AUTOMATIC FAN
MENGGUNAKAN SENSOR SUHU
LM35
Adam Surya Putra 00.54 24 Comments Telekomunikasi
Latar Belakang
Penghematan energi listrik merupakan hal yang sangat diperlukan.
Dampak dari kota metropolitan salah satunya adalah kebutuhan listrik yang kian
meningkat akibat banyaknya kaum urban untuk menuntut ilmu dan mencari
nafkah. Untuk itu perlu adanya solusi alternatif peralatan listrik yang dapat
menghemat energy.
Penggunaan peralatan listrik yang sering ditemui dalam keadaan boros
pemakaian adalah kipas angin. Kerap kali sekelompok manusia melakukan
aktivitas seperti belajar, rapat, dan mengadakan pertemuan di dalam ruangan
selalu menyalakan kipas angin guna memperoleh kenyamanan karena suhu yang
tinggi. Namun suhu di sekitar kita tidak selalu memiliki nilai yang konstan.
Terkadang suhu menjadi tinggi, terkadang suhu menjadi turun. Akibat dari itu,
tidak mungkin seorang manusia menyalakan dan mematikan kipas angin yang
sesuai dengan suhu saat itu.
Dari masalah diatas pada tugas akhir ini, dirancang sebuah simulator yang
dapat menyalakan motor dc sebagai kipas angin secara otomatis sekaligus
mengatur level kecepatan putaran dari kipas angin tersebut. Alat ini dibuat
menggunakan sensor LM35 sebagai pendeteksi suhu dimana nilai suhu yang
terbaca akan ditampilkan pada display LCD, dan nilai tersebut adalah nilai yang
terbaca dari sensor tersebut. Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data yang
telah dilakukan, didapatkan hasil dimana sistem bekerja secara baik dengan rata-
rata persentase error yang diperoleh adalah sebesar 1,74%.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller
simulasi program automatic fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. Bagaimana membuat rangkaian pengendali motor dengan sensor suhu LM35
dalam simulasi proteus?
2. Bagaimana membuat program arduino yang menjalankan rangkaian pengendali
motor dengan sensor suhu LM35 dalam simulasi proteus?
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller
simulasi program automatic fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. Rangkaian di buat dalam bentuk simulasi di ISIS proteus.
2. Bahasa pemrograman yang menjalankan rangkaian ini adalah Arduino.
Dasar Teori
Penggunaan motor DC dewasa ini sudah sangatlah umum, salah satu
kelebihan motor DC adalah relatif gampang didapat dan mudah diatur kecepatan
putarnya. Secara umum pengaturan kecepatan motor DC adalah dengan
menggunakan cara analog. Dalam hal ini, kecepatan motor DC akan diatur dengan
pembacaan sensor suhu LM35.
A. Sensor Suhu LM35
1. Pengertian
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi
untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.
Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen
elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35
memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
A hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah
yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C .
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak
bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1
berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan
sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai
dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
Gambar 2. Skematik Rangkaian Dasar Sensor
Gambar diatas kanan adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu
LM35-DZ. Rangkaian ini sangat sedeCrhana dan praktis. Vout adalah tegangan
keluaran sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per
1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad
Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian
pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter,
atau rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian
Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk
aplikasi yang tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi
tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya
lakukan, tegangan keluaran sensor belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang
relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan),
maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya benar, tapi
untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur
seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-
ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perubahan, maka alat ukur yang
demikian ini tidak dapat digunakan.
3. Karakteristik Sensor LM35.
Adapun karakterisrik dari sensor LM35:
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10
mVolt/C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C seperti
terlihat pada gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C
pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.
C. Driver Motor DC
Pada dasarnya beberapa aplikasi yang menggunakan motor DC harus
dapat mengatur kecepatan dan arah putar dari motor DC itu sendiri. Untuk dapat
melakukan pengaturan kecepatan motor DC dapat menggunakan metode PWM
(Pulse Width Modulation) sedangkan untuk mengatur arah putarannya dapat
menggunakan rangkaian H-bridge yang tersusun dari 4 buah transistor. Tetapi
dipasaran telah disediakan IC L293D sebagai driver motor DC yang dapat
mengatur arah putar dan disediakan pin untuk input yang berasal dari PWM untuk
mengatur kecepatan motor DC.
Jika diinginkan sebuah motor DC yang dapat diatur kecepatannya tanpa
dapat mengatur arah putarnya, maka kita dapat menggunakan sebuah transistor
sebagai driver. Untuk mengatur kecepatan putar motor DC digunakan PWM yang
dibangkitkan melalui fitur Timer pada mikrokontroler. Sebagian besar power
supply untuk motor DC adalah sebesar 12 V, sedangkan output PWM dari
mikrokontroler maksimal sebesar 5 V. Oleh karena itu digunakan transistor
sebagai penguat tegangan. Dibawah ini adalah gambar driver motor DC
menggunakan transistor.
Langkah Percobaan
1. Install Software ISIS Proteus Pro dan masukkan library arduino.
2. Install Software Arduino dan masukkan library LCD.
3. Buka ISIS Proteus dengan cara Startall programproteus 7 profesionalIsis 7
profesional
void loop() {
lcd.setCursor(0, 1);
tempC = analogRead(tempPin);
tempC = (5.0 * tempC * 100.0)/1024.0;
hasil=(int)tempC;
sprintf(a,"Suhu=%d",hasil);
lcd.print(a);
// Serial.println(tempC);
if(hasil>24 && hasil<31){
analogWrite(pwm,128);
analogWrite(Tr1,128);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
analogWrite(Tr4,252);
digitalWrite(13,LOW);
}
else if(hasil>30){
digitalWrite(Tr1,HIGH);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
digitalWrite(Tr4,HIGH);
digitalWrite(13,LOW);
}
else
{
digitalWrite(13,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(13,LOW);
delay(500);
digitalWrite(Tr1,LOW);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
digitalWrite(Tr4,LOW);
}
}
7. Compile program dan coppy alamat file yang formatnya hex
8. Buka lagi proteus yang sudah ada rangkaian sebelumnya dan paste alamat file
yang formatnya hex hasil compile program ke dalam component arduino yang ada
di proteus.
9. Run rangkaian yang ada di proteus, amati kecepatan motor ketika suhu dinaikkan
maupun diturunkan.
Hasil Percobaan
Adapun hasil percobaan ketika rangkaian di jalankan:
Tabel 1. Hasil Percobaan
No. Suhu (C) Kecepatan Motor Kondisi LED
1 20 Tidak Berputar Berkedip
2 22 Tidak Berputar Berkedip
3 24 Tidak Berputar Berkedip
4 26 Berputar lambat Padam
5 28 Berputar lambat Padam
6 30 Berputar lambat Padam
7 32 Berputar cepat Padam
8 34 Berputar cepat Padam
9 36 Berputar cepat Padam
10 40 Berputar cepat Padam
Nb. Sesuai dengan program arduino
rangkaian pengkondisi sinyal (rangkaian inverting)
Pengkondisi sinyal
Bermacam-macam rangkaian pengkondisi sinyal (rangkaian penguat
pembalik) transduser yang diperlukan untuk mantransformasi bermaca-macam
variabel dinamik dalam sistem kontrol proses ke listrik analog menghasilkan
bermacam-macam karakteristik sinyal resultan. Pengkondisi sinyal digunakan
untuk mengkonversinya ke bentuk yang susuai dengan interface dengan elemen-
elemen yang lain dalam loop kontrol proses. pada konversi analog, dimana output
dikondisikan pada sinyal analog.
Dimana mempunyai prinsip kerja daripada pengkondisi sinnyal adalah
sebuah transduser mengukur suatu variabel dinamik dengan mengkonversinya
kedalam sinyal elektrik. Untuk mengembangkan transduser seperti ini, banyak
dipengaruhi oleh kondisi alam sehingga hanya ada beberapa tipe yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Efek pengkondisi sinyal sering dinyatakan dengan fungsi alihnya
(transfer function). Dengan istilah ini kita menghubungkan efek yang ditimbulkan
dengan sinyal input. Jadi, sebuah amplifier sederhana mempunyai fungsi alih dari
beberapa konstanta yang, ketika dikalikan dengan tegangan input, memberikan
tegangan output.
Metode paling sederhana dari pengkondisi sinyal adalah pengubahan level
sinyal. Contoh yang paling umum adalah untuk penguatkan atau pelemahkan level
tegangan. Secara umum, aplikasi kontrol proses dihasilkan dalam variasi sinyal
frekuensi rendah secara lambat dimana amplifier respon d-c atau frekuensi rendah
bisa dipakai. Suatu faktor penting dalam pemilihan sebuah amplifier adalah
impedansi input yang amplifier tawarkan kepada transduser (atau elemen-elemen
lain yang menjadi input).
Op-Amp
Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan
non-inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik
dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan
pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-
Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.
Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-
mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali
disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional (Op-Amp)
merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier
multiguna dalam bentuk IC dan memiliki simbol sebagai berikut :
Sensor Tekanan
Sensor Tekanan diciptakan untuk mengukur tekanan suatu zat yang
memiliki tekanan sangat kecil sehingga sulit untuk diukur apabila menggunakan
alat pengukur biasa. Dalam pelajaran Science, kita mengenal adanya alat
pengukur untuk suatu benda. Seperti contoh thermometer sebagai alat untuk
mengukur suhu, anemometer untuk mengukur kecepatan angin dan speedometer
untuk mengukur kecepatan suatu benda. Tekanan yang dilambangkan dalam huruf
(p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya, yang dilamabangkan dengan (F)
persatuan luas, yang dilambangkan dengan (A). Satuan tekanan sering digunakan
untuk mengukur kekuatan atau tekanan dari unsur zat yaitu berupa cairan dan gas.
Fungsi dari sensor tekanan sebenarnya adalah untuk mengubah tekanan menjadi
induktasi.
Diatas adalah gambar bagan dari pengkondisi sinyal yang saya buat
dimana input saya terdiri dari sensor tekanan MPX100 kemudian dari input ke
sistem pengkondisi sinyal yang terdiri dari du buah Op-amp inverting dan
outputan berupa buzzer atau alaram.
Gambar Simulasi
Gambar 2.2 simulasi rangkaian
Gambar diatas adalah simulasi yang kami lakukan pada multism dengan
menggunakan dua op-amp inverting agar outputannya bernilai positif dan kami
menggunakan ic LM324 dan R1 menggunakan resistor 470 ohm sedangkan R2
menggunakan 2K8 ohm sesaui dengan perhitunga dan R3,R4 dibuat sama karena
op-amp ke dua hanya untuk membalikkan phase. Berikut perhitungan untuk R1
dan R2 yang telah kami hitung :
Misal saya ingin tekanan sensor 50kp maka output tegangan dari sensor
adalah 2V dan ingin ouputan dari rangkaian sebesar 12V
Maka :
0 50kp
0 2V
Maka :
12 = m.2 + Voffset
0 = m.0 + Voffset +
12 = m.2 + 0
m = 12/2 = 6
Kita tentukan R1 misal 470
Maka :
R2 = 470 x 6
= 2820 atau dibulatkan menjadi 2k7 karena Resistor dipasaran tidak
ada 2820
Jadi R1 = 470 ohm
R2 = 2K7 ohm
R3,R4 = 470 ohm (bebas asalkan sama nilainya)
R5 = 1K
BAB III
LANGKAH PEMBUATAN
LANGKAH KERJA :
A. Tahap merancang
1. Rancanglah Op-amp sebagai sistem pengkondisi sinyal inverting.
2. Carilah nilai dari pada R2 sesuai input yang diinginkan dan output yang
diinginkan.
3. Simulasikan dengan multism untuk memastikan perhitungan kita benar.
B. Tahap Merakit
1. Buatlah layout dari langkaian dahulu dengan deeptrace atau software lainnya.
C. Tahap Pengetesan
1. Siapkan Alat ukur dan power supply
2. Hubungkan vcc denga power supply +12v
3. Hubungkan Vee dengan -12 volt dan GND dengan GND
4. Hubungkan Vin dengan tegangan 2V
5. Ukur dengan Avo pada output rangakain jika keluar 12 atau sesuai dengan
perhitungan berarti rangkaian sudah benar.
Peryaratan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor
berikut ini :
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara
kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu.
Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan
panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara
tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa
sebuah grafik. Gambar dibawah memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor
panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar (a). memperlihatkan tanggapan
linier, sedangkan pada gambar (b). adalah tanggapan non-linier.
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz
(Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per detik].
Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat,
termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan setia. Tetapi apabila
perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar (b) dibawah maka tidak
diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia
bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.