Anda di halaman 1dari 17

1.

Definisi

Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua

lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang,

yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri

spesifik atau nonspesifik atau virus.

2. Etiologi

Bakteri yang dapat menyebabkan serangan meningitis diantaranya :

1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)

Bakteri ini paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-

anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia,

telinga dan rongga hidung (sinus).

2. Neisseria meningitides (meningcoccus)

Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus

pneumoniae, meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas

bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.

3. Haemophilus influinzae

Tipe b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis.

Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga

bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah

membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang

disebabkan oleh virus jenis ini.


4. Listeria monocytogenes (listeria)

Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan

meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan

dalam makanan yang terkontaminasi.Makanan ini biasanya yang berjenis

keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari

hewan lokal (peliharaan).

Bakteri lainnya juga dapat menyebabkan meningitis adalah Saphylococcus

aureus dan Mycobacterium tubercolosis.

3. Faktor resiko

Faktor resiko orang-orang yang mudah terkena meningitis adalah:

1) Usia

Kebanyakan meningitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri terjadi pada

anak-anak di bawah usia 5 tahun. Namun, sejak pertengahan tahun 1980-

an, setelah adanya vaksin untuk anak, pasien meningitis bergeser dari usia

15 bulan sampai 25 tahun.

Menurut data, sekitar 50 persen anak yang terkena meningitis dilaporkan

meninggal. Jika lolos dari maut, balita akan mengalami gejala-gejala dari

sisa penyakitnya seperti lumpuh, tuli, epilepsi, lamban dan retardasi

mental.

2) Orang yang berkumpul atau tinggal di hunian padat penduduk

Orang yang tinggal perumahan yang padat penduduk, siswa yang tinggal di

asrama, personil di pangkalan militer atau anak-anak yang dititipkan di


penitipan anak (day care) akan meningkatkan risiko meningitis. Hal ini

karena penyebaran penyakit menjadi lebih cepat bila sekelompok orang

berkumpul.

3) Ibu hamil

Pada wanita yang hamil, ada peningkatan kontraksi listeriosis, yaitu infeksi

yang disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga dapat menyebabkan

meningitis. Bila ibu hamil memiliki listeriosis, bayi yang belum lahir pun

akan berisiko terkena.

4) Bekerja di lingkungan yang berhubungan dengan hewan

Pekerjaan yang selalu berhubungan dengan hewan, seperti peternak, juga

memiliki risiko tinggi tertular listeria, yang dapat mengakibatkan

meningitis.

5) Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah antara lain:

a. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur) dan berat lahir rendah

b. Bayi yang hanya diberi ASI sebentar atau sedikit

c. Orang yang sering terpapar asap rokok

d. Orang yang sering mengalami infeksi virus di saluran pernapasan

e. Penderita penyakit kronis seperti kanker dan diabetes, penderita HIV

f. Pengguna obat immunosuppresan juga lebih rentan terhadap meningitis.

Sekitar 25 persen orang yang terkena meningitis memiliki gejala yang

berkembang selama 24 jam. Selebihnya, akan menjadi sakit selama 1


hingga 7 hari. Terkadang, jika seseorang mengonsumsi antibiotik untuk

infeksi lain, gejala dapat berkembang lebih lama.

4. Gejala klinis

Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi

medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung

pada kematian.

1. Gejala Meningitis Bakterialis Pada Remaja dan Orang Dewasa

Jika Anda dicurigai mengidap meningitis bakterialis, Anda harus segera

menghubungi rumah sakit terdekat atau segera menuju ke rumah sakit

secepatnya. Ada tanda-tanda awal yang mungkin Anda lihat sebelum

gejala-gejala yang lain muncul. Meningitis bakterialis memiliki gejala

yang muncul secara tiba-tiba dan bisa memburuk dengan cepat.

Jika terjadi demam tinggi disertai dengan pertanda awal di bawah ini,

harap segera menghubungi dokter atau langsung menunju rumah sakit

terdekat. Sekali lagi, ini merupakan kondisi medis darurat. Tanda-tanda

awalnya adalah:

a. Nyeri pada otot dan persendian, misalnya pada tangan dan kaki

b. Tangan dan kaki akan kedinginan atau bahkan menggigil

c. Kulit pucat atau muncul bintik-bintik merah yang tersebar

d. Bibir terlihat biru


Gejala awal dari meningitis bakterialis sangat umum dan mirip dengan

penyakit lain, di antaranya demam, sakit kepala parah, badan merasa

tidak enak, mual, muntah-muntah.

Demam berarti suhu tubuh mencapai 38 Celcius atau lebih, hal ini bisa

terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Tanda demam lainnya adalah

wajah akan terasa panas saat disentuh dan kulit akan terlihat memerah.

Saat meningitis bakterialis bertambah parah, kondisi ini bisa

menyebabkan beberapa hal seperti berikut ini :

a. Bernapas cepat

b. Bingung

c. Mengantuk

d. Leher kaku, meski hal ini jarang terjadi pada anak kecil

e. Ruam merah terang yang tidak memudar atau berubah warna saat gelas

ditekan di atas ruam itu. Tapi gejala ini tidak selalu ada pada setiap

orang

f. Sensitif terhadap cahaya (fotofobia), hal ini jarang terjadi pada anak

kecil

g. Kejang-kejang

Perlu diingat bahwa tanda dan gejala di penderita meningitis bisa

berbeda-beda. Sebagian besar hanya mengalami sebagian gejala-gejala

di atas.
2. Gejala Meningitis Bakterialis Pada Anak Kecil dan Bayi

Anak kecil dan bayi memiliki gejala-gejala meningitis bakterialis

berbeda. Ada kemungkinan terjadi pembengkakan pada bagian ubun-

ubun pada sebagian bayi yang mengidap meningitis. Gejala-gejala yang

mungkin terjadi di antaranya:

a. Terus menerus menangis tanpa alasan

b. Mudah marah dan tidak mau digendong

c. Kehilangan selera makan

d. Muntah-muntah

e. Pucat dan muncul bintik-bintik merah

f. Sangat mengantuk dan tidak ingin bangun

g. Lunglai dan tidak responsif. Pergerakan yang kaku dan patah-patah

h. Tatapan kosong

3. Gejala Meningitis Virus

Gejala-gejala flu ringan akan muncul pada kebanyakan orang yang

mengidap meningitis virus seperti demam, sakit kepala, dan badan merasa

tidak sehat.Meningitis virus biasanya tidak berlanjut menjadi septikemia

atau infeksi darah, berbeda halnya dengan meningitis bakterialis yang

berpotensi terjadi komplikasi. Tapi pada kasus yang lebih parah, gejala-

gejala meningitis virus dapat berupa :

a. Diare

b. Mual dan muntah-muntah


c. Leher kaku

d. Nyeri otot atau persendian

e. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya (fotofobia)

5. Patofisiologi

Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen /

langsung menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia)


dan jantung (endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ /

jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis

dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman (meningokok, pneumokok,

hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan

reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami

hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit

polimorfonuklear ke dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat.

Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam

minggu ke 2 sel-sel plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri dari dua lapisan,

yaitu bagian luar mengandung leukosit, polimorfonuklear dan fibrin

sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.

Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi

obstruksi, selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial.

Organisme masuk melalui sel darah merah, dapat melalui trauma penetrasi,

prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat. Efek patologis yang

terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak, eksudasi.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan

dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi

neuron-neuron. Dengan demikian meningitis dapat dianggap sebagai

ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang

fibrino purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI, VII,
& VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat aliran

dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.

(Harsono : 1996)

Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan

berbagai cara antara lain :

a. Hematogen atau limpatik

b. Perkontuinitatum

c. Retograd melalui saraf perifer

d. Langsung masuk cairan serebrospinal

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang

yang berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan

otak. Kondisi ini disebut meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi

antara lain :

a. Hyperemia Meningens

b. Edema jaringan otak

c. Eksudasi

Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap

peningkatan tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak).

Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi bakteri)

menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga eksudat tadi dapat menetap di

jaringan otak dan menyebabkan abses otak.


6. Klasifikasi

1) Meningitis purulenta adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater )

yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non

spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak

daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada umumnya sebagai

akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai

keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis,

pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula

sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan

didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan

lain lain.

Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus,

hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli,

meningococcus, dan salmonella. Komplikasi pada meningitis purulenta

dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna /

pengobatan yang terlambat . pada permulaan gejala meningitis purulenta

adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan

muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada

punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat )

jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada

kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan

brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan
menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap

rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukan

perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada

keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi

pupil dan koma.

2) Meningitis serosa ( tuberculosa )

Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan

orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab

tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi

karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi

biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,

sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam

rongga archnoid.

Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa.

Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak

sempurna atau pengobata yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis

berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat

sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour

serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang kadang

menderita retardasi mental.

Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang

tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah,
berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa

seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda

rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi

hemipareses dan kerusakan saraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N

VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

3) Meningitis Bakteri

Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah hemofilus

influenza, diplococcus pneumonia, streptococcus grup A, stapilococcus

aurens, E.coli, klebsiela, dan pseudomonas. Tubuh akan berespon

terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya

peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan

eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit terbentuk diruangan

subarachnoid ini akan terkumpul didalam cairan otak sehingga dapat

menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan

cairan ini akan menyebabkan peningkatan intra cranial. Hal ini akan

menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

4) Meningitis virus

Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptic meningitis. Ini biasanya

disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus,

seperti :herpes simplek dan herpes zoster. Eksudat yang biasanya terjadi

pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak

ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada


seluruh kortek serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari

jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang

terlibat.

7. Tatalaksana

A. Penatalaksanaan meningitis generalisata

1. Rejimen terapi : 2 HRZE 7RH.

2 Bulan Pertama :

a. INH : 1 x 400 mg / hari, oral

b. Rifampisin : 1 x 600 mg / hari, oral

c. Pirazinamid : 15-30 mg / kg / hari, oral

d. Streptomisin a/ : 15 mg / kg / hari, oral

e. Etambutol : 15-20 mg / kg / hari, oral.

2. Steroid diberikan untuk

a. Menghambat reaksi inflamasi

b. Mencegah komplikasi infeksi

c. Menurunkan edema serebri

d. Mencegah perlekatan

e. Mencegah arteritis / infark otak.

3. Indikasi

a. Kesadaran menurun

b. Defisit neurologis fokal.


4. Dosis

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena

selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan

dengan deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya

perlekatan-perlekatan antara araknoid dan otak.

B. Penatalaksanaan meningitis purulenta

Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif,

suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu

hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut :

a. Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis

terbagi 4 x / hari.

b. Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400

mg Intravena.

c. Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena.

8. Komplikasi

1) Dapat dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapi

antimikrobial dengan cepat.

2) Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya

penekatan pada bagian yang sempit --> obstruksi cairan cerebrospinal -->

hydrocephalus
3) Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya abses otak

infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah.

4) Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot

yang lain pada kepala dan leher --> penyebaran infeksi pada daerah syaraf

cranial

5) Komplikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal

sepsis atau meningococcemia

6) Syndrom water haouse-Friderichsen

a. Overwhelming septic shock

b. DI

c. Perdarahan

d. Purpura

7) SIADH, subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi dan

hydrocephalus.

8) Komplikasi post meningitis pada neonatus:

a. Ventriculitis (yang menghasilkan kista, daerah yang dibatasi oleh

akumulasi cairan dan tekanan pada otak)

b. Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan

nervus yang lain

c. Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian,

gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang.

d. Hemiparesis dan quadriparesis --> arthritis/thrombosis


9. Prognosis

Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau

mental atau meninggal tergantung :

a. umur penderita.

b. Jenis kuman penyebab

c. Berat ringan infeksi

d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan

e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan

f. Adanya dan penanganan penyakit

10. Diagnosis

1) Analisa CSS dan fungsi lumbal

a. Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut,

jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur

positif terhadap beberapa jenis bakteri

b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah

putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya

negative, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus

2) Glukosa serum : meningkat

a. LDH serum : meningkat pada meningitis bakteri

b. Sel darah putih : meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi

bakteri)
3) Elektrolit darah : abnormal

4) LED : meningkat Kultur darah / hidung / tenggorokan / urine dapat

mengindikasikan daerah pusat infeksi /mengidentifikasikan tipe

penyebab infeksi

5) MRI /CT Scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak

ventrikel ; hematum daerah serebral, hemoragik maupun tumor

11. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju

endap darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada

meningitis purulenta di dapatkan peningkatan leukosit dengan pergeseran

ke kiri pada hitung jenis.

2. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur

Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan

serebrospinal yang keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan

campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang mati dan bakteri.

3. Pemeriksaan Radiologis

a. Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi

b. Foto dada.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Ambliopia
    Referat Ambliopia
    Dokumen27 halaman
    Referat Ambliopia
    Langen Mafela
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • BAB I RP
    BAB I RP
    Dokumen9 halaman
    BAB I RP
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen7 halaman
    Laporan Kasus
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Indo
    Jurnal Indo
    Dokumen18 halaman
    Jurnal Indo
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Logbook Anestesi 2
    Logbook Anestesi 2
    Dokumen2 halaman
    Logbook Anestesi 2
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Tytydetr
    Tytydetr
    Dokumen1 halaman
    Tytydetr
    Grace KwAn
    Belum ada peringkat
  • Bab 1,2,3
    Bab 1,2,3
    Dokumen14 halaman
    Bab 1,2,3
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Meningitis
    Meningitis
    Dokumen17 halaman
    Meningitis
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen17 halaman
    Kejang Demam
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Cardiac Output
    Cardiac Output
    Dokumen9 halaman
    Cardiac Output
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Obgyn 1
    Jurnal Obgyn 1
    Dokumen14 halaman
    Jurnal Obgyn 1
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen17 halaman
    Kejang Demam
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Malaria Serebral: Referat
    Malaria Serebral: Referat
    Dokumen21 halaman
    Malaria Serebral: Referat
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Laring
    Infeksi Laring
    Dokumen16 halaman
    Infeksi Laring
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Malaria Cerebral
    Malaria Cerebral
    Dokumen19 halaman
    Malaria Cerebral
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Ppthematomsubgalel
    Ppthematomsubgalel
    Dokumen22 halaman
    Ppthematomsubgalel
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Sanitasi Dan Air Bersih
    Sanitasi Dan Air Bersih
    Dokumen45 halaman
    Sanitasi Dan Air Bersih
    Aditya Cipta Kusuma
    100% (1)
  • Bab 1,2,3
    Bab 1,2,3
    Dokumen14 halaman
    Bab 1,2,3
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Refarat Ten
    Refarat Ten
    Dokumen23 halaman
    Refarat Ten
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Referat THT
    Referat THT
    Dokumen21 halaman
    Referat THT
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Kasus SM
    Kasus SM
    Dokumen8 halaman
    Kasus SM
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan Dasar Bedah Minor
    Pengetahuan Dasar Bedah Minor
    Dokumen7 halaman
    Pengetahuan Dasar Bedah Minor
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Psikiatri
    Anamnesis Psikiatri
    Dokumen12 halaman
    Anamnesis Psikiatri
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Salaman Dokter
    Salaman Dokter
    Dokumen8 halaman
    Salaman Dokter
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien Anestesi Umum
    Status Pasien Anestesi Umum
    Dokumen5 halaman
    Status Pasien Anestesi Umum
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien Obgyn
    Status Pasien Obgyn
    Dokumen16 halaman
    Status Pasien Obgyn
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Sanitasi Dan Air Bersih
    Sanitasi Dan Air Bersih
    Dokumen45 halaman
    Sanitasi Dan Air Bersih
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Format Pemeriksaan Fisik
    Format Pemeriksaan Fisik
    Dokumen25 halaman
    Format Pemeriksaan Fisik
    Aditya Cipta Kusuma
    Belum ada peringkat