Anda di halaman 1dari 44

SISTEM JAMINAN HALAL

Manual Jaminan Halal dan Proses Sertifikasi Halal

M. Usman Nasution, SH, MH.


UKM Haji dan Umroh
Mengapa Harus Memiliki Sertifikat Halal…?

Al-Ma'idah Ayat 88
‫هّٰللا‬ َ ٰ ‫هّٰللا‬
ُ ْ َ
‫ي انتُ ْم بِ ٖه ُمْؤ ِمن ْو َن‬ٓ ْ ‫ُكلُ ْوا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم ُ َحل طيِّبًا ۖ َّواتَّقوا َ ال ِذ‬
َّ ُ ‫اًل‬

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
.beriman kepada-Nya
Mengapa Harus Memiliki Sertifikat Halal…?

Kewajiban
Produsen PRODUK
Hak Konsumen

• Setiap produsen harus memenuhi kebutuhan dan hak konsumen, termasuk


konsumen Muslim.
• Memproduksi produk halal adalah bagian dari tanggungjawab perusahaan
kepada konsumen muslim.
• Di Indonesia, untuk memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk
yang dikonsumsi adalah halal, maka perusahaan perlu memiliki Sertifikat Halal
MUI.
Mengapa Harus Memiliki Sertifikat Halal…?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat,
kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang
gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.
2. Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.
3. Proses Produk Halal yang selanjutnya disingkat PPH adalah rangkaian kegiatan untuk
menjamin kehalalan Produk mencakup penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan,
pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk.
Mengapa Harus Memiliki Sertifikat Halal…?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2019


TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.33 TAHUN 2014 TENTANG JPH

Pasal 1
1. Jaminan Produk Halal, yang selanjutnya disingkat JPH
adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu
Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.
Azas Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pasal 2
Penyelenggaraan JPH berasaskan:
a. pelindungan;
b. keadilan;
c. kepastian hukum;
d. akuntabilitas dan transparansi;
e. efektivitas dan efisiensi; dan
f. profesionalitas.
Tujuan Sertifikasi Halal…?

Pasal 3
Penyelenggaraan JPH bertujuan:
a. memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan
menggunakan Produk; dan
b. meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha untuk memproduksi dan
menjual Produk Halal.
Jaminan Produk Halal menurut UU No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

Pasal 4
Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah
Indonesia wajib bersertifikat halal.
Benda-benda tidak Halal + Turunannya dan Najis

Al- Qur’an Surat Al- Maidah Ayat 3


ُ‫ي ِر َو َما ُأ ِه َّل لِ َغ ْي ِر هَّللا ِ بِ ِه َوا ْل ُم ْن َخنِقَةُ َوا ْل َم ْوقُو َذة‬a‫ُح ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَ ْح ُم ا ْل ِخ ْن ِز‬
‫ب‬
ِ ‫ص‬ ُ ‫سبُ ُع ِإاَّل َما َذ َّك ْيتُ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى ال ُّن‬ َّ ‫يحةُ َو َما َأ َك َل ال‬ َ ‫َوا ْل ُمتَ َر ِّديَةُ َوالنَّ ِط‬
Artinya
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.”
Benda-benda tidak Halal + Turunannya dan Najis

Al-An'am ayat 121.


‫ون ِإلَ ٰ ٓى‬ َ ‫ش ٰيَ ِط‬
ُ ُ‫ين لَي‬
َ ‫وح‬ َّ ‫ق ۗ َوِإ َّن ٱل‬
ٌ ‫س‬ ْ ‫وا ِم َّما لَ ْم يُ ْذ َك ِر ٱ‬
ْ ِ‫س ُم ٱهَّلل ِ َعلَ ْي ِه َوِإنَّهۥُ لَف‬ ۟ ُ‫َواَل تَْأ ُكل‬
ْ ‫َأ ْولِيَٓاِئ ِه ْم لِيُ ٰ َج ِدلُو ُك ْم ۖ َوِإنْ َأطَ ْعتُ ُمو ُه ْم ِإنَّ ُك ْم لَ ُم‬
َ ‫ش ِر ُك‬
‫ون‬
Artinya:
"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan.“
"Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah
menjadi orang-orang yang musyrik”
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 39 TAHUN 2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN BIDANG JAMINAN PRODUK HALAL
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pasal 6
1) Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib dipisahkan

LOKASI
TERPISAH

LOKASI, TEMPAT, DAN ALAT PPH HALAL LOKASI, TEMPAT, DAN ALAT TIDAK HALAL
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pasal 6
2) Lokasi, tempat, dan alat PPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. dijaga kebersihan dan higienitasnya;
b. bebas dari najis; dan
c. bebas dari Bahan tidak halal.

Bersihkan Tempat Kerja


higienis
bebas dari najis; dan
bebas dari Bahan tidak halal
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pasal 6
4) Tempat dan alat PPH yang wajib dipisahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tempat
dan alat:
a. penyembelihan;
b. pengolahan;
c. penyimpanan;
d. pengemasan;
e. pendistribusian;
f. penjualan; dan
g. penyajian.
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pasal 12
Tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(4) huruf c wajib dipisahkan antara yang halal dan tidak halal
pada:
a. penerimaan Bahan;
b. penerimaan Produk setelah proses pengolahan; dan
c. sarana yang digunakan untuk penyimpanan Bahan dan
Produk.
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Kerangka SJH dapat digambarkan dalam bentuk siklus Operasi sebagaiberikut :


Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Kebijakan Halal
Pernyataan kebijakan halal adalah langkah awal dan menjadi dasar dalam :
1. Menyusun Manual SJH (Planning)
2. Melaksanakan SJH (Implementation)
3. Memantau dan Mengevaluasi Pelaksanaan SJH (Monitoring and Evaluation)
4. Tindakan Perbaikan terhadap pelaksanaan SJH (Corrective Action)
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Perencanaan
(Planning)
Perusahaan menyusun manual SJH standar dengan urutan:
I. Informasi Dasar Perusahaan IX. Acuan Teknis
II. Kendali Dokumen X. Sistem Administrasi
III. Tujuan Penerapan XI. Sistem Dokumentasi
IV. Ruang Lingkup Penerapan XII. Sosialisasi
V. Kebijakan Halal XIII. Pelatihan
VI. Panduan Halal XIV. Komunikasi Internal dan Eksternal
VII. Struktur Manajemen Halal XV. Audit Internal
VIII. Standard Operating Procedures (SOP) XVI. Tindakan Perbaikan
XVII. Kaji Ulang Manajemen
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pelaksanaan
(Implementation)
• Perusahaan melaksanakan semua yang telah
direncanakan seperti tertulis dalam Manual SJH.

• Hal ini didukung dengan bukti-bukti pelaksanaannya.


Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Pemantauan dan Evaluasi


(Monitoring and Evaluation)
Perusahaan memantau dan mengevaluasi seberapa jauh
pencapaian pelaksanaan dapat memenuhi tujuan sesuai
yang direncanakan
Petunjuk Teknis dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Tindakan Perbaikan
(Corrective Action)
Perusahaan memperbaiki kesalahan dan belajar dari
kesalahan serta memperbaiki perencanaannya untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
Manual SJH

A. Kendali dokumen (document control)

Kendali dokumen terdiri dari :


1. daftar isi
2. lembar pengesahan
3. daftar distribusi manual
4. daftar revisi dokumen
Manual SJH

B. Pendahuluan
Pendahuluan Manual SJH terdiri dari :
1. Informasi Dasar Perusahaan
Informasi dasar perusahaan merupakan pernyataan identitas
diri atau profil perusahaan berisi nama perusahaan, alamat,
jenis produk, kapasitas produksi, tempat maklon jika ada,
jumlah lini produksi, jumlah tenaga kerja, jangkauan pasar, dan
lainlain.
Manual SJH

2. Tujuan Penerapan
Perusahaan harus menyatakan secara tertulis tujuan
penerapan SJH di perusahaannya sesuai dengan aturan
yang telah digariskan oleh LP POM MUI yaitu : menjamin
kehalalan produk yang dihasilkan secara sinambung dan
konsisten sesuai dengan Syariat Islam yang telah
ditetapkan berdasarkan fatwa MUI.
Manual SJH

3. Ruang Lingkup Penerapan


Perusahaan menjelaskan jangkauan penerapan
sistem jaminan perusahaan di lingkungan perusahaan,
antara lain pembelian, penerimaan bahan, lini
produksi, penyimpanan bahan dan produk,
transportasi dan distribusi, serta pemajangan dan
penghidangan (untuk restoran).
Manual SJH
C. Komponen SJH
SJH memiliki komponen-komponen sebagai berikut :

1. Kebijakan Halal
Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis tentang
komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal
secara konsisten, mencakup konsistensi dalam
penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan
dan bahan penolong serta konsistensi dalam proses
produksi halal.
Manual SJH
2. Panduan Halal
Panduan Halal adalah pedoman perusahaan dalam melaksanakan kegiatan untuk
menjamin produksi halal.
Panduan Halal yang disusun perusahaan mencakup :
1. Pengertian halal dan haram
2. Dasar Al Qur’an dan Fatwa MUI
3. Pohon keputusan untuk indentifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses
produksi
4. Tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan tindakan pencegahannya
5. Tabel hasil identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses produksi dari bahan
haram/najis dan Tindakan pencegahannya
6. Publikasi LPPOM MUI (Jurnal Halal LPPOM MUI dan website www.halalmui.org).
Manual SJH

3. Organisasi Manajemen Halal


Manajemen halal merupakan organisasi internal perusahaan
yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen
dalam menghasilkan produk halal. Dalam mengelola fungsi
dan aktivitas tersebut pihak perusahaan dapat melibatkan
seluruh departemen atau bagian yang terkait dengan sistem
berproduksi halal, mulai dari tingkat pengambil kebijakan
tertinggi sampai tingkat pelaksana teknis di lapangan.
Prinsip-prinsip SJH

Prinsip-prinsip yang ditegakkan dalam operasional SJH adalah:

1. Maqoshidu syariah
Pelaksanaan SJH bagi perusahaan yang memiliki SH MUI
mempunyai maksud memelihara kesucian agama, kesucian
pikiran, kesucian jiwa, kesucian keturunan, dan kesucian
harta.
Prinsip-prinsip SJH

2. Jujur
Perusahaan harus jujur menjelaskan semua bahan
yang digunakan dan proses produksi yang dilakukan
di perusahaan di dalam Manual SJH serta melakukan
operasional produksi halal sehari-hari berdasarkan
apa yang telah ditulis dalam Manual SJH.
Prinsip-prinsip SJH

3. Kepercayaan
LPPOM memberikan kepercayaan kepada perusahaan
untuk menyusun sendiri Manual SJH nya berdasarkan
kondisi nyata internal perusahaan.
Prinsip-prinsip SJH

4. Sistematis
SJH dan arsip terkait agar bukti-bukti pelaksanaannya di
lingkungan didokumentasikan secara baik dan
sistematis dalam bentuk Manual SJH perusahaan
mudah untuk ditelusuri.
Prinsip-prinsip SJH

5. Disosialisasikan
Implementasi SJH adalah merupakan
tanggungjawab bersama dari level manajemen
puncak sampai dengan karyawan, sehingga SJH
harus disosialisasikan dengan baik di lingkungan
perusahaan.
Prinsip-prinsip SJH

6. Keterlibatan Key Person


Perusahaan melibatkan personal-personal
dalam jajaran manajemen untuk memelihara
pelaksanaan SJH.
Prinsip-prinsip SJH

7. Komitmen Manajemen
Implementasi SJH di perusahaan dapat efektif
dilaksanakan jika didukung penuh oleh top
manajemen. Manajemen harus menyatakan secara
tertulis komitmen halalnya dalam bentuk kebijakan
halal.
Prinsip-prinsip SJH

8. Pelimpahan Wewenang
Manajemen memberikan wewenang proses
produksi halalnya kepada auditor halal
internal.
Prinsip-prinsip SJH

9. Mampu Telusur
Setiap pelaksanaan fungsi produksi halal
selalu ada bukti dalam bentuk lembar
kerja yang dapat ditelusuri keterkaitannya.
Prinsip-prinsip SJH

10. Absolut
Semua bahan yang digunakan dalam proses
produksi halal harus pasti kehalalannya. SJH tidak
mengenal adanya status bahan yang berisiko
rendah, menengah atau tinggi terhadap kehalalan
suatu produk.
Prinsip-prinsip SJH

11. Spesifik
Sistem harus dapat mengidentifikasi setiap
bahan secara spesifik merujuk pada
pemasok, produsen, dan negara asal. Ini
berarti bahwa setiap kode spesifik untuk
satu bahan dengan satu status kehalalan.
Dokumentasi
Sistem Jaminan Halal
• Dokumentasi SJH meliputi Manual SJH dan arsip pelaksanaan
SJH (instruksi kerja, form, dll).
• Manual Halal harus ditulis terpisah
• sedangkan arsip pelaksanaan dapat diintegrasikan dengan arsip
dari sistem lain (HACCP [Hazard Analysis Critical Control Point], ISO,
dan sebagainya).
Stakeholder
Pemangku kepentingan (Stakeholder) terhadap proses
sertifikasi halal antara lain:
1. Manajemen perusahaan
2. Auditor Halal Internal
3. LPPOM MUI
4. Komisi Fatwa MUI
Proses Sertifikasi Halal
Dokumen
Dokumen SJH 1) Pendaftaran Sertifikasi Produk

Audit Produk

Tidak Audit
Evaluasi/Audit Memorandum
Bahan
Ya
Fatwa Ulama

Tidak
Sesuai.. ?

Ya
Dokumen SJH 2) Sertifikat
Halal
End

Anda mungkin juga menyukai