VISITING COMPANY
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN 45
Disusun Oleh:
Kelompok Visiting Company 45
Tujuan Industri:
1. Kampung Batik Laweyan Solo.
2. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex).
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan Program
Kunjungan Industri MM 45 dan dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan Industri
yang kami laksanakan di Kampoeng Batik Laweyan, Solo dan PT. Sri Rejeki
Isman Tbk., Sukoharjo pada tanggal 17 Januari 2017. Laporan ini ditulis guna
memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan kegiatan perkuliahan yang
diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas
Islam Indonesia untuk memperkenalkan mahasiswa mengenai pemahaman yang
ada di lapangan.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Namun, kami
berharap semoga laporan ini dapat menjadi sebuah karya tulis ini sehingga
bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui kondisi industri yang ada di
lapangan. Oleh karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari
pembaca akan kami terima dengan lapang hati sehingga dapat menjadi sebuah
pelajaran bagi kami agar kami dapat membuat dengan lebih baik lagi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
3. Sebagai tindak lanjut pembelajaran teori yang selama ini kita pelajari di kelas.
(Langgar Merdeka)
- Terlampir
1.5 Peserta Kunjungan Industri
- Terlampir
BAB II
PEMBAHASAN
Visi:
Menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya
Misi:
Tujuan:
Adapun kepengurusan dari FPKBL diketuai oleh Ir. Alpha Pebela, M.T.
yang juga merupakan Dosen Fakulas Teknik UMS dan Sekretaris yaitu Bapak
Widi.
Alamat Industri:
Laweyan terletak di pusat kota Solo dengan jarak tempuh dengan bandara
Adi Sumarmo sekitar 30 menit menuju laweyan, leta lokasi didaerah berbatasan
dan dekat dengan pusat kota.
1. Sejarah
2. Masyarakat, home industry
3. Tradisi sosial budaya
4. Bangunan dan,
5. Seni
1. Green planning.
Basis awal dari laweyan dengan eco culture sebagai landasan dan dasar
dari segala perencanaan yang ada pada kampung batik laweyan sehingga segala
perencanaan kegiatan industri yang ada harus didasari dengan konsep green
planning,
2. Green building
3. Green Industry.
Instalasi pengelolaan air dan limbah lain juga dilakukan secara konservasi
secara bersama, ada pengelolaan pembedaan instalasi limbah dan limbah rumah
tangga. Hal ini untuk menanggulangi masalah baru mengenai limbah.
Batik juga memiliki SNI dan laweyan merupakan satu-satunya yang ada di
Indonesia, hal ini juga merupakan sesuatu yang penting karena banyak kekayaan
intelektual yang diambil oleh dunia.
6. Green Energy.
7. Green transportation.
8. Green community
Green Community yang diberikan disini menjelaskan bahwa Kampung
Batik Laweyan digerakkan oleh komunitas yang ada di Kampung Batik Laweyan.
Pada era 1970an mulai muncul teknik baru untuk membuat tekstil bermotif
batik tanpa menggunakan lilin panas sebagai perintang warna namun
menggunakan screen sablon. Saat itu tekstil bermotif batik dikenal sebagai batik
printing, tentu saja penamaan itu keliru karena proses pembuatan printing dan
batik itu berbeda. Alhamdulillah saat ini sudah ada peraturan dari pemerintah
untuk melindungi konsumen dengan mengharuskan para penjual batik untuk
memberikan informasi yang benar tentang kategori produk batik tulis, batik cap
dan printing (tekstil bermotif batik). Dengan kemunculan produk printing yang
relatif murah dan proses produksinya sangat cepat mulai menyaingi pemasaran
batik tulis dan batik cap. Satu persatu industri batik di laweyan mengalami
kebangkrutan.
Jawaban
Masalah sejarah saat ini yang digali pada aspek penting dan bagus untuk
menarik minat masyarakat agar meyadari bahwa kawasan laweyan merupakan
kawasan yang penting agar mau memelihara. Adapun untuk memberikan
keterikatan dengan selalu memunculkan pada setiap agenda rapat yang ada di
masyarakat. Intinya adalah memberikan kebanggaan masyarakat terhadap
Kampung Batik Laweyan untuk menjaga kendala yang ada dibidang internal.
Jawaban
Usaha berbasis komunitas, adalah saling toleransi antar masyarakat, dan
sistem keuangan cenderung dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing
anggota. Adapun untuk keuangan komunitas harus dapat dipisah mana yang
menjadi kegiatan pribadi dan kegiatan komunitas. Selain untuk, untuk
mengembangkan sistem agar dapat terintegrasi perusahaan dalam hal ini kios
yang berdiri sendiri tetap akan melakukan share terhadap masing-masing kios.
Namun untuk sistem keuangan tetap kebijakan dari masing-masing kios.
Kampung Batik Laweyan pernah mendirikan sebuah koperasi namun
kondisinya saat ini mati suri sehingga saat ini masih dibahas mengenai sistem
koperasi yang ada di Kampung Batik Laweyan. Adapun saat ini aset yang ada
dikoperasi sedang disewakan sehingga bisa dikatan tidak memiliki koperasi.
Pembiayaan yang dilakukan oleh Kampung Batik Laweyan saat ini
dilakukan oleh swadaya masyarakat dan selama ini bantuan fresh money dari
pemerintah hampir tidak ada, adapun bantuan dari pemerintah adalah berupa
kerjasama untuk promosi produk.