NAr
awan gas B
(sebagai medium difusi A)
droplet di r1 xA = xA1
cairan A r1
r2 xA = xA2
r2
Analisis kasus
(i) peristiwa: tetes cairan A diasumsikan berbentuk bola sempurna menguap, kemudian
berdifusi melalui awan gas B yang diam (stagnan)
(ii) sub-sistem yang ditinjau adalah peristiwa difusi A melalui awan gas B yang
mensuspensi tetes cairan A (membentuk campuran biner, A dan B)
(iii) komponen kunci: komponen A
(iv) sistem koordinat: bola (sumbu r, , )
Asumsi-asumsi
(i) hanya terdapat gradien konsentrasi A pada arah sumbu r, sehingga perpindahan massa
A hanya terjadi pada arah sumbu r, atau: NAr 0, NA = NA = 0
(ii) perpindahan massa A hanya terjadi pada skala mikroskopik, tidak ada keterlibatan
perpindahan massa A secara aliran bulk (skala makroskopik)
(iii) A dan B tidak bersifat reaktif (tidak terjadi reaksi kimia antara A dan B)
(iv) pengupan tetes cairanA terjadi dengan sangat lambat, sehingga selama peninjauan,
ukuran tetes cairan A tidak berubah
(v) sistem isothermal, sehingga nilai DA-B dan densitas konstan
(vi) steady-state
Berdasarkan uraian pada analisis kasus dan asumsi, digunakan persamaan (c) pada Tabel
18.2-1 sebagai berikut:
Arah penyelesaian adalah menentukan fluks molar A yang meninggalkan permukaan tetes
cairan A (pada posisi r = r1). Sehingga persamaan dasar fluks molar A harus dimunculkan
terlebih dahulu, yaitu dengan memodifikasi/menyesuaikan ekspresi Hukum I Fick dalam
1|Page
parameter N sesuai dengan kasusnya (kasus berupa: difusi A melalui awan gas B stagna
yang bertindak sebagai medium berdifusi).
Hukum I Fick pada difusi komponen A ke arah sumbu r:
dx Ar
N Ar c D A B x Ar N Ar N Br ...(ii)
dr
Untuk medium B stagnan, NBr = 0. Sehingga pers. (ii) dapat dinyatakan sebagai:
dx Ar
c D A B
N Ar dr ...(iii)
1 x Ar
Berdasarkan persamaan (iii), nampak bahwa fluks molar A di setiap posisi pada arah sumbu
r, dapat dievaluasi atau ditentukan. Untuk mengevaluasi fluks molar A di posisi r = = r 1,
persamaan (iii) menjadi:
dx Ar
c D A B
N Ar dr
r r1
1 x Ar
r r1
...(iv)
dx Ar
2 c D A B dr
d r 0
1 x Ar
...(v)
Pendekatan bahwa sistem isotermal, sehingga c dan DA-B konstan, maka persamaan (v)
menjadi:
dx Ar
2 dr 0
d r (vi)
1 x Ar
Penyelesaian terhadap pers. (vi) diperoleh:
dx Ar
dx Ar dr
r 2 dr c1 atau c1 2 (vii)
1 x Ar 1 x Ar r
Jika dikaitkan dengan kebutuhan untuk menentukan N Ar di r = r1 seperti yang diekspresikan
dx Ar
pada pers. (iv), dengan memperhatikan pers. (vii), nampak bahwa
r 2 dr akan
1 x Ar
terevaluasi jika c1 di r = r1 terevaluasi.
2|Page
c1 c1
ln 1 x A1 c2 dan ln 1 x A 2 c2
r1 r2
Penyelisihan kedua persamaan hasil substitusi BC tersebut, akan diperoleh nilai c1 berikut:
1 x A2 1 1 r1 r2 1 x A2
ln c1 atau c1 ln
1 x A1 r2 r1 r1 r2 1 x A1
dx Ar
dr r1 r2 ln 1 x A 2 (ix)
1 x Ar r 2 r1 r2 1 x A1
Di r = r1, ekspresi pers. (ix) akan menjadi:
dx Ar r2
r 1 x A2
dr 1 ln (x)
1 x Ar r1 r2 1 x A1
r r1
r r
c D A B 2 c D A B 2
N Ar r1 ln 1 x A 2 atau N Ar r1 ln 1 x A 2
r r1
r1 r2 1 x r r1
r2 r1 1 x
A1 A1
Berdasarkan pada hubungan fraksi molar, 1 xA1 = xB1 dan 1 xA2 = xB2, sehingga
persamaan terakhir dapat diubah menjadi:
r
c D A B 2
N Ar r1 ln x B 2
(terbukti)
r r1
r2 r1 x
B1
3|Page