Jika kita tak berjodoh, Ijinkanku Memperjuangkannya Mengikhlaskannya.
Sebuah kisah Coretanku tentang jika, indahnya perjuangan, dan manisnya mengikhlaskan
Bandung, 7 Agustus 2017
Alhamdulillah, apa yang kita cita citakan akhirnya terwujud. Hari ini adalah hari yang sangat special bagi kita, hari dimana kudapat berjabatan tangan dengan ayahmu megucapkan sebuah janji sebagai bukti ketulusan cintaku padamu. Kini ku tengah terduduk di depan ayahmu, kedua orang saksi, dan seorang petugas dari KUA serta disaksikan oleh keluarga besar kita. Inilah moment yang membuatku tak bisa menahan air mata ini membasahi pipi, ku tatap wajah bahagia ayahmu yang sesaat lagi menjadi ayahku dengan penuh keyakinan ayahmu mengucapkan Saya nikahkan Rahmi Bin Muhtar dan ketika ayahmu selesai mengucapkan ijab tak ada kata yang keluar dariku sedikitpun hingga prosesi akadpun diulang, ayahmu tersenyum padaku dan menganggukan kepala. Ku Tarik napas dalam-dalam dan Bismillah kali ini kupejamkan mataku dan ku menganggukan kepala sebagai pertanda ku telah siap melakukan prosesi akad ini Teringat ketika kita kembali dipertemukan, setelah 3 tahun terpisah dari perkenalan awal kita di jejaring sosial. Kamu memang luar biasa Mii diusiamu yang baru menginjak 22 tahun telah dipercaya mengurus puluhan anak-anak yatim. Jujur ku bangga padamu, saat kau memutuskan untuk mengabdikan dirimu pada panti yang telah membesarkanmu, yang telah mendidikmu hingga kamu mampu melanjutkan pendidikanmu ke jenjang perguruan tinggi. Dan yang semakin membuatku bangga, kamu masuk jurusan psikologi sebuah ilmu yang sangat ku cita citakan, kelak ku harus mengikuti jejakmu menjadi seorang Psikolog. Desember 2015 Aku hanyalah seorang karyawan swasta yang baru bekerja selama 6 bulan di perusahaan ini. Berawal dari Prasangkaku yang salah tentang postingan di IGmu. Hha ku menyangka bahwa saat itu kau telah mendapatkan pendamping hidupmu. Dan ku tanpa bermaksud menyakitimu, ku ingin melepaskanmu dengan penuh keikhlasan, kukirimkan surat beserta sebuah barang yang kau hadiahkan untukku. Namun ternyata kau malah memposting surat-suratku di IGmu sebagai bentuk sakit hatinya dirimu akan perlakuanku, yaa mungkinku salah, namun ku mendapatkan kabar terindah, bahwa kau belum mendapatkan pendampingmu. Alhamdulillah ku bersyukur hari ini masih bisa dipertemukan denganmu. Jayagiri menjadi saksi pertemuan kita kembali, diiringi rintiknya hujan, dengan pasti dan penuh keyakinan kita melangkah menuju puncak jayagiri. tanpa kusangka tak ada rasa lelah terlihat diwajahmu, dan itu cukup membuatku memberikan penilaian kau bukanlah seorang wanita manja.^^ akhirnya kamipun tiba, dan bisa beristirahat sambil menikmati udara serta pemandangan lembang diatas ketinggian. Saat waktu dzuhurpun tiba, kau mengajakku untuk melakukan sholat berjamaah, namun Alhamdulillah saat itu imanku sedang tinggi-tingginya, ku menyadari bahwa jalan berduaanpun sudah menyalahi aturan, maka ku tak mau ibadahkupun dirusak. Kita cukup sholat sendiri-sendiri saja. Saat perjalanan turun, ada pertanyaanmu yang membuatku enggan menjawabnya bahkan sekedar tuk memikirkannya, Ka Jika Alloh berkata lain tentang hubungan kita bagaimana ? (Yaa dia memanggilku dengan sebutan kakak, karena umurku yang setahun lebih tua dari padanya) Maka dengan tegas ku potong pertanyaannya, bahwa ku tak ingin membicarakan itu, sangat konyol jika kita ingin menjalin hubungan hanya untuk memikirkan kita akan berpisah. Maka ku tegaskan saja padanya. Mii bagaimana jika kita nanti menikah? (ku memanggilnya dengan nama Rahmi)^^ Pertengahan Tahun 2016 Saatku pertama kalinya berbicara dengan orangtuamu, dengan ayahmu, walaupun hanya melalui Telepon. Hatiku berdebar hebat, jujur ini bukanlah pertama kalinya ku berbicara dengan orang tua, setidaknya sering kulakukan ketikaku aktif membina pramuka. Namun berbicara dengan ayahmu, yang kelak akan menjadi ayahku membuatku bingung dengan apa yag harus kubicarakan. Akhirnya percakapanku dengan ayahmu hanyalah sebatas berkenalan, tak mengapa walaupun begitu ku teramat senang, sangat senang. Karena ku mampu memberikan sinyal kepada ayahmu, bahwa aku benar-benar serius ingin mempersuntingmu. ^^ Setelah Iedul Fitri, entah apa permasalahanmu dengan keluargamu, sehingga kau tak nyaman berada di tengah tengah keluargamu. Ku sebagai seseorang yang menyanyangimu tentunya tak ingin melihatmu sedih. Maka untuk menghiburmu kuajak kau ke kampung halamanku tuk menemui semua keluargaku. Dengan penuh keragu-raguan, akhirnya kaupun mau kuajak pergi menemui keluargaku di Garut. Dan inilah pertama kalinya ku mengenalkanmu pada keluarga besarku. Alhamdulillah, ku bersyukur telah dipertemukan denganmu, Kau sangat menyayangi Ibuku, dan Ibuku telah menyayangimu, maka tak ada alasan lain untukku segera menikahimu. Terima kasih, semoga keluarga besarku menjadi saksi bahwa Ibuku yang kelak akan menjadi Ibumu telah memiliki rasa sayang yang sama. Terima kasih telah menyayangi Ibuku, dan seluruh raga ini bergetar menyaksikan kasih sayang yang kau berikan untuk ibuku. Maka ku akan menyayangimu, ku akan membahagiakanmu Mi. ^^ Kebun Mawar Situ-Hapa Garut menjadi saksi berikutnya kebersamaan kita. Inilah perjalanan indahku bersamamu sebelum ku menghalalkanmu. Sungguh indah tempat ini, semoga seindah cerita cinta kita. Dan semoga kelak kita akan mengunjungi tempat ini, bersama keluarga besar kita Mii. Akhir tahun 2016 Saat ditengah dinginnya malam disertai hujan deras, kita terus berjalan menuju Rumah Nenekmu, ini kali kedua atau bahkan ketiga kalinya ku berkunjung ke Rumah nenekmu namun baru kali ini ku diijinkan masuk olehmu. Hhe, yaa kau begitu ketakukan tentang hubungan kita diketahui oleh keluarga mu, terutama om dan bibimu. Yaa Ku akui ku memang salah telah memilih jalur pacaran denganmu. Ehh kalau kita pacaran, kapan kita jadian yaa? Hhe. Yaa tetap saja, aktivitas yang kita lakukan tidak beda dengan kebanyakan orang pacaran. Astagfirulloh, ku mengakui ini salah. Saat Tiba ku sangat amat bahagia, saat kau begitu yakin mengenalkanku pada nenekmu, bahwa diriku adalah calonmu, Alhamdulilah langkah ke jenjang pernikahn kian dekat. Namun hatiku menangis, saat nenekmu memelukmu lalu menciummu dan menangis saat mengetahui dirimu kehujanan, Yaa ku salah, ini menyadarkanku untuk ber-azzam, ku harus membahagiakanmu, orang-orang disekitarmu sungguh menyayangimu, danku tak boleh menyakitimu. Ku harus membahagiakanmu. Harus membahagiakanmu. Membahagiakanmu. Awal Tahun 2017 Alhamdulillah kau telah menyelesaikan sidang skripsimu, dan kabarnya wisudamu akan digelar bulan Februari. Ya Rabb semoga ku dapat menghadiri wisudanya, dan bertemu dengan seluruh keluarganya dan akan ku ikrarkan bahwa ku tulus mencintainya, mencintai Rahmi didepan Nenek dan Kakeknya dan didepan seluruh keluarga besarnya. Terlebih didepan Om dan Bibinya yang selama ini sangat ingin kutemui. Rasanya ku ingin sesegera mungkin hari wisdamu tiba, ku mengenakan batik yang sengaja kau buatkan untukku dan keluargamu, dan saat berada ditengah- tengah keluargamu ku merasakan perasaan yang amat sangat senang, bawa ku telah diakui olehmu dan ku secara tidak langsung telah menjadi bagian dari keluargamu. Yaa aku akan datang kewisudamu. Pertengahan Januari 2017 ^^ ku mencoba mengerti, bahwa keinginanku untuk menghadiri wisudamu harus kusimpan dalam-dalam. Yaa kau begitu amat menyayangiku, hingga kau begitu takut, aku kepanasan lama menunggumu. Namun Jujur ku sangat ingin menghadiri wisudamu dan menjadi bagian dari keluargamu, menjadi orang pertama yang berada disampingmu mengucapkan selamat atas gelar sarjanamu. Ikut photo bersama keluarga besarmu sebagai tanda bahwa sebentar lagi ku akan menjadi bagian dari keluarga besarmu. Mengikrarkan lamaranku didepan keluarga besarmu dihari bahagiamu tentunya membuatku lebih yakin karena ku telah diakui bagian dari keluargamu. Namun kuharus menyimpan itu semua, dan menurutimu. Ku tak boleh mendatangi wisudamu. Dan Alloh permudah keinginanmu dengan menugaskanku pergi keluar kota tepat dihari wisudamu. Maka dengan segala kesedihan dalam hati ini, ku pergi untuk melaksanakan tugasku dan tak menghadiri wisudamu. Lagipula kau tak menginginkanku berada diwisudamu. Februari 2017 Tepat sehari setelah wisudamu Alloh gerakkan hatiku tuk menemui keluargamu. Tak ada keraguan sedikitpun dariku, dengan penuh keyakinan ku langkahkan kakiku seorang diri tuk menemui keluargamu dengan tujuan melamarmu. Sepanjang perjalanan ku terus mempersiapkan perkataan yang akan ku katakana pada keluargamu, dan sekitar pukul 8 pagi sampailah ku dirumahmu, kau langsung menyambutku dan mempersilahkanku masuk hingga diperkenalkan dihadapan Om, Kakak, Bibi, Ema dan Abah dan kau langsung pergi menuju kamar. Setelah memperkenalkan diri, dan bertanya tentang aktivitas Om dan Bibi, ku jelaskan maksud dan tujuanku. Dan Om dengan tegas menjawab bahwa ternyata kau telah dijodohkan dengan Seorang pria pilihannya dan ia memintaku menunggu hingga 1 Bulan untuk mendapatkan jawaban atas lamaranku. Apakah om akan menerimaku atau meneruskan perjodohan dengan pria yang telah Om persiapkan. Maret 2017 Dalam masa menunggu, kukabarkan pada Ibuku bahwa aku akan segera menikahi wanita yang telah Ibu sayang. Ku telah mengajukan lamaran, dan ibuku teramat sangat senang mendengar kabar bahagia anaknya hingga tersebarlah kabar pernikahanku di keluarga besar. Ku coba menghubungi Om lewat WA untuk menanyakan kabar dari lamaranku, hingga sebelum shubuh Om kirimkan jawaban atas lamaranku lewat WA, dan lamaranku ditolak. Sungguh ini merupakan kabar terburuk bagiku, kusampaikan kabar ini padanya, hingga iapun menangis, ku bilang padanya bahwa ku akan terus memperjuangkannya hingga ia menerima lamaran dari pria yang telah Om Persiapkan untuknya. Sebagai bentuk kesungguhanku, ku jual motor hasil jerih payahku untuk dibelikan mahar dan modal pernikahan dengannya. Ku temui kakaknya dan Alhamdulillah merestuiku. Kutemui juga emak dan Abah bersamanya, dan ema bertanya padamu Mii, sudah yakinkan akan menikah denganku, kau mulai mengalihkan pembicaraan, hingga ku menekankan padamu agar menjawab pertanyaan Emak, dan kau menjawab yakin menikah denganku. Ku Tarik nafas, Alhamdulillah restu berikutnya kudapat. Ayah kandungmu yang baru pulang dari luar pulau memintaku untuk menemuinya, dan tentu ku sangat senang bertemu dengannya, aku ayah dan adikmu farid berbicara panjang lebar tentang hubungan kita, dan kusampaikan hal yang sama bahwa ku akan terus memperjuangkanmu. ^^ Juni, 2017 Inilah fase-fase pedihnya perjuangan cinta kita. Ku tak bisa menjaga gelang dan kalung yang tadinya akan digunakan sebagai mahar. Kau kembalikan padaku semuanya. Seminggu sebelum bulan yang agung tiba, kupergi menemui ibuku di Jakarta untuk menceritakan bahwa kita tak bisa bersama lagi, yaa akhirnya ku ceritakan juga pada ibuku, bahwa lamaranku telah di tolak, sedih rasanya melihat Ibu yang telah menyayangimu, dan kaupun begitu menyayanginya harus ikhlas berpisah. Ibuku tak mengucapkan sedih, namun raut mukanya tak bisa berbohong, yaa kurasakan itu. Dan inilah yang tak pernah kubayangkan, kau lebih memilih Andry calon yang telah Om siapkan untukmu, dengan segala kekecewaanku, sakit, tangis, dan rasa sayangku padamu seakan bercampur menjadi satu, seakan dunia berhenti sejenak saat kau bilang Iya Cinta Andry Dan sungguh hati ini terasa hancur, remuk, ingin rasanya ku akhiri hidup ini. Satu kalimat yang sangat ku ingat darimu mengakhiri hubungan kita. sudah Ka cukup, jangan perjuangkan lagi Rahmi, Jangan Kakak hancurkan keluarga Rahmi. Ku tak mengerti pun hingga saat ini apa maksud dari kalimat itu. Yaa mungkin ku menjadi duri di keluargamu. Kini sesuatu yang telah kugenggam erat harus kurelakan, berat memang, saat ku harus mulai membuka satu persatu jemariku dan mengucapkan kata ikhlas padamu dan PadaNya. Masa-Masa Mengikhlaskan dalam kesendirian ^^ Yaa kini ku tersadar, bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini salah, walaupun niat kita baik untuk menikah, ternyata belum waktunya kita dipersatukan. Dan Alloh maha mengetahui bagi hambanya. 7 hari sebelum hari Raya Iedul Fitri tiba kuputuskan untuk pergi menenangkan diri kerumah Guru sekaligus di daerah Lembang, ku tinggalkan seluruh keluargaku dan ku berniat untuk melaksanakan hari raya disana dan tak akan menemani Ibuku untuk bertemu keluargaku di Garut. Jujur ku sudah bosan dan malu dengan pertanyaan-pertanyan mereka tentang hubunganku. Namun ku diingatkan, tegakah ku berhari raya jauh dari keluargaku. Tegakah ku meminta maaf pada Guru sedangkan Ibu yang telah mengandungku malah mengkhawatirkan keberadaanku. Akhirnya setelah melaksanakan sholat ied dan meminta maaf pada Guruku, ku pamit pulang untuk menemui Ibuku. Dirumahku ku meminta maaf pada ibuku ku menangis sejadi-jadinya, dan ku sampaikan bahwa ku akan menemani Ibuku bersilaturahmi ke keluarga besarku. Saatku pasrahkan semua urusanku Pada sang Empunya Hati, kuputuskan untuk mengikuti DIKLAT SSG-DT angkatan 34 bersama adikku. Alhamdulillah pemahaman aqidahku diperdalam, bahwa apa yang terjadi didunia ini, adalah kehendakNya. Kini ku mampu menangis kembali dalam sholat malam, memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah kulakukan selama berpacaran dengannya. Penutup Tentang tanggal 7 Agustus yang ku ceritakan di awal, itulah impian kami, itulah rencana kami. Saat semua ikhtiar telah dimaksimalkan, dan doa telah dihaturkan namun rencana tak sejalan, ada rencana terbaik yang telah IA Persiapkan, So Ikhlaskan menerima RencanaNya. Kita tak mungkin terus hidup dimasa lalu, terus menerus meratapinya, dan menuduh Alloh jahat terhadap kita, tersenyumlah, terus perbaiki diri, teruslah bermanfaat untuk orang lain, dan bersiaplah menerima ganti yang lebih baik dariNya. Itulah JanjiNya dan itu Pasti. ^^
Ana pratama (anapratama19) / 085793200078
Buku ini belum selesai dan terdapat beberapa tulisan yang Penulis hapus untuk memenuhi syarat dan ketentuan dari photopena. Saat ini ia telah menikah dan ku InsyaAlloh hari minggu besok mengajukan lamaran kembali pada Seorang Wanita yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku InsyaAlloh. Ini jauh lebih indah karena ku melamarnya tanpa proses pacaran.
Jazakumulloh Khayron atas kesempatan yang diberikan. ^^