujian Standar


URAIAN Agregat Agregat Pengujian
kasar Halus SNI
Kehilangan berat karena abrasi (500 putaran) 40% - 03-2417-1991
Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap Larutan
Natrium Sulfat Dan Magnesium Sulfat 12% 100% 03-3407-1994
Presentase gumpalan lempung dan partikel
mudah pecah 2% 0,5% 03-4141-1996
Bahan-bahan yang lolos saringan 0.075 mm
(.200) 1% 3% 03-4141-1996

2. Semen.
1) Semen yang digunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement,
harus sesuai dengan SNI 03-2847-2002, Kontraktor harus
menyediakan contoh semen apabila diminta oleh Direksi, keduanya
yaitu contoh dari kontraktor dilapangan dan dari pabrik. Portland
Cement yang disimpan dalam gudang lapangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyimpanan, bilamana portland Cement telah
mengeras, maka tidak boleh dipakai untuk campuran.

31
2) Kontraktor harus mengusahakan agar untuk pelaksanaan pekerjaan
beton ini hanya menggunakan satu merk semen saja.
3) Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan
standard dari pabrik dan terlindung.
4) Penyimpanan harus dilaksanakan pada tempat yang tidak lembab dan
tidak terkena air (diberi lapisan pada bagian bawahnya dengan bahan
yang kedap air), dan penumpukannya harus sesuai dengan urutan-
urutan pengiriman.
5) Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 meter. semen yang rusak
atau tercampur apapun tidak boleh dipakai.

3. Air.
Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan membuat bahan
adukan harus dari sumber yang ditujui oleh Direksi dan memenuhi
standard SNI 03-2847-2002.

4. Zat Tambahan Ditiadakan.

5. Bekisting.
1) Bekisting harus berbahan dasar kayu minimal kelas kuat III
2) Dalam kondisi kering udara, tanpa cacat dan dapat menjamin
kekokohan dtruktural selama proses pengecoran dan perawatan
beton.
3) Bekisting untuk beton terbuat dari jenis reng ukuran 5 x 7 cm
diperkuat dengan papan tebal 3 cm dan balok BJLS 22 atau terbuat
dari plat baja sesuai dimensi struktur, terkecuali dipersyaratkan lain
oleh Direksi Teknik, sebelum pemasangan bekisting, kontraktor
harus memberikan gambar perencanaan bekisting secara lengkap
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Teknik.
4) Syarat-syarat bekisting yang harus dipenuhi :
Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus cukup
tebal dan terikat kuat.
Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah secara mekanis
atau dengan bahan-bahan kimia
Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam
bekisting
Permukaan bekisting harus rata dan licin serta diberi releasing agent
yang disetujui oleh Direksi /Direksi Teknik (bila ada).
Ukuran jarak disesuaikan dengan rencana dalam gambar

5) Tiang-tiang cetakan harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh


dan harus mudah distel dengan baji. tiang perancah boleh
mempunyai paling banyak satu sambungan yang tidak disokong
kearah samping.

32
6. Adukan.
1) Untuk semua pekerjaan konstruksi dan pekerjaan beton utama,
perbandingan-perbandingan bahan untuk perencanaan campuran
harus ditentukan menggunakan cara yang ditetapkan dalam SNI 03-
2847-2002 dengan gradasi yang sesuai dengan pasal 6.33.2.1 point
"f".
2) Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-
bahan yang diusulkan dengan membuat dan mengadakan pengujian
campuran percobaan yang disaksikan oleh Direksi Teknik,
menggunakan peralatan jenis yang sama sepertiyang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan campuran percobaan akan diperlukan
dapat diterima, asalkan hasil-hasil pengujian memuaskan dan
memenuhi semua persyaratan perbandingan campuran.
3) Semua beton yang digunakan dalam pekerjaanharus memenuhi
persyaratan kekuatan tekanan danslump seperti ditetapkan dalam
berikut atau yang disetujui Direksi teknik, bilammana contoh bahan,
perawatan dan pengujian-pengujian sesuai dengan pengujian yang
disebutkan dalam spesifikasi ini.

Tabel6.33.3 kekuatan tekanan beton minimum dan nilai slum ysng diizinkan
Kuat Kekuatan Tekanan Minimum, Mpa Slump Yang Diizinkan (mm)
Tekanan
Kubus 15 Cm Silinder X
Beton
Digrtar Tanpa Digetar
7 Hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari
F'c 35 22,5 35,0 19,0 29,0 40-60 -
F'c 25 17,5 25 17,5 23,0 40-60 -
F'c 20 14,5 20 15 18,5 40-60 -
F'c 18 11,0 17,5 12 14,5 40-60 50-80
F'c 12 8,0 8,0 10 10,0 - 40-100
Catatan : Untuk pengujian kekuatan tekanan yang dilakukan dengan contoh uji silinder,
persyaratan kekuatan harus diturunkan menjadi sekitar 83 % dan kekuatan kumus.

4) Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump, pada umumnya pada


umumnya akan dianggap di bawah standar dan tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan, terkecuali Direksi Teknik dapat
menyetujuinya penggunaan terbatas beton tersebut untuk pekerjaan
dengan kelas rendah.
5) Bilamana hasil-hasil pengujian 7 hari memberikan kekuatan dibawah
yang tentukan, kontraktor tidak boleh mengecor setiap beton
berikutnya, sampai masalah hasil-hasil kekuatan di baawah ketentuan
tersebut diketahui dan konteraktor telah mengambil langkah-langkah

33
demikian yang akan meyakinkan bahwa produksi beton memenuhi
persyaratan spesifikasi sehingga memuaskan Direksi Teknik.
6) Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekanan 28 hari yang
ditetapkan, yang diberikan pada tabel 6.33.3 akan dianggap tidak
memuaskan dan pekerjaan-pekerjaan harus diperbaiki. Direksi
Teknik akan memperhitungkan kemungkinan cacat-cacat karena
kesalah pengambilan contoh bahan, perbedaan-perbedaan dalam
statistik, persiapan contoh uji yang buruk, dan dapat meminta
pengujian-pengujian lebih lanjut untuk dilaksanakan sebelum
mengambil putusan akhir.

7. Penyesuaian campuran.
1) Penyesuaian Kemudahan Dikerjakan.
bilamana tidak memungkinkan mendapatkan beton campuran yang
dikehendaki dan kemudahan dikerjakan dengan perbandingan-
perbandingan yang ditetapkan menurut aslinya, Direksi Teknik akan
memerintahkan perubahan-perubahan dalam berat atau volume
agregat sebagaimana yang diperlukan, asalkan kandungan semen
yang ditunjukan menurut calon alinya tidak di ganti, atau
perbandingan air/semen yang ditetapkan dengan pengujian kekuatan
tekanan untuk kekuatan tidak memadai dilampaui.

2) Penyesuaian Pekerjaan.
Bilamana beton tidak memenuhi kekuatan yang telah ditentukan atau
telah disetujui, kadar semen harus ditambah seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Tidak ada perubahan sumber atau sifat bahan-bahan akan
diperintahkan tertulis Direksi Teknik serta tidak ada bahan-bahan
baru yang akan digunakan sampai Direksi Teknik menyetujui bahan-
bahan tersebut secara tertulis dan telah diusulkan perbandingan baru
berdasarkan pengujian campuran percobaan yang harus dilaksanakan
oleh Kontraktor.

12.11.3. Pelaksanaan

1. Bekisting.
1) Bekisting harus dibuat kaku selama pengecoran dan pengerasan dari
beton dan untuk memperoleh bentuk permukaan yang diperlukan
kantor harus menyerahkan rencana-rencana dan penjelasan tentang
bekisting dan harus membuat contoh-contoh bekisting untuk
mendapat pengesahan Direksi.
2) Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat
mencegah defleksi bahan-bahan bekisting, bekisting serta
sambungan-sambungan harus rapat, sehingga dapat mencegah

34
kebocoran-kebocoran adukan selama pengocoran. lubang-lubang
permukaan sementara harus disediakan didalam bekisting untuk
memudahkan pembersihan bekisting.
3) Bekisting harus dipasang sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk
dan ukuran yang benar dari pekerjaan beton, yang ditunjukan dalam
gambar, cara pendukung yang akan menghasilkan lubang-lubang
atau tali-tali kawat yang membentang pada seluruh lebar dari
permukaan kepermukaan beton tidak dibenarkan.
4) Bekisting untuk permukaan beton harus sedemikian untuk mencegah
hilangnya bahan-bahan dari beton dan bisa menghasilkan permukaan
beton yang padat. jika dibutuhkan oleh Direksi bekisting untuk
permukaan beton yang kelihatannya harus sedemikian rupa sehingga
menghasilkan permukaan yang halus tanpa adanya garis atau
kelihatan terputus.
5) Setiap kali sebelum pembetonan dimulai, acuan harus diperiksa
dengan teliti dan dibersihkan. pembetonan hanya boleh dimulai
apabila Direksi sudah memeriksa dan memberi persetujuan terhadap
bekisting yang telah dibangun.
6) Untuk pembetonan dicuaca panas atau kering, Kontraktor harus
membuat rencana bekisting dan pembukanya, sehingga permukaan-
permukaan beton dapat terlihat untuk dimulai perawatan sesegera
mungkin.
7) Bekisting hanya boleh dibuka dengan ijin Direksi dan pekerjaan
pembukaan setelah mendapat ijin harus dilaksanakan dibawah
pengawasan seorang mandor yang berwewenang. harus diberi
perhatian yang luar biasa pada waktu membuka bekisting untuk
menghindari kegoncangan atau pembalikan tegangan beton.
8) Dalam hal mana Direksi berpendapat bahwa usulan kontraktor untuk
membuka bekisting belum pada waktunya baik berdasarkan
perhitungan cuaca atau dengan alasan lainnya,maka ia boleh
memerintahkan kontraktor untuk menunda pembukaan bekisting dan
kontraktor tidak boleh menuntut kerugian atas penundaan tersebut.
9) Untuk beton dengan semen Portland biasa waktu paling sedikit untuk
pembukaan bekisting harus menurut daftar dibawah ini :

- Muka sisi balok, lantai dan dinding : 1 hari


- Bagian bawah : 21 hari

2. Mengawasi dan Mencampur Bahan Beton.


1) Kontraktor harus mencampur dengan hati-hati bahan-bahan dari tiap
kelas beton dengan perbandingan berdasarkan ukuran volume. Air
harus harus ditambahkan pada bahan bantuan, pasir dan semen di
dalam mesin pengaduk mekanis, banyaknya harus menurut jumlah

35
paling kecil yang diperlukan untuk memperoleh pemadatan penuh.
alat pengukur air harus menunjukan banyaknya air yang diperlukan
dan rencana agar segera otomatis berhenti bila jumlah air sudah
dialirkan kedalam campuran dan kemudian bahan-bahan beton
seluruhnya benar-benar tercampur. beton pracampur boleh digunakan
persetujuan Direksi lebih dahulu. apabila pencampuran beton dengan
mutu 17 Mpa diijinkan dengan tenaga manusia, maka semen, batuan
dan pasir harus dicampur di atas lantai kayu yang rapat. bahan-bahan
harus diaduk paling sedikit dua kali dalam keadaan kering dan
setidaknya tiga kali sesudah air dicampurkan, sampai campuran
beton mencapai warna dan kekentalan yang sama/merata.
2) Kontraktor harus merencanakan tenpat dari alat pencampur dan
tempat bahan-bahan untuk memberi ruang kerja yang cukup, rencana
ini harus diserahkan untuk mendapat persetujuan Direksi, sebelum
alat pencampur dan bahan-bahan ditempatkan.
3) Mengangkut, menempatkan dan memadatkan beton.
4) Beton harus diangkut sedemikian rupa sampai ditempat penuangan,
beton masih mempunyai mutu yang ditentukan dan kekentalan yang
memenuhi dan tidak terjadi penambahan atau penggurangan apapun
sejak meninggalkan tempat adukan, kontraktor harus mendapat
persetujuan Direksi atas pengaturan yang direncanakan, sebelum
pekerjaan pembetonan dimulai.
5) Beton tidak diperbolehkan untuk dijatuhkan dari ketinggian lebih
dari 1 m, untuk setiap kali pengecoran.
6) Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ketempat
sambungan cor yang direncanakan ebelumnya, kontraktor harus
mengingatkan pemadatan dari beton adalah pekerjaan penting
dengan tujuan untuk menghasilkan beton rapat air dengan kepadatan
maksimum. pemadatan harus dibantu dengan pemakaian mesin
penggetar dari jenis tenggelam, tetapi tidak mengakibatkan
begetarnya tulangan dan acuan, jumlah dan jenis alat getar yang
tersedia untuk dipakai pada setiap masa pembetonan, harus dengan
persetujuan Direksi.

3. Pembetonan di Atas Permukaan yang Tidak Kedap Air.


1) Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran pada permukaan
yang tidak kedap air sebelum permukaan itu ditutup kengan
kulit/membran air atau bahan kedap lainnya yang disetuji oleh
Direksi.
2) Pembetona dalam cuaca yang tidak menguntungkan.
3) Kontraktor tidak boleh mengecor beton pada waktu hujan deras tanpa
perlindungan, kontraktor harus menyiapkan alat pelindung terhadap
hujan dan terik sinar matahari sebelum pengecoran. apabila suhu
udara melebihi 35 C, kontraktor tidak boleh mengecor tanpa

36
persetujuan Direksi dan tanpa mengambil tindakan pencegahan
seperlunya untuk menjaga supaya suhu beton pada waktu
pencampuran dan penuangan kuran dari 35 C , misalnya dengan
menjaga bahan-bahan beton agar terlindung dari matahari atau
menyemprot air pada bahan bantuan dan bekisting.

4. Melindungi dan Merawat Beton.


1) Sampai beton mengeras seluruhnya dalam waktu yang tidak kurang
dari 7 hari, kontraktor harus melindungi beton dari pengaruh jelek
dari angin, matahari, suhu tinggi atau rendah pergantian atau
perbalikan derajat suhu, pembebanan sebelum waktunya, lendutan
atau tumbukan dan air tanah yang merusak.
2) Jika ditentukan lain oleh Direksi permukaan beton yang kelihatan
harus dijaga supaya terus basah sesudah dicor, tidak kurang dari 7
hari untuk beton dengan semen portland, atau tiga hari untuk beton
dengan semen yang cepat mengeras. permukaan seperti itu segera
setelah dibuka bekistingnya, maka harus segera ditutup dengan goni
yang dibasahkan atau pasir atau lain bahan yang mungkin disetujui
Direksi. kontraktor harus membuat perlengkapan khusu atau
permintaan Direksi untuk perawatan dan pembasahan yang dimaksud
sepanjang masa dari enam sampai 24 jam sesudah pengecoran beton
dengan semen yang cepat mengeras.

12.11.4. Pengendalian Mutu Di Lapangan

1. Pengujian Untuk Kecelakaan (Workability).


Satu pengujian "slum", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan terkecuali
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

2. Pengujian Kuat Tekanan.


1) Tekana untuk setiap 60 meter kubik beton yang dicor dan dalam
segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu beton
dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada
tiap hari pengecoran. Setiap pengujian harus minimum mencakup
empat benda uji, yang pertama harus diuji pembe-banan kuat tekanan
sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang ketiga sesudah 14
hari dan yang keempat sesudah 28 hari.
2) Bilamana kualitas total suatu mutu dalam kontrak melebihi 40 meter
kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) diatas
hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu
beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan

37
mengambil contoh paling ssedikit lima buah dari takaran yang dipilih
secara acak (random).

3. Pengujian Tambahan.
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton
akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
Pengujian tambahan tersebut meliputi :
1) Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau
perangkat penguji lainnya;
2) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang
dipertanyakan;
3) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
4) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

12.11.5. Pengukuran dan Pembayaran

1. Pengukuran.
Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukan pada
gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Pembayaran.
Kualitas yang diukur sebagaimana disyratkan di atas dibayar dengan
harga satuan kontrak untuk mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini
dan ditunjukan dalam daftar kualitas dan harga, dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan bahan, peralatan
dan tenaga kerja.

No. Urut Uraian Satuan Pengukuran


1. Pekerjaan Rabat Beton 1 : 2 : 3 M

12.12. PEKERJAAN DERMAGA KAYU/TAMBATAN PERAHU/KAPAL

12.12.1. Umum
1. Prasarana Tambatan Perahu ini direncanakan untuk dapat menampung
beban lantai tambatan sebesar 500 kg/m dan untuk melayani perahu
manapun kapal kayu dengan bobot mati maksimum 4 ton.
2. Tinggi dan panjang dermaga/tambatan perahu Perahu tergantung pada
kondisi pantai dan perbedaan muka air pasang dan surut.
3. Konstruksi Tambatan Perahu terdiri atas bangunan atas sebagai
konstruksi lantai.

Bangunan atas terdiri atas :

38
- Papan lantai.
- Gelagar memanjang.
Bangunan bahwa terdiri atas :
- Gelagar melintang
- Balok tumpuan dan tiang pancang sebagai pondasi. Antar tiang
Pancang dipasang balok penguat menyilang. Pada tiang pancang bagian
luar dipasang balok fender sebagai pengaman terhadap tumbukan
perahu.

4. Lebar bangunan disesuaikan dengan lebar jalan, yaitu antara 2.00 - 4.00
meter. pada bagian tepi papan lantai dipasang patok tambat dari bahan
baja ulir dengan jarak antara patok 2 meter.

12.12.2. Persyaratan Teknis

1. Persyaratn Bahan.
a) Kayu.
Kayu persegi/kayu gelondongan. kayu harus baik, lurus dan mutu
kayu yang digunakan adalah - Mutu kayu kela II dan tanah air, untuk
bangunan atas. Mutu kayu kelas I dan tanah air, untuk bangunan
bawah.
b) Kayu-kayu yang akan digunakan harus tanpa cacat dan harus bebas
dari mata kayu.
c) Kayu-kayu yang dipergunakan hanya boleh mengandung kadar air
maksimum 25% untuk ukuran tebal dari 7 cm dan kadar air
maksimum 19% untuk tebal kurang dari 7 cm.
d) Kayu-kayu yang dikerjakan harus mengikuti pola-pola sesuai yang
tertera pada gambar perencanaan, dan diutamakan untuk kayu halus
harus terserut rapi tanda ada cacat atau libang-lubang.
e) Paku ukuran 7/10 cm.
f) Baut dan mur ukuran 12 mm
g) Besi plat ukuran 5 x 80 mm dan 4 x 50 mm.

2. Peralatan.
1. Alat Pancang.
Alat pancang terdiri atas : tripod, palu beton, katrol dan tambang/tali.
2. Peralatan Sementara.
Peralatan sederhana yang diperlukan antara lain, gergaji, pahat,
kunci, pas, linggis, cangkul, katrol, tambang, dan selang.

12.12.3. Pelaksanaan.

a. Pekerjaan Persiapan.

39
1) Bersihkan areal lokasi dari sampah dan akar pohon-pohon.
2) Tentukan lokasi/areal untuk menempatkan material bangunan.
3) Tentukan elevasi lantai tambatan perahu dengan menggunakan patok
tersebut.
4) Pemasangan Tripod sebagai alat untuk menancapkan tiang
ditempatkan pada posisi pemancangan tiang yang telah ditentukan.
5) Pembuatan Balok Beton/Palu Beton yang digunakan untuk
memancangkant tiang dari bahan beton campuran 1 : 2 : 3 dengan
ukuran 20 x 20 x 40 dengan berat minimal 80 kg atau disesuaikan
dengan kondisi tiang pancang.
6) Tiang pancang dengan penampang yang berbentuk persegi, ukuran
disesuaikan dengan gambar rencana, dilancipkan pada bagian
pangkal dengan sudut lancip tidak kurang dari 30 Balok gelagar baik
gelagar memanjang maupun gelagar melintang dengan penampang
persegi, ukuran disesuikan dengan gambar rencana.
7) Material lantai harus berupa papan dengan penampang persegi, sisi-
sisi rata dengan jumlah mata kayu tidak lebih dari 4 buah perlembar
papan.
b. Pembuatan Sambungan.
1) Pada tiang pancang, sambungan harus sambungan tarik dengan lebar
tarikan maksimal Y2 lebar kayu.
2) Pada gelagar, sambungan harus merupakan sambungan bibir lurus
dengan panjang ambungan tidak kurang dari 1,5 ukuran penampamg
kayu yang pendek.
3) Setiap sambungan dikokohkan dengan baut yang pada kedua
ujungnya dilapisi cincin baja.
c. Pelaksanaan Pekerjaan.
1) Gali tanah sedemikian rupa untuk mendapatkan kedudukan yang
baik bagi tiang.
2) Alat pemancangan atau Tripod dipasang tepat pada sisi ujung tiamg
pancang.
3) Pada ujung tiang harus dilindungi pelat baja.
4) Pemancangan tiang dimulai dari patok yang telah ditentukan.
5) Pemancangan dilakukan dengan palu beton/balok beton seberat 80
kg ditarik dengan katrol pada tripod kemudian dijatuhkan tepat diatas
tiang pancang.
6) Pemancangan dilakukan sampai mencapai kedalaman tanah yang
mempunyai daya dukung kuat atau hingga mencapai lapisan tanah
keras. Kedalaman pemancangan minimal 1 m pada bagian trestie dan
minimal 1,5 m pada bagian dermaga dengan kemiringan tiang disesui
dengan gambar rencana.
7) Pada tiang pancang yang memerlukan penyambungan, maka
sambungan tiang dapat dilakukan dengan cara mencoak bagian ujung
masing-masing tiang sedemikian rupa, sehingga pertemuan kedua

40
ujung tiang yang dipotong menyatu dengan tepat. Panjang irisan
mencokan 3 kali tebal tiang. Penyambungan diklem dengan plat
baja ukuran 5 x 80 mm sepanjang irisan coakan dan dibuat jarak
antara baut minimal 3 kali diameter baut. Dengan lebar sambungan
tarikan maksimal Y2 lebar kayu.
8) Pada gelagar, sambungan harus merupakan sambungan bibir lurus
dengan panjang sambungan tidak kurang dari 1,5 ukuran penampang
kayu yang terpendek.
9) Setiap sambungan dikokohkan dengan baut yang pada kedua
ujungnya dilapisi cincin baja.
10) Setelah pemancangan pondasi tiang pancang, diatasnya dipasang
gelagar melintang. Dalam hal ini balok tumuan berfungsi juga
sebagai gelagar melintang.
11) Gelagar memanjang diletakan atau dipasang diatas gelagar
melintang.
12) Papan lantai ditempatkan merata diatas gelagar memanjang.
13) Pemancangan dilakukan sesuai dengan urutan tiang sampai mencapai
pemancangan tiang dermaga selanjutnya.
14) Pada bagian tiang yang harus dimiringkan, maka perbandingan
kemiringan sesuai petunjuk direksi.
15) Pada bagian atas trestle atau jalan penghubung kedermaga dipasang
reling kayu sebagai pengaman bagi pemakai jalan penghubung.
16) Akhir seluruh pemasangan tiang, balok dan papan lantai dirapikan
dengan pemotongan gergaji. Dan pada bagian standar/berlabuh
perahu atau kapal dipasang tiang tambat dan juga tangga naik yang
berfungsi saat dermaga mengalami pasang surut.

12.12.4. Pengendalian Mutu Di Lapangan.

Secara secara cermat dilakukan pengontrolan terhadap jumlah mata kayu,


panjang dan lebar retak pada kayu tiang pancang dan gelagar.

12.12.5. Pengukuran Dan Pembayaran.

a. Pengukuran.
Pekerjaan dermaga kayu diukur sesuai dengan dimensi terpasang dan
kubikasi kayu terpasang yang dinyatakan telah diterima sesuai dengan
penempatan yang ditunjukan pada gambar atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

b. Pembayaran.
Kualitas yang diukur sebagai mana disyaratkan di atas dibayar dengan
harga satuan kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
ini dan ditunjukan dalam daftar kuantitas dan harga, dan pembayaran

41
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan bahan,
peralatan dan tenaga kerja.

No. Urut Uraian Satuan Pengukuran


1. Tiang Kayu 15/15 cm P = ( 4.0 m) Bh
2. Tiang Kayu 15/15 cm P = ( 5.50 m) Bh
3. Tiang Kayu 20/20 cm P = ( 7.0 m) Bh
4. Lantai Papan, Tebal 5 Cm M
5. Gambar Induk, Gelagar Lantai dan Skor. M
6. Pemasangan Baut dan Mur 12 mm Bh

12.13. Peraturan Penutup.

Meski dalam Spesifikasi Teknis/gambar rencana tidak dinyatakan kata-kata


yang harus disediakan atau yang harus dibuat oleh Kontraktor, tetapi
pekerjaan dan bahan-bahan nyata menjadi bagian pekerjaan maka pekerjaan
tersebut tetap dianggap dan dimuat dalam Spesifikasi Teknis ini.

Pekerjaan yang nyata menjadi bagian dari pekerjaan yang dikerjakan, akan
tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam Spesifikasi Teknis/gambar ini, tetapi
diselenggarakan dan dielesaikan oleh Kontraktor maka dianggap pekerjaan
tersebut diuraikan dan dimuat dalam Spesifikasi Teknis ini demi menuju
penyerahan pekerjaan yang lengkap, sempurna dan selesai dengan hasil ysng
memuaskan Direksi.

Sigi, Mei 2017

Dibuat Oleh
CV. GRAFIK CONSULTANT

WINDRA YABASA, A.Md


Direktur

42

Anda mungkin juga menyukai