Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MENGENAL

TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA

Pokok Bahasan : Tanda bahaya pada masa nifas


Sub Pokok bahasan : 1. Pengertian masa nifas dan tanda bahaya nifas
2. Tujuan masa nifas atau post partum
3. Fase yang terjadi pada masa nifas atau post partum
4. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
5. Perawatan yang perlu dilakukan ibu selama nifas
6. Hal yang perlu dihindari ibu selama nifas
7. Perawatan payudara ibu post partum
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari/tanggal : Kamis, 19 Januari 2017
Waktu : 10.00 - Selesai
Tempat : Ruang Nuri RS. Bhayangkara Makassar

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang tanda bahaya pada masa nifas
diharapkan sasaran yakni ibu yang baru menjalani proses persalinan (Ibu
Post Partum) dan keluarga mengerti dan memahami hal-hal mengenai tanda
bahaya masa nifas dan penaganannya.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dan keluarga pasien mampu:
1) Menyebutkan pengertian masa nifas dan tanda bahayanya
2) Menyebutkan tujuan masa nifas atau post partum
3) Menyebutkan fase yang terjadi pada masa nifas atau post partum
4) Menyebutkan tanda-tanda bahaya pada masa nifas
5) Menyebutkan perawatan yang perlu dilakukan ibu selama nifas
6) Menyebutkan hal yang perlu dihindari ibu selama nifas
7) Mempraktekkan cara perawatan payudara
2. Materi (Terlampir)
a. Pengertian masa nifas dan tanda bahaya nifas
b. Tujuan masa nifas atau post partum
c. Fase yang terjadi pada masa nifas atau post partum
d. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
e. Perawatan yang perlu dilakukan ibu selama nifas
f. Hal yang perlu dihindari ibu selama nifas
g. Perawatan payudara ibu post partum

3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi (Tanya Jawab)

4. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No. Waktu
Pembicara Respon Peserta
1. 3 menit Pembukaan
1. Memberi salam - Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri - Menjawab
3. Menjelaskan tujuan dan topik pertanyaan
kegiatan - Mendengarkan dan
4. Membuat kontrak waktu Memperhatikan
2. 10 menit Penyajian Materi
1. Mengkaji pengetahuan awal - Menjawab
peserta tentang topik yang akan - Mendengarkan dan
disampaikan memperhatikan
2. Memberikan reinforcement dan
meluruskan konsep
3. Menyampaikan materi tentang:
a. Pengertian masa nifas dan
tanda bahaya nifas
b. Tujuan masa nifas atau
post partum
c. Fase yang terjadi pada
masa nifas atau post
partum
d. Tanda-tanda bahaya pada
masa nifas
e. Hal yang perlu dihindari
ibu selama nifas
f. Perawatan yang perlu
dilakukan ibu selama nifas
g. Perawatan payudara ibu
post partum
3. 5 menit Evaluasi
1) Memberikan kesempatan pada - Bertanya
peserta untuk bertanya - Menjawab
2) Menanyakan kembali pada
peserta tentang materi yang
disampaikan
4. 5 menit Penutup
1) Menyimpulkan materi - Mendengarkan
2) Memberi salam - Menjawab salam

5. Evaluasi
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan masa nifas dan tanda bahanyanya
b. Menyebutkan tujuan masa nifas atau post partum
c. Menyebutkan fase yang terjadi pada masa nifas atau post partum
d. Menyebutkan tanda-tanda bahaya masa nifas
e. Menyebutkan perawatan yang perlu dilakukan ibu selama nifas
f. Menyebutkan hal yang perlu dihindari ibu selama nifas
g. Mempraktekkan cara merawat payudara setelah melahirkan
MATERI PENYULUHAN
TANDA BAHAYA MASA NIFAS

1. Pengertian
Menurut Wulandari (2011) dalam Astuti (2013) masa nifas adalah
masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira berlangsung 6 minggu.
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu
pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang berlangsung selama
kira-kira 6-12 minggu setelah kelahiran anak (Prawirohardjo, 2002 dalam
Sumiati, 2015).
Tanda bahaya nifas adalah tanda-tanda bahaya yang terjadi pada
masa nifas yang perlu diketahui oleh ibu post partum terutama yang dapat
mengancam keselamatan ibu (Mochtar, 2002 Lusiati dkk, 2013).
Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal
yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi
selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

2. Tujuan masa nifas atau post partum


Adapun tujuan masa nifas atau post partum, yakni:
a) Membantu dan mensuport kesembuhan ibu kekeadaan seperti sebelum
hamil
b) Mengkaji dan mengidentifikasi penyimpangan dari kondisi normal
c) Mendidik ibu tentang perawatan bayinya (infant care) dan dirinya
(selfcare)

3. Fase yang terjadi pada Ibu Post partum


Masa post partum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium
berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere yang berarti
kembali ke semula yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Puspita, 2013). Adapun tahapan-
tahapan masa postpartum adalah:
a. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira 6 sampai 8 minggu.
c. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi (Suherni, 2009).
Pada masa post partum ini pula, seorang ibu akan mengalami
adaptasi dari perubahan fisiologis dan psikologis.
a) Adaptasi Fisiologis Masa Post Partum
Beberapa perubahan sistem organ yang terjadi pada ibu post
partum diantaranya pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskuler, sistem
gastrointestinal, tanda-tanda vital, sistem endokrin, dan sistem
perkemihan. Selain perubahan pada beberapa sistem organ, ibu post
partum akan mengalami nyeri pasca partum yang diakibatkan dari
kontraksi uterus.
b) Adaptasi Psikologis Masa Post Partum
Masa adaptasi psikologis post partum merupakan masa dimana
terjadi perubahan peran menjadi orang tua yang dialami oleh ibu. Masa
ini dikatakan berhasil dilewati oleh ibu jika ibu mampu dalam menerima
dan merawat bayinya sesuai waktu yang telah ditetapkan. Menurut Rubin
(1977) ada tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut
Rubin Maternal Phases yaitu :
1) Fase taking in, merupakan fase ketergantungan yang berlangsung
pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase
ini, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri dan cenderung
lebih banyak menceritakan pengalaman yang dirasakan ketika
melewati proses persalinan. Hal ini menyebabkan ibu cenderung
menjadi pasif dan sangat tergantung pada lingkungannya. Dukungan
suami dan keluarga untuk menjadi pendengar aktif serta
menyediakan waktu yang cukup bagi ibu sangat diperlukan oleh ibu
pada fase ini. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu
pada fase ini adalah sebagai berikut:
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya, seperti : jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan
sebagainya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misalnya rasa mulas akibat dari kontraksi rahim,
payudara bengkak, nyeri pada luka jahitan, dan sebagainya.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan
merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya
tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama.
2) Fase taking hold, merupakan fase yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi sehingga ibu cenderung sensitif, mudah tersinggung, dan cepat
marah. Dukungan yang diberikan suami dan keluarga dapat
membantu ibu menjadi lebih tenang sehingga ketika petugas
kesehatan memberikan penyuluhan mengenai cara perawatan bayi
dapat diterima dengan baik oleh ibu.
3) Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya secara
mandiri, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pada fase ini,
ibu masih memerlukan dukungan dari suami dan keluarga dalam hal
perawatan bayi dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga agar ibu
merasa tidak terbebani dan dapat berisitirahat dengan baik.
4. Tanda-tanda bahaya masa nifas
a. Perdarahan lewat jalan lahir
Setelah melahirkan, normalnya ibu akan mengalami pengeluaran
darah dari jalan lahir. Pada awalnya cairan tersebut berwarna merah (darah)
dan lama kelamaan akan berwarna putih (seperti keputihan). Hal tersebut
terjadi karena rahim ibu sedang mengalami pengecilan ke keadaan semula,
saat seperti rahim ibu sebelum hamil. Tetapi ibu perlu waspada jika pada
beberapa hari pertama ibu mengeluarkan darah dalam jumlah yang banyak.
Pengeluaran darah yang banyak ini biasa kita sebut dengan perdarahan.
Beberapa tanda perdarahan pada saat ibu berada dalam masa nifas:
peningkatan perdarahan melalui jalan lahir yang tidak hilang setelah
beristirahat atau menyusui; penggantian pembalut lebih dari satu pembalut
per jam; nyeri tekan pada perut bagian bawah dan teraba lembek; tidak
terjadi penyusutan ukuran rahim (Ipoel, 2015).
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
Selama nifas, ibu akan mengeluarkan cairan yang berasal dari
rahim. Cairan ini disebut lokia. Pada hari pertama dan kedua, ibu akan
mengeluarkan lokia rubra atau lokia kruenta, berupa darah segar
bercampur sisa selaput ketuban dan lain-lain. Hari berikutnya keluar lokia
sanguinolenta, berupa darah bercampur lendir. Setelah satu pekan, keluar
lokia serosa yang berwarna kuning dan tidak mengandung darah. Setelah
dua pekan, keluar lokia alba yang hanya berupa cairan putih. Biasanya
lokia berbau agak amis. Bila berbau busuk, mungkin terjadi lokiostasis
(lokia tidak lancar keluar) dan infeksi (Almanhaj, 2010).
c. Demam (suhu tubuh > 38 oC)
Suhu tubuh ibu mungkin akan mengalami peningkatan pada hari
pertama setelah melahirkan. Ini merupakan hal yang wajar dan mungkin
disebabkan oleh dehidrasi selama proses persalinan (Ipoel, 2015). Namun,
apabila terjadi peningkatan suhu melebihi 38oC beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002
dalam Lusiati dkk, 2013).
d. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat
menyebabkan payudara menjadi merah panas terasa sakit dan akhirnya
terjadi mastitis. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak. BH/bra yang terlalu ketat mengakibatkan
engorgement segmental. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan
anemia mudah mengalami infeksi.
Gejala gangguan ini meliputi:
4) Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara atau lokal
5) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
6) Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
7) Panas badan dan rasa sakit umum
Gangguan ini dapat diatasi dengan:
1) Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara
yang sakit selama dan sesering mungkin. Hal ini dilakukan agar
payudara kosong. Selanjutnya, susukan bayi pada payudara yang
normal.
2) Beri kompres hangat. Hal ini dilakukan dengan menggunakan shower
hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
3) Ubah posisi menyusi dari waktu ke waktu yaitu dengan posisi
berbaring, duduk, atau posisi memegang bola.
4) Pakai BH longgar
5) Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
6) Banyak minum (2 liter per hari)
Dengan penatalaksanaan tersebut, biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam dan jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi
bila dengan cara-cara tersebut tidak ada perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu
diberi antibiotik selama 5-10 hari dan analgesik (Bahiyatun, 2009)
e. Pembengkakan wajah, tangan dan kaki
Bila mengalami gejala ini periksa adanya varises, periksa
kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki
atau kaki mengalami edema (terdapat cairan berlebih) (Bahiyatun, 2009).
Gejala tersebut berhubungan dengan terjadinya pre-eklampsi postpartum
yaitu tekanan darah tinggi yang disertai adanya protein dalam urin pada
saat nifas (Ipoel, 2015).
f. Depresi masa nifas (Depresi Postpartum)
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan
dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini
berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1
tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi
terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab
yang kompleks lainnya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan menunjukan faktor-faktor
penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu karena harus melahirkan,
kurangnya perhatian orang orang terdekat terutama suami dan perubahan
struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
Tanda adanya depresi pasca persalinan antara lain perasaan sedih,
kecewa, sering menangis, gelisah, cemas, kehilangan ketertarikan terhadap
hal menyenangkan, nafsu makan berkurang, kehilangan energi dan
kehilangan motivasi, dan tidak bisa tidur. Depresi ini merupakan salah satu
bahaya masa nifas yang sering tak disadari, padahal kondisi ini harus
diwaspadai karena dapat mempegaruhi ibu sehingga ibu mungkin akan
mengabaikan si bayi (Mediskus, 2016).
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita
terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan: pelajari diri sendiri,
tidur dan makan yang cukup, olahraga, hindari perubahan hidup sebelum
atau sesudah melahirkan, beritahukan perasan anda, dukungan keluarga
dan orang lain, persiapkan diri dengan baik, lakukan pekerjaan rumah
tangga dan dukungan emosional.
5. Perawatan yang perlu dilakukan ibu selama nifas
Terkadang seorang wanita sangat memperhatikan kondisi dirinya dan
janinnya ketika masih mengandung, namun hanya sedikit yang mengerti
bahwa perawatan ibu setelah melahirkan juga tidak kalah pentingnya. Berikut
ini beberapa cara yang bisa ditempuh untuk merawat ibu setelah melahirkan:
a. Setelah melahirkan, ibu harus cukup istirahat. Delapan jam setelah
melahirkan, ibu harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan. Setelah
itu, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah thrombosis
(pembekuan darah). Ibu nifas membutuhkan istirahat yang cukup karena
dalam masa atau proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan
untuk kebutuhan menyusui bayinya. Jika ibu kurang istirahat menyebabkan
berkurangnya jumlah produksi ASI, menghambat proses involusi,
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan menimbulkan
ketidakmampuan merawat bayi.
b. Ibu dan bayi ditempatkan pada tempat yang sama supaya terjalin kontak
fisik dan psikis (kejiwaan) yang erat. Hal ini juga akan memudahkan dalam
melakukan aktivitas menyusui dan mengurangi risiko terjadinya sindrom
baby blues.
c. Makanan yang dikonsumsi harus sehat, cukup kalori, protein, dan serat
(sayur, buah). Sangat tidak dianjurkan diet ketat ketika masih menyusui.
Penurunan berat badan sesudah melahirkan jangan lebih dari 0,5 kg setiap
pekan. Pada 6 bulan pertama masa menyusui saat bayi hanya mendapat
ASI, ibu perlu tambahan nutrisi 700 kalori/hari, 6 bulan selanjutnya 500
kalori, dan tahun kedua 400 kalori. Dalam menu sehari-hari ditambah
makanan yang merangsang produksi ASI seperti daun katuk dan daun
pepaya.
d. Karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak, ibu menyusui dianjurkan
minum air 8-12 gelas sehari.
e. Ibu menyusui tentunya mengeluarkan tenaga yang tidak sedikit, apalagi
terkadang ibu harus terbangun malam karena bayi menangis dan meminta
ASI. Oleh karena itulah ibu menyusui membutuhkan istirahat dan tidur
cukup supaya tenaganya pulih kembali.
f. Bila perlu ibu bisa melakukan senam nifas secara bertahap (bisa dimulai
sejak 24 jam setelah persalinan normal). Senam nifas mempunyai banyak
manfaat antara lain membantu melancarkan sirkulasi darah, membantu
mengembalikan kedudukan otot kandungan, menguatkan otot-otot perut,
otot-otot dasar panggul (tempat diantara kedua paha) dan pinggang,
membentuk sikap tubuh, serta membantu memperlancar produksi ASI.
Senam nifas sangat bervariasi, berikut ini salah satu contoh gerakan-
gerakan pada senam nifas yang bisa dipraktekkan oleh ibu setelah
melahirkan:
- Ibu telentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diletakkan di atas
dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
- Dengan posisi yang sama, angkat pantat lalu taruh kembali.
- Kedua kaki diluruskan dan disilangkan lalu kencangkan otot seperti
menahan buang air kecil dan buang air besar.
- Duduklah di kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit.
g. Ibu hendaknya memeriksakan diri enam pekan setelah melahirkan atau
kapan saja ketika dirasakan ada keluhan yang mengganggu. Pemeriksaan
dilakukan untuk melihat keadaan umum ibu secara menyeluruh dan
menindaklanjuti jika ada keluhan-keluhan setelah melahirkan. Jika ibu
mengalami masalah ketika menyusui, hendaknya berkonsultasi pada tenaga
terlatih di pusat pelayanan kesehatan (misal di klinik laktasi). Suami,
keluarga, dan orang-orang terdekat harus selalu memberi dukungan moral
supaya ibu bisa melalui masa-masa menyusui dengan baik (Shofiyyah,
2010).

6. Hal yang perlu dihindari ibu selama nifas


a. Membuang ASI yang pertama keluar (kolostrum)
Seringkali ada petunjuk dari orang tua agar anaknya tak langsung
memberikan ASI pertama pada bayi. Pencet dulu sampai cairan kuning
hilang karena mengandung penyakit. Bila ASI sudah berwarna putih atau
bening baru berikan pada bayi. Faktanya, ASI pertama berupa cairan
berwarna kuning atau disebut kolostrum merupakan cairan terbaik yang
harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Kolostrum
juga mengandung protein, vitamin A dan mengandung karbohidrat rendah
lemak yang cocok untuk hari-hari pertama kelahiran bayi (Guslina, 2015).
Selain itu, zat antibodi pada kolostrum dapat mencegah bayi dari
kemungkinan timbulnya alergi, mempunyai efek pencahar yang berfungsi
membersihkan usus bayi dari meconium (tinja pertama bayi yang berwarna
kehitaman). Hal ini membersihkan bilirubin dari usus dan membantu
mencegah bayi kuning/ikterus (Rahajeng, 2015).
b. Membersihkan payudara dengan alkohol atau sabun
Jangan membersihkan puting dan payudara dengan sabun atau
alkohol karena akan membuat puting dan payudara menjadi kering dan
mudah luka. Rawatlah puting setiap hari dengan air hangat saja dan jika
mau oleskan krim khusus payudara (atau ada juga yang menggunakan
minyak zaitun atau minyak kelapa), jangan menggunakan vaseline atau
bahan lain yang mengandung zat berbahaya (Judarwanto, 2015).
c. Mengikat perut terlalu kencang
Di Indonesia dan beberapa negara lain seperti Amerika Latin,
dikenal penggunaan stagen atau gurita karena bentuknya menyerupai
gurita dengan banyak tali dan digunakan sebagai stagen yang
membungkus bagian perut Ibu setelah melahirkan, agar otot perut dan
kulit yang longgar dapat cepat kembali ke bentuk tubuh seperti sebelum
hamil. Saat ini, stagen tanpa banyak tali dan dikaitkan dengan perekat atau
pengait yang lebih praktis telah banyak tersedia, sehingga Ibu tidak perlu
mengikat satu persatu tali stagen. Tekanan dan kekencangannya pun dapat
Ibu atur sesuai ukuran. Jika Ibu menjalani operasi sesar, penggunaan stagen
atau gurita tidak diperlukan secara medis. Namun bila Ibu ingin
menggunakannya, sebaiknya tidak terlalu menekan bagian jahitan.
Kenyataannya tubuh Ibu akan kembali dengan perlahan setelah melahirkan
walau tidak menggunakan stagen atau gurita. Otot perut dan kulit akan
kembali normal. Namun sebagian Ibu akan merasa nyaman dan terlindungi
dengan menggunakan stagen atau gurita. Asalkan tidak melukai atau
digunakan terlalu kencang dan menghambat peredaran darah Ibu,
penggunaan stagen atau gurita ini sah-sah saja (Djuwita, 2013).
d. Menempelkan daun-daunan pada kemaluan
Daun-daunan belum tentu steril dan mungkin saja justru
mengganggu pemulihan jalan lahir pasca persalinan. Menempelkan daun-
daunan pada kemaluan meningkatkan potensi iritasi dan bahkan infeksi
pada kemaluan.

7. Perawatan payudara ibu post partum


Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara
sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut
engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena
dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai
banyak disekresi. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena
sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak
terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin
tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada
payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari
puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi
ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara
akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa
demam seperti influenza.
DAFTAR PUSTAKA

Almanhaj. 2010. Sekilas Mengenal Nifas. (https://almanhaj.or.id/2741-sekilas-


mengenal-nifas.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).
Astuti, Evi. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Nifas Di
BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.
(http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/9/01-gdl-eviastutib-
432-1-ktievi-i.pdf, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Auhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Dhiah, Yulia Puspitaning. 2013. Tingkat Pengetahuan tentang Tanda-tanda


Komplikasi Masa Nifas pada Ibu Post Partum. Penelitian. Ponorogo:
Universitas Muhammadiah Fakultas Ilmu Kesehatan.
(http://digilib.umpo.ac.id/files/disk1/10/jkptumpo-gdl-yuliapuspi-487-1-
abstrak,-a.pdf, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Djuwita, Efryani. 2013. Bermanfaatkah Penggunaan Stagen Setelah Melahirkan?.


(https://www.ibudanbalita.com/artikel/bermanfaatkah-penggunaan-
stagen-setelah-melahirkan, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Guslina, Ira. 2015. 10 Mitos Keliru tentang Pemberian ASI.


(http://duniabiza.com/2015/12/07/10-mitos-keliru-tentang-pemberian-
asi/, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Ipoel. 2015. Mama, Kenali 5 Tanda Bahaya di Masa Nifas ini. (


http://nakita.id/Bayi/Mama-Kenali-5-Tanda-Bahaya-Di-Masa-Nifas-Ini,
diakses pada tanggal 16 Januari 2017).
Judarwanto, Widodo. 2015. Cara Mempersiapkan Payudara Sebelum Menyusui.
(https://asilaktasi.com/2015/04/09/cara-mempersiapkan-payudara-
sebelum-menyusui/, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).
Lusiati, Ika Choiriyah dkk. 2013. Satuan Acara Penyuluhan Tanda-Tanda Bahaya
pada Ibu Nifas Di Ruang 10 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Malang:
Universitas Brawijaya Fakultas Kedokteran Jurusan Keperawatan.
(http://dokumen.tips/documents/satuan-acara-penyuluhan-tanda-bahaya-
nifas-55cb7da87009a.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Shofiyyah, Avie Andriyani Ummu. 2010. Permasalahan Pasca Persalinan


Bagian 2 (Permasalahan Terkait Aktivitas Menyusui).
(https://muslimah.or.id/1192-permasalahan-pasca-persalinan-bagian-2-
permasalahan-terkait-aktivitas-menyusui.html, diakses pada tanggal 16
Januari 2017).

Shofiyyah, Avie Andriyani Ummu. 2010. Permasalahan Pasca Persalinan


Bagian 3 (Permasalahan Terkait Nifas). (https://muslimah.or.id/1197-
permasalahan-pasca-persalinan-bagian-3-permasalahan-terkait-
nifas.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Sumiati & Hetti Latifah. 2015. Studi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda
Bahaya Selama Masa Nifas (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan). Volume 7/ No. 2.
(http://journal.unisla.ac.id/pdf/19722015/4%20Jurnal%20SUMIYATI%2
027-31.pdf, diakses pada tanggal 16 Januari 2017).

Anda mungkin juga menyukai