Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN

A. Nama Kegiatan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar, Prosedur Cuci Tangan Dan Penggunaan APAR

B. Petugas dari RSKGM Kota Bandung


1. dr. Wella Angelia
2. drg. Tania Nindiraputri
3. drg. Muh. Irwansyah
4. Muhammad Yusup, Amd. Kep
5. Deri Ramdhani, AMK

C. Waktudan Tempat Kegiatan


Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 - 17 Desember 2015, hari Selasa Kamis
di RSKGM Jl. LL.R.E Martadinata No.45 Kota Bandung.

D. Hasil Kegiatan
HARI/ WAKTU KEGIATAN
TANGGAL/TEMPAT
Selasa Pagi Pembukaan
15 Desember 2015 09.00 s/d Selesai
Di lantai 4 Penjelasan materi mengenai BHD
(Pagi & Siang) Siang dengan power point

12.00 s/d Selesai


Rabu Penjelasan materi mengenai BHD
dengan alat peraga
16 Desember 2015
Di lantai 4
(Pagi & Siang) Praktek BHD untuk masing-masing
peserta
Kamis
Post-test BHD
17 Desember 2015
Di lantai 4
Penutup
(Pagi & Siang)

MATERI
Bantuan Hidup Jantung Dasar sebenarnya sudah sering didengar oleh masyarakat awam di
Indonesia dengan nama Resusitasi Jantung Paru (RJP). Umumnya tidak menggunakan obat-obatan
dan dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Pedoman Bantuan Hidup
Jantung Dasar yang sekarang dilaksanakan sekarang telah mengalami perbaikan dibandingkan
sebelumnya. Bulan Oktober 2010, American Heart Association (AHA) mengeluarkan pedoman
baru Bantuan Hidup Dasar Dewasa. Dalam Bantuan Hidup Dasar ini, terdapat beberapa perubahan
sangat mendasar dan berbeda dengan Bantuan Hidup Dasar yang telah dikenal sebelumnya, seperti
:
1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penilaian respon penderita dan
tidak adanya napas.
2. Perintah Look (lihat), Feel (rasakan) and Listen (dengar) dihilangkan dari algoritme Bantuan
Hidup Dasar.
3. Penekanan bantuan kompresi dada yang berkelanjutan dalam melakukan resusitasi jantung paru
oleh penolong yang tidak terlatih.
4. Perubahan urutan pertolongan Bantuan Hidup Dasar dengan mendahulukan kompresi sebelum
melakukan pertolongan bantuan napas (CAB dibandingkan dengan ABC).

5. Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan kembalinya sirkulasi
spontan atau penghentian upaya resusitasi.
6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang lebih baik.
7. Penyederhanaan Algoritme Bantuan Hidup Dasar.

TEKNIK PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR (C-A-B -D) :


1. Kita harus memastikan bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan.
Penderita dibaringkan di tempat datar dan keras posisi telentang.
2. Dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta pertolongan
untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan AED (Automated External
Defibrillator).

AED (Automated External Defibrillator)


Setelah yakin bahwa penderita dalam keadaan tidak sadar, maka kita meminta bantuan
orang lain menghubungi IGD RSKGM (0224238899)/dokter umum jaga pada saat dan meminta
bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis yang lengkap.

(Check responsiveness);
Pak....Pak.... (sambil menepuk pundak)
...pak....anda baik-baik saja ?

(Call for Help) : menunjuk orang disekitar ;


Tolong Telpon IGD RSKGM, beritahukan
ada pasien cardiac arrest (henti jantung),
mohon bantuan tenaga medis dan AED

3. Penilaian denyut nadi


Caranya jika penolong di sebelah kanan penderita, dengan meletakkan jari telunjuk dan
jari tengah pada garis median leher (trachea), kemudian geser ke lateral (ke arah penolong)/tidak
boleh menyeberangi garis tengah, lalu raba arteri carotisnya. Periksa teraba nadi atau tidak.
Langkah ini tidak boleh lebih dari 10 detik.

Catatan : Jika teraba nadi berikan 1 kali napas tiap 5-6 detik. Cek nadi tiap 2 menit . Jika tidak
teraba nadi lanjutkan dengan kompresi.
4. Kompresi Dada
Dilakukan dengan pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada bagian bawah tulang
dada, kemudian meletakkan tangan kiri diatas tangan kanan/ sebaliknya. Yang dipakai adalah
tumit tangan, bukan telapak tangan. Hal ini menciptakan aliran darah melalui peningkatan tekanan
intratorakal dan penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu diperhatikan
saat melakukan kompresi/penekanan pada dada :
Frekuensi minimal 100 kali permenit
Untuk dewasa, kedalaman minimal 5 cm (2 inch)
Pada bayi dan anak, kedalaman minimal sepertiga diameter diding anterposterior dada, atau 4
cm (1,5 inch) pada bayi dan sekitar 5 cm (2 inch) pada anak.
Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara sempurna setelah setiap kompresi.
Seminimal mungkin melakukan interupsi
Hindari pemberian napas bantuan yang berlebihan.
Melakukan kompresi dada: tekan dengan cepat dan keras, interupsi minimal dan biarkan dada
recoil. Siku lengan harus lurus dengan sumbu gerakan menekan adalah pinggul bukan bahu. Tekan
dada dengan kedalaman minimal 5 cm.

Beri kesempatan dada recoil sebelum menekan kembali untuk memberi kesempatan venous return
mengisi jantung.
5. Airway (pembukaaan jalan napas)
Dalam teknik ini diajarkan bagaimana cara membuka dan mempertahankan jalan napas
untuk membantu ventilasi dan memperbaiki oksigenasi tubuh. Tindakan ini sebaiknya dilakukan
oleh orang yang sudah menerima pelatihan Bantuan Hidup Dasar atau tenaga kesehatan
profesional dengan menggunakan teknik tengadahkan kepalaangkat dagu (head Tilt-Chin Lift)
pada penderita yang diketahui tidak mengalami cedera leher. Pada penderita yang dicurigai
menderita trauma servikal, teknik head tilt chin lift tidak bisa dilakukan. Teknik yang digunakan
pada keadaan tersebut adalah menarik rahang tanpa melakukan ekstensi kepala (Jaw Thrust). Pada
penolong yang hanya mampu melakukan kompresi dada saja, belum didapatkan bukti ilmiah yang
cukup untuk melakukan teknik mempertahankan jalan napas secara pasif, seperti hiperekstensi
leher.

Head Tilt Chin Lift


Jaw Thrust
6. Breathing (pemberian napas bantuan)
Pemberian napas bantuan dilakukan setelah jalan napas terlihat aman. Tujuan Primer
pemberian napas bantuan adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan tujuan
sekunder untuk membuang CO2. Sesuai dengan revisi panduan yang dikeluarkan American
Hearth Association mengenai Bantuan Hidup Jantung Dasar, penolong tidak perlu melakukan
observasi napas spontan dengan Look (lihat), Listen (dengar), Feel (rasakan), karena langkah
pelaksanaan tidak konsisten dan menghabiskan banyak waktu. Hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan bantuan napas antara lain :
Peserta memasang pocket mask/shield mask untuk proteksi diri.
Berikan napas bantuan dalam waktu 1 detik.
Diberikan 2 kali napas bantuan setelah 30 kompresi.
Pada kondisi terdapat dua orang penolong, dapat menggunakan ambu bag dengan teknik E-C
clamp. Ingat Interupsi minimal saat kompresi.
Pemberian bantuan napas yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat menimbulkan distensi
lambung (perut kembung yang dimana diharapkan udara yang diberikan masuk ke paru-paru
namun karena posisi yang tidak tepat atau frekuensi yang cepat saat memberikan napas buatan
udara masuk ke lambung, serta komplikasinya, seperti regurgitasi (asam lambung naik) dan
aspirasi (tersedak).
7. Setelah 5 siklus/ 2 menit, periksa arteri carotis, jika tidak ada dan bantuan belum tiba teruskan
RJP. Jika bantuan datang dan membawa peralatan (AED/Defibrilator) segera pasang alat cek irama
jantung dengan menggunakan AED atau monitor defibrilator.

PROTOKOL PENGGUNAAN AED


Hidupkan AED dengan menekan sakelar ON atau beberapa alat dengan membuka tutup AED.

Pasang bantalan elektroda pada dada penderita.

Jangan melakukan kontak langsung dengan penderita saat sedang dilakukan analisis irama
penderita oleh alat AED.
Tekan tombol SHOCK jika alat AED memerintahkan tindakan kejut listrik, atau langsung
lakukan RJP 5 siklus petugas kesehatan terlatih tanpa mencek nadi terlebih dahulu jika alat tidak
memerintahkan tundakan kejut listrik.

Tindakan tersebut terus diulang sampai tindakan RJP boleh dihentikan sesuai indikasi.

ALGORITMA BARU SESUAI AHA guidelines 2010


ORANG TERDEKAT
PANGGIL AMBULANS
PANGGIL PERTOLONGAN
MENEMUKAN PASTIKAN TIDAK
KORBAN ADA BAHAYA

TIDAK SADAR

CEK COMPRESI JANTUNG


KESADARAN CEPAT, KUAT TEPAT
DAN RESPON
PANGGIL
BANTUAN
Kesadaran A IRWAY YANG
BEBAS (BEBASKAN
Respon bicara JALAN NAFAS)
Respon nyeri
CEK NADI

ADA NADI
BREATHING, BERI
SADAR NAPAS BANTUAN
BERI NAFAS YANG CUKUP!
PERTOLONGAN TIDAK ADA NADI
MULAI KOMPRESI
JANTUNG 30 : 2

OBSERVASI DAN
NILAI ULANG
PERAWATAN SADAR
LANJUT KESADARAN
SETELAH 2 MENIT

TIDAK SADAR
PROSEDUR CUCI TANGAN
Cuci tangan dilaksanakan pada 5 waktu: 2 sebelum dan 3 sesudah.
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan asepsis
3. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
4. Sesudah kontak dengan pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

6 langkah cuci tangan: Te-Pung-Sela-Ci-Pu-Put


1. Telapak tangan
2. Punggung tangan kanan dan kiri
3. Sela-sela jari
4. Kunci jari-jari tangan
5. Putar-putar ibu jari kanan dan kiri
6. Putar-putar ujung jari kanan dan kiri
Cara Mencuci Tangan Dengan Sabun Dan Air
Cara Mencuci Tangan Dengan Cairan Anti Septik
TATA CARA PENGGUNAAN APAR

PROSEDUR EVAKUASI
Bila terjadi situasi darurat (kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, dll) petugas RS harus
melakukan :
1. Tetap tenang jangan panik,
2. Hentikan semua pekerjaan,
3. Tenangkan pasien, pengunjung berikan informasi keadaan darurat,
4. Lepaskan sepatu hak tinggi,
5. Berjalanlah biasa dengan cepat (tidak lari), ikuti jalur evakuasi menuju pintu keluar,
6. Pelaksanaan evakuasi sesuai alur dan perintah dari
pimpinan disaster (bencana)
7. Bila berada dilantai atas, gunakan tangga darurat (jangan
menggunakan lift) dan bantu untuk evakuasi pasien,
8. Beritahu petugas lain/tamu yang kebetulan berada di
ruang/lantai tsb. Untuk evakuasi pasien bersama yang lain,
9. Karyawan, pasien, pengunjung yang masih bisa berjalan
didahulukan melalui tangga darurat. Pasien yang tidak bisa
berjalan tapi masih dalam kondisi stabil, menggunakan kursi roda atau di gendong. Pasien
yang tidak stabil menggunakan tempat tidur dan didampingi oleh perawat.
10. Perawat mendata dan mengecek kondisi pasien setelah
dilakukan evakuasi,
11. Petugas keamanan melakukan penyisiran dan pengamanan area untuk mencegah terjadinya
tindak pencurian.
12. Jangan kembali ke ruangan sebelum ada intruksi,
13. Jika situasi telah dinyatakan aman oleh penanggung jawab, pasien dapat di bawa kembali ke
ruang perawatan,
14. Setelah keadaan terkendali, pimpinan disaster melakukan koordinasi investigasi bersama
kepala unit kerja terkait maksimal 2x24 jam untuk dilaporkan kepada direktur.

SUMBER:
1. American Heart Association: Management of Cardiac Arrest.Circulation 2010;112;IV-58-IV-66. Lippincott
Williams & Wilkins, a division of Wolters Kluwer Health, 351 West Camden Street, Baltimore.
2. Colquhoun MC, Handley AJ, Evans TR. ABC of Resuscitation 5th edition. BMJ Publishing Group 2004.
3. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Dasar edisi 2012, BCLS Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PP-PERKI) 2012.

Bandung, 18 September 2015


Disusun oleh: Tanda tangan
1. dr. Wella Angelia 1.............

2. drg. Tania Nindiraputri 2.............

3. drg. Muh. Irwansyah 3.............

4. Muhammad Yusup, Amd. Kep 4.............

5. Deri Ramdhani, AMK 5

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN

Bantuan Hidup Dasar, Prosedur Cuci Tangan dan


Penggunaan Apar

DI RSKGM BANDUNG
Bandung, 15-17 Desember 2015

Disusun oleh:
1. dr. Wella Angelia
2. drg. Tania Nindiraputri
3. drg. Muh. Irwansyah
4. Muhammad Yusup, Amd. Kep
5. Deri Ramdhani, AMK
Pemerintah Kota Bandung
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
JL. LLRE Martadinata No. 45 Bandung
Tahun 2015

E. Lampiran
FORMAT PENILAIAN RESUSITASI JANTUNG PARU
( BANTUAN HIDUP DASAR)

NAMA :
TANGGAL :

No. Aspek Yang Dinilai JikaDilakukan


()
TAHAP TAHAP BHD
Tahap 1: Penilaian dan tempat keselamatan
1. Pastikan keamanan (lingkungan, penolong,
korban, orang-orang di sekitar)
2. Periksa kesadaran (pastikan korban tidak sadar)
: panggil korban, guncangkan bahu dengan
lembut
3. Periksa apakah korban bernafas atau tidak
bernafas ( terengah-engah)
Tahap 2: Hubungi IGD RSKGM (0224238899)
Tahap 3: Periksa nadi
1. Meraba pertengahan leher/trachea dengan 2 atau
3 jari
2. Kedua jari digeser ke sisi lateral, raba dan
rasakan nadi karotis
3.Rasakan nadi karotis 5-10 detik. Jika tidak teraba
lakukan prosedur CPR, mulai dengan kompresi
pada dada (urutan C-A-B)
Tahap 4: Melakukan kompresi 30 kali dan diikuti 2 kali pemberian nafas
1. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas
adalah 30:2, dengan kecepatan kompresi 100
kali/menit dengan kedalaman 5 cm
2. Tentukan titik kompresi: bagian bawah tulang
dada
3. Letakkan tumit tangan pada titik kompresi
4. Buat lengan tegak lurus, beban pada bahu
5. Turunkan bahu sesuai arah grafitasi
6. Head Tilt - Chin Lift
7. Bantuan nafas sebanyk 2 kali seteleh kompresi 30
kali
8. Posisi Mantap
SUMBER : AHA (American Heart Association) 2011

FORMAT PENILAIAN CUCI TANGAN


Nama :
Tanggal :

Aspek Yang Dinilai Jika Dilakukan


No
( )
A. 5 Saat Melakukan Praktek Membersihkan Tangan
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan asepsis
3. Setelah terkena cairantubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
B. Cuci Tangan dengan Sabun dan Air
1. Basahi tangan dengan air
2. Tuangkan sabun 3-5 cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata (gosok memutar berlawanan
arah jarum jam)
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebailknya (putar berlawanan arah jarum jam)
9. Bilas kedua tangan dengan air
10. Keringkan dengan handuk/tissue sekali pakai sampai benar-benar kering
11. Gunakan handuk/tissue tersebut untuk menutup keran
C. Cuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol
1. Tuangkan 3-5 cc antiseptic berbasis alkohol ke dalam tangan untuk
disapukan ke seluruh permukaan tangan
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata (gosok memutar berlawanan
arah jarum jam)
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
4. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
7. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebailknya (putar berlawanan arah jarum jam)

FORMAT PENILAIAN TATA CARA PENGGUNAAN APAR


Nama :
Tanggal :

Aspek Yang Dinilai Jika Dilakukan


No
( )
1. Pecahkan kaca pelindung APAR
2. Tarik kunci pengaman
3. Arahkan ke dasar api
4. Tekan gagang
5. Ayunkan dari sisi ke sisi
POST TEST BHD, CUCI TANGAN, APAR, EVAKUASI
RSKGM KOTA BANDUNG 2015
NAMA :
TANGGAL :

1. Apa yang harus dilakukan jika ada korban henti nafas dan henti jantung di RSKGM
Bandung, sebelum dilakukan tindakan prosedur C-A-B....
A. Membuka jalan nafas
B. Mengecek kesadaran pasien
C. Memberikan napas buatan
D. Meminta bantuan dan menghubungi IGD RSKGM
E. Mengamankan diri sendiri (penolong)
2. Berapakah frekuensi minimal kompresi/penekanan dada pada korban henti jantung....
A. 30x/menit
B. 60x/menit
C. 100x/menit
D. 15x/menit
E. 90-100x/menit
3. Berapakah rasio perbandingan kompresi : napas buatan pada orang dewasa untuk 1
penolong....
A. 20 : 2
B. 30 : 2
C. 40 : 2
D. 15 : 2
E. 50 : 2
4. Tindakan RJP dapat dihentikan apabila kecuali....
A. Penderita pulih kembali
B. Penolong kelelahan
C. Pasien meninggal
D. Belum ada tanda-tanda pasti mati
E. Diambil alih oleh tenaga yang sama/yang lebih terlatih
5. Berapakah kedalaman kompresi pada orang dewasa adalah....
A. 1 cm
B. 2 cm
C. 3 cm
D. 4 cm
E. 5 cm

6. Berapakah rasio perbandingan kompresi : napas buatan pada orang dewasa untuk 2
penolong....
A. 20 : 2
B. 30 : 2
C. 15 : 2
D. 40 : 2
E. 50 : 2
7. Berapakah rasio perbandingan kompresi : napas buatan pada anak-anak untuk 2
penolong....
A. 20 : 2
B. 30 : 2
C. 15 : 2
D. 40 : 2
E. 50 : 2
8. Jika nadi korban berdenyut dan tidak bernapas, tindakan yang dilakukan adalah....
A. Memberikan napas buatan 5-6x/detik
B. Memberikan kompresi dada sebanyak 30 kali
C. Melakukan tindakan RJP
D. Memberikan napas buatan dan kompresi
E. Memberikan napas buatan sebanyak 20-26x/menit
9. Evaluasi pada RJP dapat dilakukan setiap....
A. 3 siklus
B. 4 siklus
C. 5 siklus
D. 2 siklus
E. 6 siklus
10. Cuci tangan dilaksanakan pada 5 waktu, kecuali....
A. Sebelum pasien datang
B. Sebelum tindakan asepsis
C. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
D. Sesudah kontak dengan pasien
E. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
11. Dibawah ini urutan langkah cuci tangan yang benar adalah....
A. Telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, sela-sela jari, kunci jari-jari tangan,
putar-putar ibu jari kanan dan kiri, putar-putar ujung jari kiri
B. Telapak tangan, punggung tangan kanan, sela-sela jari, kunci jari-jari tangan, putar-
putar ibu jari kanan dan kiri, putar-putar ujung jari kanan dan kiri
C. Telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, sela-sela jari, kunci jari-jari tangan,
putar-putar ibu jari kanan dan kiri, putar-putar ujung jari kaki kanan dan kiri
D. Telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, sela-sela jari, kunci jari-jari tangan,
putar-putar ibu jari kanan dan kiri, putar-putar ujung jari kanan dan kiri
E. Telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, ujung kuku, kunci jari-jari tangan,
putar-putar ibu jari kanan dan kiri, putar-putar ujung jari kanan dan kiri
12. Berikut ini cara penggunaan APAR yang benar, kecuali....
A. Tarik kunci pengaman
B. Arahkan selang ke titik api
C. Arahkan APAR berlawanan dengan arah angin
D. Tekan gagang
E. Ayunkan dari sisi ke sisi
13. Bila terjadi suatu kebakaran di tempat anda bekerja, hal yang tidak diutamakan untuk
dilakukan adalah....
A. Hentikan semua pekerjaan
B. Berjalanlah biasa dengan cepat (tidak lari), ikuti jalur evakuasi menuju pintu keluar
C. Beritahu petugas lain/tamu yang kebetulan berada di ruang/lantai tsb. Untuk evakuasi
pasien bersama yang lain
D. Lepaskan sepatu hak tinggi
E. Menyelamatkan barang beharga

Kunci Jawaban
1. D
2. C
3. B
4. D
5. E
6. B
7. C
8. A
9. C
10. A
11. D
12. C
13. E
V

Anda mungkin juga menyukai