ARPIL J,SKM
Tuesday, 30 December 2014
Tempat-Tempat Umum juga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan apabila tidak
dikelola dengan baik, oleh sebab itu menjadi tugas dari petugas kesehatan lingkungan (sanitarian) untuk
melakukan pemantauan dan pengawasan secara berkala.
Tempat-tempat umum
tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan swasta, perorangan, bemerintah, masyarakat yang ada
tempat dan kegiatannya tetap.
c. Pembesaran hati
d. Renjatan (syok)
1. kulit teraba dingin dan lembab terutama ujung hidung, jari tangan dan kaki
2. penderita menjadi gelisah
3. sianosis didekitar mulut
4. nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba
5. tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang
Gejala klinik lain
nyeri otot
anoreksia (hilang nafsu makan)
lemah
mual
muntah
sakit perut
diare
kejang:
kadang terjadi penurunan kesadaran
Tersangka Demam Berdarah jika
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas
berlangsung terus-menerus selama 2 s.d 7 hari
disertai manifestasi perdarahan
trombositopenia (kurang dari 100.000 /ul)
Kriteria Klinis
1. demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 -
7 hari
2. ditemukan manifestasi perdarahan
3. pembesaran hati
4. syok
Siklus Hidup Aedes.sp
telur ( kurang lebih 2 hari)
jentik (6 s.d 8 hari)
kempompong (2 s.d 4 hari)
nyamuk dewasa (9 s.d 10 hari)
nyamuk betina ( hidupnya bisa mencapai 2 sampai 3 bulan)
Tempat perindukan nyamuk :
jaraknya biasa tidak melebihi 500 meter dari rumah
tepat penampungan air (drum, tangki, tempayan, bak, ember)
tempat bukan penampungan air (ban, kaleng, botol, plastik, vas bunga, tempat minum burung)
tempat pemampung air alamiah (lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,
pelepah daun, potongan bambu)
perilaku nyamuk
nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga
nyamuk betina lebih menyukai darah manusia dari pada binatang
nyamuk betina biasanya aktif pada pagi (9.00 s.d 10.00 wib) dan sore hari (16.00 sd 17.00)
rata-rata telur nyamuk betina sebanyak 100 butir.
telur juga dapat diletakkan pada tempat kering (suhu minus 2 derjatcelc sampai 42 derjcelc)
sampai menunggu ada genangan air (hujan).
kemampuan terbang 40 meter maksimal 100 meter namun bisa lebih jauh terbawa oleh angin
pada ketinggian 1000 meter diatas perukaan laut jarang ditemukan
Survei Jentik
Nyamuk dewasa dapat diketahui dengan mata telanjang
periksa tempat peridukan nyamuk aedes (tempat yang ada wadah atau pembatas dengan tanah)
pada air yang agak keruh biasa jumlah jentik ditemukan lebih sedikit
Angka Bebas Jentik (ABJ)
(Jumlah rumah tidak ada jentik : jumlah rumah diperiksa ) X 100%
Kepadatan Nyamuk
untuk mengetahui bisa digunakan Ovitrap (kaleng yang dicat warna hitam pada bagian dalam diberi air
secukupnya). perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ovitrap yang digunakan.
Pemberantasan Nyamuk
A. Nyamuk Dewasa
fogging pada dinding
menyemrot nyamuk harus dari dalam dahulu berangsur-angsur petugas fogging mundur keluar
rumah
peralatan safety (masker, sarung tangan, kaca mata) wajib dipakai
insektisida yang digunakan
- Organophosphat ( ex. malathion)
- Pyretroid sintetik (ex. sihalotrin, cypermetrin, alfametrin)
- Carbamat
penyemrotan dilakukan 2 kali dengan jarak satu minggu (7 hari) dari penyemrotan sebelumnya
dilakukan juga PSN (pemberantasan sarang nyamuk)
B. Jentik
melaksanakan 3 M (menutup, menguras, menimbun)
Abtisasi ( temephos dengan dosis 10 gram/satu sendik makan rata untuk 100 liter air pada bak
penampungan) efeknya bisa bertahan selama 3 bulan
memlihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan pantau, ikan gupi, ikan cupang dll)
Pemberantasan dan pencegahan Nyamuk :
lakukan penyelidikan epidemiologis oleh snaitarian atau pengelola program P2M puskesmas
tentukan fokus lokasi fogging (buat pemetaan wilayah)
Bila ada lebih dari dua kasus pada satu wilayah dengan jarak kurang 100 meter, lakukan
penyemrotan dua kali dengan jarak 7 hari.
libatkan lintas sektor untuk menggerakkan PSN di masyarakat
lakukan pemantau berkala setiap tahun pada wilayah yang pernah terjadi KLB
pemeriksaan jentik berkala
penyuluhan ( rapat pemerintah, posyandu balita, posyandu lansia, pasar,sekolah, mesjid/
musholla)
membuat iklan layanan masyarakat tentang siaga darurat DBD.
Penyelidikan Epidemiologis (PE)
kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD, jentik nyamuk DBD radius 100 meter dari rumah
penderita/tersangka DBD.
Tujuan PE :
1. untuk mengetahui potensi penularan
2. untuk mengetahui penderita atau tersangka lainnya
3. untuk mengetahui ada tidaknya jentik aedes
4. untuk jenis tindakan yang cocok utuk dilakukan
Peralatan Survei : tensimeter, senter, formulir PE, surat tugas, Cidukan larva, botol larva dll
Catatan : semua kegiatan yang dilakukan oleh bidang kesehatan sebaiknya disosialisasikan dan
diperbincangkan hasilnya di masyarakat secara formal (rapat pemerintahan) ataupun nonformal
(warung/kedai kopi, pasar, sarana ibadah, pertemuan masyarakat setempat) tujuan untuk menimbulkan
partisipatif masyarakat dalam penanggulangan DBD. mengingat masalah kesehatan tidak bisa
diselesaikan hanya oleh pelaksana bidang kesehatan saja tanpa kerjasama dengan masyarakat.
No Kelurahan RT RW
1 Flamboyan 19 4
2 Rimbo Kaluang 14 4
3 Ujung Gurun 28 7
4 Padang Pasir 22 6
5 Kampung Jao 21 8
6 Purus 27 7
7 Olo 18 4
8 Belakang Tangsi 17 6
9 Kampung Pondok 34 11
10 Berok Nipah 24 8
Jumlah 224 63
C. 10 Penyakit Terbanyak
D. SUMBER DAYA
JUMLAH
NO. JENIS TENAGA NON PNS
PNS
PTT NPD/Volunteer
1 Kepala Puskesmas 1 - -
2 Dokter Umum 2 - -
3 Dokter Gigi 6 - -
4 Sanitarian 2 - -
5 Pelaksana Gizi 2 - -
6 Perawat 11 - 8
7 Perawat Gigi 2 - -
8 Bidan 13 6 1
9 Apoteker 1 - -
10 Asisten Apoteker/D3 Farmasi 6 - -
11 Analis Laboran 3 - -
12 Tata usaha 1 - -
13 Petugas loket dan Medical Record 2 - -
14 Fisioterapis 0 - 1
15 Sopir 1 - -
16 Umum Lainnya 3 - 2
J U M LAH : 56 6 12
BAB II
HASIL
B. PROSES PELAKSANAAN
C. HASIL KEGIATAN
1. Kegiatan Dalam Gedung
Jumlah kunjungan sampai pengamatan selesai 99 orang
Tersangka pasien yang mengidap penyakit yang berbasis linkungan 5 orang ( 5,05 % )
Pasien yang mempunyai penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Padang Pasir berjumlah 13 orang,
yang dirujuk ke Klinik Sanitasi sebanyak 5 orang dengan rincian :
- ISPA : 3 orang
- Gatal-gatal : 1 orang
- Kecacingan : 1 orang
- Tersangka TBC : 0 orang
2. Kegiatan Luar Gedung
Kunjungan pasien Klinik sanitasi dilakukan menggunakan IS ( Inspeksi Sanitasi ) antara lain : formulir
Rumah sehat, sarana air bersih , kartu Rumah.
Selain rumah pasien TB paru yang diinspeksi, dilakukan juga penyelidikan epidemiologi sebanyak 20
rumah dilingkungan sekitar rumah pasien tersebut. Dengan rincian :
A. Komponen Rumah
1. Ventilasi : dari 12 rumah yang TMS, 11 rumah dengan kriteria mempunyai ventilasi permanen < 10 %
dari luas lantai. 1 rumah tidak mempunyai ventilasi sama sekali
2. Lubang Asap dapur: dari 11 rumah yang TMS , 7 rumah tidak mempunyai lubang asap dapur dan 4
rumah mempunyai ventilasi permanen < 10 % dari luas lantai
3. Pencahayaan : dari 8 rumah yang TMS, 3 rumah tidak terang dan tidak dapat dipergunakan untuk
membaca. 5 rumah kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal.
4. Langit-langit : dari 5 rumah 1 rumah tidak mempunyai langit-langit. 4 rumah mempunyai langit-langit
tetapi kotor.
5. Jendela kamar tidur : 5 rumah yang diperiksa tidak mempunyai jendela.
6. Jendela ruang keluarga : 5 rumah yang diperiksa tidak mempunyai jendela.
7. Dinding : 4 rumah semi permanen.an
B. Sarana sanitasi
1. SPAL : 11 rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka tetapi air
limbahnya tidak lancar
C. Perilaku Penghuni
1. Membuka jendela kamar tidur : dari 9 rumah yang diperiksa,1 rumah tidak pernah dibuka jendelanya,
dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
2. Membuka Jendela ruang keluarga : dari 9 rumah yang diperiksa, 1 rumah tidak pernah dibuka
jendelanya, dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi dengan sikap beragam seperti kurang terbuka dalam
memberikan keterangan,tidak sabar atau terburu- buru dalam menjalani konseling.
2. KEGIATAN LUAR GEDUNG
Dari Kegiatan PE ditemukan beberapa factor resiko yang bisa mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat khususnya penyakit berbasis lingkungan. Faktor resiko yang ditemukan adalah sebagai
berikut ;
A. Komponen Rumah
Ventilasi
Lubang Asap dapur
Pencahayaan
Langit-langit
Jendela kamar tidur.
Jendela ruang keluarga
Dinding
B. Sarana sanitasi
SPAL : rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka tetapi air limbahnya
tidak lancar
C. Perilaku Penghuni
Membuka jendela kamar tidur
Membuka Jendela ruang keluarga
Hasil pengamatan kami sebagian besar belum sesuai dengan standar kesehatan, ini akan menimbulkan
bebagai dampak terhadap kesehatan pendudk sekitar, terutama terhadap penyakit yang berbasis
linkungan. Faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, social ekonomi dan lintas program
yang belum berjalan optimal. Menurut Notoadmojo, 2007 derajat keshatan dipengaruhi empat faktor:
lingkungan komtribusinya 45% , perilaku 30%, pelayanan 20% dan genetik 5%
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Hasil pengamatan dalam gedung di Puskesmas Padang Pasir ditemukan penyakit yang berbasis
linkungan, dan ditatalaksana sesuai dengan protap, kemudian dilakukan konseling di klinik sanitasi
dengan memberikan penyuluhan dengan media tentang penyakit yang disebabkan lingkungan yang
tidak sehat.
Hasil pengamatan luar gedung ditemukan sebagian besar rumah tidak memenuhi standar kesehatan,
baik aspek fisik,sarana sanitasi dan perilaku penghuni.Halini disebakan tingkat pendidikan, sosial
ekonomi dan lintas program yang belum optimal
2. SARAN
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan terutama masalah yang menimpa sekelompok
keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat
dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan lintas sektor terkait. Apabila dengan cara demikian
tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar maka
penyelesaiannya dianjurkan untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan
tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten/kota . Petugas sanitasi juga dapat membantu
mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan tersebut kepada sektor terkait
Keberhasilan klinik sanitasi di lapangan Sangat tergantung pada kemauan, pengetahuan dan
keterampilan petugas klinik sanitasi dalam menggali, merumuskan dan memberikan saran tindak lanjut
perbaikan lingkungan dan perilaku secara cepat, tepat dan akurat. Selain itu dukungan kepala
Puskesmas, petugas kesehatan lain, lintas sektor dan masyarakat terutama dalam penyelesaian masalah
kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan klinik sanitasi. Untuk itu dalam
pelaksanaan klinik sanitasi harus dilakukan secara terintegrasi dan didukung pengetahuan dan
keterampilan di bidang lainnya seperti teknik komunikasi, konseling dan lain-lain
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease
(NEID) dan Re Emerging Infectious Disease (REID) merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang
harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), menyebar dalam tempo
singkat dan menimbulkan dampak luar biasa terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan salah
satu ancaman serius di masa mendatang.Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, lintas program
maupun lintas negara dalam manajemen penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif lembaga
pendidikan kesehatan
BAB V
PEMBELAJARAN YANG DIPEROLEH
PENGAMAT :
Aplikasi ilmu yang di dapat selama pelatihan lebih bermanfaat karena dilakukan setelah proses
pembelajaran
Membuat manajemen terorganisir dalam pengelolaan penyakit berbasis lingkungan
INSTANSI :
Aplikasi ilmu terapan baik dalam lingkungan Dinas kesehatan, puskesmas dan lintas sektor
Membuat manajemen program klinik sanitasi di puskesmas,
Indonesia dipilih oleh USAID dan paramitra untuk memperoleh penghargaan dengan pertimbangan, yaitu:
1) Kemajuan upaya pengendalian Tuberkulosis yang terjadi di Indonesia dianggap sebagai pelopor dalam
penerapan strategi dan pendekatan yang inovatif di bidang pencegahan, diagnosis maupun pengobatan
Tuberkulosis; 2) Indonesia termasuk negara pertama yang mengadopsi introduksi Rapid Diagnostic
Expert Mycobacterium Tuberculosis/Rifampisin (MTB/RIF), yaitu suatu alat yang bisa mendeteksi kuman
Tuberkulosis dan resistensinya terhadap Rifampisin; 3) Implementasi Public Private Mix (PPM) yang
komprehensif untuk meningkatkan layanan Tuberkulosis; 4) Komitmen Pemerintah yang kuat untuk tetap
menjaga keberhasilan pencapaian pengendalian Tuberkulosis dituangkan dalam rencana pembiayaan
yang berkelanjutan Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, menyatakan
Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian akibat TB. Insidens TB
berhasil diturunkan sebesar 45%, yaitu 343 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 189 per 100.000
penduduk (2010). Prevalensi TB diturunkan sebesar 35%, yaitu 443 per 100.000 penduduk (1990)
menjadi 289 per 100.000 penduduk (2010). Selanjutnya, angka kematian diturunkan sebesar 71%, yaitu
92 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 27 per 100.000 penduduk (2010).
Hal ini berarti target MDGs untuk tuberkulosis sudah dapat dicapai di Indonesia. Ini merupakan suatu
prestasi nasional juga internasional, kata Prof. Tjandra.
BAB VI
KESIMPULAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci
keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan
menerapkan strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita.
Oleh karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat
penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen, yaitu :
1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik
3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung,
dikenal dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy)
4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan
5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang (baku/standar)
baik
Istilah DOT diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengawasan dilakukan oleh :
Penderita berobat jalan
1. Langsung di depan dokter
2. Petugas kesehatan
3. Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
4. Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
Penderita dirawat
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah
petugas RS, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai
dengan berobat jalan.
Tujuan :
Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
Mencegah putus berobat
Mengatasi efek samping obat
Mencegah resistensi
Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali dimulai
harus diingat:
Tentukan seorang PMO
Berikan penjelasan kepada penderita bahwa harus ada seorang
PMO dan PMO tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk
mendapat penjelasan tentang DOT
Persyaratan PMO
PMO bersedia dengan sukarela membantu penderita TB sampai
sembuh selama 6 bulan. PMO dapat berasal dari kader dasawisma,
kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani penderita
Tugas PMO
Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik, memberikan
pengawasan kepada penderita dalam hal minum obat,
mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai
jadwal, memberitahukan / mengantar penderita untuk kontrol bila
ada efek samping obat, bersedia antar jemput OAT jika penderita
tidak bisa datang ke RS /poliklinik
Petugas PPTI atau Petugas Sosial
Untuk pengaturan/penentuan PMO, dilakukan oleh PKMRS
(Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit), oleh
PERKESMAS (Perawatan Kesehatan Masyarakat) atau PHN
(Public Health Nurse), paramedis atau petugas sosial
Petugas sosial
Ialah volunteer yang mau dan mampu bekerja sukarela, mau
dilatih DOT. Penunjukan oleh RS atau dibantu PPTI, jika
mungkin diberi penghargaan atau uang transport
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting,
penyuluhan dapat dilakukan secara :
Peroranga/Individu
Penyuluhan terhadap perorangan (penderita maupun keluarga)
dapat dilakukan di unit rawat jalan, di apotik saat mengambil obat
dll
Kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok
penderita, kelompok keluarga penderita, masyarakat pengunjung
RS dll
Cara memberikan penyuluhan
Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada
Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui tingkat
penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya
Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal yang
belum jelas
Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah
dimengerti, kalau perlu dengan alat peraga (brosur, leaflet dll)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 28 December 2014
Sebagai penjabaran dari visi misi Depkes.RI 2010/2014 maka visi dan misi program kesling
VISI : Mewujudkan masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan di bidang kesling
MISI :
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
lingkungan.
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan lingkungan yang
paripurna , merata, bermutu dan berkeadilan.
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya di bidang kesehatan lingkungan.
4) Menciptakan tata kelola lingkungan yang baik.
e. Dampak
1. Pemeriksaan rumah dan jentik berkala
Meningkatnya masyarakat yang ber PHBS dan memiliki sarana sanitasi yang memenuhi syarat
2. Pengambilan sampel air
Menurunkan angka penyakit diare
3. Pemeriksaan TTU / TPM
Adanya rasa aman dan nyaman bagi konsumen dari hal-hal yang akan membahayakan kesehatannya.
4. Pembinaan TTU/TPM
Pengelola rumah makan lebih meningkatkan lagi kebersihan rumah makannya dan dapat disesuaikan
dengan persyaratan rumah makan
PELAKSANAAN KEGIATAN YANG TIDAK DI DANA
1. Klinik sanitasi
a. Masukan
SDM :
Sanitarian, Dokter, perawat, bidan
Material :
Blangko tindak lanjut klinik sanitasi, kartu status klinik sanitasi
Metode :
Wawancara, penyuluhan perorangan / konseling yang hasilnya di tulis pada kartu status klinik sanitasi
Waktu :
Setiap hari kerja
b. Keluaran
Dilaksanakan klinik sanitasi secara aktif
Ditemukannya penyakit-penyakit berbasis lingkungan yaitu ISPA, diare, Kulit, Disentry, cacingan dan lain-
lain
Petugas sanitasi menindaklanjuti langsung ke lapangan terhadap kasus-kasus penyakit yang berbasis
lingkungan
c. Manfaat
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan PHBS
Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan
d. Dampak
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan promotif serta kuratif yang
dilakukan secara terpadu, terarah dan tersusun secara terus menerus
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PROGRAM
BAB 1V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. HASIL PEMERIKSAAN TPM : 100 %
2. TPM YANG MEMENUHI SYARAT : 76 %
3. HASIL PEMERIKSAAN TTU : 100 %
4. TTU YANG MEMENUHI SYARAT : 94,6 %
5. RUMAH YANG MEMENUHI SYARAT : 72,1 %
6. SPAL YANG MEMENUHI SYARAT : 77,5 %
7. SAB YANG MEMENUHI SYARAT : 89,5 %
8. SAMPAH YANG MEMENUHI SYARAT : 84,1 %
9. JAMBAN YANG MEMENUHI SYARAT : 66,6 %
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Friday, 12 December 2014
STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. STBM menekankan pada 5 (lima) pilar perubahan perilaku
higienis, yaitu :
2.Meningkatkan kebutuhan
menciptakan perilaku masyarakat yang membutuhkan perilaku higiene sanitasi untuk menunjang
kesehatan rumah tangga
3. Peningkatan penyediaan
peningkatan jumlah sarana sanitasi sesuai kebutuhan masyarakat
4. Pengelolaan pengetahuan
menambah pengetahuan masyarakat tentang masalah sanitasi
5. Pembiayaan
menghindari subsidi, hanya boleh berupa stimulan
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Friday, 5 December 2014
Makanan Jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan ditempat
penjualan dan atau disajikan sebgai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan
jasaboga, rumah makan/restoran dan hotel.
Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin menimbulkan penyakit/ gangguan kesehatan.
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan
mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.
Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan penanganan makanan jajanan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit
perut sejenisnya.
2. menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)
3. memakai tutup kepala dan celemek
4. mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan
5. menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan
6. tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian
lainnya)
7. tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa
menutup mulut atau hidung.
8. menggunakan pakaian khusus untuk bekerja, dalam keadaan bersih
persyaratan peralatan yang digunakan
peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun
lalu dikeringkan dengan alat pengering/ lap yang bersih
kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan ditempat yang bebas pencemaran
dilarang menggunakan kembali peralatan yang hanya dirancang untuk sekali pakai (disposible).
Persyaratan air untuk makanan jajanan
air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang memenuhi standar dan
persyaratan higiene sanitasi yang berlaku bagi air bersih atau air minum
air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai mendidih
Persyaratan bahan makanan jajanan
semua bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik mutunya, segar
dan tidak busuk
semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan harus bahan olahan
yang terdaftar di Depkes, tidak kadaluarsa, tidak cacat atau rusak.
Penggunaan bahan tambahan makanan
Semua bahan tambahan makanan harus disimpan terpisah
semua bahan yang mudah busuk atau cepat rusak harus dipisahkan penyimpanannya
persyaratan pembungkus makanan jajanan
makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan tertutup untuk menghindari pencemaran
pembungkus makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan
persyaratan pengangkutan makanan jajanan
makanan jajanan harus diangkut dalam keadaan tertutup dan diletakkan dalam wadah yang
bersih
jika ada bahan mentah maka letakkan dalam wadah yang terpisah
persyaratan sarana untuk menjajakan makanan/gerobak harus tersedia tempat
air bersih
tempat penyimpanan bahan makanan
penyimpanan makanan jadi/ siap saji
penyimpanan peralatan
tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan)
tempat sampah
tempat kain lap
larutan pembersih
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)
2013 (20)
Google+ Followers
Jumlah Pengunjung
Blog
166,614
arpil.j@gmail.com
Submit
Nyamuk adalah serangga yang termasuk ordo diptera. Jenisnya banyak sekali, tersebar merata di bumi,
bahkan di gurun pasir yang tandus.Diperkirakan terdapat 2500 spesies nyamuk. Walaupun tidak semua
yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Nyamuk seringkali bertindak sebagai vektor atau
hewan yang berperan sebagai perantara yang menghantarkan bibit penyakit kemanusia melalui
suntikannya.
Ada dua jenis nyamuk yang sudah lazim diketahui masyarakat yaitu nyamuk aedes dan anopheles.
Tetapi masih ada jenis nyamuk lainnya seperti culex yang bisa menjadi vektor penyakit kaki gajah.
Untuk melakukan pengawasan terhadap nyamuk, maka kita perlu mengetahui tentang siklus hidupnya,
ekologi, sifat-sifat dan cara penularannya.
Nyamuk merupakan salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk bertelur di
dalam atau di dekat air. Nyamuk kadangkala tidak membutuhkan jumlah air yang banyak untuk bertelur.
Penulis bahkan pernah menemukan jentik nyamuk pada penampungan dispenser dan lemari es.
Telur nyamuk tidak dapat dilihat dengan mata. Tetapi kita bisa mengamati larva/jentik nyamuk tanpa
memerlukan alat bantu.
Dari jentik ini kita bisa menduga jenis nyamuk. Larva aedes biasanya ketika muncul ke permukaan air
akan tegak lurus, membentuk siku dengan permukaan air.
Larva anopheles akan cenderung rata atau sejajar dengan permukaan air. Larva culex akan membentuk
sudut 45 dengan permukaan air.
Nyamuk yang menggigit manusia adalah nyamuk betina, karena membutuhkan darah untuk berkembang
biak. Sedangkan nyamuk jantan lebih suka tinggal di tempat mereka menetas dan untuk hidup mereka
menghisap cairan pada tumbuhan.
Untuk mengetahui jenis kelamin nyamuk, bisa dilakukan dengan mikroskop dengan mengamati
antenanya. Biasanya antena nyamuk betina lebih panjang dengan jumlah rambut yang jarang. Nyamuk
jantan memiliki antena yang pendek dekat jumlah rambut yang lebat
Jarak terbang nyamuk sesuai dengan jenisnya. Seperti nyamuk aedes bisa terbang dalam radius 100
meter. Nyamuk anopheles bahkan lebih jauh lagi bisa mencapai 30 km.
PENGAWASAN NYAMUK
1. Pada bentuk telur, larva, pupa
- secara fisik atau mekanis dengan cara mengeringkan rawa, menimbun air tergenang, mengalirkan got
yang tidak lancar.
-secara kimia, melakukan abatisasi
-secara biologis, memelihara ikan
- secara budaya, merupah perilaku manusia seperti membiarkan sampah berserakan, malas melakukan
goro.
2. Pengawasan untuk nyamuk dewasa
- secara fisik mekanis, seperti memakai kelambu, memasang kawat nyamuk
- secara kimia, menyemprot nyamuk dengan zat kimia tetapi cara ini menimbulkan masalah baru bagi
manusia.
- secara biologis, seperti nyamuk dimangsa cicak
- secara budaya, mengadakan goro rutin PSN ( pemberantasan sarang nyamuk).
Dari informasi di atas kita bisa menentukan cara penanggulangan nyamuk, pertama sekali perlu
melakukan pemetaan wilayah selanjutnya melakukan survei jentik dan nyamuk dewasa. Hal ini dilakukan
untuk penghematan biaya dan menghindari fogging secara membabibuta.
Cara yang disarankan pertama sekali adalah merubah perilaku atau budaya yang merugikan manusia
tetapi menguntungkan bagi nyamuk.
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014
Sumur gali sebagai sumber air minum dan sumber air bersih sangat lazim dimanfaatkan di indonesia.
Untuk menghindarkan masyarakat dari gangguan kesehatan dan mencari solusi permasalahan. Maka
dilakukan inseksi sanitasi sesuai dengan sarana yang diperiksa, berikut pedoman inspeksi sanitasi sumur
gali (SGL).
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)
2013 (20)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014
Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk ordo diptera (serangga yang memiliki sepasang sayap
berbentuk membran). Lalat merupakan salah satu serangga yang dapat menjadi vektor/binatang
perantara yang menghantarkan penyakit ke manusia antara lain : typhyus, parathypus, disentri basiler,
disentri amuba dan sebagainya.
Spesies lalat mencapai 60.000 spesies tetapi tidak semua yang menimbulkan gangguan kesehatan. Lalat
yang berpengaruh pada kesehatan lingkungan penting untuk diketahui ; lalat rumah (musca domestica),
lalat kandang (stomoxys calcitrans ), lalat hijau (Phenisia), lalat daging (sarcophaga) dan lalat kecil
(fannia)
Di afrika ditemukan lalat tse-tse yang dapat menimbulkan penyakit tidur. Peranan lalat dalam
menimbulkan penyakit umumnya bersifat mekanis, yaitu tercemarnya bahan makanan oleh bibit penyakit
yang kebetulan menempel pada kaki, tubuh lalat ketika hinggap pada sampah dan kotoran. Kadangkala
lalat meninggalkan telur dan larvanya pada luka yang terbuka, kemudian hidup pada dagimg manusia
(myasis).
hal-hal yang perlu diketahui dari sifat dan cara hidup lalat :
1. lalat hidupnya ditempat yang kotor seperti tinja manusia dan hewan, sampah.
2. untuk berkembang biak lalat membutuhkan udara yang panas serta lembab dan tersedia
makanan yang cukup
3. lalat menyukai bau yang busuk serta makanan minuman yang merangsang penciuman.
4. lalat tertarik pada cahaya lampu
5. lalat dapat terbang berpindah-pindah sampai menempuh jarak 200 meter sampai 1000
meter. oleh warkarena itu TPA sampah harus berada jauh dari pemukiman penduduk sesuai
dengan jarak terbang lalat.
6. lalat tidak menyukai warna biru.
Lalat merupakan serangga dengan metamorfosis sempurna, pada usia 4 sampai 20 hari lalat betina
sudah bisa menhasilkan telur. telurnya berbentuk oval, warna putih, uuran 10mm dan biasanya
mengelompok, pada tiap kelompok bisa mencapai 75 sampai dengan 150 butir telur. Telur diletakkan
pada tempat yang terhindar dari sinar matahari dan ada makanannya. telur dan tempayaknya tidak tahan
pada suhu 75 dercelc.
Telur menetas berubah menjadi tempayak (12 jam ) pada waktu 4 s.d 7 hari berubah menjadi kepompong
(warnanya merah tua atau coklat). kepompong mencari tempat yang kering untuk bersembunyi. jika suhu
sesuai maka akan berubah menjadi dewasa setelah 3 hari.
sebelum terbang memerlukan waktu satu jam untuk mengeringkan tubuh dan sayap. lebih kurang 15 jam,
kemudian hidup sebagaimana lalat dewasa. Usia lalat antara 2 sampai 4 minggu, tetapi akan lebih lama
jika udara dingin.
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)
2013 (20)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014
Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive
2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)