Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL KEGIATAN

A. NamaKegiatan
Hands on Classical Approach in Managing Advance Pulp Inflammation

B. Petugas dari RSKGM Kota Bandung


1. drg. Wijanarko Setiawan
2. drg. Tania Nindiraputri
3. drg. Mira Khairunnisa
4. drg. Muh. Irwansyah
5. drg. Ardyan Gilang R

C. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 12 Novembar 2016 di Hotel Aston
Primera Pasteur.

D. Hasil Kegiatan
MATERI
Pulpitis adalah inflamasi pada pulpa yang dapat berupa akut atau kronis.
Pulpitis dapat dibagi menjadi pulpitis reversible dan pulpitis irreversible.
Etiologi dari inflamasi pulpa adalah bisa dari faktor mekanik, suhu, kimawi,
dan bakteri. Terjadinya penyakit pada pulpa berawal dari terjadinya iritasi
pada pulpa, kemudian berkembang menjadi inflamasi pulpa, apabila inflamasi
semakin meluas bisa mengakibatkan nekrosis pulpa, dan menyebar ke arah
apikal menyebabkan terbentuknya lesi periapikal.

Proses terjadinya penyakit pulpa dimulai dari terpaparnya gigi dengan


bakteri. Bakteri mengeluarkan byproduct ke lapisan dalam dentin. Pulpa
terpapar oleh byproduct bakteri sebelum invasi bakteri yang sebenarnya,
terjadilah invasi seluler lokal. Ketika paparan yang sebenarnya terjadi, pulpa
diinfiltrasi oleh sel PMN, kemudian diiikuti nekrosis liquifaksi pada daerah
paparan. Apabila tidak dirawatm jaringan nekrosis pada pulpa dapat
menyebar sampai ke jaringan periapikal.

Tanda-tanda klinis dari penyakit pulpa dapat dibagi menjadi early stage
symptom dan late stage symptom. Pada early stage, terjadi rasa sakit
berkepanjangan, rasa sakit dapat terasa tajam dan menusuk. Rasa sakit
meningkat apabila pasien melakukan gerakan membungkuk, berbaring, atau
saat berganti posisi. Pada late stage, rasa sakit terasa semakin parah, terdapat
tekanan yang konstan, pasien menjadi sulit tidur, dan rasa sakit akan
meningkat apabila mendapat rangsangan panas.

Persarafan pada gigi: dalam pulpa gigi terdapat serat saraf A-fibre yang
bermyelin yang terletak pada ruang pulpa, dan C-fibre yang tidak bermyelin
yang terletak pada ujung apex. Apabila pulpa terpapar inflmasi, C-fibre bisa
lebih bertahan terhadap inflamasi dibanding A-fibre. Itu sebabnya pada gigi
nekrosis kadang masih terasa sakit di ujung apikalnya pada saat dipreparasi.

Manajemen pulpitis irreversible. Perawatan untuk pulpitis irreversible


terbagi menjadi pulpotomi, pulpektomi, dan interim devitalisasi (devitalisasi
sementara). Pulpotomi adalah pengambilan jaringan yang terinfeksi dan
meninggalkan jaringan vital di bawahnya. Pulpotomi hanya diindikasikan
untuk kasus-kasus non karies (faktor iatrogenik). Pulpektomi adalah
pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Interim devitalisasi adalah pemberian
agen devitalisasi pada kunjungan pertama perawatan, untuk selanjutnya akan
dilakukan perawatan saluran akar. Pemberian devitalisasi tidak dianjurkan
pada gigi yang telah perforasi sampai ke dasar kamar pulpa karena ditakutkan
agen devitalisasi tersebut akan bocor ke jaringan.

Perawatan vital pulpotomi atau vital pulpektomi adalah perawatan pulpa


yang dilakukan di bawah pengaruh anastesi. Namun tidak semua pasien dapat
diberikan anastesi. Pasien yang perlu menghindari atau harus mendapat
perhatian khusus sebelum dilakukan anastesi adalah: pasien dengan riwayat
penyakit sistemik seperti jantung, pasien yang hipersensitif terhadap obat
anastesi, pasien yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat berinteraksi
dengan obat anastesi, pasien yang menggunakan obat-obatan terlarang
(narkoba), dan pasien yang memiliki kecemasan dan ketakutan terhadap
jarum suntik. Untuk pasien-pasien seperti ini sebaiknya dilakukan pulpektomi
non vital, yaitu pemberian devitalisasi pada kunjungan pertama.

Agen devitalisasi yang digunakan terdiri dari produk arsen dan non arsen.
Namun karena efeknya yang tidak terbatas, arsen tidak lagi digunakan
sebagai devitalisasi. Kontra indikasi dari pulpektomi non vital adalah: gigi
yang tidak dapat direstorasi lagi, gigi dengan perforasi sampai ke dasar kamar
pulpa, resorpsi patologis akar yang melibatkan lebhih dari sepertiga akar,
kehilangan tulang pendukung secara patologis sehingga menyebabkan
kehilangan perlekatan periodontal normal, adanya dentigerous cyst., dan
adanya resorpsi internal akar yang terlihat secara radiografi.

Bandung, 14 November 2016

Disusun oleh: Tanda tangan


1. Drg. Wijanarko Setiawan 1.............

2. drg. Tania Nindiraputri 2.............

3. drg. Muh. Irwansyah 3.............

4. drg. Mira Khairunnisa 4.............

5. drg. Ardyan Gilang R 5

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN


Bantuan Hidup Dasar, Prosedur Cuci Tangan dan

Penggunaan Apar

DI RSKGM BANDUNG

Bandung, September 2015 & Februari 2016

Disusun oleh:
1. drg. Wijanarko Setiawan
2. drg. Tania Nindiraputri
3. drg. Muh. Irwansyah
4. drg. Mira Khairunnisa
5. drg. Ardyan Gilang R

Pemerintah Kota Bandung

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut

JL. LLRE Martadinata No. 45 Bandung

Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai