Anda di halaman 1dari 25

SIMULASI PROGRAM

AUTOMATIC FAN
MENGGUNAKAN SENSOR SUHU
LM35
Adam Surya Putra 00.54 24 Comments Telekomunikasi

PROJECT AKHIR SEMESTER 5 MIKROCONTROLLER


SIMULASI PROGRAM AUTOMATIC FAN MENGGUNAKAN SENSOR
SUHU LM35
Tujuan
Pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller simulasi program automatic
fan menggunakan sensor suhu LM35 bertujuan untuk:
1. Melengkapi tugas project akhir semester 5 mata kuliah Mikrocontroller.
2. Mahasiswa dapat memahami aplikasi microcontroller arduino.
3. Mahasiswa dapat memahami pembacaan sensor suhu LM35 melalui LCD.
4. Mahasiswa dapat memahami pangaturan PWM melalui sensor suhu LM35.

Latar Belakang
Penghematan energi listrik merupakan hal yang sangat diperlukan.
Dampak dari kota metropolitan salah satunya adalah kebutuhan listrik yang kian
meningkat akibat banyaknya kaum urban untuk menuntut ilmu dan mencari
nafkah. Untuk itu perlu adanya solusi alternatif peralatan listrik yang dapat
menghemat energy.
Penggunaan peralatan listrik yang sering ditemui dalam keadaan boros
pemakaian adalah kipas angin. Kerap kali sekelompok manusia melakukan
aktivitas seperti belajar, rapat, dan mengadakan pertemuan di dalam ruangan
selalu menyalakan kipas angin guna memperoleh kenyamanan karena suhu yang
tinggi. Namun suhu di sekitar kita tidak selalu memiliki nilai yang konstan.
Terkadang suhu menjadi tinggi, terkadang suhu menjadi turun. Akibat dari itu,
tidak mungkin seorang manusia menyalakan dan mematikan kipas angin yang
sesuai dengan suhu saat itu.
Dari masalah diatas pada tugas akhir ini, dirancang sebuah simulator yang
dapat menyalakan motor dc sebagai kipas angin secara otomatis sekaligus
mengatur level kecepatan putaran dari kipas angin tersebut. Alat ini dibuat
menggunakan sensor LM35 sebagai pendeteksi suhu dimana nilai suhu yang
terbaca akan ditampilkan pada display LCD, dan nilai tersebut adalah nilai yang
terbaca dari sensor tersebut. Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data yang
telah dilakukan, didapatkan hasil dimana sistem bekerja secara baik dengan rata-
rata persentase error yang diperoleh adalah sebesar 1,74%.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller
simulasi program automatic fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. Bagaimana membuat rangkaian pengendali motor dengan sensor suhu LM35
dalam simulasi proteus?
2. Bagaimana membuat program arduino yang menjalankan rangkaian pengendali
motor dengan sensor suhu LM35 dalam simulasi proteus?

Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir semester 5 mikrocontroller
simulasi program automatic fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. Rangkaian di buat dalam bentuk simulasi di ISIS proteus.
2. Bahasa pemrograman yang menjalankan rangkaian ini adalah Arduino.

Dasar Teori
Penggunaan motor DC dewasa ini sudah sangatlah umum, salah satu
kelebihan motor DC adalah relatif gampang didapat dan mudah diatur kecepatan
putarnya. Secara umum pengaturan kecepatan motor DC adalah dengan
menggunakan cara analog. Dalam hal ini, kecepatan motor DC akan diatur dengan
pembacaan sensor suhu LM35.
A. Sensor Suhu LM35
1. Pengertian
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi
untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.
Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen
elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35
memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
A hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah
yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C .

2. Struktur Sensor LM35

Gambar 1. Sensor Suhu LM35

Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak
bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1
berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan
sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai
dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
Gambar 2. Skematik Rangkaian Dasar Sensor

Gambar diatas kanan adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu
LM35-DZ. Rangkaian ini sangat sedeCrhana dan praktis. Vout adalah tegangan
keluaran sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per
1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad
Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian
pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter,
atau rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian
Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk
aplikasi yang tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi
tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya
lakukan, tegangan keluaran sensor belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang
relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan),
maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya benar, tapi
untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur
seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-
ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perubahan, maka alat ukur yang
demikian ini tidak dapat digunakan.
3. Karakteristik Sensor LM35.
Adapun karakterisrik dari sensor LM35:
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10
mVolt/C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C seperti
terlihat pada gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C
pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.

Gambar 3. Grafik akurasi LM35 terhadap suhu

Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran


tegangan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan
100C setara dengan 1 volt. Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self heating)
kurang dari 0,1C, dapat dioperasikan dengan menggunakan power supply
tunggal dan dapat dihubungkan antar muka (interface) rangkaian control yang
sangat mudah.
IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk
Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap
perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke
besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /C yang berarti bahwa
kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.

Gambar 4. Rangkaian Sensor LM35


IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada
temperature ruang. Jangka sensor mulai dari 55C sampai dengan 150C, IC
LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indicator
tampilan catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 A dari supplay
sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di dalam
suhu ruangan.
Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM35 yang dapat
dikalibrasikan langsung dalam C (celcius), LM35 ini difungsikan sebagai basic
temperature sensor.
Adapun keistimewaan dari IC LM 35 adalah :
Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.
Lineritas +10 mV/ C.
Akurasi 0,5 C pada suhu ruang.
Range +2 C 150 C.
Dioperasikan pada catu daya 4 V 30 V.
Arus yang mengalir kurang dari 60 A
3. Prinsip Kerja Sensor LM35
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan
suhu setiap suhu 1 C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada
penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen
pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 C
karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan
selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35
sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau
jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan
dan suhu udara disekitarnya .
Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh
interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan
sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan
didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada
kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin
untuk ditanahkan.
Maka dapat disimpulkan prinsip kerja sensor LM35 sebagai berikut:
Suhu lingkungan di deteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap suhu
Suhu lingkungan ini diubah menjadi tegangan listrik oleh rangkaian di dalam IC,
dimana perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan output.
Pada seri LM35
Vout=10 mV/oC

Tiap perubahan 1oC akan menghasilkan perubahan tegangan output sebesar


10mV
4. Kelebihan dan Kelemahan Sensors LM35
Kelebihan:
a. Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai +150 oC
b. Low self-heating, sebesar 0.08 oC
c. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V
d. Rangkaian tidak rumit
e. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal
Kekurangan:
a. Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi

5. Pembacaan sensor suhu dalam program arduino:


Tegangan yang masuk dikonversi terlebih dahulu menjadi data digital.
Arduino yang digunakan adalah Arduino UNO. Pin analog Arduino dapat
menerima nilai hingga 10 bit sehingga dapat mengkonversi data analog menjadi
1024 keadaan (210= 1024). Artinya nilai 0 merepresentasikan tegangan 0 volt dan
nilai 1023 merepresentasikan tegangan 5 volt. Data yang sebelumnya analog
dikonversi menjadi data digital. Proses konversi dari nilai analog menjadi digital
ini disebut proses ADC (Analog to Digital Conversion). Bagaimana jika tegangan
5 volt dikonversi menjadi data digital 10 bit?

Artinya setiap 1 angka desimal mewakili tegangan sebesar 0,004887585


volt. Kemudian untuk besar tegangan yang diwakili angka 512 dapat dihitung
dengan cara

C. Driver Motor DC
Pada dasarnya beberapa aplikasi yang menggunakan motor DC harus
dapat mengatur kecepatan dan arah putar dari motor DC itu sendiri. Untuk dapat
melakukan pengaturan kecepatan motor DC dapat menggunakan metode PWM
(Pulse Width Modulation) sedangkan untuk mengatur arah putarannya dapat
menggunakan rangkaian H-bridge yang tersusun dari 4 buah transistor. Tetapi
dipasaran telah disediakan IC L293D sebagai driver motor DC yang dapat
mengatur arah putar dan disediakan pin untuk input yang berasal dari PWM untuk
mengatur kecepatan motor DC.
Jika diinginkan sebuah motor DC yang dapat diatur kecepatannya tanpa
dapat mengatur arah putarnya, maka kita dapat menggunakan sebuah transistor
sebagai driver. Untuk mengatur kecepatan putar motor DC digunakan PWM yang
dibangkitkan melalui fitur Timer pada mikrokontroler. Sebagian besar power
supply untuk motor DC adalah sebesar 12 V, sedangkan output PWM dari
mikrokontroler maksimal sebesar 5 V. Oleh karena itu digunakan transistor
sebagai penguat tegangan. Dibawah ini adalah gambar driver motor DC
menggunakan transistor.

Gambar 5. Driver Motor DC menggunakan Transistor


Sedangkan jika diinginkan sebuah motor DC yang dapat diatur kecepatan
atau arah putarnya maka digunakanlah rangkaian H-brigde yang tersusun dari 4
buah transistor.
Gambar 6. Rangkaian H-Bridge
Dari gambar diatas jika diinginkan motor DC berputar searah jarum jam
maka harus mengaktifkan transistor1 dan transistor4 dengan cara memberikan
logika high pada kaki Basis transistor tersebut. Sedangkan untuk berputar
berlawanan arah jarum jam maka harus mengaktifkan transistor2 dan transistor 3
dengan cara memberikan logika high pada kaki Basis transistor tersebut. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 7. Rangkaian penentuan arah putar


Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa dengan mengaktifkan transistor1
dan transistor4 akan menyebabkan motor DC berputar searah jarum jam. Dimana
arus listrik akan mengalir dari power supply (12 V) melalui transistor1, lalu ke
motor DC, lalu ke transistor4 dan akan berakhir di ground. Begitu juga sebaliknya
untuk putaran berlawanan arah jarum jam.
Sedangkan untuk pengaturan kecepatannya anda dapat menghubungkan
output PWM ke kaki basis transistor1 untuk putaran searah jarum jam. Dan untuk
putaran berlawanan arah jarum jam, output PWM dapat dihubungkan kekaki basis
transistor2.

Software yang diperlukan


Adapun software yang dibutuhkan untuk membuat simulasi program automatic
fan menggunakan sensor suhu LM35 adalah:
1. ISIS Proteus 7 Profesional beserta library arduino
2. Arduino beserta library LCD

Langkah Percobaan
1. Install Software ISIS Proteus Pro dan masukkan library arduino.
2. Install Software Arduino dan masukkan library LCD.
3. Buka ISIS Proteus dengan cara Startall programproteus 7 profesionalIsis 7
profesional

Gambar 8. Membuka ISIS Proteus

4. Setelah itu rangkai lah seperti gambar dibawah ini


Gambar 9. Rangkaian di proteus
5. Kemudian buka software arduino untuk menuliskan program nya.

Gambar 10. Tampilan Arduino


6. Tulis program yang ada di bawah ini
#include "LiquidCrystal.h";
LiquidCrystal lcd(2, 3, 4, 5, 6, 7);
float tempC;
int tempPin =A0, hasil;
char a[16];
int pwm=10;
int Tr1=1;
int Tr2=8;
int Tr3=0;
int Tr4=9;
void setup() {
pinMode(13,OUTPUT);
pinMode(Tr1,OUTPUT);
pinMode(Tr2,OUTPUT);
pinMode(Tr3,OUTPUT);
pinMode(Tr4,OUTPUT);
pinMode(pwm,OUTPUT);
Serial.begin(9600);
lcd.begin(16, 2);
lcd.print("Temperatur:");
}

void loop() {
lcd.setCursor(0, 1);
tempC = analogRead(tempPin);
tempC = (5.0 * tempC * 100.0)/1024.0;
hasil=(int)tempC;
sprintf(a,"Suhu=%d",hasil);
lcd.print(a);
// Serial.println(tempC);
if(hasil>24 && hasil<31){
analogWrite(pwm,128);
analogWrite(Tr1,128);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
analogWrite(Tr4,252);
digitalWrite(13,LOW);
}
else if(hasil>30){
digitalWrite(Tr1,HIGH);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
digitalWrite(Tr4,HIGH);
digitalWrite(13,LOW);
}

else
{
digitalWrite(13,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(13,LOW);
delay(500);
digitalWrite(Tr1,LOW);
digitalWrite(Tr2,LOW);
digitalWrite(Tr3,LOW);
digitalWrite(Tr4,LOW);
}
}
7. Compile program dan coppy alamat file yang formatnya hex
8. Buka lagi proteus yang sudah ada rangkaian sebelumnya dan paste alamat file
yang formatnya hex hasil compile program ke dalam component arduino yang ada
di proteus.

9. Run rangkaian yang ada di proteus, amati kecepatan motor ketika suhu dinaikkan
maupun diturunkan.
Hasil Percobaan
Adapun hasil percobaan ketika rangkaian di jalankan:
Tabel 1. Hasil Percobaan
No. Suhu (C) Kecepatan Motor Kondisi LED
1 20 Tidak Berputar Berkedip
2 22 Tidak Berputar Berkedip
3 24 Tidak Berputar Berkedip
4 26 Berputar lambat Padam
5 28 Berputar lambat Padam
6 30 Berputar lambat Padam
7 32 Berputar cepat Padam
8 34 Berputar cepat Padam
9 36 Berputar cepat Padam
10 40 Berputar cepat Padam
Nb. Sesuai dengan program arduino
rangkaian pengkondisi sinyal (rangkaian inverting)
Pengkondisi sinyal
Bermacam-macam rangkaian pengkondisi sinyal (rangkaian penguat
pembalik) transduser yang diperlukan untuk mantransformasi bermaca-macam
variabel dinamik dalam sistem kontrol proses ke listrik analog menghasilkan
bermacam-macam karakteristik sinyal resultan. Pengkondisi sinyal digunakan
untuk mengkonversinya ke bentuk yang susuai dengan interface dengan elemen-
elemen yang lain dalam loop kontrol proses. pada konversi analog, dimana output
dikondisikan pada sinyal analog.
Dimana mempunyai prinsip kerja daripada pengkondisi sinnyal adalah
sebuah transduser mengukur suatu variabel dinamik dengan mengkonversinya
kedalam sinyal elektrik. Untuk mengembangkan transduser seperti ini, banyak
dipengaruhi oleh kondisi alam sehingga hanya ada beberapa tipe yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Efek pengkondisi sinyal sering dinyatakan dengan fungsi alihnya
(transfer function). Dengan istilah ini kita menghubungkan efek yang ditimbulkan
dengan sinyal input. Jadi, sebuah amplifier sederhana mempunyai fungsi alih dari
beberapa konstanta yang, ketika dikalikan dengan tegangan input, memberikan
tegangan output.
Metode paling sederhana dari pengkondisi sinyal adalah pengubahan level
sinyal. Contoh yang paling umum adalah untuk penguatkan atau pelemahkan level
tegangan. Secara umum, aplikasi kontrol proses dihasilkan dalam variasi sinyal
frekuensi rendah secara lambat dimana amplifier respon d-c atau frekuensi rendah
bisa dipakai. Suatu faktor penting dalam pemilihan sebuah amplifier adalah
impedansi input yang amplifier tawarkan kepada transduser (atau elemen-elemen
lain yang menjadi input).
Op-Amp
Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan
non-inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik
dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan
pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-
Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.
Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-
mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali
disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional (Op-Amp)
merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier
multiguna dalam bentuk IC dan memiliki simbol sebagai berikut :

Gambar 1.1 symbol Op-amp

Sensor Tekanan
Sensor Tekanan diciptakan untuk mengukur tekanan suatu zat yang
memiliki tekanan sangat kecil sehingga sulit untuk diukur apabila menggunakan
alat pengukur biasa. Dalam pelajaran Science, kita mengenal adanya alat
pengukur untuk suatu benda. Seperti contoh thermometer sebagai alat untuk
mengukur suhu, anemometer untuk mengukur kecepatan angin dan speedometer
untuk mengukur kecepatan suatu benda. Tekanan yang dilambangkan dalam huruf
(p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya, yang dilamabangkan dengan (F)
persatuan luas, yang dilambangkan dengan (A). Satuan tekanan sering digunakan
untuk mengukur kekuatan atau tekanan dari unsur zat yaitu berupa cairan dan gas.
Fungsi dari sensor tekanan sebenarnya adalah untuk mengubah tekanan menjadi
induktasi.

Gambar 1.2 Sensor Tekanan

Sensor tekanan mempunyai prinsip kerja yang sedikit rumit. Pertama,


perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan
sehingga menyebabkan perubahan induksi magnetic pada kumparan. Kumparan
yang digunakan adalah kumparan CT ( center tap). Dengan demikian, apabla inti
mengalami pergeseran, maka induktasi pada salah satu kumparan bertambah,
namun menyebabkan kumparan yang lain berkurang. Untuk mengukur tekanan
statis atau tinggi suatu cairan dapat ditentukan dengan rumus (P = d.g.h). Untuk
keterangannya, (p) adalah tekanan statis (pascal) sementara (D) adalah kepadatan
cairan (km/m3), lalu (G) adalah konstanta gravitasi ( 9,81 m/s2) dan (H) adalah
tinggi cairan (M).
Prinsip kerja dari sensor tekanan itu sendiri adalah mengubah tegangan
mekanik menjadi listrik. Kurang ketegangan didasarkan pada prinsip bahwa
tahanan pengantar berubah dengan panjang dan luas penampang. Daya yang
diberikan pada kawat itu sendiri menyebabkan kawat menjadi bengkok. Sehingga
menyebabkan ukuran kawat berubah dan mengubah ketahananya. Ada beberapa
fungsi lain dari sensor tekanan. Applikasi sensor tekanan adalah sebagai pemantau
cuaca yang sering berubah-ubah. Digunakan dipesawat terbang untuk mengukur
tekanan angina yang berada didalam band pesawat terbang, lalu yang terakhir
adalah pengukur tekanan udara pada ruangan tertutup. Tiga fungsi ini adalah
fungsi umum dari sendor tekanan yang sering ditemui oleh masyarakat namun
masyarakat belum mengetahui cara kerja dari pengukur tekanan tersebut.

RANGKAIAN INVERTING OP-AMP


Rangkaian inverting adalah ragkaian op-amp dimana output dari op-amp
akan berbeda phase terbalik dari inputan rangkaian penguat pembalik sinyal
masukkan diberikan melalui sebuah resistor masukkan (Ri) yang dihubungkan
secara seri terhadap masukkan pembalik (inverting input) yang disimbolkan
dengan (-). sinyal keluaran penguat operasional pada rangkaian penguat pembalik
(inverting amplifier) diumpan balikan melalui (Rf) kemasukkan yang sama.

Gambar 1.3 Op-amp Inverting

pada prinsip sebuah penguat operasional (operational amplifier) ideal


memiliki impedansi masukan yang sangat besar hingga dinyatakan sebagai
impedansi masukkan tak terhingga (infinite input impedance). kondisi penguat
operasional yang memiliki impedansi masukkan tak terhingga tersebut
menyebabkan tidak adanya arus yang melewati masukkan membalik (inverting
input) pada penguat opersional. keadaan tak berarus pada masukkan membalik
tersebut membuat tegangan jatuh diantara masukkan membalik dan masukkan tak
membalik bernilai 0Volt. kondisi tersebut menunjukan bahwa tegangan pada
masukkan membalik adalah bernilai 0Volt karena kondisi masukkan tak membalik
(non-inverting input) yang di hubungkan ke ground. kondisi masukkan membalik
(inverting input) yang memiliki tegangan 0Volt tersebut dinyatakan sebagai
ground semu (Virtual Ground).

Gambar 1.4 virtual ground pada Op-amp

Gambar 1.5 arah aliran arus

untuk mencari Vout maka rumus yang di perlukan adalah:


BAB II
PERANCANGAN ALAT
Gambar Bagan

gambar 2.1 Bagan Rangkaian pengkondisi


sinyal

Diatas adalah gambar bagan dari pengkondisi sinyal yang saya buat
dimana input saya terdiri dari sensor tekanan MPX100 kemudian dari input ke
sistem pengkondisi sinyal yang terdiri dari du buah Op-amp inverting dan
outputan berupa buzzer atau alaram.

Gambar Simulasi
Gambar 2.2 simulasi rangkaian

Gambar diatas adalah simulasi yang kami lakukan pada multism dengan
menggunakan dua op-amp inverting agar outputannya bernilai positif dan kami
menggunakan ic LM324 dan R1 menggunakan resistor 470 ohm sedangkan R2
menggunakan 2K8 ohm sesaui dengan perhitunga dan R3,R4 dibuat sama karena
op-amp ke dua hanya untuk membalikkan phase. Berikut perhitungan untuk R1
dan R2 yang telah kami hitung :
Misal saya ingin tekanan sensor 50kp maka output tegangan dari sensor
adalah 2V dan ingin ouputan dari rangkaian sebesar 12V
Maka :
0 50kp
0 2V
Maka :
12 = m.2 + Voffset
0 = m.0 + Voffset +
12 = m.2 + 0
m = 12/2 = 6
Kita tentukan R1 misal 470
Maka :
R2 = 470 x 6
= 2820 atau dibulatkan menjadi 2k7 karena Resistor dipasaran tidak
ada 2820
Jadi R1 = 470 ohm
R2 = 2K7 ohm
R3,R4 = 470 ohm (bebas asalkan sama nilainya)
R5 = 1K

BAB III
LANGKAH PEMBUATAN
LANGKAH KERJA :
A. Tahap merancang
1. Rancanglah Op-amp sebagai sistem pengkondisi sinyal inverting.
2. Carilah nilai dari pada R2 sesuai input yang diinginkan dan output yang
diinginkan.
3. Simulasikan dengan multism untuk memastikan perhitungan kita benar.
B. Tahap Merakit
1. Buatlah layout dari langkaian dahulu dengan deeptrace atau software lainnya.

Gambar 3.1 layout PCB


2. Setelah itu print layout yang sudah selesai di buat pada kertas HVS atau
sebagainya.
3. Setelah itu fotocopy-kan layout tadi pada kertas gloosy
4. Potong kertas gloosy yang sudah ada fotocopy-an dari layout sesuai ukuran
5. Potong juga PCB dengan penggaris dan cutter sesai dengan kebutuhan layout.
6. Sablonkan gambar tadi pada PCB dengan bantuan strika.
7. Stelah proses penyablonan selesai tracing lagi layout yang kurang bagus dengan
menggunakan spidol permanent .
8. Kemudian buat larutan ferrit setelah itu masukkan pcb pada larutan tersebut
hingga pcb terlarut dan membentuk layout.
9. Cuci PCB hingga bersih kemudian gosok dengan pasir hingga spidol ataupun
tinta sablon hilang
10. Bor pcb sesuai dengan layout
11. Pasang komponen dan kabel pada layout pcb
12. Solder kaki-kaki komponen dan rapikan dan pastikan sudah sesuai denga layout
(tidak ada yang short )

C. Tahap Pengetesan
1. Siapkan Alat ukur dan power supply
2. Hubungkan vcc denga power supply +12v
3. Hubungkan Vee dengan -12 volt dan GND dengan GND
4. Hubungkan Vin dengan tegangan 2V
5. Ukur dengan Avo pada output rangakain jika keluar 12 atau sesuai dengan
perhitungan berarti rangkaian sudah benar.
Peryaratan Umum Sensor dan Transduser

Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor
berikut ini :

1. Linearitas Sensor / Tranducer

Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara
kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu.
Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan
panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara
tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa
sebuah grafik. Gambar dibawah memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor
panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar (a). memperlihatkan tanggapan
linier, sedangkan pada gambar (b). adalah tanggapan non-linier.

2. Sensitivitas Sensor / Tranducer

Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas


yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan.
Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan satu
volt per derajat, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan
menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat
saja memiliki kepekaan dua volt per derajat, yang berarti memiliki kepakaan
dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga
akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan
paga gambar (b) diatas akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada
temperatur yang rendah.
3. Tanggapan Waktu Sensor / Tranducer

Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap


perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang
jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan
keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit
demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar (a)
dibawah.

Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz
(Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per detik].
Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat,
termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan setia. Tetapi apabila
perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar (b) dibawah maka tidak
diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia
bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor.


Misalnya satu milivolt pada 500 hertz. Tanggapan frekuensi dapat pula
dinyatakan dengan decibel (db), yaitu untuk membandingkan daya keluaran
pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi referensi.

Anda mungkin juga menyukai