PENDAHULUAN
Dalam KEPPRES No. 11 Tahun 1990, tugas pokok Pertamina adalah menyediakan
BBM serta gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, meliputi kebutuhan energi
dan bahan bakar industri. Untuk melaksanakan tugas tersebut, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pertamina mencakup:
1. Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini mencakup upaya menemukan lokasi yang berpotensi bagi
penambangan minyak dan gas bumi serta penambangan dan proses produksi menjadi
bahan baku untuk proses pengolahan.
2. Pengolahan
Kegiatan ini mencakup proses-proses untuk untuk memurnikan, menyuling dan
mengolah gas dan minyak mentah menjadi bahan bakar atau produk petrokimia.
3. Pembekalan dan Transportasi
Dalam bidang pengolahan minyak bumi, saat ini PT Pertamina (Persero) memiliki
7 Refinery Unit yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Ketujuh Refinery Unit
tersebut antara lain:
1. Refinery Unit I di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara dengan kapasitas 5.000
Barrel/hari. Namun, Refinery Unit ini berhenti beroperasi sejak tahun 2007 karena
ada permasalahan pasokan umpan.
2. Refinery Unit II di Dumai-Sei.Pakning, Riau dengan kapasitas 170.000 Barrel/hari.
3. Refinery Unit III di Plaju, Sumatera Selatan dengan kapasitas 134.000 Barrel/hari.
4. Refinery Unit IV di Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 350.000 Barrel/hari.
5. Refinery Unit V di Balikpapan, Kalimantan Timur dengan kapasitas 252.000
Barrel/hari.
6. Unit Produksi VI di Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125.000 Barrel/hari.
7. Refinery Unit VII di Sorong, Papua dengan kapasitas 10.000 Barrel/hari.
1.3.1 Sejarah
Pertamina RU II Dumai terdiri dari 2 buah kilang dengan kapasitas total sekitar
170 MBSD, yaitu :
1. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai, dengan kapasitas 120 MBSD
2. Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD
Kilang minyak Pertamina Refinery Unit II Dumai dibangun pada bulan April 1969
atas kerjasama pemerintah Indonesia dengan Far East Sumitomo Japan. Pembangunan
kilang ini dikukuhkan dalam SK direktur utama Pertamina
Pada bulan September 2006 di kilang Pertamina RU II Dumai dibentuk PT. Patra
SK yang merupakan perusahaan hasil kerjasama antara PT. Patra Niaga (anak perusahaan
Pertamina) dan SK Energy Asia (anak perusahaan SK Corporation). Pada bulan
1.3.2 Lokasi
Pertamina UP II Dumai kilang Dumai terletak di kota Dumai provinsi Riau,
berjarak kurang lebih 180 km dari ibukota Riau, Pekanbaru, di pantai timur Sumatera.
Kilang Dumai berbatasan dengan selat Rupat di sebelah utara, perkampungan penduduk
di sebelah selatan, perkantoran pemerintah di sebelah barat, dan perkampungan
penduduk di sebelah timur.
Jarak berbagai divisi Pertamina UP II Dumai umumnya relative dekat dengan
kilang Dumai. Perumahan karyawan terletak di Bukit Datuk yang berjarak kurang lebih 8
km kearah selatan dari kilang.
Dumai dipilih sebagai kilang pengolahan minyak karena berdekatan dengan lokasi
pengeboran minyak PT Chevron Pacific Indonesia. Selain itu Dumai terletak di tepi pantai
dengan perairan yang relative dalam dan tenang sehingga kapal-kapal berat seperti
supertanker dapat berlabuh . Lokasi pantai yang berada di bagian barat perairan Indonesia
cukup strategis untuk transportasi laut. Dilihat dari sifat datarannya, Dumai merupakan
dataran rendah yang cukup stabil terhadap berbagai gangguan alam sehingga aman bagi
berlangsungnya proses pengilangan. Meskipun di sekitar kilang banyak daerah hutan lebat
namun secara keseluruhan tanah Dumai kurang subur sehingga perluasan kilang menjadi
lebih mudah dan tidak merugikan masyarakat karena sector pertanian dan perkebunan
tidak berkembang.
Proses pengolahan minyak bumi di kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai juga
menggunakan bahan-bahan penunjang, yaitu gas hidrogen, katalis, gas nitrogen, air tawar,
air laut, larutan Benfield,monoetanolamin (MEA), dan soda kaustik.
1. Gas hidrogen (H2)
Gas hidrogen digunakan sebagai umpan dalam reaksi hydrocracking dan
hydrotreating. Gas ini diproduksi di H2Plant yang terdapat dalam Hydrocracker
Complex (HCC) dengan spesifikasi kadar H2 minimal 97 %, kadar CH4 maksimal
3%, kadar CO dan CO2 maksimal 50 ppm, serta bebas sulfur dan nitrogen.
2. Katalis
Katalis digunakan untuk meningkatkan laju reaksi dan mengatur selektivitas
reaksi. Katalis-katalis yang digunakan di PT PertaminaRU IIDumaiadalah:
a. KatalisCriterion DN-200 digunakan pada unit DHDT
b. KatalisCriterion DN-140 danTopsoe TK-10 yang berbasis magnesium alumina
spinel digunakan pada unit NHDT
c. Katalis Topsoe Hydrobon digunakan pada bagian Hydrobon, katalis UOP R-16F
(Pt) dan R-15F (Pt) digunakan pada bagian Platforming. Kedua bagian tersebut
terdapat pada unit Hydrobon Platforming PL-I
d. Katalis R-164 UOP digunakan pada unit CCR-Platforming II
e. Katalis DHC-8 digunakan pada unit Hydrocracker Unibon. Acid site pada
katalis ini adalah Al2O3. SiO2, sedangkan metal site-nya adalah Ni dan Wolfram
3. Gas nitrogen (N2)
Gas nitrogen digunakan sebagai carrier gas pada proses start updan shut down
pabrik serta media blanketting tangki. Gas ini dihasilkan oleh unit N2 Plant.
Unit Hydrocracker Unibon berfungsi mengolah Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO)
yang berasal dari HVU dan Heavy Cooker Gas Oil (HCGO) yang berasal dari DCU
menjadi fraksi yang lebih ringan melalui reaksi Hydrocracking dengan bantuan gas
Hidrogen (H2) yang berasal dari H2plant. Produk-produk yang dihasilkan unit ini
diantaranya off gas, LPG, Light naphtha, Heavy naphta, Light kerosene (sebagai
komponen blending kerosene/avtur/JP-5), Heavy kerosene (sebagai komponen
kerosin/avtur/JP-5), Automotive Diesel Oil (ADO), dan Bottom fractinator/recycle feed.
Hydrocracker Unibon Unit (HCU) dirancang untuk mengolah umpan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO) dari High Vacuum Unit serta Heavy Coker Gas Oil (HCGO)
dari Delayed Coking Unit. Unit ini menggunakan lisensi proses dari Universal Oil Product
(UOP). HCU memiliki kapasitas produksi sebesar 27,9 MB per hari masing-masing unit
atau total 60 MB per hari. Pada unit HCU, umpan berupa campuran minyak berat HVGO-
HCGO mengalami perengkahan pada tekanan dan temperatur tinggi dengan bantuan
katalis dan gas hidrogen menjadi fraksi-fraksi ringan yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
Gas hidrogen disuplai oleh Hydrogen Plant.
Katalis yang digunakan pada unit ini adalah Chevron 215 LT. Katalis ini terdiri
dari metal site Ni dan W untuk reaksi hidrogenasi dan acid site Al2O3.SiO2 sebagai power
cracking. Katalis mempunyai dua fungsi yaitu untuk membantu proses perengkahan
REACTOR CHARGE FRESH FEED RECYCLE HP RECYCLE 1ST 2ND 3RD STAGE MP HP
HEATER REACTORS REACTOR SEPARATOR COMPRESSOR SUCTION DRUMS FLASH DRUM FLASH DRUM
C-1
V-8 V-9 V-10
To
V-1 V-2 V-3 Debut Column
at Fract.Section
H-1
E-4
POWER
RECYCLE
TURBIN
P-3
E-3
E-1
CATALYST : DHC-8
CoMo&Tungsten on
C-2 C-2 C-2 Silica Alumina Base
E-1 E-2
Flare
Filter BACKWASH
V-26 DRUM
FRESH
V-25 V-24 FEED sws H2 Make Up
SURGE
from Hydrogen Plants
DRUM HVGO & HCGO
Feed Properties
Grav 31 S 0.31%
From Aromatics 0.06%
Bott. Fractionator BR, HVGO 690 - 1080F (362-576)
RECYCLE FEED HC UNIBON/UNIT 211-212
HCGO 585 - 930 F (304-494)
SURGE DRUM
REACTOR SECTION
rs/pe-enj.bang
CO + H2O CO2 + H2
Burner digunakan untuk memanaskan feed sampai mencapai suhu reaksi. Suhu
operasi 850 oC dan tekanan 18 kg/cm2, sedangkan steam/ carbon sebasar 2,5-8 mol.
Jika umpannya methane, diperlukan steam carbon ratio yang lebih kecil dibandingkan
dengan buthane. Disamping kebutuhan steam untuk kebutuhan proses I Shift Catalyst.
Kebutuhan steam harus seimbang agar effluent dari reformer jangan ada yang
terbentuk methane.
a. Shift Converter
Karbon monoksida pada reformer tidak akan terabsorb pada absorbersystem dan
karbon monoksida ini harus dikonversi menjadi karbon dioksida pada Shift Converter.
Ini merupakan fungsi dari Shift Converter untuk mereaksikan karbon monoksida
dengan steam menjadi bentuk tambahan antara hidrogen dengan karbon dioksida.
Reaksi pada shift converter adalah:
b. CO2 Absorbtion
Beberapa sistem absorbsi yang digunakan untuk menghilangkan CO 2 dari
produksi gas, yaitu :
a. Mono Ethanol Amine (MEA)
b. UCAR Amine Guard System (Actived MEA)
c. Hot Potassium Carbonat seperti Vetrocoke, Catacarb, Benfield process
d. Sulfinol process
Hot Potassium Carbonat dioperasikan pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan
MEA dan Sulfinol, oleh sebab itu biayanya lebih murah dibandingkan MEA dan
sulfinol.MEA dan Sulfinol solution mengabsorb pada suhu 35 oC sedangkan Hot
Potassium Carbonate pada suhu 125oC. Untuk memilih proses yang mana yang
dipakai, tergantung pada spefikasi produk dan steam balance. Reaksi yang terjadi pada
Potassium Carbonate (K2CO3) dan CO2 sebagai berikut :
e. Methanation
Sisa-sisa dari karbon oksida yang keluar dari absorber sistem dirubah ke bentuk
methane dengan bantuan katalis. Karbon oksida dihidrogenasi menjadi methane tejadi
pada reaksi yang mana keduanya secara eksotermis.
Adapun reaksinya adalah :
Sisa karbon oksida bisa dikurangi sekitar 5-10 ppm pada proses methanasi. Suhu
operasi antara 232-454oC dan tekanan hingga 60 kg/cm2, namun bisa beroperasi
hingga 250 kg/cm2. Katalis harus dilindungi dari sulfur, chlorine, dan arsenic.Space
velocity 5000-12000 volume gas pada STP per jam, per volume katalis.
Kesimpulan:
Hydrocracking Unit (HCU) berfungsi mengolah Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO)
yang berasal dari HVU dan Heavy Cooker Gas Oil (HCGO) yang berasal dari DCU
menjadi fraksi yang lebih ringan melalui reaksi Hydrocracking dengan bantuan gas
Hidrogen (H2) yang berasal dari H2plant.
HCU memiliki kapasitas produksi sebesar 27,9 MB per hari masing-masing unit atau
total 60 MB per hari.
Umpan berupa campuran minyak berat HVGO-HCGO mengalami perengkahan pada
tekanan dan temperatur tinggi dengan bantuan katalis dan gas hidrogen menjadi fraksi-
fraksi ringan yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
HCU terdiri dari dua area, yaitu seksi reaktor dan seksi fraksionator. Dimana pada
seksi reaktor, terjadi reaksi kimia perengkahan umpan menjadi fraksi-fraksi ringan
kemudian dipisahkan di seksi fraksionator menjadi fraksi-fraksi produk berdasarkan
titik didihnya dalam kolom fraksinasi.
Produk yang dihasilkan dari pengolahan di unit HCU antara lain adalah:
Offgas dan LPG yang diolah lebih lanjut di unit Amine & LPG Recovery,
light naphtha sebagai komponen blending gasoline,
heavy naphtha yang akan diumpankan ke unit NHDT,
light kerosene dan heavy kerosene sebagai komponen blending kerosin atau avtur,
tergantung pada permintaan pasar,
Automotive Diesel Oil (ADO),
Bottom fractinator dialirkan sebagai umpan LBO Plant.