Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan teori, minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik
(mikro organisme) yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang
lalu. Dua ratus juta tahun yang lalu bumi lebih panas dibandingkan sekarang dan
laut yang didiami jasad renik berkulit keras sangat banyak jumlahnya. Jika jasad
renik itu mati, kemudian membusuk sehingga jumlahnya makin lama semakin
menumpuk, kemudian tertutup oleh sedimen, endapan dari sungai, atau batu-
batuan yang berasal dari pergeseran atau pergerakan bumi. Disini kemudian
terjadi pembusukan oleh bakteri anaerob dan akibat tekanan tinggi karena
adanya sedimen atau batu-batuan yang berada diatasnya, maka setelah berjuta-
juta tahun terbentuklah minyak bumi dan gas alam tersebut.
Minyak bumi yang terbentuk kemungkinan terkumpul dalam pori-pori batuan
sedimen laut, kemudian minyak bumi itu naik keatas melalui batuan sedimen.
Akhirnya sampai pada bagian dasar sedimen yang tidak dapat ditembus dan
membentuk akumulasi minyak dalam suatu perangkap yang biasa disebut
dengan oil trap.gas alam di dalam bumi terdapat di atas lapisan minyak dan air di
bawah lapisan minyak karena berat jenisnya lebih tinggi.
Proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka
minyak bumi digolongkan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(nonrenewable). Oleh karena itu perlu penghematan dalam pemakaian minyak
bumi.
Indonesia sebagai negara anggota OPEC merupakan salah satu negara
pengekspor minyak bumi ke negara-negara lain, Ladang- ladang minyak yang
sudah berproduksi di antaranya Biruen (aceh Utara) sampai Tanjung Oura
(Sumatera Utara) dengan tambang-tambangnya di Pase, Peurelak dan
Pangkalan Susu. Riau mulai dari sungai Rokan sampai sungai Siak dengan
pusatnya di Plaju dan Sungai Gerong.
Di Kalimantan terdapat di daerah Balik Papan dengan pusat pengeboran
di Sanga-sanga, Samboja, Anggani dan Tarakan dengan pusatnya di Pulau
Bunyu dan Amuntai. Maluku terdapat di Pulau Seram, Irian Jaya di daerah
Kepala Burung sedangkan di Pulau Jawa terdapat di karawang, Balongan,
Cilacap, Cepu, Blora dan Wonokromo.

1
Jumlah ekspor minyak bumi Indonesia tiap tahunnya cenderung
meningkat seperti dalam Tabel di atas, dikarenakan adanya berbagai penemuan
ladang-ladang minyak bumi baru.
Ladang-ladang minyak bumi di Indonesia antara lain:
1. Ladang minyak bumi Sinta yang terletak di lepas pantai Lampung
Selatan, produksinya mencapai 13.684.228 barel.
2. Ladang minyak bumi Arjuna terletak di lepas pantai utara Pulau Jawa,
produksinya mencapai 23.357.059 barel.
3. Ladang minyak bumi Balongan di Jatibarang, produksinya mencapai
7.285.265 barel.
4. Ladang minyak bumi Kasim 3 terletak di bagian barat semenanjung
Kepala Burung propinsi Irian Jaya, produksinya mencapai 3.425.062
barel.
Minyak bumi adalah zat cair yang licin dan mudah terbakar yang terjadi
sebagian besar karena hidrokarbon, zat yang terdiri atas hydrogen dan karbon.
Jumlah hidrokarbon dalam minyak berkisar antara 50 sampai 98%. Sisanya
terdiri atas senyawa organik yang berisi oksigen, nitrogen atau belerang, air
kapur, dan Lumpur tanah.
Dengan memisahkan hidrokarbon dari kotoran-kotoran (pada kilang-kilang)
minyak diperoleh berbagai jenis bahan bakar, yakni bensin, minyak bakar,
kerosin, dan sebagainya. Pada proses pembersihan ini terbentuk bahan
sampingan gas. Gas ini disimpan dibawah tekanan pada botol-botol baja atau
disalurkan langsung sebagai bahan bakar dalam keadaan cair. Endapanya
terutama aspal digunakan untuk pengeras jalan dan paraffin digunakan untuk
bahan perapat.
Hidrokarbon dikelompokkan menjadi, paraffin (CnH2n+2), olefin dan naftena
(CnH2n-4), diolefin (CnH2n-2), aromatik (CnH2n-6), dan aspaltik (CnH2n-4). Telah kita
ketahui bahwa minyak bumi terdiri dari berbagai campuran hidrokarbon.
Komponen-komponen dari minyak bumi disebut juga dengan istilah fraksi-fraksi
minyak bumi yang dapat dipisahkan satu dengan lain melalui proses penyulingan
atau destilasi secara bertingkat berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing
komponennya, seperti dalam gambar 1.
Pengolahan minyak mentah (crude oil) ditujukan untuk
1. membuang kotoran-kotoran yang terkandung dalam minyak mentah.
2. memisahkan minyak dalam beberapa komponen atau fraksi-fraksi.

2
3. merengkah fraksi-fraksi menjadi berbagai golongan minyak.
Cara pengolahan minyak mentah yang digunakan tergantung pada jenis
minyak yang diinginkan. Adapun cara pengolahan minyak bumi yaitu melalui
dengan cara distilasi dan merengkah.
Tujuan utama proses merengkah ini ialah untuk memperbaiki kualitas
bahan bakar sehingga efisiensi mesin dapat diperbaiki. Untuk itu perbandingan
komponen hidrokarbon diubah dan ukuran serta susunan molekul-molekulnya
diatur. Molekul-molekul yang tidak diinginkan dikeluarkan. Pelaksanaan ini
dilakukan dengan bantuan bahan kimia (merengkah katalis) atau dengan
penaikan suhu (merengkah termis).
Pengilangan minyak dikerjakan dengan menggunakan kolom bertingkat
dalam suatu proses destilasi, pada jarak tertentu, kolom-kolom dilengkapi
dengan pelat-pelat yang berbentuk sungkup gelembung (bubble cup).
Pelat-pelat berguna untuk memisahkan fraksi-fraksi yang mempunyai
kisaran titik didih tertentu. Mula-mula minyak mentah (crude oil) dipanaskan pada
suhu sekitar 3500 C, kemudian dipompakan ke dalam kolom detilasi, sebagian
dari minyak akan menguap dan naik ke atas melalui bubble cup.Pada bubble cup
ini uap minyak yang mempunyai titik didih tinggi diembunkan dan mencair. Uap
yang tidak mencair akan naik terus ke atas dan akan mencair pada bubble cup di
atasnya. Uap yang tidak mencair pada saat melalui bubble cup akan keluar
langsung dari kolom bagian atas dan berbentuk gas.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari proses destilasi minyak bumi tersebut
adalah:
a.Gas bumi terdiri dari campuran metana (CH4), etana (C2H6), propane (C3H8),
dan butana atau isobutana (C4H10). Campuran gas ini kemudian dicairkan pada
tekanan tinggi dan diperdagangkan dengan nama LPG (liquefied petroleum gas).
Gas yang terdapat dalam LPG umumnya merupakan campuran propane, butana,
dan isobutana. LPG biasanya dikemas dalam botol-botol baja yang beratnya
berkisar 15 kg dan banyak dipakai sebagai bahan bakar rumah tangga. Serta
ada juga yang digunakan di industri dan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor.
b. Bensin diperoleh dari hasil destilasi pada temperatur antara 70 s/d 140 0 C,
bensin banyak digunakan sebagai bahan bakar mobil dan motor.
c. Nafta dikenal sebagai bensin berat dan diperoleh dari hasil destilasi yang
mempunyai kisaran titik didih antara 140 s/d 1800 C. nafta banyak digunakan

3
sebagai bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa kimia, misalnya
etilena dan senyawa aromatok yang sering digunakan untuk zat aditif pada
bensin.
d.Kerosin merupakan hasil destilasi yang mempunyai titik didih antara 180 s/d
2500 e. Kerosin banyak digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga sehari-
hari dan diperdagangkan dengan nama minyak tanah.
f. Minyak diesel merupakan fraksi dari minyak bumi yang mempunyai titik didih
250 s/d 3500 C, minyak diesel ini dipergunakan sebagai bahan bakar pada
motor-motor diesel industri dan pesawat tenaga (power plant).
g. Paraffin dari fraksi yang menghasilkan minyak pelumas, paraffin cair dan
padat, terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Parafin padat sering dipergunakan
sebagai bahan bakar.
h. Residu adalah hasil dari proses pengilangan/destilasi yang masih tertinggal
dan menghasilkan petroleum asfalt yang banyak digunakan pada konstruksi jalan
dan jembatan.

4
Gambar. Proses Pengilangan Minyak Bumi.

5
BAB II BAHAN BAKAR

A. Bahan Bakar Bensin


Bahan bakar bensin atau minyak bakar yang dipakai untuk motor bensin
adalah jenis gasoline atau petrol. Bensin pada umumnya merupakan suatu
campuran (blend) dari hasil pengilangan yang mengandung parafin, naphthene
dan aromatic dengan perbandingan yang bervariasi.
Bensin untuk kendaraan bermotor dan pembangkit tenaga stasioner
dibedakan atas bensin reguler dan bensin premium yaitu :
1. Premium, produksi Pertamina (Oktan 88),
2. Pertalite, produksi Pertamina (Oktan 90)
3. Pertamax, produksi Pertamina (Oktan 92).
4. Pertamax Plus, produksi Pertamina (Oktan 95).
5. Pertamax Turbo, produksi Pertamina (Oktan 98).
6. Pertamax Racing, produksi Pertamina (Oktan 100). Khusus untuk kebutuhan
balap mobil.
7. Primax 92, produksi Petronas (Oktan 92).
8. Primax 95, produksi Petronas (Oktan 95).
9. Super 92, produksi Shell (Oktan 92).
10.Super Extra 95, produksi Shell (Oktan 95)
11.Performance 92, produksi Total (Oktan 92).
Bensin reguler mengandung sedikit tetraethylead karena itu mempunyai
kualitas anti ketukan yang lebih baik dari bensin putih. Bensin ini dapat dipakai
untuk semua mesin kompresi tinggi untuk kendaraan berat pada kondisi biasa.
bensin premium mempunyai sifat anti ketukan yang lebih baik dan dapat dipakai
pada mesin kompresi tinggi pada semua kondisi. Sifat-sifat penting yang perlu
diperhatikan pada bahan bakar bensin ialah kecepatan menguap, kualitas
ketukan (kecenderungan berdetonasi), kadar belerang, keamanan penyimpanan,
kadar damar, titik beku, titik embun, titik nyala dan berat jenis.Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bensin adalah Volatility atau
kecendrungan untuk menguap Karena bensin adalah merupakan campuran dari
banyak hydrocarbon dengan suhu penguapan yang berlainan, sehingga hasilnya
juga akan mempunyai rentang suhu penguapan yang lebar.

6
Dalam praktek salah satu cara untuk menentukan atau mengukur
karakteristik volatility suatu bahan bakar ialah dengan suatu cara destilasi
standard yang ditentukan oleh American Society for Testing Materials (ASTM).
Hasil destilasi dari salah satu jenis bensin yang telah dilaksanakan oleh
ASTM.Volatility merupakan suatu sifat yang paling penting pada bensin, karena
sangat berpengaruh pada pengoperasian dan pemeliharaan suatu motor, yang
menyangkut hal-hal sebagai berikut.
a. Pada waktu start dan pemanasan motor.
Agar memudahkan motor untuk di start, maka diperlukan agar bensin
menguap pada suhu start, sehingga sebagian dari kurva destilasi antara 0
sampai 10 % bensin menguap, jadi harus menguap pada suhu relatif rendah.
Pada waktu pemanasan motor suhu secara berangsur-angsur akan bertambah
sampai suhu operasional.
b. Kinerja operasional, akselerasi dan distribusi.
Penguapan yang baik cenderung menghasilkan distribusi uap bensin
yang merata ke dalam silinder dan menghasilkan karakteristik akselerasi yang
lebih baik.
c. Pencemaran karter.
Didalam karter sama sekali tidak boleh ada bensin cair, karena akan
mencemari minyak lumas yang ada didalamnya dan dapat menyapu minyak
lumas yang menempel didinding silinder dan akan mengganggu pelumasannya.
Untuk mencegah hal tersebut, bagian atas dari kurva destilasi harus menunjukan
suhu destilasi yang rendah agar semua bensin yang berada di dinding silinder
cepat menguap.
d. Kadar belerang
Kebanyakan bensin mengandung belerang yang cenderung membentuk
suatu senyawa yang bersifat korosif, yang dapat merusak komponen-komponen
motor. Sehingga kadar belerang harus dibatasi sekecil mungkin.
e. Gum deposit
Jenis hidrocarbon tertentu yang tidak jenuh selama penyimpanan dapat
menimbulkan oksidasi dan membentuk suatu zat yang lengket (gum). Zat lengket
ini dapat menempel pada katup, piston ring bahkan dapat menyumbat saluran
pada motor.

7
f. Antiknock quality
Dalam proses kerja motor bensin dapat terjadi apa yang disebut detonasi
yaitu karena kondisi tekanan dan suhu tertentu, campuran bahan bakar dan
udara dapat terbakar dengan sendirinya (auto ignition), sehingga terjadi
pelepasan energi yang besar dan cepat didalam ruang pembakaran, yang
menimbulkan suara ketukan dan getaran. Terjadinya detonasi ini dapat dikurangi
dengan menggunakan jenis bensin yang mempunyai anti knock rating yang lebih
tinggi.
Bensin berasal dari kata Benzana (C6H6), bensin yang berisi alkana berantai
lurus, kurang baik dipakai sebagai bahan bakar motor-motor bensin karena
bensin tersebut berkompresi tinggi sehingga menyebabkan ketukan/knocking
pada mesin. Ketukan tersebut menyebabkan mesin sangat bergetar dan menjadi
sangat panas sehingga besar kemungkinannya dapat merusak motor. Tetapi jika
menggunakan bahan bakar bensin yang mengandung alkana bercabang
(isooktana) maka peristiwa knocking akan berkurang. Mutu bensin dipergunakan
dengan istilah bilangan oktana (Octane Number). Sebagai contoh adalah bensin
standar yang terdiri dari campuran normal heptana dan isooktana mempunyai
angka oktana 100. bila untuk kerja suatu bensin sama dengan unjuk kerja
campuran 80 % isooktana dan 20 % normal heptana, maka angka oktana bensin
itu adalah 80.
Bensin yang diperdagangkan di Indonesia adalah premium. Premium
memiliki bilangan oktana 82 dan bensin super/Pertamax mempunyai bilangan
oktana 92-98. untuk meningkatkan mutu suatu bensin dilakukan dengan
mencampurkan senyawa-senyawa tertentu pada bensin itu, misalnya Tetra Etil
Lead (TEL). Ketika terbakar senyawa TEL cenderung bersenyawa dengan
radikal karbon bercabang, hal ini sedikit memperlambat proses letupan, sehingga
letupan menjadi lebih efisien.
Guna menghindari akumulasi timbal (Pb) dalam silinder piston, maka
ditambahkan 1,2-dibromo etana (CH2BrCH2Br). Zat CH2BrCH2Br ini dapat
menyebabkan terbentuknya senyawa PbBr2 yang mudah menguap. Senyawa
timbal di udara sangat berbahaya, karena jika masuk dan berkumpul di dalam
tubuh dapat mengakibatkan anemia, sakit kepala, kerusakan pada otak, atau
kebutaan dan kematian. Agar kadar PbBr2 di udara tidak terlalu tinggi harus
diupayakan tidak menggunakan zat antiknocking dan sebagai gantinya
digunakan berbagai senyawa hidrikarbon, baik aromatik atau alifatis.

8
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemakaian senyawa hidrokarbon jenuh
dengan katalis AICI3 dan H3SO4 dapat menghasilkan hidrokarbon bercabang
yang tidak terlalu berbahaya terhadap pencemaran lingkungan.
Pembakaran bahan bakar motor tidak selamanya berlangsung dengan
sempurna, apabila pembakaran bahan bakar tersebut tidak sempurna akan
menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang dalam bentuk gas dapat mencemari
udara dan kadang-kadang menghasilkan partikel-partikel yang menimbulkan
asap cukup tebal/hitam yang keluar dari saluran buang (exhaust manifold).
Tabel Gas buang hasil pembakaran dari motor.
No Gas buangan Volume (%)
1. Karbon dioksida (CO2) 9
2. Oksigen (O2) 4
3. Hidrogen (H2) 2
4. Karbon monoksida (CO) 4 s/d 9
5. Hidrokarbon 0,2
6. Aldehida 0,004
7. Oksida nitrogen 0,05 s/d 0,4
8. Belerang dioksida (SO2) 0,06
9. Ammonia (NH3) 0,006
10. Senyawa plumbum 4

Bensin disebut juga dengan kata lain Petrol atau Gasoline yaitu campuran
berbagai hidrokarbon yang diperoleh melalui proses destilasi/pengilangan dari
minyak mentah (Crude Oil). Kwalitet dari bensin dinyatakan dengan angka
oktannya (Octane Number).
Octane Number adalah persentase volume isooktane di dalam campuran
isooktane dengan normal heptane yang menghasilkan intensitas knocking yang
sama dengan bensin tersebut. Missal bensin dengan ON = 70, berarti bensin
tersebut menghasilkan intensitas knocking yang sama dengan campuran dari 70
% isooktana dengan 30 % normal heptane (perbandingan volume).
Nilai oktan (ON) suatu bahan bakar bensin menunjukkan bertambah
tingginya daya pembakarannya (sifat anti knocking). Semakin tinggi nilai
oktannya semakin baik perbandingan kompresinya (Compression Ratio).
Besarnya perbandingan kompresi untuk motor bensin biasanya berkisar antara 6
s/d 8,5.
Tabel 3. Nilai oktan dari bahan bakar bensin :

9
NO JENIS NILAI OKTAN (ON)
1. Aviation gas 100 s/d 120
2. Pertamax 92 s/d 100
3. Premium 82 s/d 92
4. Bensin 72 s/d 82

Kesalahan dalam pemilihan pemakaian bahan bakar dapat mempercepat


rusaknya komponen mesin. Jadi perlu memperhatikan pemakaian bensin yang
tepat untuk sebuah mesin, supaya mesin dapat memberikan performance yang
maksimal dan dapat memperpanjang umur mesin (lif time).
B. Bahan Bakar Solar
Bahan bakar solar didapat dari minyak mentah (crude oil) yang terdiri dari
campuran hidrokarbon, misalnya,benzine, pentane, hexane, toluene, propane
dan butan. Senyawa yang membentuk minyak mentah diuapkan pada suhu
tertentu, untuk memisahkan hidrokarbon, minyak mentah dipanaskan dan
hidrokarbon yang berbeda dijadikan uap.
Senyawa hidrokarbon dengan titik didih yang rendah akan terbentuk/keluar
pertama kali yang berupa gas alam (LPG) yang digunakan di rumah tangga dan
industri. Jika perubahan fasa ini dapat terlaksana dengan sempurna, maka suhu
ditingkat lagi untuk memperoleh hidrokarbon yang lebih tinggi lagi dari titik
didihnya dan seterusnya hingga semua produksinya dari gasoline (bensin),
kerosin, bahan bakar diesel, minyak pelumas, residu dan terakhir yaitu aspal.
Sebagai minyak mentah yang didestilasi dan diproses, maka yang terbentuk
kira-kira 44% gasolin, 36% bahan bakar solar dan selebihnya adalah kerosin,
minyak pelumas dan lainnya.
Solar atau minyak diesel adalah bahan bakar yang digunakan untuk motor
diesel dimana proses pembakaran terjadi bukan oleh penyalaan busi tetapi
terjadi karena tekanan kompresi yang tinggi di dalam silinder motor. Kwalitet
solar dinyatakan dengan angka cetane (Cetane Number).
Cetane Number (CN) adalah persentase volume normal cetane dalam
campurannya dengan methylnapthalen yang menghasilkan karakteristik
pembakaran yang sama dengan solar yang bersangkutan.
Detonasi Diesel adalah ledakan diesel yang terjadi akibat kelambatan
penyalaan dan jumlah bahan bakar yang disemprotkan terlalu banyak.
Kelambatan penyalaan pada motor diesel juga tergantung dari jenis bahan
bakarnya (CN) dan perbandingan kompresinya.

10
Bahan bakar diesel pada umumnya dibedakan berdasarkan aplikasinya
yaitu
1. Bahan bakar diesel otomotif sering disebut juga HSD (high speed diesel) atau
minyak solar yaitu bahan bakar motor untuk putaran cepat.
2. Bahan bakar industri dan kapal atau minyak diesel yaitu bahan bakar motor
untuk putaran menengah atau disebut LDF (light diesel fuel).
3. Bahan bakar diesel yang digunakan pada motor dengan putaran lambat atau
disebut juga MDF (medium diesel fuel).
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan bakar solar
adalah kandungan prosentase sulfurnya harus rendah kurang dari 1 %, apabila
lebih besar dari itu sulfur dapat cepat merusak bagian-bagian ruang bakar, kelep,
kepala piston, ring, nozzle dan komponen lainnya.
Solar yang ada dipasaran Indonesia kandungan sulfurnya cukup rendah
berkisar 0,3 % dan diproduksi oleh Pertamina yang bahan minyak mentahnya
dari pengeboran minyak dalam negeri. Solar yang beredar dipasaran mempunyai
nilai cetane berkisar antara 30 s/d 60, dan diklasifikasikan seperti dalam Tabel.
Tabel Jenis solar dan rata-rata angka Cetane.

NO JENIS NILAI CETANE (CN)

RATA-RATA
1. Light Diesel Fuel (LDF) 50

2. Medium Diesel Fuel (MDF) 50

3. Heavy Diesel Fuel (HDF) 35


beberapa sifat utama yang harus dipenuhi oleh minyak solar agar motor
diesel dapat berfungsi dengan baik antara lain adalah.
1. Sifat pembakaran
Sifat pembakaran bahan bakar diesel dinyatakan dengan angka cetana,
yaitu menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala dengan sendirinya
(auto ignition) dalam ruang bakar sebagai pengaruh tekanan dan suhu di ruang
bakar.

Sebagai alternatif lain untuk penentuan angka setane dipakai indeks setane atau
indeks diesel yang didapat dengan cara perhitungan empiris. Indonesia

11
menetapkan indeks cetane minimum 48 sebagai alternatif terhadap angka
cetana 45 minimum.
2.Sifat viskositas (kekentalan)
Sifat-sifat aliran dan viskositas bahan bakar berkaitan dengan mekanisme
pemompaan dan atomisasi bahan bakar di dalam ruang bakar. Bahan bakar
harus mudah dipompakan walaupun pada suhu udara dingin. Untuk itu dalam
spesifikasi bahan bakar HSD di negara-negara ASEAN ditetapkan batasan
minimum dan maksimum dari viskositas.Viscosity atau viskositas minyak adalah
suatu ukuran dari tahanan didalam minyak itu sendiri untuk mengalir. Pada
umumnya viskositas dinyatakan dengan satuan waktu (detik), yang diperlukan
oleh sejumlah minyak untuk mengalir melalui lubang laluan tertentu dan pada
suhu tertentu pula. Bila viskositas diukur dengan cara tertentu, mak alat
pengukur viskositas (viskosimeter) yang dipakai harus disebutkan. Jenis
viskosimeter yang banyak digunakan adalah Engler (Jerman), Redwood
(Inggris), Saybolt Universal( Amerika ) dan lain-lain.
3. Sifat volatilitas (penguapan)
Volatility dari minyak diesel harus cukup selama dalam rentang suhu
operasioanal untuk menghasilkan suatu campuran dan pembakaran yang baik,
sehingga dapat mengurangi asap atau bau pada gas buang. Sifat penguapan
bahan bakar merupakan sifat penting dalam pembentukan campuran bahan
bakar dan udara dalam ruang bakar. Proporsi bahan bakar dan udara harus
berada dalam batas-batas yang dapat menimbulkan penyalaan dan suhunya
harus berada diatas suhu penyalaan yang rendah. Bila bahan bakar terlalu
mudah menguap maka campuran bahan bakar dan udara tidak sempurna, ruang
bakar dipenuhi fasa uap sehingga cairan bahan bakar akan berkurang, selain itu
suhu campuran udara bahan bakar akan rendah. Sebaliknya bila bahan bakar
banyak mengandung bagian yang tidak menguap, karena campuran akan
memerlukan waktu penyalaan yang terlalu lama sehingga pembakaran menjadi
tidak sempurna menyebabkan timbulnya endapan kerak didinding ruang bakar
dan di kepala silinder Sifat penguapan berhubungan dengan keamanan dalam
penyimpanan bahan bakar yaitu titik nyala (flash point), yang dalam spesifikasi
Indonesia ditetapkan minimum 1500 F (660 C).
4. Sifat kebersihan dan korosifitas
Sifat-sifat kebersihan bahan bakar berhubungan dengan residu karbon,
kandungan air, sedimmen dan kandungan air yang dapat mengakibatkan

12
pengotoran di ruang bakar.Sifat-sifat korosifitas disebabkan oleh adanya uap air
yang akan membentuk sulfat atau asam sulfat. Kedua asam ini bersifat korosif
terhadap bagian ruang bakar, kepala silinder, katup-katup dan saluran gas
buang. Batasan kandungan belerang dalam bahan bakar solar di Indonesia
adalah 0,3% (cukup aman).Sifat-sifat bahan bakar solar yang diproduksi harus
sesuai dengan batas minimum dan maksimum dari spesifikasi yang telah
ditentukan, karena sifat bahan bakar minyak solar sangat berpengaruh dalam
penggunaannya pada motor, antara lain dapat menyebabkan kerusakan
komponen mesin dan dapat menurunkan engine performance dan disamping itu
dapat mempengaruhi pencemaran terhadap lingkungan. Indonesia melalui
Pertamina memproduksi tiga macam grade minyak diesel yang diperdagangkan
berdasarkan untuk motor putaran tinggi (HSD), motor putaran menengah (LDF)
dan motor putaran lambat (MDF). Masing-masing dari grade tersebut memiliki
sifat-sifat tertentu dan ditetapkan dalam spesifikasi bahan bakar minyak
Indonesia seperti dalam Tabel 5. Kadar belerang
Bahan bakar solar yang mengandung belerang berlebihan tidak baik
digunakan sebagai bahan bakar diesel karena dapat menambah keausan ring
piston dan cylinder liner, selain itu jika bahan bakar yang mengandung belerang
terbakar dalam ruang bakar mesin dapat membentuk asam korosi. Asam ini akan
mengikis permukaan logam dan menambah kerusakan mesin serta terbentuknya
kotoran yang menempel pada bagian dalam ruang bakar, kelep dan kepala
silinder mesin.
Tabel Perbandingan bahan bakar LDF, MDF dan HDF
No LDF MDF HDF
1. - Lebih encer - Lebih kental - Lebih kental
2. - Agak jernih - Agak gelap - Agak gelap
3. - Lebih ringan - Lebih berat - Lebih berat
Bahan bakar putaran tinggi pada umumnya minyak ringan dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar motor diesel, akan tetapi sebaiknya
pergunakan bahan bakar yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
mesin tersebut untuk menghindari kerusakan. Bahan bakar yang digunakan
pada motor diesel dapat berpengaruh besar terhadap kelambatan penyalaan
dalam proses pembakarannya, untuk menghasilkan tingkat penyalan yang
konstan pada motor diesel yaitu cetane (C14H34) dan yang sulit penyalaannya
adalah methylnapthaline (C10H17CH13). Nilai cetana dari bahan bakar diesel dapat
ditingkatkan dengan bahan aditive untuk mempermudah dalam penyalaan.

13
Bahan additive yang sering digunakan dari unsur amylnitrate (C5H11NO2) dan
ethynitrate (C2H5NO2).
Motor diesel putaran tinggi biasanya menggunakan bahan bakar dengan
spesifikasi sebagai berikut ini.
1. Minyak ringan
-BeratJenis adalah 0,83 s/d 0,89
-Kekentalan adalah Redwood 30 s/d 40 detik (300 C)
-Destilasi fraksional adalah Penurunan pertama pada temperature 2100 C
-Bilangan cetane adalah 45 Minimum
-Reaksi netral adalah Netral
-Titik nyala adalah 500 C minimum
-Kadar abu adalah 0,03 % maksimum
-Kadar beleran adalah 0,7 % maksimum
-Kadar air adalah 0,1% maksimum
-Titik mengalir adalah -100 C maksimum
-Nilai kalor adalah 10.000 kcal/kg minimum
2. Minyak berat
-Berat Jenis adalah 0,83 s/d 0,89
-Kekentalan adalah Redwood 30 s/d 40 detik (500C)
-Bilangan cetane adalah 40 Minimum
-Reaks adalah Netral
-Titik nyala adalah 60C Minimum
-Kadar abu adalah 0,03% maksimum
-Kadar belerang adalah 1,2% maksimum
-Kadar air adalah 0,1% maksimum
-Titik terang adalah -50 C maksimum
-Karbon residu adalah 0,8% maksimum
-Nilai kalor adalah 10.000 kcal/kg minimum
Bahan bakar pada umumnya terdiri dari unsur-unsur zat arang ( C), zat
air (H), zat asam (O), dan belerang (S). bahan bakar yang dipergunakan untuk
pembakaran terdiri dari bagian-bagian kecil, yang disebut molekul. Molekul-
molekul ini selanjutnya juga terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang
disebut atom.Atom-atom ini dapat bersenyawa dengan atom-atom lain dan
membentuk molekul-molekul. Dalam hal ini dapat terjadi dua kemungkinan,
a. Beberapa atom yang sma bersenyawa menjadi molekul.

14
b. Beberapa atom yang tidak sama bersenyawa menjadi molekul.

Contoh;
O + O = O2 b. 2H + O = H2O
H + H = H2 C + O2 = CO2
Yang disebut dengan berat atom ialah angka yang menunjukkan berapa
atom dari unsur tersebut lebih berat dari berat atom zat air (H). berat atom
oksigen (O) = 16 kali berat atom zat air (H). berat molekul suatu bahan adalah
angka yang menunjukkan beberapa kali berat satu molekul bahan tersebut lebih
berat dari atom H.H2 artinya 2 atom H, 2H2 berarti 2 kali 1 mol H, yang terdiri
dari 2 atom H yang sama dengan berat 4 atom H.O2 terdiri dari 2 atom O dan
beratnya 2 x 16 kali berat atom H = 32 satu gramolekul sesuatu unsur adalah
banyaknya gram yang sesuai dengan berat molekul unsur tersebut.
Menurut hukum Avogadro, bahwa untuk berbagai gas pada tekanan, suhu
dan volume yang sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama banyaknya,
atau dengan kata lain, pada suhu dan tekanan yang sama maka grammolekul
dari gas-gas mempunyai volume yang sama pula
Pada suhu 0 0C dan tekanan 1 atmosfer (76 cm Hg) maka volume dari 1
grammolekul bahan berbentuk gas adalah 22,4 dm3 atau 1 kg molekul
volumenya 22,4 m3. Volume gas pada suhu 0 0C dan tekanan 1 atm disebut
volume Normal dengan satuan Nm3.
C. Bio Solar
Biodisel / Biosolar adalah bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor
diesel berupa ester metil asam lemak (fatty acid metil ester,FAME) yang terbuat
dari minyak nabati atau lemak hewani dan memenuhi standar mutu yang
disaratkan. Di Indonesia spesifikasi teknis biodiesel diatur dalam SK Dirjen
EBTKE No. 100.K/10/DJE/2016 yang merujuk pada SNI 7182:2005 revisi kedua.
Struktur generik FAME ditampilkan pada Gambar 2. Biodiesel murni dinotasikan
sebagai B100, sedangkan campuran biodiesel dinotasikan dengan B-XX yang
menyatakan biodiesel dalam campuranya dengan minyak solar. Biodiesel (B100)
mempunyai sifat fisika yang murni (meskipun tidak sama percis) dengan minyak
solar sehingga bahan bakar campurannya dapat digunakan langsung pada
mesin – mesin diesel tanpa adanya modifikasi.

15
Gambar 2. Struktur Genetik Molekul FAME

Sumber utama bahan baku minyak lemak biodiesel di Indonesia adalah


kelapa sawit (Elaeis guineensis) dengan produksi 36 juta ton per tahun (2017).
Sumber tanaman potensial lainnya yang dapat juga dikemmbangkan bentuk
diversifikasi bahan baku adalah kelapa (cocos nucifera), nyamplung
(Calophyllum), malapari/kranji (Pongamia pinnata), jarak pagar (Jathropa
curcas), dan lainya. Bagian – bagian sumber minyak dari tanaman tersebut
ditampilkan pada gambar,

Beberapa Jenis Bahan Nabati Sebagai Bahan Baku Biodiesel

Secara umum, Biodiesel bersifat murah terdegradasi (biodegradable),


tidak mengandung aromatik dan sulfur, sehingga dipastikan emisi gas buang
yang dihasilkan lebih baik dibandingkan minyak solar. Hasil penelitian (Dewan
Minyak Sawit Indonesia, 2013) merujuk bahwa campuran biodiesel 20% (B20)
memiliki emisi gas buang ±50% lebih rendah dibandingkan minyak solar.

16
Komposisi asam lemak baik jenuh mamapu tidak jenuh pada minyak
nabati ataupun lemak hewani mempengaruhi capaian nilai kualitas biodiesel
kususnya untuk para meter stabilitas oksidasi, angka iodium, angka setana, titik
tuang dan titik kabut. Ditinjau dari asam lemak penyusunnya, minyak sawit
mengandung asam lemak jenuh (43%-47%) dan asam lemak tak jenuh tunggal
(43%-47%) dengan kadar hampir sama dan hanya mengandung sedikit asam
lemak tak jenuh ganda (10%). Dengan komposisi tersebut, boidiesel berbasisi
minyak kelapa sawit memberi dampak positif terhadap parameter stabilitas
oksigen (› 12 jam), angka iodium (mencapai 60 mg I²/gr), dan angka setana
(minimal 51). Namun, khusu untuk nilai titik tuang dan titik kabut agak tinggi
sehingga untuk penggunaan di wilayah dengan temperatur rendah, perlu
mendapat penanganan khusus.

Proses produksi biosolar di Indonesia umumnya menggunakan reaksi


metanolisis (transesterifikasi dengan metanol) yaitu reaksi antara minyak nabati
dengan metanol dibantu katalis basa (NaOH, KOH, atau sodium methylate) untuk
menghasilkan campuran ester metil asam lemakdengan produksi ikutan,
geliserol. Reaksi diperlihatkan pada gambar 3.

Gambar 3. Proses Reaksi Trans-Esterifikasi

Kandungan asam lemak minyak nabati akan menentukan pemeliharaan


reaksi yang digunakan, esterifikasi atau transesterifikasi. Apabila hasil pengujian
asam lemak basa minyak nabati menunjukkan bahwa kandungan yang tinggi
(>5%), maka perlu dilakukan reaksi esterifikasi dan dilanjutkan dengan reaksi

17
transesterifikasi. Namu, apabila reaksi kandungan asam lemak bebas dalam
minyak nabati rendah (<5%), maka cukup dipilih reaksi transesterifikasi.

Gambar Diagram Alir Proses Produksi Biosolar

Tabel Menampilkan spesifikasi biodiesel (B100), sesuai dengan


Keputusan Dirjen EBTKE No. 100 K/10/DJE/2016 tentang Standar dan Mutu
(Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Biodiesesl sebagai Bahan Bakar
Lain yang dipasarkan di dalam Negri.
Tabel Standar Spesifikasi menurut SNI 7182:2015

18
No Parameter Uji Satuan Batasan Stand
Min Max ar Uji
1 Masa Jenis (pada 40°C) Kg/m³ 850 890 ASTM
1298
2 Viskositas Kinematik (pada CSt 2,3 6,0 ASTM
40°C) 445
3 Angka Setana 51 - ASTM
613
4 Titik nyala (Mangkok tertutup) °C 100 - ASTM
93
5 Titik Kabut °C - 18 ASTM
2500
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam, - - 1 ASTM
50°C) 130
7 Residu karbon ASTM
-dalam per contoh asli, atau %-massa - 0,05 4530
-dalam 10% ampas destinasi - 0,3
8 Air dan sedimen %-vol - 0,05 ASTM
2709
9 Temperatur distilasi °C - 360 ASTM
1160
10 Abu tersulfatkan %-masa - 0,02 ASTM
874
11 Belerang mg/kg - 50 ASTM
5453
12 Fosfor mg/kg - 4 AOCS
Ca
14-56
13 Angka asam mg- - 0,5 ASTM
KOH/g D 664
AOCS
Cd
3d-63
14 Gliserol bebas %-masa - 0,02 ASTM
D
6584
AOCS
Ca
14-56
15 Gliserol total %-masa - 0,24 ASTD

19
D
6584
AOCS
Ca
14-56
16 Kadar ester metal %-masa 96,5 - Dihitu
ng
17 Angka iodium %-masa - 115 AOCS
(g- Cd 1-
12/100g) 25
18 Kestabilan oksidsasi
-Periode induksi metode Menit - 480 EN
rancimat Menit - 36 15751
-Petrooksi ASTM
D
7545
19 Monogliserida %-masa - 0,8
Catatan :

1. SNI 7182-2015 merupakan perbaikan dari standar sebelumnya


2. Metode pengujian tiap parameter di dalam tabel spesifikasi diatas
diuraikan didalam dokumen SNI 7182-2015.

Pada prinsipnya, pengujian beberapa kualitas biodiesel mengaju pada


metode uji yang digunakan dalam pengujian minyak solar. Pengujian parameter
yang spesifik untuk biodiesel diuraikan sebagai berikut.
a. Angka asam merupakan ukuran banyaknya asam mineral dan asam lemak
bebas yang terkandung dalam biodiesel. Angka asam biodiesel dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti bahan baku, tahap produksi, dan juga durasi
penyimpanan. Tingkat keasaman yang tinggi berkorelasi dengan korosi pada
logam dan pembentukan deposit pada mesin, juga dapat merusak elastomer
pada saluran sistem bahan bakar. Bagi produsen, angka asam produk biodiesel
yang terlalu tinggi menunjukkan proses produksi yang kurang baik dan bagi
pengguna angka asam yang terlalu tinggi menunjukan penyimpanan yang tidak
memenuhi kaidah. Metode pengujian yang digunakan ASTM D 664 atau AOCS
Cd 3d-63.

20
b. Gliserol Terikat, yaitu gliserol dalam bentuk mono-, di-, dan trigliserida yang
tersisa dari proses konversi minyak nabati menjadi biodiesel. Kandungan gliserol
terikat yang berlebih dapat menimbulkan masalah ketika berada di tangki
penyimpan, yaitu gliserol ini akan terpisah dari biodiesel dan mengendap di dasar
tangki akibat perbedaan densitas. Pada sistem bahan bakar, kandungan gliserol
terikat khususnya monogliserida berpotensi menyebabkan masalah fouling pada
injektor dan berperan dalam pembentukan deposit pada nozzle, piston, dan
katup/valve. Gliserol Bebas, merupakan ukuran kesuksesan proses purifikasi
biodiesel. Peningkatan kadar gliserol juga dapat terjadi akibat proses hidrolisa
sisa dan trigliserida dalam penyimpanan biodiesel. Gliserol yang terpisah
selanjutnya mengendap, menarik senyawa polar lainnya seperti air,
monogliserida, dan sabun, yang sangat berpotensi menyebabkan mengganggu
sistem injeksi. Selain itu, gugus hidroksi yang terkandung dalam gliserol dapat
menyebabkan korosi pada logam tembaga dan seng. Endapan gliserol pada filter
bahan bakar juga dapat menghasilkan emisi yang berasal dari senyawa aldehid.
Gliserol Total, menunjukkan banyaknya gliserol yang terkandung dalam biodiesel
baik dalam bentuk gliserol bebas maupun gliserol terikat. Kandungan gliserol
berkorelasi dengan nilai viskositas biodiesel, apabila dinyatakan kadar gliserol
total suatu biodiesel tinggi, maka nilai viskositas dari biodiesel akan tinggi pula.
Metode pengujian yang digunakan sama dengan metode penentuan kadar
gliserol yaitu ASTM D 6584 atau AOCS Ca 14-56.

c. Pengujian kadar air dan sedimen dalam biodiesel dimaksudkan untuk


menentukan ketepatan volume air bebas dan sedimen. Air dan sedimen dalam
bahan bakar disinyalir dapat mengakibatkan kerusakan fasilitas dan sistem
bahan bakar mesin. Akumulasi sedimen dalam tangki penyimpan dapat
menyebabkan penyumbatan pada filter sehingga aliran bahan bakar ke tangki
ruang bakar menjadi terhambat. Air juga dapat mendorong terjadinya korosi pada
tangki penyimpan, tangki bahan bakar, dan peralatan yang ada di sekitar sistem
ruang bakar mesin. Keberadaan air juga merupakan media yang sangat baik
bagi pertumbuhan mikroba dalam sistem penyimpanan. Untuk mengetahui
kandungan air dan sedimen dalam biodiesel, dapat dilakukan pengujian
berdasarkan metode ASTM D 270.

21
d. Titik nyala adalah indikator keamanan penyimpanan akibat pengaruh panas.
Semakin rendah titik nyala, maka penyimpanan bahan bakar tersebut dinyatakan
tidak aman. Biodiesel umumnya memiliki titik nyala > 100°C sehingga
penyimpanannya lebih aman dibandingkan minyak solar yang titik nyalanya
minimal 52°C. Apabila diketahui titik nyala biodiesel kurang dari 100°C, maka hal
ini merupakan indikator bahwa di dalam biodiesel masih terkandung sejumlah
metanol.
e. Nilai temperatur distilasi 90% menggambarkan sifat volatilitas bahan bakar
hidrokarbon. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar konsentrasi
senyawa ester/FAME yang terkandung dalam biodiesel. Biodiesel umumnya baru
mulai teruapkan pada temperatur 360°C. Apabila kandungan trigliserida/asam
lemak yang terkandung dalam bahan bakar masih tinggi, maka capaian
temperatur distilasi akan lebih tinggi dari 360°C. Produsen biodiesel melakukan
pengukuran parameter ini untuk menilai kesuksesan reaksi konversi. Dari sisi
pengguna, kandungan asam lemak yang masih banyak dalam bahan bakar akan
memberikan dampak sulitnya penyalaan mesin, utamanya pada cuaca dingin.
Untuk menentukan angka distilasi tersebut, digunakan metode ASTM D 1160
dengan memanaskan sampel sampai temperatur tertentu hingga 90% sampel
teruapkan.
f. Merupakan jumlah kontaminan anorganik seperti padatan abrasif dan sisa
katalis, serta konsentrasi logam terlarut dalam biodiesel. Senyawa ini dapat
teroksidasi dalam proses pembakaran yang menyebabkan pembentukan
sejumlah abu yang dapat menyebabkan terbentuknya deposit pada mesin diesel.
Metode uji yang digunakan ASTM D 874.

g. Kandungan sulfur dalam biodiesel dinyatakan hampir nihil, kecuali dari sisa
reaksi esterifikasi yang menggunakan katalis asam sulfat dan proses purifikasi
tidak berlangsung sempurna. Kandungan sulfur di Indonesia dibatasi maksimum
2500ppm, karena emisi gas buang SOx dapat merusak kesehatan dan
lingkungan. Keberadaan sulfur dalam bahan bakar juga dapat menyebabkan
keausan pada mesin karena menghasilkan bahan yang bersifat korosif dan
menaikkan jumlah deposit di dalam ruang bakar dan piston. Sulfur dinilai dapat
memberikan efek pelumasan bahan bakar, namun hal ini dapat digantikan
dengan penggunaan biodiesel sebagai campuran bahan bakar, dengan tujuan

22
untuk mengurangi emisi dan meningkatkan efek pelumasan pada mesin diesel.
Standard pengujian yang digunakan ASTM D 5453 atau ASTM D 126
h. Fosfor dalam biodiesel umumnya berasal dari fosfolipid yang terkandung
dalam bahan baku minyak nabati. Proses penyiapan minyak nabati memegang
peran penting untuk mereduksi kandungan fosfor tersebut. Dalam proses
purifikasi biodiesel, fosfor akan terikut bersama dengan fasa gliserol-air. Untuk
tahap penyempurnaan, kandungan fosfor dapat dieliminasi dengan bantuan
kolom distilasi. Kandungan fosfor berlebih terbukti menghambat kemampuan
sistem pengurangan emisi gas buang karena disinyalir meracuni katalitik
konverter dan membentuk deposit pada kepala piston, katup dan injektor.
Besarnya kandungan fosfor pada biodiesel diuji dengan metode AOCS Ca 12-55.
i. Angka iodium merupakan ukuran jumlah senyawa tak jenuh yang terkandung
dalam minyak/lemak, juga senyawa dalam bentuk mono-, di-, dan trigliserida,
serta senyawa poli- tak jenuh (polyunsaturated). Keberadaan senyawa tak jenuh
ini ditandai dengan tingginya angka iodium. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya beberapa permasalahan sebagai berikut:
• Terjadinya polimerisasi dan pembentukan deposit pada nozzle injektor, cincin
piston dan ulir cincin piston, ketika dalam kondisi panas;
• Penurunan stabilitas oksidasi biodiesel, yang nantinya menyebabkan
pembentukan beragam produk degradasi yang memberikan dampak negatif
dalam pengoperasian mesin;
• Penurunan kualitas pelumasan bahan bakar pada mesin.
Angka iodium juga berkorelasi dengan viskositas dan angka setana. Apabila
viskositas dan angka setana terukur rendah, maka hal ini merupakan indikasi
tingginya kandungan poli tak jenuh dalam biodiesel tersebut.
Metode uji yang digunakan untuk mendeteksi angka iodin adalah AOCS Cd 1-25
dan satuan yang ditunjukkan dinyatakan dalam sentigram iodium yang diabsorpsi
per gram contoh biodiesel (%-m iodium terabsorpsi). Satu mol iodium terabsorpsi
setara dengan satu mol ikatan rangkap (dua), sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Angka iodium, AI (%-m) = 12,69(B – C) N


W
Keterangan:
C : Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi contoh, ml.

23
B : Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blangko, ml.
N : Normalitas eksak larutan natrium tiosulfat.
W : B erat eksak contoh biodiesel yang ditimbang untuk analisis, g.

j. Berdasarkan sifat kimianya, biodiesel lebih mudah mengalami degradasi


oksidatif dibandingkan minyak solar. Hal ini berkaitan dengan tingginya
kandungan senyawa ester poli tak jenuh yang mengandung banyak ikatan
rangkap dan rentan terhadap oksidasi. Rendahnya nilai stabilitas oksidasi dapat
menyebabkan permasalahan pada elastomer khususnya pada sistem saluran
bahan bakar. Produk oksidasi yaitu hidroperoksida mudah terpolimerisasi dengan
radikal bebas yang akhirnya membentuk sedimen tidak terlarut dan gum,
menyebabkan penyumbatan filter bahan bakar dan deposit pada sistem injeksi
dan ruang bakar. Produk oksidasi lainnya seperti aldehid, keton, dan asam
karboksilat rantai pendek dapat menyebabkan permasalahan korosi pada sistem
injeksi. Hal ini juga didorong oleh kenaikan angka asam dan peningkatan angka
peroksida.
D. High Speed Diesel (HSD)
HSD yang sering disebut dengan bahan bakar solar adalah bahan bakar
minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah bahan bakar ini berwarna kuning
coklat yang jernih (sumber, pertamina , 2005). Penggunaan solar pada umumnya
adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi
(diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada
pembakaran lanagsung dalam dapur-dapur kecil yang terutama diinginkan
pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa juga disebut juga gas oil,
Automotive Diesel oil, high speed diesel (Pertamina , 2005). Mesin-mesin
dengan putaran cepat atau lebih dari 1000 rpm membutuhkan bahan bakar
dengan karakteristik tertentu yang berkaitan dengan auto ignition (kemampuan
menyala sendiri), kemudahan mengalir dalam saluran bahan bakar, kemampuan
untuk teratomisasi, kemampuan lubrikasi, nilai kalor dan karakteristik yang lain

Bahan bakar solar mempunyai tujuh sifat-sifat utama, yaitu :

1. Tidak mempunyai warna atau hanya sedikit kekuningan dan berbau.

2. Encer dan tidak mudah menguap pada suhu normal.

3. Mempunyai titik nyala yang tinggi yaitu 40ºC sampai dengan 100ºC.

24
4. Terbakar secara spontan pada suhu 350ºC.

5. Mempunyai berat jenis sekitar 0,82 sampai dengan 0,86.

6. Mampu menimbulkan panas yang besar yaitu 10,500 kcal/kg.

7. Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar dari pada bensin.

Dari sifat-sifat utama dari bahan bakar solar seperti tersebut diatas, maka
pemanasan awal yang dilakukan pada solar diharapkan akan menurunkan
viskositas dan bertambahnya volume yang menyebabkan butir-butir bahan bakar
akan lebih mudah menguapkan dan mempengaruhi proses pengkabutan saat
injeksi. Butiran bahan bakar yang diinjeksikan sangat berpengaruh terhadap
proses pembakaran, sehingga tekanan penyemprotan divariasikan untuk
mempercepat dan memperbaiki proses pencampuran bahan bakar dengan
udara. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh homogenitas campuran yang
lebih sempurna, sehingga akan dihasilkan pembakaran yang lebih sempurna
pula. Kondisi ini akan berimbas pada pengurangan kepekatan asap hitam pada
gas buang.

E. Sitim Bahan Bakar di Mesin Diesel


Sistem bahan bakar adalah sistem yang digunakan untuk mensupply bahan
bakar yang diperlukan motor induk / generator. Pada umumnya :
1. Mesin diesel kecepatan rendah dapat beropersi dengan hampir setiap bahan
bakar cair dari minyak tanah ( kerosine ) sampai minyak bunker.
2. Mesin diesel kecepatan tinggi modern, karena singkatnya selang waktu yang
tersedia untuk pembakaran pada setiap daur memerlukan minyak bakar yang
lebih khusus dan lebih ringan.

25
Gambar . Sistim Bahan Bakar

Keterangan Gambar ;

1. Fuel tank (tanki bahan bakar)


2. Fuel filter (saringan bahan bakar)
3. Transfer / Preming pump (pompa bahan bakar)
4. Injection pump (pompa injeksi)
5. Governor
6. Timing advance mechanism
7. Fuel ratio control
8. High pressure fuel lines / Pipa Tekanan Tinggi Bahan Bakar
9. Low pressure fual lines / Pipa Tekanan Rendah Bahan Bakar
10. Injektor

Tanki bahan bakar adalah tempat menyimpan bahan bakar. Tangki bahan
bakar tersedia dalam bermacam-macam ukuran. Anda dapat menjumpai tangki
bahan bakar yang terletak pada beberapa posisi tergantung pada pemaka
Fuel Filter adalah alat yang berfungsi nyaring kotoran dan air. Penyaring
kotoran sangat penting karena bahan bakar diesel cenderung tidak bersih baik
dari kotoran partikel atau dari air, sedangkan elemen pompa injeksi dan injector
dibuat presisi. Untuk memisahkan air dari bahan bakar digunakan juga water
sedimenter yang bekerja atas sifat gravitasi air sendiri yang lebih besar daripada
bahan bakarnya. (Racor Parcer 10 mk, 20 mk)

26
Gambar . Dobel / Fuel Filter Ganda (Racor Parker 10 mk dan 20 mk)

Gambar . Singel / Fuel Filter tunggal (Racor Parker 30 mk)

Transfer pump adalah untuk menjaga pasokan yang cukup bahan


bakar yang bersih di dalam injection pump. Dari primary fuel filter, bahan
bakar mengalir masuk ke transfer / preming pump. Transfer pump menghisap
bahan bakar melalui bagian hisap yang bertekanan rendah dari sistem bahan
bakar. Fungsi lain dari preming pum untuk membuang udara dari sistem
bahan bakar bakar, pada saat pergantian filter bahan bakar. (Cat C.32)

27
Gambar . Transfer / Preming Pump (cat C.32)

Pompa injeksi yang digunakan yaitu pompa injeksi tipe inline dan tipe
distributor. Keduanya sama-sama berfungsi menaikan tekanan solar sesuai
timming pengapian, perbedaannya terletak pada mekanisme pengerjaannya.
Pada tipe inline, memiliki jumlah element pompa sesuai jumlah injektor.
Teknik penaikan tekanan dilakukan oleh plunger melalui camshaft yang diatur
pada sudut tertentu. Sementara pada tipe distributor, hanya memiliki satu
element pompa yang melayani seluruh injektor. Teknik penaikan tekanan
dilakukan oleh poros yang menekan plat nok agar bergerak maju.
Sementara itu, pengaturan RPM dilalukan dengan mengatur volume solar
yang dinjeksikan kedalam ruang bakar melalui mekanisme governoor.
(autoexpose.org)

Gambar . Pump Injeksion / Pompa Injektor (autoexpose.org)

28
Injektor berfungsi mengeluarkan solar bertekanan tinggi dalam bentuk
kabutan. Perlu diketahui juga, kinerja injektor dipengaruhi oleh tekanan bahan
bakar pada pompa injeksi, karena semakin kuat tekanan injeksi maka semakin
kuat pula solar didalam injektor menekan niple jet.
Cara kerja injektor, yakni dengan meletakan sebuah jarum yang disebut
niple jet didalam nozzle yang memiliki diameter kecil. Jarum tersebut secara
default menutup lubang nozzle, dan diatas jarum sudah diletakan mekanisme
pegas. Sehingga lubang nozzle akan terbuka jika ada fluida yang menekan
jarum.
Saat pompa injeksi menekan solar, otomatis niple jet terangkat dan solar
keluar dari lubang nozzle yang cukup kecil dengan tekanan tinggi sehingga
bentuk solar yang keluar seperti kabut yang memiliki partikel kecil tersebar.
F. Perhitungan Penggunaan Bahan bakar di Motor Diesel
Yaitu Rumus perhitungan yang di gunakan dalam pemakaian bahan
bakar pada Motor diesel,sehingga bisa mengetahui Konsumsi bahan bakar yang
di gunakan
Contoh rumus-rumus tersebut yaitu;
1. Lecture on ship design and ship theory, Herald Poelhs, berat bahan bakar
ditentukan sebagai Berikut;
Wfo = (Pme.bme) x S/VS x 10¯⁶ x Z
Dimana :
Pme = BHP motor induk (100 hp)
Bme = fuel oil Consumption (22 L/hr)
S = Radius Pelayaran (55,76 sea mill)
Vs = Kecepatan Kapal (6 knot)
Ζ = harga tambahan (sisa tanki yang tidak bisa disedot.
Maka:
Wfo=(100x22)x(55,76/6)x10¯⁶x1,2
=0,0245ton
ƴdo=0,85ton/m³
MakaVolumetankibahanbakaadalah:
Vfo=Wfo/ƴdo
=0,0245/0,85
=0,02886
= 28,86 Liter (di bulatkan 29 Liter)

29
2. Berat Bahan Bakar Motor Bantu di tentukan dengan rumus pendekatan(Marin
Design Outfitting Machinery) Yaitu:
Wae = ( 0,1 - 0,2 ) x Wfo diambil 0,16
= 0,16 x 0,0245
= 0,0039 ton
Vae = 0,0039 x 0,85
= 0,0046 m³ = 4,6 Liter
Jadi = ( 4,6 liter/9,29 jam )/24 jam
= 11,93 Liter/Hari
= 11,93 x 3 = 35,77 Liter/Trip atau = 36 Liter/Trip.
Total kebutuhan bahan bakar = Vfo + Vae
= 29 Liter/trip + 36 Liter / trip
= 65 Liter / trip
= 65 / 3 = 21,7 Liter/hari di bulatkan 22 liter/hari
Jadi kebutuhan bahan bakar = 22 liter/hari,jika harga solar Rp 10.000,00/Liter,
Maka kebutuhan bahan bakar untuk 1 trip adalah Rp 220.000,00

3. Perhitungan Volume kebutuhan bahan bakar minyak konsumsi (Pertamina )


2001 yaitu :
F=WxHxc
Dimana :
F = Konsumsi BBM /Trip (Ton/Trip)
W = Daya mesin Kapal/Perahu (HP)
C = Fuel Consumption Rate (0,16)
Biaya konsumsi Bahan Bakar Mintyak per Trip (Fuel Konsumsi Cost )
FCC = V x HET
Dimana
FCC = Fuel Consumption Cos/ Biaya Konsumsi BBM) Per trip (Rp)
V = Volume BBM per Trip ( Ton/Trip )
HET = Harga Eceran Tertinggi BBM (Rp).

30
4. Perhitungan Menurut Sujanto dalam buku Pesawat kapal II adalah;
Jumlah pemakaian setiap hari adalah;
B = Pemakain bahan bakar seluruh Pelayaran
Jumlah hari Layar

= Jarak
Kecepatan dalam kenot x 24 jam

Jadi B = Pemakaian Bahan bakar seluruh pelayaran x kecepatan x 24


jam
Jarak

Persamaanya yaitu = D²/³ x V³ x jarak


Pemakaian bahan bakar seluruh pelayaran x V x
24

31
32

Anda mungkin juga menyukai