Dalam situasi gawat darurat, sering terjadi kasus dimana penolong yang berusaha
menolong korban justru menjadi korban berikutnya. Atau, keadaan korban menjadi
semakin parah. Ini sebagian besar diakibatkan ketidaktahuan atau ketidakmampuan
penolong dalam melakukan tindakan pertolongan.
Sering terjadi sesaat setelah terjadi kegawatdaruratan, orang di sekitar korban langsung
memegang atau mengangkat korban ke tempat yang mereka nilai baik. Apakah ini sudah
benar? Bagaimana kalau korban ternyata mengalami cedera tulang belakang? Bagaimana
kalau korban ternyata mengalami cedera kepala ? Apakah dengan langsung mengangkat
korban akan menolong korban?
Untuk menjawab masalah ini maka sebaiknya penolong melakukan pendekatan DRABC
saat akan melakukan pertolongan.
Catatan: Sewaktumelakukanheadtiltchinlifttidakdiperbolehkanmengangkatkepalakorban
dengan menarik leher, ini akan meningkatkan resiko cedera spinal.
Pada posisi head tilt chin lift buka mulut korban dan lihat adakah benda asing yang terlihat; jika
terlihat bersihkan dengan menggunakan finger sweep. Jika tidak terlihat jangan lakukan finger
sweep ataupun mencoba mengkorek mulut korban.
DRABC: Pendekatan Yang Cepat Dan Tepat 3
Hal tersebut dilakukan selama 10 detik; apabila ada pergerakan dada / perut korban, ada suara
napas dan atau ada hembusan napas berarti korban masih bernapas. Jika hal ini yang
ditemukan lakukan pemeriksaan kedua dan posisi pemulihan.
Apabila tidak ada tanda-tanda bahwa korban bernapas segera lakukan tindakan bantuan napas
yang efektif sebanyak 2 kali; apabila tidak dapat dilakukan secara efektif maka dapat dilakukan
ulangan hingga 5 kali.
Posisi kepala korban tetap head tilt chin lift
Tutup hidung korban dan buka sedikit mulut korban
Mulut penolong menutup erat mulut korban
Tiupkan udara ke mulut korban hingga dada mengembang sebagaimana saat orang
bernapas normal
Napas yang ditiupkan sekitar 700 1000 ml yang akan memakan waktu sekitar 1.5 2
detik
Setelah itu, tarik napas dan ulangi sekali lagi.
Setelah dua kali bantuan napas efektif tercapai segera lakukan pemeriksaan sirkulasi.
4
Tindakan DRABC ini adalah tindakan yang bersifat sementara untuk memperpanjang kondisi
korban seoptimal mungkin hingga bantuan medis yang lebih lengkap diperoleh. Karena
sebenarnya DRABC hanya salah satu dari 4 rangkaian mata rantai penyelamatan (chain of
survival). Bagaimanapun juga merupakan salah satu hal yang terpenting karena pada
kenyataannya apabila bantuan hidup dasar ini terlambat saat dilakukan (> 4 menit) maka
kerusakan sistem otak telah menjadi kerusakan yang permanen dan apabila bantuan hidup
lanjutan (advanced life support) juga terlambat (> 12 menit) maka bisa dikatakan usaha
resusitasi ini telah gagal. Karena itu, lakukan bantuan hidup dasar secepat mungkin saat korban
membutuhkannya.
Referensi
1. Handley, Anthony J., et al. European Resuscitation Council Guidelines 2000 for Adult
Basic Life Suppor: A statement from the Basic Life Support and Automated External
Defibrillation Working Group dan approved by The Executive Committee of the European
Resuscitation Council. London: Elsevier Science Ireland Ltd., 2001
2. Phillips, Barbara et al. European Resuscitation Council Guidelines 2000 for Basic
Paediatric Life Suppor: A statement from the Paediatric Life Support Working Group dan
approved by The Executive Committee of the European Resuscitation Council. London:
Elsevier Science Ireland Ltd., 2001
3. Handley, Anthony J., et.al. ILCOR Advisory Statements: Single Rescuer Adult Basic Life
Support. AHA Medical / Scientific Statement 1997
4. Nadkarni, Vinay., et.al. ILCOR Advisory Statements: Paediatric Resuscitation. AHA
Medical / Scientific Statement 1997
5.