Anda di halaman 1dari 7

PUSAT PELATIHAN PEMBUATAN KAIN TENUN ENDEK DI

KLUNGKUNG

PROPOSAL SEMINAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Seminar Tugas Akhir


Pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana

Disusun Oleh :

A. A. ISTRI MURTI PRANANINGRAT

NIM. 1404205043

Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

Universitas Udayana

2017
PROPOSAL SEMINAR TUGAS AKHIR
PUSAT PELATIHAN PEMBUATAN KAIN TENUN ENDEK DI
KLUNGKUNG

Diajukan Oleh :

A. A. Istri Murti Prananingrat

1404205043

I. JUDUL
Pusat Pelatihan Pembuatan Kain Tenun Endek Di Klungkung

II. LATAR BELAKANG

Seni dan budaya di Bali memiliki daya tarik yang kuat bagi wisatawan
mancanegara. Salah satu seni yang ada di Bali adalah seni tenun. Di Bali terdapat
cukup banyak jenis ragam tenun. Salah satu tenun yang terkenal di Bali adalah
tenun ikat atau Endek. Endek mulai berkembang sejak tahun 1985, yaitu pada
masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain Endek
ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung.
Kabupaten Klungkung merupakan salah satu kabupaten yang ada di
wilayah Provinsi Bali dengan luas 315 km2. Terletak diantara 11502128
11503743 Bujur Timur dan 802737 804900 Lintang Selatan. Batas batas
kabupaten Klungkung yaitu di sebelah Utara Kabupaten Bangli, sebelah Timur
Kabupaten Karangasem, sebelah Selatan Samudra Hindia, dan sebelah Barat
Kabupaten Gianyar. Wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya terletak di
daratan Pulau Bali (112,16km2) dan dua pertiganya terletak di Kepulauan Nusa
Penida (202,84 km2). (BPS, Klungkung dalam angka 2017).
Klungkung memiliki 4 (empat) objek wisata yang terkenal yaitu Kerta
Gosa, Goa Lawah, Lefi Rafting, dan Kawasan Nusa Penida. Di lihat dari
perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Klungkung
cenderung meningkat. Menurut laporan Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung,
jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2014 sebanyak 328.313 orang kemudian
meningkat pada 2015 adalah sebanyak 372.051 orang dan meningkat lagi di tahun
2016 yaitu sebanyak 378.894 orang. (BPS, Klungkung dalam angka 2017)
Endek digunakan sebagai busana adat masyarakat Bali khususnya dalam
upacara upacara keagamaan. Namun saat ini endek mulai dikembangkan oleh
pemerintah yaitu dengan cara menetapkan endek sebagai busana wajib pegawai
dan murid sekolah. Tidak hanya terkenal di kalangan lokal, endek sudah mulai
terkenal dalam lingkup internasional. Banyak fashion designer yang menggunakan
produk endek dala karya karyanya. Dengan semakin berkembangnya produk
endek, maka berdampak pada potensi penyerapan tenaga kerja yang besar di
sektor ini. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi Bali (2008),
endek merupakan produk unggulan Provinsi Bali. Peluang ekspor endek
cukup besar dilihat dari masih tingginya ekspor tekstil Indonesia, yaitu
menyumbang rata-rata 62 persen per tahun dari total kontribusi komoditas ekspor
dan ekspor tekstil Indonesia tahun 2008 mencapai 10,83 miliar dollar AS
(Kompas, 2009).
Perkembangan Endek di Bali khususnya di Klungkung berkembang cukup
pesat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung, sektor
perindustrian di Klungkung didominasi oleh industry tekstil khususnya industry
tenun endek dan songket serta pakaian jadi. pada tahun 2016 jumlah perusahaan
industry besar dan sedang yaitu 14 perusahaan yang didominasi industri tenun ikat
endek dan songket, sedangkan industry rumah tangga sebanyak 424 dengan
penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.599 orang. Untuk jumlah industry rumah
tangga sempat mengalami penurunan namun saat ini sudah mulai meningkat. pada
tahun 2015 terdapat 1.668 unit dengan tenaga kerja sebanyak 3.943 orang, tahun
2014 terdapat 408 unit dengan tenaga kerja 4.422 orang, sedangkan pada tahun
2013 dan tahun 2012 terdapat 399 unit dengan tenaga kerja sebanyak 4.181 orang.
Dari segi ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja di tahun 2015
adalah sebesar 78. 99 % sedangkan tingkat pengangguran terbuka mencapai 1,89
%. Ini menunjukan masih diperlukannya upaya untuk memberdayakan
penganggur melalui pembekalan keterampilan / kompetensi agar mudah
memperolehh pekerjaan.
Dalam upaya pengembangan seni tenun Endek di Klungkung, maka
diperlukan suatu wadah yang dapat digunakan sebagai sarana pelatihan
pembuatan dan penjualan produk produk Endek itu sendiri. Pusat Pelatihan
Pembuatan Kain Tenun Endek ini akan dilengkapi dengan fasilitas pelatihan bagi
para pengrajin dan tenaga kerja usia produktif yang ingin berkreasi. Dengan
demikian, diharapkan seni tenun Endek dapat berkembang dan dapat bisa dikenal
oleh dunia sebagai budaya tenun khas Bali.

III. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapatkan beberapa
rumusan masalah antara lain:
1. Apa saja fasilitas yang diperlukan untuk merancang Pusat Pelatihan
Pembuatan Kain Tenun Endek ?
2. Bagaimana merancang pemrograman sebuah Pusat Pelatihan Pembuatan
Kain Tenun Endek ?
3. Bagaimana tema dan konsep desain pada bangunan Pusat Pelatihan
Pembuatan Kain Tenun Endek yang dapat meningkatkan gairah pengerajin
muda dalam berkreasi dan belajar seni Batik. ?
4. Bagaimana menentukan lokasi site untuk perencanaan dan perancangan
Pusat Pelatihan Pembuatan Kain Tenun Endek ?

IV. TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan proposal ini sebagai acuan desain proyek
Perencanaan Pusat Pelatihan Pembuatan Dan Penjualan Kain Batik adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk untuk menyusun landasan secara
konsepsual sebuah bangunan yang berfungsi sebagai Pusat Pelatihan
Pembuatan Dan Penjualan Kain Batik yang berfungsi sebagai wadah bagi
para pengerajin muda dalam berkreasi membuat Batik dan melakukan
pemasaran produknya.
2. Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang sebuah Pusat
Pelatihan Pembuatan Dan Penjualan Kain Batik dengan fasilitas dan
pelayanan yang nyaman dan dapat meningkatkan gairah pengerajin muda
dalam berkreasi dan belajar seni Batik.

V.PEMAHAMAN PROYEK

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat adalah pokok pangkal atau
yang menjadi pumpuan, sementara pelatihan adalah proses atau kegiatan melatih
suatu pekerjaan. Dengan demikian Pusat Pelatihan adalah suatu tempat atau
fasilitas yang khusus dibangun untuk melatih tenaga kerja dalam melakukan suatu
pekerjaan tertentu.

Pelatihan adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan dan


meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan. (Panggabean, 2004)

Menurut Gomes dalam Waluyo (2016),


Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada
suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya.
Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan tujuan
organisasi, yang pada waktu yang bersamaan juga mewujudkan tujuan
tujuan para pekerja secara perseorangan

Menurut Jan Bella dalam Hasibuan (2003), Pendidikan dan Latihan sama
dengan pengembangan yaitu sebuah proses peningkatan keterampilan kerja baik
secara teknis maupun majerial.

Jadi, Pusat Pelatihan adalah suatu tempat atau fasilitas untuk melakukan
kegiatan pelatihan kepada tenaga kerja usia produktif untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu dalam rangka mengembangkan keterampilan pekerja untuk
mewujudkan tujuan organisasi maupun tujuan perseorangan.
Tujuan dari pusat pelatihan ini

Untuk menunjang kegiatan pelatihan di Pusat Pelatihan, maka diperlukan


adanya beberapa fasilitas diantaranya:

1. Kantor mencakup ruang kepala pelatihan, ruang kepala TU, ruang kepala
seksi, suang staf, ruang instruktur, Aula, ruang tamu, dan ruang rapat
2. Workshop mencakup ruang teori, ruang praktek, dan ruang alat
3. Asrama mencakup asrama peserta dan guest house
4. Fasilitas Pendukung mencakup ruang penjualan / display, gudang bahan,
gudang peralatan, Toilet/WC, parkir, kantin, pos jaga, dan perpustakaan.

Endek adalah salah satu jenis kain atau wastra tradisional Bali. Pembuatan
endek memerlukan proses dan waktu yang lama. Berikut adalah uraian mengenai
kain tenun endek dari sejarah, proses pembuatan endek dan klasifikasi kain endek.

Kain endek mulai berkembang sejak tahun 1975, yaitu pada masa
pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek ini
kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa
Sulang. Pada tahun 1985-1995 kain endek berkembang pesat karena adanya dukungan
dari pemerintah. Pada masa ini, proses produksi kain endek sudah menggunakan alat
tenun bukan mesin (ATBM). Di tahun 1996-2012, kain endek mengalami penurunan
akibat dari banyaknya persaingan. Penurunan ini juga disebabkan karena bahan
baku yang sulit didapat. Namun, pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang
kembali karena murahnya bahan baku. Endek pada awalnya hanya digunakan oleh
orang tua dan kalangan bangsawan saja, namun kini endek sudah bisa digunakan
oleh semua kalangan bahkan kini endek ditetapkan sebagai busana wajib untuk
pegawai dan siswa sekolah. Endek yang dihasilkan dari industri endek di Bali
rata-rata masih menggunakan motif dan desain tradisonal, yang beberapa
diantaranya hanya digunakan pada saat upacara adat.

Proses pembuatan kain tenun endek pada prinsipnya terjadi karena adanya
persilangan antara dua benang yang terjalin saling tegak lurus satu sama lain.
Proses ini terbagi menjadi dua proses yaitu proses persiapan dan proses
penenunan.
Proses Persiapan

VI. DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, S. P. Melayu. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Askara.

Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:


Ghalia Indonesia.

Poerwadaminto. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Waluyo, Sri Teguh. 2016. Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis


Kompetensi dan Sertifikasi. Bandung: PT. SEWU (Srikandi Empat Widya Utama)

Anda mungkin juga menyukai