Anda di halaman 1dari 3

LPH= LEMBAGA PEMERIKSA HALAL

Pasal 14
(1) Auditor Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c diangkat dan diberhentikan
oleh LPH.
(2) Pengangkatan Auditor Halal oleh LPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi
persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan, kimia, biokimia,
teknik
industri, biologi, atau farmasi;
d. memahami dan memiliki wawasan luas mengenai kehalalan produk menurut syariat Islam;
e. mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan; dan
f. memperoleh sertifikat dari MUI.

Pasal 15
Auditor Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 bertugas:
a. memeriksa dan mengkaji Bahan yang digunakan;
b. memeriksa dan mengkaji proses pengolahan Produk;
c. memeriksa dan mengkaji sistem penyembelihan;
d. meneliti lokasi Produk;
e. meneliti peralatan, ruang produksi, dan penyimpanan;
f. memeriksa pendistribusian dan penyajian Produk;
g. memeriksa sistem jaminan halal Pelaku Usaha; dan
h. melaporkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kepada LPH.

www.hukumonline.com
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai LPH diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PERATURAN PEMERINTAH
BAB IV
LEMBAGA PEMERIKSA HALAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
(1) Pemerintah dan/atau masyarakat dapat mendirikan LPH.
(2) Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kementerian/lembaga, badan
usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan perguruan tinggi negeri.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi lembaga keagamaan Islam
berbadan hukum
berupa yayasan atau perkumpulan.
Bagian Kedua
Persyaratan
Pasal 10
(1) Pendirian LPH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki kantor sendiri dan perlengkapannya;
b. memiliki akreditasi dari BPJPH;
c. memiliki Auditor Halal paling sedikit 3 (tiga) orang; dan
d. memiliki laboratorium atau kesepakatan kerja sama dengan lembaga lain yang memiliki
laboratorium telah terakreditasi.
4 / 16
www.hukumonline.com/pusatdata
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan memiliki kantor sendiri adalah bahwa kantor tersebut sepenuhnya
dikuasai dan
digunakan untuk kegiatan operasional LPH.
(2) Untuk memiliki akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, LPH
mengajukan permohonan
akreditasi kepada BPJPH.
(3) BPJPH melakukan verifikasi terhadap kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
huruf a, huruf c, dan huruf d.
(4) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terpenuhi, BPJPH
menerbitkan surat
akreditasi.
Bagian Ketiga
Tata Cara Permohonan Izin Operasional Lembaga Pemeriksa Halal
Pasal 11
(1) Izin pendirian LPH dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis.
(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pimpinan
kementerian/lembaga,
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan perguruan tinggi negeri, serta
pimpinan
lembaga keagamaan Islam dengan melampirkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10.
(3) Permohonan tertulis dari pimpinan kementerian/lembaga dan badan usaha milik
negara/lembaga, badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan perguruan tinggi negeri, serta pimpinan
lembaga
keagamaan Islam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Menteri atau pejabat
yang
ditunjuk.
(4) Surat izin pendirian LPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 3 (tiga)
tahun dan dapat
diperpanjang.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perpanjangan pemberian izin pendirian LPH
sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
KETERANGAN DIAGRAM ALIR
Pada diagram alir (Gambar 1) pengertian Dokumen SJH adalah
sebagai berikut:
1. Untuk perusahaan baru yang belum memiliki SH MUI, Dokumen
SJH yang dibutuhkan adalah :
a. Dokumen SJH1) berupa surat pernyataan di atas materai
bahwa perusahaan bersedia menyerahkan Manual SJH
Standard paling lambat 6 bulan setelah terbitnya SH.
b. Dokumen SJH2) berupa Manual SJH minimum yang terdiri
dari klausul kebijakan halal, struktur manajemen halal dan
ruang lingkup penerapan SJH.

2. Untuk perusahaan yang telah memiliki SH MUI namun audit


implementasi SJH belum dilakukan, Dokumen SJH yang
dibutuhkan adalah :
a. Dokumen SJH1) berupa Manual SJH Minimum terdiri dari :
klausul kebijakan halal, struktur manajemen halal dan ruang
lingkup penerapan SJH.
b. Dokumen SJH2) berupa Manual SJH Standar terdiri dari :
I. Informasi Dasar Perusahaan
II. Kendali Dokumen
III. Tujuan Penerapan
IV. Ruang Lingkup Penerapan
V. Kebijakan Halal
VI. Panduan Halal
VII. Struktur Manajemen Halal
VIII. Standard Operating Procedures (SOP)
IX. Acuan Teknis
X. Sistem Administrasi
XI. Sistem Dokumentasi
XII. Sosialisasi
XIII. Pelatihan
XIV. Komunikasi Internal dan Eksternal
XV. Audit Internal
XVI. Tindakan Perbaikan
XVII. Kaji Ulang Manajemen

3. Untuk perusahaan yang telah mendapatkan status SJH minimal


B (cukup) dan akan memperpanjang masa berlaku SH-nya,
Dokumen SJH yang dibutuhkan adalah :
a. Dokumen SJH1) berupa laporan berkala terkini dan Revisi
Manual SJH (jika ada) atau copy status SJH minimal B atau
Sertifikat SJH.
b. Dokumen SJH2) tidak diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai