Anda di halaman 1dari 28

MATRIKS dan

DETERMINAN

A. A. Ngurah Amrita, ST., MT


Nip. 132 130 362

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 1


1. KONSEP DASAR
MATRIKS adalah sekumpulan bilangan riil atau elemen atau
kompleks yang disusun menurut baris dan kolom sehingga
membentuk jajaran (array) yang dibatasi oleh tanda kurung siku.
Misal :

2 0.4 8 0 5 6
5 3 0, 4, [2 6 9], 2 3

Matriks dilambangkan dengan huruf besar dicetak tebal seperti


A, B, dsb. Matriks A dapat juga dinyatakan dengan [aij], yaitu
dengan menuliskan bentuk umum unsur matriks A yang dibatasi
oleh tanda kurung siku. Dalam notasi tikalas (subscript) ganda,
tikalas pertama selalu menyatakan baris dan tikalas kedua
menyatakan kolom yang memuat unsur itu.

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 2


a11 a12 ... a1n
a a 22 ... a 2 n
21
... ... ... ...

a m1 am2 ... a mn

Bilangan mn disebut sebagai unsur matriks A atau elemen matriks A.


Garis horizontal dinyatakan sebagai baris atau vektor baris, dan garis
vertikal dinyatakan sebagai kolom atau vektor kolom dari matriks A.
Matriks dengan m baris dan n kolom, seperti di atas disebut sebagai
matriks m x n ( dibaca matriks m kali n ).

Jika semua unsur di dalam matriks A adalah bilangan riil, maka A


disebut sebagai matriks riil, sebaliknya jika tidak semua unsurnya
merupakan bilangan riil, maka A disebut matriks kompleks.

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 3


Jika suatu matriks hanya terdiri dari satu baris, disebut matriks
baris atau vektor baris, dan dilambangkan dengan huruf kecil tebal.

a = [a1 a2 ... a n ]

Matriks kolom atau vektor kolom adalah matriks yang hanya terdiri
dari satu kolom dan juga dilambangkan dengan huruf kecil tebal.

b1
b
b= 2
...

b m

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 4


Matriks mempunyai berbagai terapan dalam rekayasa, seperti
dalam mencirikan rangkaian listrik, jaringan dari jalan-jalan
penghubung kota-kota, dalam proses produksi, dll.
Contoh matriks penunjuk simpul (nodal incidence matrix).

Gambar berikut menunjukkan suatu jaringan listrik yang


mempunyai 6 cabang (hubungan) dan 4 simpul (titik pertemuan
dua cabang atau lebih). Satu simpul merupakan simpul acuan
(simpul yang tegangannya 0 sejak dihubungkan ke tanah).

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 5


3
Jaringan listrik di samping
bila dinyatakan sebagai matriks,
B misalnya matriks A akan menjadi
A C
2 5 A = [aij]

4 aij = +1, jika cabang meninggalkan


1 simpul
6
= -1, jika cabang masuk simpul
= 0, jika cabang tidak
Simpul Acuan menyinggung simpul

cabang
1 1 1 0 0 0
simpul 0 1 0 1 1 0

0 0 1 0 1 1

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 6


PENJUMLAHAN dan
PENGURANGAN MATRIKS

DEFINISI :
Dua matriks A = [aij] dan B = [bij] dikatakan sama, jika dan
hanya jika A dan B mempunyai baris yang sama dan kolom
yang sama serta unsur-unsur yang seletak sama.

aij = bij untuk semua j dan k yang ada.


A =B

Penjumlahan dan Pengurangan didefinisikan hanya untuk


matriks-matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama.
Selanjutnya jumlah atau selisihnya, diperoleh dengan menjumlahkan
atau mengurangkan unsur-unsur yang seletak dalam A dan B.
Contoh :

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 7


4 6 3 5 1 0
A= B=
0 1 2 3 1 0
maka :
4 6 3 5 1 0
A+B = +
0 1 2 3 1 0
4 + 5 6 + ( 1) 3 + 0 1 5 3
= =
0 + 3 1 + 1 2 + 0 3 2 2

4 6 3 5 1 0
AB =
0 1 2 3 1 0
4 5 6 ( 1) 3 0 9 7 3
= =
0 3 1 1 2 0 3 0 2

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 8


Penjumlahan dan pengurangan matriks memenuhi sifat-sifat
yang sama dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan-
bilangan riil, seperti :

1. A + B = B + A
2. (U + V) + W = U + (V + W)
3. A + 0 = A
4. A + (-A) = 0
dengan A adalah matriks m x n yang diperoleh dengan
mengalikan setiap unsur A dengan -1 (negatif A).

PERKALIAN MATRIKS

1. Hasil kali matriks A yang berukuran m x n dengan skalar c


(bilangan), dinyatakan dengan cA atau Ac dan merupakan
matriks m x n yang diperoleh dengan mengalikan setiap unsur
matriks A dengan c.

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 9


ca11 ca12 ... ca1n
ca ca 22 ... ca 2 n
cA = A c = 21
... ... ... ...

ca m1 ca m 2 ... ca mn
Contoh :

2.7 1.8
A=
0.9 3.6
5.4 3.6
A + A = 2A =
1.8 7.2
10 3 2
A=
9 1 4

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 10


Perkalian sebarang matriks m x n (m, n tetap) dengan sebarang
bilangan berlaku :

1. c (A + B) = cA + cB
2. (c + k ) A = cA + kA
3. c(kA) = (ck) A
4. 1A = A

2. Perkalian dua buah matriks


Misalkan matriks A = [aij] berukuran m x n dan matriks B = [bij]
berukuran r x p, maka hasil kali AB hanya terdefinisi bila r = n.

Jumlah baris matriks B = jumlah kolom matriks A

AB dinyatakan sebagai matriks C = [cij] berukuran m x p yang


unsur-unsurnya merupakan hasil kali titik dalam

cij = (vektor A baris ke j) . (vektor B kolom ke k)


9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 11
n p

m A = C m
B r
p

sehingga :
n
cij = ail blj = ai1b1 j + ai 2b2 j + ... + ainbnj
l =1

Proses perkalian matriks mengacu sebagai perkalian baris


ke dalam kolom.
Contoh :

4 2 3 12 + 10 22
1 = = sedangkan
8 5 3 + 40 43

3 4 2
5 1 8
tidak terdefinisi

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 12
Sifat-sifat Perkalian Matriks

1. Perkalian matriks tidak komutatif


Contoh :
8 0
2 3 1 = 41 12
0 4 5 6 1 Sekalipun AB dan BA
7 9 59 49
terdefinisikan,
tetapi AB BA
8 0 16 24 8
6 2 1
11
3
1 = 12 22
9
0 4 5
7 14 57 52

2. Perkalian matriks bersifat asosiatif dan distributif terhadap


penjumlahan matriks, yaitu :

(kA)B = k(AB) = A(kB)


A(BC) = (AB)C
(A + B)C = AC + BC
C(A + B) = CA + CB
9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 13
2 3 5 1 1 1 27 1 37
4 1 7 x 5 6 5 = 15 11 29

2 5 1 2 3 4 29 25 31
1 2
2 2
4
1
3 x 3
2 5
5 6

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 14


3. Hukum Pengenolan (cancellation law) pada umumnya tidak
berlaku, yaitu :
AB = 0, tidak perlu menyatakan A = 0atau B = 0
Contoh :

1 1 1 1 0 0
2 2 1 1 = 0 0

TRANSPOSE MATRIKS

Transpose matriks (AT) dari suatu matriks A = [aij] yang berukuran


m x n adalah matriks yang berukuran n x m, di mana barisnya
berasal dari kolom matriks A dan kolomnya berasal dari baris
matriks A.
Dalam matriks, dapat dinyatakan sbb.:

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 15


a11 a 21 ... a m1
a a 22 ... a m 2
A T = 12
... ... ... ...

a1n a2n ... a nm
Contoh :
5 4
5 8 1 8 0
1. A = maka A T
=
4 0 0
1 0
4 0
2 7 6 3 7
2. A = =
1 5
, B
3 1 5

maka (A B )T = ?

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 16


MATRIKS KHUSUS
1. Matriks bujur sangkar (square matrix) adalah matriks yang
mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama. Jika matriks
tersebut mempunyai n baris dan n kolom, maka disebut
matriks n x n atau matriks bujur sangkar orde n.
Contoh :

1 2 5
6 8 9 adalah matriks 3 x 3

1 7 4

Matriks bujur sangkar [aij] disebut simetris, jika aij = aji.


Contoh :

1 2 5 Matriks tsb. simetris terhadap diagonal


2 8 9 utamanya.
Matriks A = AT
5 9 4
9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 17
Matriks bujur sangkar [aij] disebut anti asimetrik, jika [aij] = -[aji].
Contoh :

1 2 5
2 8 9 A = -AT

5 9 4

2. Matriks Diagonal adalah matriks bujur sangkar yang semua


elemennya sama dengan nol, kecuali elemen pada diagonal
utamanya.
Contoh :
5 0 0
0 2 0

0 0 7

3. Matriks satuan adalah matriks diagonal yang semua elemen


diagonal utamanya sama dengan satu.
Contoh :
9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 18
1 0 0
0 1 0 Matriks satuan disebut Matriks Identitas (I)

0 0 1

5 2 4
Jika A = 1 3 8 maka A . I = ?
I . A = ? artinya ?
7 9 6

4. Matriks Segitiga
Suatu matriks bujursangkar yang semua unsur di atas diagonal
utamanya nol disebut matriks segitiga bawah. Demikian juga
matriks segitiga atas adalah matriks bujursangkar yang semua
unsur di bawah diagonal utamanya nol.
Contoh :
1 0 0 1 6 1
T1 = 2 3 0 , T 2 = 0 2 3
5 0 2 0 0 4

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 19


DETERMINAN

Didefinisikan sebagai det A = |A|


Determinan hanya bisa ditentukan pada matriks bujur sangkar
Matriks merupakan susunan bilangan, sedangkan determinan
merupakan bilangan.

1. Determinan pada matriks orde dua

a11 a12
A=
21
a a 22

det A = A = (a11 xa22 ) (a 21 xa12 )


Contoh :
2 1
A=
1 3
det A = A = (2 x3) (1x(1)) = 6 + 1 = 7

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 20


2. Determinan pada matriks orde 3 atau lebih
a11 a12 a13 a14
a a 22 a 23 a 24
21
a 31 a 32 a 33 a 34

a 41 a 42 a 43 a 44
Penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara :
2.1. Aturan Sarrus ( khusus untuk matriks orde 3 )
a11 a12 a13 a11 a12
det A = A = a 21 a 22 a 23 a 21 a 22
a 31 a 32 a 33 a 31 a 32
= {((a11x a22 x a33) + (a12x a23 x a31) + (a13x a21 x a32))-
((a31x a22 x a13) + (a32x a23 x a11) + (a33x a21 x a12))}
Contoh :
2 1 1
A = 3 2 4
9/6/2009 1 0 3 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 21
2 1 1 2 1
det A = A = 3 2 4 3 2
1 0 3 1 0

= {(12 + 4 + 0) (-2 + 0 + (-9))} = 16 + 11 = 27


2.2. Expansi Laplace
2.2.1. Baris ke - i aij : elemen matriks
n Kij : kofaktor dari elemen matriks
D = j =1
a ij K ij
K ij = ( 1) i + j M ij

2.2.2. Kolom ke - j Mij : minor dari elemen matriks

n
D =
i =1
a ij K ij

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 22


Contoh penggunaan minor dan kofaktor dari elemen matrik.
Jika A = [aij] adalah matriks bujur sangkar seperti berikut :

a11 a12 a13 a14 misalnya diambil elemen


a a 22 a 23 a 24 matriks a23, maka determinan
21 yang dihasilkan adalah dengan
a 31 a 32 a 33 a 34 menghapus baris ke-2 dan
kolom ke-3
a 41 a 42 a 43 a 44

Hasil yang diperoleh adalah :


Sehingga kofaktor dari elemen
a11 a12 a14 matriks a23 menjadi :
a a32 a34
31 K 23 = ( 1) 2+ 3 M 23
a 41 a 42 a 44 = M 23
a11 a12 a14
= a 31 a 32 a 34
a 41 a 42 a 44
9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 23
Tanda tempat dari kofaktor dapat juga ditentukan dengan cara :
+ + ...
+ ...

+ + ...

... ... ... ...
Contoh :
Tentukan determinan pada matriks berikut :

2 1 1
1 . A = 3 2 4
1 0 3
7 3 5 1
14 6 1 3
2. A =
0 0 0 1

19 4 2 5

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 24


2 1 1
A = 3 2 4
1 0 3
1. Dengan exp. Laplace pada baris ke - 2 :
3
D = j =1
a 2 j k 2 j = a 21 k 21 + a 22 k 22 + a 23 k 23

= 3 k 21 + 2 k 22 + 4 k 23
1 1 2 1 2 1
= 3 ( 1) 2 +1 + 2 ( 1) 2 + 2 + 4 ( 1) 2 + 3
0 3 1 3 1 0
= 3 ( 3 0 ) + 2 ( 6 ( 1 )) 4 ( 0 1 ) = 9 + 14 + 4 = 27
2 . Dengan exp. Laplace pada kolom ke - 3 :
3
D = j =1
a i 3 k i 3 = a 13 k 13 + a 23 k 23 + a 33 k 33

= 1 k 13 + 4 k 23 + 3 k 33
3 2 2 1 2 1
= 1( 1) 1+ 3 + 4 ( 1) 2 + 3 + 3 ( 1) 3 + 3
1 0 1 0 3 2
= 1 ( 0 ( 2 )) 4 ( 0 1 ) + 3 ( 4 ( 3 )) = 2 + 4 + 21 = 27
9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 25
Suatu matriks yang determinannya = nol, disebut matriks singular.

Sifat-sifat Determinan :
1. |A|= |AT|

a1 ka1 a3 a1 a2 a3
2. b1 kb1 b3 = b1 b2 b3 = 0 dengan k = konstanta (termasuk 0)

c1 kc1 c3 kc1 kc2 kc3
Kalau salah satu baris/kolom merupakan sekian kali dari
baris/kolom yang lainnya, hasilnya = 0.
Contoh :

2 4 5
3 6 3 = (24 + 12 + (30)) (30 + 12 + (24)) = 0

1 2 2

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 26


a1 a2 a3 b1 b2 b3 a 2 a1 a3

3. b1 b2 b3 = a1 a2
a3 = b2 b1 b3
c1 c2 c3 c1 c2 c3 c2 c1 c3

Kalau salah satu baris/kolomnya ditukarkan posisinya sekali
terhadap matriks semula, maka determinannya = negatif hasilnya
dari matriks semula.
B i B i + kB j
4. Jika A fB
K i K i + kK j

maka : A = B
Matriks B diperoleh dari matriks A, di mana :
baris ke-i diubah menjadi baris ke-i +k baris ke-j
kolom ke-i diubah menjadi kolom ke-i + k kolom ke-j
sehingga determinan dari matriks A = matriks B.
Contoh :

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 27


1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 1 B B + B 0 3 4 B B B 0 3 4
2 2 1 3 3 1

1 2 1 1 2 1 0 4 2
3 4 2 3 2 3
=1 0 +0 exp. laplace pd. kolom 1
4 2 4 2 3 4
= ( 6 ( 16 )) 0 + 0 = 10

9/6/2009 A.A.Ngurah Amrita - Matriks 28

Anda mungkin juga menyukai