Anda di halaman 1dari 11

SIMULASI DAN CODING PROGRAM KIPAS ANGIN OTOMATIS

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Sistem Mikrokontroler
yang diampu oleh Agus Pracoyo... pada semester genap
tahun 2013 / 2014
Oleh :

FIQI SAPUTRI 1231110003
IFAN MOHTAR 1231110002
LORENA APRILIA SARI 1231110036
TRI BUDI SAIFUL ANWAR 1231110057

2A-D3










PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG
2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan maka
terciptalah kipas. Kipas angin tersebut adalah kipas yang sering kita pergunakan hingga
kini. Dimana cara bekerjanya yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik dimana arus
listrik ini akan memutarkan dinamo motor yang berada di dalam kipas tersebut dimana
dinamo tersebut berhubungan dengan baling-baling sehingga baling-baling dapat
berputar. Tetapi ternyata ilmu pengetahuan tidak hanya sampai pada kipas angin itu saja.
Dan tidak sampai disitu saja maka terciptalah alat yang lebih canggih yang disebut
sebagai AC. AC ini adalah alat pendingin ruangan fungsinya hampir sama dengan kipas
angin, hanya dalam alat ini tidak mengalirkan atau memberikan angin yang dapat bertiup
kencang tetapi AC ini bekerja dengan cara menyedot udara sekitar yang bersuhu tinggi
dan mengubahnya dengan udara yang bersuhu rendah. Dan alat ini menggunakan sensor
dalam pengerjaannya.
Dari pemikiran tersebut tercipta sebuah gagasan untuk membuat program Auto-Fan atau
kipas angin otomatis yang berbasis mikrokontroller ATMEGA16. Yakni sebuah alat
kipas angin yang bekerja berdasarkan suhu. Jadi kecepatan putaran kipas angin atau fan
akan menyesuaikan pembacaan sensor suhu LM35 yang kemudian akan diproses oleh
mikrokontroler.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mikrokontroller?
2. Bagaimana cara kerja LM35?
3. Bagaimana cara kerja auto-fan?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan mikrokontroller
2. Mengetahui bagaimana cara kerja LM35
3. Mengetahui bagaimana cara kerja auto-fan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip.
Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori
program, atau keduanya), dan perlengkapan input-output. Dengan kata lain,
mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan
keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara
khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data. Sekedar
contoh, bayangkan diri Anda saat mulai belajar membaca dan menulis, ketika Anda
sudah bisa melakukan hal itu Anda bisa membaca tulisan apapun baik buku, cerpen,
artikel dan sebagainya, dan andapun bisa pula menulis hal-hal sebaliknya. Begitu pula
jika Anda sudah mahir membaca dan menulis data maka Anda dapat membuat
program untuk membuat suatu sistem pengaturan otomatik menggunakan
mikrokontroler sesuai keinginan Anda. Mikrokontroler merupakan komputer didalam
chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan
efisiensi dan efektifitas biaya.
Secara harfiahnya bisa disebut pengendali kecil dimana sebuah sistem
elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung
seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta
dikendalikan oleh mikrokontroler ini. Mikrokonktroler digunakan dalam produk dan
alat yang dikendalikan secara automatis, seperti sistem kontrol mesin, remot kontrol,
mesin kantor, peralatan rumah tangga, alat berat, dan mainan. Dengan mengurangi
ukuran, biaya, dan konsumsi tenaga dibandingkan dengan mendesain menggunakan
mikroprosesor memori, dan alat input output yang terpisah, kehadiran mikrokontroler
membuat kontrol elektrik untuk berbagai proses menjadi lebih ekonomis. Dengan
penggunaan mikrokontroler ini maka:
Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas.
Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar
dari sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi.
Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak.
Agar sebuah mikrokontroler dapat berfungsi, maka mikrokontroler tersebut
memerlukan komponen eksternal yang kemudian disebut dengan sistem minimum.
Untuk membuat sistem minimal paling tidak dibutuhkan sistem clock dan reset,
walaupun pada beberapa mikrokontroler sudah menyediakan sistem clock internal,
sehingga tanpa rangkaian eksternal pun mikrokontroler sudah beroperasi. Yang
dimaksud dengan sistem minimal adalah sebuah rangkaian mikrokontroler yang sudah
dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi. Sebuah IC mikrokontroler tidak
akan berarti bila hanya berdiri sendiri. Pada dasarnya sebuah sistem minimal
mikrokontroler AVR memiliki prinsip yang sama.
2.1.2 Sensor Suhu (LM35)
Pada LM35, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja, pin 2 atau tengah
digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt
sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antar 4 Volt sampai 30 Volt.
Prinsip Kerja Sensor LM35 :
Mula-mula vcc sebesar 12 Volt digunakan untuk menghidupkan sensor LM35
yang akan mendeteksi suhu. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajad celsius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:VLM35 = Suhu*10mV.
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap
suhu 1 C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35
dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan
tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 C karena terserap pada suhu
permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan
suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya,
jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu
permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya.
Untuk lebih meningkatkan keakurasian dan kepresisian pengukur suhu, maka perlu
dilakukan pengesetan yang optimal pada tegangan referensi ADC yang digunakan
sehingga jika menggunakan ADC 8-bit misalnya, maka jangkauan 0-255 haruslah
merepresentasikan nilai minimum dan maksimum suhu yang dapat diukur oleh
rangkaian sensor suhu. Jangan sampai memberikan tegangan referensi yang salah
pada rangkaian ADC, sehingga jangkauan ADC melebihi atau kurang dari jangkauan
tegangan masukannya.
Berikut ini adalah karakteristik dari sensor suhu LM35 :
Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10
mV/C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celsius.
Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5 C pada suhu 25 C.
Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 Volt.
Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.
Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C pada
udara diam.
Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.














Gambar 1. Tampilan simulasi Auto-Fan pada program Proteus Isis 7 Professional.

2.2 Cara Kerja Alat
1. Pertama kita menggunakan driver penggerak kipas dengan transistor sebagai
penguat tegangan untuk supplai tegangan pada bias gate IRF 540.
2. IRF 540 sebagai penguat arus tinggi pada kipas untuk menghasilkan putaran kipas
maksimal.
3. Bias basis pada transistor diberikan pada PD0. Jika pada saat PD0 mengeluarkan
logika 0 maka kipas akan ON dikarenakan transistor berkondisi cut off sehingga
arus akan mengalir pada bias gate dari IRF sehingga saturasi dan kipas ON.
4. Pada saat PD0 berlogika 1 maka kipas akan OFF dikarenakan transistor
berkondisi saturasi sehingga arus akan langsung mengalir ke ground.
5. LED pada skema di atas sebagai indicator kipas nyala atau mati
2.3 Prinsip Kerja Program
//+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
// Project : Sistem Mikrokontroler
//+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
#include <util/delay.h>
#include <avr/io.h>
#include <avr/interrupt.h>
#include <string.h>
#include <stdlib.h>
#include "lcd.h"
float suhu;
int read_ADC; char str[4];
//***interupsi untuk tempat data ADC***//
ISR (ADC_vect)
{
read_ADC=ADCW;
ADCSRA=(1<<ADEN)|(1<<ADIF)|(1<<ADIE)|(1<<ADSC);
}
//***interupsi timer***//
ISR (TIMER0_OVF_vect)
{
//***jika suhu di atas 37 PORTD berlogika 0***//
if (suhu >= 37)
{
PORTD=0X00;
}
//***jika suhu di bawah 37 PORTD berlogika 1***//
if (suhu < 37)
{
PORTD=0X01;
}
}
void LCD(){
//lcd_init(LCD_DISP_ON);
lcd_init(LCD_DISP_ON);
//***pengolahan data ADC supaya hasil dari konversi sama dengan sensor***//
suhu=read_ADC*0.09765625*5;
//***penulisan pada kolom 1 LCD***//
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts("Otomatic Fan");
//***ppenulisan pada kolom 2 LCD***//
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts("Suhu Ruang:");
//***pengubahan data ADC ke kode ASCII***//
utoa(suhu,str,10);
lcd_puts(str);
lcd_puts("C");
}
void A_D_C (){
//***Inisialisasi Register ADMUX***//
//***RFS0 dan RFS1 untuk inisialisasi VRef pada pin AREF***//
//***MUX 0,1,2,3 untuk inisialisasi PIN yng dijadikan Input***//
ADMUX=(0<<REFS0)|(0<<REFS1)|(0<<MUX3)|(0<<MUX2)|(1<<MUX1)|(0<<MUX0);
//***Inisialisasi Register ADCSRA***//
//***|ADEN "1" untuk aktivkan ADC| ADIF "1" untuk aktifkan FLAG
REG ADC|***//
//***|ADIE "1" untuk aktivkan interupsi ADC|ADLAR "0" metode pembacaan rata kanan***//
//***ADSC "1" untuk memulai konversi***//
ADCSRA=(1<<ADEN)|(1<<ADIF)|(1<<ADIE)|(1<<ADSC)|(0<<ADLAR);
//SFIOR=(0<<ADTS2)|(0<<ADTS1)|(0<<ADTS0);
sei();
}
void Timer_Over_Flow() {
//***pengaturan timer tanpa pre scaler***//
TCCR0 |= (0<<CS02)|(0<<CS01)|(1<<CS00);
//***pengaturan nilai pertama TCNT pada nilai 252***//
TCNT0 = 252;
//***pengaturan aktivasi mode interupsi timer overflow***//
TIMSK |= (1<<TOIE0);
//***pengaktivan global interupsi***//
sei();
}
int main (void){
//***inisialisai pinD 1 sebagai output***//
DDRD=0X01;
Timer_Over_Flow();
A_D_C();
while(1){
LCD();
}}

2.4 Analisa Program
Pada fungsi LCD (void LCD) pertama, nilai data ADC diolah agar nilai pada LCD
sama dengan nilai sensor LCD dengan cara suhu= read_ADC*0.09765625*5.
Pada fungsi ADC (void ADC) Aref menggunakan tegangan yang sama dengan
tegangan Vcc, dengan mengaktifkan interupsi ADC untuk mengambil data ADCW ke
read_ADC pada saat Interupsi ADC.
Pada fungsi Timer Over Flow, menggunakan timer internal tidak menggunakan
prescaler dan mengatur nilai pertama TCNT0 sama dengan 252, ketika TCNT0
interupsi, pada saat overflow pada nilai lebih dari 255, akan menjalankan perintah jika
suhu lebih dari sama dengan 37C PD0 akan berlogika 0 dan mengaktifkan kipas.
Jika suhu kurang dari 37C PD0 akan berlogika 1 mengakibatkan kipas off.

















BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Di
dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori
program, atau keduanya), dan perlengkapan input-output.
2. Adanya mikrokontroler dapat meringankan pekerjaan user (manusia).
3. Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas dan menghemat biaya.
4. Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar dari
sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi.
5. Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak.













DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?sourceid=chrome-psyapi2&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8&q=pengertian%20dan%20prinsip%20kerja%20mikrokontroller
diakses pada hari Minggu, 6 Juli 2014. Pukul 10.41 WIB
https://www.google.com/search?sourceid=chrome-psyapi2&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8&q=pengertian%20dan%20prinsip%20kerja%20LM35
diakses pada hari Minggu, 6 Juli 2014. Pukul 10.56 WIB

Anda mungkin juga menyukai