Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Pengalaman Lapangan

Industri FPP UNP Padang

1. Latar Belakang Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri FPP

UNP

Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada pengembangan dan

peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu pengembangan manusia

Indonesia seutuhnya, yang meliputi wawasan Ilmu Pengetahuan Teknologi

(IPTEK), memiliki keterampilan dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Perkembanga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sekarang ini sangat

pesat sehingga menimbulkan kemajuan disegala faktor, termasuk faktor

manusia (Sumber Daya Manusia) sebagai pemain penting dalam kemajuan.

Dalam pengembangan Ilmu Pengetahun dan Teknologi ini diharapkan dapat

terjadi peningkatan kemampuan, memanfaatkan, mengembangkan dan

menguasai IPTEK dalam rangka pencapaian proses indusrialisasi demi

terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu program

pendidikan dan penelitian secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan

agar terjadi keterkaitan yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia

1
2

industri dalam hubungan yang saling membutuhkan, saling melengkapi dan

mendukung dalam pencapaian tujuan tersebut. D

an lembaga pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi antara

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam meningkatkan sumber

daya manusia yang terampil serta professional. Fakultas Pariwisata dan

Perhotelan (FPP) Universitas Negeri Padang adalah salah satu perguruan

tinggi yang menyiapkan lulusannya menjadi tenaga ahli yang professional

dalam bisang busana, serta memiliki kualitas. Bukan hanya menjadi guru dan

pendidik saja tetapi juga dicetak sebagai seorang wirausaha yang kelak bisa

sukses dibidangnya.

Salah satu bentuk kegiatan yang mengarah pada hal tersebut adalah

Pengalaman Lapangan Industri (PLI). Pengalaman Lapangan Industri adalah

suatu kegiatan intrakurikuler dalam mata kuliah yang berbobot 4 SKS yang

harus diikuti oleh seluruh mahasiswa jenjang pendidikan S1, D4, dan D3.

Secara umum pelaksanaan PLI bertujuan untuk meningkatkan pengethauan

dan keterampilan serta sikap mahasiswa dibidang teknologi / kejuruan

dengan terlibat langsung dalam berbagai kegiatan di dunia industri yang

relevan. Oleh karena itu mahasiswa peserta Pengalaman Lapangan Industri

diharapkan dapat melihat langsung perkembangan industri dan memperluas

wawasan, khususnya mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang wajib melaksanakan

PLI. Pengalaman Lapangan Industri merupakan sarana bagi mahasiswa agar


3

dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh mahasiswa dari perkuliahan serta

mengembangkannya kearah yang lebih baik. Selain itu mahasiswa akan

mendapatkan pengalaman bagaimana pengelolahan suatu usaha industri.

Tempat pemilihan Pengalaman Lapangan Industri harus memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan Fakultas Pariwisata dan Perhotelan, di Universitas

Negeri Padang khususya jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Program Studi

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Pengalaman Lapangan Industri

dilaksanakan pada perusahaan garment, butik, rumah mode, industri atau

perusahaan lainnya yang bergerak dibidang industri pakaian. Sesuai dengan

program studi yang ditekuni, penulis tertarik untuk memilih Evi Kebaya yaitu

sebuah butik yang memproduksi busana kebaya dan pengantin . Berdasarkan

dengan hal di atas penulis sangat tertarik untuk mengetahui tentang “Teknik

Pembuatan Pola Kebaya’’. Teknik pembuatan pola kebaya yang dimaksud

adalah pola kebaya yang menggunakan pola badan yang setali dengan pola

lengannya. Tapi tidak tertutup kemungkinan untuk menggali pengetahuan dan

pemahaman tentang busana selain dari proses pembuatan busana tersebut.

Selain itu alasan untuk memilih Evi Kebaya sebagai tempat PLI yaitu Evi

Kebaya merupakan usaha dibidang busana dalam bentuk butik yang

memproduksi kebaya yang terkenal di kota Pekanbaru. Evi Kebaya

memproduksi kebaya untuk berbagai kesempatan, sehingga mahasiswa dapat

belajar serta memahami bagaiamana menciptakan atau mendesain kebaya

untuk berbagai kesempatan, selain itu Evi Kebaya sering mengikuti fashion
4

show dan kerja sama dengan ajang pemilihan putra dan putri pariwisata baik

yang diselenggarakan di dalam kota maupun di luar kota, sehingga busana

yang diciptakan sangat bervariasi dan dengan inovasi-inovasi baru.

Maka dari itu penulis berharap kegiatan ini dapat bermanfaat, dan pada

akhirnya akan menjadi motivasi baru dalam pengembangan ilmu dan

wawasan yang telah penulis dapat di bangku perkuliahan, serta bermanfaat

bagi penulis sendiri dan masyarakat umum.

2. Tujuan Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri FPP UNP

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pelaksanaan Praktek Lapangan Industri (PLI) yaitu

mengaplikasikan ilmu yang di dapat oleh mahasiswa selama berada di

kampus. Hal ini sejalan dengan buku panduan Pengalaman Lapangan

Industri mahasiswa FPP UNP (2014:1) yang menyatakan bahwa:

“Secara umum pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI)


ditujukan untuk mendapatkan atau menggali pengetahuan praktis di
lapangan atau industri melalui keterlibatan langsung dalam berbagai
kegiatan di dunia usaha atau industri, memupuk sikap dan etos kerja
mahasiswa sebagai calon tenaga kerja profesional yang siap kerja,
serta mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan melalui
metode analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan Pengalaman
Lapangan Industri (PLI)”.

Pengalaman Lapangan Industri memiliki fokus yang jelas yaitu

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di bidang teknologi

dan kejuruan, melalui keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan di


5

perusahaan atau industri. Mencari informasi tentang keadaan industri

perusahaan tersebut. Menganalisa serta mengembangkan ilmu yang diperoleh

di bangku perkuliahan dengan aplikasi industri maupun perusahaan melalui

keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan di perusahaan tersebut.

b. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri, secara khusus

mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman industri yang mencakup

perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan unit produksi serta pengujian

kualitas produk.

Tujuan khusus lainnya yang ingin dicapai dalam melaksanakan

Pengalaman Lapangan Industri (PLI), yaitu:

a. Mahasiswa diharapkan dapat bekerja dengan kecepatan dan ketepatan

waktu yang menjadi standar perusahaan/industri tempat

dilaksanakannya Pengalaman Lapangan Industri (PLI).

b. Dalam melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) mahasiswa

diharapkan dapat mencari informasi dan belajar memecahkan masalah

yang ditemui.

c. Mahasiswa dapat melaksanakan tugas yang diberikan, serta bertingkah

laku yang sopan menurut peraturan yang dikeluarkan di perusahaan

tempat pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI).

d. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan yang baru dalam lingkungan

dunia kerja.
6

e. Dapat menulis laporan tentang proses kegiatan serta permasalahan yang

ditemui selama melaksanakan praktek kerja.

3. Manfaat Pengalaman Lapangan Industri

Manfaat pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) di Evi

Kebaya bagi penulis adalah:

1) Sebagai sarana menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang Tata Busana.

2) Mencari pengalaman secara langsung berupa berbagai macam aktivitas

dalam sebuah perusahaan.

3) Menambah pengalaman nyata tentang dunia kerja dan menumbuhkan rasa

tanggung jawab serta melatih disiplin terhadap pekerjaan.

4) Mendapatkan ilmu mengenai pengelolaan usaha butik secara langsung.

5) Dapat membandingkan ilmu yang didapat selama perkuliahan dan selama

pengalaman lapangan industri.

6) Menimbulkan motivasi berwirausaha sehingga ingin mendirikan usaha di

bidang tata busana.

7) Dapat memberi dorongan pada mahasiswa program studi Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga untuk meningkatkan kemampuan kreativitas,

keterampilan, dan teknik menjahit.


7

B. Deskripsi Tentang Evi Kebaya

1. Sejarah Berdirinya Evi Kebaya

Berawal dari perusahaan rumah makan milik keluarga dan hobi dalam

membuat acsesoris. Perusahaan rumah makan tersebut bernama

“SEDERHANA”, dalam menjalani hobi membuat acsesoris, bu evi pernah

menjual acsesoris di pasar bawah Pekanbaru selama 3 tahun. Karna usaha

rumah makan sering berkerja sama dengan berbagai peusahaan pelaminan

sebagai penyedia jasa catering. Dan banyaknya permintaan para pelanggan

yang menginginkan pelaminan dari usaha rumah makan “SEDERHANA”

maka pemilik berinisiatif untuk mendirikan perusahaan pelaminan milik

sendiri pada bulan Mei 2011.

Dengan modal awal 45 jt untuk pelaminan dan kantor pelaminan masih

ditempatkan dirumah pemilik. Pelaminan yang didirikan bernama “EVI

WEDDING ORGANIZER” nama tersebut berasal dari sama sang pemilik

sendiri yaitu Juni Elvi. Awal mulanya pelaminan didirikan baju yang

disediakan dibeli dari tanah abang dan para penjahit. Namun karna permintaan

pelanggan yang ingin desain baju yang baru dan mengikuti zaman. Maka sang

pemilik perusahaan ber inisiatif untuk menproduksi baju pelaminan

menggunakan desain sang pemilik.

Dan karna keterbatasan tempat produksi dirumah pemilik, maka

perusahaan pelaminan dan tempat produksi baju pindah ke ruko pada tahun

2013 ber alamat di Jl. Paus no.94 Pekanbaru. Karena banyaknya baju dan
8

kebaya yang diproduksi untuk pelaminan dan keinginan bu evi yang ingin

karyanya di exsplor oleh masyarakat, bu evi berinisiatif untuk membuka

sebuah boutique. Dan pada tahun 2017 bu evi resmi mendirikan perusahaan

Evi Kebaya berdampingan perusahaan Pelaminannya.

Pada tahun 2017 adalah awal butik Evi Kebaya merintis usaha dalam

bidang fashion yang berfokus pada busana kebaya dan busana muslim.

Selama menjalani perusahaan Evi Kebaya bu evi banyak mengikui event-event

fashion show yang ada di kota Pekanbaru maupun di luar kota. Beberapa Event

dan Show yang pernah diikuti oleh Evi Kebaya :

a. Lomba Pakaiana Adat Nusantara (2017)

b. Wedding Expo ( Maret 2018 )

c. Bujang Dara Kampar (2017, 2018 dan 2019)

d. Bujang Dara Siak (2017 dan 2018)

e. Lomba Kartini (2018)

f. Busana Putri Indonesia Riau (2018 dan 2019)

g. Busana Karnaval “Kreasi Desain Kostum Tradisional Riau”

(2016,2017,2018)

h. Ciputra Pekanbaru Run Way (Oktober 2018)

i. Bujang Dara Riau 2019

j. Fashion Carnival Mal SKA Pekanbaru

k. Wedding Expo Mal Pekanbaru (2019)


9

Dan hingga pada tahun ini yaitu tahun 2019, Evi Kebaya juga masih

mengikuti berbagai macam acara dan fashion show yang baik di kota

Pekanbaru maupun diluar kota Pekanbaru. Karena banyaknya permintaan

konsumen terhadap busana muslim wanita maupun pria, maka owner Evi

Kebaya pun berinisiatif untuk membuka boutique busana muslim yang

bernama AZIZAH. Rencananya boutique yang busana muslim ini akan

diresmikan di akhir tahun 2019. Dan untuk penempatan boutique yang baru

akan di bedakan dengan boutique Evi Kebaya, agar konsumen lebih

nyamandalam pemilihan busana kebaya mau pun busana muslim.

2. Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : Evi Kebaya

Alamat : Jl. PAUS NO.98F, Pekanbaru, Riau, 28128

Hp/Telepon : 081266158245

Email : eviweddingorganizer@gmail.com

Bidang Usaha : boutique & wedding organizer

Tahun Berdiri : 2011

Jenis Produk : Busana Pengantin, Busana Muslim, Gaun Pesta,

Kebaya, Busana Ready to Wear, dll

Jaringan Pemasaran : Seluruh Indonesia


10

3. Jenis Produk

Evi Kebaya merupakan suatu usaha dibidang busana yang dikenal yang

memproduksi berbagai macam kebaya dan busana muslim. Mulai dari busana

kebaya adat, kebaya universal dan juga busana muslim ready to wear dengan

desain yang disesuaikan dengan trend mode dan selera pasar.

4. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno,

yaitu menagement, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan

melaksanakan. Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya

perencanaan, pengkoordinasian pengorganisasian dan pengontrolan

sumber daya untuk mencapai sasaran secara efisien dan efektif. Kimball

and Kimball (1951) “Manajemen terdiri dari semua tugas dan fungsi

yang meliputi penyusunan sebuah perusahaan, pembiayaan, penetapan

garis-garis besar kebijaksanaa, penyediaan semua peralatan yang

diperlukan dan penyusunan kerangka organisasi serta pemilihan para

pejabat terasnya”. Sementara itu menurut Mulayu S.P Hasibuan (2000:2)

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai satu tujuan’’. Sementara itu menurut T. Hani Handoko

(2000:10) “Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk


11

menentukan ,menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan

organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan

dan pengawasan”. Sedangkan menurut Appley dan Oey Lee (2010:16):

“Manajemen adalah seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat


strategi memanfaatkan tenaga dan fikiran orang lain untuk
melaksanakan suatu aktifitas yang diarahkan pada pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam manajemen
terdapat teknik-teknik yang kaya dengan nilai-nilai estetika
kepemimpinan dalam mengarahkan, mempengaruhi, mengawasi,
mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang
untuk tercapainya tujuan yang dimaksudkan.”

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah

sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan oleh sekelompok

orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan

cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

b. Manajemen di Evi Kebaya

Manajemen di Evi Kebaya sudah baik, hal ini dikarenakan

manajemen di Evi Kebaya sudah mencapai fungsi-fungsi dari

manajemen itu sendiri, yaitu:

1) Fungsi Perencanaan

Peranan perencanaan sangatlah penting dalam perusahaan

yang dikelola di bawah naungan pimpinan butik. Pimpinan butik

tersebut memiliki tugas membuat perencanaan apa yang harus

dilakukan sebelum dan sesudah proses produksi. Pimpinan butik


12

mempunyai peranan utama dalam merencanakan, sebagai upaya

untuk mensukseskan kegiatan manajemen perusahaan maupun

usaha. Menurut Robbins dalam Syamsir Torang (2013:167),

mengatakan bahwa “Perencanaan adalah proses pendefenisian

secara organisasi, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan

organisasi serta menyusun keseluruhan rencana kemudian

diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan aktivitas organisasi”.

Sedangkan menurut Tjokroamidjojo (1995) dalam Ovalhanif

(2009) :

“Perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai


tujuan sebaik-baiknya (maksimum output) dengan sumber
yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya
dikatakan bahwa, perencanaan merupakan penentuan tujuan
yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana,
bilamana, dan oleh siapa.”

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan atas

langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan serta mengenai

kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya

tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki.

Di Evi Kebaya fungsi manajemen yakni perencanaan telah

terlaksanakan dengan baik disetiap produksi selalu ada

perencanaan, selalu ada meeting atau perbincangan antar


13

karyawan dan perencanaan ini dituangkan ke dalam bentuk

tulisan atau catatan tentang semua hal mengenai produk yang

akan diproduksi tersebut.

2) Fungsi Pengorganisasian

Menurut Robbins,S.P dalam Khaerul Umam (2010:22)

“Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas

kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh

sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan”. Organisasi

adalah suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling

berinteraksi dalam pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara

terus menerus untuk mencapai satu tujuan.

Sebagaimana yang telah diketahui fungsi pengorganisasian

yaitu untuk mengelompokkan orang sesuai dengan bidang atau

keahliannya masing-masing. Di Evi Kebaya hal ini sudah

diterapkan dengan adanya pengelompokan atau pembagian kerja

untuk setiap karyawannya. Pada butik ini sistem organisasi yang

digunakan yaitu sistem organisasi line atau garis, dimana sistem

organisasi ini berdasarkan wewenang langsung dari pimpinan

kepada bawahan, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Pimpinan utama atau owner adalah orang yang memimpin dan

mengatur jalannya perusahaan. Di Evi Kebaya pimpinan


14

terkadang juga ikut melayani konsumen dan membantu

mendesain bentuk busana yang diinginkan konsumen. Hal ini

dilakukan jika konsumen sedang ramai di butik dan manajer

tidak mampu menangani sendiri sehingga pimpinan harus ikut

membantu.

b) Wakil pimpinan adalah orang yang membantu pimpinan utama.

Di Evi Kebaya wakil pimpinan membantu mengecek segala

kebutuhan butik, mengatur keuangan butik baik itu pemasukan

maupun pengeluaran, termasuk menghitung gaji karyawan

sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan.

c) Manajer adalah orang yang dipercaya oleh pimpinan butik

untuk melaksanakan tugas mulai dari perencanaan sebuah

produk hingga tahap packing, termasuk dalam hal pengawasan

karyawan dan fasilitas butik. Tetapi manajer akan selalu

berdiskusi dengan pimpinan mengenai produk yang akan

diproduksi. Selain itu manajer di Evi Kebaya juga bertugas

sebagai desainer, termasuk dalam hal mencatat data-data

penting pelanggan seperti nama dan nomor handphone, lalu

ukuran badan konsumen. Jika pimpinan sedang ada urusan

diluar kota maka segala urusan yang berkaitan dengan butik

sepenuhnya akan menjadi tanggungjawab manajer.


15

d) Asisten manajer adalah orang yang membantu manajer pada

saat melayani pelanggan ataupun saat melakukan proses

produksi. Di Evi Kebaya asisten manajer bertugas membuat

pembukuan mengenai baju-baju yang akan dijahit, mana baju

yang perlu didahulukan, serta mengontrol pembagian baju yang

akan dijahit kepada karyawan dan membuat pembukuan baju-

baju yang sudah dijahit dilengkapi dengan nama karyawan

yang menjahit baju tersebut.

e) Karyawan adalah orang yang bekerja menghasilkan produk

dalam perusahaan. Karyawan di Evi Kebaya dibagi menjadi

beberapa bagian, yaitu:

(1) Karyawan pola merupakan karyawan yang melakukan

tugas dalam bentuk pengadaan pola. Di Evi Kebaya untuk

pola dasar biasanya di buat oleh Surya Prasetyo yang

merupakan karyawan yang ahli dalam pembuatan pola.

(2) Karyawan potong merupakan karyawan yang bertugas

dalam hal pemotongan bahan yang akan dijahit. Di Evi

Kebaya pemotongan bahan dilakukan oleh Surningsih dan

Surya Prasetyo.

(3) Karyawan jahit merupakan karyawan yang bertugas dalam

hal menjahit busana-busana yang dipesan konsumen dan


16

sesuai dengan desain. Di Evi Kebaya terdapat 3 orang

karyawan penjahit.

(4) Karyawan payet merupakan karyawan yang bertugas

dalam hal menghias busana dengan memakai payet dan

sesuai dengan desain.

(5) Karyawan bordir merupakan karyawan yang bertugas

dalam memasang atau menempelkan bordiran atau bunga-

bunga brokat yang dijahit menggunakan mesin bordir. Di

Evi Kebaya terdapat 1 orang karyawan bordir.

(6) Karyawan finishing merupakan karyawan yang bertugas

dalam melakukan penyelesaian akhir atau finishing pada

pakaian yang telah dijahit, seperti pemasangan kancing,

kelim, dan juga membersihkan benang-benang yang tidak

dibutuhkan.

(7) Karyawan pengadaan barang merupakan karyawan yang

bertugas dalam hal membeli barang-barang yang

dibutuhkan dalam proses produksi busana, seperti furing,

bahan tambahan untuk kombinasi, resleting, benang jahit,

dan barang lainnya yang dibutuhkan.

Sebagaimana yang telah diketahui fungsi organizing yaitu

fungsi pengelompokan orang sesuai dengan bidang atau

keahliannya masing-masing. Di Evi Kebaya hal ini sudah


17

diterapkan dengan adanya pengelompokan atau pembagian

kerja untuk setiap karyawannya, hal ini dapat dilihat dari sistem

organisasi pada Evi Kebaya. Berikut sistem organisasi pada Evi

Kebaya, dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. Struktur Organisasi Evi Kebaya

Sumber : Dokumen Pribadi

3) Fungsi Pelaksanaan (Actuating)

Menurut Terry (2010:62) “Actuating juga dimaknai sebagai

upaya untuk membuat semua anggota organisasi agar mau bekerja

sama untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-

usaha pengorganisasian yang telah ditetapkan”.

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dalam fungsi

actuating antara lain:

a) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan

pemberian motivasi kepada karyawan agar dapat bekerja secara

efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

b) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan yang

menjadi bagiannya.

c) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan.

Di Evi Kebaya fungsi ini telah berjalan dengan baik karena

proses kepemimpinan dan pembimbingan dilakukan langsung oleh


18

pimpinan utama dan wakil pimpinan butik. Pimpinan utama dan wakil

pimpinan Evi Kebaya memimpin dan membimbing dalam segala hal,

mulai dari proses produksi, administrasi, keuangan, serta pengadaan

barang di butik.

4) Fungsi Pengawasan (Controlling)

Kontrol merupakan fungsi yang berfungsi untuk melihat

apakah proses produksi telah berjalan dengan baik atau tidak,

produk yang dihasilkan sesuai dengan standar perusahaan atau

tidak dan apakah target yang telah diterapakan tercapai atau tidak.

Di Evi Kebaya fungsi kontrol ini dilaksanakan oleh seorang

Designer yang akan memeriksa, mengecek, dan memberi

petunjuk selama proses produksi hingga produk selesai dikerjakan.

5. Personalia di Evi Kebaya

a. Sistem Penerimaan Karyawan

Dalam penerimaan karyawan di Evi Kebaya mempunyai kriteria

tersendiri yang disesuaikan dengan bidang yang akan ditempati oleh calon

karyawan. Karyawan yang akan dipilih oleh Evi Kebaya haruslah mereka

yang mampu untuk memperlihatkan kualitas kerja yang dhiarapkan atau

sesuai dengan standar kualitas Evi Kebaya.


19

Untuk penerimaan karyawan jahit biasanya di tes dengan menjahit

sebuah baju yang sudah dipotong sesuai pola dan menyelesaikan dalam

waktu tertentu. Dan untuk penerimaan karyawan pola biasanya calon

karyawan tersebut harus memiliki basic membuat pola, dan mampu

membuat pecah pola berdasarkan desain yang diberi. Untuk karyawan

finishing dan payet, calon karyawan harus bisa memayet dan jahit tangan.

b. Kondisi Tenaga Kerja

Karyawan di Evi Kebaya sebagian besar berasal dari Pekanbaru, dan

sekitarnya. Jumlah tenaga kerja di butik Evi Kebaya 4 orang yang terdiri

dari asisten, karyawan jahit, karyawan pola, karyawan potong, karyawan

payet atau menghias.

c. Pengaturan Jam Kerja

Pengaturan jam kerja yang diberlakukan di Evi Kebaya adalah sebagai

berikut :

1) Hari senin sampai dengan hari sabtu jam kerja dimulai pada pukul

09.00-17.00 WIB dengan istirahat dari pukul 12.00-13.00 dan mulai

bekerja kembali 13.00-17.00 WIB.

2) Hari minggu merupakan hari libur karyawan. Untuk hari-hari

besar nasonal karyawan juga libur.

3) Apabila banyak pesanan diberlakukan kerja lembur.

d. Sistem Gaji dan Upah


20

Sistem pembayaran gaji pada Evi Kebaya dilakukan perbulan,

jumlah gaji setiap karyawan berbeda-beda sesuai dengan apa yang

dikerjakan oleh karyawan tersebut. Jika dalam keadaan tertentu yang

mengharuskan karyawan lembur (masuk kerja pada hari Minggu) maka

karyawan tersebut juga akan mendapatkan upah lembur.

Untuk gaji karyawan pembuat pola, potong kain dan jahit berkisar 3

juta perbulan. Tiap bulannya Evi Kebaya bisa memproduksi minimal 3

pasang baju. Sedangkan gaji karyawan finishing dan hiasan/payet tiap

bulannya adalah 1,5 jt.

e. Hak dan Kewajiban karyawan

1) Hak Karyawan

a) Menerima gaji pokok.

b) Mendapatkan tunjangan hari raya.

c) Mendapatkan upah lembur.

2) Kewajiban Karyawan

a) Melaksanakan tugas sesuai dengan jenis pekerjaan.

b) Menaati jam kerja.

c) Menjaga kualitas produksi.

d) Membersihkan tempat kerja masing-masing setelah selesai bekerja.

6. Deskripsi Tempat
21

Evi Kebaya yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang

kebaya dan busana muslim. Evi Kebaya beralamat di Jalan Paus Ujung

Nomor 98f,Pekanbaru. Evi Kebaya memiliki 1 tempat usaha yaitu tempat

produksi sekaligus gallery dan kantor pelaminananya dengan kondisi temat

yang cukup luas dan sistematis karena letaknya ditepi jalan raya yang rame

pendudukmya.

C. Perencanaan Kegiatan PLI di Perusahaan/Industri di Evi Kebaya

1. Waktu dan Tempat Kegiatan

Pelaksaan Praktek Lapangan Industri dilaksanakan pada tanggal 25

April 2019 sampai dengan 25 Juni 2019. Pengalaman Lapangan Industri

dilaksanakan di “ Evi Kebaya” yang beralamat di Jln. Paus Ujung Nomor

98F, Pekanbaru. Perusahaan yang di jadikan tempat pelaksaan Praktek

Lapangan Industri merupakan industri yang bergerak di bidang busana.

Dimana di perusahaan ini sangat cocok bagi penulis untuk mengikuti

Pengalaman Lapangan Industri dan merupakan salah satu syarat mata

kuliah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa Fakultas

Pariwisata dan perhotelan di Universitas Negeri Padang.

2. Kegiatan Observasi

Pengalaman Lapangan Industri dan merupakan salah satu syarat

mata kuliah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa Fakultas


22

Pariwisata dan perhotelan di Universitas Negeri Padang. Sebelum

melaksanakan Prakter Lapangan Industri (PLI), mahasiswa terlebih dahulu

harus melakukan observasi dan mengenali lingkungan industri yang akan

dijalani. Kegiatan observasi yang dilakukan diantaranya mengenai lokasi

perusahaan atau industri, masalah personalia/karyawan, serta proses

produksi.

D. Pelaksanaan kegiatan PLI serta Hambatan-Hambatan yang ditemui dan

Penyelesaiannya

Pelaksanaan Praktek Lapangan Industri di Evi Kebaya yang terletak di

Pekanbaru ini masa pelaksanaan berlangsung selama dua bulan . Dalam

pelaksanaan Praktek Lapangan I ndustri, penulis banyak dibantu oleh

karyawan-karyawan yang bekerja di Evi Kebaya dan sesuai dengan jadwal

serta program kerja yang disusun sebelumnya.

1. Kegiatan Umum:

a. Persiapan

b. Observasi perusahaan

c. Mengetahui denah ruangan perusahaan

d. Mengetahui sejarah berdirinya perusahaan

e. Mengetahui status dan bidang kegiatan perusahaan

f. Mengetahui struktur organisasi

g. Tenaga kerja
23

h. Fasilitas yang dimiliki perusahaan

i. Mengetahui sistem manajemen perusahaan yang meliputi:

1) Manajemen usaha

2) Manajemen produksi

a) Proses pembuatan pola

b) Pembutan design

c) Bagian cutting

j. Produksi

Proses produksi yang ada pada Evi Kebaya adalah :

1) Proses pembuatan pola

2) Pemotongan bahan secara manual

3) Pemasangan pelapis pada bahan

4) Pengepresan bahan dengan pelapis

5) Membersihkan tiras-tiras pada bahan

k. Sewing:

1) Menyatukan bahan untuk bagian badan

2) Mensum

l. PPC

1) Pemasangan payet

2) Pemasangan buah baju

3) Pemasangan hiasan busana

m. Finishing
24

1) Memperhatikan kekurangan atau kesalahan pada busana

n. Pengemasan

2. Kegiatan Khusus

Dalam pelaksanaan Praktek Lapangan Industri yang penulis lakukan,

penulis memfokuskan kepada proses Pembuatan Pola Kebaya dengan

Lengan Tidak Putus. Selain memfokuskan pada kegiatan pembuatan

pola kebaya dengan lengan , penulis juga melakukan observasi

dibidang lain, guna menambah wawasan penulis pada kegiatan

lainnya serta melihat dan mengetahui tentang kegiatan perusahaan

tersebut dalam bidang manajemen dan produksi yang dihasilkannya.

Selama berlangsung kegiatan Praktek Lapangan Industri tersebut

ada beberapa masalah dan kesenjangan ilmu yang penulis peroleh

antara teori diperkuliahan dengan praktek di industri tersebut.

3. Masalah yang dihadapi

Beberapa masalah yang dihadapi selama kegiatan Praktek

Lapangan Industri, yaitu:

a. Kurang menguasai pembuatan pola kebaya dengan lengan

menyatu dengan badan.

b. Masih kurangnya pemahaman tentang desain.


25

4. Pemecahan masalah

Agar kegiatan Praktek Lapangan Industri dapat berjalan dengan

baik, maka penulis berusaha menanggulangi masalah tersebut dengan

cara :

a. Banyak bertanya dan berdiskusi dengan pihak karyawan pada

jam istirahat.

b. Bertanya serta memperhatikan karyawan ketika diberi contoh.


BAB II

PEMBUATAN POLA KEBAYA DENGAN LENGAN SETALI

A. Kajian Teori

1. Pola

a. Sejarah Pola

Menurut sejarah pakaian, asal mulanya manusia mengenakan pakaian-

pakaian berupa sehelai kain berbentuk segi empat. Pada tengahnya diberi

lubang untuk kepala, sehingga sehelai kain itu dapat jatuh ke badan.

Peninggalan dari bentuk pakaian tersebut sekarang dinamakan baju kurung,

tetapi bagian sisi dijahit memanjang ke lengan dan membentuk ketiak

membulat. Kemudian berkembang menjadi baju kaftan, yakni bagian

tengah muka terbuka, karena baju kurung (bentuk pertama) dibelah dari

leher kebawah. Sekarang busana tersebut dinamakan dengan kebaya, hanya

pada kaftan mempunyai lengan setali sedangkan kebaya tidak.

Bentuk pakaian yang sederhana sekali ialah sehelai kain yang panjang

dan dibelit ke badan, sehingga menjadi pakaian bungkus. Pada saat ini

masih terlihat pakaian semacam itu seperti sari dari India dan kain panjang

dari Indonesia. Kemajuan zaman menuntut sesuatu yang lebih feminim

yang harus di tonjolkan dari kaum wanita, dan untuk itu maka mode-mode

kaum bangsawan zaman dahulu diambil guna menciptakan untuk mode

garis princess dan garis empire, dimana lipit koup dapat dimasukkan,

sehingga bentuk buah dada lebih menonjol yang merupakan satu

26
27

keistimewaan bagi seorang wanita. Untuk mendapatkan hasil pakaian yang

menunjukkan bagian keistimewaan wanita perlu dibuat pola.

Oleh karena itu timbul pemikiran orang untuk membuat pola dengan

kontruksi badan seseorang diukur dengan pita ukuran. Ukuran tersebut

dihitung secara matematika dan digambar pada kertas sehingga tergambar

bentuk badan muka, belakang, lengan, rok, kerah dan sebagainya.

Pelopor pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer

Buterick dari Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 1863, Butterick

dan istri menciptakan pola komersial dalam berbagai ukuran. Sebelumnya

ada kertas pola dari Butterick, pola hanya tersedia dalam satu ukuran, dan

penjahit harus membesarkan dan mengecilkan pola sesuai ukuran badan

pemakai. Pola kertas dari Butterick menjadi sangat popular pada tahun

1864.

Aenne Burda dan majalah mode Burda Moden mempopulerkan pola

siap pakai di Jerman sejak tahun 1952, Burda mulai menerbitkan pola

pakaian. Setiap bulan Januari dan Juli, Burda menerbitkan catalog terpisah

berisi pola siap pakai untuk lebih dari 600 model pakaian wanita dewasa

dan anak-anak selain berisi informasi langkah demi langkah yang

mendetail tentang cara menjahit pakaian, pola-pola tersebut juga dirancang

untuk memahami mulai dari penjahit pemula sampai dengan penjahit

berpengalaman.
28

Di Jepang sistem So-En dari Bunka Fashion Collage dan system

Dressmaking dari Dressmaker dari Jogakuin (sekarang Dressmaker

Gakuin) mendominasi metode menggambar pola. Hingga tahun 2005

majalah So-En di terbitkan sebagai majalah yang memuat pola baju dan

cara menjahit pakaian. Pesaingnya adalah majalah Dressmaking yang

pertama kali terbit pada tahun 1949 namun berhenti terbit sejak Mei 1993.

b. Pengertian Pola

Pola adalah potongan-potongan kertas yang merupakan bagian-bagian

pakaian atau produk jahit-menjahit. Pola sangat penting artinya dalam

membuat busana. Tamimi (1982:133) mengemukakan bahwa “Pola

merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti

dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan

bentuk badan ini dibuat pola dasar”. Sedangkan menurut Porrie Muliawan

(1900:2) pengertian pola dalam bidang jahit menjahit ialah “ Pola

merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti

dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan

bentuk badan ini disebut pola dasar”. Dari beberapa pendapat diatas, dapat

disimpulkan bahwa pola adalah ciplakan bentuk badan seseorang yang

dibuat pada kertas atau kain, yang menjadi pedoman dalam menggunting

bahan.
29

Membuat pola busana merupakan langkah yang paling penting dalam

membuat busana. Pola merupakan hal yang paling penting dalam proses

pembuatan pakaian, karena pola sangat menentukan apakah pakaian

tersebut sesuai dengan desain yang telah direncanakan dan dapat dipakai

oleh konsumen tersebut atau tidak, hal ini bergantung kepada ketepatan

dalam pembuatan pola. Tanpa pola suatu pakaian dapat dibuat, namun

hasilnya tidak akan memuaskan dan kemungkinan tidak sesuai dengan

desain yang telah direncanakan. Dapat pula diartikan pola-pola yang

berkualitas akan menghasilkan pakaian-pakaian yang bagus enak

dipandang, nyaman untuk dikenakan, dan bernilai tinggi sehingga tercipta

suatu kepuasan bagi sipemakai.

Ernawati, dkk (2008:245), mengatakan bahwa : Kualitas pola pakaian

akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah: 1) Ketetapan dalam

mengambil ukuran tubuh sipemakai, hal ini mesti didukung oleh

kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh

serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik

dan garis tubuh sipemakai; 2) Kemampuan dalam menentukan kebenaran

garis-garis pola, sepeti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu,

sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya, untuk teliti

dalam melakukan pengecekan ukuran; 3) Ketepatan memilih kertas untuk

pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas Koran; 4)

Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian-


30

bagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah

benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda

kelim dan lain sebagainya; 5) Kemampuan dan ketelitian dalam

menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya

disimpan pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantong-

kantong plastik, diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal serta

dilengkapi dengan buku catalog.

Pembuatan pecah pola atau pecah model berdasarkan dari pola dasar.

Pola dasar adalah pola yang sudah dapat dijadikan contoh menjahit namun

belum memiliki model. Ukuran pola dasar dibuat sesuai dengan ukuran

badan pemakai atau dipakai ukuran pola dasar yang umum (S, M dan L)

untuk pria, wanita maupun anak-anak. Macam-macam pola dasar dapat

dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan teknik pembuatannya,

bagian-bagiannya, metodenya, maupun jenisnya.

1) Berdasarkan teknik pembuatannya

Menurut Sri Wening (2014:7) pola berdasarkan teknik

pembuatannya terbagi menjadi dua macam, yaitu teknik konstruksi dan

teknik draping.

a) Teknik Drapping

Menurut Helen Joseph-armstrong (2008) drapping is a unique

for creating desing without the aid of a pattern or mearsuremans”


31

draping adalah metode unik untuk menciptakan atau mengkreasikan

desain tanpa bantuan pola atau ukuran.

Pola drapping adalah pola dasar yang dibuat dengan konstruksi

padat atau kubus, pola dibentuk diatas badan sipemakai atau

tiruannya yang disebut dressfoam. Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa drapping adalah teknik pembuatan pola dengan

teknik memulir langsung kain pada dressfoam/ boneka/dummy yang

berdasarkan dengan desain yang telah direncanakan.

Alat dan bahan yang digunakkan dalam membuat pola drappping

adalah :

(1) Dressfoam/ patung

(2) Pita ukur

(3) Jarum pentul

(4) Penggaris

(5) Pensil

(6) Kapur jahit

(7) Gunting kain

(8) Kain blacu

b) Teknik Konstruksi

Teknik pembuatan pola dengan konstruksi atau flat pattern,

merupakan pembuatan pola di atas kertas yang berupa dua dimensi.

Menurut Syafri (1999:1) “Pola yang dibuat berdasarkan ukuran


32

perorangan atau khusus dibuat untuk seseorang dan cara mengambil

ukuran serta perhitungan nya sesuai dengan sistem pola yang kita

buat. Pola yang dibuat secara dua dimensi pada bidang datar terbagi

menjadi dua yaitu :

(1) Pola standar atau pola baku

Pola yang dibuat menggunakan ukuran yang sudah dibakukan/

standart yaitu S (small), L (large), XL(extra large).

(2) Pola jadi

Pola jadi yang dibuat dengan cara dicetak berupa pola dasar atau

pola yang sudah diubah sesuai model dan biasanya dijual dalam

amplop dan berada dalam buku majalah mode. Alat dan bahan

untuk membuat pola konstruksi adalah :

a. Pita ukur/centimeter

b. Penggaris

c. Kertas pola

d. Pensil

e. Penghapus

2) Berdasarkan Bagiannya

a) Pola dasar badan atas yaitu pola badan mulai dari bahu atau leher

sampai batas pinggang.


33

b) Pola dasar badan bawah, yaitu pola dasar mulai dari pinggang sampai

lutut atau sampai mata kaki.

c) Pola lengan, yaitu pola bagian lengan atas atau bahu terendah, sampai

siku, pergelangan tangan, atau sampai batas panjang lengan yang

diinginkan.

3) Berdasarkan Metodenya

Pola dasa berdasarkan metodenya adalah cara membuat pola

kontruksi flat pattern dengan ukuran atau urutan tertentu sesuai dengan

penemunya atau penciptanya. Metode menggambar pola sesuai nama

pencipta metode, misalnya Dressmaking dan So-En dari Jepang, atau

Danckaerts dan Cuppens Geurs dari Belanda. Beberapa majalah wanita

juga sering memuat pola siap pakai (pola jadi) lengkap dengan instruksi

cara menjahitnya.

a) Metode Dressmaking

Pola Dressmaking adalah salah satu jenis pola dasar konstruksi

datar yang mempunyai lebih dari satu kupnat, lipit kupnya berada

pada bagian sisi dan pinggang. Metode Dressmaking yang perama

kali terbit tahun 1949, namun berhenti terbit sejak Mei 1993.

b) Metode So-en

Pola So-En adalah salah satu jenis pola konstruksi datar yang

namanya diambil dari nama pembuatnya. Metode So-En merupakan

metode menggambar pola yang berasal dari Jepang (Bunka Fashion


34

College). Pola So-En memiliki kupnat pada pinggang muka dan

pinggang belakang, tetapi ukuran kupnatnya cukup lebar, ciri ini

memberi keuntungan untuk wanita bertubuh besar. Hingga tahun

2005, majalah So-En diterbitkan sebagai majalah yang memuat pola

baju dan cara menjahit pakaian.

c) Metode Cupppens Geurs

Metode Cuppens Geurs merupakan metode menggambar pola

yang berasal dari Belanda. Pembuatan pakaian dengan pola cuppen

geurs termasuk sistem pola dasar yang rumit bila dibandingkan

dengan pola lain yang ada pada umumnya memiliki satu kupnat

depan dan belakang misalnya pola So-En. Jika dilihat dari jumlah

kupnat yaitu pada bagian pinggang dan sisi maka pola cuppens geurs

lebih cocok digunakan dalam pakaian yang press body dan hasilnya

lebih nyaman dikenakan karena sesuai dengan bentuk tubuh wanita

yang memiliki banyak lekukan-lekukan.

d) Metode Meyneke

Pola meyneke ditemukan oleh J.H.C. Meyneke. Pola meyneke

adalah salah satu jenis pola dasar konstruksi datar yang mempunyai

lebih dari satu kupnat yaitu kupnat bahu depan dan belakang serta

pinggang. Pola ini biasa digunakan untuk busana pas badan seperti

lingeri, kebaya, dan gaun. Lebar kupnat dapat menyesuaikan dengan


35

besarnya payudara. Cara pengambilan ukurannya lebih lengkap dan

detail karena menggunakan ukuran control atau ukursn uji.

e) Metode Charmant

Pola charmant adalah pola yang memiliki kupnat pada pinggang

muka dan pinggang belakang.

f) Metode Danckaerts

Metode Danckaerts merupakan metode menggambar pola yang

berasal dari Belanda. Pola Danckaerts memiliki kupnat pada

pinggang bagian muka dan juga pinggang bagian belakang.

c. Fungsi Pola

Tujuan pembuatan pola diantarannya adalah mempermudah pekerjaan

menjahit, mengefektifkan pemakaian bahan, dan menjadikan ketepatan bentuk.

Pola dijadikan acuan dalam memotong dan menjahit busana. Dengan adanya

pola pakaian diharapkan bisa meminimalisir kesalahan dalam waktu menjahit

serta hasilnya dapat disesuaikan dengan ukuran yang di inginkan. Pendapat ini

didukung oleh Sri Rudiati Sunato (1993:6) “fungsi pola ini sangat penting bagi

seseorang yang ingin membuat busana dengan bentuk serasi mengikuti lekuk-

lekuk tubuh, serta membuat potongan-potongan lain dengan bermacam-macam

model yang dikehandaki”.


36

2. Busana

a. Pengertian Busana

Kata busana diambil dari bahasa Sanskerta “bhusana”. Namun dalam

bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti “busana” menjadi “padanan

pakaian”. Namun demikian pengertian busana dan pakaian memiliki makna

yang berbeda. Busana menurut Ernawati dkk (2008:23) busana mempunyai

konotasi “pakaian yang bagus atau indah” yaitu pakaian yang serasi,

harmonis, selaras, enak di pandang, nyaman melihatnya, cocok dengan

pemakai serta sesuai dengan kesempatan. Sedangkan pakaian adalah

bagian dari busana itu sendiri.

Pengertian busana menurut Ernawati (2008:24) yaitu “Segala sesuatu

yang dipakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang memberi

kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi si pemakai”. Menurut

Arifah (2003:1) “Busana adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang

sudah dijahit atau tidak di jahit yang dipakai atau disampirkan untuk

penutup tubuh seseorang”. Secara garis besar busana meliputi:

1) Busana mutlak yaitu busana yang tergolong busana pokok seperti baju,

rok, kebaya, blus, bebe dan lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti

singlet, bra, celana dalam dan lain sebagainya.

2) Milineris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi busana

mutlak, serta mempunyai nilai guna disamping juga untuk keindahan


37

seperti sepatu, tas, topi, kaus kaki, kaca mata, selendang, scraf, shawl,

jam tangan dan lain-lain.

3) Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah

keindahan si pemakai seperti cincin, kalung, liontin, bross dan lain

sebagainya.

Jadi, busana secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

dipakai oleh seseorang mulai dari kepala hingga ujung kaki yang memberi

kenyamanan, keindahan bagi sipemakai, terdiri dari busana mutlak,

milineris atau pelengkap busana dan aksesoris.

b. Fungsi Busana

Pada awalnya busana hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh dari

lingkungan sekitar sepertii sengatan matahari, cuaca dingin, hujan, ataupun

gigitan serangga. Namun, seiring dengan perkembangan zaman fungsi

busana semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan

ilmu pengetahuan, fungsi busana dapat ditinjau dari beberapa aspek.

Menurut Ernawati dkk (2008:25) terdapat tiga aspek dari fungsi busana

yaitu aspek biologis, psikologis dan sosial.

Menurut Roesbani (1984 : 4) “Busana disamping sebagai syarat

kesehatan, juga berfungsi sebagai penutup tubuh, melindungi tubuh,

menambah nilai estetika, memiliki keindahan, memenuhi peradaban dan

kesusilaan”.
38

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa busana selain

berfungsi sebagai penutup tubuh, busana juga berfungsi untuk

memperindah diri seseorang dan merupakan kebutuhan primer bagi

manusia.

c. Pemilihan Busana

Dalam pemilihan busana terdapat beberapa faktor yang menjadi

pertimbangan, agar busana yang dipilih tidak berakibat fatal bagi

sipemakai, karena yang semula untuk mempercantik diri dan menutupi

kekurangan tubuh tidak terwujud, namun sebaliknya semakin menonjolkan

kekurangan tubuh dari sipemakai.

Dalam pemilihan busana terdapat beberapa faktor yang menjadi tolak

ukur agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak sesuaian dalam pemilihan

busana yaitu faktor individu dan faktor lingkungan, menurut Ernawati

(2008:27) adapun yang menyangkut faktor individu seperti : bentuk tubuh,

umur, warna kulit, jenis kelamin dan kepribadian. Sedangkan yang

menyangkut faktor lingkungan adalah : waktu, kesempatan dan

perkembangan mode.
39

3. Kebaya

a. Pengertian Kebaya

Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia

yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau

pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-

warni.

b. Sejarah Kebaya

Kebaya berasal dari kata arab “abaya” yang berarti pakaian, namun

versi lain menyebut berasal dari kata "Kebyak" atau "Mbayak" dari

masyarakat Jawa.. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun

yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.

Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di

budaya dan norma setempat.Namun ada juga pendapat bahwa kebaya

memang asli dari Indonesia. Ada juga teori yang mengatakan bahwa

kebaya mulai dikenal di Indonesia khususnya di Jawa seiring dengan

penyebaran agama Islam pada abad ke 13. Hal ini bisa dihubungkan

dengan teori penyebaran agama Islam yang dilakukan okeh wali songo dan

fakta sejarah yang mengatakan wali songo adalah keturunan cina. Sesuai

juga dengan fakta sejarah bahwa laksamana Chengho selain melakukan

hubungan dagang juga menyebarkan agama Islam. Ada juga yang

mengatakan bahwa kebaya bukan berasal dari China karena pakaian

asli China adalah Cheongsam yang berbeda dari kebaya. Hal ini tidak


40

benar, karena kebaya berasal dari 'Bei zi' baju dynasty Song dan Ming,

sedangkan cheongsam baru mulai dikenal sejak jaman dynasty Ching atau

manchu. Kebaya merupakan adaptasi dari Bei zi' yang disesuaikan dengan

kondisi iklim tropis. Pada awal mulanya kebaya hanya digunakan oleh para

bangsawan. Bentuk paling awal dari kebaya di Jawa dapat dilihat

dari Keraton Majapahit yang dikenakan para permaisuri atau selir raja.

sebagai sarana untuk memadukan perempuan Kemban yang ada, tubuh

bungkus dari perempuan aristokrat menjadi lebih sederhana dan dapat

diterima oleh yang baru memeluk agama Islam. Aceh, Riau dan Johor dan

Sumatra Utara mengadopsi gaya kebaya Jawa sebagai sarana ekspresi

sosial status dengan penguasa Jawa yang lebih alus atau halus. Nama

kebaya sebagai pakaian tertentu telah dicatat oleh Portugal saat mendarat di

Jawa. Kebaya Jawa seperti yang ada sekarang telah dicatat oleh Thomas

Stamford Bingley Raffles di 1817, sebagai sutra, brokat dan beludru,

dengan pembukaan pusat dari blus diikat oleh bros, bukan tombol dan

tombol-lubang di atas batang tubuh bungkus kemben, yang kain (dan

pisahkan bungkus kain beberapa meter panjang keliru diberi istilah 'sarung

di Inggris (sarung dijahit untuk membentuk tabung, seperti pakaian Barat).

Penggunaan brokat merupakan pengaruh dari Portugis.

Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya

dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di

pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian


41

resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang

tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.

Sebagian banyak mereka berpendapat bahwa kebaya merupakan

busana tradisional yang umumnya telah dikenal di seluruh Indonesia,

namun kebaya lebih identik dipakai oleh wanita-wanita Jawa. Model dan

jenis kebaya nya pun berbeda disetiap daerah yang tersebar diseluruh

wilayah Jawa. Jawa Tengah memiliki model kebaya tersendiri, kebaya

yang biasa dipakai wanita jawa tengah biasanya model kebaya Solo atau

Surakarta. Solo merupakan daerah yang dikenal sebagai wilayah keraton

dan kerajaan yang masih kental dengan nuansa-nuansa kerajaan.

Seiring berjalannya waktu, design Kebaya berubah dan sempat

tergerus zaman. Apalagi di masa pendudukan Jepang, di saat kreativitas

dan produktivitas bangsa ditekan hingga ke level yang paling rendah.

Pendudukan Jepang di Indonesia memutus jalur perdagangan tekstil dan

perlengkapan penunjangnya, akhirnya banyak rumah produksi kebaya tutup

dan hanya sedikit perusahaan batik yang bisa bertahan.

Sejak masa itu, jejak kebaya sedikit terhapus. Para wanita pejuang

kemerdekaan yang masih menggunakan kebaya (kebanyakan jenis kebaya

kartini dan kebaya encim), kembali memopulerkannya, kendati harus

bersaing dengan busana Barat yang dianggap lebih “memerdekakan”

perempuan dari simbolisasi kebaya masa lalu, yang mengungkung

perempuan dalam lilitan korset dan kain panjang


42

c. Filosofi Kebaya

Bagi seorang wanita Jawa, kebaya bukan hanya sebagai sebatas

pakaian. Lebih dari itu kebaya juga menyimpan sebuah filosofi tersendiri.

Sebuah filosofi yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Keberadaan

kebaya di Indonesia bukan hanya sebagai menjadi salah satu jenis pakaian.

Kebaya memiliki makna dan fungsi lebih dari itu. Bentuknya yang

sederhana bisa dikatakan sebagai wujud kesederhaan dari masyarakat

Indonesia.

Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak

tanduk wanita yang harus serba lembut. Kebaya selalu identik dipasangkan

dengan jarik atau kain yang membebat tubuh. Kain yang membebat tubuh

tersebut secara langsung akan membuat siapapun wanita yang

mengenakannya kesulitan untuk bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya

mengapa wanita Jawa selalu identik dengan pribadi yang lemah gemulai.

Menggenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya

berubah menjadi seorang wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian.

Potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh mau tidak mau akan

membuat wanita tersebut harus bisa menyesuaikan dan menjaga diri.

Setagen yang berfungsi sebagai ikat pinggang, bentuknya tak ubah seperti

kain panjang yang berfungsi sebagai ikat pinggang.

Namun justru dari bentuknya yang panjang itulah nilai-nilai filosofi

luhur ditanamkan, merupakan symbol agar bersabar atau jadilah manusia


43

yang sabar, erat kaitannya dengan peribahasa jawa “dowo ususe” atau

panjang ususnya yang berarti sabar.

d. Bahan Kebaya

1) Kain Lace atau Brokat

Kain brokat yang glamor ini memang banyak di gunakan sebagai

bahan kebaya brokat terbaik diproduksi oleh Negara Perancis, namun

sekarang India dan Indonesia pun sudah mampu memproduksi dengan

kualitas cukup bagus. Dengan berbagai macam aplikasi tambahan yang

dapat menyamarkan kebaya, seperti payet dan beads, maka sekarang

kita tak perlu lagi membeli kain brokatyang mahal. Pola-pola brokat

masih berkisar pada motif flora dan masih jarang yang menggunakan

motif abstrak. Untuk anak muda, sangat disarankan agar berani

bereksperimen dengan aneka tekstur baru dan motif abstrak.

2) Kain Organza atau Organdi

Organdi memiliki tekstur soft, shiny, tapi bisa menahan

bentuknya dan cocok untuk menimbulkan efek volume atau puffy.

Tekstur dan warnanya membei kesan mahal dan cocok untuk busana

pesta atau gaun pengantin (bridal).

3) Kain Sutera

Sutra ada dua jenis, yang pertama adalah serat alam dari

kepompong ulet sutra dan satu lagi adalah sutera buatan. Karena
44

sifatnya yang sangat lembut di kulit, dingin, menyerap keringat, dan

warnanya tahan lama, sutera menjadi satu pilihan untuk aneka macam

busana. Kini pada kain sutera juga sudah banyak di aplikasikan corak

batik utradisional.

4) Kain Shiffon

Shiffon daalah bahan yang sangat lembut, halus, transparan, dan

jatuh mengikuti bentuk badan. Karena sifatnya yang mengikuti bentuk

tubuh, kain ini tidak di sarankan untuk digunakan oleh orang yang

berbadan gemuk. Kain ini juga sangat cocok untuk digunakan sebagai

selendang, veil, atau pelengkap kebaya lainnya.

5) Kain Tule

Dulu kain ini hanya di pakai oleh pengantin atau penari ballet,

namun kini kain ini sudah sering di gunakan sebagai kombinasi untuk

busana yang modern, misalnya untuk aksen di bagian leher,

pergelangan tangan, dan ujung-ujung kebaya. Biasanya aksen di

lakukan dengan cara mengerutkan kain agar menumpuk di satu area

tertentu.

6) Kain Tenun

Bangsa Indonesia sangatlah kaya aneka macam kain tenun dari

berbagai daerah, seperti kain tapis Lampung, songket Palembang, ulos

Batak,dan masih banyak macam ragam tenun dari bangsa Indonesia.

Tiap jenis kain tenun mempunyai keunikan sendiri-sendiri,


45

memadukan kebaya dengan aneka jenis kain tenun yang akan

membuat penampilan kita lebih anggun,etnik dan menarik.

7) Kain Jumputan

Kain jumputan merupakan salah satu jenis kain yang paling

banyak dipakai untuk membuat model kebaya kutu baru. Sejenis

kebaya yang biasa dikenakan bersama dengan kain yang dililitkan di

bagian perut (stagen) atau korset untuk menciptakan siluet yang lebih

ramping dan feminim pada tubuh pemakainya.

Sebagai bahan kebaya, kain jumputan konon juga termasuk ke

dalam jenis kain yang memiliki nilai seni cukup tinggi karena antara

kain satu dengan lainnya pasti tidak akan dijumpai motif yang sama

persis. Sekalipun tampak mirip pasti ada saja perbedaan spesifik yang

menjadi pembedanya.

B. Proses Pembuatan Pola Kebaya di Evi Kebaya

Proses pembuatan busana yang baik harus dimulai dengan perencanaan yang

matang. Perencanaan tersebut meliputi proses menentukan metode atau cara untuk

membuat busana dan tahap penyelesaian agar hasil yang dicapai dapat sesuai

dengan tujuan dan harapan.

Pembuatan busana yang diproduksi di Evi Kebaya disesuaikan dengan tema

koleksi yang akan ditampilkan pada acara fashion show. Pada acara fashion show

yang akan diikuti oleh Evi Kebaya menggunakan teknik pola lengan setali. Proses
46

pembuatan pola tersebut di lakukan oleh seorang pekerja yang ahli dalam pebuatan

pola di Evi Kebaya. Langkah-langkahnya meliputi pembuatan desain, pembuatan

pola dasar sesuai dengan ukuran standard model, proses pecah pola, dan

pembuatan pola kebaya lengan setali sesuai dengan desain yang telah

direncanakan.

Berikut langkah-langkahh pada proses pembuatan busana kebaya dengan

teknik pola lengan setali di Evi Kebaya.

1. Pembuatan Desain

Desain merupakan hal yang paling utama sebelum membuat atau

menciptakan suatu produk busana, karena desain merupakan suatu rencana atau

perkiraan/ gambaran dari produk yang akan dihasilkan.

Berdasarkan asal katanya desain berasal dari bahasa inggris yaitu design

yang berarti rancangan, rencana atau reka rupa, sedangkan menurut Ernawati

(2006:195) desain dapat diartikan sebagai proses perencanaan bentuk dengan

tujuan supaya benda yang dirancang mempunyai fungsi atau berguna serta

mempunyai nilai keindahan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desain merupakan

pola rancangan yang menjadi dasar dalam pembuatan suatu produk seperti

busana, dalam pembuatan desain diperlukan adanya pemikiran, pertimbangan,

perhitungan, cita, rasa dan seni serta berdasarkan kegemaran dari orang banyak

pada suatu waktu tertentu.


47

Pada Evi Kebaya pembuatan desain biasanya dibuat sesuai dengan pesanan

konsumen atau sesuai dengan pesanan konsumen atau sesuai dengan tema dari

Fashion Show yang diikui.

a. Desain Ilustrasi

Penyelesaian
Leher Bulat
Brokat Tempel

Kebaya Bahan
Dalaman
Tille
Manset

Rok Pias 6

Hiasan Brokat
dan Payet

Gambar 2. Desain Ilustrasi Tampak Depan


48

Leher Bulat

Brokat Tempel

Tutup Tarik

rok

Rok Pias 6

Hiasan Payet

Brokat Tempel

Gambar 3. Desain Ilustrasi Tampak Belakang


49

2. Proses Pembuatan Pola

a. Mengambil Ukuran

1) Lingkar Badan

Diukur sekeliling badan atas, melalui puncak dada, diukur pas ditambah 4

cm.

Gambar 4.Mengambil Ukuran Lingkar Badan

2) Lingkar Pinggang

Diukur sekeliling pinggang pas.

Gambar 5. Mengambil Ukuran Lingkar Pinggang


50

3) Lingkar Panggul

Diukur sekeliling panggul atau badan bawah yang terbesar, diukur pas

kemudian ditambah 4 cm.

4) Tinggi Panggul

Diukur dari batas pinggang sampai batas panggul.

5) Panjang Punggung

Diukur dari tulang leher belakang yang menonjol hingga batas pinggang.

Gambar 6. Mengambil Ukuran Panjang Punggung

6) Panjang Muka

Diukur dari lekuk leher di tengah muka hingga batas pinggang.

Gambar 7. Mengambil Ukuran Panjang Muka


51

7) Kerung Lengan

Diukur sekeliling lubang lengan, pas ditambah 2 cm untuk lubang lengan

tanpa lengan dan 4 cm untuk lubang lengan yang akan dipasangkan

lengan.

8) Ujung Lengan

Lingkar pergelangan diukur melingkar pergelangan pas ditambah 3 cm.

9) Lebar Bahu

Diukur dari puncak bahu atas sampai ke puncak lengan

Gambar 8. Mengambil Ukuran Lebar Bahu

b. Daftar Ukuran

1) Lingkar Badan : 88 cm

2) Lingkar Pinggang : 68 cm

3) Lingkar Panggul : 90 cm

4) Panjang Punggung : 37 cm
52

5) Lebar Punggung : 34 cm

6) Lebar Muka : 32 cm

7) Panjang Bahu : 12 cm

8) Lingkar Kerung Lengan : 36 cm

9) Ujung Lengan : 18 cm

c. Alat dan Bahan

1) Kertas pola

Kertas pola adalah bahan yang digunakan untuk membuat ciplakan

bentuk badan seseorang.

Gambar 9. Kertas pola


53

2) Pita Ukur

Pita Ukur adalah alat yang digunakan untuk mengambil ukuran badan

seseorang dan membuat pola.

Gambar 10. Pita ukur

3) Gunting Kertas

Gunting kertas digunakan untuk memotong kertas pola


54

Gambar

11 Gunting kertas

4) Penggaris set pola

Penggaris set pola adalah alat yang membantu proses pembuatan garis

pada pola. Penggaris set pola terdiri dari penggaris panggul, penggaris

siku dan penggaris lurus.

Gambar 12. Penggaris pola

5) Pensil dan penghapus


55

Pensil dan penghapus adalah bahan yang membantu proses pembuatan

pola dasar dan pecah pola.

Gambar 13.

Penghapus dan pensil

d. Proses Pembuatan Pola

Salah satu langkah dalam pembuatan busana yaitu pembuatan pola.

Dalam pembuatan pola terdapat proses pecah pola, sebelum melakukan

proses pecah pola tersebut diperlukan pola dasar terlebih dahulu.

1) Pola Dasar
56

a) Pola Badan

Gambar 14. Pola Badan

Keterengan pola :

Badan bagian depan

A – B = 1/2 Lingkar Badan (88 cm : 2= 44 cm)

A- C = ¼ lingkar badan +1 cm ( 22 cm + 1 = 23 cm)

A – D = Panjang Punggung + 1,5 cm ( 38,5 cm)


57

A – E1 = 1/3 Lingkar Kerung Lengan + 10 cm (36 cm : 3 + 10 cm=

22 cm) garis lurus horizontal

A – A1 = 8 cm

A – A2 = 9 cm (hubungkan titik A1 dan A2)

A1 – F = 2,5 cm (garis lurus horizontal)

A1 – G = Panjang Bahu (12 cm)

A1 – G1= ½ Panjang Bahu ( 6 cm)

E1 – E2 = ½ Lebar Muka ( 32 cm : 2= 16 cm)

Bentuklah garis kerung lengan denga luwes

D – D1 = 2 cm

D – D2 = ¼ Lingkar Pinggang + 4 cm (68cm: 4 + 4 cm= 21 cm)

Hubungkan titik E dengan D2

D1 – D3= 1/10 Ling Pinggang + 1 cm ( 6,8 cm + 1 cm = 7,8 cm)

D3 – D4= 3 cm (lebar kupnat)

Hubungkan titik G1 dengan D3

H – H1 = 4 cm
58

Badan bagian belakang

B – B1 = turun 1 cm

B1 – B2 = 1,5 cm

B1 – B3 = 8 cm

B2 – L = Panjang Punggung ( 37 cm), hubungkan garis D

dan L

B1 – I = 2,5 cm

Hubungkan garis E1, E dan K

B3 – J = Panjang Bahu (12 cm)

K – E3 = ½ Lebar Punggung (34 cm: 2=17 cm)

Bentuklah garis kerung lengan dengan menghubungkan titik

J dan E.

L–M = ¼ Ling Pinggang+2 cm ( 17 cm+ 2=19 cm)

Hubungkan titik E dan M

L–N = 1/10 Ling Pinggang (6,8 cm)

N–O = 3 cm ( kupnat)
59

P–Q = 3cm

b) Pola Lengan

Gambar 15. Pola Lengan

Keterengan pola :

A–B = 13 cm

B – D = B – C = ½ Lingkar kerung lengan + 2 cm (36

cm:2+2cm = 20 cm)
60

A–E = Panjang Lengan ( 55 cm)

A–D = bagi jadi 4 titik

D1 = turun 1 cm

D3 = naik 1,5 cm

A–C = bagi jadi 3 bagian

C1 = naik 2 cm

E – E1= E- E2 = ½ Lingkar ujung lengan

c) Pola Rok

Gambar 16. Pola Rok


61

Keterengan pola :

Badan bagian depan

A–B = ¼ Ling Pinggang + 4 cm ( 21 cm)

B – B1 = 1,5 cm

A – A1 = 1/10 ling pinggang +1 cm (7,8 cm)

A1 – A2 = 3 cm (kup)

A1 – C = 12 cm

A–D = Tinggi Panggul (17 cm) garis horizontal ke samping

untuk titik D1

A–E = Panjang rok ( 100 cm)

Garis lurus dari titik D1 kebawah untuk mendapatkan titik E3

E1 – F = 48 cm

E3 – G = 48 cm

E1- E2 = 10 cm

E3 – E4 = 10 cm

Badan bagian belakang

H–I = ¼ Ling Pinggang + 2 cm ( 19 cm)

I – I1 = 1,5 cm

H – H1 = 1/10 ling pinggang (6,8 cm)

H1 – H2 = 3 cm (kup)
62

H1 – K = 12 cm

H–J = Tinggi Panggul (17 cm) garis horizontal ke samping

untuk titik L

H–M = Panjang rok ( 100 cm)

Garis lurus dari titik L kebawah untuk mendapatkan titik Q

N–O = 48 cm

Q–S = 48 cm

Q- R = 10 cm

N– P = 10 cm

2) Pecah Pola

Setelah membuat pola dasar, langkah selanjutnya yaitu membuat

pecah pola, dari bentuk dasar ke bentuk sesuai dengan desain yang telah

direncanakan.
63

a) Pecah Pola Badan

Gambar 17. Pecah Pola Badan

Keterengan pola :

Badan bagian depan

D–R = turun 15 cm

D2 – V = turun 10 cm

Hubungkan garis R dan V dengan garis lengkung

S = ½ D3-D4 (1,5 cm)

S -T = turun 12 cm , hubungkan garis D3 dan D4 dengan T


64

Badan bagian belakang

L–X = turun 15 cm

M–V = turun 10 cm

Hubungkan garis X dan V dengan garis lengkung

Q- W = turun 24 cm , hubungkan garis O dan N dengan W

b) Pecah Pola Badan dan Lengan

Gambar 18. Pecah Pola Badan dan Lengan


65

Keterengan pola :

Satukan pola badan depan dan pola badan belakangdi bagian

bahu. Buatlah garis lurus di sepanjang garis bahu lalu letakkan

pola lengan diantara kerung lengan pola badan muka dan

belakang, garis tengah pola lengan harus sejalan dengan garis

bahu pola badan. Lalu hubungkan titik D di lengan dengan titik

D2 di pola badan muka dan titik C dan titik M di pola badan

belakang.
66

c) Pecah Pola Rok

Gambar 19. Pecah Pola Rok Depan


67

Gambar 20. Pecah Pola Rok Belakang


68

Keterengan pola :

Rok Muka

Pisahlah bagian A,A1,D,F,E, dan E2 untuk bagian tengah rok

depan. Dan bagian A2,B1,D1,G,E4,E3,E1, dan F untuk bagian tepi

rok depan.

Rok Belakang

Pisahlah bagian H1,H,J,M,Q dan O untuk bagian tengah rok

belakang. Dan bagian H2,I,I1,L,S,R,Q,N dan O untuk bagian tepi

rok belakang.

C. Pembahasan

Selama penulis melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri di Evi Kebaya

penulis mendapatkan banyak sekali pengalaman mulai dari proses produksi,

pencarian ide, menciptakan ide kreatif, berinovasi, memulai serta pengelolaan

suatu usaha, hingga pengalaman ketika persiapan acara pergelaran busana atau

fashion show.

Penulis juga mendapatkan ilmu baru tentang pembuatan pola kebaya lengan

setali. Dalam pembuatan busana di Evi Kebaya di sesuaikan dengan tema fashion

show yang akan diikuti atau sesuai dengan undangan acara fashion show. Di Evi
69

Kebaya tidak hanya memproduksi busana kebaya, akan tetapi juga memproduksi

busana muslim wanita dan pria serta busana pengantin dan busana pesta.

Setelah melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri ini penulis

mendapatkan berbagai wawasan dan pengalaman baru yang tidak didapatkan di

kampus sebelumnya. Namun juga ada beberapa kekurangannya karena penulis

tidak bisa mempraktekkan semuanya karena keterbatasan waktu, sehingga penulis

hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh karyawan yang ada disana.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) di salah satu perusahaan

yang bergerak di bidang busana yaitu Evi Kebaya di mulai tanggal 25 April – 25

Juni 2019, merupakan waktu yang singkat bagi penulis untuk mendapatkan

pengalaman berupa ilmu serta keterampilan mengenai teknik menjahit dan

pengelolaan usaha di Evi Kebaya. Namun dalam waktu yang singkat ini penulis

mencoba untuk memanfaatkannya sehingga pelaksanaan pengalaman ini benar-

benar dapat menjadi modal untuk menjadi seorang pengusaha nantinya.

Dengan selesainya laporan Pengalaman Lapangan Industri yang berjudul

Pembuatan Pola Kebaya Dengan Lengan Setali penulis dapat mengambil

kesimpulan diantaranya:

1. Pengalaman Lapangan Industri (PLI) merupakan salah satu mata kuliah yang

harus diikuti oleh mahasiswa FPP-UNP guna menyelesaikan studi. Secara

umum pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri ditujukan untuk

meningkatkan keterampilan serta menambah wawasan pengalaman,

khususnya di bidang teknik industri, dan dapat menjadi tenaga kerja yang

kreatif dan mandiri.

2. Dengan diadakannya Pengalaman Lapangan Industri ini mahasiswa

mendapatkan ilmu, wawasan dan pengalaman yang lebih banyak mengenai

dunia usaha secara langsung.

70
71

3. Evi Kebaya merupakan usaha yang bergerak di bidang produksi busana yang

menghasilkan busana bermutu tinggi dengan desain yang memiliki ciri khas

tersendiri.

4. Mahasiswa mendapatkan ilmu baru mengenai pembuatan pola kebaya dengan

lengan setali.

5. Mahasiswa dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan dalam proses

produksi dan diberi tanggung jawab untuk mencarikan solusinya.

6. Untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses harus mempersiapkan diri

baik mental maupun intelektual, serta siap untuk menerima resiko apapun

yang akan terjadi.

B. SARAN

Setelah melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri (PLI). Penulis

memiliki beberapa saran yang ingin disampaikan, diantaranya:

1. Bagi Fakultas dan Pengelola PLI

a) Diharapkan pengelola PLI FPP UNP lebih meningkatkan kerja saa

dengan industri-industri tempat melaksanakan praktek, sehingga

mahasiswa lebih termotivasi dan terarah dalam melaksanakan PLI.

b) Diharapkan setiap dosen ikut menunjang kegiatan PLI dengan

membantu mencarikan informasi mengenai tempat praktek, dan juga

agar dapat memantau secara langsung ke tempat industri yang dapat

ditempuh.
72

c) Diharapkan kepada Fakultas agar mengadakan sosialisasi dan

berkoordinasi dengan jelas terlebih dahulu dengan pihak industri

sebelum melepas mahasiswa yang bersangkutan.

2. Bagi Mahasiswa

a) Mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan diri baik dari segi ilmu

pengetahuan maupun kondisi fisik.

b) Mahasiswa harus informasi mengenai tempat industri yang akan

dijadikan tempat PLI dengan seksama.

c) Selama melaksanakan praktek, diharapkan mahasiswa mengikuti dan

melaksanakan semua peraturan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan

dan kreatif dalam menggali ilmu-ilmu untuk meningkatkan keterampilan

dan ilmu pengetahuan.

d) Bagi mahasiswa yang akan melakukan Pengalaman Lapangan Industri,

pilihlah perusahaan yang menggunakan teknologi yang canggih atau

perusahaan yang cukup besar dan memenuhi kriteria sebagai tempat

pelaksanaan PLI.

3. Perusahaan

a) Diharapkan pada pihak perusahaan selalu mengingatkan kepada

mahasiswa yang melaksanakan praktek supaya mengikuti segala

proses-proses dari segala bidang yang terdapat pada Boutique.


73

b) Diharapkan kepada pihak perusahaan lebih meningkatkan kedisiplinan

kepada mahasiswa yang praktek untuk melaksanakan prakteknya.

c) Diharapkan kepada perusahaan untuk tidak menjadikan atau

memperlakukan para mahasiswa magang sebagai pekerja melainkan

sebagai anak magang yang menimba ilmu di perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Astute. 2010. “ Konstruksi Pola Busana Pengetahuan Piranti Menjahit”. Buku Ajar.
Bandung : FPTK UPI

Ernawati dan Weni Nelmira. 2008. Pengetahuan Tata Busana. Padang: UNP Press.

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

https://fitinline.com/article/read

http://kursusjahityogya.blogspot.com

M.H.Wancik. 2003. Bina Busana Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita Buku 2.


Jakarta: Gramedia Pustaka.

Pratiwi, Djati dkk. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Yogyakarta: Kanisius.

PLI, 2017. Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan


KependidikanMahasiswa. Padang, Universitas Negeri Padang.

Riyanto, Arifah. A dan Zulbahri, Liunir. 2009. “Modul Dasar Busana”. Buku Ajar.
Bandung : FPTK UPI

UNP, 2011. Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi Universitas Negeri Padang.


Universitas Negeri Padang.

Zahri, Wildati. 2007. Teknologi Menjahit Pakaian. Padang: UNP Press

74

Anda mungkin juga menyukai