PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
sebagian wilayahnya terdiri dari pulau-pulau yang dipisahkan oleh perairan
sehingga bentang antar pulau yang beragam, dari yang berdekatan hingga
berjauhan. Dan dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan. Dengan
demikian Indonesia termasuk salah satu negara dengan garis pantai
terpanjang di dunia.
1
PT PAL Indonesia (Persero) berubah dari Perusahaan Umum menjadi
Perseroan Terbatas. Peran PT PAL INDONESIA (Persero) semakin kuat
setelah dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan
di mana BUMN strategis diberi ruang yang lebih luas. Berdasarkan UU
tersebut PT PAL INDONESIA (Persero) secara profesional mengemban
amanah sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung
pemenuhan kebutuhan alutista matra laut dan berperan sebagai pemandu
utama (lead integrator) matra laut.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan di bahas dalam laporan praktek kerja
nyata adalah sebagai berikut :
a. Proses pemasangan panel pada block kapal.
3
kegiatan- kegiatan dalam bidang teknik mesin yang diterapkan
oleh PT.PAL INDONESIA (Persero).
1.5 Manfaat Praktek Kerja di Industri
4
lapangan.
3. Studi Literatur
5
BAB II
PROFIL PERUSAHAN
6
Ketika perang dunia II,KAIGUNSE 21-24 BUTAI, diambil alih oleh
pemerintah Belanda. Mulai 1 Maret 1947, ME menjadi Admiralteis bendrifj
yang dipakai oleh direktur bawah koordinasi Admiralteis Dien Senten di
Belanda. Pada tahun 1949 setelah penyerahan kedaulatan pada pemerintah
RI, ME dijadikan Penataran Angkatan Laut (PAL) dimana PAL dibawah
pemerintah RI khususnya kementrian perhubungan. Pada tahun 1961,
Presiden RI Ir Sokarno memberikan Surat Keputusan nomor 370 tertanggal
1 Juli 1961 yang selanjutnya Penataran Angkatan Laut dipergunakan oleh
AL RI yang diatur Menteri Pertahanan dan Keamanan Nasional.
Tugas dan pernan PAL tetap yaitu mendukung pemeliharaan dan
perbaikan kapal. PAL terus berperan dan berkembang sesuai dengan irama
perlembangan teknologi dan mengalami perubahan pengelolaan seirama
dengan perubahan politik pemerintahan saat itu. Jumlah jumlah karyawan
PAL pernah mencapai 12.000 orang, yaitu ketika berstatus sebagai
Komando Penataran Angkatan Laut (KONATAL) atau sebelum berstatus
sebagai PERUMPAL pada tahun 1978.
Pada tanggal 15 April 1980, pemerintah merubah status Perusahaan
dari Perusahaan Umum menjadi Perseron Terbatas sesuai dengan akata no.
12, yang dibuat oleh Notaris Hadi Moentoro,SH., PAL berubah menjadi PT.
PAL INDONESIA ( persero ) hingga sekarang. Lokasi Perusahaan di
Ujung, Surabaya, dengan kegiatan utama memproduksi kapal perang dan
kapal niaga, memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta
rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan pesanan.
Kemampuan rancang bangun yang menonjol dari PT. PAL
INDONESIA (Persero) telah memasuki pasaran internasional dan
kualitasnya telah diakui dunia. Kapal-kapal produksi PT. PAL
INDONESIA (Persero) telah mendunia.
7
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
PT. PAL INDONESIA mempunyai reputasi sebagai kekuatan utama
untuk pengembangan industri maritim nasional. Sebagai usaha untuk
mendukung pondasi bagi industri maritim, PT. PAL INDONESIA bekerja
keras untuk menyampaikan pengetahuan, ketrampilan dan teknologi untuk
masyarakat luas industri maritim nasional.Usaha ini telah menjadi relevan
sebagai pemegang kunci untuk meningkatkan industri maritim nasional.
Pengenalan lebih luas di pasar global telah menjadi inspirasi PT. PAL
INDONESIA untuk memelihara produk yang berkualitas dan jasa yang
sempurna Penajaman Visi dan Misi yang telah dilakukan oleh perusahaan,
tetap menjadi pedoman dalam menjalankan dan menjaga kelangsungan
operasi perusahaan ke depan di tengah-tengah iklim persaingan bisnis pasar
global yang semakin menuntut kemampuan daya saing.
Visi :
“Perusahaan konstruksi dibidang industri maritim dan energi berkelas
dunia”
Misi :
a. Kami adalah pembangun, pemelihara dan penyedia jasa rekayasa untuk
kapal atas dan bawah permukaan serta Engineering Procurement dan
Construction dibidang energi.
b. Kami adalah penyedia layanan terpadu yang ramah lingkungan untuk
kepuasan pelanggan.
c. Kami berkomitmen membangun kemandirian industri pertahanan dan
keamanan matra laut, maritim dan energi kebanggaan nasional.
8
2.3 Tugas Pokok PT. PAL INDONESIA (Persero)
a. Melaksanakan rancang bangun kapal maupun non kapal. Yaitu,dengan
merancang kapal baik berupa kapal perang, kapal pesiar, kapal niaga,
kapal selam dan lain- lain. Selain merancang kapal juga merancang
produk yang bukan kapal misalnya mesin turbin, alat penghancur
sampah, offshore kilang minyak tengah laut dan sebagainya.
9
2.4 Struktur Organisasi
2. Organisasi Struktural
10
eksternal manajemen ISO 9001, 14001 & ISO 45001 untuk
menjaminkeberlangsungan sertifikat ISO (ISO 9001, ISO 14001
dan ISO 45001).
3. Menjadi penghubung antara pihak badan sertifikasi dan
organisasi, untuk pengaturan jadwal audit, kekurangan
dokumen, dengan unit kerja terkait.
4. Membantu direktur utama dalam menyelenggarakan penilaian
sistem pengendalian, pengelolaan serta memberikan saran
perbaikannya.
5. Sebagai mitra strategis unit kerja dalam mencapai sasaran usaha.
11
4. Direktorat Produksi
1. Divisi Desain
12
sefektif mungkin.
3. Divisi Kapal Perang
13
material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif
mungkin.
5. Divisi Pemasaran dan Penjualan Bangunan Kapal
14
(5) Membuat laporan evaluasi setelah proyek selesai.
15
ketidaksesuaian pada hasil keluaran desain, material, equipment
maupun produk.
(3) Melaksanakan garansi terhadap hasil produksi kapal baru,
rekayasa umum dan harkan serta bidang kalibrasi.
(4) Bertanggung jawab atas pelaksanaan ISO 9001, ISO 17025, dan
ASME. (5)Merancang strategi dan sistem pengelolaan jaminan
kualitas atas pengendalian mutu bersama-sama fungsi terkait,
mulai dari identifikasi material, proses produksi sampai dengan
pemeriksaan dan pengujian akhir.
(6) Menindaklanjuti keluhan pelanggan terhadap aspek teknis
selama masa garansi.
(7) Melaksanakan pengurusan dan pengelolaan sertifikat atau surat-
surat bangunan kapal baru dan produk non kapal.
4. Divisi Supply Chain
16
(7) Melakukan koordinasi dengan Divisi Desain atas kajian
spesifikasi material untuk proyek dalam rangka pembuatan
annex to order.
(8) Melaksanakan seleksi dan akrediasi penyediaan barang dan jasa
sesuai dengan bidangnya dengan menerbitkan Surat Keterangan
Terdaftar, serta mengkoordinir pelaksanaan survey, evaluasi
pengadaan jasa dan menerbitkan surat keterangan terpilih.
(9) Melakukan monitoring kedatangan material/ peralatan impor
beserta proses penyelesaian kepabeanan termasuk klaim kepada
penyedia jasa.
(10) Melaksanakan pengelolaan dan perawatan material perdagangan
dan material sisa produksi.
5. Divisi Penjualan Rekayasa Umum dan Harkan (Rekumhar)
17
calon pemesan.
(7) Menawarkan jasa perbaikan produk kapal maupun non kapal
berserta proposal solusinya dengan dukungan feastibility study
proyek sehingga customer dapat memperoleh informasi prospek
proyek sebagai dasar pengambilan keputusan.
(8) Mengembangkan hasil konseptual desai berdasarkan database
dan kebutuhan market termasuk kemungkinan menggunakan
proven desain (kerjasama) dari pihak lain.
(9) Melakukan kerjasama dengan unit lain terkait dalam melakukan
analisa harga pasar, prakualifikasi, tender, penawaran, estimasi,
klarifikasi, negoisasi sampai dengan penandatanganan kontrak.
(10) Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal untuk
menciptakan market yang berskala nasional maupun
internasional.
(11) Melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelangaan dan
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek dari aspek
komersial yang dapat digunakan sebagai referensi proyek
selanjutnya.
6. Direktorat Keuangan
18
(4) Menyusun laporan implementasi KPKU.
(5) Membuat Ship Building Line Chart (SBLC) proyek kapal baru
dan proyek rekayasa umum beserta revisinya.
(6) Membuat Integrated Schedule per proyek kapal baru,
mebgusulkan budget HPP dan membuat kebijakan pembangunan
per proyek serta merencanakan kapasitas produksi.
(7) Melaksanakan fungsi budgeting dan kontrol proyek kapal baru
dan rekayasa umum.
(8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi IPP, SBLC dan
Integrated Schedule.
(9) Mengelola kinerja anak perusahaan dan korporasi.
19
perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
(2) Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan perusahaan.
4. Divisi Teknologi Informasi
20
(5) Mengendalikan biaya-biaya yang menjadi beban unit kerjanya.
(6) Mengelola dan mengembangkan hubungan internal dan
eksternal perusahaan sesuai bidangnya.
(7) Memimpin dan membina bagian yang menjadi tanggung
jawabnya.
(8) Berperan sebagai wakil manajemen (Management
Representative) dalam bidang standarisasi dan ISO.
6. Divisi Kawasan
21
BAB III
LANDASAN TEORI
Dalam kerja paktek ini kami ditempatkan pada divisi Kapal Niaga yang
memiliki tugas pokok salah satunya adalah membuat kapal yang digunakan untuk
TNI AL maupun Non TNI AL. Divisi Kapal Niaga sendiri terdiri dari 6
departemen dimana masing-masing terdiri dari beberapa biro. Adapun penjelasan
dari tugas masing-masing departemen beserta struktur organisasinya adalah
sebagai berikut:
DIVISI KAPAL
NIAGA
22
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas mengolah data & gambar dari divisi teknologi dan divisi
desain menjadi gambar lebih detail seperti Block Division, Sequence Block
Production, Margin Plate; serta merencanakan dan menyusun prosedur
produksi yang optimal Laporan On the Job Training PT. PAL Indonesia
(Persero)
2. Biro Perencanaan Konstruksi
Bertugas merencanakan jadwal kerja seperti Integrated, Master,
Monthly, Weekly Schedule, yang merupakan penjabaran dari Ship Building
Line Chart (SBLC) dan menerbitkan lembar perintah pekerjaan (LPP) serta
melaksanakan perencanaan material produksi dengan menerbitkan Permintaan
pengadaan material (M01), Bukti pengeluaran barang (M04), Bukti
pengembalian barang (M07). Semua kegiatan yang dilakukan biro ini hanya
dalam kelompok pekerjaan Konstruksi Lambung.
3. Biro Perencanaan Outfitting
Bertugas merencanakan jadwal kerja seperti Integrated, Master,
Monthly, Weekly Schedule, yang merupakan penjabaran dari Ship Building
Line Chart (SBLC) dan menerbitkan lembar perintah pekerjaan (LPP) serta
melaksanakan perencanaan material produksi dengan menerbitkan Permintaan
pengadaan material (M01), Bukti pengeluaran barang (M04), Bukti
pengembalian barang (M07). Semua kegiatan yang dilakukan biro ini hanya
dalam kelompok pekerjaan Outfitting termasuk PalletizingI di dalamnya.
4. Biro Analisa dan Evaluasi
Bertugas membuat perencanaan dan revisi jadwal produksi,
perencanaan jam orang (manhours) serta analisa dan evaluasi terhadap aspek-
aspek produksi.
5. Biro Keuangan
Bertugas menyusun perencanaan anggaran atau budget setiap kegiatan
23
produksi di lingkungan divisi kapal niaga.
6. Biro Palletizing
Bertugas menyusun kebutuhan material kapal yang akan di instal dan
melaksanakan distribusi sesuai kebutuhan pelaksanaan.
24
6. Bengkel Block Blasting
Bertugas melakukan blasting dan pengecatan terhadap blok-blok yang
telah dibuat di bengkel MPL (Main Panel Line) dan CBL (Curved Block Line).
25
blok, pengecekan akurasi dan keel deflection, tank test, dan host test
launching way secara optimal.
5. Bengkel Las I
Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
pekerjaan pengelasan joint grand block, pengelasan joint erection, dan
pengecekan akurasi secara optimal.
6. Bengkel Las II
Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
pekerjaan pengelasan joint grand block, pengelasan joint block
erection, dan pengecekan akurasi secara optimal
7. Bengkel Perancah (Scaffolding) dan Tank Test
Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pekerjaan
pemasangan, pembongkaran, penyimpanan, dan perawatan perancah
serta tank test berdasarkan gambar produksi yang diterima dan disesuaikan
dengan budget, sarana, fasilitas, SDM, dan jadwal produksi yang telah
ditetapkan.
26
erection sesuai dengan kaidah FOBS.
3. Bengkel Perpipaan
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan fabrikasi pipa untuk seluruh sistem
pada kapal dan instalasi perpipaan untuk sistem tertentu yang ada di
kamar mesin setelah proses erection
4. Bengkel Welding MO / EO
Bertanggung jawab untuk merencanakan, mempersiapkan, dan
mengendalikan kebutuhan welder dan mesin las dalam lingkup
kegiatan instalasi di FOBS atau on board departemen MO & EO.
5. Bengkel Steel Work Engine Room
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan produksi atau fabrikasi pada
bengkel pelat tipis untuk semua komponen yang hanya ada di kamar
mesin.
6. Bengkel Permesinan
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan produksi atau fabrikasi yang
berkaitan dengan sistem penggerak utama dan sistem pendukungnya
seperti pembuatan poros, rudder, propeller, dsb.
7. Bengkel Machinery Outfitting
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan instalasi yang hanya berkaitan
dengan seluruh sistem permesinan beserta penunjangnya pada
kamar mesin
8. Bengkel Electrical Outfitting
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan yang berkaitan dengan sistem
kelistrikan di seluruh bagian kapal.
27
3.6 Departemen HO (Hull Outfitting) dan AO (Accomodation Outfitting)
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang mencakup
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian
pekerjaan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan dalam lingkup departemen HO
& AO. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen HO & AO membawahi 1
(satu) biro dan 8 (delapan) bengkel:
1. Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk menjabarkan dan melaksanakan program kerja
Departemen HO & AO dalam kegiatan produksi di lingkup departemen
bersangkutan, sehingga diperoleh teknik / proses produksi yang efektif dan
efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal.
2. Bengkel FOBS HO/AO
Bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemasangan atau
instalasi sistem dan peralatan yang ada di kapal dari upper deck hingga
baseline, dari FP sampai AP (kecuali kamar mesin) sebelum proses erection
sesuai dengan kaidah FOBS.
3. Bengkel Fabrikasi Pelat Tipis
Bertanggung jawab atas proses kegiatan produksi atau fabrikasi
perlengkapan yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari pelat tipis (10
mm).
4. Bengkel Sistem Hull Outfitting
Bertanggung jawab untuk melaksanakan, dan mengendalikan semua
kegiatan instalasi perlengkapan, komponen steel work, pipa, dan machinery
deck pada area cargo hold, shell plating, main deck, dan forecastle.
5. Bengkel Sistem Accomodation Outfitting
Bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengendalikan semua
kegiatan instalasi perlengkapan, komponen steel work, dan akomodasi pada
area poop deck, bridge deck, navigation room, hingga top deck.
6. Bengkel Joiner
Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan fabrikasi dan instalasi
28
furniture, lining, ceiling dan cabin room equipment.
7. Bengkel Cat
HO Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengecatan
dalam lingkup pekerjaan hull outfitting.
8. Bengkel Cat AO
Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengecatan dalam
lingkup pekerjaan accomodation outfitting.
9. Bengkel Welding HO
Bertanggung jawab untuk merencanakan, mempersiapkan, dan
mengendalikan kebutuhan welder dan mesin las dalam lingkup kegiatan
instalasi di FOBS atau on board departemen HO & AO.
29
3. Biro Dok dan Launching
Bertanggung jawab dalam kegiatan penyiapan ,pengoperasian,
pengelolaan, dan pengawasan fasilitas dermaga (tali tambat), dok dan launching
(ganjal/jig, launching way, runner way), alat angkat berat, alat angkat dan
angkut produksi.
4. Biro Utilitas dan Logistik
Bertanggung jawab dalam merancang/ mengembangkan sistem dan
pelaksanaan kegiatan pelayanan utilitas dan logistik seperti; penyiapan dan
pengoperasian serta pengaturan sarana utilitas (listrik, gas, udara, air, oksigen,
acetylene, nitrogen/N2, CO2); pengkoordinasian dengan fungsi terkait dalam
pengecekan berkala terhadap slang (oksigen, asetilena, CO2), penyiapan dan
pengaturan seremonial kapal, pembuatan jadwal pelaksanaan kalibrasi alat ukur
(teodolit, automatic levelling, dsb.); pengaturan sarana dan fasilitas penunjang
(blower, lampu penerangan dan mesin las); penyediaan dan pengaturan
distribusi material penunjang meliputi material bantu (steel shot), peralatan
kerja dan kelengkapan kerja sesuai kebutuhan bengkel pelaksana.
30
Pada dok Semarang ini dilengkapi dengan 4 crane pendukung LLC (Level
Loufting Crane) kapasitas angkut 40-ton dan sebuah crane besar yang
berkapasitas angkut hingga 300 Ton yang diberi nama Goliath, Mempunyai
ukuran panjang 300 (200+100) m; kedalaman 10 m; dan lebar 32 meter.
7. Graving Dok Irian (20.000 DWT) · Pada Dok Irian ini memiliki
kemampuan lebih kecil untuk melakukan pembangunan kapal baru ataupun
reparasi kapal. Dok Semarang didukung oleh 2 crane untuk reparasi maupun
bangunan baru.
8. Fasilitas Bengkel
Untuk fasilitas bengkel di PT. PAL Indonesia (Persero) cukup lengkap.
Karena disini sudah memiliki beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh
galangan lain. Bengkel-bengkel ini di bawahi oleh departemen-departemen
di Divisi Kapal Niaga yang digunakan untuk proses manufacturing.
Bengkel-bengkel ini melaksanakan proses manufacturing berdasarkan
gambar kerja yang dibuat oleh Departemen PPC. Proses manufacturing yang
dilakukan adalah mengolah material yang berupa lembaran plat dan baja
31
profil untuk diproses dengan berbagai proses permesinan, melakukan proses
assembly dan instalasi peralatan pendukung hingga menghasilkan bentuk
kapal utuh.
3.9 Proses Produksi Kapal Niaga
Secara umum proses pembuatan kapal di PT. PAL Indonesia (Persero)
terdiri dari beberapa proses, yaitu desain, pengadaan material, proses permesinan
(manufacturing) dan perakitan (assembly). proses desain meliputi spesifikasi
desain dan pembuatan Shop drawing (gambar kerja). Berikut adalah bagan
mengenai urutan proses produksi serta divisi-divisi di PT. PAL Indonesia
(Persero) yang terkait dalam pembuatan kapal niaga. Divisi Perbendaharaan ,Tim
Proyek, Divisi Teknologi, Divisi Pengadaan dan Divisi Kapal Niaga.
Divisi
Perbendaharaan
Divisi Pengadaan
32
3.10 Proses Manufacturing
Proses manufacturing dilaksanakan oleh bengkel-bengkel yang di
bawahi oleh departemen-departemen di Divisi Kapal Niaga. Bengkel-bengkel
ini melaksanakan proses manufacturing berdasarkan gambar kerja yang dibuat
oleh departemen PPC. Proses manufacturing yang dilakukan adalah mengolah
material yang berupa lembaran plat dan baja profil untuk diproses dengan
berbagai proses permesinan, melakukan proses assembly dan instalasi peralatan
pendukung hingga menghasilkan bentuk kapal utuh. Berikut adalah diagram
alur proses manufacturing kapal niaga.
33
Alur proses produksi di PT. PAL Indonesia (Persero) sudah dapat akan
jelaskan bagaimana proses dari perjalanan lembaran lembaran plat hingga
menjadi sebuah blok dan digabungkan untuk dijadikan sebuah kapal. Semua di
awali dengan pemesanan plat, yang mana plat plat yang akan di pesan ini sudah
memiliki jumlah yang ditentukan. Dan setelah material datang maka akan
menempati gudang plat atau bengkel SSH ( Steel Stock House). Untuk proses-
proses apa saja yang terjadi di tiap bengkel ada di lampiran.
3.11 Steel Stock House (Gudang Plat)
PT. PAL Indonesia (Persero) merupakan salah satu galangan di Asia
Tenggara yang memiliki fasilitas bengkel terlengkap, dimana fasilitas yang ada
pada galangan ini termasuk lengkap. Untuk gudang plat pada PT. PAL
Indonesia (Persero) memiliki keuntungan sendiri. Dimana gudang ini langsung
menyatu dengan bengkel fabrikasi dan langsung mengalir ke Grand Assembly.
34
marking, cutting, cutting, welding, dan fitting. Blasting merupakan proses
pengelupasan permukaan plat yang kotor atau berkarat dengan cara
menyemprotkan biji besi pada permukaan plat.
Untuk mesin blasting di bengkel fabrikasi PT. PAL Indonesia (Persero)
sudah tampak tua, namun masih bisa untuk dipergunakan dengan baik serta
berjalan dengan semestinya. Jika dibandingkan dengan blasting yang bertenaga
manusia atau dapat dikatakan manual blasting, waktu yang dibutuhkan sangat
berbanding terbalik. Dimana jika menggunakan mesin dapat mencapai ± 40
lembar plat sehari dengan menggunakan manual blasting maka hanya 8-10
lembar plat per hari.
35
Plat plat yang masuk ke mesin blasting masih berupa plat yang kotor
dan korosi Setelah dilakukan blasting, plat-plat akan keluar dengan warna
yang berbeda dan sudah bersih dari korosi- korosi yang ada pada plat
tersebut.
36
Dari proses-proses marking yang sudah di selesaikan, maka
37
Gambar 3.12 Mesin Cutting NC PLASMA
38
Gambar 3.14 Mesin Bending
39
Gambar 3.16 Simbol-simbol Marking
40
Untuk bengkel assembly pada PT. PAL Indonesia (Persero)
memiliki desain menyambung dengan bengkel sub Assembly Nya,
sehingga proses pengerjaan dapat terus berlanjut. Ketika seluruh plat
telah selesai di kerjakan di bengkel sub assembly, maka diteruskan ke
bengkel assembly. Disini plat/material sudah mulai di rakit menjadi
sebuah kesatuan block.
42
(Full Outfitting Body System), dimana bagian outfitting (komponen kapal)
di pasang guna mempercepat pengerjaan block agar cepat selesai. Pada
proses erection ini block- block yang sudah di cat akan di tempatkan di ruang
terbuka di luar bengkel grand assembly dan sudah siap untuk proses
erection.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
44
(welding).
Untuk dapat mengenal urutan proses pembangunan kapal dapat dilihat pada
gambar dimana tahap pembuatan dapat disamakan dengan proses fabrikasi, tahap
perakitan dapat disamakan dengan proses Sub-Assembly maupun Assembly.
4.3 Proses Outfitting Pada Kapal
45
dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas
(Wiryosumarto). Pengelasan dapat diartikan dengan proses penyambungan
dua buah logam, atau tanpa menggunakan bahan tambah dan menggunakan
energi panas sebagai pencair bahan yang dilas, pengelasan juga dapat diartikan
sebagai ikatan tetap dari benda sampai mencair dan membiarkan membeku
kembali, akan tetapi membuat bahan yang utuh. Pengelasan dibedakan pada
cara kerja alat tersebut bekerja dan bentuk pemanasannya (Wiryosumarto, dkk,
2000). Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara kerja dapat dibagi
dalam tiga kelas utama, yaitu:
1. Pengelasan cair.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
atau semburan api yang terbakar.
2. Pengelasan tekan.
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian.
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
Sebelum melakukan proses pengelasan sebaiknya diperhatikan juga
hal-hal yang mempengaruhi baiknya hasil pengelasan itu sendiri, berikut hal
yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengelasan:
A. Metalurgi Pengelasan
Dalam Pengelasan terdiri dari tiga bagian yaitu logam Pengelasan,
daerah pengaruh panas (Heat Affected Zone) dan logam induk yang tak
terpengaruh. Logam Pengelasan adalah bagian dari logam yang ada pada
waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku. Daerah pengaruh
46
panas atau HAZ adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las
yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan
pendinginan cepat. Logam induk tidak terpengaruh adalah bagian logam
dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya
perubahan–perubahan struktur dan sifat. Disamping ketiga pembagian
utama tersebut masih ada satu daerah khusus yang membatasi antara
logam las dan daerah pengaruh panas, yang disebut batas las.
Dalam pengelasan cair bermacam–macam cacat terbentuk dalam
logam las, misalnya pemisahan atau segregasi, lubang halus dan retak.
Banyaknya dan macamnya cacat yang terjadi tergantung dari pada
kecepatan pembekuan. Pada proses pembekuan logam las terjadi tiga
proses reaksi metalurgi, proses tersebut adalah:
1. Pemisahan
Di dalam logam las terdapat tiga jenis pemisahan, yaitu
pemisahan makro, pemisahan gelombang dan pemisahan mikro.
Pemisahan makro adalah perubahan komponen secara perlahan–
lahan yang terjadi mulai dari sekitar garis lebur menuju ke garis
sumbu las, sedangkan pemisahan gelombang adalah perubahan
komponen karena pembekuan yang terputus yang terjadi pada
proses terbentuknya gelombang manik las. Pemisahan mikro adalah
perubahan komponen yang terjadi dalam satu pilar atau dalam
bagian dari satu pilar.
2. Vaporasi
Lubang–lubang halus terjadi karena adanya gas yang tidak
larut dalam logam padat. Lubang–lubang tersebut disebabkan
karena tiga macam cara pembentukan gas sebagai berikut: yang
pertama adalah pelepasan gas karena perbedaan batas kelarutan
antara logam cair dan logam padat pada suhu pembekuan, yang
kedua adalah terbentuknya gas karena 6 adanya reaksi kimia di
dalam logam las dan yang ketiga penyusupan gas ke dalam
47
atmosfir busur. Gas yang terbentuk karena perbedaan batas
kelarutan dalam baja adalah gas hidrogen dan gas nitrogen,
sedangkan yang terjadi karena reaksi adalah terbentuknya gas CO
dalam logam cair dan yang menyusup adalah gas-gas pelindung
atau udara yang terkurung dalam akar kampuh las.
3. Oksidasi
Oksidasi menghasilkan gas-gas atau oksidasi-oksidasi yang
mengakibatkan mutu las menjadi rendah, misal karena mudah
timbul korosi, menyebabkan adanya rongga-rongga dalam logam las
kegetasan bahan bertambah atau berkurangnya kekuatan logam las.
Sebenarnya hanya sejumlah kecil oksigen yang larut dalam baja,
tetapi karena tekanan disosiasi dari kebanyakan oksida sangat
rendah, maka pada umumnya akan terbentuk oksida-oksida yang
stabil. Karena pengukuran yang tepat untuk mengetahui jumlah
oksigen yang larut dalam baja sangat sukar, maka untuk melepaskan
oksigen dari larutan biasanya dilakukan usaha-usaha seperti
melepaskan oksida. Proses menghilangkan oksida ini disebut proses
deoksidasi. Ketangguhan logam turun dengan naiknya kadar
oksigen, oleh karena itu harus selalu diusahakan agar logam las
mempunyai kadar oksigen yang serendah-rendahnya. Usaha
penurunan oksigen ini dapat dilakukan dengan menambah unsur-
unsur yang bersifat deoksidasi seperti Si, Mn, Al dan Ti atau
menaikkan kebasaan dari terak lasnya. Struktur, kekerasan dan
berlangsungnya transformasi dari daerah HAZ dapat dibaca dengan
segera pada diagram transformasi pendinginan berlanjut atau
diagram CCT. Diagram semacam ini dapat digunakan untuk
membahas pengaruh struktur terhadap retak las, keuletan dan lain
sebagainya, yang kemudian dapat dipakai untuk menentukan
prosedur dan cara pengelasan.
48
B. Parameter Pengelasan
Dalam melakukan proses pengelasan setiap tukang las harus
mengetahui parameter las yang akan digunakan. Bagi yang sudah terbiasa
mengelas biasanya sudah paham berapa besar parameter pengelasan yang
digunakan.
Parameter pengelasan adalah variabel yang mempengaruhi dari hasil
pengelasan, baik dari hasil pengujian mekanik maupun uji visual. Jika
pemilihan parameter las kurang tepat maka dapat mengakibatkan terjadinya
cacat las dan sifat mekanik hasil pengelasan kurang dari syarat
keberterimaan yang ditentukan oleh standar atau code, berikut ini
penjelasan parameter las:
a. Tegangan busur las
Tingginya tegangan busur tergantung pada panjang busur yang
dikehendaki dari jenis dari elektroda yang digunakan. Pada elektroda
yang sejenis tingginya tegangan busur yang diperlukan berbanding
lurus dengan panjang busur. Pada dasarnya busur listrik yang terlalu
panjang tidak dikehendaki karena stabilitasnya mudah terganggu
sehingga tegangan yang terlalu tinggi hanya akan membuang-buang
energi saja. Panjang busur yang dianggap baik kira-kira sama dengan
garis tengah elektroda. Tegangan yang diperlukan untuk mengelas 7
dengan elektroda bergaris tengah 3 sampai 6 mm, kira-kira antara 20
sampai 30volt untuk posisi datar. Sedangkan untuk posisi tegak atau
atas kepala biasanya dikurangi lagi dengan 2 sampai 5 volt. Kestabilan
busur dapat juga didengar dari kestabilan suaranya selama pengelasan.
Untuk mereka yang telah berpengalaman kesempatan panjang busur
pun dapat diduga atau diperkirakan dari suara pengelasan. Sehubungan
dengan panjang busur, hal yang paling sukar dalam las busur listrik
dengan tangan adalah mempertahankan panjang busur yang tetap.
b. Besar ampere las
Besarnya ampere las yang diperlukan tergantung dari bahan
49
dan ukuran dari lasan, geometri sambungan, posisi pengelasan
macam elektroda dan diameter ini elektroda. Dalam hal daerah las
mempunyai kapasitas panas yang tinggi maka dengan sendirinya
diperlukan ampere las besar dan mungkin juga diperlukan
pemanasan tambahan. Dalam pengelasan logam paduan, untuk
menghindari terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya
menggunakan ampere las yang kecil.
c. Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda,
diameter inti elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan,
ketelitian sambungan dari lain-lainnya. Dalam hal hubungannya
dengan tegangan dari ampere las, dapat dikatakan bahwa kecepatan
las hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi
berbanding lurus dengan ampere las. Karena itu pengelasan yang
cepat memerlukan ampere las yang tinggi. Bila tegangan dari
ampere dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka
jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi
disamping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan
kecepatan akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan
pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per satuan panjang
juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu
cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ.
d. Polaritas Listrik
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa pengelasan
busur listrik dengan elektroda terbungkus dapat menggunakan
polaritas lurus dan polaritas balik. Pemilihan polaritas ini tergantung
pada bahan pembungkus elektroda, konduksi termal dari bahan
induk, kapasitas panas dari sambungan dan lain sebagainya. 8 Bila
titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas panasnya besar sebaiknya
digunakan polaritas lurus dimana elektrodanya dihubungkan dengan
50
kutub negatif. Sebaliknya bila kapasitas panasnya kecil seperti pada
pelat tipis maka dianjurkan untuk menggunakan polaritas balik
dimana elektroda dihubungkan dengan kutub positif. Untuk
menurunkan penembusan, misalnya dalam pengelasan baja tahan
karat austenite atau pada pengelasan pelapisan keras, sebaliknya
elektroda dihubungkan dengan kutub positif. Sifat busur pada
umumnya lebih stabil pada arus searah dari pada arus bolak balik,
terutama pada pengelasan dengan arus yang rendah. Tetapi untuk
pengelasan sambungan pendek lebih baik menggunakan arus bolak
balik karena pada arus searah sering terjadi ledakan busur pada akhir
dari pengelasan.
e. Besarnya penembusan
Untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang tinggi
diperlukan penembusan atau penetrasi yang cukup. Sedangkan
besarnya penembusan tergantung kepada sifat-sifat fluks, polaritas,
besarnya arus, kecepatan las dari tegangan yang digunakan. Pada
dasarnya makin besar arus las makin besar pula daya tembusnya.
Sedangkan tegangan memberikan pengaruh yang sebaliknya yaitu
makin besar tegangan makin panjang busur yang terjadi dan makin
dangkal. Dalam hal tegangan ada pengecualian terhadap beberapa
elektroda khusus untuk penembusan dalam yang memang
memerlukan tegangan tinggi. Pengaruh kecepatan seperti
diterangkan sebelumnya bahwa sampai pada suatu kecepatan
tertentu naiknya kecepatan akan memperdalam penembusan, tetapi
melampaui kecepatan tersebut penembusan akan turun dengan
naiknya kecepatan.
f. Kondisi standar pengelasan
Beberapa kondisi standar dalam pengelasan dengan syarat-
syarat tertentu seperti tebal pelat, bentuk sambungan, jenis
elektroda, diameter inti elektroda dan lain sebagainya, telah ada.
51
Sudah tentu bahwa kondisi standar ini harus dilaksanakan secara
seksama dari sesuai dengan bentuk dan ketelitian alur, keadaan
tempat pengelasan dan lain-lainnya.
Pada zaman sekarang pemanasan logam yang akan
disambung berasal dari pembakaran gas atau arus listrik. Beberapa
gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas
Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama
pengelasan, gas Acetylene dicampur dengan gas Oksigen murni.
Kombinasi campuran gas tersebut memproduksi panas yang paling
tinggi diantara campuran gas lain.
Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi
logam yang dilas adalah arus listrik. Arus listrik dibangkitkan
oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang
menjepit elektroda di ujungnya, yaitu suatu logam batangan yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik. Ketika arus listrik
dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan kemudian
ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah
sempit antara ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang
mengalir ini dinamakan busur (arc) yang dapat mencairkan logam.
Salah satu diantaranya ialah Pengelasan GMAW (Gas
Metal Arc Welding) adalah salah satu jenis pengelasan atau
penyambungan bahan logam yang menggunakan sumber panas
energi listrik yang dirubah atau dikonversi menjadi energi panas.
Pada proses pengelasan GMAW menggunakan kawat las yang
digulung dalam suatu rol dan menggunakan gas sebagai pelindung
logam las yang mencair saat proses pengelasan. Proses pengelasan
GMAW ini terjadi karena adanya perpindahan ion anoda dan
katoda pada base metal dan logam pengisi sehingga menyebabkan
timbulnya energi panas yang menyebabkan energi logam induk
dan filler metal mencair.
52
Gambar 4.2 Proses Pengelasan GMAW
53
2. Tabung Gas
Merupakan alat-alat keluarannya gas dan kawat las jika ditekan dan
didekatkan pada benda kerja maka busur las akan menyala.
54
4. Gulungan Kawat Las
55
6. Kabel Kawat Las
Tempat keluarnya atau jalannya kawat las dari wire feeder ke ujung
welding gun.
4.5 Pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding)
Pengelasan ini terbagi menjadi dua penerapan pada material :
a. MAG (Metal Active Gas)
Pada pada penerapan di jenis material ferro digunakan metode pengelasan
FCAW (Flux Cored Arc Welding).
b. MIG (Metal Inert Gas)
Sedangkan pada pengelasan ini lebih digunakan untuk mengelas bahan
material non ferro.
Jenis metode transfer pada pengelasan GMAW, terdapat empat macam yaitu:
1. Spray
• untuk pengelasan lebih dari 220A
• Voltase lebih dari 26V
• Deposit pengelasan tinggi
• material tebal
• pengelasan datar
• tidak menggunakan CO2
2. Globular
• Untuk proses las MAG
• Menggunakan gas CO2
• Kedalaman penetrasi antara spray dan dip (short circuit)
3. Short Circuit
• Arus las kurang dari 200A
• Voltase kurang dari 24V
• Untuk pengelasan yang tipis
4. Pulsed
• Rentan frekuensi sekitar 50-300 Pulse/detik
• Digunakan untuk root atau akar las
56
Cara membaca kawat pada pengelasan GMAW, diklasifikasikan dengan
kode ER XXS-X yang mempunyai pengertian sebagai berikut:
a. Kode ER: Elektroda atau welding root
b. Kode XX: Kekuatan tarik dari kawat las dikalikan 1000Psi, misal. Jika
diisi 70 berarti 70 x 1000 Psi.
c. Kode S: Solid wire, artinya bentuk dari kawat las adalah solid atau tidak
berongga.
d. Kode X: Salutan atau komposisi kimia dari kawat las.
Fungsi dari pengelasan GMAW, pengelasan ini fungsinya sama dengan
proses yang lain yaitu, Menyambung 2 logam atau lebih untuk mendapatkan
kekuatan sambungan yang sesuai dengan standar yang digunakan. Namun
yang membedakan adalah las GMAW termasuk dalam proses las semi
otomatis.
Kelebihan pengelasan GMAW:
• Mempunyai efisiensi pengelasan yang tinggi.
• Dapat digunakan untuk semua jenis material dan posisi pengelasan.
• Tidak menghasilkan kerak, sehingga tidak perlu proses machining.
Kekurangan pengelasan GMAW:
• Sering terjadi burn back.
• Jika gas pelindung tidak keluar sempurna dapat terjadi cacat porosity.
• Set up pengelasan yang harus lebih detail agar hasil lasan maksimal.
• Busur tidak stabil.
Sebagian besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuhan dengan
udara atau uap air, sebagai contoh adalah logam besi mempunyai karat, dan
aluminium mempunyai lapisan putih di permukaannya. Pemanasan dapat
mempercepat proses korosi tersebut. Jika karat, kotoran, atau material lain
ikut tercampur ke dalam cairan logam lasan dapat menyebabkan
kekeroposan deposit logam lasan yang terbentuk sehingga menyebabkan
cacat pada sambungan las.
57
4.6 Pengelasan FCAW (Flux Cored Arc Welding)
Di era sekarang Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin
maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena pengelasan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan reparasi logam. Teknik
penyambungan logam dengan pengelasan mulai dikembangkan sejak abad ke
19. FCAW (Flux Cored Arc Welding) merupakan las busur listrik fluks inti
tengah / pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara proses
SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan
menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui
trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok
filler kawat las secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di
antara ujung filler kawat las dan metal induk. Baja yang digunakan adalah baja
karbon rendah yang juga disebut baja lunak, baja lunak ini adalah baja yang
mudah dilas, dapat dilas dengan semua cara pengelasan. Kemampuan suatu
jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbeda-beda, media pendingin
merupakan suatu subtansi yang berfungi dalam menentukan kecepatan
pendinginan yang dilakukan terhadap material yang telah diuji dalam perlakuan
panas.
Dalam konstruksi kapal baja sangat diperlukan karena merupakan
bahan utama dari konstruksi kapal tersebut. Baja karbon rendah merupakan
jenis baja yang sering digunakan untuk pembuatan konstruksi yang
memerlukan sifat keuletan dan ketangguhan yang tinggi. Dengan kekerasan
95-145 Brinell dan kekuatan tarik 320-550 MPa, baja karbon rendah sering
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kapal, jembatan, rangka dan
struktur konstruksi bangunan dan juga mesin.
Baja SS 400 adalah jenis baja carbon yang mempunyai kadar karbon
rendah yaitu dibawah 0,3%. Pada bidang perkapalan baja karbon rendah
merupakan bahan utama untuk pembuatan konstruksi kapal, seperti
pada konstruksi lambung kapal. Las FCAW (Flux-Cored Arc Welding)
merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai
58
elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan kawat (rol) yang gerakannya
diatur oleh motor listrik. Las ini menggunakan gas argon sebagai pelindung
busur.
Las FCAW adalah proses otomatis yang memanfaatkan elektroda
wire roll untuk mencairkan logam. Selain itu, FCAW memiliki sejumlah
keunggulan dibandingkan teknik pengelasan umum karena teknik ini
memiliki kontrol yang lebih baik serta sifat tarik las baja rendah. Dalam
pengelasan ada penggolongan posisi dalam pengelasan. Posisi pengelasan
tersebut adalah 1G, 2G, 3G, dan 4G. Dari penggolongan tersebut pada
dasarnya posisi pengelasan secara garis besar digolongkan pada posisi down
hand, horizontal, vertical, dan overhead. Terlebih lagi pada proses
pengelasan berkelanjutan yaitu suatu konstruksi memerlukan pengelasan
yang berurutan yang cepat dengan posisi yang berbeda-beda.
59
2. Gas Shelding
60
Posisi 1G adalah yang dimana terjadi sebuah pengelasan dengan
logam dasar berada di bawah tangan solusi dari masalah ini yaitu
dengan las alur bulan sabit atau wavy yang bila mana misal saja terjadi
pada pipa yang cukup diputar saja atau pada plat yang memiliki
ketebalan tertentu.
61
➢ Posisi Pengelasan Vertikal (3G)
Pengelasan jenis 3G merupakan pengelasan yang tersulut
dikarenakan pengelasan jelas ini biasanya membutuhkan skil yang
baik serta biasanya terjadi penumpukan pada bagian ujung dan
dalam pengerjaan biasanya 70-80 pada posisi filler yang diijinkan.
62
4.8 Pengelasan Pada Block Kapal BRS 2
Sebelum mejadi sebuah kapal utuh ada berapa proses yang harus dilakukan
salah satunya setelah bahan material dari gudang SSH (Stell Stock House)
kemudian dilakukan pembersihan kerak dengan shoot metal blasting sekaligus
pengecatan guna melindungi plat dari korosi.
Kemudian masuk ke sub assembly disini plat yang sudah melalui serangkaian
proses pra penyambungan disatukan menjadi bentuk-bentuk part kecil dari bagian
blok kapal. Part yang biasanya di satukan di bengkel sub assembly adalah:
1. Panel-panel kapal
2. Wall atau dinding
3. Lambung kapal
63
kecepatan waktu serta biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, melalui perkiraan yang dibutuhkan sehingga dalam pelaksanaan
pengelasan harus ada peraturan yang digunakan
Yaitu WPS No 112 berguna untuk memperoleh data yang bersifat kontinu serta
beberapa komponen outfitting seperti, deck pada kapal serta akomodasi penyedia
kapal lainnya. Sehingga dalam proses pengelasan di bengkel sub assembly yang
dilaksanakan PT PAL harus mempunyai kualifikasi juru las yang akan ditentukan
dan akan mempengaruhi ketepatan pembuatan kapal.
64
4.10 Pengelasan Material
Sebelum dilakukan pengelasan material diberikan tack weld di kedua
ujungnya agar tidak terjadi miss-alignment. Selanjutnya dilakukan preheating
menggunakan blander secara merata di permukaan material sampai mencapai
temperatur yang diinginkan. Setelah itu dilakukan pengelasan layer pertama.
Karena di dalam proses pengelasan terjadi perpindahan panas maka suhu material
akan naik. Sebelum dilakukan pengelasan untuk layer berikutnya material
didinginkan dalam suhu kamar sampai mencapai titik preheat awal (interphase
temperature).
Pengelasan dilakukan pada Bengkel Sub – Assembly menggunakan jenis
pengelasan FCAW. Pengelasan dilakukan dengan parameter seperti tabel dibawah
ini.
65
Tabel 4.1 Parameter Pengelasan
66
Kemudian setelah itu mulai melakukan proses pengelasan berikut gambar
proses dan hasil pengelasan:
`
67
4.11 Pengujian Pengelasan
68
Mencari luas penampang mula-mula
𝒅
A = π ( )2
𝟐
𝟓𝟎
= 3,14 x ( )2
𝟐
= 3,14 x 625
= 1962,5 mm2
𝟓𝟗𝟕
𝛔 =
𝟏𝟗𝟔𝟐,𝟓
= 0,3042 N
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Kerja Praktek yang telah dilakukan di PT. PAL Indonesia, maka
dapat disimpulkan:
1. Proses pemasangan panel pada blok Kapal Bantu Rumah Sakit 2
menggunakan metode las Gas Metal Arc Welding (GMAW) dengan jenis
las yaitu Flux Cored Arc Welding (FCAW) menggunakan kawat las tubular
berongga di bengkel Sub-Assembly Departemen Konstruksi Lambung
(Hull Construction).
2. Mesin las Flux Cored Arc Welding (FCAW) menggunakan gas pelindung
karbondioksida (CO2) untuk melindungi cairan logam agar tidak bercampur
dengan udara lingkungan yang dapat merusak kekuatan sambungan las dan
adanya flux saat proses las dilakukan membantu menghilangkan kerak kotor
yang terjadi pada hasil pengelasan.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja yang dihasilkan PT. PAL Indonesia, penulis
memberikan saran yang dapat digunakan sebagai pertimbangan :
1. Melakukan pembinaan terhadap karyawan mengenai SOP keselamatan
kerja (tidak menggunakan sarung tangan las dan merokok di area bengkel).
2. Memaksimalkan waktu yang tersedia agar kegiatan produksi meningkat.
3. Memperbaiki alat yang rusak sehingga proses pengerjaan menjadi lebih
optimal.
4. Melakukan perawatan alat secara berkala untuk meminimalisir kerusakan
akibat penggunaan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Analisa Pengaruh Variasi Kampuh Las dan Arus Listrik Terhadap Kekuatab Tarik Dan
Struktur Mikro Sambungan Las GMAW (Gas Metal Arc Welding) pada Aluminium
6061. (2019). Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. 7, No. 4 Oktober 2019, 2-3.
Hadi, E. S. (2009). ANALISA PENGELASAN MILD STEEL (ST.42) DENGAN PROSES
FCAW DAN SAW DITINJAU DARI KEKUATAN DAN NILAI EKONOMIS.
Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 6, 2-
3.
PAL, P. (2018). DOKUMEN PT PAL INDONESIA. Welding Procedure Specification, 7-9.
RISWAN DWI DJAMIKO, M. (2008). STM 234 (2 SKS TEORI) JURUSAN
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA. TEORI
PENGELASAN LOGAM, 1-8.
Savik, I. (2019). Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang. Estimasi Biaya Pengelasan SMAW Pada Fabrikasi Outfitting Di Divisi
Kapal Niaga PT PAL INDONESIA Yang Mengacu Pada WPS No 98, 54-55.
71