Program Keswa
Program Keswa
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt., yang atas rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada
ibu ASRIWATI,S.Kep,S.Pd.MKes sebagai dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat
yang dengan dukungannya sehingga tugas kuliah ini selesai tepat pada waktunya. Terima kasih
juga diucapkan kepada teman-teman serekan yang telah bekerjasama dan bersusah payah,
sehingga tugas ini selesai dengan baik.
Saya sebagai penulis pemula merasa banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah
ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya, saya berharap semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kita semua sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Fitriani,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................3
II. PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Definisi Sehat Jiwa, Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa............. 4
B. Konsep Dasar Community Mental Healthy Nursing.............................6
C. Peran dan Fungsi Perawat/Bidan Kesehatan Jiwa Komunitas.............13
D. Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas
(Competent Of Caring)........................................................................14
E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas............................................14
F. Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja
dan Lansia)...........................................................................................29
G. Perkembangan Keperawatan Jiwa Komunitas.....................................26
H. Perawatan Klien Gangguan Jiwa........................................................ 26
III. PENUTUP.................................................................................................30
A. Kesimpulan..........................................................................................30
B. Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi
tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2010,menurut Depkes 1999.
(http://www.litbang.depkes.go.id).
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-
negara maju,modern dan industri.Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit
degeneratif,kangker,gangguan jiwa dan kecelakaan (Mardjono dalam Hawari 2001).Meskipun
gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung,namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik
secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan,karena mereka tidak
produktif dan tidak efisien.
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan terjadinya gempa
dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal 28 Maret 2005 yang melanda
Kepulauan Nias, yang kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO
memandang perlu program CMHN.
Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari proses
rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan persiapan yang
melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah
setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan Pelatihan Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic Course of Community Mental Health Nursing
(BC-CMHN) berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi perawat Puskesmas,
sehingga memiliki kompetensi melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa,
selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi.
WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif karena dapat
memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien gangguan jiwa di masyarakat.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mencantumkan judul sebagai mana yaitu
Community Mental Healthy Nursing (CMHN)yg berarti keperawatan kesehatan jiwa
komunitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sehat jiwa, masalah psikososial, dan gangguan jiwa ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar community mental heart nursing?
3. Bagaimana konseptual model keperawatan jiwa komunitas?
4. Bagaimana peran dan fungsi bidan kesehatan jiwa komunitas?
5. Bagaimana kompetensi bidan kesehatan jiwa komunitas (competent of caring)
6. Bagaimana pelayanan keperawatan jiwa komunitas ?
7. Apa saja enis Gangguan Jiwa yang ditangani (Anak, Remaja, dan Lansia)
8. Bagaimana perkembangan keperawatan jiwa komunitas ?
9. Bagaimana perawatan klien gangguan jiwa ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu kebidanan khususnya pada bidang keperawatan
kesehatan jiwa komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh informasi tentang keberadaan CMHN pada ilmu keperawatan saat ini.
b.Mengetahui konseptual model keperawatan kesehatan jiwa masayarakat yang ada.
c. Memperoleh pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada kesehatan jiwa komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
3. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi gangguan jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanaan peran.
a. Sedih berkepanjangan
b. Tidak bersemangat dan cenderung malas
c. Marah tanpa sebab
d. Menggantung diri
e. Tidak mengenali orang
f. Bicara kacau
g. Bicara sendiri
h. Tidak mampu merawat diri
c. Aspek social
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan pekerjaan ,
tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar
mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai
sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan.
e. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan sebagai
potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang pelayanan yaitu
dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan jiwa integratif dan pelayanan
kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya
yang ada dimasyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara
kesehatannya.
Kegiatan :
Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal dan informal serta masyarakat luas
Kegiatan :
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa ,
mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja,
dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan
, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa , manajemen stress ,
persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan pasangan ,
pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini mungkin terjadi akibat
bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan
penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah
menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang
beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa. Aktivitas pada
pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai sumber
seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua pasien yang berobat
kepukesmas dengan keluhan fisik.
2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka lanjutkan
pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di tempat tempat
umum)
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai dengan standar
pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan dokter) dan memonitor efek samping
pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan pasien
untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan
pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan segera
kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan
jadwal tindak lanjut.
7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang aman, melakukan
pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan rujukan jika mengancam keselamatan
jiwa.
8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu pemulihan
pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi keluarga dan terapi lingkungan.
9) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau kelompok masyarakat
pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas masalah-masalah yang terkait dengan
kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24 pukul melalu
telepon berupa pelayan konseling.
11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana keperawatan
adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap
pemulihan. Aktifitas pada pencegahan tersier meliputi :
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai 11,6 %
dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Hal ini menjadikan masalah
kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi Kementerian Kesehatan karena merupakan tantangan yang
besar dengan kompleksitas tinggi di berbagai lapisan dan aspek kehidupan. Anak-anak dapat
menderita gangguan jiwa, sebagai berikut :
Beberapa penyakit, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan afektif, dan
skizofrenia, dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Sedangkan gangguan perilaku
dan gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan belajar dan komunikasi dimulai
pada masa kanak-kanak saja, meskipun dapat berlanjut terus sampai dewasa. Dalam kasus yang
jarang terjadi, gangguan tic dapat terjadi pada orang dewasa. Tetapi hal yang tidak biasa bagi
seorang anak memiliki lebih dari satu gangguan.
a. Gangguan Cemas
Cemas (ansietas) adalah perasaan gelisah yang dihubungkan dengan suatu antisipasi terhadap
bahaya, ini berbeda dengan rasa takut, yang merupakan bentuk respon emosional terhadap
bahaya yang obyektif, walaupun manifestasifisiologik yang ditimbulkannya sama cemas
merupakan suatu bentuk pengalamanan yang umum, tapi dapat ditemui dalam bentuk yang
berbeda pada gangguan psikiatrik dan gangguan medis Diagnosis mengenai cemas
ditegakkanapabila gejala cemas mendominasi dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau
gangguan yang nyata.
b. Gangguan Depresi
Dalam perkembangan normal pun seorang remaja mempunyai kecenderungan untuk mengalami
depresi, oleh karena itu sangatlah penting untuk membedakan secara jelas dan hati-hati antara
depresi yang disebabkan oleh gejolak
mood yang normal pada remaja (adolescent turmoil) dengan depresi yang patologik. Akibat
sulitnya membedakan antara kedua kondisi diatas, membuat depresi pada remaja sering tidak
terdiagnosis, bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada remaja sering kali akan
berlanjut sampai
masa dewasa. Menurut Carlson, seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada remaja
menjadi tipe primer dan sekunder.
2. Tipe sekunder : bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan dengan gangguan
psikiatrik sebelumnya. Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya lebih kacau, lebih agresif,
mempunyai lebih banyak kelelahan sometik, dan lebih sering terlihat mudah tersinggung, putus
asa, mempunyai ide bunuh diri, problem tidur, penurunan prestasi sekolah, harga diri yang
rendah , dan tidak patuh.
Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat umum sebagai gangguan psikosomatik . Ciri uatama
dari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang, yang disertai
dengan dengan permintaan pemeriksaan medis : meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi
dasar keluhannya. Pasien biasanya menolak adanya kemungkinan penyebab psikologis,
walaupun ditemukan gejala ansietas dan depresi yang nyata.
d. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan yang berat dalam kemampuan
menilai realitas, yang bukan karena retardasi mental atau gangguan penyalahgunaan NAPZA.
Terdapat gejala yaitu waham , halusinasi,
perilaku yang sangat kacau , pembicaraan yang inkoheren ( kacau ) , tingkah laku agitatif dan
disorientasi yang termasuk gangguan psikotik antara lain :
Skizofrenia
Gangguan waham
Gangguan mental organik dengan gejala psikotik ( yang ditandai oleh adanya antara lain
delirium,demensia )
Skizofrenia pada masa kanak dan remaja didefinisikan sama dengan skizofrenia pada masa
dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, seperti adanya defisit pada fungsi adaptasi, waham,
halusinasi, asosiasi yang melonggar atau inkoherensi ( isi pikir yang kacau ), katatonia, afek
yang tumpul atau tidak dapat diraba-rabakan.
Kesulitan Akademik
Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah laku dan
depresi.
Impulsivitas
Semakin banyak faktor risiko yang ada, semakin besar kemungkinan seorang remaja akan
menjadi penggunaan NAPZA.
3. Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada Lansia
a. Skizofernia
Skizofrenia Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat
yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat
ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis
dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut
usia (lansia) (Dep.Kes.1992).
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiran
sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosi
sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham dan
sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun
orang. Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas
seperti mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang
atau lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga.
b. Parafrenia
Parafrenia merupakan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut
usia (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering dianggap
sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain.
Lebih sering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit)
dengan ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak
menikah atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun sulit
mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan
pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau lebih rendah.
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan
emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan
afektif ini antara lain:
d. Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar
untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan.
Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya
lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan
neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuki
tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan
daya tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara
kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi
irrasional. Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
3) Neurosis fobik
5) Gangguan somatoform
6) Hipokondriasis
Pencegahan primer
Penanganan multidisiplin
a. Meningkatkan Iptek
a. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan selama klien dirawat: Pada awal klien di
rawat,perawat hendaknya melakukan kontrak hubungan dengan klien dan keluarga.Keluarga
mengetahui peran dan tanggung jawabnya dalam proses keperawatan yang direncanakan melalui
kontrak yang telah disepakati.Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan
dasar utama untuk membantu klien mengungkapkan dan mengenal perasaannya,mengidentifikasi
kebutuhan dan masalahnya,mencari alternative pemecahan masalah,melaksanakan alternative
yang dipilih serta mengevaluasi hasilnya.Tindakan keperawatan terhadap keluarga antara lain:
1) Menyertakan keluarga dalam rencana perawatan klien
2) Menjelaskan pola perilaku klien dan cara penanganannya
3) Membantu keluarga berperilaku terapeutik,yang dapat menolong memecahkan masalah klien.
4) Mengadakan pertemuan antar keluarga klien:diskusi,membagi pengalaman,mengatasi masalah
klien.
5) Melakukan terapi - keluarga.
6) Menganjurkan kunjungan keluarga yang teratur.
Persiapan Pulang: Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilajutkan dengan
perawatan di rumah.Untuk itu,selama di rumah sakit perlu dilakukan persiapan pulang.Persiapan
pulang dilakukan segera mungkin setelah dirawat serta diintegrasikan di dalam proses
keperawatan.Persiapan atau rencana pulang bertujuan untuk:
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan pada
Puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program integrasi kesehatan jiwa.Perawat komuniti
yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai ruang perawatan.Perawat,klien
dan keluarga bekerja sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan
masyarakat.Perawat dapat membuat kontrak dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah
dan aftercare di Puskesmas. Perawat membantu klien dan keluarga menyesuaikan diri
dilingkungan keluarga,dalam hal sosialisasi,perawatan mandiri dan kemampuan memecahkan
masalah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
a. Seharusnya informasi yang didapatkan mengenai upaya kesehatan jiwa didapatkan harus
lebih lengkap lagi.
b. Upaya kesehatan jiwa yang dilakukan di berbagai daerah sudah mencapai titik
keberhasilan. Namun belum ada upaya yang dilakukan untuk menaikkan tingkat
keberhasilan tersebut. Agar semakin tahun atau bulan upaya kesehatan jiwa tersebut dapat
berjalan dengan baik dan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta: EGC.
Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14 Maret 2012. Diambil pada
tanggal 15 April 2013, dari alamat
http://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/community-mental-health-nursing.html
Mengenai Saya
Arsip Blog
2014 (1)
o Mei (1)
Tema Jendel