I. Resume
Seorang laki-laki, umur 63 tahun dengan riwayat susah buang air kecil, nyeri dan merasa kurang puas bila buang air
kecil dengan suspect BPH dan mempunyai penyakit penyerta berupa asma bronchial yang menjalani operasi dengan
anestesi umum.
Umur : 63 tahun.
Pekerjaan : PNS.
No CM : 978893.
Nadi : 84 x/ menit
Napas : 20 x/ menit
Suhu : afebris
Kepala : konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, JVP tidak meningkat
Toraks : bentuk dan gerak simetris, dinding toraks tidak teraba massa atau tumor, sonor pada kedua lapangan paru,
wheezing -/-, ronki -/-
Abdomen : dinding abdomen datar simetris dan lembut, hepar dan lien tidak teraba, timpani pada 4 regio abdomen,
bising usus +
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb : 13,3 gr/ dl
Ureum : 39 mg/ dl
SGOT : 34 / lt
SGPT : 44 / lt
Aminofilin 2 x 100
Histrin
Terasma 2 x
Pre medikasi : valium tab 5 mg po 2 jam pre op diminum dengan air 2 sendok makan.
Prosedur Anestesi
Metode : Narkose Umum
Persiapan Anestesi
Persiapan Alat
S = scope : stetoskop dan laringoskop
T = tape : plester
Persiapan Obat
Sulfas Atropin 2-3 ampul
Propofol 1 ampul
Tracrium 1 ampul
Petidin 1 ampul
Tradosik 1 ampul
Posisi : terlentang
Monitoring
Tekanan darah : 120/80 mmHg 150/80 mmHg
Respirasi : 16 20 x/ menit
Instruksi dari dokter bedah. Post open prostatektomi ai retensio uri ec BPH, observasi tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu. Puasa sampai bising usus +, infuse RL:dextrose = 2:1 20 tetes/ menit, cek ulang laboratorium lengkap,
kaltrofen 21.
Evaluasi pre-operativ pada pasien usia lanjut antara lain harus diteliti disfungsi organ yang berhubungan dengan usia
tua. Penyakit penyerta yang sering berhubungan dengan usia tua misalnya hipertensi, gagal jantung kongestif,
penyakit paru obstruktif, diabetes mellitus, arthritis, spondilosis servikal. Terapi obat-obatan sebelumnya dan
kemungkinan interaksinya juga harus dipikirkan. Selain hal-hal tersebut dilihat pula gigi yang copot ada berapa.
Oleh karena itu evaluasi dan persiapan penderita sebelum pembedahan harus dilakukan secara hati-hati, terutama
diarahkan pada pemeriksaan kardiologi, pulmonologi, nefrologi, neurology untuk mengetahui pengobatan apa yang
pernah atau sedang diberikan pada penderita.
Campuran obat-obat diberikan untuk premedikasi dengan maksud mengurangi rasa sakit dan takut, memperlancar
masa induksi, mengurangi sekresi jalan napas. Umumnya dosis yang diperlukan lebih kecil karena metabolismenya
menurun dan kadang-kadang adanya depresi mental. Beberapa obat tertentu harus kita berikan secara lebih hati-hati
karena ada yang menimbulkan reaksi idiosinkrasi sehingga terjadi kegelisahan dan delirium, kalau diazepam 5 mg
sudah memberikan efek hipnotik yang lama.
Usia tua bukan merupakan kontraindikasi untuk anesthesia. Suatu kenyataan bahwa tindakan anesthesia sering
memerlukan ventilasi mekanik, sirkulasi yang memanjang pada orang tua memerlukan obat intravena dosis kecil
dan pengawasan perubahan faal yang lebih teliti. Sering pula efek spasme laring dan rangsangan endotrakeal
memberikan efek hipotermi. Untuk mencegah pengaruh tersebut, anestesi harus dibatasi agar jangan terlalu lama
mempengaruhi organ tubuh. Macam obat yang dipakai harus dipilih, obat mana yang tidak terlalu mengganggu faal
organ tertentu sesuai dengan kelainan sistim yang didapat. Ketamin dipakai hati-hati karena memberi efek
simpatomimetik, kurare dapat memberikan efek pelepasan histamine dan hipotensi berat karena blockade ganglion.
Prostigmin dapat memberikan bradikardia yang berat. Oleh karena itu pada saat melakukan anestesi harus di
monitoring sesering mungkin. Intubasi mungkin sulit dilakukan pada pasien dengan spondilosis servikal dan sudah
kehilangan giginya.
Pasien usia tua yang mengalami anestesi, pada saat post operasi harus tetap dijaga oksigenasinya dan monitoring
tetap terus dilanjutkan, terapi obat untuk penyakit penyerta juga harus dilanjutkan, demensia juga kadang terjadi jika
berada di lingkungan yang kurang dikenalnya seperti misalnya di rumah sakit. Oleh karena itu pasca operasi juga
harus dilakukan monitoring yang ketat.