Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
sebagian wilayahnya terdiri dari pulau-pulau yang dipisahkan oleh perairan
sehingga bentang antar pulau yang beragam, dari yang berdekatan hingga
berjauhan. Dan dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan. Dengan
demikian Indonesia termasuk salah satu negara dengan garis pantai
terpanjang di dunia.

Kondisi dan luas wilayah yang dimiliki Indonesia ini tentu


menyimpan potensi ekonomi yang tinggi. Sekaligus membutuhkan strategi
pertahanan yang solid dan integral. Sebagai negara maritim, posisi geografis
Indonesia yang berada di daerah tropis, berada di posisi silang antar dua benua
(Asia dan Australia), dan dua samudera (Hindia dan Pasifik), tentu memiliki
potensi dan peluang pengembangan industri kelautan yang bila dieksplorasi
dapat menjadi kekuatan ekonomi Nasional. Komitmen pemerintah di dalam
pengembangan sektor kelautan yang diwujudkan dalam program Indonesia
sebagai poros maritim dunia dan program tol laut, berdampak langsung pada
optimalisasi industri kelautan nasional, yang pada gilirannya akan
memberikan harapan baru sebagai sektor yang memberikan kontribusi
dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Nasional.

PT. PAL INDONESIA (Persero) sebagai salah satu industri strategis


yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia khususnya untuk
matra laut, keberadaannya tentu memiliki peran penting dan strategis dalam
mendukung pengembangan industri kelautan nasional. Pendirian PT PAL
INDONESIA (Persero) bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama
MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh Pemerintah
Belanda pada tahun 1939. Pada masa pendudukan Jepang, perusahaan ini
beralih nama menjadi Kaigun SE 2124. Setelah kemerdekaan, Pemerintah
Indonesia menasionalisasi perusahaan ini dan mengubah namanya menjadi
Penataran Angkatan Laut (PAL). Kemudian pada tanggal 15 April 1980,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1980, status perusahaan

1
PT PAL Indonesia (Persero) berubah dari Perusahaan Umum menjadi
Perseroan Terbatas. Peran PT PAL INDONESIA (Persero) semakin kuat
setelah dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan
di mana BUMN strategis diberi ruang yang lebih luas. Berdasarkan UU
tersebut PT PAL INDONESIA (Persero) secara profesional mengemban
amanah sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung
pemenuhan kebutuhan alutista matra laut dan berperan sebagai pemandu
utama (lead integrator) matra laut.

Sesuai tujuan awal pendiriannya sebagai pusat keunggulan industrial


maritim nasional, PT PAL INDONESIA (Persero) telah membuktikan
reputasinya sebagai kekuatan utama di dalam pengembangan industrial
maritim Nasional. Di dalam upaya memperkuat pondasi bagi pengembangan
industri maritim, PT PAL INDONESIA (Persero) senantiasa bekerja keras
untuk menyampaikan dan menyebarluaskan pengetahuan, teknologi, serta
keterampilan kepada masyarakat luas terkait industri maritim nasional
tersebut. Usaha PT PAL INDONESIA (Persero) ini merupakan langkah
besar Indonesia untuk memasuki industri global bidang pertahanan. Dengan
posisinya sebagai pemandu utama alutista matra laut, maka pada masa
mendatang PT PAL INDONESIA (Persero) akan terus meningkatkan
kemampuannya untuk dapat berperan dalam Driving Synergy to Global
Maritime Access. Peran penting dari PT PAL INDONESIA (Persero) ini
akan membawa industri maritim Indonesia kepada pemenuhan pasar
maritim secara global. PT PAL INDONESIA (Persero) berlokasi di Ujung,
Surabaya. Dengan kegiatan bisnis utamanya meliputi:

1.1.1 Pembangunan kapal baru.

1.1.2 Memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal.

1.1.3 Rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan kebutuhan


klien, pembangunan rekayasa umum dan energi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan di bahas dalam laporan praktek kerja
nyata adalah sebagai berikut :
a. Proses pemasangan panel pada block kapal.

b. Preventif mesin las FCAW pada bengkel


department konstruksi lambung bagian sub assembly.
1.3 Batasan Masalah

Dengan Pertimbangan kemampuan penulis permasalahan yang di


pelajari dan di bahas dalam kegiatan praktek kerja nyata adalah proses
pengelasan FCAW dan kekurangan ketika proses pengelasan pada block
Kapal Bantu Rumah Sakit II.
1.4 Tujuan

Dengan mengikuti kegiatan Praktek Kerja Nyata di PT. PAL


Indonesia (Persero) mahasiswa diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan
sebagai berikut:
1.4.1 Tujuan Umum

1. Meningkatkan kualitas dalam proses pendidikan agar mampu


memenuhi kebutuhan dunia industri saat lulus dari perguruan
tinggi.
2. Sebagai persyaratan menempuh mata kuliah Praktek Kerja
Nyata (PKN) Jurusan Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
3. Mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antara
institusi pendidikan dan industri.
1.4.2 Tujuan Khusus

1. Memberikan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia


industri khususnya pada bidang konversi energi serta material
dan manufaktur.
2. Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang

3
kegiatan- kegiatan dalam bidang teknik mesin yang diterapkan
oleh PT.PAL INDONESIA (Persero).
1.5 Manfaat Praktek Kerja di Industri

1.5.1 Bagi Peserta Praktek Kerja Nyata/Mahasiswa

1. Mampu mengenal dunia kerja secara langsung

2. Sebagai aplikasi pengetahuan atas teori yang telah diperoleh dari


bangku kuliah.
3. Melatih keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang – orang
yang bekerja dalam industri.
1.5.2 Bagi Perusahaan PT. PAL Indonesia (Persero)

1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih mengenal


tentang perusahaan.
2. Memberikan peluang kepada mahasiswa dalam rangka mencari
tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
1.5.3 Bagi Institusi/Jurusan Teknik Mesin S-1 Universitas Muhammadiyah
Surakarta
1. Sebagai salah satu sarana evaluasi terhadap kurikulum yang
berlaku.
2. Sebagai masukan dan monitoring guna pengembangan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja.
1.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja nyata dilakukan beberapa


tahapan guna mendapatkan data yang lengkap dan akurat sehingga diperoleh
solusi yang tepat. Adapun tahapan- tahapan tersebut adalah :
1. Observasi

Melakukan peninjauan langsung ke tempat proses perbaikan yang


berkaitan dengan topik yang diberikan.
2. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan pekerja atau operator yang bekerja di

4
lapangan.
3. Studi Literatur

Mempelajari literatur berupa data teknis alat, material, instruksi kerja,


spesifikasi produk, laporan produksi, buku dan jurnal yang memadai.
4. Konsultasi

Melakukan konsultasi kepada pembimbing lapangan tentang data data


yang dibutuhkan.
1.7 Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Nyata

Kegiatan praktek kerja nyata ini di laksanakan pada

Tempat : PT PAL Indonesia (Persero) DIVISI


KAPAL NIAGA

Alamat : Ujung Surabaya Jawa Timur, Indonesia


(60155), PO BOX 1134

Waktu : 01– 30 Desember 2021

5
BAB II
PROFIL PERUSAHAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Pada tahun 1822 Gubernur Jendral V. D Capellen membentuk suatu
komisi penyelidik tempat dan sarana, guna keperluan pendirian marine
establishment di bagian timur pulau jawa, tetapi saran-saran tersebut tidak
dilaksanakan. Pada tahun 1837 dibentuk komisi baru yang tugasnya sama,
komisi menghasilkan kesimpulan yang menyatakan bahwa daerah Ujung
Surabaya adalah daerah yang memenuhi syarat untuk tempat mendirikan
daerah tempat industri perkapalan. Pada tahun 1846 dimulai pembangunan
dock apung kayu yang dipasang di Surabaya. Pekerjaan selesai pada tahun
1849, setelah itu rencananya bertahap dibangunlah bengkel khusus yang
berkaitan dengan pekerjaan kayu. Demikian pula pembangunan perumahan
untuk personalia. Fsilitas bagi perbaikan mesin-mesin kapal yang
dinamakan ve der marine screemwezen, pabrik tersebut terletak di sebelah
selatan kota Surabaya.
Kemudian sejak 1884, pabrik tersebut pindah di ujung (Surabaya) dan
selesai tahun 1891. Sarana tersebut diresmikan menjadi milik pemerintah
Hindia Belanda dengan nama marine establishment (ME) dengan lembar
nomor 22/1939 pada tahun 1939 Tugas ME adalah melaksanakan semua
pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan kapal-kapal laut yang digunakan
sebagai armada angkatan laut Belanda yang menjaga kepentingan-
kepentingan kolonialnya.
Karena selama perang pasifik berlangsung, kapal-kapal sekutu banyak
yang mengalami kerusakan akibat perang. Pada tahun 1942, pemerintah
Hindia Belanda takluk menyerah kepada tentara jepang (Dai Nippon),
setelah itu ME berubah menjadi KAIGUNSE 21-24 BUTAI, dimana
mempunyai tugas tetap seprti ME, namun pada perbaikan-perbaikan kapal
perang milik jepang.

6
Ketika perang dunia II,KAIGUNSE 21-24 BUTAI, diambil alih oleh
pemerintah Belanda. Mulai 1 Maret 1947, ME menjadi Admiralteis bendrifj
yang dipakai oleh direktur bawah koordinasi Admiralteis Dien Senten di
Belanda. Pada tahun 1949 setelah penyerahan kedaulatan pada pemerintah
RI, ME dijadikan Penataran Angkatan Laut (PAL) dimana PAL dibawah
pemerintah RI khususnya kementrian perhubungan. Pada tahun 1961,
Presiden RI Ir Sokarno memberikan Surat Keputusan nomor 370 tertanggal
1 Juli 1961 yang selanjutnya Penataran Angkatan Laut dipergunakan oleh
AL RI yang diatur Menteri Pertahanan dan Keamanan Nasional.
Tugas dan pernan PAL tetap yaitu mendukung pemeliharaan dan
perbaikan kapal. PAL terus berperan dan berkembang sesuai dengan irama
perlembangan teknologi dan mengalami perubahan pengelolaan seirama
dengan perubahan politik pemerintahan saat itu. Jumlah jumlah karyawan
PAL pernah mencapai 12.000 orang, yaitu ketika berstatus sebagai
Komando Penataran Angkatan Laut (KONATAL) atau sebelum berstatus
sebagai PERUMPAL pada tahun 1978.
Pada tanggal 15 April 1980, pemerintah merubah status Perusahaan
dari Perusahaan Umum menjadi Perseron Terbatas sesuai dengan akata no.
12, yang dibuat oleh Notaris Hadi Moentoro,SH., PAL berubah menjadi PT.
PAL INDONESIA ( persero ) hingga sekarang. Lokasi Perusahaan di
Ujung, Surabaya, dengan kegiatan utama memproduksi kapal perang dan
kapal niaga, memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta
rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan pesanan.
Kemampuan rancang bangun yang menonjol dari PT. PAL
INDONESIA (Persero) telah memasuki pasaran internasional dan
kualitasnya telah diakui dunia. Kapal-kapal produksi PT. PAL
INDONESIA (Persero) telah mendunia.

7
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
PT. PAL INDONESIA mempunyai reputasi sebagai kekuatan utama
untuk pengembangan industri maritim nasional. Sebagai usaha untuk
mendukung pondasi bagi industri maritim, PT. PAL INDONESIA bekerja
keras untuk menyampaikan pengetahuan, ketrampilan dan teknologi untuk
masyarakat luas industri maritim nasional.Usaha ini telah menjadi relevan
sebagai pemegang kunci untuk meningkatkan industri maritim nasional.
Pengenalan lebih luas di pasar global telah menjadi inspirasi PT. PAL
INDONESIA untuk memelihara produk yang berkualitas dan jasa yang
sempurna Penajaman Visi dan Misi yang telah dilakukan oleh perusahaan,
tetap menjadi pedoman dalam menjalankan dan menjaga kelangsungan
operasi perusahaan ke depan di tengah-tengah iklim persaingan bisnis pasar
global yang semakin menuntut kemampuan daya saing.
Visi :
“Perusahaan konstruksi dibidang industri maritim dan energi berkelas
dunia”

Misi :
a. Kami adalah pembangun, pemelihara dan penyedia jasa rekayasa untuk
kapal atas dan bawah permukaan serta Engineering Procurement dan
Construction dibidang energi.
b. Kami adalah penyedia layanan terpadu yang ramah lingkungan untuk
kepuasan pelanggan.
c. Kami berkomitmen membangun kemandirian industri pertahanan dan
keamanan matra laut, maritim dan energi kebanggaan nasional.

8
2.3 Tugas Pokok PT. PAL INDONESIA (Persero)
a. Melaksanakan rancang bangun kapal maupun non kapal. Yaitu,dengan
merancang kapal baik berupa kapal perang, kapal pesiar, kapal niaga,
kapal selam dan lain- lain. Selain merancang kapal juga merancang
produk yang bukan kapal misalnya mesin turbin, alat penghancur
sampah, offshore kilang minyak tengah laut dan sebagainya.

b. Memproduksi kapal-kapal jenis niaga maupun perang. Berbagai jenis


kapal niapga sudah diproduksi. Sudah ratusan lebih kapal telah terjual
mulai dari perahu layar sampai kapal pesiar, kapal Tanker 17.500 DWT,
Container Vessel Palwo Buwono 1600 TEUS, telah memproduksi kapal
BSBC (Box Shaped Bulk Carrier) 50.000 DWT, begitu juga dengan
kapal perang. Berbagai kapal perang seperti KCR (Kapal Cepat Rudal)
60 Meter Clurit Class, PKR (Perusak Kawal Rudal) Sigma R,E
Martadinata Class, LPD (Landing Platform Dock) Banjarmasin Class.
Pemesan kapal bukan saja dari dalam negeri bahkan sampai luar negeri.

c. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kapal maupun non kapal.


Selain pembuatan kapal-kapal baru, PT. PAL INDONESIA juga
menerima pemeliharaan kapal yang telah terjual dan menerima
perbaikan kapal yang sudah rusak untuk diperbaharui kembali.
Pemeliharaan dan perbaikan bukan hanya pada kapal, tapi juga pada
jenis produksi, mesin turbin, alat penghancur sampah, offshore kilang
minyak tengah laut dan misalnya sebaga1inya.

d. `Melaksanakan dan penelitian dan pengembangan produk-produk yang


merupakan peluang usaha. Dalam rangka pengembangan perusahaan
menuju perusahaan yang terbaik. PT. PAL INDONESIA melakukan
penelitian- penelitian dan pengembangan produk yang bergerak dalam
bidang pembuatan mesin-mesin yang banyakdibutuhkan oleh
masyarakat-masyarakat industri.

9
2.4 Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT PAL Indonesia (Persero)

2.5 Uraian Tugas Organisasi


PT PAL Indonesia (Persero) dipimpin oleh Direktorat Utama yang
membawahi dua organisasi fungsional dan sembilan organisasi struktural.
Berikut adalah uraian pekerjaan dari posisi tersebut :
1. Organisasi Fungsional

1. Manajemen Representative (MR)

2. Asisten Direktur Utama (ADU)

2. Organisasi Struktural

1. Satuan Pengawasan Intern

1. Mewakili perusahaan atas nama auditee dalam rangka


pemeriksa eksternalauditor untuk hal-hal yang berkaitan dengan
masalah keuangan, produksi
dan supporting perusahaan.

2. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit internal dan

10
eksternal manajemen ISO 9001, 14001 & ISO 45001 untuk
menjaminkeberlangsungan sertifikat ISO (ISO 9001, ISO 14001
dan ISO 45001).
3. Menjadi penghubung antara pihak badan sertifikasi dan
organisasi, untuk pengaturan jadwal audit, kekurangan
dokumen, dengan unit kerja terkait.
4. Membantu direktur utama dalam menyelenggarakan penilaian
sistem pengendalian, pengelolaan serta memberikan saran
perbaikannya.
5. Sebagai mitra strategis unit kerja dalam mencapai sasaran usaha.

6. Memberikan nilai tambah bagi perusahaan melalui rekomendasi


atas hasil audit yang dilakukannya.
2. Sekretaris Perusahaan

1. Mengadakan pembinaan, pengelolaan dan penyempurnaan


sistem administrasi mengacu kepada prinsip manajemen
administrasi.
2. Melaksanakan pembinaan hubungan baik dengan Stake Holder
(Public Relation) guna menumbuhkan citra positif terhadap
perusahaan (komunikasi, publikasi dan penyebaran informasi
mengenai kebijakan- kebijakan maupun aktifitas perusahaan).
3. Memberikan pelayanan hukum serta mempersiapkan dokumen
yang mengandung aspek hukum yang diperlukan dalam
perusahaan.
3. Technology, Desain dan Naval Sistem

Terdapat satu divisi di bawah nauangan Technology,

Desain dan Naval Sistem yaitu Divisi Naval Technology.

11
4. Direktorat Produksi
1. Divisi Desain

(1) Melaksanakan perencanaan desain dan engineering untuk


proyek-proyek yang sedang diproduksi.
(2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang
rancang bangundan proses produksi.
(3) Merencanakan dan mengembangkan sistem informasi untuk
menunjani kegiatan yang berhubungan dengan rancang
bangun dan penelitian.
(4) Melaksanakan strategi dibidang teknologi, penelitian dan
pengembangan maupun bidang-bidang lainnya sesuai
denganpengarahan dan ketentuan direksi.
(5) Melaksanakan kegiatan integrated logistic support untuk
kapal-kapal yang diproduksi.
2. Divisi Kapal Niaga

(1) Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal- kapal


niaga sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal.
(2) Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan
jasa bagi fasilitas idle capacity.
(3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Pekerja) yang telah
dibuat oleh Direktorat Pembangunan Kapal menjadi jadwal
pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek yang terperinci.
(4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara
efektif dan efisien sesuai aspek Quality Cost, Delivery
(QCD).

(5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan


proyek- proyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang
memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya,
tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu

12
sefektif mungkin.
3. Divisi Kapal Perang

(1) Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal- kapal perang


sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal.
(2) Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa
bagi fasilitas idle capacity.
(3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Pekerja) yang telah dibuat
oleh Direktorat Pembangunan Kapal menjadi jadwal pelaksanaan
proyek dan nilai biaya proyek yang terperinci.

(4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif


dan efisiensesuai aspek Quality, Cost,
Delivery(QCD).Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
pembangunan proyek- proyek agar mendapatkan hasil pekerjaan
yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya,
tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu se-
efektif mungkin.
4. Divisi Kapal Selam
(1) Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal selam
sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal.
(2) Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa
bagi fasilitas idle capacity.
(3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Pekerja) yang telah dibuat
oleh Direktorat Pembangunan Kapal menjadi jadwal
pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek yang terperinci.
(4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif
dan efisien sesuai aspek Quality, Cost, Delivery (QCD).
(5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan
proyek- proyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang
memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga,

13
material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif
mungkin.
5. Divisi Pemasaran dan Penjualan Bangunan Kapal

(1) Melaksanakan perencanaan pemasaran jangka panjang dan


jangka pendek produk kapal maupun non kapal.
(2) Melaksanakan riset pasar, segmentasi pasar dan studi kelayakan
terhadap produk kapal dan non kapal.
(3) Melaksanakan pemasaran dan penjualan produk kapal dan non
kapal. (4)Melaksanakan pengembangan produk dan pengembangan
pasar untuk
mendukung produk baru.

(5) Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan proyek dalam


aspek biaya dan kepuasan pelanggan.

(6) Serta satu organisasi fungsional yaitu PMT (Project Management


Team).

5. Direktorat Pemeliharaan dan Perbaikan

Direktorat yang membawahi lima organisasi struktural dan satu


organisasi fungsional. Organisasi struktural tersebut meliputi :
1. Divisi Rekayasa Umum

(1) Mengelola dan mengkoordinir fungsi desain dalam hal


pengendalian biaya dan jadwal desain rekayasa.
(2) Mengelola, mengkoordnir fungsi perencanaan dan pengendalian
biaya serta jadwal pekerjaan produksi dan pengadaan material.
(3) Mengelola dan mengkoordinir fungsi jaminan kualitas,
pelayanan pelanggan, keuangan dalam hal penyusunan Cash Out
Plan dan laporan keuangan proyek.
(4) Melaksanakan koordinasi dengan para pekerja departemen
pelaksanaan pekerjaan yang terkait.

14
(5) Membuat laporan evaluasi setelah proyek selesai.

(6) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek secara efektif dan


efisien sesuai aspek QCDHSE (Quality, Cost, Delivery, Healthy,
Safety, Environment).
2. Divisi Pemeliharaan dan Perbaikan

(1) Melaksanakan perencanaan pemeliharaan dan perbaikan kapal


maupun non kapal sesuai kebijakan Direktorat Pemeliharaan dan
Rekayasa Umum.
(2) Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk maupun
jasa bagi fasilitas idle capacity.
(3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Pekerja) yang telah dibuat
oleh Direktorat Pemeliharaan dan Rekayasa Umum menjadi
jadwal pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek yang
terperinci.
(4) Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan proyek-proyek kapal
secara efektif dan efisien sesuai aspek QCD (Quality, Cost and
Delivery).

(5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan


proyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi
standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material,
peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin.
3. Divisi Jaminan Kualitas

(1) Melakukan perencanaan, implementasi, pengembangan dan


pengendalian program kerja di bidang pemnjaminan dan
pengendalian kualitas/ mutu terhadap produk-produk bangunan
kapal baru, produk non kapal dan tahapan proses produksi ,
proses testing sampai dengan pengujian akhir.
(2) Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap adanya

15
ketidaksesuaian pada hasil keluaran desain, material, equipment
maupun produk.
(3) Melaksanakan garansi terhadap hasil produksi kapal baru,
rekayasa umum dan harkan serta bidang kalibrasi.
(4) Bertanggung jawab atas pelaksanaan ISO 9001, ISO 17025, dan
ASME. (5)Merancang strategi dan sistem pengelolaan jaminan
kualitas atas pengendalian mutu bersama-sama fungsi terkait,
mulai dari identifikasi material, proses produksi sampai dengan
pemeriksaan dan pengujian akhir.
(6) Menindaklanjuti keluhan pelanggan terhadap aspek teknis
selama masa garansi.
(7) Melaksanakan pengurusan dan pengelolaan sertifikat atau surat-
surat bangunan kapal baru dan produk non kapal.
4. Divisi Supply Chain

(1) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber


daya untuk pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang dan jasa
serta penyimpanan material/ peralatan dalam rangka menunjang
kegiatan produksi dan operasional perusahaan.

(2) Mengembangkan strategi, sistem di bidang pengadaan barang


dan jasa serta penyimpanan material/ peralatan.
(3) Melakukan koordinasi, perumusan dan penetapan perencanaan
pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan proyek maupun
operasional perusahaan.
(4) Membuat Procedurement Plan berbasis SBLC secara periodik.
(5)Mengatur pembuatan dan penetapan kontrak pengadaan sesuai
kewenangannya serta melakukan koordinasi atas pelaksanaan
proses pengadaan.
(6) Merencanakan dan mengendalikan material/ peralatan dan jasa

forwarder atau PPJK dan transportasi.

16
(7) Melakukan koordinasi dengan Divisi Desain atas kajian
spesifikasi material untuk proyek dalam rangka pembuatan
annex to order.
(8) Melaksanakan seleksi dan akrediasi penyediaan barang dan jasa
sesuai dengan bidangnya dengan menerbitkan Surat Keterangan
Terdaftar, serta mengkoordinir pelaksanaan survey, evaluasi
pengadaan jasa dan menerbitkan surat keterangan terpilih.
(9) Melakukan monitoring kedatangan material/ peralatan impor
beserta proses penyelesaian kepabeanan termasuk klaim kepada
penyedia jasa.
(10) Melaksanakan pengelolaan dan perawatan material perdagangan
dan material sisa produksi.
5. Divisi Penjualan Rekayasa Umum dan Harkan (Rekumhar)

(1) Menyusun rencana penjualan (analisa pasar, business inteligent,


segmentasi pasar dan produk, penetrasi pasar, marketing dan
komunikasi) menuju pada akuisisi kontrak.
(2) Merencanakan penjualan produk rekayasa umum dan jasa
pemeliharaan mengacu pada pencapaian target perolehan
kontrak sesuai yang ditetapkan pada RKAP.

(3) Mengembangkan strategi penjualan dalam rangka meningkatkan


perolehan order melalui analisa pasar, penetrasi pasar maupun
segmentasi pasar disesuaikan dengan kapasitas yang dikuasai.
(4) Menjaga dan meningkatkan ketersediaan pasar dan menjalin
komunikasi yang baik dengan pelanggan serta mempetahankan
pelanggan yang telah ada.
(5) Membuat analisis dan rencana pengembangan bisnis untuk produk
& market development.

(6) Melaksanakan proses pemasaran produk dan jasa berdasarkan


data potensial market atau menerima permintaan penawaran dari

17
calon pemesan.
(7) Menawarkan jasa perbaikan produk kapal maupun non kapal
berserta proposal solusinya dengan dukungan feastibility study
proyek sehingga customer dapat memperoleh informasi prospek
proyek sebagai dasar pengambilan keputusan.
(8) Mengembangkan hasil konseptual desai berdasarkan database
dan kebutuhan market termasuk kemungkinan menggunakan
proven desain (kerjasama) dari pihak lain.
(9) Melakukan kerjasama dengan unit lain terkait dalam melakukan
analisa harga pasar, prakualifikasi, tender, penawaran, estimasi,
klarifikasi, negoisasi sampai dengan penandatanganan kontrak.
(10) Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal untuk
menciptakan market yang berskala nasional maupun
internasional.
(11) Melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelangaan dan
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek dari aspek
komersial yang dapat digunakan sebagai referensi proyek
selanjutnya.
6. Direktorat Keuangan

Direktorat yang membawahi empat divisi struktural, keempat divisi


tersebut adalah :

1. Divisi Perencanaan Strategis Perusahaan (PSP)

(1) Merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan


pengawasan sumber daya untuk pelaksanaan rencana perusahaan
jangka panjang maupun jangka pendek ke depan serta
memonitoring dan mengevaluasinya.
(2) Membuat Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
serta melakukan menitoring dan evaluasi.
(3) Membuat SWOT dan analisa sejenisnya.

18
(4) Menyusun laporan implementasi KPKU.
(5) Membuat Ship Building Line Chart (SBLC) proyek kapal baru
dan proyek rekayasa umum beserta revisinya.
(6) Membuat Integrated Schedule per proyek kapal baru,
mebgusulkan budget HPP dan membuat kebijakan pembangunan
per proyek serta merencanakan kapasitas produksi.
(7) Melaksanakan fungsi budgeting dan kontrol proyek kapal baru
dan rekayasa umum.
(8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi IPP, SBLC dan
Integrated Schedule.
(9) Mengelola kinerja anak perusahaan dan korporasi.

(10) Membuat kajian analisis tentang manajemen resiko korporasi


dan proyek.
(11) Monitoring dan mengelola mitigasi resiko korporasi dan proyek
signifikan.
2. Divisi Pembendaharaan

(1) Melaksanakan kebijakan pendanaan perusahaan sesuai dengan


prinsip pengelolaan pendanaan dan perbankan yang berlaku.
(2) Melaksanakan strategi optimalisasi return kinerja keuangan dan
likuiditas perusahaan.
(3) Melaksanakan analisa pasar keuangan sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam rangka mengurangi resiko pasar keuangan.

(4) Melaksanakan studi kelayakan kinerja keuangan proyek atau


bidang usaha mandiri.
(5) Melaksanakan pengelolaan invoicing dan penagihannya untuk
menunjang optimalisasi cash flow perusahaan.
3. Divisi Akuntansi

(1) Mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan akuntansi

19
perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
(2) Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan perusahaan.
4. Divisi Teknologi Informasi

(1) Melakukan pemikiran perencanaan strategis perusahaan ke


depan dan pengembangannya yang dituangkan dalam Business
Plan dan RJPP.

(2) Menyiapkan dan mengembangkan sarana dan prasarana


komunikasi dengan menggunakan teknologi informasi.

(3) Mengintegrasikan sistem informasi guna mencapai efektifitas


operasi serta optimalnya operasional dalam mendukung kegiatan
perusahaan.

(4) Melaksanakan improvement, norma-norma K3LH dan


penerapan 5R.

(5) Merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi biaya-biaya


yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Direktorat SDM dan UmumDirektorat yang membawahi dua divisi


struktural dan satu divisi fungsional. Divisi struktural tersebut
meliputi :
(1) Divisi Human Capital Management and Command Media
(HCM) Merancang strategi dan sistem pengembangan SDM
dan organisasi beserta pelaksanaannya sesuai dengan kebijakan
perkembangan bisnis perusahaan.
(2) Melakukan pengukuran kepuasan karyawan.
(3) Mengelola dan melaksanakan assesment soft competency.
(4) Melaksanakan improvement, norma-norma K3LH dan
penerapan 5R.

20
(5) Mengendalikan biaya-biaya yang menjadi beban unit kerjanya.
(6) Mengelola dan mengembangkan hubungan internal dan
eksternal perusahaan sesuai bidangnya.
(7) Memimpin dan membina bagian yang menjadi tanggung
jawabnya.
(8) Berperan sebagai wakil manajemen (Management
Representative) dalam bidang standarisasi dan ISO.
6. Divisi Kawasan

(1) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan dan


pemeliharaan infrastruktur beserta anggarannya.
(2) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan
keselamatan kerja.
(3) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan
keamanan danketertiban.
(4) Membina pengelolaan aset perusahaan. Serta satu unit organisasi
fungsional yaitu Unit PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan).
7. Divisi Keamanan dan K3LH

(1) Melakukan penyuluhan K3 untuk seluruh pekerja.

(2) Melakukan inspeksi untuk pekerja meliputi pemeriksaan


peralatan,lingkungan maupun individu.
(3) Melakukan sertifikasi K3 pada pekerja.

21
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Struktur Organisasi Divisi Kapal Niaga

Dalam kerja paktek ini kami ditempatkan pada divisi Kapal Niaga yang
memiliki tugas pokok salah satunya adalah membuat kapal yang digunakan untuk
TNI AL maupun Non TNI AL. Divisi Kapal Niaga sendiri terdiri dari 6
departemen dimana masing-masing terdiri dari beberapa biro. Adapun penjelasan
dari tugas masing-masing departemen beserta struktur organisasinya adalah
sebagai berikut:

DIVISI KAPAL
NIAGA

DEP. DEP. DEP.


DEP. RENDAL KONSTRUKSI ERECTION DUKUNGAN
(Wahyu Jaya) LAMBUNG (MochUdin) PRODUKSI
(Supriono) (Parnianto)

DEP. M/O & E/O DEP. HO & AO


(Mukhlison) (Anang W)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Divisi Kapal Niaga

3.2 Departemen Rendal


Memiliki tugas untuk menjabarkan kebijakan kepala divisi kapal niaga
atas kegiatan perencanaan dan pengendalian pada seluruh proses produksi
untuk mencapai kualitas yang baik, biaya yang efisien, dan jadwal produksi
sesuai dengan standar yang ditetapkan di lingkungan perusahaan, khususnya di
divisi kapal niaga. Departemen PPC memiliki 5 biro dimana setiap biro
memiliki tugas yang berbeda, yaitu:

22
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas mengolah data & gambar dari divisi teknologi dan divisi
desain menjadi gambar lebih detail seperti Block Division, Sequence Block
Production, Margin Plate; serta merencanakan dan menyusun prosedur
produksi yang optimal Laporan On the Job Training PT. PAL Indonesia
(Persero)
2. Biro Perencanaan Konstruksi
Bertugas merencanakan jadwal kerja seperti Integrated, Master,
Monthly, Weekly Schedule, yang merupakan penjabaran dari Ship Building
Line Chart (SBLC) dan menerbitkan lembar perintah pekerjaan (LPP) serta
melaksanakan perencanaan material produksi dengan menerbitkan Permintaan
pengadaan material (M01), Bukti pengeluaran barang (M04), Bukti
pengembalian barang (M07). Semua kegiatan yang dilakukan biro ini hanya
dalam kelompok pekerjaan Konstruksi Lambung.
3. Biro Perencanaan Outfitting
Bertugas merencanakan jadwal kerja seperti Integrated, Master,
Monthly, Weekly Schedule, yang merupakan penjabaran dari Ship Building
Line Chart (SBLC) dan menerbitkan lembar perintah pekerjaan (LPP) serta
melaksanakan perencanaan material produksi dengan menerbitkan Permintaan
pengadaan material (M01), Bukti pengeluaran barang (M04), Bukti
pengembalian barang (M07). Semua kegiatan yang dilakukan biro ini hanya
dalam kelompok pekerjaan Outfitting termasuk PalletizingI di dalamnya.
4. Biro Analisa dan Evaluasi
Bertugas membuat perencanaan dan revisi jadwal produksi,
perencanaan jam orang (manhours) serta analisa dan evaluasi terhadap aspek-
aspek produksi.
5. Biro Keuangan
Bertugas menyusun perencanaan anggaran atau budget setiap kegiatan

23
produksi di lingkungan divisi kapal niaga.
6. Biro Palletizing
Bertugas menyusun kebutuhan material kapal yang akan di instal dan
melaksanakan distribusi sesuai kebutuhan pelaksanaan.

3.3 Departemen Konstruksi Lambung


Bertanggung jawab atas proses pekerjaan yang mencakup kegiatan
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, koordinasi, pengendalian pekerjaan yang
berkaitan dengan kegiatan produksi Konstruksi Lambung (Pelat dan profil) sesuai
dengan desain. Departemen Konstruksi Lambung membawahi dan membina 1
biro dan 4 bengkel, yaitu:
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk menjabarkan dan melaksankan program kerja
Departemen Konstruksi Lambung dalam kegiatan produksi sehingga diperoleh
teknik / metode produksi yang efektif dan efisien serta hasil produksi yang
optimal.
2. Bengkel Fabrikasi
Bertugas untuk melakukan persiapan material utama, proses pelurusan,
blasting, pengecatan dasar, marking, cutting, dan pembentukan kontur pelat.
3. Bengkel Sub-Assembly
Bertugas untuk membentuk profil sesuai kebutuhan, lalu merangkai
profil-profil dengan pelat untuk menjadi sub-panel melalui proses pengelasan.
4. Bengkel Assembly I – Main Panel Line (MPL)
Bertugas untuk merangkai sub-panel menjadi panel dan
menggabungkannya menjadi blok yang mempunyai bidang lurus/datar
(konstruksi parallel middle body / bagian tengah kapal).
5. Bengkel Assembly I – Curved Block Line (CBL)
Bertugas untuk merangkai sub-panel menjadi panel dan
menggabungkan nya menjadi blok yang mempunyai bidang berbentuk kurva /
lekung (konstruksi ceruk haluan dan buritan serta kamar mesin)

24
6. Bengkel Block Blasting
Bertugas melakukan blasting dan pengecatan terhadap blok-blok yang
telah dibuat di bengkel MPL (Main Panel Line) dan CBL (Curved Block Line).

3.4 Departemen Erection


Departemen Erection memiliki tugas menjabarkan dan melaksanakan
program kerja Divisi Kapal Niaga atas seluruh kegiatan operasional yang
mencakup perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian dan
pengendalian pekerjaan yang berkaitan dengan seluruh pekerjaan departemen
erection yaitu menggabungkan semua blok hingga menjadi sebuah kapal yang
utuh secara keseluruhan. Departemen Erection membawahi dan membina 1
biro dan 6 bengkel, yaitu:
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk menjabarkan dan melaksanakan program kerja
departemen erection dalam bidang rekayasa kegiatan produksi di
lingkup departemen bersangkutan sehingga diperoleh eknik
produksi yang efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil produksi
fabrikasi yang optimal.
2. Bengkel Grand Assembly
Bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi, dan
mengendalikan kegiatan antara lain; penyetelan grand block,
pengecekan akurasi, zero margin, fitting sheet plate, pencatatan blok
/log out secara optimal.
3. Bengkel Erection I
Melaksanakan semua kegiatan perencanaan, pengkoordinasian dan
pengendalian seperti penataan keel block, loading block, penyetelan
blok dan pengecekan akurasi dan keel deflection secara optimal.
4. Bengkel Erection II
Melaksanakan semua kegiatan perencanaan, pengkoordinasian dan
pengendalian seperti penataan keel block, loading block, penyetelan

25
blok, pengecekan akurasi dan keel deflection, tank test, dan host test
launching way secara optimal.
5. Bengkel Las I
Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
pekerjaan pengelasan joint grand block, pengelasan joint erection, dan
pengecekan akurasi secara optimal.
6. Bengkel Las II
Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
pekerjaan pengelasan joint grand block, pengelasan joint block
erection, dan pengecekan akurasi secara optimal
7. Bengkel Perancah (Scaffolding) dan Tank Test
Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pekerjaan
pemasangan, pembongkaran, penyimpanan, dan perawatan perancah
serta tank test berdasarkan gambar produksi yang diterima dan disesuaikan
dengan budget, sarana, fasilitas, SDM, dan jadwal produksi yang telah
ditetapkan.

3.5 Departemen MO (Machinery Outfitting) dan EO (Electrical Outfiting)


Departemen Machinery Outfitting dan Electrical Outfitting
bertanggung jawab atas kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
pengkoordinasian, dan pengendalian pekerjaan yang berkaitan dengan sistem
permesinan & kelistrikan mulai dari fabrikasi dan instalasi outfitting hingga
testing & commissioning.
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
yang berkaitan dengan kegiatan departemen MO dan EO mulai dari
metode hingga kebutuhan SDM untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
2. Bengkel FOBS Engine Room
Bertugas untuk melaksanakan proses pemasangan atau instalasi
sistem dan peralatan yang ada di kamar mesin sebelum proses

26
erection sesuai dengan kaidah FOBS.
3. Bengkel Perpipaan
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan fabrikasi pipa untuk seluruh sistem
pada kapal dan instalasi perpipaan untuk sistem tertentu yang ada di
kamar mesin setelah proses erection
4. Bengkel Welding MO / EO
Bertanggung jawab untuk merencanakan, mempersiapkan, dan
mengendalikan kebutuhan welder dan mesin las dalam lingkup
kegiatan instalasi di FOBS atau on board departemen MO & EO.
5. Bengkel Steel Work Engine Room
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan produksi atau fabrikasi pada
bengkel pelat tipis untuk semua komponen yang hanya ada di kamar
mesin.
6. Bengkel Permesinan
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan produksi atau fabrikasi yang
berkaitan dengan sistem penggerak utama dan sistem pendukungnya
seperti pembuatan poros, rudder, propeller, dsb.
7. Bengkel Machinery Outfitting
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan instalasi yang hanya berkaitan
dengan seluruh sistem permesinan beserta penunjangnya pada
kamar mesin
8. Bengkel Electrical Outfitting
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan yang berkaitan dengan sistem
kelistrikan di seluruh bagian kapal.

27
3.6 Departemen HO (Hull Outfitting) dan AO (Accomodation Outfitting)
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang mencakup
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian
pekerjaan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan dalam lingkup departemen HO
& AO. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen HO & AO membawahi 1
(satu) biro dan 8 (delapan) bengkel:
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk menjabarkan dan melaksanakan program kerja
Departemen HO & AO dalam kegiatan produksi di lingkup departemen
bersangkutan, sehingga diperoleh teknik / proses produksi yang efektif dan
efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal.
2. Bengkel FOBS HO/AO
Bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemasangan atau
instalasi sistem dan peralatan yang ada di kapal dari upper deck hingga
baseline, dari FP sampai AP (kecuali kamar mesin) sebelum proses erection
sesuai dengan kaidah FOBS.
3. Bengkel Fabrikasi Pelat Tipis
Bertanggung jawab atas proses kegiatan produksi atau fabrikasi
perlengkapan yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari pelat tipis (10
mm).
4. Bengkel Sistem Hull Outfitting
Bertanggung jawab untuk melaksanakan, dan mengendalikan semua
kegiatan instalasi perlengkapan, komponen steel work, pipa, dan machinery
deck pada area cargo hold, shell plating, main deck, dan forecastle.
5. Bengkel Sistem Accomodation Outfitting
Bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengendalikan semua
kegiatan instalasi perlengkapan, komponen steel work, dan akomodasi pada
area poop deck, bridge deck, navigation room, hingga top deck.
6. Bengkel Joiner
Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan fabrikasi dan instalasi

28
furniture, lining, ceiling dan cabin room equipment.
7. Bengkel Cat
HO Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengecatan
dalam lingkup pekerjaan hull outfitting.
8. Bengkel Cat AO
Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengecatan dalam
lingkup pekerjaan accomodation outfitting.
9. Bengkel Welding HO
Bertanggung jawab untuk merencanakan, mempersiapkan, dan
mengendalikan kebutuhan welder dan mesin las dalam lingkup kegiatan
instalasi di FOBS atau on board departemen HO & AO.

3.7 Departemen Dukungan Produksi/Support


Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang mencakup
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian
pekerjaan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan dalam lingkup departemen
Dukungan Produksi.
1. Biro Dukungan Rekayasa dan Biro SDM (Sumber Daya Manusia)

Bertanggung jawab dalam merancang/ mengembangkan


perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian rekayasa pemeliharaan fasilitas
dan sarana produksi, serta kebutuhan penunjangnya seperti consumable, tools
dan spare parts. Produk yang dihasilkan adalah jadwal PMS (Preventive
Maintenance System). Juga bertugas dalam kegiatan inventarisasi dan
pengelolaan atas semua asset. Dan bertanggung jawab dalam semua kegiatan
yang berhubungan dengan SDM antara lain; perencanaan dan pengelolaan
kebutuhan SDM termasuk pengembangannya, proses administrasi SDM,
optimalisasi SDM
2. Biro Pemeliharaan Fasilitas
Bertanggung jawab untuk merancang/ mengembangkan sistem,
analisa, dan evaluasi pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan mesin, sarana
dan fasilitas kerja sesuai dengan PMS.

29
3. Biro Dok dan Launching
Bertanggung jawab dalam kegiatan penyiapan ,pengoperasian,
pengelolaan, dan pengawasan fasilitas dermaga (tali tambat), dok dan launching
(ganjal/jig, launching way, runner way), alat angkat berat, alat angkat dan
angkut produksi.
4. Biro Utilitas dan Logistik
Bertanggung jawab dalam merancang/ mengembangkan sistem dan
pelaksanaan kegiatan pelayanan utilitas dan logistik seperti; penyiapan dan
pengoperasian serta pengaturan sarana utilitas (listrik, gas, udara, air, oksigen,
acetylene, nitrogen/N2, CO2); pengkoordinasian dengan fungsi terkait dalam
pengecekan berkala terhadap slang (oksigen, asetilena, CO2), penyiapan dan
pengaturan seremonial kapal, pembuatan jadwal pelaksanaan kalibrasi alat ukur
(teodolit, automatic levelling, dsb.); pengaturan sarana dan fasilitas penunjang
(blower, lampu penerangan dan mesin las); penyediaan dan pengaturan
distribusi material penunjang meliputi material bantu (steel shot), peralatan
kerja dan kelengkapan kerja sesuai kebutuhan bengkel pelaksana.

3.8 Fasilitas Divisi Kapal Niaga


Galangan fasilitas yang ada pada PT. PAL Indonesia (Persero) Divisi kapal
Niaga untuk mendukung proses kerja pembangunan kapal baru dan reparasi
kapal antara lain:
1. Graving Dock Semarang (50.000 DWT)

Gambar 3.2 Dock Semarang

30
Pada dok Semarang ini dilengkapi dengan 4 crane pendukung LLC (Level
Loufting Crane) kapasitas angkut 40-ton dan sebuah crane besar yang
berkapasitas angkut hingga 300 Ton yang diberi nama Goliath, Mempunyai
ukuran panjang 300 (200+100) m; kedalaman 10 m; dan lebar 32 meter.

Gambar 3.3 Goliath 300 Ton

7. Graving Dok Irian (20.000 DWT) · Pada Dok Irian ini memiliki
kemampuan lebih kecil untuk melakukan pembangunan kapal baru ataupun
reparasi kapal. Dok Semarang didukung oleh 2 crane untuk reparasi maupun
bangunan baru.
8. Fasilitas Bengkel
Untuk fasilitas bengkel di PT. PAL Indonesia (Persero) cukup lengkap.
Karena disini sudah memiliki beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh
galangan lain. Bengkel-bengkel ini di bawahi oleh departemen-departemen
di Divisi Kapal Niaga yang digunakan untuk proses manufacturing.
Bengkel-bengkel ini melaksanakan proses manufacturing berdasarkan
gambar kerja yang dibuat oleh Departemen PPC. Proses manufacturing yang
dilakukan adalah mengolah material yang berupa lembaran plat dan baja

31
profil untuk diproses dengan berbagai proses permesinan, melakukan proses
assembly dan instalasi peralatan pendukung hingga menghasilkan bentuk
kapal utuh.
3.9 Proses Produksi Kapal Niaga
Secara umum proses pembuatan kapal di PT. PAL Indonesia (Persero)
terdiri dari beberapa proses, yaitu desain, pengadaan material, proses permesinan
(manufacturing) dan perakitan (assembly). proses desain meliputi spesifikasi
desain dan pembuatan Shop drawing (gambar kerja). Berikut adalah bagan
mengenai urutan proses produksi serta divisi-divisi di PT. PAL Indonesia
(Persero) yang terkait dalam pembuatan kapal niaga. Divisi Perbendaharaan ,Tim
Proyek, Divisi Teknologi, Divisi Pengadaan dan Divisi Kapal Niaga.

Divisi
Perbendaharaan

Divisi Kapal Niaga


Divisi Desain Tim Proyek

Divisi Pengadaan

Gambar 3.4 Gambar Proses Produksi Kapal Niaga


Proses produksi dimulai dari perencanaan desain oleh Divisi Desain yang
meliputi jenis material serta proses pengerjaan nya. Kemudian gambar kerja tersebut
diserahkan pada Divisi Kapal Niaga untuk melakukan analisa terhadap kebutuhan
material serta biaya produksi. Selanjutnya Divisi Kapal Niaga mengajukan pengadaan
material pada Divisi Pengadaan dan pengajuan keuangan untuk biaya produksi pada
Divisi Perbendaharaan. Divisi Kapal Niaga membentuk Tim Proyek yang
beranggotakan setiap orang yang ditunjuk dari tiap departemen untu melaksanakan
kegiatan produksi dan menunjuk Subkontraktor sebagai rekanan kerja dalam
pelaksanaannya.

32
3.10 Proses Manufacturing
Proses manufacturing dilaksanakan oleh bengkel-bengkel yang di
bawahi oleh departemen-departemen di Divisi Kapal Niaga. Bengkel-bengkel
ini melaksanakan proses manufacturing berdasarkan gambar kerja yang dibuat
oleh departemen PPC. Proses manufacturing yang dilakukan adalah mengolah
material yang berupa lembaran plat dan baja profil untuk diproses dengan
berbagai proses permesinan, melakukan proses assembly dan instalasi peralatan
pendukung hingga menghasilkan bentuk kapal utuh. Berikut adalah diagram
alur proses manufacturing kapal niaga.

Gambar 3.5 Alur Proses Manufacture Flow of Production

33
Alur proses produksi di PT. PAL Indonesia (Persero) sudah dapat akan
jelaskan bagaimana proses dari perjalanan lembaran lembaran plat hingga
menjadi sebuah blok dan digabungkan untuk dijadikan sebuah kapal. Semua di
awali dengan pemesanan plat, yang mana plat plat yang akan di pesan ini sudah
memiliki jumlah yang ditentukan. Dan setelah material datang maka akan
menempati gudang plat atau bengkel SSH ( Steel Stock House). Untuk proses-
proses apa saja yang terjadi di tiap bengkel ada di lampiran.
3.11 Steel Stock House (Gudang Plat)
PT. PAL Indonesia (Persero) merupakan salah satu galangan di Asia
Tenggara yang memiliki fasilitas bengkel terlengkap, dimana fasilitas yang ada
pada galangan ini termasuk lengkap. Untuk gudang plat pada PT. PAL
Indonesia (Persero) memiliki keuntungan sendiri. Dimana gudang ini langsung
menyatu dengan bengkel fabrikasi dan langsung mengalir ke Grand Assembly.

Gambar 3.6 Gudang Plat

3.12 Proses Fabrikasi


Setelah beberapa plat yang dipesan datang untuk proses pembangunan
awal kapal, maka proses pengerjaan sudah dapat dilakukan. Plat plat yang baru
dating dan masuk gudang akan diproses. Untuk proses yang pertama adalah
blasting. Dan proses yang terjadi di bengkel fabrikasi ini adalah blasting,

34
marking, cutting, cutting, welding, dan fitting. Blasting merupakan proses
pengelupasan permukaan plat yang kotor atau berkarat dengan cara
menyemprotkan biji besi pada permukaan plat.
Untuk mesin blasting di bengkel fabrikasi PT. PAL Indonesia (Persero)
sudah tampak tua, namun masih bisa untuk dipergunakan dengan baik serta
berjalan dengan semestinya. Jika dibandingkan dengan blasting yang bertenaga
manusia atau dapat dikatakan manual blasting, waktu yang dibutuhkan sangat
berbanding terbalik. Dimana jika menggunakan mesin dapat mencapai ± 40
lembar plat sehari dengan menggunakan manual blasting maka hanya 8-10
lembar plat per hari.

Gambar 3.7 Biji Besi Untuk Mesin Blasting


Gambar 3.2.4 Biji Besi Untuk Mesin Blasting

Gambar 3.2.5 Biji Besi Untuk Mesin Blasting

Gambar 3.2.6 Biji Besi Untuk Mesin Blasting

Gambar 3.2.7 Biji Besi Untuk Mesin Blasting

Gambar 3.8 Mesin Shot Blasting

35
Plat plat yang masuk ke mesin blasting masih berupa plat yang kotor
dan korosi Setelah dilakukan blasting, plat-plat akan keluar dengan warna
yang berbeda dan sudah bersih dari korosi- korosi yang ada pada plat
tersebut.

Gambar 3.9 Plat sebelum proses Blasting

Gambar 3.10 Plat hasil proses shot blasting

Cutting dan Forming Setelah plat-plat melalui proses blasting,


maka proses selanjutnya adalah proses marking. Dimana plat-plat yang tadi
sudah di blasting di beri tanda-tanda guna mempresisikan proses cutting.

36
Dari proses-proses marking yang sudah di selesaikan, maka

Gambar 3.11 Marking pada plat

Proses cutting dapat langsung dilakukan di bengkel fabrikasi. Untuk


fasilitas cutting dan forming bengkel fabrikasi di PT. PAL Indonesia
(Persero) juga sudah mendukung. Masalah utama dari bengkel- bengkel di
PT. PAL Indonesia (Persero) adalah banyak sekali alat- alat yang akan
digunakan dalam keadaan rusak. Disini ada 2 jenis mesin potong yang
digunakan, yaitu: NC PLASMA, NC GAS Untuk NC PLASMA, kerja dari
mesin ini adalah untuk memotong plat dengan pisau plasma (Torch) yang
dihasilkan oleh mesin potong menggunakan gas N2. Ada juga proses
pemotongan NC Plasma dengan material yang direndam. Untuk pemotongan
ini material di rendam dalam air pada saat pemotongan, guna mengurangi
polusi udara dan suara yang di hasilkan pada saat pemotongan. Dan juga
mahal dalam proses perawatan serta biaya produksinya. Untuk NC Gas
Cutting pemotongan digunakan dengan menggunakan gas Oxy Acetylene.

37
Gambar 3.12 Mesin Cutting NC PLASMA

Gambar 3.13 Mesin Potong NC GAS


Mesin Bending Dari plat-plat yang sudah melalui proses cutting,
beberapa juga ada yang butuh untuk di bending. Untuk mesin bending
sendiri di PT. PAL Indonesia (Persero) memiliki 3 jenis. Dari 3 jenis
alat bending ini dibedakan melalui kapasitas mesin bending. Berikut
adalah salah satu mesin bending yang ada di PT. PAL Indonesia
(Persero). Setiap Mesin Bending mempunyai fungsi untuk membentuk
model plat sesuai keinginan. Sebagai contoh adalah untuk
membending bagian plat yang membentuk sudut tertentu dalam proses
pemasangan nya. Dapat dilihat pula material dibending sesuai jenis
kebutuhan plat.

38
Gambar 3.14 Mesin Bending

Gambar 3.15 Contoh plat hasil dari mesin roll Bending

Pada bengkel fabrikasi ini juga terdapat tanda-tanda acuan, guna


mengetahui tanda-tanda yang di tuliskan pada plat yang telah dikerjakan
dan belum dikerjakan.

39
Gambar 3.16 Simbol-simbol Marking

3.13 Proses Sub Assembly dan Assembly


Untuk bengkel sub Assembly digunakan untuk menyambung
plat/material yang telah diproses di bengkel fabrikasi. Di bengkel ini terdapat
berbagai kegiatan, antara lain joint, cutting, dan welding. Untuk di bengkel ini
terdapat tempat untuk melakukan pemotongan material secara manual juga.

Gambar 3.17 Tempat Cutting Material Secara Manual

40
Untuk bengkel assembly pada PT. PAL Indonesia (Persero)
memiliki desain menyambung dengan bengkel sub Assembly Nya,
sehingga proses pengerjaan dapat terus berlanjut. Ketika seluruh plat
telah selesai di kerjakan di bengkel sub assembly, maka diteruskan ke
bengkel assembly. Disini plat/material sudah mulai di rakit menjadi
sebuah kesatuan block.

Gambar 3.18 Plat sudah mulai di rakit menjadi blok

Di bengkel ini juga memiliki fasilitas pengelasan secara


otomatis Plat akan berjalan sendiri di atas mesin roller yang membawa
plat kearah mesin las untuk di las secara otomatis.

Gambar 3.19 Mesin Las Otomatis


41
Pada bengkel assembly ini pun memiliki sebuah tempat khusus
yang digunakan untuk menempatkan plat yang sudah di rakit dan sudah
mulai berbentuk blok, agar tidak mengganggu proses kerja block-block
selanjutnya. Bagian yang sudah mulai membentuk block akan di bawa
ke bengkel grand assembly guna dirakit lagi untuk menjadi sebuah
block yang lebih besar.
3.14 Block Blasting Shop
Ketika semua pekerjaan dirasa sudah selesai pada bengkel grand
assembly, maka block yang sudah jadi akan di angkut dan di teruskan ke Block
Blasting shop. Disini block - block yang sudah siap di pasang di cat terlebih
dahulu untuk menghindari dari terjadinya korosi.

Gambar 3.20 Block hasil blasting dan painting


3.15 Grand Assembly dan Erection
Di grand assembly bagian-bagian blok dari bengkel Assembly sudah
proses perakitan menjadi sebuah blok utuh. Disini juga masih ada kegiatan
seperti joint, cutting, welding dan. Sebelum menjadi sebuah blok, ada
bagian- bagian outfitting Nya yang di rakit pada bagian blok dari bengkel
assembly. Di PT. PAL Indonesia (Persero) menggunakan metode FOBS

42
(Full Outfitting Body System), dimana bagian outfitting (komponen kapal)
di pasang guna mempercepat pengerjaan block agar cepat selesai. Pada
proses erection ini block- block yang sudah di cat akan di tempatkan di ruang
terbuka di luar bengkel grand assembly dan sudah siap untuk proses
erection.

Gambar 3.21 Proses Loading Block

Gambar 3.22 Dock semarang

Gambar 3.22 Kapal BRS 2

43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengelasan Dalam Bidang Perkapalan


Penerapan teknologi pengelasan pada konstruksi bangunan kapal selalu
melibatkan pihak Klasifikasi semua hal yang berkaitan dengan gambar – gambar,
ukuran las, material induk dan material serta juru las yang digunakan untuk
pembangunan kapal diatur dalam klasifikasi.
Perusahaan pembangun kapal dan Klasifikasi yang ditunjuk dalam
pengawasan pembangunan kapal bertanggung jawab pula terhadap seleksi juru las,
latihan, dan pengujian juru las harus mengikuti standar yang diakui dan di sepakati
bersama. Pekerjaan pengelasan dalam pembangunan kapal berpengaruh terhadap
perubahan ukuran dan bentuk dari bagian konstruksi yang terpasang, hal ini
diakibatkan karena pengaruh perlakuan panas yang timbul karena kegiatan
pengelasan yang kurang memperhatikan prosedur pengelasan.
Karena masalah ini tidak mungkin dihindari, maka diperlukan perencanaan
dan persiapan pengelasan yang tepat terhadap metode dan prosedur pengelasan
serta penyiapan juru las harus kompeten sehingga diharapkan pengaruh panas yang
terjadi dapat diperkecil dan penyusutan melintang, memanjang, sudut dapat
dihindari. Dalam pelaksanaan pengelasan peran supervisor las mengawasi
persiapan awal sampai dengan hasil akhir dari kegiatan pengelasan. Persiapan awal
yang tidak tepat dan proses pengelasan yang salah akan menimbulkan kerusakan
pada hasil sambungan las dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada hasil
sambungan las dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada material induk.
Kerusakan-kerusakan ini dapat berbentuk.
4.2 Proses pembangunan kapal
Dalam pembangunan kapal baja dikenal alur proses yang bertahap dan dimana
tahap satu dengan yang berikutnya selalu berkaitan, untuk itu proses harus
dilakukan dengan teliti agar pada tahap berikutnya tidak mengalami kesukaran
akibat kesalahan dalam penyetelan (fitting) maupun kesalahan dalam pengelasan

44
(welding).
Untuk dapat mengenal urutan proses pembangunan kapal dapat dilihat pada
gambar dimana tahap pembuatan dapat disamakan dengan proses fabrikasi, tahap
perakitan dapat disamakan dengan proses Sub-Assembly maupun Assembly.
4.3 Proses Outfitting Pada Kapal

Gambar 4.1 Proses Sub-Assembly


Adalah proses pemasangan peralatan dan perlengkapan kapal,
kesalahan dalam proses ini mengakibatkan kerusakan pada peralatan dan
perlengkapan kapal sehingga kemungkinan peralatan menjadi rusak atau
bagian kapal yang dipasangi peralatan tersebut menjadi rusak. Selain itu peran
dari Ship Outfitting adalah bagian kapal selain dari pada badan kapal itu sendiri
dan dapat di kelompokkan menjadi: Hull Outfitting, Machinery Outfitting dan
Electrical Outfitting. Ship Outfitting Mempunyai peran penting, antara lain:
1. Memberikan kapal kemampuan untuk bergerak dan bekerja.
2. Menyediakan akomodasi untuk crew dan penumpang.
3. Menyediakan ruang penempatan untuk muatan
4. Menjaga fungsi – fungsi tersebut dalam jangka waktu yang lam
4.4 Proses Welding
Welding atau pengelasan menurut DIN (Deutsche Industry Norman) adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan

45
dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas
(Wiryosumarto). Pengelasan dapat diartikan dengan proses penyambungan
dua buah logam, atau tanpa menggunakan bahan tambah dan menggunakan
energi panas sebagai pencair bahan yang dilas, pengelasan juga dapat diartikan
sebagai ikatan tetap dari benda sampai mencair dan membiarkan membeku
kembali, akan tetapi membuat bahan yang utuh. Pengelasan dibedakan pada
cara kerja alat tersebut bekerja dan bentuk pemanasannya (Wiryosumarto, dkk,
2000). Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara kerja dapat dibagi
dalam tiga kelas utama, yaitu:
1. Pengelasan cair.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
atau semburan api yang terbakar.
2. Pengelasan tekan.
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian.
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
Sebelum melakukan proses pengelasan sebaiknya diperhatikan juga
hal-hal yang mempengaruhi baiknya hasil pengelasan itu sendiri, berikut hal
yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengelasan:
A. Metalurgi Pengelasan
Dalam Pengelasan terdiri dari tiga bagian yaitu logam Pengelasan,
daerah pengaruh panas (Heat Affected Zone) dan logam induk yang tak
terpengaruh. Logam Pengelasan adalah bagian dari logam yang ada pada
waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku. Daerah pengaruh

46
panas atau HAZ adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las
yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan
pendinginan cepat. Logam induk tidak terpengaruh adalah bagian logam
dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya
perubahan–perubahan struktur dan sifat. Disamping ketiga pembagian
utama tersebut masih ada satu daerah khusus yang membatasi antara
logam las dan daerah pengaruh panas, yang disebut batas las.
Dalam pengelasan cair bermacam–macam cacat terbentuk dalam
logam las, misalnya pemisahan atau segregasi, lubang halus dan retak.
Banyaknya dan macamnya cacat yang terjadi tergantung dari pada
kecepatan pembekuan. Pada proses pembekuan logam las terjadi tiga
proses reaksi metalurgi, proses tersebut adalah:
1. Pemisahan
Di dalam logam las terdapat tiga jenis pemisahan, yaitu
pemisahan makro, pemisahan gelombang dan pemisahan mikro.
Pemisahan makro adalah perubahan komponen secara perlahan–
lahan yang terjadi mulai dari sekitar garis lebur menuju ke garis
sumbu las, sedangkan pemisahan gelombang adalah perubahan
komponen karena pembekuan yang terputus yang terjadi pada
proses terbentuknya gelombang manik las. Pemisahan mikro adalah
perubahan komponen yang terjadi dalam satu pilar atau dalam
bagian dari satu pilar.
2. Vaporasi
Lubang–lubang halus terjadi karena adanya gas yang tidak
larut dalam logam padat. Lubang–lubang tersebut disebabkan
karena tiga macam cara pembentukan gas sebagai berikut: yang
pertama adalah pelepasan gas karena perbedaan batas kelarutan
antara logam cair dan logam padat pada suhu pembekuan, yang
kedua adalah terbentuknya gas karena 6 adanya reaksi kimia di
dalam logam las dan yang ketiga penyusupan gas ke dalam

47
atmosfir busur. Gas yang terbentuk karena perbedaan batas
kelarutan dalam baja adalah gas hidrogen dan gas nitrogen,
sedangkan yang terjadi karena reaksi adalah terbentuknya gas CO
dalam logam cair dan yang menyusup adalah gas-gas pelindung
atau udara yang terkurung dalam akar kampuh las.
3. Oksidasi
Oksidasi menghasilkan gas-gas atau oksidasi-oksidasi yang
mengakibatkan mutu las menjadi rendah, misal karena mudah
timbul korosi, menyebabkan adanya rongga-rongga dalam logam las
kegetasan bahan bertambah atau berkurangnya kekuatan logam las.
Sebenarnya hanya sejumlah kecil oksigen yang larut dalam baja,
tetapi karena tekanan disosiasi dari kebanyakan oksida sangat
rendah, maka pada umumnya akan terbentuk oksida-oksida yang
stabil. Karena pengukuran yang tepat untuk mengetahui jumlah
oksigen yang larut dalam baja sangat sukar, maka untuk melepaskan
oksigen dari larutan biasanya dilakukan usaha-usaha seperti
melepaskan oksida. Proses menghilangkan oksida ini disebut proses
deoksidasi. Ketangguhan logam turun dengan naiknya kadar
oksigen, oleh karena itu harus selalu diusahakan agar logam las
mempunyai kadar oksigen yang serendah-rendahnya. Usaha
penurunan oksigen ini dapat dilakukan dengan menambah unsur-
unsur yang bersifat deoksidasi seperti Si, Mn, Al dan Ti atau
menaikkan kebasaan dari terak lasnya. Struktur, kekerasan dan
berlangsungnya transformasi dari daerah HAZ dapat dibaca dengan
segera pada diagram transformasi pendinginan berlanjut atau
diagram CCT. Diagram semacam ini dapat digunakan untuk
membahas pengaruh struktur terhadap retak las, keuletan dan lain
sebagainya, yang kemudian dapat dipakai untuk menentukan
prosedur dan cara pengelasan.

48
B. Parameter Pengelasan
Dalam melakukan proses pengelasan setiap tukang las harus
mengetahui parameter las yang akan digunakan. Bagi yang sudah terbiasa
mengelas biasanya sudah paham berapa besar parameter pengelasan yang
digunakan.
Parameter pengelasan adalah variabel yang mempengaruhi dari hasil
pengelasan, baik dari hasil pengujian mekanik maupun uji visual. Jika
pemilihan parameter las kurang tepat maka dapat mengakibatkan terjadinya
cacat las dan sifat mekanik hasil pengelasan kurang dari syarat
keberterimaan yang ditentukan oleh standar atau code, berikut ini
penjelasan parameter las:
a. Tegangan busur las
Tingginya tegangan busur tergantung pada panjang busur yang
dikehendaki dari jenis dari elektroda yang digunakan. Pada elektroda
yang sejenis tingginya tegangan busur yang diperlukan berbanding
lurus dengan panjang busur. Pada dasarnya busur listrik yang terlalu
panjang tidak dikehendaki karena stabilitasnya mudah terganggu
sehingga tegangan yang terlalu tinggi hanya akan membuang-buang
energi saja. Panjang busur yang dianggap baik kira-kira sama dengan
garis tengah elektroda. Tegangan yang diperlukan untuk mengelas 7
dengan elektroda bergaris tengah 3 sampai 6 mm, kira-kira antara 20
sampai 30volt untuk posisi datar. Sedangkan untuk posisi tegak atau
atas kepala biasanya dikurangi lagi dengan 2 sampai 5 volt. Kestabilan
busur dapat juga didengar dari kestabilan suaranya selama pengelasan.
Untuk mereka yang telah berpengalaman kesempatan panjang busur
pun dapat diduga atau diperkirakan dari suara pengelasan. Sehubungan
dengan panjang busur, hal yang paling sukar dalam las busur listrik
dengan tangan adalah mempertahankan panjang busur yang tetap.
b. Besar ampere las
Besarnya ampere las yang diperlukan tergantung dari bahan

49
dan ukuran dari lasan, geometri sambungan, posisi pengelasan
macam elektroda dan diameter ini elektroda. Dalam hal daerah las
mempunyai kapasitas panas yang tinggi maka dengan sendirinya
diperlukan ampere las besar dan mungkin juga diperlukan
pemanasan tambahan. Dalam pengelasan logam paduan, untuk
menghindari terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya
menggunakan ampere las yang kecil.
c. Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda,
diameter inti elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan,
ketelitian sambungan dari lain-lainnya. Dalam hal hubungannya
dengan tegangan dari ampere las, dapat dikatakan bahwa kecepatan
las hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi
berbanding lurus dengan ampere las. Karena itu pengelasan yang
cepat memerlukan ampere las yang tinggi. Bila tegangan dari
ampere dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka
jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi
disamping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan
kecepatan akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan
pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per satuan panjang
juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu
cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ.
d. Polaritas Listrik
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa pengelasan
busur listrik dengan elektroda terbungkus dapat menggunakan
polaritas lurus dan polaritas balik. Pemilihan polaritas ini tergantung
pada bahan pembungkus elektroda, konduksi termal dari bahan
induk, kapasitas panas dari sambungan dan lain sebagainya. 8 Bila
titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas panasnya besar sebaiknya
digunakan polaritas lurus dimana elektrodanya dihubungkan dengan

50
kutub negatif. Sebaliknya bila kapasitas panasnya kecil seperti pada
pelat tipis maka dianjurkan untuk menggunakan polaritas balik
dimana elektroda dihubungkan dengan kutub positif. Untuk
menurunkan penembusan, misalnya dalam pengelasan baja tahan
karat austenite atau pada pengelasan pelapisan keras, sebaliknya
elektroda dihubungkan dengan kutub positif. Sifat busur pada
umumnya lebih stabil pada arus searah dari pada arus bolak balik,
terutama pada pengelasan dengan arus yang rendah. Tetapi untuk
pengelasan sambungan pendek lebih baik menggunakan arus bolak
balik karena pada arus searah sering terjadi ledakan busur pada akhir
dari pengelasan.
e. Besarnya penembusan
Untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang tinggi
diperlukan penembusan atau penetrasi yang cukup. Sedangkan
besarnya penembusan tergantung kepada sifat-sifat fluks, polaritas,
besarnya arus, kecepatan las dari tegangan yang digunakan. Pada
dasarnya makin besar arus las makin besar pula daya tembusnya.
Sedangkan tegangan memberikan pengaruh yang sebaliknya yaitu
makin besar tegangan makin panjang busur yang terjadi dan makin
dangkal. Dalam hal tegangan ada pengecualian terhadap beberapa
elektroda khusus untuk penembusan dalam yang memang
memerlukan tegangan tinggi. Pengaruh kecepatan seperti
diterangkan sebelumnya bahwa sampai pada suatu kecepatan
tertentu naiknya kecepatan akan memperdalam penembusan, tetapi
melampaui kecepatan tersebut penembusan akan turun dengan
naiknya kecepatan.
f. Kondisi standar pengelasan
Beberapa kondisi standar dalam pengelasan dengan syarat-
syarat tertentu seperti tebal pelat, bentuk sambungan, jenis
elektroda, diameter inti elektroda dan lain sebagainya, telah ada.

51
Sudah tentu bahwa kondisi standar ini harus dilaksanakan secara
seksama dari sesuai dengan bentuk dan ketelitian alur, keadaan
tempat pengelasan dan lain-lainnya.
Pada zaman sekarang pemanasan logam yang akan
disambung berasal dari pembakaran gas atau arus listrik. Beberapa
gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas
Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama
pengelasan, gas Acetylene dicampur dengan gas Oksigen murni.
Kombinasi campuran gas tersebut memproduksi panas yang paling
tinggi diantara campuran gas lain.
Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi
logam yang dilas adalah arus listrik. Arus listrik dibangkitkan
oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang
menjepit elektroda di ujungnya, yaitu suatu logam batangan yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik. Ketika arus listrik
dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan kemudian
ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah
sempit antara ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang
mengalir ini dinamakan busur (arc) yang dapat mencairkan logam.
Salah satu diantaranya ialah Pengelasan GMAW (Gas
Metal Arc Welding) adalah salah satu jenis pengelasan atau
penyambungan bahan logam yang menggunakan sumber panas
energi listrik yang dirubah atau dikonversi menjadi energi panas.
Pada proses pengelasan GMAW menggunakan kawat las yang
digulung dalam suatu rol dan menggunakan gas sebagai pelindung
logam las yang mencair saat proses pengelasan. Proses pengelasan
GMAW ini terjadi karena adanya perpindahan ion anoda dan
katoda pada base metal dan logam pengisi sehingga menyebabkan
timbulnya energi panas yang menyebabkan energi logam induk
dan filler metal mencair.

52
Gambar 4.2 Proses Pengelasan GMAW

Peralatan mesin las GMAW:


1. Voltmeter dan Amperemeter

Gambar 4.3 Voltmeter dan Amperemeter

Merupakan mesin utama yang digunakan untuk pengelasan


GMAW terdapat banyak komponen listrik yang berguna untuk
mengkonversi energi listrik menjadi panas.

53
2. Tabung Gas

Gambar 4.4 Tabung Gas CO2


Berfungsi sebagai tempat penampung dari gas pelindung (CO2, Ar, He).
3. Welding Gun

Gambar 4.5 Welding Gun

Merupakan alat-alat keluarannya gas dan kawat las jika ditekan dan
didekatkan pada benda kerja maka busur las akan menyala.

54
4. Gulungan Kawat Las

Gambar 4.6 Kawat Las

Merupakan tempat kawat las digulung, biasanya gulungan ini


dimasukkan ke dalam alat yang bernama wire feeder, diameter kawat
las GMAW antara 0,6-1,6mm.
5. Wire Feeder

Gambar 4.7 Wire Feeder

Terdapat pengatur motor penarik, ampere dan voltase yang


berfungsi untuk mengatur kecepatan keluarnya kawat Las.

55
6. Kabel Kawat Las
Tempat keluarnya atau jalannya kawat las dari wire feeder ke ujung
welding gun.
4.5 Pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding)
Pengelasan ini terbagi menjadi dua penerapan pada material :
a. MAG (Metal Active Gas)
Pada pada penerapan di jenis material ferro digunakan metode pengelasan
FCAW (Flux Cored Arc Welding).
b. MIG (Metal Inert Gas)
Sedangkan pada pengelasan ini lebih digunakan untuk mengelas bahan
material non ferro.
Jenis metode transfer pada pengelasan GMAW, terdapat empat macam yaitu:
1. Spray
• untuk pengelasan lebih dari 220A
• Voltase lebih dari 26V
• Deposit pengelasan tinggi
• material tebal
• pengelasan datar
• tidak menggunakan CO2
2. Globular
• Untuk proses las MAG
• Menggunakan gas CO2
• Kedalaman penetrasi antara spray dan dip (short circuit)
3. Short Circuit
• Arus las kurang dari 200A
• Voltase kurang dari 24V
• Untuk pengelasan yang tipis
4. Pulsed
• Rentan frekuensi sekitar 50-300 Pulse/detik
• Digunakan untuk root atau akar las

56
Cara membaca kawat pada pengelasan GMAW, diklasifikasikan dengan
kode ER XXS-X yang mempunyai pengertian sebagai berikut:
a. Kode ER: Elektroda atau welding root
b. Kode XX: Kekuatan tarik dari kawat las dikalikan 1000Psi, misal. Jika
diisi 70 berarti 70 x 1000 Psi.
c. Kode S: Solid wire, artinya bentuk dari kawat las adalah solid atau tidak
berongga.
d. Kode X: Salutan atau komposisi kimia dari kawat las.
Fungsi dari pengelasan GMAW, pengelasan ini fungsinya sama dengan
proses yang lain yaitu, Menyambung 2 logam atau lebih untuk mendapatkan
kekuatan sambungan yang sesuai dengan standar yang digunakan. Namun
yang membedakan adalah las GMAW termasuk dalam proses las semi
otomatis.
Kelebihan pengelasan GMAW:
• Mempunyai efisiensi pengelasan yang tinggi.
• Dapat digunakan untuk semua jenis material dan posisi pengelasan.
• Tidak menghasilkan kerak, sehingga tidak perlu proses machining.
Kekurangan pengelasan GMAW:
• Sering terjadi burn back.
• Jika gas pelindung tidak keluar sempurna dapat terjadi cacat porosity.
• Set up pengelasan yang harus lebih detail agar hasil lasan maksimal.
• Busur tidak stabil.
Sebagian besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuhan dengan
udara atau uap air, sebagai contoh adalah logam besi mempunyai karat, dan
aluminium mempunyai lapisan putih di permukaannya. Pemanasan dapat
mempercepat proses korosi tersebut. Jika karat, kotoran, atau material lain
ikut tercampur ke dalam cairan logam lasan dapat menyebabkan
kekeroposan deposit logam lasan yang terbentuk sehingga menyebabkan
cacat pada sambungan las.

57
4.6 Pengelasan FCAW (Flux Cored Arc Welding)
Di era sekarang Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin
maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena pengelasan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan reparasi logam. Teknik
penyambungan logam dengan pengelasan mulai dikembangkan sejak abad ke
19. FCAW (Flux Cored Arc Welding) merupakan las busur listrik fluks inti
tengah / pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara proses
SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan
menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui
trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok
filler kawat las secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di
antara ujung filler kawat las dan metal induk. Baja yang digunakan adalah baja
karbon rendah yang juga disebut baja lunak, baja lunak ini adalah baja yang
mudah dilas, dapat dilas dengan semua cara pengelasan. Kemampuan suatu
jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbeda-beda, media pendingin
merupakan suatu subtansi yang berfungi dalam menentukan kecepatan
pendinginan yang dilakukan terhadap material yang telah diuji dalam perlakuan
panas.
Dalam konstruksi kapal baja sangat diperlukan karena merupakan
bahan utama dari konstruksi kapal tersebut. Baja karbon rendah merupakan
jenis baja yang sering digunakan untuk pembuatan konstruksi yang
memerlukan sifat keuletan dan ketangguhan yang tinggi. Dengan kekerasan
95-145 Brinell dan kekuatan tarik 320-550 MPa, baja karbon rendah sering
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kapal, jembatan, rangka dan
struktur konstruksi bangunan dan juga mesin.
Baja SS 400 adalah jenis baja carbon yang mempunyai kadar karbon
rendah yaitu dibawah 0,3%. Pada bidang perkapalan baja karbon rendah
merupakan bahan utama untuk pembuatan konstruksi kapal, seperti
pada konstruksi lambung kapal. Las FCAW (Flux-Cored Arc Welding)
merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai

58
elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan kawat (rol) yang gerakannya
diatur oleh motor listrik. Las ini menggunakan gas argon sebagai pelindung
busur.
Las FCAW adalah proses otomatis yang memanfaatkan elektroda
wire roll untuk mencairkan logam. Selain itu, FCAW memiliki sejumlah
keunggulan dibandingkan teknik pengelasan umum karena teknik ini
memiliki kontrol yang lebih baik serta sifat tarik las baja rendah. Dalam
pengelasan ada penggolongan posisi dalam pengelasan. Posisi pengelasan
tersebut adalah 1G, 2G, 3G, dan 4G. Dari penggolongan tersebut pada
dasarnya posisi pengelasan secara garis besar digolongkan pada posisi down
hand, horizontal, vertical, dan overhead. Terlebih lagi pada proses
pengelasan berkelanjutan yaitu suatu konstruksi memerlukan pengelasan
yang berurutan yang cepat dengan posisi yang berbeda-beda.

Gambar 4.8 Posisi Pengelasan

Dengan adanya keharusan posisi tersebut, maka akan memberikan


hasil yang berbeda terhadap kekuatan dan kekerasan hasil lasan. Las FCAW
(Fluks Core Arc Welding) mempunyai dua tipe perlindungan yang dibedakan
yaitu:
1. Self Shelding

Adalah proses pengelasan FCAW yang menggunakan fluks


yang berada di inti kawat las untuk melindungi logam las saat
mencair.

59
2. Gas Shelding

Adalah proses pengelasan FCAW yang menggunakan fluks dan


tambahan gas yang berasal dari luar atau gas dari tabung.
4.7 Klasifikasi Dalam Pengelasan
Dalam proses pengelasan hal yang paling mendasar pada pelaksanaan
pembagian proses pengelasan yang di laksanakan dalam perancangan.

Gambar 4.9 Klasifikasi Pengelasan


Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa proses pengelasan dapat dibagi dalam
tiga bagian utama yaitu pengelasan (fusion welding), pengelasan tidak mencair (solid
state welding), dan soldering/brazing. Peralatan pemanas atau pencair logam dapat
didasarkan pada penggunaan energi listrik, energi gas, atau energi mekanik.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, Pengelasan cair yang banyak di gunakan dalam
praktik di dunia industri. Salah satu metode pengelasan, sehingga dalam penggunanya
biasa di gunakan dengan cara yang lebih teliti.
a. Posisi Dalam Pengelasan
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah gerakan arah dari elektroda
las yang mengitari posisi yang diinginkan antara lain:
➢ Posisi pengelasan Flat (1G)

60
Posisi 1G adalah yang dimana terjadi sebuah pengelasan dengan
logam dasar berada di bawah tangan solusi dari masalah ini yaitu
dengan las alur bulan sabit atau wavy yang bila mana misal saja terjadi
pada pipa yang cukup diputar saja atau pada plat yang memiliki
ketebalan tertentu.

➢ Posisi Pengelasan Horizontal (2G)

Gambar 4.10 Posisi Las 1G


Pengelasan 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu
pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal
mengelilingi plat, serta pada posisi sambungan antara plat datar di
lakukan juga pada posisi sudut electrode pengelasan plat 2G yaitu
90, panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter electrode,
bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las.
Panjang busur diusahakan se pendek mungkin yaitu ½ kali
diameter.

Gambar 4.11 Posisi Las 2G

61
➢ Posisi Pengelasan Vertikal (3G)
Pengelasan jenis 3G merupakan pengelasan yang tersulut
dikarenakan pengelasan jelas ini biasanya membutuhkan skil yang
baik serta biasanya terjadi penumpukan pada bagian ujung dan
dalam pengerjaan biasanya 70-80 pada posisi filler yang diijinkan.

Gambar 4.12 Posisi Las 3G

➢ Posisi Pengelasan Overhead (4G)


Pengelasan dengan posisi elektroda berada di bawah logam
dasar dan welder berada di bawah logam dasar serta saat terjadi
proses pengelasan tetesan lelehan logam saat dilakukan akan
mengenai anggota tubuh yang berada di bawah logam dasar
tersebut dengan menggunakan APD lengkap yang meliputi sarung
tangan las, sepatu boot serta baju las dan helm las yang aman.

Gambar 4.13 Posisi Las 4G

62
4.8 Pengelasan Pada Block Kapal BRS 2
Sebelum mejadi sebuah kapal utuh ada berapa proses yang harus dilakukan
salah satunya setelah bahan material dari gudang SSH (Stell Stock House)
kemudian dilakukan pembersihan kerak dengan shoot metal blasting sekaligus
pengecatan guna melindungi plat dari korosi.
Kemudian masuk ke sub assembly disini plat yang sudah melalui serangkaian
proses pra penyambungan disatukan menjadi bentuk-bentuk part kecil dari bagian
blok kapal. Part yang biasanya di satukan di bengkel sub assembly adalah:
1. Panel-panel kapal
2. Wall atau dinding
3. Lambung kapal

4.9 Pengelasan FCAW di Bengkel Sub Assembly


Metode pengelasan ini banyak mendominasi dan menjadi proses pengelasan
inti di bengkel sub assembly. Di bengkel ini berfungsi untuk menyambungkan
part-part kecil dari sebuah kapal. Pengelasan FCAW menggunakan kawat las
tubular berongga dengan menggunakan gas CO2 sebagai gas pelindung.

Gambar 4.14 Kawat FCAW Gambar 4.15 Gas CO2

Sebelum proses pengelasan dilakukan, seorang welder memperhatikan


langkah pengerjaan yang terdapat pada WPS (Welding Procedure Specification).
Dalam setiap proses perencanaan produksi dari pembuatan part, harus
memperhatikan assembly yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh

63
kecepatan waktu serta biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, melalui perkiraan yang dibutuhkan sehingga dalam pelaksanaan
pengelasan harus ada peraturan yang digunakan
Yaitu WPS No 112 berguna untuk memperoleh data yang bersifat kontinu serta
beberapa komponen outfitting seperti, deck pada kapal serta akomodasi penyedia
kapal lainnya. Sehingga dalam proses pengelasan di bengkel sub assembly yang
dilaksanakan PT PAL harus mempunyai kualifikasi juru las yang akan ditentukan
dan akan mempengaruhi ketepatan pembuatan kapal.

Gambar 4.156 Welding Procedure


Specification

64
4.10 Pengelasan Material
Sebelum dilakukan pengelasan material diberikan tack weld di kedua
ujungnya agar tidak terjadi miss-alignment. Selanjutnya dilakukan preheating
menggunakan blander secara merata di permukaan material sampai mencapai
temperatur yang diinginkan. Setelah itu dilakukan pengelasan layer pertama.
Karena di dalam proses pengelasan terjadi perpindahan panas maka suhu material
akan naik. Sebelum dilakukan pengelasan untuk layer berikutnya material
didinginkan dalam suhu kamar sampai mencapai titik preheat awal (interphase
temperature).
Pengelasan dilakukan pada Bengkel Sub – Assembly menggunakan jenis
pengelasan FCAW. Pengelasan dilakukan dengan parameter seperti tabel dibawah
ini.

65
Tabel 4.1 Parameter Pengelasan

Pengelasan Voltage Ampere Speed (mm/s) Electrode Diameter Shielding Polaritas


(mm) gas

Layer 1 Layer 2 - dst


bawah atas bawah atas bawah atas
FCAW 24 25 210 225 230 260 K-71T 1.2 CO2 DCEP DCEN

66
Kemudian setelah itu mulai melakukan proses pengelasan berikut gambar
proses dan hasil pengelasan:
`

Gambar 4.17 Proses Pengelasan

Gambar 4.18 Hasil Pengelasan

67
4.11 Pengujian Pengelasan

Setelah melaksanakan proses pengelasan dibutuhkan hasil dari pengujian


pengelasan tersebut. Disini kami menggunakan pengujian tarik untuk
mengetahui kekuatan dari pengelasan FCAW yang dijadikan pedoman
dibengkel Sub-Assembly. Apabila sepasang gaya tarik aksial menarik suatu
batang dan akibatnya batang tersebut cenderung menjadi renggang atau
bertambah panjang, dan gay tersebut menghasilkan tegangan tarik dalam
(internal) aksial pada batang disuatu bidang yang terletak tegak lurus atau
normal terhadap sumbunya.
Rumus tegangan tarik :
𝑷
𝛔 = N/mm2
𝑨
Dimana :

𝛔 : tegangan tarik (N/mm2)


P : gaya max (N/mm2)
A : luas penampang mula-mula (mm2)

Gambar 4.19 Data Hasil Uji Tarik

Bentuk material : Silinder


Diameter : 50 mm
Tekanan max : 597 N/mm2

68
Mencari luas penampang mula-mula
𝒅
A = π ( )2
𝟐
𝟓𝟎
= 3,14 x ( )2
𝟐
= 3,14 x 625
= 1962,5 mm2

Menghitung nilai tegangan tarik

𝟓𝟗𝟕
𝛔 =
𝟏𝟗𝟔𝟐,𝟓
= 0,3042 N

69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Kerja Praktek yang telah dilakukan di PT. PAL Indonesia, maka
dapat disimpulkan:
1. Proses pemasangan panel pada blok Kapal Bantu Rumah Sakit 2
menggunakan metode las Gas Metal Arc Welding (GMAW) dengan jenis
las yaitu Flux Cored Arc Welding (FCAW) menggunakan kawat las tubular
berongga di bengkel Sub-Assembly Departemen Konstruksi Lambung
(Hull Construction).
2. Mesin las Flux Cored Arc Welding (FCAW) menggunakan gas pelindung
karbondioksida (CO2) untuk melindungi cairan logam agar tidak bercampur
dengan udara lingkungan yang dapat merusak kekuatan sambungan las dan
adanya flux saat proses las dilakukan membantu menghilangkan kerak kotor
yang terjadi pada hasil pengelasan.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja yang dihasilkan PT. PAL Indonesia, penulis
memberikan saran yang dapat digunakan sebagai pertimbangan :
1. Melakukan pembinaan terhadap karyawan mengenai SOP keselamatan
kerja (tidak menggunakan sarung tangan las dan merokok di area bengkel).
2. Memaksimalkan waktu yang tersedia agar kegiatan produksi meningkat.
3. Memperbaiki alat yang rusak sehingga proses pengerjaan menjadi lebih
optimal.
4. Melakukan perawatan alat secara berkala untuk meminimalisir kerusakan
akibat penggunaan.

70
DAFTAR PUSTAKA

Analisa Pengaruh Variasi Kampuh Las dan Arus Listrik Terhadap Kekuatab Tarik Dan
Struktur Mikro Sambungan Las GMAW (Gas Metal Arc Welding) pada Aluminium
6061. (2019). Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. 7, No. 4 Oktober 2019, 2-3.
Hadi, E. S. (2009). ANALISA PENGELASAN MILD STEEL (ST.42) DENGAN PROSES
FCAW DAN SAW DITINJAU DARI KEKUATAN DAN NILAI EKONOMIS.
Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 6, 2-
3.
PAL, P. (2018). DOKUMEN PT PAL INDONESIA. Welding Procedure Specification, 7-9.
RISWAN DWI DJAMIKO, M. (2008). STM 234 (2 SKS TEORI) JURUSAN
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA. TEORI
PENGELASAN LOGAM, 1-8.
Savik, I. (2019). Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang. Estimasi Biaya Pengelasan SMAW Pada Fabrikasi Outfitting Di Divisi
Kapal Niaga PT PAL INDONESIA Yang Mengacu Pada WPS No 98, 54-55.

71

Anda mungkin juga menyukai