Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA DAN GEJALA PASIEN GANGGUAN JIWA SERTA


PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN DENGAN
GANGGUAN JIWA
DI RUANG 23 PSIKIATRI

Oleh
Tim PKRS Ruang 23 Psikiatri
IRNA: I

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan


sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku, dan
koping yang efektif, konsep diri positif, dan kestabilan emosional (Videback,
2008).
Gangguan jiwa adalah salah satu dari empat masalah kesehatan yang
utama di negara maju, modern dan industri. Gangguan jiwa tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik
secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan karena
tidak produktif dan tidak efisien (Hawari, 2001).
Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu
psikosis dan non-psikosis. Golongan psikosis ditandai dengan dua gejala utama
yaitu tidak adanya pemahaman diri dan ketidakmampuan menilai realitas.
Sedangkan golongan non-psikosis kedua gejala tersebut masih baik. Saat ini,
istilah yang digunakan untuk penderita gangguan jiwa adalah konsumen jiwa
sehat. Penyebab dari gangguan jiwa itu bisa bersumber dari hubungan yang
tidak memuaskan dengan orang lain seperti diperlakukan tidak adil, semena-
mena, penolakan, kehilangan seseorang yang dicintai atau pekerjaan. Selain itu
ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan
gangguan pada otak (Hawari, 2001).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Friedman, 2010). Penderita gangguan jiwa merupakan bagian
dari anggota keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit. Pada
umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak
sanggup lagi merawat keluarganya yang sakit. Peran serta keluarga dalam
perawatan jiwa yang dapat dipandangi dari berbagai segi: (1) keluarga
merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya, (2) keluarga merupakan suatu sistem yang saling bergantung
dengan anggota keluarga lain, (3) pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien
seumur hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan kelaurga
sementara. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab
gangguan jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang (Keliat, 2003).
Oleh karena itu asuhan keperawatan jiwa yang berfokus pada keluarga
bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi meningkatkan peran serta
keluarga dalam mengatasi kesehatan tersebut (Keliat, 2003).
A. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah pemberian edukasi, diharapkan peserta dapat
memahami tentang tanda dan gejala gangguan jiwa serta peran
keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus : Setelah pemberian edukasi, diharapkan peserta dapat
menjelaskan kembali tentang:
a Definisi gangguan jiwa.
b Persepsi masyarakat tentang ganguan jiwa.
c Tanda-tanda kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
d Alasan keluarga memasung orang gangguan jiwa
e Alasan utama pentingnya keluarga merawat pasien gangguan jiwa
f Peran keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
g Dampak kurangya peran keluarga pada pasien gangguan jiwa
h Penatalaksanaan gangguan jiwa
i Penatalaksanaan gangguan jiwa di rumah
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan dalam pikiran perilaku dan
suasana perasaan yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan fungsi psikososial. Gangguan jiwa berat
(psikotik) adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan dalam
menilai kenyataan/ realitas.
Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya
kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggunya dalam fungsi sehari-
hari. Gangguan ini sering juga disebut sebagai gangguan psikiatri atau gangguan
mental dan dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai gangguan saraf.

2.2 Persepsi Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa


Persepsi masyarakat terhadap kesehatan mental berbeda di setiap
kebudayaan. Dalam suatu budaya tertentu, orang-orang secara sukarela mencari
bantuan dari para profesional untuk menangani gangguan jiwanya. Sebaliknya
dalam kebudayaan yang lain, gangguan jiwa cenderung diabaikan sehingga
penanganan akan menjadi jelek, atau di sisi lain masyarakat kurang antusias
dalam mendapatkan bantuan untuk mengatasi gangguan jiwanya. Bahkan
gangguan jiwa dianggap memalukan atau membawa aib bagi keluarga. Hal
kedua inilah yang biasanya terjadi dikalangan masyarakat saat ini. Dalam
masyarakat kita, ada beberapa keadaan yang merupakan bentuk persepsi untuk
individu dengan gangguan jiwa menurut (Soewadi, 1997) yang dikutip (Mubin,
2008) :
Pertama, keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu
disebabkan oleh guna-guna, tempat keramat, roh jahat, setan, sesaji yang salah,
kutukan, banyak dosa, pusaka yang keramat, dan kekuatan gaib atau
supranatural.
Kedua, keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Ketiga, keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang bukan urusan medis.
Keempat, keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang selalu diturunkan.
Menurut Rahmat (2004) persepsi dipengaruhi oleh pengalaman, dimana
seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu akan
mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi. Persepsi
yang timbul di masyarakat disebabkan oleh gejala-gejala yang dianggap aneh
dan berbeda dengan orang normal. Adanya persepsi ini juga berkaitan dengan
faktor tradisi atau kebudayaan dalam masyarakat yang masih percaya takhayul
dan tindakan-tindakan irrasional warisan nenek moyang.

2.3 Tanda-Tanda Kekambuhan Pada Pasien Gangguan Jiwa


1. Secara fisik
a. Makan dan minum kurang atau berlebihan
b. Tidur kurang atau terganggu
c. Penampilan diri kurang atau tidak rapi
d. Perawatan diri kurang (badan bau, kuku panjang dan kotor, rambut dan
kulit kotor)
e. Keberanian kurang atau berlebihan

2. Secara emosi
a. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
b. Merasa malu, bersalah
c. Ketakutan
d. Gelisah
e. Mudah panik, tiba-tiba marah tanpa sebab
f. Menyerang
g. Bicara sendiri, tertawa sendiri
h. Memandang satu arah, duduk terpaku
i. Malas, tidak ada inisiatif
j. Komunikasi kacau
k. Bermusuhan dan curiga
l. Merasa rendah diri, tidak berdaya dan hina

3. Secara social
a. Duduk menyendiri, melamun
b. Tunduk
c. Menghindar dari orang lain
d. Tergantung pada orang lain
e. Tidak peduli lingkungan
f. Interaksi kurang
g. Kegiatan kurang
h. Tidak mampu berperilaku sesuai norma

2.4 Alasan Keluarga Memasung Orang Gangguan Jiwa


1. Mengganggu orang lain atau tetangga
2. Membahayakan dirinya sendiri
3. Jauhnya akses pelayanan kesehatan
4. Tidak ada biaya
5. Ketidakpahaman keluarga dan masyarakat tentang gangguan jiwa.

2.5 Alasan Utama Pentingnya Keluarga Merawat Pasien Gangguan Jiwa


1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan
pasien
2. Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi pasien
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara
asuh yang kurang sesuai bagi pasien
4. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi
pasien.
6. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga
pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan

2.6 Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa


1. Mengajarkan klien untuk bersosialisasi dan mengenal dengan dunia luar
2. Mengajarkan klien untuk bisa aktif melakukan ADL
3. Mempercepat proses penyembuhan melalui dinamika kelompok
4. Memperbaiki hubungan interpersonal klien dengan setiap anggota keluarga
5. Menurunkan angka kekambuhan
6. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial
kepada penderita
7. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
8. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
9. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah
10. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari
11. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif
12. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan
13. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang
menyebabkan penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti

2.7 Dampak Kurangnya Peran Keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa


1. Memperburuk hubungan intrapersonal klien
2. Memperlambat Proses Penyembuhan
3. Menaikkan Angka Kekambuhan
4. Kurang Tanggap Terhadap gangguan kesehatan jiwa

2.8 Penatalaksanaan Gangguan Jiwa


Dalam terapi gangguan jiwa disini mengandung arti proses penyembuhan
dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat antara lain:
1. Terapi holistic
Terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada
gangguan jiwa saja dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara
menyeluruh.
2. Psikoterapi keagamaan
Terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama
3. Farmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh
dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
4. Terapi perilaku
Terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun
prilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap
pasien dibimbingan dan dilatih untuk menghadapi berbagai obyek atau situasi
yang menimbulkan rasa panik atau takut. Sebelum melakkan terapi ini
diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayan pasien terhadap orang
lain.

2.9 Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah


1. Memberikan klien tindakan dan kegiatan yang positif. Misal: membantu orang
tua bekerja
2. Memberikan perhatian dan penghargaan terhadap setiap kegiatan positif yang
dilakukan pasien.
3. Berbicara dengan baik, tidak membentak, dan tanpa pemaksaan ketika
menyuruh pasien.
4. Selalu jujur dengan pasien.
5. Mendampingi pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
6. Menganjurkan dan memastikan klien meminum obat yang diberikan dokter
selama di rumah.
7. Mengajak klien untuk kontrol secara rutin
8. Libatkan keluarga dalam aktivitas atau kegiatan sehari-hari dan pengambilan
keputusan
Manfaat Terapi keluarga
1. Mempercepat proses penyembuhan
2. Memperbaiki hubungan interpersonal
3. Menurunkan angka kekambuhan
BAB III
PENGORGANISASIAN
3.1 Rencana Kegiatan
1. Metode
Ceramah dan tanya jawab (diskusi)
2. Media
Power point presentation, leaflet
3. Waktu dan Tempat
Waktu : Rabu, 8 Februari 2017
Pukul : 11.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang 23 Psikiatri RSSA
4. Penugasan:
Pemateri :
- Yodha Pranata

Moderator:

- Siti Nur Afifah

Observer:

- Farikhah Mahdalena
- Isthafa Alanisa
5. Peserta : Keluarga/ wali pasien yang dirawat di ruang 15 RSSA.
6. Tahap-Tahap Kegiatan

Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Edukator Metode Media
Peserta
Pembukaan 3 - Memberi salam Menjawab Ceramah -
menit - Menjelaskan tujuan salam,
edukasi Mendengarkan
- Menyebutkan dan
kontrak waktu memperhatikan
- Menyebutkan
materi/pokok
bahasan yang
akan disampaikan
5 Membagikan lembar Menjawab - Lembar
menit pretest dan pertanyaan pretest
mengambil lembar pada lembar
pretest apabila waktu pretest yang
telah habis diberikan
Pelaksanaan 30 - Menggali Mengungkapkan Tanya jawab, Power
pengetahuan apa yang ceramah point
peserta tentang diketahui presentati
materi yang akan mengenai pre on, leaflet
disampaikan eklampsia
(brainstorming) ringan dan pre
- Menjelaskan eklampsia berat.
materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan memperhatikan
dan teratur.
- Materi:
1. Pengertian sehat
jiwa.
2. Ciri-ciri sehat
jiwa.
3. Pengertian
gangguan jiwa.
4. Tanda dan gejala
gangguan jiwa.
5. Menjelaskan
peran keluarga
dalam merawat
klien dengan
gangguan jiwa
Tanya Jawab 10 - Memberikan Mengajukan Tanya jawab Power
menit tawaran bagi klien pertanyaan point
untuk bertanya presentati
- Memberikan timbal on, leaflet
balik terhadap
pertanyaan yang
diberikan
Evaluasi 5 Membagikan lembar Menjawab - Lembar
menit postest dan pertanyaan postest
mengambil lembar pada lembar
postest apabila postest yang
waktu telah habis diberikan
Penutup 2 - Memberikan Memperhatikan Ceramah -
menit kesimpulan dan menjawab
tentang salam
penyuluhan yang
disampaikan
- Mengucapkan
terima kasih
- Mengucapkan
salam

3.2 Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
- Adanya koordinasi dengan CI klinik ruang 23 Psikiatri RSSA
untuk menentukan tempat dan waktu edukasi.
- Pengorganisasian kegiatan edukasi dilakukan sebelum kegiatan.
- Media dan bahan-bahan untuk edukasi telah siap sebelum
edukasi dilakukan.
2. Evaluasi Proses
- Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampe akhir dengan
kooperatif.
- Peserta antusias dan aktif selama kegiatan edukasi dilakukan.
- Peserta memberikan respon atau umpan balik berupa
pertanyaan.
3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan


dengan materi yang disampaikan oleh pemateri.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Keliat, Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat, Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1998
Maramis, W. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press
http://ibnu.blogspot.com/2008/15/psikologi dan kesehatan mental.
LAMPIRAN I
Soal Pre Test

Lingkarilah jawaban yang menurut anda benar !

1. Menurut Anda, gangguan jiwa adalah ....


a. Yang disebabkan oleh guna-guna, tempat keramat, roh jahat.
b. kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi dengan
baik
c. Gangguan jiwa merupakan penyakit yang bukan urusan medis.

2. Apa saja tanda-tanda dari pasien gangguan jiwa?


a. Gelisah, Bicara & tertawa sendiri.
b. Istirahat/tidur cukup
c. Tidak bermusuhan dan curiga

3. Yang bukan merupakan tanda dan gejala gangguan jiwa?


a. Menghindar dari orang lain
b. Tidur nyenyak dan nyaman
c. Mudah panik, tiba-tiba marah tanpa sebab

4. Bagaimana peran keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa?


a. Mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan
b. Membiarkan penderita menyendiri
c. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat

5. Apa saja manfaat terapi keluarga untuk penderita gangguan jiwa?


a. Mempercepat proses penyembuhan penderita
b. Memperlambat penyembuhan penderita
c. Tidak memperbaiki hubungan interpersonal
LAMPIRAN II
Soal Post Test

Lingkarilah jawaban yang menurut anda benar !

1. Menurut Anda, gangguan jiwa adalah ....


a. Gangguan jiwa itu disebabkan oleh guna-guna, tempat keramat, roh jahat.
b. Kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi dengan
baik
c. Gangguan jiwa merupakan penyakit yang bukan urusan medis.

2. Apa saja tanda-tanda dari pasien gangguan jiwa?


a. Gelisah, Bicara & tertawa sendiri.
b. Istirahat/tidur cukup
c. Tidak bermusuhan dan curiga

3. Secara sosial, pasien gangguan jiwa sering kali.....


a. Menghindar dari orang lain
b. Tidur kurang atau terganggu
c. Mudah panik, tiba-tiba marah tanpa sebab

4. Apa peran keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa?


a. Mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan
b. Membiarkan penderita menyendiri
c. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat

5. Apa saja manfaat terapi keluarga untuk penderita gangguan jiwa?


a. Mempercepat proses penyembuhan penderita
b. Memperlambat penyembuhan penderita
c. Tidak memperbaiki hubungan interpersonal

Anda mungkin juga menyukai