Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

VISITING COMPANY
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN 45

Disusun Oleh:
Kelompok Visiting Company 45

Tujuan Industri:
1. Kampung Batik Laweyan Solo.
2. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex).

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan Program
Kunjungan Industri MM 45 dan dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan Industri
yang kami laksanakan di Kampoeng Batik Laweyan, Solo dan PT. Sri Rejeki
Isman Tbk., Sukoharjo pada tanggal 17 Januari 2017. Laporan ini ditulis guna
memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan kegiatan perkuliahan yang
diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas
Islam Indonesia untuk memperkenalkan mahasiswa mengenai pemahaman yang
ada di lapangan.

Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Namun, kami
berharap semoga laporan ini dapat menjadi sebuah karya tulis ini sehingga
bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui kondisi industri yang ada di
lapangan. Oleh karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari
pembaca akan kami terima dengan lapang hati sehingga dapat menjadi sebuah
pelajaran bagi kami agar kami dapat membuat dengan lebih baik lagi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Seiring dengan pesatnya kemajuan perekonomian di dunia dan semakin


globalnya kondisi ekonomi yang ada di Indonesia maka dunia pendidikan harus
di tuntut untuk lebih demi menyongsong adanya era globalisasi terlebih dengan
masuknya era Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga persaingan dalam dunia
bisnis menjadi sangat ketat. Dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Ilmu pengetahun yang didapat dalam perkuliahan dirasakan masih sangat kurang
sehingga di perlukan sebuah wawasan baru dengan melakukan kunjungan ke
perusahaan/ industri yang dapat membantu untuk dijadikan suatu perbandingan
dengan kegiatan perkuliahan di kelas, dengan landasan tersebut, maka kami
pandang bahwa sangat tepat program yang telah dicanangkan oleh Program
Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia untuk menerapkan
kewajiban kunjunga industri bagi mahasiswa dalam rangka meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai bekal pengetahuan keadaan lapangan
yang akan dihadapi oleh calon-calon sarjana program magister.

Adapun kami menilai bahwa kunjungan industri ini dipilih untuk


memperkenalkan mahasiswasiswa kepada dunia kerja yang sesungguhnya
sehingga pada hal ini mahasiswa dituntut untuk lebih aktif lagi di dalam menggali
suatu informasi tentang kunjungan industri untuk mendapatkan pengetahuan
mengenai ilmu dibidang manajemen yang dalam hal ini telah diikuti oleh
beberapa konsentrasi ilmu manajemen yaitu Manajemen Strategi, Manajemen
Keuangan, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Pemasaran.

Kunjungan industri yang kami lakukan dilaksanakan di dua lokasi industri


dibidang yang sama dan lokasi yang kami pilih memberikan sebuah gambaran
mengenai sebuah bisnis yang dirancang dengan model tradisional dengan sistem
komunitas sebuah kampung serta atribut budaya sebagai kemasan industri kreatif
yaitu di Kampoeng Batik Laweyan dengan produksi batik tulis asli yang berada
dekat dengan pusat kota Solo. Adapun lokasi industri yang kedua yaitu sebuah
industri modern dengan berbagai macam peralatan canggih yang merupakan
sebuah perusahaan market leader wilayah Asia Tenggara dibidang tekstil yaitu
PT. Sri Rejeki Isman Tbk. atau yang sering dikenal dengan PT. Sriteks yang
meproduksi pakaian dan salah satunya pakaian untuk tentara keamnan dunia dari
organisasi PBB yaitu NATO.

1.2 Tujuan Kunjungan Industri.

Kami menilai bahwa kunjungan Industri yang kami laksanakan adalah


bertujuan sebagai berikut:

1. Sebagai wawasan informasi serta memperbanyak pengetahuan.

2. Untuk mengetahui proses manajemen yang ada pada perusahaan/ industri.

3. Sebagai tindak lanjut pembelajaran teori yang selama ini kita pelajari di kelas.

4. Untuk memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah di


Program Pascasarjana Magister Manajemen FE UII.

1.3 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan.

Waktu dan lokasi pelaksanakaan kegiatan kunjungan industri ini adalah:

Waktu Pelaksanaan Kegiatan: Selasa, 17 Januari 2017

Lokasi: 1. Kampoeng Batik Laweyan, Solo.

(Langgar Merdeka)

2. PT. Sri Rejeki Isman Tbk, Sukoharjo.

(Jl. KH. Samanhudi 88 Jetis, Sukoharjo 57511, Solo, Jawa Tengah.

1.4 Susunan Acara

- Terlampir
1.5 Peserta Kunjungan Industri

- Terlampir
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Kampung Batik Laweyan


2.1.1. Profil Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Laweyan dikelola oleh komunitas Forum Pengembangan


Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang didirikan secara resmi pada tanggal 25
September 2004 berdasarkan Surat Penunjukan dan penugasan dari Bappeda Kota
Surakarta Nomor : 050 / I 250. Kampoeng Batik Laweyan adalah Nama kluster
wisata, cagar budaya dan industri batik yang terletak di Kawasan Laweyan kota
Surakarta. Kampoeng Batik Laweyan terdiri dari wilayah inti Kelurahan Laweyan,
dan wilayah pengembangan meliputi kelurahan Bumi, Purwosari, Sondakan dan
Pajang. Kluster Kampoeng Batik Laweyan adalah suatu daerah atau wilayah
dengan masyarakatnya mempunyai jenis usaha yang sama, berkelompok dan
turun temurun. Wisata Cagar Budaya adalah daerah tujuan wisata yang
menonjolkan situs / bangunan bangunan masa lampau dan pemanfaatnaya.
FPKBL bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggung jawab, yang
mempunyai kegiatan khusus dalam pengembangan disektor Pariwisata dan
Industri Batik maupun non batik. FPKBL berkedudukan di kelurahan laweyan dan
mempunyai wilayah kerja di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.
FPKBL berazaskan Pancasila

Visi:

Menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya

yang dikembangkan dengan konsep kepariwisataan melalui pembangunan yang

ramah lingkungan dan berkesinambungan.


Penjelasan dari visi tersebut adalah bahwa Kampung Batik Laweyan
dibentuk dengan konsep LAWEYAN ECO CULTURE CEATIVE KAMPOENG
yang termasuk pada Visi yang dicanangkan oleh Kampung Batik Laweyan.

Misi:

1. Mengembangkan kawasan berbasis industri batik dan non batik yang


ramah lingkungan.

2. Memelihara situs-situs bersejarah, arsitektur khas Laweyan dan tradisi


budaya lokal.

3. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai kawasan edukatif.

4. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai Daerah Tujuan Wisata Kreatif


di tingkat Nasional dan Internasional.

5. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai Pusat Penelitian dan


Pengembangan Industri Batik .

6. Mewujudkan kawasan Sapta Pesona Pariwisata

Tujuan:

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ( FPKBL ) bertujuan


untuk menciptakan dan mengembangkan :

1. Tingkat sosial ekonomi yang berkeadilan.

2. Iklim usaha yang kondusif .

3. Pelestarian lingkungan di kawasan cagar budaya.

4. Kawasan Pusat Pengembangan Batik Terpadu.

5. Hubungan yang harmonis antar berbagai unsur masyarakat .

6. Kawasan tujuan wisata kreatif yang unik dan spesifik.


Kepengurusan FPKBL:

Nama: Ir. Alpha Pabela,


M.T.
Jabatan : Ketua FPKBL

Adapun kepengurusan dari FPKBL diketuai oleh Ir. Alpha Pebela, M.T.
yang juga merupakan Dosen Fakulas Teknik UMS dan Sekretaris yaitu Bapak
Widi.

Alamat Industri:

Laweyan terletak di pusat kota Solo dengan jarak tempuh dengan bandara
Adi Sumarmo sekitar 30 menit menuju laweyan, leta lokasi didaerah berbatasan
dan dekat dengan pusat kota.

Strategi Industri Kampung Batik Laweyan:

Laweyan merupakan industri kreatif seuatu kampung dengan visi sebagai


laweyan eco culture creative kampoeng dengan memanfaatkan sejarah yang ada di
lokasi kampung batik laweyan, adapun terdapat 5 elemen potensi yang
dikembangkan oleh kampung batik laweyan yaitu:

1. Sejarah
2. Masyarakat, home industry
3. Tradisi sosial budaya
4. Bangunan dan,
5. Seni

Konsep sustainable developent dan berbasis IT. Karena merupakan sebuah


konsep yang diterapkan oleh kampung batik laweyan untuk membantu
mempertahankan diri dalam perkembangan zaman. Kampung batik laweyn juga
melakukan kerjasama dengan beberapa elemen eksternal untuk mengembangkan
industri yang ada, adapun lembaga yang bekerjasama dengan Kampung Batik
Laweyan adalah Pemerintah, Lembaga Pendidikan, dan Media Cetak elektronik
sebagai elemen untuk promosi.

Untuk menunjang Industri yang ada di Kampung Batik laweyan, Industri


ini menerapkan sistem konsep ramah lingkungan yang disebut dengan konsep
Green City. Green City yang dicanangkan oleh kampung batik laweyan memiliki
8 unsur yaitu: Green planning, Green water, Green open space, Green energy,
Green company, Green building, Green industry, Green transportation.

Penjelasan yang telah dipaparkan oleh Bapak Alpha Febela mengenai 8


konsep Green City yang disampaikan kepada kami di Masjid Merdeka adalah
sebagai berikut:

1. Green planning.

Basis awal dari laweyan dengan eco culture sebagai landasan dan dasar
dari segala perencanaan yang ada pada kampung batik laweyan sehingga segala
perencanaan kegiatan industri yang ada harus didasari dengan konsep green
planning,

2. Green building

Konservasi dan penataan bangunan dilakukan untuk konsep industri di


Kampung Batik Laweyan, sebelum adanya konservasi ini banyak pemborosan
yang dihabiskan oleh Industri seperi air, dan lampu yang terhitung dalam satu
tahun terjadi pemborosan sebanyak 25 juta rupiah. Sehingga konsep ini selain
ramah lingkungan juga dapat menghemat biaya operasional yang ada di Industri
Kampung Batik Laweyan.

3. Green Industry.
Instalasi pengelolaan air dan limbah lain juga dilakukan secara konservasi
secara bersama, ada pengelolaan pembedaan instalasi limbah dan limbah rumah
tangga. Hal ini untuk menanggulangi masalah baru mengenai limbah.

4. Manajemen sertifikasi dan standardisasi produk.

Batik juga memiliki SNI dan laweyan merupakan satu-satunya yang ada di
Indonesia, hal ini juga merupakan sesuatu yang penting karena banyak kekayaan
intelektual yang diambil oleh dunia.

5. Green open space & water.

Kampung Batik Laweyan menjaga tanaman yang ada di sekitaran


Kampung adapun salah satu kebijakan yang diterapkan untuk menjaga tanaman
adalah ketika melakukan kerja bakti warga dilarang untuk membawa sabit.

6. Green Energy.

Kampung Batik Laweyan membuat kompor serbaguna dengan


menggunakan biogas yang memiliki kemampuan untuk 8 jam nyala hingga 26
hari

7. Green transportation.

Konsep ini baru akan dikembangkan sehingga belum terdapat penjelasan,


namun salah satu konsep yang diterapkan kedepannya adalah dengan
membersihkan sungai yang ada di dekat Kampung Batik Laweyan yang nantinya
akan digunakan sebagai sebuah saran transportasi. Selain itu juga untuk
memberikan perkembangan ekonomi di wilayah sekitar laweyan, terdapat satu
kebijakand dengan meletakkan gerbang kampung berada pada Jl. Slamet Riyadi
sehingga beberapa wilayah dapat dilewati oleh pengunjung yang akan menuju
Kampung Batik Laweyan.

8. Green community
Green Community yang diberikan disini menjelaskan bahwa Kampung
Batik Laweyan digerakkan oleh komunitas yang ada di Kampung Batik Laweyan.

Selain dari strategi di atas, laweyan juga melakukan sebuah pergerakan


menggunakan masjid-masjid sebagai ruang kreatif kota sebagai sebuah bentuk
strategi untuk membuat sebuah industri budaya yang bermartabat. Adapun untuk
menjaga kondisi Kampung, Kampung Batik Laweyan tidak memberikan wisata
malam karena dianggap sedikit riskan. Untuk mengembangkan konsep teknologi,
Kampung laweyan pernah mendapat pengakuan sebagai Kampung UKM Digital
dan satu-satunya yang ada di Solo.

Untuk pergerakan keagamaan, Kampung Laweyan melakukan sebuah


gerakan membuat Mushaf Kain Batik. Namun tidak untuk pakaian dan tidak
dikomersilkan, Pembuatan Mushaf ini hanya digunakan sebagai gerakan agar
dapat memberikan edukasi masyarakat untuk menulis Quran.

Sebagai salah satu bentuk promosi juga, Kampung Batik Laweyan


memberikan sebuah performance art batik process dengan memberikan
pertunjukan seni seperti pantomim, wayang dsb. Program yang lain juga diadakan
seperti Festival Laweyan Tahunan, Selawenan, dan trek wisata onthel.

SEJARAH KAMPUNG BATIK LAWEYAN.

Kampung Batik Laweyan sebelumnya memang sudah berjaya dengan hasil


batiknya pada masa kolonial sehingga konsep yang dibuat di Industri ini adalah
sejarah, adapun sejarah dari kampung yang kami dapatkan dari paparan Bapak
Alpha Febela adalah sebagai berikut:

Batik Laweyan sudah berkembang sebelum abad 15M semasa


pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) di Keraton Pajang. Saat itu para
pengrajin batik laweyan mengembangkan industri batik tulis dengan pewarna
alami sehingga desa laweyan menjadi kawasan penghasil batik tertua di Indonesia.
Seiring dengan pengembangan teknik batik tulis ke teknik batik cap,
industri batik laweyan mengalami masa puncak kejayaan pada era 1900 an semasa
pergerakan Sarikat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin oleh KH Samanhudi.
Dibandingkan dengan batik tulis proses pembuatan batik cap relatif lebih mudah,
lebih cepat dan lebih ekonomis sehingga harga jualnya lebih bisa diterima
masyarakat pada umumnya. Pada masa itu muncullah nama Tjokrosoemarto,
seorang tokoh juragan batik yang fenomenal, beliau memiliki industri batik
terbesar di laweyan, jumlah omzetnya luar biasa yang didukung oleh pengrajin-
pengrajin batik dari berbagai daerah di pulau Jawa. Wilayah pemasarannya tak
hanya di dalam negeri, Tjokrosoemarto juga memasarkan batik ke manca negara,
Beliau merupakan seorang eksportir batik pertamakali dari Indonesia. Selain
Tjokrosoemarto ada banyak juragan batik yang sukses dan sekarang
meninggalkan sisa-sisa kejayaannya berupa bangunan-bangunan rumah kuno
artistik yang berasitektur jawa dan eropa di berbagai sudut Kampoeng Batik
Laweyan.

Pada era 1970an mulai muncul teknik baru untuk membuat tekstil bermotif
batik tanpa menggunakan lilin panas sebagai perintang warna namun
menggunakan screen sablon. Saat itu tekstil bermotif batik dikenal sebagai batik
printing, tentu saja penamaan itu keliru karena proses pembuatan printing dan
batik itu berbeda. Alhamdulillah saat ini sudah ada peraturan dari pemerintah
untuk melindungi konsumen dengan mengharuskan para penjual batik untuk
memberikan informasi yang benar tentang kategori produk batik tulis, batik cap
dan printing (tekstil bermotif batik). Dengan kemunculan produk printing yang
relatif murah dan proses produksinya sangat cepat mulai menyaingi pemasaran
batik tulis dan batik cap. Satu persatu industri batik di laweyan mengalami
kebangkrutan.

Prihatin dengan kemerosotan jumlah industri batik laweyan, para tokoh


masyarakat dan juragan batik laweyan berkumpul, bermusyawarah lalu bersepakat
untuk membangun kembali industri batik laweyan dengan konsep kawasan wisata
batik melalui organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
(FPKBL) yang dideklarasikan pada tanggal 25 September 2004. Sejak saat itu
Kampoeng Batik Laweyan mulai berbenah diri, membangun industri batik dan
non batik dalam konsep pariwisata yang bersinergi dengan banyak pihak seperti
Pemerintah, Perguruan Tinggi, ASITA, PHRI, LSM dlsb. Proses regenerasi secara
bertahap menampakkan hasilnya, sekarang jumlah IKM dan UKM Batik Laweyan
sudah meningkat menjadi lebih dari 80. Peningkatan kualitas batik juga terus
dilakukan dengan bekerjasama pihak Pemerintah, Perguruan Tinggi dan LSM,
salah satunya adalah mengikuti program Standar Nasional Indonesia (SNI). Untuk
meningkatkan performa brand batik laweyan, FPKBL juga telah mendaftarkan
merek batik kolektif dengan nama Batik Heritage Laweyan di Kemenkumham.
Berbagai ikhtiar inovasi terus dilakukan oleh FPKBL demi kemajuan Batik
Laweyan pada khususnya dan kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya.
TANYA JAWAB
1. Ir. Hawari Nasution T.
a. Berkaitan dengan Sumber Daya Manusia yang ada di Kampung Batik
Laweyan, Bagaimana kendala internal yang ada di Kampung Batik
Laweyan dengan jumlah penduduk sekitar 2500an.
b. Bagaimana kendala dengan tata kota yang ada di Kampung Batik
Laweyan,selain itu juga bagaimana strategi formulasi yang ada di
Kampung Batik Laweyan.
c. Bagaiaman ancaman Batik Tulis yang ada di Kampung Batik Laweyan
terhadap maraknya batik cap yang dibuat oleh Cina.

Jawaban
Masalah sejarah saat ini yang digali pada aspek penting dan bagus untuk
menarik minat masyarakat agar meyadari bahwa kawasan laweyan merupakan
kawasan yang penting agar mau memelihara. Adapun untuk memberikan
keterikatan dengan selalu memunculkan pada setiap agenda rapat yang ada di
masyarakat. Intinya adalah memberikan kebanggaan masyarakat terhadap
Kampung Batik Laweyan untuk menjaga kendala yang ada dibidang internal.

Mengenai strategi formulasi yang ada di Kampung Batik Laweyan, CSR


lebih dikembangkan bagaimana untuk bisa mandiri. Karena menyadari bahwa
pemerintah memeiliki banyak pekerjaan. Adapun CSR dari pihak swasta lebih
dinyatakan membelenggu masyarakt karena memiliki banyak kepentingan
sehingga CSR dipilih yang cenderung netral. Untuk pemasaran pada kampung
Batik Laweyan juga menggunakan eceran dan pesanan dan juga saat ini sedang
dicreate semacam gojek dan sekarang menggunakan go asong. Dengan kerjasama
bersama hotel yang ada di Solo dengan berbasis smartphone.

Mengenai ancaman Cina cenderung tidak dikhawatirkan karena Batik


Laweyan memiliki sifat yang Unik dan berbeda dengan yang lain. Namun saat ini
Kampung Batik Laweyan hendak membuat motif batik untuk dipatenakn namun
ketika hendak didaftarkan HAKI cenderung anonim dan motif sulit untuk
dipatenkan.
2. Adhitya Rechandy C. Santoso, S.E.
a. Sebagai sebuah industri kreatif yang memiliki landasan organisasi sebagai
komunitas, bagaimana sistem keuangan yang ada di Kampung Batik
Laweyan.
b. Jika ada, untuk menampung seluruh produk yang ada di Laweyan, jika ada
bagaimana dengan sistem perkoperasian yang ada di Kampung Batik
Laweyan.
c. Kemudian berapa banyak biaya yang digunakan untuk operasional yang
ada di Kampung Batik Laweyan dan darimana asal pembiayaan yang ada
di Kampung Batik Laweyan.

Jawaban
Usaha berbasis komunitas, adalah saling toleransi antar masyarakat, dan
sistem keuangan cenderung dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing
anggota. Adapun untuk keuangan komunitas harus dapat dipisah mana yang
menjadi kegiatan pribadi dan kegiatan komunitas. Selain untuk, untuk
mengembangkan sistem agar dapat terintegrasi perusahaan dalam hal ini kios
yang berdiri sendiri tetap akan melakukan share terhadap masing-masing kios.
Namun untuk sistem keuangan tetap kebijakan dari masing-masing kios.
Kampung Batik Laweyan pernah mendirikan sebuah koperasi namun
kondisinya saat ini mati suri sehingga saat ini masih dibahas mengenai sistem
koperasi yang ada di Kampung Batik Laweyan. Adapun saat ini aset yang ada
dikoperasi sedang disewakan sehingga bisa dikatan tidak memiliki koperasi.
Pembiayaan yang dilakukan oleh Kampung Batik Laweyan saat ini
dilakukan oleh swadaya masyarakat dan selama ini bantuan fresh money dari
pemerintah hampir tidak ada, adapun bantuan dari pemerintah adalah berupa
kerjasama untuk promosi produk.

Anda mungkin juga menyukai