Anda di halaman 1dari 33

HIGIENE sanitasi

ARPIL J,SKM
Tuesday, 30 December 2014

Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Tempat-Tempat Umum juga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan apabila tidak
dikelola dengan baik, oleh sebab itu menjadi tugas dari petugas kesehatan lingkungan (sanitarian) untuk
melakukan pemantauan dan pengawasan secara berkala.

Tempat-tempat umum
tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan swasta, perorangan, bemerintah, masyarakat yang ada
tempat dan kegiatannya tetap.

Jenis tempat-tempat umum


a. berkaitan pariwisata
hotel/penginapan
kolam renang, pemandian umum
restoran, rumah makan, cafe, warung nasi
bioskop, gedung pertemuan
tempat hiburan/rekreasi
taman
b. berkaitan sarana perhubungan
terminal darat/ kerata api
pelabuhan laut/udara
c. berkaitan sarana sosial
tempat ibadah
pasar
Gedung Olahraga (GOR)
d. berkaitan sarana komersil
salon
pangkas rambut
pusat perbelanjaan
dll
Pengawasan dan pemeriksaan
melakukan pengawasan dan memeriksa item-item yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan
kesehatan pada umumnya. fasilitas sanitasi yang diawasi seperti (airbersih/minum, pembuangan kotoran,
limbah, sarana pengumpulan dan pembuangan sampah). titik berat kegiatan pada pengadaan fasilitas
sanitas, penggunaan fasilitas serta pemeliharan fasilitas sanitasi yang ada.
Langkah kegiatan yang dilakukan
1. pengumpulan data dasar sarana TTU yang ada pada wilayah kerja
2. peraturan daerah berkaiatan TTU (biasanya masalah izin usaha)
3. permasalahan umum/khusus mengenai objek TTU yang akan diawasi
4. hambatan pelaksanaan ( surat tugas, BBM, dll)maupun hambatan sosial (pengelola
kurang responsif dengan kedatangan petugas)
5. potensi yang bisa dikembangkan
6. saran-saran perbaikan
7. koordinasi lintas sektor terkait misal; satpol pp tentang masalah perizinan,
kelurahan/kecamatan, desa, tokoh masyarakat, LSM, Dinas perindustrian/perdagangan dll
8. buat perencanaan untuk pengawasan tindak lanjut setelah pengawasan tahap I
9. penyuluhan kepada konsumen/ masyarakat pemakai sarana TTU
10. penilaian dan reward bagi TTU terbaik dalam mengelola fasilitas sanitasi
11. perbanyak alat peraga dan poster tentang TTU sehat
12. Sosialisasikan Standar TTU yang Sehat menurut ilmu higiene sanitasi
13. lakukan pelaporan indikator perkembangan TTU yang ada.
Diposkan oleh Arpil Jumawal di 20:27
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Demam berdarah dengue (DBD) adalah :


penyakit dengan tanda demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-
menerus selama 2 s.d 7 hari,
Manifestasi perdarahan (ptekie, purpura, perdarahan konjuctiva, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, melena, hematuri), trombositopeni (kurang atau sama dengan 100.000 /ul),
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20 %)
disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepato megali)
Penyebab DBD : Virus dengue
Masa inkubasi : 4 sampai dengan 7 hari
Vektor : Nyamuk Aedes (Aedes aegypti, Aedes albopictus) untuk aedes albopictus lebih senang hidup
dikebun/ladang maka fogging disekitar kebun di dekat rumah perlu juga.
pasien dengan Demam Dengue (biasanya tidak menampakkan gejala/asimptomatis) hanya berupa
demam ringan.

Tanda dan gejala penyakit


a. Demam
demam tinggi mendadak, terus menerus 2 s.d 7 hari
panas turun pada hari ketiga (3), kemudian naik pada hari keenam (6) dan ketujuh (7)
b. Tanda perdarahan
perdarahan bisa terjadi pada semua organ, sesuai dengan manifestasi perdarahan diatas dengan
melakukan uji Tourniquet. petekie sering ditemukan pada awal-awal demam.

c. Pembesaran hati
d. Renjatan (syok)
1. kulit teraba dingin dan lembab terutama ujung hidung, jari tangan dan kaki
2. penderita menjadi gelisah
3. sianosis didekitar mulut
4. nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba
5. tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang
Gejala klinik lain
nyeri otot
anoreksia (hilang nafsu makan)
lemah
mual
muntah
sakit perut
diare
kejang:
kadang terjadi penurunan kesadaran
Tersangka Demam Berdarah jika
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas
berlangsung terus-menerus selama 2 s.d 7 hari
disertai manifestasi perdarahan
trombositopenia (kurang dari 100.000 /ul)
Kriteria Klinis
1. demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 -
7 hari
2. ditemukan manifestasi perdarahan
3. pembesaran hati
4. syok
Siklus Hidup Aedes.sp
telur ( kurang lebih 2 hari)
jentik (6 s.d 8 hari)
kempompong (2 s.d 4 hari)
nyamuk dewasa (9 s.d 10 hari)
nyamuk betina ( hidupnya bisa mencapai 2 sampai 3 bulan)
Tempat perindukan nyamuk :
jaraknya biasa tidak melebihi 500 meter dari rumah
tepat penampungan air (drum, tangki, tempayan, bak, ember)
tempat bukan penampungan air (ban, kaleng, botol, plastik, vas bunga, tempat minum burung)
tempat pemampung air alamiah (lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,
pelepah daun, potongan bambu)
perilaku nyamuk
nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga
nyamuk betina lebih menyukai darah manusia dari pada binatang
nyamuk betina biasanya aktif pada pagi (9.00 s.d 10.00 wib) dan sore hari (16.00 sd 17.00)
rata-rata telur nyamuk betina sebanyak 100 butir.
telur juga dapat diletakkan pada tempat kering (suhu minus 2 derjatcelc sampai 42 derjcelc)
sampai menunggu ada genangan air (hujan).
kemampuan terbang 40 meter maksimal 100 meter namun bisa lebih jauh terbawa oleh angin
pada ketinggian 1000 meter diatas perukaan laut jarang ditemukan
Survei Jentik
Nyamuk dewasa dapat diketahui dengan mata telanjang
periksa tempat peridukan nyamuk aedes (tempat yang ada wadah atau pembatas dengan tanah)
pada air yang agak keruh biasa jumlah jentik ditemukan lebih sedikit
Angka Bebas Jentik (ABJ)
(Jumlah rumah tidak ada jentik : jumlah rumah diperiksa ) X 100%

Kepadatan Nyamuk
untuk mengetahui bisa digunakan Ovitrap (kaleng yang dicat warna hitam pada bagian dalam diberi air
secukupnya). perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ovitrap yang digunakan.
Pemberantasan Nyamuk
A. Nyamuk Dewasa
fogging pada dinding
menyemrot nyamuk harus dari dalam dahulu berangsur-angsur petugas fogging mundur keluar
rumah
peralatan safety (masker, sarung tangan, kaca mata) wajib dipakai
insektisida yang digunakan
- Organophosphat ( ex. malathion)
- Pyretroid sintetik (ex. sihalotrin, cypermetrin, alfametrin)
- Carbamat

penyemrotan dilakukan 2 kali dengan jarak satu minggu (7 hari) dari penyemrotan sebelumnya
dilakukan juga PSN (pemberantasan sarang nyamuk)
B. Jentik
melaksanakan 3 M (menutup, menguras, menimbun)
Abtisasi ( temephos dengan dosis 10 gram/satu sendik makan rata untuk 100 liter air pada bak
penampungan) efeknya bisa bertahan selama 3 bulan
memlihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan pantau, ikan gupi, ikan cupang dll)
Pemberantasan dan pencegahan Nyamuk :
lakukan penyelidikan epidemiologis oleh snaitarian atau pengelola program P2M puskesmas
tentukan fokus lokasi fogging (buat pemetaan wilayah)
Bila ada lebih dari dua kasus pada satu wilayah dengan jarak kurang 100 meter, lakukan
penyemrotan dua kali dengan jarak 7 hari.
libatkan lintas sektor untuk menggerakkan PSN di masyarakat
lakukan pemantau berkala setiap tahun pada wilayah yang pernah terjadi KLB
pemeriksaan jentik berkala
penyuluhan ( rapat pemerintah, posyandu balita, posyandu lansia, pasar,sekolah, mesjid/
musholla)
membuat iklan layanan masyarakat tentang siaga darurat DBD.
Penyelidikan Epidemiologis (PE)
kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD, jentik nyamuk DBD radius 100 meter dari rumah
penderita/tersangka DBD.

Tujuan PE :
1. untuk mengetahui potensi penularan
2. untuk mengetahui penderita atau tersangka lainnya
3. untuk mengetahui ada tidaknya jentik aedes
4. untuk jenis tindakan yang cocok utuk dilakukan
Peralatan Survei : tensimeter, senter, formulir PE, surat tugas, Cidukan larva, botol larva dll

Catatan : semua kegiatan yang dilakukan oleh bidang kesehatan sebaiknya disosialisasikan dan
diperbincangkan hasilnya di masyarakat secara formal (rapat pemerintahan) ataupun nonformal
(warung/kedai kopi, pasar, sarana ibadah, pertemuan masyarakat setempat) tujuan untuk menimbulkan
partisipatif masyarakat dalam penanggulangan DBD. mengingat masalah kesehatan tidak bisa
diselesaikan hanya oleh pelaksana bidang kesehatan saja tanpa kerjasama dengan masyarakat.

Diposkan oleh Arpil Jumawal di 19:43


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Sunday, 28 December 2014

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI


LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
PELATIHAN ORIENTASI KLINIK SANITASI
Bagi petugas kesehatan linkungan
Kabupaten/kota se Sumbar
BAB I
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
A. Geografi
Wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir adalah Kecamatan Padang Barat yang terletak di pusat kota
Padang dengan luas wilayah 7 km2. Dari 10 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Padang barat 5
kelurahan diantaranya terletak di pinggir pantai.
Batas wilayah Kecamatan Padang Barat adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia
B. Demografi
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Padang Barat Tahun 2014

No Kelurahan Jumlah* Jumlah Jumlah KK Miskin


KK
1 Flamboyan 4560 1.427 130
2 Rimbo Kaluang 3935 1.025 224
3 Ujung Gurun 4608 1.360 222
4 Padang Pasir 4655 1.717 240
5 Kampung Jao 4396 1.668 138
6 Purus 6745 1.649 645
7 Olo 5270 1.612 436
8 Belakang Tangsi 2920 1.060 119
9 Kampung 1.430 95
Pondok 3922
10 Berok Nipah 4633 1.423 428
Jumlah 45644 14.371 2.677

*Sumber : BPS Kota Padang


Tabel 2. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Padang Barat Tahun 2014

No Kelurahan RT RW
1 Flamboyan 19 4
2 Rimbo Kaluang 14 4
3 Ujung Gurun 28 7
4 Padang Pasir 22 6
5 Kampung Jao 21 8
6 Purus 27 7
7 Olo 18 4
8 Belakang Tangsi 17 6
9 Kampung Pondok 34 11
10 Berok Nipah 24 8
Jumlah 224 63

C. 10 Penyakit Terbanyak
D. SUMBER DAYA

JUMLAH
NO. JENIS TENAGA NON PNS
PNS
PTT NPD/Volunteer
1 Kepala Puskesmas 1 - -
2 Dokter Umum 2 - -
3 Dokter Gigi 6 - -
4 Sanitarian 2 - -
5 Pelaksana Gizi 2 - -
6 Perawat 11 - 8
7 Perawat Gigi 2 - -
8 Bidan 13 6 1
9 Apoteker 1 - -
10 Asisten Apoteker/D3 Farmasi 6 - -
11 Analis Laboran 3 - -
12 Tata usaha 1 - -
13 Petugas loket dan Medical Record 2 - -
14 Fisioterapis 0 - 1
15 Sopir 1 - -
16 Umum Lainnya 3 - 2
J U M LAH : 56 6 12

BAB II
HASIL

A. WAKTU DAN PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGNA DI PUSKESMAS PADANGPASIR


- HARI/TANGGAL : KAMIS/ 12 JUNI 2014
- JAM : 08.00 S/D 11.30 WIB
- TEMPAT :
o Dalam Gedung : Puskesmas Padang Pasir
o Luar Gedung : Purus V Kelurahan Purus

B. PROSES PELAKSANAAN

C. HASIL KEGIATAN
1. Kegiatan Dalam Gedung
Jumlah kunjungan sampai pengamatan selesai 99 orang
Tersangka pasien yang mengidap penyakit yang berbasis linkungan 5 orang ( 5,05 % )
Pasien yang mempunyai penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Padang Pasir berjumlah 13 orang,
yang dirujuk ke Klinik Sanitasi sebanyak 5 orang dengan rincian :
- ISPA : 3 orang
- Gatal-gatal : 1 orang
- Kecacingan : 1 orang
- Tersangka TBC : 0 orang
2. Kegiatan Luar Gedung
Kunjungan pasien Klinik sanitasi dilakukan menggunakan IS ( Inspeksi Sanitasi ) antara lain : formulir
Rumah sehat, sarana air bersih , kartu Rumah.
Selain rumah pasien TB paru yang diinspeksi, dilakukan juga penyelidikan epidemiologi sebanyak 20
rumah dilingkungan sekitar rumah pasien tersebut. Dengan rincian :

NO NAMA KK/ANGGOTA KELUARGA STATUS RUMAH


1 Irwan alex MS
2 Irsan Dilimonte MS
3 Etmonetis MS
4 Ar MS
5 Naziva MS
6 afendi MS
7 Sumardi MS
8 Anto MS
9 Ervi TMS
10 Beni TMS
11 Fanrozi TMS
12 Maidarnis TMS
13 Sudirman TMS
14 Ferizal TMS
15 Lazuardi TMS
16 Yanuar TMS
17 Murtias TMS
18 Azi TMS
19 Juli TMS
20 Dazi TMS

A. Komponen Rumah

1. Ventilasi : dari 12 rumah yang TMS, 11 rumah dengan kriteria mempunyai ventilasi permanen < 10 %
dari luas lantai. 1 rumah tidak mempunyai ventilasi sama sekali
2. Lubang Asap dapur: dari 11 rumah yang TMS , 7 rumah tidak mempunyai lubang asap dapur dan 4
rumah mempunyai ventilasi permanen < 10 % dari luas lantai
3. Pencahayaan : dari 8 rumah yang TMS, 3 rumah tidak terang dan tidak dapat dipergunakan untuk
membaca. 5 rumah kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal.
4. Langit-langit : dari 5 rumah 1 rumah tidak mempunyai langit-langit. 4 rumah mempunyai langit-langit
tetapi kotor.
5. Jendela kamar tidur : 5 rumah yang diperiksa tidak mempunyai jendela.
6. Jendela ruang keluarga : 5 rumah yang diperiksa tidak mempunyai jendela.
7. Dinding : 4 rumah semi permanen.an
B. Sarana sanitasi
1. SPAL : 11 rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka tetapi air
limbahnya tidak lancar
C. Perilaku Penghuni
1. Membuka jendela kamar tidur : dari 9 rumah yang diperiksa,1 rumah tidak pernah dibuka jendelanya,
dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.
2. Membuka Jendela ruang keluarga : dari 9 rumah yang diperiksa, 1 rumah tidak pernah dibuka
jendelanya, dan 8 rumah kadang-kadang dibuka jendelanya.

BAB III
PEMBAHASAN

1. KEGIATAN DALAM GEDUNG


Hasil kegiatan praktek lapangan, kegiatan klinik sanitasi sudah teritegrasi dengan lintas program di
lingkungan puskesmas Padang Pasir. Didapatakan hasil 5,05% pasien yang berbasis linkungan, hal ini
dipengaruhi tingkat pendidikan, social ekonomi, dan lintas program yang belum terorganisir dengan baik.
pengamatan kami yang tersangka TBC tidak di temukan, maka dari itu hasil ini menggambarkan
penurunan prevalensi TBC. Indonesia dipilih oleh USAID dan paramitra untuk memperoleh penghargaan
dengan pertimbangan, yaitu: 1) Kemajuan upaya pengendalian Tuberkulosis yang terjadi di Indonesia
dianggap sebagai pelopor dalam penerapan strategi dan pendekatan yang inovatif di bidang
pencegahan, diagnosis maupun pengobatan Tuberkulosis; 2) Indonesia termasuk negara pertama yang
mengadopsi introduksi Rapid Diagnostic Expert Mycobacterium Tuberculosis/Rifampisin (MTB/RIF), yaitu
suatu alat yang bisa mendeteksi kuman Tuberkulosis dan resistensinya terhadap Rifampisin; 3)
Implementasi Public Private Mix (PPM) yang komprehensif untuk meningkatkan layanan Tuberkulosis; 4)
Komitmen Pemerintah yang kuat untuk tetap menjaga keberhasilan pencapaian pengendalian
Tuberkulosis dituangkan dalam rencana pembiayaan yang berkelanjutan Menanggapi hal tersebut.

Pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi dengan sikap beragam seperti kurang terbuka dalam
memberikan keterangan,tidak sabar atau terburu- buru dalam menjalani konseling.
2. KEGIATAN LUAR GEDUNG
Dari Kegiatan PE ditemukan beberapa factor resiko yang bisa mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat khususnya penyakit berbasis lingkungan. Faktor resiko yang ditemukan adalah sebagai
berikut ;
A. Komponen Rumah
Ventilasi
Lubang Asap dapur
Pencahayaan
Langit-langit
Jendela kamar tidur.
Jendela ruang keluarga
Dinding
B. Sarana sanitasi
SPAL : rumah mempunyai saluran air limbah yang dialirkan ke selokan yang terbuka tetapi air limbahnya
tidak lancar
C. Perilaku Penghuni
Membuka jendela kamar tidur
Membuka Jendela ruang keluarga
Hasil pengamatan kami sebagian besar belum sesuai dengan standar kesehatan, ini akan menimbulkan
bebagai dampak terhadap kesehatan pendudk sekitar, terutama terhadap penyakit yang berbasis
linkungan. Faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, social ekonomi dan lintas program
yang belum berjalan optimal. Menurut Notoadmojo, 2007 derajat keshatan dipengaruhi empat faktor:
lingkungan komtribusinya 45% , perilaku 30%, pelayanan 20% dan genetik 5%

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Hasil pengamatan dalam gedung di Puskesmas Padang Pasir ditemukan penyakit yang berbasis
linkungan, dan ditatalaksana sesuai dengan protap, kemudian dilakukan konseling di klinik sanitasi
dengan memberikan penyuluhan dengan media tentang penyakit yang disebabkan lingkungan yang
tidak sehat.
Hasil pengamatan luar gedung ditemukan sebagian besar rumah tidak memenuhi standar kesehatan,
baik aspek fisik,sarana sanitasi dan perilaku penghuni.Halini disebakan tingkat pendidikan, sosial
ekonomi dan lintas program yang belum optimal

2. SARAN
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan terutama masalah yang menimpa sekelompok
keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat
dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan lintas sektor terkait. Apabila dengan cara demikian
tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar maka
penyelesaiannya dianjurkan untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan
tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten/kota . Petugas sanitasi juga dapat membantu
mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan tersebut kepada sektor terkait
Keberhasilan klinik sanitasi di lapangan Sangat tergantung pada kemauan, pengetahuan dan
keterampilan petugas klinik sanitasi dalam menggali, merumuskan dan memberikan saran tindak lanjut
perbaikan lingkungan dan perilaku secara cepat, tepat dan akurat. Selain itu dukungan kepala
Puskesmas, petugas kesehatan lain, lintas sektor dan masyarakat terutama dalam penyelesaian masalah
kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan klinik sanitasi. Untuk itu dalam
pelaksanaan klinik sanitasi harus dilakukan secara terintegrasi dan didukung pengetahuan dan
keterampilan di bidang lainnya seperti teknik komunikasi, konseling dan lain-lain
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease
(NEID) dan Re Emerging Infectious Disease (REID) merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang
harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), menyebar dalam tempo
singkat dan menimbulkan dampak luar biasa terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan salah
satu ancaman serius di masa mendatang.Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, lintas program
maupun lintas negara dalam manajemen penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif lembaga
pendidikan kesehatan
BAB V
PEMBELAJARAN YANG DIPEROLEH

PENGAMAT :
Aplikasi ilmu yang di dapat selama pelatihan lebih bermanfaat karena dilakukan setelah proses
pembelajaran
Membuat manajemen terorganisir dalam pengelolaan penyakit berbasis lingkungan
INSTANSI :
Aplikasi ilmu terapan baik dalam lingkungan Dinas kesehatan, puskesmas dan lintas sektor
Membuat manajemen program klinik sanitasi di puskesmas,
Indonesia dipilih oleh USAID dan paramitra untuk memperoleh penghargaan dengan pertimbangan, yaitu:
1) Kemajuan upaya pengendalian Tuberkulosis yang terjadi di Indonesia dianggap sebagai pelopor dalam
penerapan strategi dan pendekatan yang inovatif di bidang pencegahan, diagnosis maupun pengobatan
Tuberkulosis; 2) Indonesia termasuk negara pertama yang mengadopsi introduksi Rapid Diagnostic
Expert Mycobacterium Tuberculosis/Rifampisin (MTB/RIF), yaitu suatu alat yang bisa mendeteksi kuman
Tuberkulosis dan resistensinya terhadap Rifampisin; 3) Implementasi Public Private Mix (PPM) yang
komprehensif untuk meningkatkan layanan Tuberkulosis; 4) Komitmen Pemerintah yang kuat untuk tetap
menjaga keberhasilan pencapaian pengendalian Tuberkulosis dituangkan dalam rencana pembiayaan
yang berkelanjutan Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, menyatakan
Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian akibat TB. Insidens TB
berhasil diturunkan sebesar 45%, yaitu 343 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 189 per 100.000
penduduk (2010). Prevalensi TB diturunkan sebesar 35%, yaitu 443 per 100.000 penduduk (1990)
menjadi 289 per 100.000 penduduk (2010). Selanjutnya, angka kematian diturunkan sebesar 71%, yaitu
92 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 27 per 100.000 penduduk (2010).

Hal ini berarti target MDGs untuk tuberkulosis sudah dapat dicapai di Indonesia. Ini merupakan suatu
prestasi nasional juga internasional, kata Prof. Tjandra.
BAB VI
KESIMPULAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci
keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan
menerapkan strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita.
Oleh karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat
penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen, yaitu :
1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik
3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung,
dikenal dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy)
4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan
5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang (baku/standar)
baik
Istilah DOT diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengawasan dilakukan oleh :
Penderita berobat jalan
1. Langsung di depan dokter
2. Petugas kesehatan
3. Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
4. Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
Penderita dirawat
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah
petugas RS, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai
dengan berobat jalan.
Tujuan :
Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
Mencegah putus berobat
Mengatasi efek samping obat
Mencegah resistensi
Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali dimulai
harus diingat:
Tentukan seorang PMO
Berikan penjelasan kepada penderita bahwa harus ada seorang
PMO dan PMO tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk
mendapat penjelasan tentang DOT
Persyaratan PMO
PMO bersedia dengan sukarela membantu penderita TB sampai
sembuh selama 6 bulan. PMO dapat berasal dari kader dasawisma,
kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani penderita
Tugas PMO
Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik, memberikan
pengawasan kepada penderita dalam hal minum obat,
mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai
jadwal, memberitahukan / mengantar penderita untuk kontrol bila
ada efek samping obat, bersedia antar jemput OAT jika penderita
tidak bisa datang ke RS /poliklinik
Petugas PPTI atau Petugas Sosial
Untuk pengaturan/penentuan PMO, dilakukan oleh PKMRS
(Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit), oleh
PERKESMAS (Perawatan Kesehatan Masyarakat) atau PHN
(Public Health Nurse), paramedis atau petugas sosial
Petugas sosial
Ialah volunteer yang mau dan mampu bekerja sukarela, mau
dilatih DOT. Penunjukan oleh RS atau dibantu PPTI, jika
mungkin diberi penghargaan atau uang transport
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting,
penyuluhan dapat dilakukan secara :
Peroranga/Individu
Penyuluhan terhadap perorangan (penderita maupun keluarga)
dapat dilakukan di unit rawat jalan, di apotik saat mengambil obat
dll
Kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok
penderita, kelompok keluarga penderita, masyarakat pengunjung
RS dll
Cara memberikan penyuluhan
Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada
Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui tingkat
penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya
Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal yang
belum jelas
Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah
dimengerti, kalau perlu dengan alat peraga (brosur, leaflet dll)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 28 December 2014

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING


LAPORAN TAHUNAN PROGRAM
KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB I
UMUM
1.1. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana yang dimaksudkan dalam pancasila
dan UUD 45.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis.
Kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa Puskesmas sebagai bagian
dari sistem Kesehatan Nasional, sub sistem, dari kesehatan yang berada di Kabupaten/Kota, Provinsi
dan Nasional. Sebagai sistem yang harus berjalan, Puskesmas dilengkapi dengan organisasi, memiliki
Sumber Daya dan Program kegiatan pelayanan kesehatan.
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan
karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Ada 6 program pokok pelayanan kesehatan diantaranyaprogram pengobatan, promosi
kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan penyakit menular dan tidak menular, kesehatan
lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat.
program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang berupaya
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
Ada (5) upaya dasar yang dilakukan di bidang kesling
1) Penyehatan sumber air bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kjualitas air, inspeksi sanitasi SAB, pemeriksaan
kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air.
2) Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran pembuangan air limbah
(SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
3) Penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan
pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan pangkas rambut, dilakukan upaya pembinaan institusi
rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan dan perkantoran
4) Penyehatan tempat pengelola makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap
tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB, keracunan,
kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan
5) Pemantauan Jentik nyamuk dan PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk)
Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin menjadi
perindukan nyamuk.
6) Konsultasi kesling klinik sanitasi
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit yang berhubungan
dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan lainnya.

1.2. VISI DAN MISI PROGRAM KESLING

Sebagai penjabaran dari visi misi Depkes.RI 2010/2014 maka visi dan misi program kesling
VISI : Mewujudkan masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan di bidang kesling
MISI :
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
lingkungan.
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan lingkungan yang
paripurna , merata, bermutu dan berkeadilan.
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya di bidang kesehatan lingkungan.
4) Menciptakan tata kelola lingkungan yang baik.

1.3. KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN


Dalam usaha pelaksanaan kegiatan Program Kesling di puskesmas yang lancar dan berkesinambungan
maka disusun suatu kebijakan umum anggaran di bidang kesling.
1) Pelatihan dan peningkatan kemampuan kader kesling
2) Pemeriksaan rumah dan jentik berkala
3) Pemeriksaan tempat-tempat umum
4) Operasional forum kota sehat
5) Klinik konsultasi kesling
6) Monitoring jamban keluarga
7) Pengambilan sampel air

1.4. STRATEGI DAN KEBIJAKAN


1.4.1. Strategi
Upaya peningkatan derajat kesehatan lingkungan melalui pemberian motivasi kepada masyarakat guna
peningkatan kesadaran tentang pentingnya perbaikan kualitas lingkungan dalam penurunan angka
penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.
1.4.2. Kebijakan
- Melakukan metode pemicuan CLTS kepada Kepala keluarga yang belum memiliki jamban
- Melakukan penyuluhan berkelompok di sarana ibadah (mesjid/mushalla), sekolah, posyandu balita/lansia
- Melakukan pemantauan sarana sanitasi masyarakat dibantu oleh PWS dan kader kesling di tiap
desa/kelurahan.
- Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pengelola tempat pengelolaan makanan.
- Melatih tenaga penjamah makanan tentang higiene sanitasi makanan.
- Melakukan penyuluhan dalam gedung dengan pemberian solusi guna pemecahan masalah kesling pada
klinik konsultasi kesling.
- Membina kerja sama dengan aparat pemerintahan di kelurahan/desa dan tokoh masyarakat guna mencari
solusi pemecahan masalah kesling.
- Pemantauan sarana sanitasi tempat-tempat umum.
- Pemantauan kualitas sarana SAB masyarakat.

1.5. JUMLAH DAN KOMPOSISI PERSONIL


Jumlah tenaga di Puskesmas Kampung Teleng 2 orang dengan latar belakang pendidikan D III Kesling
dan status kepegawaian PNS.
BAB II
PROGRAM DAN KEGIATAN
2.1. PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
PELAKSANAAN KEGIATAN BERSUMBER DANA APBD KOTA
a. Masukan
Dana :
SDM :
Pimpinan puskesmas, sanitarian, farmakmin, lintas program/sektor
Material :
Pemeriksaan rumah dan jentik digunakan instrument formulir kartu rumah
Pengambilan sampel air menggunakan botol sampel steril
Pemeriksaan TTU dan TPM digunakan blanko pemeriksaan TTU/TPM, buku pemeriksaan karyawan
TTU/TPM
Pembinaan TTU/TPM menggunakan power point dan infokus
Metode :
Pemeriksaan rumah dan jentik dilakukan dengan metode; wawancara, survei langsung dan check list.
Pengambilan sampel air dilakukan dengan melalui Tes Laboratorium
Pemeriksaan TTU/TPM dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan check list.
Pembinaan TTU/TPM dilakukan dengan metode penyuluhan
Waktu :
Pemeriksaan rumah daan jentik dilaksanakan tiap bulan dimana dana dianggarkan pada bulan Februari,
mei, Agustus dan Oktober. Sementara makan dan minum dianggarkan pada
bulan Februari, mei, Agustus dan Oktober juga.
Pengambilan sampel air dilaksanakan sebanyak empat kali yaitu bulan Februari, mei, Agustus dan
Oktober
Pemeriksaan TTU/TPM dilaksanakan sebanyak dua kali setahun yaitu Tahap I Pada Bulan Juni dan Tahap
II pada Bulan November
Pembinaan TTU/TPM dilaksanakan sebanyak dua kali setahun yaitu Pada Bulan April dan September
b. Proses
Pemeriksaan rumah dan jentik
Dilakukan secara berkala dengan cara survei ke rumah masyarakat yang dilakukan oleh sanitarian
dibantu oleh kader kesling dan PWS.
Pengambilan Sampel Air
Yaitu dilakukan dengan cara turun langsung kerumah-rumah masyarakat yang dilakukan oleh pimpinan
puskesmas dan sanitarian dengan menggunakan botol steril
Pemeriksaan TTU dan TPM
Yaitu dilakukan survey terhadap rumah makan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan cara melihat
langsung keadaan sanitasi TPM nya
Pembinaan TTU dan TPM
Yaitu dilakukan terhadap pengelola rumah makan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan cara
penyuluhan
c. Keluaran
1. Pemeriksaan rumah dan jentik berkala
Jumlah rumah wilayah kerja puskesmas kampung Teleng sebanyak 1655 Unit
Jumlah rumah permanen sebanyak 1067 Unit
Jumlah rumah semi permanen sebanyak 495 Unit
Jumlah rumah kayu sebanyak 93 Unit
Jumlah rumah sehat sebanyak 1194 Unit
Jumlah rumah memiliki jamban sebanyak 1608 Unit
Jumlah rumah memiliki jamban sehat sebanyak 1071 Unit
2. Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air depot dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 1 kali 3 bulan terhadap 6 depot air minum
Pengambilan sampel air masyarakat dilakukan sekali 3 bulan dimana diambil sumber air yang beresiko
saja sebanyak 40 sampel
3. Pemeriksaan TTU / TPM
TPM yang terdaftar sebanyak 104 buah, diperiksa tahap I sebanyak 104 sedangkan yang memenuhi
syarat sebanyak 81
TPM yang terdaftar sebanyak 104 buah, diperiksa tahap II sebanyak 104 sedangkan yang memenuhi
syarat sebanyak 79
TTU yang terdaftar sebanyak 93 buah, diperiksa tahap I sebanyak 93 sedangkan yang memenuhi syarat
sebanyak 83
TTU yang terdaftar sebanyak 93 buah, diperiksa tahap II sebanyak 93 sedangkan yang memenuhi syarat
sebanyak 88
Jumlah rumah makan seluruhnya 17 buah dan jasa boga 3.
Diperiksa tahap I sebanyak 17 dan yang memenuhi syarat sebanyak 12 buah
Pada tahap II diperiksa 17 buah dan memenuhi syarat sebanyak 13 buah
4. Pembinaan TTU/TPM
Pembinaan dilakukan kepada 17 rumah makan dan 3 jasa boga dengan melalui penyuluhan.
d. Manfaat
1. Pemeriksaan rumah dan jentik berkala
Termotivasinya masyarakat untuk memiliki rumah yang sehat dan bebas jentik
Terpantaunya keadaan sarana sanitasi dasar dan lingkungan rumah
Masyarakat mengetahui potensi resiko penyakit akibat sarana sanitasi yang tidak memenuhi syarat
Termotivasinya masyarakat untuk memiliki jamban yang memenuhi syarat sehingga tidak mencemari
lingkungan
2. Pengambilan sampel air
Untuk mengetahui berapa banyak kuman E-coli yang terkandung dalam air sampel tersebut
Untuk mengetahui apakah air depot tersebut layak untuk diminum
3. Pemeriksaan TTU / TPM
Terpantaunya keadaan sarana sanitasi dasar TPM / TTU
Termotivasinya pengelola TTU / TPM dalam mengelola usahanya agar bersih dan sehat sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi pembelinya
4. Pembinaan TTU/TPM
Untuk memberikan pengetahuan kepada pengelola rumah makan apa saja syarat rumah makan yang
sehat

e. Dampak
1. Pemeriksaan rumah dan jentik berkala
Meningkatnya masyarakat yang ber PHBS dan memiliki sarana sanitasi yang memenuhi syarat
2. Pengambilan sampel air
Menurunkan angka penyakit diare
3. Pemeriksaan TTU / TPM
Adanya rasa aman dan nyaman bagi konsumen dari hal-hal yang akan membahayakan kesehatannya.
4. Pembinaan TTU/TPM
Pengelola rumah makan lebih meningkatkan lagi kebersihan rumah makannya dan dapat disesuaikan
dengan persyaratan rumah makan
PELAKSANAAN KEGIATAN YANG TIDAK DI DANA
1. Klinik sanitasi
a. Masukan
SDM :
Sanitarian, Dokter, perawat, bidan
Material :
Blangko tindak lanjut klinik sanitasi, kartu status klinik sanitasi
Metode :
Wawancara, penyuluhan perorangan / konseling yang hasilnya di tulis pada kartu status klinik sanitasi
Waktu :
Setiap hari kerja
b. Keluaran
Dilaksanakan klinik sanitasi secara aktif
Ditemukannya penyakit-penyakit berbasis lingkungan yaitu ISPA, diare, Kulit, Disentry, cacingan dan lain-
lain
Petugas sanitasi menindaklanjuti langsung ke lapangan terhadap kasus-kasus penyakit yang berbasis
lingkungan
c. Manfaat
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan PHBS
Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan
d. Dampak
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan promotif serta kuratif yang
dilakukan secara terpadu, terarah dan tersusun secara terus menerus

2. Pembakaran sampah medis


a. Masukan
SDM :
Sanitarian, sopir
Material :
Incenerator, genset, bensin,
Metode :
Pembakaran langsung
Waktu :
Setiap bulan
b. Keluaran
Sudah dilaksanakannya pembakaran sampah medis setiap bulan
c. Manfaat
Mencegah penybaran penyakit yang berakibat dari sampah medis
d. Dampak
Tidak berserakannya sampah medis puskesmas

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PROGRAM

A. Pelaksanaan Kegiatan Bersumber Dana APBD Kota


Air merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat banyak digunakan. Air yang
memenuhi syarat yaitu air yang tidak berbau, berasa dan berwarna. Untuk air minum, air nya tidak boleh
mengandung E-coli.
Jika air tidak bersih, maka akan dapat menimbulkan penyakit bagi yang menggunakannya. Oleh
sebab itu keadaan sarana air bersih dan depot selalu dilakukan pemantauan.
B. Kegiatan bersumber dana bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan
kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh disetorkan
ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam
Lokakarya Mini Puskesmas yang diselenggarakan secara rutin (periodik bulanan/triwulanan). Satuan
biaya setiap jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang dibiayai BOK mengacu pada ketentuan Peraturan
Daerah (Perda). Jika belum terdapat Perda yang mengatur hal itu, maka satuan biaya tersebut ditetapkan
melalui Peraturan Bupati/Walikota atas usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan
di Puskesmas berpedoman pada prinsip keterpaduan, kewilayahan, efisien, dan efektif.
Tujuan umum dari BOK adalah untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan
masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan pencapaian target SPM bidang
kesehatan dan MDGs pada tahun 2015. Secara khusus, tujuan BOK ada tiga yakni: (1) memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif kepada masyarakat; (2) menyediakan
dukungan biaya untuk upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat; (3)
mendukung terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.

C. Kegiatan yang tidak di danai


1. Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi adalah Ruang Pelayanan Informasi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
berbasis lingkungan.
Penyakit berbasis lingkungan, yaitu karena sumber penyakitnya berasal dari lingkungan yang jelek (air, udara,
tanah yang tercemar), yaitu Penyakit Diare, Kecacingan, ISPA, Malaria, DBD, TB Paru, Kulit/Gatal-Gatal,
Keracunan Makanan/minuman/Pestisida dan keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja.
Klinik Sanitasi Berada di Puskesmas dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program pelayanan
Puskesmas dimana yang Bertugas di Klinik Sanitasi yaitu Petugas sanitarian Puskesmas / Petugas Penyuluh
Puskesmas
Keuntungan yang diberikan dari Klinik sanitasi yaitu :
Terhadap Pasien :
1. Dapat mengetahui penyebab penyakitnya
2. Mampu melakukan pencegahan terhadap berbagai penyakit akibat lingkungan
Terhadap Petugas
1. Dapat Mengetahui secara tepat Gaya Hidup Pasien dan Kondisi Lingkungan Pasien
2. Dapat memberikan saran yang tepat kepada pasien sesuai dengan masalah yang dihadapinya
3. Dapat menyusun rencana intervensi perbaikan lingkungan
Alur Pelayanan Klinik Sanitasi di Puskesmas :
1. Loket
Di loket dilakukan pengisian kartu status pasien setelah mendapat kartu status pasien ke ruang periksa
2. Ruang Periksa
Pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan dirujuk ke ruang Klinik Sanitasi
3. Ruang Klinik Sanitasi
4. Apotik
Pasien ke Apotik untuk mengambil Obat
5. Pulang
Untuk Klien bisa Langsung Ke Ruang klinik sanitasi.
2. Pemusnahan Sampah Medis
Sampah medis sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat oleh sebab itu tidak boleh dibuang
kemana-mana atau sembarangan. Sampah medis harus dimusnahkan menggunakan incenerator.

BAB 1V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. HASIL PEMERIKSAAN TPM : 100 %
2. TPM YANG MEMENUHI SYARAT : 76 %
3. HASIL PEMERIKSAAN TTU : 100 %
4. TTU YANG MEMENUHI SYARAT : 94,6 %
5. RUMAH YANG MEMENUHI SYARAT : 72,1 %
6. SPAL YANG MEMENUHI SYARAT : 77,5 %
7. SAB YANG MEMENUHI SYARAT : 89,5 %
8. SAMPAH YANG MEMENUHI SYARAT : 84,1 %
9. JAMBAN YANG MEMENUHI SYARAT : 66,6 %

B. LAPORAN HASIL KEGIATAN (LAMPIRAN)


Diposkan oleh Arpil Jumawal di 20:09
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile

Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Friday, 12 December 2014

STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)

STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. STBM menekankan pada 5 (lima) pilar perubahan perilaku
higienis, yaitu :

1. STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (STOP BABS)


adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan

2. CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)


adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir

3. PENGELOLAAN AIR MINUM DI RUMAH TANGGA (PAMRT)


adalah pengolahan air minum, penggunaan wadah penyimpanan air minum yang aman dan perilaku
penanganan air minum agar bebas dari kuman.

4. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA


adalah pengelolaan sampah rumah tangga yang terdiri dari pembuatan kompos dari sampah organik,
melaksanakan 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga

5. PENEGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA


adalah pengelolaan limbah cair yang termasuk didalamnnya drainase yang standar, septik tank.

STBM dicanangkan oleh Menkes sejak Tahun 2008 yang bertujuan ;


tujuannya untuk terciptanya kondisi sanitasi total dalam rangka mengurangi penyakit berbasis
lingkungan
hasil yang dicapai untuk penurunan kejadian diare dan penyakit berhubungan dengan lingkungan
dan perilaku.
Prinsip STBM
1. mengutamakan keluarga miskin
2. mengutamakan lingkungan
3. sesuai kebutuhan
4. kesetaraan jender
5. pembangunan berbasis masyarakat
6. tidak ada subsidi bagi pembangunan sarana sanitasi dasar skala rumah tangga
7. keberlanjutan
Strategi STBM (kep.Menkes No.852/Menkes/SK/IX/2008)

1. Menciptakan lingkungan yang kondusif


mendapatkan dukungan PEMDA dan pengambil keputusan lainnya untuk meningkatkan higiene sanitasi
di masyarakat.

2.Meningkatkan kebutuhan
menciptakan perilaku masyarakat yang membutuhkan perilaku higiene sanitasi untuk menunjang
kesehatan rumah tangga
3. Peningkatan penyediaan
peningkatan jumlah sarana sanitasi sesuai kebutuhan masyarakat

4. Pengelolaan pengetahuan
menambah pengetahuan masyarakat tentang masalah sanitasi

5. Pembiayaan
menghindari subsidi, hanya boleh berupa stimulan

6. Pemantauan dan evaluasi


semua unsur baik pemerintah dan masyarakat ikut dilibatkan dalam pemantauan dan evaluasi.

Diposkan oleh Arpil Jumawal di 18:39


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile

Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Friday, 5 December 2014

SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES


No.942/Menkes/SK/VII/2003

Makanan Jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan ditempat
penjualan dan atau disajikan sebgai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan
jasaboga, rumah makan/restoran dan hotel.

Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin menimbulkan penyakit/ gangguan kesehatan.

Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan
mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.

Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan penanganan makanan jajanan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit
perut sejenisnya.
2. menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)
3. memakai tutup kepala dan celemek
4. mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan
5. menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan
6. tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian
lainnya)
7. tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa
menutup mulut atau hidung.
8. menggunakan pakaian khusus untuk bekerja, dalam keadaan bersih
persyaratan peralatan yang digunakan
peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun
lalu dikeringkan dengan alat pengering/ lap yang bersih
kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan ditempat yang bebas pencemaran
dilarang menggunakan kembali peralatan yang hanya dirancang untuk sekali pakai (disposible).
Persyaratan air untuk makanan jajanan
air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang memenuhi standar dan
persyaratan higiene sanitasi yang berlaku bagi air bersih atau air minum
air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai mendidih
Persyaratan bahan makanan jajanan
semua bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik mutunya, segar
dan tidak busuk
semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan harus bahan olahan
yang terdaftar di Depkes, tidak kadaluarsa, tidak cacat atau rusak.
Penggunaan bahan tambahan makanan
Semua bahan tambahan makanan harus disimpan terpisah
semua bahan yang mudah busuk atau cepat rusak harus dipisahkan penyimpanannya
persyaratan pembungkus makanan jajanan
makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan tertutup untuk menghindari pencemaran
pembungkus makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan
persyaratan pengangkutan makanan jajanan
makanan jajanan harus diangkut dalam keadaan tertutup dan diletakkan dalam wadah yang
bersih
jika ada bahan mentah maka letakkan dalam wadah yang terpisah
persyaratan sarana untuk menjajakan makanan/gerobak harus tersedia tempat
air bersih
tempat penyimpanan bahan makanan
penyimpanan makanan jadi/ siap saji
penyimpanan peralatan
tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan)
tempat sampah
tempat kain lap
larutan pembersih

Diposkan oleh Arpil Jumawal di 17:37


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile

Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)
2013 (20)

Google+ Followers

Jumlah Pengunjung
Blog

166,614
arpil.j@gmail.com

Submit

Simple theme. Powered by Blogger.


HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014

NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA

Nyamuk adalah serangga yang termasuk ordo diptera. Jenisnya banyak sekali, tersebar merata di bumi,
bahkan di gurun pasir yang tandus.Diperkirakan terdapat 2500 spesies nyamuk. Walaupun tidak semua
yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Nyamuk seringkali bertindak sebagai vektor atau
hewan yang berperan sebagai perantara yang menghantarkan bibit penyakit kemanusia melalui
suntikannya.
Ada dua jenis nyamuk yang sudah lazim diketahui masyarakat yaitu nyamuk aedes dan anopheles.
Tetapi masih ada jenis nyamuk lainnya seperti culex yang bisa menjadi vektor penyakit kaki gajah.
Untuk melakukan pengawasan terhadap nyamuk, maka kita perlu mengetahui tentang siklus hidupnya,
ekologi, sifat-sifat dan cara penularannya.

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk bertelur di
dalam atau di dekat air. Nyamuk kadangkala tidak membutuhkan jumlah air yang banyak untuk bertelur.
Penulis bahkan pernah menemukan jentik nyamuk pada penampungan dispenser dan lemari es.
Telur nyamuk tidak dapat dilihat dengan mata. Tetapi kita bisa mengamati larva/jentik nyamuk tanpa
memerlukan alat bantu.

Dari jentik ini kita bisa menduga jenis nyamuk. Larva aedes biasanya ketika muncul ke permukaan air
akan tegak lurus, membentuk siku dengan permukaan air.
Larva anopheles akan cenderung rata atau sejajar dengan permukaan air. Larva culex akan membentuk
sudut 45 dengan permukaan air.
Nyamuk yang menggigit manusia adalah nyamuk betina, karena membutuhkan darah untuk berkembang
biak. Sedangkan nyamuk jantan lebih suka tinggal di tempat mereka menetas dan untuk hidup mereka
menghisap cairan pada tumbuhan.

Untuk mengetahui jenis kelamin nyamuk, bisa dilakukan dengan mikroskop dengan mengamati
antenanya. Biasanya antena nyamuk betina lebih panjang dengan jumlah rambut yang jarang. Nyamuk
jantan memiliki antena yang pendek dekat jumlah rambut yang lebat
Jarak terbang nyamuk sesuai dengan jenisnya. Seperti nyamuk aedes bisa terbang dalam radius 100
meter. Nyamuk anopheles bahkan lebih jauh lagi bisa mencapai 30 km.

BERDASARKAN TEMPAT HIDUP NYAMUK DIBEDAKAN MENJADI


1. Nyamuk yang hidupnya di air payau (salt mars type )
2. Nyamuk yang hidup di genangan air yang bersifat sementara
* temporary pool type ialak nyamuk yang senang hidup pada bekas injakan binatang atau manusia
* artificial container type ialah nyamuk yang senang hidup pada wadah seperti kaleng, tempurung kelapa,
plastik, bak penampung air.
* treehole type ialah nyamuk yang senang hidup pada genangan air di lobang pohon.
* rock pool type ialah nyamuk yang hidup pada lobang di batu.

Berdasarkan tempat bertelur atau beristirahatnya nyamuk dapat dibedakan menjadi


1. Natural resting station type
Nyamuk yang bersembunyi pada lobang atau genangan air secara alami seperti pohon, batu karang.
2. Artificial resting station type yaitu nyamuk yang bersembunyi pada tempat yang merupakan hasil kerja
manusia seperti rumah, kaleng bekas.
Ada banyak cara untuk mengetahui jenis nyamuk. Seperti nyamuk anopheles biasanya pada sayap
terdapat bintik-bintik, kalau menghisap darah bagian belakang ditunggingkan. Pada nyamuk aedes
tubuhnya belang-belang putih, ketika menggigit mangsanya biasanya bagian belakang didekatkan ke
mangsa.

PENGAWASAN NYAMUK
1. Pada bentuk telur, larva, pupa
- secara fisik atau mekanis dengan cara mengeringkan rawa, menimbun air tergenang, mengalirkan got
yang tidak lancar.
-secara kimia, melakukan abatisasi
-secara biologis, memelihara ikan
- secara budaya, merupah perilaku manusia seperti membiarkan sampah berserakan, malas melakukan
goro.
2. Pengawasan untuk nyamuk dewasa
- secara fisik mekanis, seperti memakai kelambu, memasang kawat nyamuk
- secara kimia, menyemprot nyamuk dengan zat kimia tetapi cara ini menimbulkan masalah baru bagi
manusia.
- secara biologis, seperti nyamuk dimangsa cicak
- secara budaya, mengadakan goro rutin PSN ( pemberantasan sarang nyamuk).
Dari informasi di atas kita bisa menentukan cara penanggulangan nyamuk, pertama sekali perlu
melakukan pemetaan wilayah selanjutnya melakukan survei jentik dan nyamuk dewasa. Hal ini dilakukan
untuk penghematan biaya dan menghindari fogging secara membabibuta.
Cara yang disarankan pertama sekali adalah merubah perilaku atau budaya yang merugikan manusia
tetapi menguntungkan bagi nyamuk.

nyamuk digolongkan pada famili cullicidae dan anophelidae


cara menggigit pada culex sejajar dengan tubuh, anopheles biasanya menungging dan aedes
biasang membentuk bagian ujung bawah didekatkan ke kulit korban.
anopheles memiliki siphon (pelampung)
nyamuk mansoni ditemukan di rawa-rawa, kakinya belang-belang putih dengan capuran sisik
hitam dan putih pada sayap. telur diletakkan pada tanaman air seperti ganggang
Diposkan oleh Arpil Jumawal di 10:34
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile

Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014

Inspeksi Sanitasi Sumur Gali


Inspeksi sanitasi dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko pencemaran sebuah sumber air bersih.

Sumur gali sebagai sumber air minum dan sumber air bersih sangat lazim dimanfaatkan di indonesia.

Untuk menghindarkan masyarakat dari gangguan kesehatan dan mencari solusi permasalahan. Maka
dilakukan inseksi sanitasi sesuai dengan sarana yang diperiksa, berikut pedoman inspeksi sanitasi sumur
gali (SGL).

Daftar pertanyaan inspeksi berikut


1. Apakah ada jamban pada radius 10 meter disekitar sumur.
2. Apakah ada pencemar lain pada radius 10 meter disekitat sumur, misalnya ; kotoran hewan, sampah,
genangan air dll.
3. Apakah ada genangan air yang adanya sekali-sekali saja yang jaraknya dua meter di sekeliling sumur
4. Apakah ada saluran pembuangan air limbah yang rusak dengan jarak 10 meter dari sumur.
5. Apakah lantai semen yang mengitari sumur radiusnya kurang dari satu meter.
6. Apakah ada genangan air sewaktu-waktu di atas lantai semen sumur.
7. Apakah terdapat limpahan air dari hasil kegiatan peternakan (sapi perah, ayam dll).
8. Apakah ember dan talinya diletakkan sembarangan sehingga memungkinkan sebagai sumber
pencemar air sumur.
9. Apakah mulut sumur tidak disemen dengan ketinggian minimal 1meter dari permukaan tanah.
10. Apakah bibir sumur terdapat keretakan yang memungkinkan rembesan air kedalam sumur.

Selanjutnya jumlahkan resiko pencemaran dengan jawaban : YA


Jika skornya,
9 - 10 : amat tinggi (AT)
6 - 8 : tinggi (T)
3 - 5 : sedang (S)
0 - 2 : rendah (R)

Diposkan oleh Arpil Jumawal di 22:09


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile

Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)
2013 (20)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014

LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA

Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk ordo diptera (serangga yang memiliki sepasang sayap
berbentuk membran). Lalat merupakan salah satu serangga yang dapat menjadi vektor/binatang
perantara yang menghantarkan penyakit ke manusia antara lain : typhyus, parathypus, disentri basiler,
disentri amuba dan sebagainya.

Spesies lalat mencapai 60.000 spesies tetapi tidak semua yang menimbulkan gangguan kesehatan. Lalat
yang berpengaruh pada kesehatan lingkungan penting untuk diketahui ; lalat rumah (musca domestica),
lalat kandang (stomoxys calcitrans ), lalat hijau (Phenisia), lalat daging (sarcophaga) dan lalat kecil
(fannia)

Di afrika ditemukan lalat tse-tse yang dapat menimbulkan penyakit tidur. Peranan lalat dalam
menimbulkan penyakit umumnya bersifat mekanis, yaitu tercemarnya bahan makanan oleh bibit penyakit
yang kebetulan menempel pada kaki, tubuh lalat ketika hinggap pada sampah dan kotoran. Kadangkala
lalat meninggalkan telur dan larvanya pada luka yang terbuka, kemudian hidup pada dagimg manusia
(myasis).

hal-hal yang perlu diketahui dari sifat dan cara hidup lalat :

1. lalat hidupnya ditempat yang kotor seperti tinja manusia dan hewan, sampah.
2. untuk berkembang biak lalat membutuhkan udara yang panas serta lembab dan tersedia
makanan yang cukup
3. lalat menyukai bau yang busuk serta makanan minuman yang merangsang penciuman.
4. lalat tertarik pada cahaya lampu
5. lalat dapat terbang berpindah-pindah sampai menempuh jarak 200 meter sampai 1000
meter. oleh warkarena itu TPA sampah harus berada jauh dari pemukiman penduduk sesuai
dengan jarak terbang lalat.
6. lalat tidak menyukai warna biru.
Lalat merupakan serangga dengan metamorfosis sempurna, pada usia 4 sampai 20 hari lalat betina
sudah bisa menhasilkan telur. telurnya berbentuk oval, warna putih, uuran 10mm dan biasanya
mengelompok, pada tiap kelompok bisa mencapai 75 sampai dengan 150 butir telur. Telur diletakkan
pada tempat yang terhindar dari sinar matahari dan ada makanannya. telur dan tempayaknya tidak tahan
pada suhu 75 dercelc.

Telur menetas berubah menjadi tempayak (12 jam ) pada waktu 4 s.d 7 hari berubah menjadi kepompong
(warnanya merah tua atau coklat). kepompong mencari tempat yang kering untuk bersembunyi. jika suhu
sesuai maka akan berubah menjadi dewasa setelah 3 hari.

sebelum terbang memerlukan waktu satu jam untuk mengeringkan tubuh dan sayap. lebih kurang 15 jam,
kemudian hidup sebagaimana lalat dewasa. Usia lalat antara 2 sampai 4 minggu, tetapi akan lebih lama
jika udara dingin.

PENGAWASAN TERHADAP LALAT


ditujukan pada telur, dengan menghilangkan tempat berkembang-biaknya seperti gundukan
sampah.
ditujukan pada tempayak, menghindari menumpuk sampah pada tempat yang lembab
dutujukan pada lalat dewasa :
LALAT MUDA.
1. meneghilangkan kemungkinan tempat berkembang-biak lalat (mekanis)
2. menyiram tempat berkembang-biak dengan malathion/ diazinon (kimia)
3. semut memakan telur dan tempayak (biologis)
4. merubah kebiasaan yang menguntungkan lalat (budaya)
LALAT DEWASA
1. memasang perangkap lalat (mekanis)
2. menyemptot dengan pestisida. cara ini kurang disarankan karena lalat bisa
resisten/tahan terhadap zat kimia tersebut setelah dilakukan secar berulangkali dengan dosis
kurang tepat (kimia)
3. secara alamiah dimakan oleh reptil (biologis)
4. Menutup makanan ( budaya).
spesies lalat menghisap darah
1. Phlebotomus (lalat pasir)
dikenal dengan sebutan lalat bangkok
ukuran 3 cm
antena beruas 16
bagian mulut terdapat seperti pisau pemotong
2. Simulium (lalat Hitam)
disebut dengan lalat kerbau, karena suka menggigit kerbau
ukuran 2 s.d 3 cm
punggung bengkak, kaki pendek, mata majemuk, antena pendek
penyakitnya onchocercisis
meular ke manusia melalui burung
3. Lalat Chrysop
hidup dihutan, pada daerah lembab dan teduh
penyakitnya loa-loa
4. Stomoxys (lalat kandang)
5. Lalat Tse-Tse (Glessina palpalis, Glesina morsitan

Lalat Bukan Penghisap Darah


1. Musca Domestica (lalat rumah)
- menyebabkan miasis pada luka terbuka
2. Calliphora
3. Chrysomia
4.Fannia (lalat kecil)

Diposkan oleh Arpil Jumawal di 18:20


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile

Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)
2013 (20)
HIGIENE sanitasi
ARPIL J,SKM
Sunday, 7 December 2014

BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH


Sekolah yang tidak sehat, banyak sampah dan air tergenang akan menjadi tempat berkembang biaknya
nyamuk aedes.
Nyamuk aedes menggigitnya pada waktu pagi dan sore hari, sehingga memungkinkan ketika
dilaksanakan proses kegiatan belajar mengajar, siswa digigit oleh nyamuk aedes vektor penular penyakit
demam berdarah.
Wabah DBD akan memungkinkan terjadi di sekolah, apabila terdapat salah satu yang
merupakancarrier (penderita yang belum menunjukkan gejala sakit) terdapat di sekolah.
Kegiatan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) sebaiknya dilakukan secara rutin di sekolah. Disekolah
ada beberapa lokasi yang memungkinkan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti; bak
mandi/wc, tangki air, tempat sampah, pot bunga, lobang pohon, penampung air dispenser dll.
Memberantasnya nyamuk atau kegiatan PSN dilakukan bersama guru, murid dan penjaga sekolah.
Apabila terdapat jentik nyamuk segera tuangkan ketanah, karena jentik nyamuk aedes bisa mati bila
menyenyuh tanah. Jangan tuangkan airnya di atas tembok/semen karena jentik nyamuk aedes akan
tetap hidup walaupun hanya tersedia sedikit air.
Ada banyak cara memberantas nyamuk DBD, yaitu dengan melaksanakan penaburan bubuk abate,
memelihara ikan pemakan jentik (sebaiknya ikan yang kecil), serta memakai lotion anti nyamuk.
Pencegahan yang paling disarankan yaitu melaksanakan gerakan 3M yaitu menutup tempat
penampungan air, menguras bak minimal sekali seminggu (bila bak tidak ada ikan, bila belum pernah
ditaburkan bubuk abate), mengubur dan membersihkan tempat yang bisa nyamuk bersarang.
Apabila petunjuk diatas dilaksanakan secara rutin, maka wabah DBD dapat dihindari terjadi di sekolah.

Diposkan oleh Arpil Jumawal di 19:39


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

Arpil Jumawal
View my complete profile
Blog Archive

2017 (1)
2016 (23)
2015 (42)
2014 (86)
o December (44)
Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING
NEMATHELMINTHES (CACING GELANG)
LAGU CLTS
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CACING (HELMINTHE...
PARASITOLOGI
RUMAH SEHAT
NATURAL PESTICIDES FROM URINE (EXTERMINATOR)
PANDUAN OBJEK PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM ISI ULANG...
Pedoman Pengawasan Kualitas Air
Pollutan Pencemar Udara
SAMPAH
KEBUTUHAN AIR (WATER NEEDS)
SUMBER UTAMA AIR BERSIH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR (water borne ...
LEPTOSPIRA KAITANNYA DENGAN BANJIR
BANJIR DAN PENYEBABNYA
Tangga Perilaku Sanitasi
MALARIA
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN SARANA JAMBAN
DIARE
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
CHIKUNGUNYA
SANITASI PANGKAS RAMBUT
SANITASI MESJID
PEMBASMI HAMA DARI AIR SENI (URINE)
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
PHBS DI SEKOLAH
BERANTAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH
LALAT DAN CARA PENGAWASANNYA
NYAMUK DAN CARA PENGAWASANNYA
HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN, RESTORAN DAN CAFE BE...
SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPMENKES No.942/Menkes/S...
PEDOMAN PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3...
MANAJEMEN RESIKO KERJA
ERGONOMI KERJA
SUMUR YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
LIMBAH KLINIS
TEMPAT SAMPAH DAN PENGANGKUTANNYA
BORAK (BORAX)
o November (29)
o October (7)
o September (5)
o February (1)

Anda mungkin juga menyukai