Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dunia Internasional tenaga kerja yang berkualitas dan profesional sangat
dibutuhkan, khususnya tenaga kerja dibidang Teknik Perkapalan. Karena di dunia
Internasional tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan keahlian khusus
sangat dibutuhkan dilapangan kerja.

Seiring perkembangan Industri Perkapalan di Indonesia tak lepas dari


tenaga kerja yang profesional dan berkualitas. Adapun salah satu upaya
pemerintah Indonesia adalah dengan mengadakan balai - balai pelatihan yang
gratis. Dengan tujuan untuk meningkatkan Sumber Daya manusia yang
berkualitas, profesional dan berharap dengan keahlian yang dibekalinya maka
dapat bekerja di dunia Industri. Selain itu Pemerintah Indonesia juga mendirikan
beberapa Perusahaan yang bergerak dibidang Kemaritiman.

Dalam hal ini di Universitas Ivet sebagai salah satu lembaga Perguruan
Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan dengan Progam Pendidikan Diploma
Ahli Madya Perkapalan yang turut dalam mengemban, menstimulasi, dan
menciptakan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkualitas khususnya
dibidang Perkapalan. Salah satu bentuknya adalah mengadakan praktek permata
kuliah dan memberi sertifikat keahlian kepada Taruna/ Taruni sebagai
pendamping Ijazah.
Mengingat akan pentingnya hal itu, para Taruna-Taruni di Fakultas
Kemaritiman Universitas Ivet mengadakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang di
tujukan untuk memenuhi sistem kredit semester dan syarat untuk mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) sekaligus untuk memperkenalkan kampus
Universitas Ivet pada masyarakat luas serta mengenalkan para Taruna-Taruni
tentang Industri Perkapalan dan Pengklasan Kapal. Nantinya setelah Taruna-
Taruni menyelesaikan studinya mampu menjadi tenaga kerja yang terampil,
berkualitas dan profesional dengan bidangnya masing-masing dan turut serta
membawa industri Perkapalan Indonesia ke kelas dunia Perkapalan Internasional.

1
2

Dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) untuk tahun ini


mengunjungi 2 perusahaan yaitu PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta(Persero), PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero). Adapun dalam
pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini untuk Jurusan Teknik Permesinan
Kapal hanya dua kunjungan Perusahaan yaitu di PT. Dok dan Perkapalan Kodja
Bahari Jakarta(Persero) dan PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero).

1.2. Dasar Kegiatan


1. Dengan adanya kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini para Taruna-
Taruni dapat mengaplikasikan teori maupun praktek yang di dapatkan dari
Perguruan Tinggi untuk dapat gambaran langsung yang ada di lapangan.
2. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi :
1) Pendidikan dan pengajaran
2) Penelitian dan pengembangan
3) Pengabdian kepada masyarakat
3. Sebagai syarat untuk memenuhi Sistem Kredit Semester (SKS) di semester
IV dan syarat untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) Jurusan Teknik
Permesinan Kapal Fakultas Kemaritiman Universitas Ivet.

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini berfungsi sebagai relevansi dari setiap kajian atau
pengamatan sesuai permasalahan yang sudah kami amati. Adapun maksud dan
tujuan dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di bagi menjadi dua yaitu:
3

1. Tujuan Akademis
1) Sebagai persyaratan untuk memenuhi beban sistem kredit semester
(SKS) di semester IV dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Fakultas Kemaritiman Universitas Ivet.
2) Memperkenalkan Fakultas Kemaritiman Universitas Ivet pada
masyarakat luas khususnya PT. Dok Dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta(Persero) dan PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero).
Menjalin hubungan kerja sama antara Fakultas Kemaritiman
Universitas Ivet dengan Instasi-Instasi yang telah dikunjungi.

2. Tujuan Ilmiah
Berisi tentang tujuan yang dapat di ambil secara keilmuan atau
pengetahuan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan para Taruna/ Taruni
pada saat melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di PT. Dok Dan
Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) dan PT. Biro Klasifikasi
Indonesia Jakarta(Persero), adapun tujuannya sebagai berikut:
1) Mengetahui secara langsung proses produksi dan penerapan Teknologi
yang sedang berkembang di Industri Perkapalan sekarang.
2) Mengaplikasikan teori yang disampaikan di kampus dengan kenyataan
di lapangan kerja atau praktek langsung dengan cara pengamatan.
3) Mengetahui proses produksi pembuatan kapal di PT. Dok dan
Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) secara langsung.
4) Mengetahui jenis-jenis survey badan klasifikasi kapal di PT. Biro
Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero).
5) Menambah nilai-nilai kebangsaan Taruna-Taruni untuk mencintai dan
memajukan dunia maritim Indonesia.
4

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kujungan Kuliah Kerja Lapangan ini di laksanakan pada :
Hari, tanggal : Senin, 01 April 2019
Tempat : a) PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta(Persero)
b) PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero).

1.5. Metode Pengumpulan Data


Untuk dapat menyelesaikan suatu laporan dengan baik dan dapat di
percaya,maka dibutuhkan adanya pengumpulan data. Dalam penyusunan laporan
ini, kami menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di antaranya yaitu :
1. Observasi dan Pengamatan Lapangan
Yaitu melalui pengamatan secara langsung ke lapangan mengenai obyek
yang diteliti kepada narasumber. Dalam metode ini penulis mempelajari tentang
langkah-langkah pembuatan baja dan reparasi kapal. Dokumentasi melalui foto
maupun buku catatan.
2. Wawancara/Interview
Yaitu tanya jawab langsung dengan narasumber yang berhubungan dengan
tujuan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Proses ini di lakukan di dalam
kantor maupun di lapangan. Untuk hal-hal yang masih dirasa kurang jelas atau
hal baru bagi penulis dapat bertanya langsung kepada narasumber yang
bersangkutan pada waktu KKL.
3. Referensi
Yaitu berupa studi pustaka dan data - data dari hasil kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan. Metode ini di gunakan penulis untuk melengkapi data yang sudah di
peroleh dari hasil observasi maupun interview dengan buku laporan yang sudah
ada.
5

1.6. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini
yaitu:
Bab I Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang, dasar kegiatan,
tujuan penulisan, tempat dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data,
sistematika penulisan.
Bab II PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) Galangan II
dalam Bab ini, di bahas tentang: Data perusahaan, visi dan misi perusahaan,
sejarah singkat perusahaan, bentuk usaha perusahaan, pengguna jasa dan mitra
kerja perusahaan, ketenaga kerjaan perusahaan.
Bab III PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) dalam bab ini, di
bahas tentang: Data perusahaan, visi dan misi perusahaan, sejarah singkat
perusahaan, bentuk usaha perusahaan, pengguna jasa dan mitra kerja perusahaan,
ketenaga kerjaan perusahaan.
Bab IV Penutup sebagai bab terakhir dalam penyusunan laporan Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) yang berisi tentang kesimpulan pengamatan atas
persaingan, , kwalitas Taruna-Taruni serta saran terhadap kesimpulan-kesimpulan.
6

BAB II
DOK DAN PERKAPALAN KODJA BAHARI JAKARTA
(PERSERO)

2.1. Data Perusahaan


PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) beralamat di Jl.
Sindang Laut No.101, Cilincing Jakarta 14110, Indonesia

Gambar 2.1 Site Plan By Google Maps

Gambar 2.2 Denah Lokasi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta(Persero)

6
7

2.2. Visi dan Misi Perusahaan


1. Visi
Menjadi Perusahaan industri perkapalan dan lepas pantai yang unggul
dipasar domestik dan mampu bersaing dipasar global..
2. Misi
Mengembangkan perusahaan industi perkapalan dan lepas pantai yang
kompetitif dan memberikan manfaat kepada stake holder.

2.3. Sejarah Singkat Bentuk Usaha Perusahaan


PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) didirikan pada tahun 1990,
merupakan hasil merger (pengabungan) dari 4 (empat) industri galangan kapal
yang terpadu untuk meningkatkan kinerja. 4 (empat) industri galangan kapal
tersebut adalah : PT Dok & Perkapalan Tanjung Priok (Persero) berdiri tahun
1891 dan PT Kodja (Persero), PT Pelita Bahari (Persero) dan PT Dok & Galangan
Kapal Nusantara (Persero) yang ketiganya berdiri pada tahun 1964.
PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) berkantor pusat di Jalan
Sindang Laut No 101, Cilincing, Jakarta Utara memiliki 4 (empat) Galangan yang
terletak di Jakarta yaitu Galangan I, II, III dan Galangan Paliat serta 6 (enam)
Cabang yang tersebar di luar Jakarta yaitu Cabang Sabang, Cabang Batam,
Cabang Palembang, Cabang Cirebon, Cabang Semarang dan Cabang Banjarmasin
serta memiliki 2 (dua) Anak Perusahaan yaitu PT. AIRIN yang bergerak dibidang
depo peti kemas dan pergudangan sedangkan PT. Kodja Terramarin bergerak
dibidang chemical product dan perdagangan umum.

2.4. Pengguna Jasa dan Mitra Kerja


2.4.1. Pengguna Jasa PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
1. Kapal-kapal kontainer menggunakan jasa PT. Dok dan Perkapalan Kodja
Bahari untuk memenuhi kebutuhan instalasi dan perlengkapan mesin
kapal.
2. PT. Freeport dan PT. Pamapersabda Nusantara menggunakan jasa PT. Dok
dan Perkapalan Kodja Bahari untuk bidang pengiriman.
8

3. PT. Surya Bintang Jasa


4. PT. Tanto intim lines
5. PT. Alkan abadi Lines
6. PT. Prima Eksekutif
7. PT. Garam Lines (persero)
8. PT. Pasisific Selatan
9. PT. Bintang Jasa Samudera Lines

2.4.2. Mitra kerja PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari


1. PT. Mitra Sentosa Abadi (MSA) dan PT. Nilam Port Terminal Indonesia
(NPTI) di bidang bongkar atau muat.
2. MIF/Mblog di bidang logistic dan Freight Forwarding.
3. PT. Krakatau Steel.
4. Perusahaan panel listrik kapal.
5. Perusahaan mesin kapal.
6. BKI untuk mengclasskan
7. ABS untuk mengclasskan
9

2.5. Ketenagakerjaan
Struktur ketenagakerjaan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari

Pemimpin

Quality Assurance

Supervisor Divisi Supervisior Divisi Supervisior Divisi


Structural Electrical Mechanical

Carpentry Air Conditioner Machining

Repair of
Welding Electrical
Component

Hydraulic Field Mechanic

Gambar 2.3 Alur Struktur ketenagakerjaan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta(Persero)

PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) terbagi menjadi


delapan bagian sesuai dengan kopetisi dan keahliannya yang dipimpin oleh tiga
sepervesor, antara lain :
2.5.1. Pemimpin
Tugas seorang pemimpin :
1. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan.
2. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan.
3. Menyetujui anggaran tahunan.
4. Memutuskan dan, menentukan peraturan dan kebijakan tertinggi
perusahaan.
10

5. Merencanakan serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan


perusahaan.
6. Menanggung jawab atas kerugian yang terjadi di perusahaan.
7. Sebagai panutan semua karyawan yang bekerja di perusahaan.

2.5.2. Quality Assurance


PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) memiliki bagian
QA (Quality Assyrance) yang bertugas melakukan pengawasan dan pencatatan
serta dokumentasi atas penanganan barang-barang yang di perbaiki atau rekondisi.

2.5.3. Divisi Structural. Devisi ini meliputi dua bagian, yaitu :


1. Carpentry, yaitu bagian yang menangani pengerjaan perkayuan baik yang
di kerjakan di Workshop maupun yang dikerjaka di kapal.
2. Welding, yaitu bagian yang melakukan fabrikasi tangga gangway,
incenarator, roll tross, twistlock box, mushroom blower, dan perbaikan
Steel Work di kapal.

2.5.4. Divisi Electrical. Divisi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Air Conditioner, yaitu bagian yang menangani perbaikan sistem pendingin
di kapal, antara lain : Gandroom, A/C Control room, A/C Central, dan
lain-lain.
2. Electrical, yaitu bagian yang menangani kerusakan pada sistem kelistrikan
di kapal, purifier, panel control heater, dan lain-lain.
3. Hydraulic atau Crane, yaitu bagian yang menangani kerusakan pada
perlengkapan crane, antara lain : Perbaikan Hydraulic Plunger, perbaikan
Hydrolic Motor, perbaikan Hydrolic Pump, penanganan kerusakan
Electronic Card untuk control kerja crane di kapal, dan lain-lain.
11

2.5.5. Divisi Mechanical. Divisi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Machining, yaitu bagian yang menangani perbaikan dan pembuatan spare
part yang turun dari kapal, antara lain : perbaikan valve seat dan valve
spindle M/E, perbaikan segala macam pompa, perbaikan cylinder head,
cleaning intercooler, perbaikan turbo charge, dan lain-lain.
2. Repair of Component, bagian ini berkolaborasi dengan bagian Machining
dalam menangani perbaikan spare part, antara lain : perbaikan valve seat
dan valve spindle M/E, perbaikan segala macam pompa, perbaikan
cylinder head, cleaning intercooler, perbaikan turbo charge, dan lain-lain.
3. Field Mechanic, yaitu bagian yang menangani Overhaul A/E baik di kapal
maupun di Workshop. Termasuk perbaikan atau rekondisi bagian-bagian
terkait dari mesin bantu tersebut, antara lain : Cylinder head, Intercooler,
Fresh water, oil pump, dan lain-lain.

2.6. Persiapan Reparasi


Pada saat akan dilakukan proses reparasi PT. Dok dan Perkapalan Kodja
Bahari Jakarta(Persero) terlebih dahulu menyiapkan peralatannya. Adapun
peralatan yang harus disiapkan, antara lain :

2.6.1. Perlengkapan Pengelasan


1. Mesin las

Gambar 2.4 Mesin Las


12

Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu
proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai
sumber panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api
arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan
bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama
dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik. Gerakan busur api diatur
sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah
dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan.
Mesin las adalah alat yang digunakan untuk menyambung logam.
Pengelasan (welding) adalah tenik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa
penekanan dan menghasilkan sambungan yang continue. Lingkup penggunaan
teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan,
rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.

2. Cara menggunakan mesin las :


1) Pasang clamp massa.
2) Hubungkan kabel power dengan sumber listrik.
3) Pilih atau sesuaikan amper.
4) Jepitkan jepit tang massa ke benda kerja yang akan di las.
5) Jepitkan elektroda ke tang penjepit elektroda.
6) Pecahkan atau bersihkan fluks.

3. Menyiapkan gas oksigen, untuk di gunakan pada saat proses pengelasan.

Gambar 2.5 gas oksigen


13

4. Menyiapkan elektroda untuk proses pengelasan

Gambar 2.6 Elektroda las

2.6.2. Perlengkapan Pembubutan


1. Mesin Bubut

Gambar 2.7 Mesin Bubut

Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk
proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat sayatan pada
benda kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan sumbu
dari benda kerja yang berputar.
Mesin bubut merupakan mesin perkakas yang memiliki populasi terbesar
di dunia ini dibandingkan mesin perkakas lain seperti mesin freis, drill, sekrap
dan mesin perkakas lainnya.
 
14

2. Adapun prinsip kerja mesin bubut :


Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangan bagian dari benda kerja
untuk memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja diputar dengan
kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh
pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar benda
kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan
gerakkan translasi dari pahat disebut gerak makan (feeding).

Gambar 2.8 sketsa kerja mesin bubut

3. Nama dan fungsi komponen mesin bubut

Gambar 2.9 bagian-bagian komponen mesin bubut

1) Tailstock
Untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung yang
berseberangan dengan chuck (pencekam) pada proses pemesinan di mesin
bubut.  
2) Lead crew
Poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar dengan
bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap. Dihubungkan
dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik. Dipasang ke
15

pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk membuat


ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai. 
3) Feedrod
Terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan daya
dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan
mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang. 
4) Carriage
Terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya kuat
karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong. Dilengkapi
dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah melintang.
Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan spindle atas
untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan. 
5) Toolpost
Digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan menggunakan
pemegang pahat. 
6) Headstock
Tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang mengatur
putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.

4. Jenis pekerjaan yang dapat di lakukan dengan mesin bubut :


1) Pembubutan muka (facing), yaitu proses pembubutan yang dilakukan
pada tepi penampang atau gerak lurus terhadap sumbu benda kerja,
sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata.
2) Pembubutan rata (pembubutan silindris), yaitu pengerjaan benda yang
dilakukan sepanjang garis sumbu.
3) Pembubutan ulir (threading), yaitu pembubutan ulir dengan pahat ulir.
4) Pembubutan tirus (taper), yaitu proses pembubutan enda kerja berbentu
konis.
5) Pembubutan (drilling), yaitu pembubutan denganmenggunakan mata or,
sehingga akan diperoleh lubang pada benda kerja.
16

6) Perluasan lubang (boring), yaitu proses pembubutan yang bertujuan


untuk memperbesar lubang.
7) Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan silindris) yang
bertujuan untuk membubut profil pada permukaan benda kerja.

5. Cara menggunakan mesin bubut :


1) Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan seperti pahat bubut,kunci
chuck, dll.
2) Memastikan keadaan mesin masih off dan mesin itu terhindar dari benda
yang mudah terbakar.
3) Memasang pahat bubut pada rumah pahat (tool post) setinggi ujung
senter.
4) Memasang benda kerja yang akan dibubut pada cekam/chuck.
5) Membubut benda kerja sesuai spesifikasi yang diinginkan.

6. Gerakan-gerakan dalam mesin bubut :


1) Gerakan berputar, yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang
digerakan pahat dan dinamakan gerakan potong.
2) Gerakan memanjang, yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongannya
sejajar dengan sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut gerakan
pemakanan.
3) Gerakan melintang, yaitu bentuk gerakan apabilah arah pemotongannya
tegak lurus terhadap sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut dengan
gerakan melintan atau pemotongan permukaan.

7. Menyiapkan plat sebagai bahan pembubutan


17

Gambar 2.10 plat


2.6.3. Perlengkapan Pemotongan Brander Oxy-Acetyline
1. Alat potong dengan Brander oxy-asetyline

Gambar 2.11 brander potong Oxy-Acetyline

Brander potong memiliki kontruksi yang berbeda dengan brander las Oxy-
Acetyline. Pada brander potong selain terdapat saluran untuk gas acetyline dan
oksigen yang dicampur untuk menghasilkan nyala api pemanas, terdapat pipa
saluran oksigen potong tersendiri, yang berfungsi untuk meniup lelehan logam
yang terbentuk oleh pemanasan dari nyala api pemanas. Dengan terlepasnya
cairan dari benda kerja, terjadilah proses pemotongan. Pemotongan logam
dengan menggunakan alat potong Oxy-Acetyline akan menimbulkan percikan
api yang cukup besar, sehingga potongan harus dilakukan pada meja potong
khusus.
18

Gambar 2.12 Gambar proses pemotongan


19

2. Teknik pemotongan :
1) Pemotongan dimulai dengan cara memanaskan tepi benda kerja yang
akan dipotong. Tuas potong dalam keadaan bebas (tidak ditekan)
sehingga oksigen potong tidak mengalir keluar melalui nozzel ke
permukaan benda kerja diatur ± 10 mm, nozzle diposisikan tegak lurus
terhadap benda kerja.
2) Setelah benda kerja dipanaskan hingga berwarna merah kekuningan, tuas
potong pada brander ditekan untuk mengalirkan oksigen potong.
Keluarnya oksigen potong bertekanan tinggi melalui nozzel akan
mengeluarkan suara yang cukup keras. Pemotongan benda kerja segera
dimulai, tekan nozzel ke bawah dan gerakan perlahan dengan kecepatan
yang konstan mengikuti garis potong

Gambar 2.13 Pemanasan awal dan pemotongan

3) Pemotongan pada logam tebal, apabila akan melakukan pemotongan


benda kerja yang tebalnya lebih dari 50 mm, maka pemotongan diawali
dengan melakukan pemotongan pada sudut bawah dari benda kerja.

Gambar 2.14 Gambar pemotongan logam tebal


20

4) Pemotongan pada besi Tuang, pada saat melakukan pemotongan benda


kerja yang terbuat dari bahan besi tuang, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
 Nyala api pemanas disetek carburizing (kelebihan acetyline)
 Penggunaan nozzel dengan ukuran yang lebih besar daripada ukuran
nozzle yang digunakan untuk memotong benda kerja dari bahan baja
pada ketebalan yang sama.

Gambar 2.15 Gambar potong besi tuang

3. Menyiapkan gas oxy-acetyline

Gambar 2.16 gas oxy-acetyline


21

4. Menyiapkan bahan bakar

Gambar 2.17 bahan bakar dan pelumas spare part

5. Menyiapkan plat sebagai bahan pemotongan

Gambar 2.18 plat


22

2.6.4. Perlengkapan Overhead Crane


1. Overhead crane

Gambar 2.19 overhead crane

Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara


terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan
yang dapat digantungkan secara bebas atau dikaitkan pada crane itu sendiri.
Overhead travelling crane selain berfungsi sebagai alat pengangkat, juga
berfungsi sebagai alat pemindah barang walaupun barang yang dipindahkan
terbatas hanya pada lingkungan yang tidak terlalu luas (dalam ruangan). Tetapi
overhead travelling crane sangat efektif bekerjanya karena gerakannya dapat
maju-mundur dan ke kiri-ke kanan. Banyak girder yang digunakan disesuaikan
dengan kebutuhan dari crane tersebut. Overhead travelling crane dapat dibuat
single girder maupun double girder. Girder dengan konstruksi rangka batang
saat ini jarang digunakan dalam pemakaian overhead travelling crane, yang
paling banyak digunakan adalah girder dengan bentuk beam atau kotak, yang
dinilai lebih praktis baik dari segi konstruksi maupun bentuknya.
Secara teknologi perancangan dan pembuatan overhead travelling crane
ini tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi seperti halnya dalam
pembuatan kendaraan (otomotif). Pada alat pengangkat yang perlu diperhatikan
23

adalah faktor keamanan dan keselamatan kerja dari alatnya sendiri maupun
terhadap operator yang menggunakan. Dalam merencanakan konstruksi girder
overhead travelling crane ini tergantung dari sarat yang harus dipenuhi untuk
kebutuhannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh kondisi yang
efisien dan peralatan yang efektif.

2. Nama dan fungsi komponen crane :

Gambar 2.20 bagian-bagian overhead crane

1) Lintasan (runway rail)


Berfunsi sebagai jalan bagi crane untuk gerakan maju dan mundur.
2) Drum
Drum penggulung tali baja untuk penggerak daya, dilengkapi dengan alur
agar tali baja dapat digulung dengan teratur sehingga keausan baja dapat
dikurangi.
3) Jembatan palang
Jembatan palang berfungsi sebagai lintasan bagi crane untuk bisa
bergerak ke kiri dan kenan.
4) Motor penggerak roda
Motor penggerak roda berfungsi untuk mengerakan roda yang ada pada
lintasan Sehingga memungkinkan crane untuk bergerak maju dan
mundur.
24
25

5) Roda penggerak
Roda pengerak berfungsi sebagai roda dari palang crane tersebut.
6) Motor pengerak naik/turun (hoist)
Berfungsi untuk menaikan dan menurunkan benda yang di kaitkan pada
pengait.
7) Tali baja
Tali baja digunakan secara luas pada mesin-mesin pengangkut sebagai
perabot pengangkat.
8) Puli
Puli dibuat dengan desain tetap dan bebas. Puli digunakan sebagai
penuntun karena berfungsi sebagai pengubah arah peralatan. Pada puli
bebas terdapat gander yang bergerak dan dibebani dengan muatan.
Gabungan beberapa puli bebas dan puli tetap merpakan suatu sistem puli
yang digunakan untuk mengubah gaya yang terdapat pada sistem crane.
9) Pengait
Di dalam peralatan pengangkat, untuk mengangkat beban digunakan
rantai tali baja yang dihubungkan dengan kait. Jenis kait tunggal dan kait
tanduk merupakan kait yang paling banyak digunakan pada sistem crane.

3. Prinsip kerja overhead crane :


Prinsip kerja pesawat angkat ini adalah untuk mengangkat menurunkan
dan memindahkan alat atau pun benda berat yang ada di workshop ketika
diadakan perbaikan maupun perawatan terhadap alat berat.
Dalam pengoprasiannya, benda yang akan diangkat harus bebas dari segala
rintangan agar dapat dengan mudah di letakkan sesuai dengan posisinya.
Dalam pengoprasiannya pesawat angkat ini ada dua macam :
1) Secara manual : Yang dilakukanoleh manusia.
2) Secara otomatis : Yang dilegkapi dengan motor penggerak
Pesawat angkat kebanyakan memindahkan beban atau muatan bersifat
jarak pendek. Dalam prakteknya biasa dicapai, dibatasi antara 10 meter sampai
dengan 100 meter.
26

1) Gerakan hoist (naik atau turun)


Gerakan ini adalah gerakan naik atau turun beban yang telah dipasang
pada kait diangkat atau diturunkan dengan menggunakan drum yang sudah
direncanakan. Drum digerakkan oleh motor listrik dan gerak drum di
hentikan dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah
posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan.

Gambar 2.21 Mekanisme gerak hoist

2) Gerakan transversal
Gerakan ini adalah berpindah arah melintang. Untuk gerakan tersebut
diperlukan motor troli, dimana motor troli ini akan bergerak pada gelagar
utama. Jarak pemindahan bahan dapat diatur sesuai yang diinginkan. Rem
pengontrol dipasang pada poros motor dan bekerja menurut prinsip
elektromagnet.

Gambar 2.22 mekanisme gerak transversal


27

3) Gerakan longitudinal
Gerakan ini adalah gerakan memanjang (longitudinal) disepanjang rel
yang terdapat dilokasi dimana portal crane berada. Gerakan ini diperoleh
dengan pemakaian motor ke roda jalan.

Gambar 2.23 Mekanisme kerja longitudinal

2.6.5. Perlengkapan Kerja Bengkel


1. Menyiapkan satu box macam-macam kunci

Gambar 2.24 macam-macam kunci


28

2. Menyiapkan mesin motor bantu yang akan di reparasi.

Gambar 2.25 mesin motor bantu

3. Menyiapkan kompresor yang akan di reparasi

Gambar 2.26 kompresor


4. Menyiapkan cylinder head yang akan di reparasi

Gambar 2.27 cylinder head


29

2.6.6. Perlengkapan Meja Kerja

Gambar 2.28 Perlengkapan Meja Kerja

Digunakan untuk menyangga konstruksi baru kapal agar saat pengerjaan


pengelasan pada bagian bawah konstruksi tersebut dapat dengan mudah untuk
dikejakan, jak stand ini juga dapat di sesuaikan ketingiannya sesuai kenyamanan
pekerja.

2.7. Proses Balancing Propeler


Balancing Propeller adalah proses peseimbangan berat dari masing-masing
Daun Propeller agar didapat berat yang sama dari setiap Daun Propeller. Proses
Balancing Propeller bertujuan untuk mengurangi timbulnya getaran berlebih pada
badan kapal yang diakibatkan putaran dari Propeller.
Balancing Propeller kapal diperlukan terutama pada saat setelah Propeller
diperbaiki, perbaikan yang dimaksud disini adalah perbaikan terhadap Daun
Propeller yang mengalami keretakan ataupun patah sehingga perlu dilakukan
rekondisi dengan cara pengelasan pada bagian yang rusak tersebut.
Pada prinsipnya balancing perlu dilakukan karena adanya penambahan
material atau rekondisi pada bagian Daun Propeller yang rusak, bila tidak ada
pekerjaan rekondisi maka tidak perlu dilakukan proses balancing ( misalnya pada
pelurusan daun propeller yang bengkok ).
30

Sebelum Propeller di balancing terlebih dahulu dilakukan penggerindaan


pada bagian-bagian yang direkondisi / dilas sehingga rata permukaannya / tidak
menonjol, selain itu sudah dilakukan proses brushing dan kemudian propeller
dipoles sedemikian rupa dengan memakai amplas bundar.
Cara balancing dibawah ini adalah cara melakukan balancing dengan
menggunakan alat yang sederhana dan tidak menggunakan alat ukur tetapi hanya
menggunakan cara visual saja untuk menentukan apakah setiap daun propeller
sudah sama / seimbang beratnya atau tidak.
Cara Melakukan Balancing Propeller adalah sebagai berikut :
1. Letakkan propeller diatas bangku / alat untuk balancing.
Alat ini terdiri dari bangku penyanggah yang dilengkapi dengan 4 buah
bearing, 2 buah dibagian belakang dan 2 buah dibagian depan, bearing
tersebut terletak dibagian atas bangku penyanggah, dimana nantinya
propeller yang akan dibalancing diletakan diatas bearing tersebut dengan
bantuan batang poros.
2. Beri Tanda Pada Daun Propeller.
Setiap daun propeller diberi tanda angka atau huruf ( misalkan : 1,2,3,4 atau
A,B,C,D atau I, II, III, IV ). dengan menggunakan Kapur tulis atau Maker.
3. Atur Letak Daun Propeller.
Atur sedemikian rupa letak dari daun propeller sehingga daun nomor 1
berada di sebelah kiri, daun nomor 2 berada di sebelah atas, daun nomor 3
berada di sebelah kanan dan daun nomor 4 berada di sebelah bawah.
Peletakan seperti diatas hanyalah contoh apabila propeller memiliki 4 buah
daun propeller, karena umumnya jumlah daun propeller pada kapal adalah 4
buah untuk setiap propeller.
31

Gambar 2.29 Proses Balancing Propeller

4. Balancing Daun No.1 dan No.3


Lakukan Balancing pada daun nomor 1 dan nomor 3 dengan cara
memperhatikan putaran pada propeller, jika daun propeller nomor 3
bergerak kebawah, itu berarti daun propeller nomor 3 lebih berat dari pada
daun propeller nomor 1. Jika daun propeller nomor 3 bergerak kearah atas
maka artinya daun propeller nomor 3 lebih ringan dibandingkan dengan
daun propeller nomor 1. Begitu juga sebaliknya jika yang diperhatikan
adalah daun propeller nomor 1.
5. Grinding.
Lakukan pengerindaan ( grinding ) pada bagian daun propeller yang lebih
berat sehingga didapat berat yang sama / seimbang antara daun propeller
nomor 1 dan daun propeller nomor 3. Penggerindaan dilakukan dengan
menggunakan amplas (sand paper) berbentuk bundar dan menggunakan
portable grinding machine. Penggerindaan dimulai dari arah pangkal daun
propeller ke arah ujung daun propeller.
6. Balancing Daun No.2 dan No.4
Lakukan juga balancing pada daun nomor 2 dan nomor 4 dengan cara yang
sama seperti point 4.
32

7. Ubah Letak Propeller.


Untuk lebih memastikan lagi apakah semua daun propeller telah memiliki
berat yang sama, lakukan balancing terhadap daun propeller tetapi dengan
posisi terbalik tidak seperti pada point 3 yaitu daun propeller nomor 1
berada di sebelah kanan sedangkan daun propeller nomor 3 disebelah kiri,
begitu juga dengan daun propeller nomor 2 dan daun propeller nomor 4.
Proses ini diperlukan untuk mencegah kesalahan balancing yang
dikarenakan rusaknya bearing / bearing tidak berputar.

2.8. Dok Kolam (Graving Dock/Dry Dock)


Graving Dock yaitu suatu fasilitas docking kapal berupa kolam besar di
pinggir laut, dimana konstruksi sipilnya terdiri dari dinding beton dan lantai beton
dengan menumpu kepada tiang pancang dibawah lantai. Dan pintu/gate pada
umumnya terbuat dari elemen baja dan kontak langsung dengan laut/samudera.

Gambar 2.30 Dok kolam


33

2.8.1. Proses Pemasukan Kapal


Sebelum memasukkan kapal perlu kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mesin harus mati kecuali mesin winch
2. Kapal diatur supaya trim yang terjadi adalah trim minimum, dimana jarak
antara trim haluan dan buritan adalah 2 meter.
3. Kapal harus bebas dari muatan berbahaya dan gas
4. Kesiapan fasilitas sandar (bolder, tali, crew dock dll)
5. Selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas perlu juga dipersiapkan hal-
hal sebagai berikut:
1) Pengaturan keel block dan side block, pada side block mengacu
pada docking line plan.
2) Pada keel block 1 m terdiri dari beton cor setinggi 70cm dan bantalan
kayu keras setinggi 30 cm.
3) Peninggian side block diatur sesuai bentuk gading-gading kapal.
4) Kapal-kapal dengan lebar sama atau lebih dari 16m dibuat side
block antara, dimana jarak antar block maksimal 2 m atau diatur tumpuan
maksimal pada landasan graving tidak lebih.
6. Posisi bottom plug, peralatan elektronik dibawah kulit lambung, sea chest,
dan sepatu kemudi tidak boleh bertumpu pada stop block.
7. Jarak pengaturan lock sebagai berikut:
1) 4 buah keel block terdepan dan 5 buah paling belakang jarak antar stop
blockmasing-masing adalah 50 cm dan diikat masing-masing menjadi 1
unit agar saat kapal duduk susunan keel block tidak bergeser pada
pondasi.
2) Jarak antara keel block masing-masing 2 m
3) Jarak antara side block masing-masing 3 m, 3,5 m, 4 m tergantung
masing-masing jarak frame dan besar kapal.
4) Penempatan side block diletakkan dalam daerah setengah lebar –R bilga
5) Penempatan side block antara, tergantung posisi side keel pada
konstruksi kapal tersebut.
34

8. Penempatan keel block, side block dan side block antara diusahakan


bertumpu pada wrang-wrang double bottom, sekat melintang dan
memanjang sekat melintang dan memanjang untuk menghindari deformasi
pada plat bottom.
9. Penandaan garis, titik, untuk posisi acuan pembentukan kapal.
10. Persiapan tug boat, dock master dan crew dock,batang stut ukuran, tali-
temali, tangga dan lain-lain.
11. Setelah pekerjaan persiapan selesai, kapaldapat dimasukkan, urutan sesuai
dengan proses docking.

2.8.2. Proses Pengeluaran Kapal dari Dok


Apabila proses perbaikan selesai, maka kapal telah siap dikeluarkan dan
dapat melakukan prises finising di dermaga. Adapun proses pengeluaran kapal
dari dock adalah sebagai berikut:
1. Semua perlatan kerja dalam graving dock dikeluarkan semuanya terlebih
dahulu, begitu pula kotoran hasil reparasi.
2. Kran pintu induk dock dibuka sehingga air masuk ke dalam graving dock,
setelah air yang masuk setinggi permukaan air laut maka pintu ponton
akan terangkat dengan sendirinya.
3. Pada waktu kapal mulai terapung side block yang terikat dengan tali
ditarik dari posisinya kemudian diletakkan disamping.
4. Stoot-stoot samping diambil dan kapal ditarik keluar dengan bantuan tug
boat.
35

2.9. Proses Reparasi

barang datang dari kapal atau dari cabang

1) ownwer mengisi log book


(untuk hari libur)
2) pengecekan barang dan surat jalan oleh tim O.A
3) pengidetifikasian barang

PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari


Jakarta(Persero)

laporan masuk untuk barang selesai diperbaiki atau


diperbarui ke tim O.A

1) driver mengisi log book (untuk hari libur)


2) pengecekan surat jalan dan barang yang akan
dikirim ke kapal / H.O/cabang

Gambar 2.31 Proses reparasi


36

2.10. Proses penjualan


Di PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) dikarenakan
mereparasi berdasarkan orderan sehingga untuk proses penjualannya langsung di
kirim ke coustemer. Untuk bagian promosi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Jakarta(Persero) mempunyai wabsite. Selain itu PT. Dok dan Perkapalan Kodja
Bahari Jakarta(Persero) juga perusahaan yang bergerak di bawah naungan BUMN
sehingga banyak di ketahui oleh perusahaan kapal.

2.11. Kendala dan cara mengatasi


1. Kendala :
1) Kelengkapan kerja banyak yang manual.
2) Apabila mendapat orderan yang banyak, memerlukan waktu yang lama di
karenakan keterbatasan tenaga kerja dan alat-alat yang menggunakan sistem
otomatis.
2. Cara mengatasi :
1) Menambah tenaga kerja lagi untuk mengantisipasi terjadinya trouble kapal
secara tiba-tiba dalam watu sayang sama dengan jumlah kapal yang banyak.
2) Menambah fasilitas yang di butuhkan dalam workshop.
3) Menambah kerjasama yang lebih luas untuk di dalam negeri maupun di luar
negeri.
4) Menambah alat-alat yang modern sehingga dapat mempercepat waktu
pelaksanaan.
6

37

BAB III
PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

3.1. Data Perusahaan

3.1.1. Lokasi
PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) terletak di Jalan Yos
Sudarso No.38-40, Tanjung Priok, RW.10, Kebon Bawang, RW.10, Kb. Bawang,
Tj. Priok, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14320

Gambar 3.1 Site Plan by Google Maps

Gambar 3.2 Denah Lokasi PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero)

35
38

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan


1. Visi
Menjadikan BKI sebagai badan klasifikasi yang mengutamakan
terjaminnya keselamatan jiwa, kapal, harta benda dan lingkungan laut dan
yang setara dengan badan klasifikasi internasional serta perusahaan jasa
teknik yang terpercaya dan terbaik dari segi kualitas produk, kualitas
SDM, dan kinerja perusahaan dan yang mampu bersaing dengan
perusahaan jasa teknik lainnya baik nasional maupun internasional.
2. Misi
Segmen Klasifikasi dan Statutoria Mengembangkan profesionalisme
pelayanan jasa klasifikasi sesuai standar internasional dalam rangka turut
serta menjaga terjaminnya keselamatan jiwa, kapal, harta benda dan
lingkungan laut.
Segmen Konsultasi dan Supervisi Mengembangkan dan
mengimplementasikan profesionalisme dalam kegiatan konsultasi dan
supervise yang diakui dan memiliki keunggulan bersaing, baik nasional
maupun internasional.
Adapun misi yang harus dituju dari BKI yaitu :
1) Mengutamakan terjaminnya keselamatan dan benda di laut serta
perlindungan lingkungan melalui pengembangan dan pemeriksaan
standar kapal serta fasilitas terkait lainnya.
2) Pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien dengan menerapkan
tata kelola perusahaan dengan baik.
3) Membentuk citra perusahaan bahwa jasa BKI dibutuhkan dan menjadi
standar keselamatan dan kualitas.
4) Memberikan kesempatan para tenaga ahli kelautan nasional untuk
berpartisipasi melalui pengembangan pengetahuan serta penerapannya.
5) Membantu meningkatkan pendapatan negara baik dalam bentuk rupiah
maupun valuta asing.
39

3.1.3. Struktur Organisasi

Gambar 3.3 Alur Struktur Organisasi

PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) merupakan perusahaan


yang berkantor pusat di Jakarta Utara tepatnya Jl. Yos Sudarso 38 – 40. Jenis
perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa klasifikasi,
konsultansi dan supervisi. Struktur organisasi PT. Biro Klasifikasi Indonesia
Jakarta(persero) terdiri dari Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Divisi, Satuan,
bagian dan Sub bagian. Organisasi ini meliputi kantor Pusat dan unit produksi
yang tersebar diseluruh Indonesia dan singapura. Selain Jabatan structural,
40

terdapat jabatan fungsional yang meliputi surveyor, inspector, operator, staf


teknik, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tentang struktur keorganisasian PT.
Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(persero) terdapat pada lampiran A.

3.1.4. Ketenagakerjaan
Kebijakan ketenagakerjaan yang dimiliki oleh PT. Biro Klasifikasi
Indonesia Jakarta(Persero) adalah sebagai berikut:
Kebijakan Mutu Perusahaan
Sebagai perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu berdasarkan ISO
9001:2000, BKI berkomitmen memberikan kepuasan kepada pemakai jasa dan
terus melakukan penyempurnaan.
Kebijakan mutu perusahaan secara keseluruhan adalah:
"mengutamakan pelayanan jasa bagi para pengguna jasa berdasarkan kepedulian
yang tinggi terhadap masalah keselamatan dan mutu".
Dalam mewujudkan komitmen tersebut PT. Biro Klasifikasi Indonesia
Jakarta(Persero) memiliki nilai-nilai perusahaan yang diterapkan pada seluruh
jajaran organisasi, meliputi:
1. Moto perusahaan "TEPERCAYA", yang berarti jasa yang diberikan adalah
berkualitas, dapat diandalkan, efisien, tepat waktu dan memiliki reputasi.
2. Nilai - nilai perusahaan yaitu:
Integritas, profesionalisme, kepuasan pengguna jasa, kepemimpinan dan
penghargaan pada karya / prestasi karyawan.
3. Budaya Perusahaan "TERTIB", yaitu:
Taqwa kepada Tuhan YME: Etos kerja yang tinggi; Reputasi yang
senantiasa ditingkatkan; Tertib dalam menerapkan kebijakan manajemen
dan sikap pribadi; Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang dikuasai; Baik
dalam pelayanan dan hasil kerja.
41

3.1.5. Sejarah Singkat Bentuk Usaha Perusahaan

Gambar 3.4 Gedung BKI

PT Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta (Persero) atau


disingkat BKI adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang ditunjuk sebagai
satu-satunya badan klasifikasi nasional untuk melakukan pengkelasan kapal
niaga berbendara Indonesia maupun asing yang secara reguler beroperasi
di perairan Indonesia.
Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) atau disingkat (BKI) menjadi
badan klasifikasi ke-4 di Asia setelah Jepang, China dan Korea, dan menjadi satu-
satunya badan klasifikasi nasional yang bertugas untuk mengklaskan kapal-kapal
niaga berbendera Indonesia dan kapa lberbendera asing yang secara reguler
beroperasi di perairan Indonesia.
Kegiatan klasifikasi BKI merupakan pengklasifikasian kapal berdasarkan
konstruksi lambung, mesin dan listrik kapal dengan tujuan memberikan penilaian
teknis atas laik tidaknya kapal tersebut untuk berlayar. Selain itu, BKI juga
dipercaya oleh Pemerintah untuk melaksanakansurvei dan sertifikasi statutoria
atas nama Pemerintah Republik Indonesia, antara lain Load Line, ISM Code dan
ISPS Code.
BKI dibentuk dengan menerapkan standar teknik dalam melakukan
kegiatan desain, konstruksi dan surveymarine terkait dengan fasilitas terapung,
termasuk kapal dan konstruksi offshore. Standar ini disusun dan dikeluarkan oleh
42

BKI sebagai publikasi teknik. Kapal yang didesain dan dibangun berdasarkan
standar BKI akan mendapatkan Sertifikat Klasifikasi dari BKI, di mana
penerbitan sertifikat dilakukan setelah BKI menyelesaikan serangkaian survei
klasifikasi yang dipersyaratkan.
Sebagai Badan Klasifikasi yang independen dan mengatur diri sendiri,
BKI tidak memiliki kepentingan terhadap aspek komersial terkait dengan desain
kapal, pembangunan kapal, kepemilikan kapal, operasional kapal, manajemen
kapal, perawatan/perbaikan kapal, asuransi atau persewaan. BKI juga melakukan
penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu dan standar teknik
yang dipublikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan jasa
klasifikasi kapal.
Melihat peningkatan kegiatan dan perkembangan serta prospek usaha yang
cukup cerah, pada tahun 1977 Pemerintah RI selaku pemilik BKI mengupayakan
peningkatan kemandirian usaha BKI dengan melakukan perubahan status badan
organisasi menjadi Perseroan Terbatas, atau PT (Persero) yang diperkuat melalui
Peraturan Pemerintah (PP) No.1 Tahun 1977 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Negara Biro Klasifikasi Indonesia Menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero).
BKI didirikan untuk menghemat devisa Negara bagi layanan inspeksi
kapal-kapal nasional dan mendukung kemandirian dunia industri maritim
Indonesia. Melalui dukungan kerja sama dengan Germansicher Lloyd, German,
BKI saat ini telah menjadi sebuah badan klasifikasi nasional yang besar. Hingga
saat ini, selain kegiatan usaha klasifikasi, BKI juga mengembangkan kegiatannya
di bidang jasa Konsultansi dan Supervisi. Berkantor pusat di Jakarta, BKI
memiliki jaringan kantor cabang di pelabuhan besar seluruh Indonesia dan
Singapura. Selain itu BKI juga memiliki kerja sama dengan Badan Klasifikasi
Asing, baik dalam bentuk Mutual Representative maupun Dual Class.
43

3.1.6. Pengguna Jasa dan Mitra Kerja


1. Pengguna jasa PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) (BKI),
antara lain adalah Galangan-galangan kapal.
2. Mitra kerja PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) (BKI), antara
lain :
1) Kesyahbandaran.
2) BKI diberi wewenang oleh pemerintah Indonesia untuk menentukan
dan mengeluarkan sertifikat Garis Muat Internasional atas nama
pemerintah Indonesia.
3) Pada tahun 1965, BKI telah menerbitkan pertama kali buku peraturan
dan konstruksi dalam bahasa Indonesia.
4) Pada tahun 1971, BKI mendirikan laboratorium untuk pengujian bahan
dan pengujian tidak merusak.
5) BKI diberi wewenang oleh pemerintah Rl untuk melaksanakan
pemeriksaan MARPOL kapal barang berbendera Indonesia dengan
tonage kotor ( GT ) 500 ton atau lebih.sesuai surat keputusan DIRJEN
HUBLA No. PY.68/1/3/95 tanggal 6 April 1995.
6) BKI diberi wewenang oleh Departemen Tenaga Kerja untuk melakukan
survey bejana tekan dan pesawat uap.
7) BKI diberi wewenang oleh pemerintah dalam audit ISM-Code

BKI bekerja sama dengan :

a. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (BP4T),


Departemen Perindustrian.
b. Direktorat Pembinaan dan Pengawasan Kesehatan Kerja
(BINAWAS), Departemen Tenaga Kerja.
c. Direktorat Pembinaan Norma - Norma keselamatan kerja (DPNKK)
d. Sucofindo (cargo surveyor dan laboraturium penelitian)
44

BKI menjadi anggota beberapa asosiasi nasional:


a) INCINDO (National of Indonesian Consultan)
b) APITINDO (Association of Indonesian Inspektion and
Testing Companies)
c) ASTRINDO (Association of Indonesian Companies Invalud in Marine
Construction and Related Work)

BKI mempunyai perjanjian saling mewakili dari:

a) Nippon Kaiji Kyokai (NKK).


b) Korean Register of Shipping (KRS).
c) Germanisher Lloyd (GL).
d) China Clasification Society (CCS).
e) Helenic Register of Shipping (MRS).
f) Registrul Naval Roman (RNR).
g) Vietnam Register (VR)

BKI Perjanjian Kelas Ganda dengan :

a) American Bureau of Shipping (ABS).


b) Bureau Veritas (BV).
c) Det Norske Veritas Classification AS (DnV).

c.2. Macam-macam Survei BKI


Dalam bidang perkapalan perawatan kapal perlu dilakukan untuk
mempertahankan ketahanan kapal agar life time nya lama sehingga tingkat
produktifitas lancar berkembang tidak terganggu akibat adanya kerusakan kapal.
Selain itu juga dilakukan survei secara berkala untuk pengecekan kondisi kapal
sekaligus pendataan kapal pada kelas. Tujuan perawatan kapal adalah Menjamin
terlaksananya pelaksanaan sistem pemeliharaan terencana (PMS, Planned
Maintenance System) di kapal yang memenuhi persyaratan, sesuai dengan:
45

1. Peraturan Pemerintah (Statutories) yang mengacu ke Konvensi IMO


(International Maritime Organization); yaitu: Safety of Life at Sea (SOLAS)
& Marine Pollution (MARPOL)
2. Peraturan class baik itu BKI, LR, GL dan Lain-lain
3. Buku Petunjuk Pemeliharaan dari Manufacturer,
Kapal yang dikelaskan di BKI harus melaksanakan survei mempertahankan
kelas sesuai waktu yang ditentukan.Dalam rangka mempertahankan kelas, survei
periodik dan survei khusus untuk lambung, instalasi mesin dan instalasi listrik,
dan setiap perlengkapan khusus yang dikelaskan harus dilaksanakan.

3.2.1. Ketentuan Umum Survey Mempertahankan Kelas


1. Surveyor harus diberikan kebebasan setiap saat untuk naik ke kapal dan
atau memasuki bengkel, untuk dapat melaksanakan tugasnya.
2. Semua bagian yang akan disurvei harus dalam keadaan bebas, bersih dan
harus dalam keadaan bebas dari gas, bila dianggap perlu oleh surveyor
3. Sertifikat kelas dan data lainnya yang berkaitan dengan klasifikasi harus
ditunjukkan kepada surveyor.
4. BKI berhak untuk memperluas lingkup survey dan atau pemeriksaan
karena alasan tertentu.
5. Catatan dari setiap survei, termasuk persyaratan khusus untuk
mempertahankan kelas akan dicatat pada sertifikat klasifikasi terkait.

c.2.2. Survei Penerimaan Kelas


Survei Penerimaan Kelas Bangunan Baru.
Baik kapal baru/sudah jadi harus mendapat kelas dari BKI dengan cara harus
menjalani tahapan survei yang dikenal dengan survei penerimaan kelas. Survei ini
terbagi menjadi :
1. Survei Penerimaan Kelas Bangunan Baru
2. Survei Penerimaan Kelas Bnaguna Lama
46

c.2.3. Survei Memepertahankan Kelas


Survei memepertahankan kelas mencakup ketentuan sesuai konvensi
internasional tentang keselamatan jiwa dilaut (SOLAS – 1974) ,beserta protocol
dan amandemennya serta IMO Codes untuk kapal tangki kimia dan kapal
pengangkut gas. Survey mempertahankan dikelompokkan menjadi dua ,yaitu :
1. Survei Periodik
2. Survei Non-Periodik
  
c.2.4. Annual Survey (survei tahunan)
Survei tahunan dilaksanakan untuk lambung dan instalasi mesin ,termasuk
instalasi listrik dan bila ada perlengkapan khusus yang dikelaskan . dilaksanakan
pada interval 12 bulan (1 tahun) terhitung dari tanggal dimulai periode kelas
seperti yang tercantum dalam sertifikat. Survei dilakukan setiap tahun dalam
periode yang terbentang dari 3 bulan sebelum sampai 3 bulan setelah tanggal jatuh
tempo.
Adapun Item Survey yaitu:
1. Sertifikat kapal
2. External inspections pada shell plating diatas garis air dan sekat kedap air
3. Functional test & external inspection terhadap steering gear
4. External inspection of Main propulsion plants, Auxiliaries, Pumps,
compressors, heat exchangers, pipelines, valves and fittings.
5. External inspection of electrical installations
6. External inspection dan functional test thd Fire-protection and Safety
equipment, the check of the equipment
 
47

c.2.5. Intermediate Survey (survei antara)


Survei tahunan yang diperluas ditetapkan sebagai survei antara, jatuh
tempo survei antara secara nominal adalah 2,5 tahun sejak peresmian kapal dan
tiap pembaruan kelas dan untuk kapal laut dilaksanakan pada survei tahunanan
kedua atau ketiga. Dan survei dilakukan dengan docking.
Adapun item yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
1. Scrap and water wash vessel’s underwater area, painting and zinc anode
2. Anchor, chain, shackles and windlass
3. Propeller and equipments
4. Rudder and equipments
5. Tailshaft
6. All vent pipes & Tanks
7. Electrical survey, all vital motors and branch circuits to be megger tested.
8. Air receiver compressors
9. Top overhaul of ME and AE if necessary
10. Crank web deflection of ME 

c.2.6. Renewal Survey / Spesial Survey  (survei pembaruan kelas)


Survei pembaruan kelas dikenal dengan SS yaitu survei yang dilaksanakan
setiap lima tahun sekali(setiap berakhirnya masa berlaku sertifikat klasifikasi) dan
dilaksanakan diatas dok.
Survei pembaruan kelas untuk lambung,instalasi mesin,termasuk instalasi
listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan harus dilaksanakan pada akhir
periode kelas. Survei pembaruan kelas dapat dimulai pada survei tahunan keempat
dan harus selesai dilaksanakan secara lengkap pada akhir periode kelas. Masa
survei keseluruhan tidak boleh lebih dari 15 bulan.
Adapun item yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
1. Pembaruan Sertifikat
2. Pemeriksaan thd bottom & side plating, coating & painting
3. Pemeriksaan total thd Kemudi
48

4. Pemeriksaan total thd Propeller, stern tube, sistem perporosan, dan bow-
thruster
5. Crank web deflection dari ME dan AE
6. General overhaul thd ME & AE
7. Pemeriksaan pompa & kompresor
 
c.2.7. Continuous Hull Survey & Continuous Machinery Survey.
Ada dua jenis survei pembaruan kelas bersambung ,yaitu :
1. Survey bersambung lambung (Continuous Hull Survey)
2. Survey bersambung mesin (Continuous Machinery Survey)
Survey bersambung lambung & mesin ini dapat dilaksanakan bersamaan
dengan survey jenis lainnya (survei memeperttahankan kelas dan survei khusus).
Jangka waktu antara dua survei yang berurutan dari tiap bagian yang disurvei
tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Survei bersambung lambung (CHS) adalah item pemeriksaan survei
pembaharuan kelas lambung yang dilaksanakan secara bertahap sejak setelah
melaksankan SS sampai SS berikutnya. CHS ini dapat diikuti oleh berbagai jenis
kapal kecuali kapal tanki minyak /  produk minyak, kapal tangki minyak dan
kapal curah dengan notasi “ESP”
Survey bersambung mesin (CMS) adalah item pemeriksaan pembaruan
kelas instalasi mesin yang dilaksanakan secara bertahap dan harus selesai pada
kurun waktu 5 (lima) tahun. Instalasi sistem poros baling – baling, ketel uap dan
botol angin tidak termasuk item survey CMS dan disurvei terpisah.
Sebagian item CMS pemeriksaan pada waktu dibuka lengkap dapat
diwakili oleh KKM dengan ijazah minimal ATT-II dan laporan pemeriksaan
diserahkan kepada Surveyor pada saat survei (survei konfirmatori) paling lambat
3 (tiga) bulan setelah pemeriksaan. Sebagian item CMS dapat diwakili kecuali
pemeriksaan crank pin & bearing, crank-journal & bearing dan crosshead &
bearing.
49

c.2.8. Masa Berlaku Kelas


1. Masa belakunya sertifikat klasifikasi lambung termasuk perlengkapan
jangkar dan instalasi mesin termasuk instalasi listrik tidak lebih dari 5
tahun. Untuk kapal dengan tanda A 90, masa berlaku sertifikat klasifikasi 
tidak lebih dari 4 tahun.
2. Lambung dan instalasi mesin selalu diberi periode berlakunya kelas yang
sama. Kelas akan dipertahankan selama lambung kapal dan instalasi mesin
menjalani survey yang ditentukan, dan perbaikan dan/atau penggantian
yang perlu telah dilaksanakan dengan baik.
3. Kelas yang diberikan oleh kelas-kelas misalnya BKI hanya berlaku untuk
sarat yang ditetapkan dan daerah pelayaran yang disetujui.

c.2.9. Penangguhan Kelas


1. Jika pemilik kapal tidak melaksanakan survei dan visa sertifikat /
rekomendasi survey pada tanggal jatuh temponya, maka kelas kapal secara
otomatis akan ditangguhkan.
2. Jika pemilik atau nahkoda kapal mengetahui sesuatu cacat, kekurangan
atau kerusakan pada suatu bagian kapal termasuk instalasi dan
perlengkapan yang tercakup dalam klasifikasi, Kelas pusat/cabang atau
perwakilan  setempat harus diberitahu secara rinci. Dalam hal terjadinya
kerusakan, kandas atau sejenisnya, Kelas Pusat/kantor cabang atau
perwakilan setempat harus segera diberitahu dan survei harus dilaksanakan
paling lambat pada waktu kapal tiba di pelabuhan berikutnya.
3. Bilamana kedapatan bahwa lambung kapal atau instalasi mesin tidak lagi
memenuhi persyaratan, Peraturan atas dasar mana kelas ditetapkan, atau
jika pemilik tidak melaksanakan perbaikan atau perubahan yang dianggap
perlu oleh Kelas dalam waktu tertentu yang disetujui, maka kapal akan
kehilangan kelasnya.
4. Dalam hal khusus, setelah pemeriksaan pada lambung kapal, instalasi
mesin dan perlengkapan maka perbaikan yang diperlukan agar kapal tetap
mempertahankan kelasnya, dapat ditiadakan jika pemilik menyetujui
50

penurunan kelas atau pembatasan daerah pelayarannya, atau penetapan


lambung timbul yang lebih besar.
5. Jika perbaikan yang diisyaratkan oleh Kelas telah dilaksanakan, dan kapal
menjalani survei penerimaan kelas kembali, maka tanda kelas sebelumnya
dapat diberikan kembali. Survei ini dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan untuk survey pembaharuan kelas. Atas permohonan, Kelas
dapat menyetujui tanggal survei penerimaan kelas kembali dijadikan awal
untuk perhitungan periode kelas berikutnya.
6. Perbaikan dan perombakan kapal kelas Kelas harus dilaksanakan dibawah
pengawasan Kelas untuk menjamin kelas kapal dipertahankan atau
ditetapkan kelasnya kembali. Secara teknis, bagian yang diperbaiki
diperlakukan sama seperti bangunan baru, baik untuk lambung, instalasi
mesin termasuk instalasi listrik, sistem gas inert ataupun sistem otomasi.
7. Jika sesudah perombakan besar, dilaksanakan penetapan tanda kelas atau
notasi baru sehingga harus diterbitkan sertifikat baru, maka permulaan dari
periode kelas baru dapat disetujui.
8. Jika karena suatu alasan kelas telah habis masa berlakunya atau telah
dicabut oleh Kelas, maka hal ini akan dicatat dalam buku register.
9. Bila kapal kehilangan kelasnya dan/atau pemilik tidak berminat untuk
mempertahankan   kelas atau dalam penerimaan kelas kembali dari
kapalnya, maka Kelas harus diberitahu. Sertifikat Klasifikasi harus
dikembalikan ke Kelas.

c.2.10. Prosedur Klasifikasi


Untuk mendapatkan kelas, kapal harus diperiksa sesuai dengan persyaratan
survey pembaharuan klas dan harus melalui prosedur sebagai berikut :
1. Pemilik kapal mengajukan surat permohonan survei yang ditujukan kepada
kepala cabang Kelas setempat.
2. Kepala cabang Kelas menunjuk salah satu surveyor untuk melaksanakan
survei.
3. Surveyor yang ditunjuk mempelajari survei status kapal pada saat ini.
51

4. Surveyor menghubungi owner untuk menentukan kapan disurvey dan


dimana posisi kapal. Disamping itu surveyor juga melaksanakan diskusi
dengan owner mengenai jenis survei yang dilaksanakan serta pelaksanaan
rekomendasi bila ada.
5. Pelaksanaan survei dilapangan oleh surveyor Kelas didampingi owner
surveyor.
6. Surveyor mengendorse sertifikat sesuai jenis survei yang dilaksanakan dan
mencantumkan rekomendasi bila ada.
7. Surveyor membuat pra kualifikasi biaya survei dan laporan survei.
8. Laporan survei dikirim ke owner, Kelas pusat dan di arsip di Kelas cabang
setempat.

c.3. Fungsi Biro Klasifikasi Indonesia


Fungsi BKI adalah memberikan pelayanan jasa kepada semua pihak yang
berkepentingan dalam dunia perkapalan dalam bentuk penilaian objektif tentang
kondisi suatu kapal, untuk menjamin keselamatan jiwa dan benda di laut. Usaha
ini diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang teratur dan pemeriksaan menurut
peraturan yang berlaku dari awal pembangunan sampai selesai dan selama
beroperasi.
Dalam fungsinya BKI sebelum memberikan sertifikat klasifikasi kepada
pemilik kapal, terlebih dahulu bertugas mengadakan penelitian dan pengawasan
terhadap konstruksi dan kondisi kapal yang akan, sedang maupun yang selesai
dibangun berdasarkan persyaratan teknis yang tercantum dalam peraturan
klasifikasi. Dalam tugas dan fungsinya BKI memberikan pelayanan jasa kepada
pemilik kapal, pihak galangan kapal, perusahaan asuransi, pihak perindustrian
(Industri baja, permesinan, perlengkapan dan lain-lain) sehingga hubungan baik
dalam bentuk koordinasi kerja dengan tujuan memperoleh atau mempertahankan
kondisi kapal yang memenuhi persyaratan.
52

3.3.1. Tugas dan wewenang BKI adalah sebagai berikut:


1. Mengeluarkan sertifikat-sertifikat yang meliputi:
1) Sertifikat Lambung
2) Sertifikat Mesin
3) Sertfikat Lambung dan Timbul
4) Sertifikat Material/Komponen
5) Sertifikat juru Las

2. Mengeluarkan peraturan Garis Muat. Dalam hal ini BKI bertindak atas
nama Pemerintah Indonesia.
3. Mencabut kelas suatu kapal.

3.3.2. Tanggung Jawab dan Wewenang Jabatan


1. Kepala Cabang
1) Mempelajari permohonan survei yang masuk dan menerbitkan surat
survey (SPS) untuk suveryor.
2) Mendatangi sertifikat sementara yang telah diparaf oleh suveryor.
3) Memantau kegiatan suveyor sejak diterbitkan SPS
4) Menghubungi pemilik kapal atau galangan dalam rangka pemantaun
survei.
5) Memeriksa buku aktivitas survei dan buku catatan survei.
6) Menyiapkan nota debit / invoice berdasarkan tarif.
2. Surveyor
1) Melakukan tugas sebagai lakhar, jika kepala cabang keluar kota.
2) Menyiapkan pelaksanaan survei.
3) Membuat dan mengirim Prior Informasiasi Survei (PIS) untuk
menangani survei kelas partner.
4) Melaksanakan survei.
5) Mengedors sertifikat setelah pelaksanaan survei dinyatakan selesai.
6) Membuat laporan survei dan menghitung tarif.
7) Mengirim survey completion notice untuk kelas agen
53

3. Administrasi
1) Mengadakan pengadaan terhadap permohonan survei dan meneruskan
kepala cabang.
2) Mencatat kegiatan survei dalam buku produksi.
3) Mendistribusikan dokumen yang masuk.
4) Mengetik Survey Competision Notice (SCN) dan mengirimkannya.

c.4. Bidang Usaha BKI

BKI memiliki dua usaha yaitu Usaha Klasifikasi dan Usaha Non
Klasifikasi, yang memberikan pelayanan jasa kepada badan pemerintah, pemilik
kapal, galangan kapal, perusahaan asuransi, industri baja, industi permesinan dan
sebagainya.

3.4.1. Usaha Klasifikasi

Usaha klasifikasi meliputi :

1. Mengeluarkan sertifikat – sertifikat sehubungan dengan klasifikasian kapal


yang menyangkut lambung kapal, instalasi mesin dan listrik, pengujian
bahan dan perlengkapan kapal, baik kapal klas BKI maupun kelas asing
yang diwakili oleh BKI.
2. Menguji bahan – bahan untuk lambung kapal, intalasi mesin dan listrik
serta perlengkapannya.
3. Memeriksan dan meniliti gambar – gambar konstruksi kapal termasuk
instalasi listrik dan mesin
4. Melakukan survei bangunan baru dan lama, pemeliharaan,perbaikan dan
perombakan.
5. Menguji dan memberikan sertifikat juru las dan operator las kapal.
6. Melakukan usaha yang dipercayakan oleh pemerintah seperti
menetapkan dan mengeluarkan sertifikat Lambung Timbul, survei
berdasarkan International Load Line Convention (ILLC), survei
berdasarkan SOLAS tahun 1960 / CONSOLIDATION 2000, penilaian
54

stabilitas kapal dan peraturan tentang garis muat kapal-kapal


pelayaran dalam negeri.
7. Melakukan survei berkala maupun survei bersambung Continuous
Machinery Survey (CMS) dan Continuous Hull Survey (CHS) serta survei
lainnya.
8. Menerbitkan publikasi secara regular buku register serta
suplemennya, survei status dan sebagainya.
9. Membuat peraturan tentang klasifikasi dan konstruksi kapal
pelayaran laut dan pedalaman dari baja.

c.4.2. Usaha Non-Klasifikasi

Unit Inspeksi dan Pengujian

1. Bidang Inspeksi dan Sertifikasi, jenis kegiatannya antara lain : •


Inspeksi, sertifikasi / resertifikasi (SKPP) pesawat angkat (crane), bejana
tekan (pressure vessel), pipa penyalur (pipe line), instalasi listrik, peralatan
putar (kompressor, pompa, turbin), platform.
2. Jasa teknik katup pengaman (pressure safety valve), WPS / PQR dan
welder.
3. Pemborong nasional / joint venture untuk sektor pertambangan, sub sektor
minyak dan gas bumi di Indonesia.
4. Jasa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pesawat uap (boiler) dan
bejana bertekanan di kapal maupun di darat, pesawat angkat dan angkut
(crane), onshore maupun crane pelabuhan.
5. Konsultan AMDAL, RKI, RPL.
6. Bidang Pengujian dan Laboraturium, menyediakan jasa-jasa pengujian,
baik pengujian merusak maupun tak merusak yang bisa dilaksanakan di
laboratorium atau di pabrik.
55

c.4.3. Bidang Rekayasa Industri

Di bidang non klasifikasi dan rekayasa lainnya BKI dapat memberikan


pelayanan seperti:

1. Mengerjakan perhitungan bending moment untuk pemeriksaan


kekuatan kapal.
2. Melaksanakan pembuatan software/ engineering software,
3. Melaksanakan kalkulasi pra desain.
4. Melaksanakan survei untuk menutup sebab-sebab kerusakan dan
kecelakaan.
5. Melaksanakan pra survei untuk menutup polis asuransi angkatan laut.
6. Meneliti dan mengadakan verifikasi biaya perbaikan kapal untuk
kepentingan asuransi

c.5. Proses Produksi dan Manfaat BKI


PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) membuat peraturan
peraturan tentang bagaimana kapal bisa berlayar di Indonesia atau tidak. Sehingga
untuk aturan itu langsung diberikan ke customer. Namun ada pun proses promosi
untuk mengenalkan bahwa PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) adalah
perusahaan peng klassan kapal di seluruh Indonesia.

3.5.1. Manfaat BKI


Dengan melihat tugas dan fungsi BKI yang telah diuraikan diatas, maka
BKI sangat bermanfaat bagi semua pihak antara lain :

1. Pemerintah
Berkepentingan atas keselamatan jiwa dan barang dilaut sehubungan
dengan pelaksanaan dilapangan akan undang-undang keselamatan kapal
dan peraturan nasional maupun konvensi Internasional seperti; ILLC,
SOLAS dan lain-lain.
56

2. Industri Galangan Kapal


Berkepentingan akan adanya standar minimum pada pembuatan kapal baru
maupun pada reparasi kapal karena adanya suatu standar mutu pekerjaaan
dan apa yang harus dikerjakan dalam rangka mempertahankan kelas kapal
yang harus dipertahankan secara periodik dan teratur.
3. Industri Material dan Perlengkapannya
Berkepentingan terhadap mutu material dan konstruksi hasil produksi.
4. Pemilik Kapal
Berkepentingan atas kondisi kapal, standar perawatan kapal serta
penentuan premi asuransi dan keselamatan kapalnya.
5. Pengguna Jasa
Berkepentingan langsung dengan keselamatan jiwa dan barang serta
ketepatan waktu sampai tujuan.
6. Perusahaan Asuransi
Berkepentingan dengan objektifitas kondisi teknis suatu kapal sebagai
bahan dasar untuk menentukan premi asuransi.

c.5.2. Hubungan Antara BKI Dan Syahbandar


Suatu kapal yang baru selesai dibangun, diperbaiki atau dimodifikasi harus
mendapat pengakuan bahwa kapal tersebut layak laut. Oleh karena itu kapal harus
mempunya sertifikat-sertifikat sebagai berikut:
1. Sertifikat lambung.
2. Sertifikat mesin.
3. Sertifikat garis muat internasional 1966.
4. Sertifikat garis muat 1986.
5. Sertifikat Klasifikasi Sementara.
6. Surat kebangsaan / Surat laut / Pas kapal (Certificate of Nationality) .
7. Surat ukur International 1969 (International Tonnage Certificate) .
57

8. Sertifikat Keselamatan (Seaworthiness Certificate).


9. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang
(C.S.S.ConstructionCertificate).
10. Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang.

c.5.3. Hubungan Antara BKI, Pemilik Kapal Dan Galangan

BKI sebagai badan klasifikasi mempunyai dua peranan penting dalam


industri perkapalan yaitu :

1. Pada kapal bangunan baru BKI sebagai Badan Klasifikasi berfungsi


sebagai pengawas yang independent terhadap pembangunan kapal baru.
Dengan demikian mutu bangunan baru tersebut sesuai dengan standard
yang ditentukan.
2. Pada Kapal Reparasi
BKI sebagai Badan Klasifikasi berfungsi sebagai pengawas yang
independent terhadap reparasi kapal . Dengan demikian mutu kapal yang
direparasi tersebut sesuai dengan standard yang ditentukan.

c.5.4. Peranan Dan Perkembangan BKI


Peranan BKI Dalam Mendukung Pemerintah Di Bidang Keselamatan
Pelayaran.

Tugas pokok dan fungsi subsektor Perhubungan Laut yaitu antara lain :

1. Mengatur persyaratan teknis pembuatan kapal dan perubahan kapal beserta


peralatan keselamatan.
2. Meneliti pelaksanaan perawatan kapal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Dalam struktur organisasi Direktorat Jendral Perhubungan laut,


Departemen Perhubungan Rl, terdapat Direktorat Perkapalan dan Pelayaran
(DITKAPPEL) yang mempunyai tugas antara lain : pengawasan dibidang
perkapalan dan keselamatan kapal serta peraturan - peraturan pelayaran. Pada
58

dasarnya tugas pokok DITKAPPEL tersebut berorientasi pada keselamatan dan


keamanan pelayaran. Sedangkan fungsi BKI dititik beratkan pada kondisi teknis
yang merupakan bagian dari keselamatan awak kapal dan penumpang serta
kapalnya sendiri secara keseluruhan. Korelasi fungsi antara BKI dan
DITKAPPEL tercermin dalam pengklasan kapal - kapal berbendera Indonesia.

c.6. Kendala dan cara mengatasinya


1. Kendala :
1) Jumlah tenaga kerja terbatas, sehingga ketik mendapatkan orderan yang
banyak, tenaga kerjanya kurang dan harus mencari tenaga kerja harian.
2) Alat-alat yang digunakan masih manual.
3) Lokasi kurang memadahi.
4) Belum banyak menggunakan alat-alat modern.
5) Ketika mendapat orderan banyak dalam waktu yang singkat kurang bisa
mengatasi dengan baik.

2. Cara mengatasi :
1) Menambah jumlah tenaga kerja.
2) Mulai mencoba menggunakan peralatan dan kelengkapan kerja yang
otomatis atau robot agar lebih cepat dalam pengkerjaannya.
3) Memperluas lokasi.
4) Menambah fasilitas-fasilitas yang baru.
5) Memberi pelatihan kepada tenaga kerja agar selalu update mengenaik
teknologi-teknologi modern.
59

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dengan disusunnya laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, kami dapat
menyimpulkan :
1. PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) adalah perusahaan
galangan kapal milik Pemerintah Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta,
yang menerima pembuatan kapal dan perbaikan kapal.
2. PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) semakin menambah
kualitas dari segi jasa maupun produk yang dihasilkan, dan juga PT. Dok dan
Perkapalan Kodja Bahari Jakarta(Persero) merupakan perusahaan yang
memiliki peralatan dan kelengkapan kerja yang baik dan juga memiliki
tenaga kerja yang handal di bidangnya sehingga memberikan kepuasan
terhadap pemilik kapal.
3. PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Indonesia yang ditunjuk sebagai satu – satunya badan klasifikasi
nasional untuk melakukakn pengklasan kapal niaga indonesia maupun asing
yang secara regular beroperasi di Indonesia.
4. PT. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta(Persero) memiliki dua bidang usaha
yaitu Usaha Klasifikasi dan Usaha Non Klasifikasi, yang memberikan
pelayanan jasa kepada kepada badan pemerintah, pemilik kapal, galangan
kapal, perusahaan asuransi, industri baja, industri permesinan dan sebagainya.

57
60

4.2. Saran
Setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan kami menyadari bahwa masih
sangatlah banyak wawasan dan pengetahuan yang harus di cari dalam bidang
Perkapalan. Sebagai para calon Ahli Madya Perkapalan haruslah memiliki ide -
ide yang baru untuk dapat mendalami dunia Perkapalan. Jika hanya
mengandalkan ilmu yang didapatkan di Lembaga Pendidikan sangatlah kurang
karena keterbatasan fasilitas.
Diharapkan untuk kunjungan berikutnya dapat memperoleh Perusahaan atau
industri galangan dan tempat kunjungan yang lebih baik dan lebih berkualitas.
Selain itu keseriusan para partisipan yang paling diutamakan. Kami sebagai
penulis perlu memberikan saran-saran antara lain:
1. Untuk lebih mendisiplinkan diri sendiri dan juga Taruna - Taruni
mempersiapkan lebih awal tentang Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang pada
akhirnya tidak menyulitkan diri sendiri.
2. Sebaiknya ada kerjasama yang konduktif antara lembaga pendidikan industri-
industri dan biro perjalanan.
3. Keterbatasan waktu yang tersedia dalam Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang
seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para Taruna – Taruni
dalam memahami dan menyerap Ilmu Pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai