Anda di halaman 1dari 31

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KALTIM

NOMOR 04 TAHUN 2012

TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


ADMINISTRASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KHUSUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS


KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR,

Menimbang : a. bahwa Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalimantan


Timur merupakan bagian integral dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai unsur pelaksana tugas pokok yang berada
dibawah Kapolda yang mengemban tugas untuk
menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
khusus termasuk menyelenggarakan koordinasi, pengawasan
operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Direktorat Reserse Kriminal Khusus dalam pelaksanaan tugasnya


senantiasa memberikan pelayanan, perlindungan dan
pengayoman kepada masyarakat, sedangkan penindakan secara
hukum tetap dilaksanankan secara tegas, cepat dan tuntas dalam
rangka memberikan kepastian hukum kepada masyarakat;

c. bahwa dalam rangka mewujudkan tugas fungsi dan peranan


Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah
Kalimantan Timur agar dapat dilaksanakan secara efektif, efisien
dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan;

d.dalam .....
2

d. dalam pelaksanaan tugasnya personil Direktorat Reserse Kriminal


Khusus dituntut untuk professional dan proporsional, sehingga
tercapai suatu proses penyidikan yang cepat, tepat dan tuntas;

e. bahwa Standar Operasinal Prosedur (SOP) Administrasi


penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Khusus dapat menjadi
pedoman pelaksanaan tugas sehingga tercipta tertib administrasi;

f. bahwa berdasarkan perimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan e, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kaltim tentang
Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Penyidikan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4168);

2. Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

3. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/1528/XI/2000 Tentang


Buku Petunjuk Induk Operasional Polri;

4. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/1205/IV/2000 Tentang


Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak
Pidana;

5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor :


12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Penanganan Perkara Pidana di lingkungan Polri.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS


KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR TENTANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI
PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KHUSUS.

BAB I .....
3

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Administrasi Penyidikan adalah penatausahaan dan segala kelengkapan


yang di isyaratkan undang-undang dalam proses penyidikan, meliputi
pencatatan, pelaporan, pendataan, pengarsipan atau dokumentasi untuk
menjamin ketertiban, kelancaran dan keseragaman administrasi baik untuk
kepentingan peradilan, operasional, maupun pengawasan;

2. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang
adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang bahwa, sedang, atau telah terjadi
peristiwa tindak pidana;

3. Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang


berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
hukum terhadap seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang
merugikannya;

4. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan


menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur oleh undang-undang;

5. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi


wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan;

6. Atasan Penyidik adalah penyidik yang berwenang menerbitkan surat


perintah tugas, surat perintah penyelidikan dan surat perintah penyidikan
diwilayah hukum atasan penyidik yang bersangkutan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

7. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut


cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan
bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya;

8.penangkapan .....
4

8. Penangkapan adalah tindakan penyidik berupa pengekangan sementara


waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang;
9. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu
oleh Penyidik atau Penuntut Umum atau Hakim dengan penetapannya dalam
hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang;
10. Penggeledahan Rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan dan/atau penyitaan dan/atau penangkapan dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang;
11. Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih
dan/atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud, untuk kepentingan pembuktian
dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan;
12. Tempat Kejadian Perkara yang selanjutnya disingkat TKP adalah tempat
dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi dan tempat-tempat lain dimana
tersangka dan/atau korban dan/atau barang-barang bukti yang berhubungan
dengan tindak pidana tersebut ditemukan;
13. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana;
14. Surat Perintah dimulainya Penyidikan yang selanjutnya disingkat SPDP
adalah surat yang menyatakan berdasarkan bukti permulaan yang cukup
sudah dapat dilakukan penyidikan; dan
15. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan yang selanjutnya
disingkat SP2HP adalah surat pemberitahuan terhadap si pelapor tentang
hasil perkembangan penyidikan.

Pasal 2

Tujuan peraturan ini adalah :


a. sebagai pedoman bagi penyidik/penyidik pembantu di Direktorat Reserse
Kriminal Khusus Polda Kaltim dalam penyusunan administrasi penyidikan
sehinggah tidak terjadi cacat Administrasi;
b. terwujudnya citra Polri sebagai pelayan masyarakat yang professional,
proporsional dan akuntabel demi menjamin kepastian hukum.
Pasal 3 .....
5

Pasal 3

Ruang lingkup pelaksanaan Administrasi di lingkungan Dir Reskrimsus :


a. penerimaan Laporan Polisi;
b. pemanggilan;
c. penyelidikan;
d. penyidikan;
e. pemeriksaan;
f. penggeledahan;
g. penyitaan;
h. penangkapan;
i. penahanan; dan
j. penyerahan Berkas perkara ke JPU.

BAB II

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


ADMISTRASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KHUSUS

Bagian Kesatu

Fungsi Dan Tujuan Pembuatan Administrasi Penyidikan

Pasal 4

Tugas Pokok Direktorat Reserse Kriminal Khusus menyelenggarakan penyelidikan


dan penyidikan tindak pidana khusus, termasuk menyelenggarakan koordinasi,
pengawasan operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Polda Kaltim.

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, Dit Reskrimsus


Polda Kaltim menyelenggarakan fungsinya :

a. menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus antara


lain tindak pidana ekonomi, korupsi dan tindak pidana tertentu di wilayah
hukum Polda Kalimantan Timur;

b.menganalisa .....
6

b. menganalisa kasus tindak pidana khusus beserta penanganannya serta


mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Dit Reskrimsus
Polda Kalimantan Timur;
c. melaksanakan pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional
serta administrasi penyidikan oleh PPNS;
d. melaksanakan pengawasan penyidikan tindak pidana khusus dilingkungan
Polda Kalimantan Timur; dan
e. pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan
dokumentasi program kegiatan Dit Reskrimsus Polda Kalimantan Timur.

Bagian Kedua

Laporan Polisi

Pasal 6

Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas polri berupa
pengaduan dari masyarakat melalui :
a. datang langsung ke Satuan Pelayanan Kepolisian;
b. melalui surat dari berbagai sumber; dan
c. SMS, e-Mail serta telepon.

Pasal 7

Mekanisme penerimaan laporan/pengaduan :


a. laporan Polisi yang masuk klasifikasi delik aduan pelapor / pengadu agar
melengkapi laporannya dengan surat pengaduan yang ditanda tangani oleh
pelapor / pengadu (orang yang menjadi korban/dirugikan) di atas materai;
b. pelapor/pengadu datang ke SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Polda Kaltim
untuk membuat laporan sesuai dengan perkara yang akan dilaporkan (Tindak
Pidana) dengan membawa bukti-bukti pendukung laporan antara lain identitas
pelapor, dokumen asli dan fotokopi legalisirnya serta dokumen pendukung
lainnya yang dapat dijadikan sebagai alat bukti;
c. tim Dumas (Pengaduan Masyarakat) Dit Reskrimsus Polda Kaltim kemudian
melakukan analisa laporan pelapor/pengadu termasuk penelitan bukti bukti
pendukung laporan/pengaduan tersebut :
1.bila .....
7

1. bila berdasarkan hasil analisa laporan/pengaduan ditemukan bukti


permulaan maka tim Dumas memberikan rekomendasi penerbitan
laporan polisi ke SPK. Selanjutnya SPK membuat laporan polisi dan
memberikan STTL (Surat Tanda Terima Laporan) kepada
pelapor/pengadu; dan
2. sebaliknya jika berdasarkan hasil analisa Tim Dumas Dit Reskrimsus
Polda Kaltim tidak di temukan bukti permulaan adanya tindak pidana,
maka diberikan penjelasan kepada pelapor/pengadu tentang alasan
alasan kenapa belum atau tidak dapat diterimanya laporan/pengaduan
tersebut dan dicatat dalam Buku Mutasi Tim Dumas Dit Reskrimsus
Polda Kaltim.
d. setelah menerima STTL (Surat Tanda Terima Laporan) pelapor/pengadu
diantar oleh petugas SPK ke piket Dit Reskrimsus Polda Kaltim guna dilakukan
pemeriksaan awal dalam bentuk Berita Acara Permintaan Keterangan (Non
Pro Justitia), jika pada saat itu juga pelapor/pengadu menolak untuk dimintai
keterangannya, maka dibuatkan Surat Pernyataan belum bersedia dilakukan
pemeriksaan awal dengan menyebutkan alasannya; dan
e. laporan Polisi, dilampiri rekomendasi LP, Berita Acara Permintaan Keterangan
(Non Pro Justitia) atau surat pernyataan belum bersedia dilakukan
pemeriksaan awal kemudian diserahkan oleh SPK ke Renmin Ditreskrimsus
Polda Kaltim dan dicatat dalam buku register.

Pasal 8

Pendistribusian Laporan Polisi :


a. Laporan Polisi yang telah diregister di Renmin Ditreskrimsus Polda Kaltim,
kemudian diajukan kepada Dir Reskrimsus Polda Kaltim guna didisposisi lebih
lanjut penanganannya;
b. Renmin mencatat kembali disposisi Dirreskrimsus Polda Kaltim tentang
penanganan laporan polisi;
c. Bila penanganan laporan polisi tersebut dilimpahkan ke kesatuan wilayah
Polresta/Polres di jajaran Polda Kaltim atau ke kesatuan lain maka
pelimpahannya melalui Bag Bin Ops Ditreskrimsus Polda Kaltim; dan

d.setelah .....
8

d. Setelah Unit-unit Opsnal menerima laporan polisi tersebut, dilaksanakan gelar


perkara awal guna penunjukan penyidik/penyidik pembantu, penentuan bobot
perkara (perkara mudah, sedang, sulit, sangat sulit), penyusunan rencana
penyelidikan/penyidikan dan kebutuhan anggaran penyelidikan/penyidikan
serta pembuatan kelengkapan administrasi penyelidikan/penyidikan.

Bagian Ketiga

Pemanggilan

Pasal 9

Pemanggilan adalah Kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan


keidentifikasian tersangka, saksi ahli, dan atau barang bukti maupun tentang unsur-
unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang
maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan
didalam berita acara pemeriksaan.

Pasal 10

(1). Tahap Pembuatan :


a. surat panggilan dibuat sesuai dengan persyaratan formil dan materil;
b. surat panggilan dibuat rangkap sesuai dengan kebutuhan proses sidik.
c. surat panggilan ditandatangani oleh penyidik; dan
d. diberikan tenggang waktu yang wajar kepada yang dipanggil untuk hadir
memenuhi panggilan.
(2) Tahap Pengiriman :
a. surat panggilan diantar oleh penyidik/penyidik pembantu disertai dengan
ekspedisi;
b. surat panggilan dikirim melalui pos tercatat/khusus;
c. surat panggilan ditandatangani oleh yang dipanggil;
d. apabila yang dipanggil tidak ada ditempat disampaikan kepada pejabat
RT atau RW atau Pejabat Desa atau Kelurahan setempat; dan
e. penerima surat panggilan menandatangani ekspedisi pengiriman surat
panggilan.
(3).tahap .....
9

(3). Tahap Penerimaan Surat Panggilan :


a. apabila yang dipanggil tidak memenuhi panggilan atau menolak tanpa
memenuhi alasan patut dan wajar maka penyidik membuat surat
panggilan ke II;
b. apabila yang bersangkutan dipanggil 2 (dua) kali tetap menolak maka
diperlukan surat perintah membawa; dan
c. apabila yang dipanggil tidak dapat memenuhi panggilan dengan alasan
yang patut dan wajar maka penyidik datang ke tempat kediamannya
untuk melakukan pemeriksaan.

Bagian Keempat

Penyelidikan

Pasal 11

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan


menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur oleh undang-
undang.

Bagian Kelima

Penyidikan

Pasal 12

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya:
a. membuat surat perintah penyidikan;
b. menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk BAP;
c. menyiapkan ruangan untuk pemeriksaan;
d. membuat SPDP dan dikirimkan ke JPU; dan
e. membuat BAP saksi. Saksi ahli, Tersangka.
Pasal 13 .....
10

Pasal 13

(1) penghentian penyidikan hanya dapat dilaksanakan setelah dilakukan tindakan


penyidikan secara maksimal dan hasilnya ternyata penyidikan tidak dapat
dilanjutkan karena alasan :
a. tidak cukup bukti;
b. perkaranya bukan perkara pidana;
c. demi Hukum;
d. tersangka meninggal dunia;
e. perkara telah melampui masa daluwarsa;
f. pengaduan dicabut bagi delik aduan; dan
g. nebis In Idem tindak pidana telah memperoleh keputusan hakim yang
telah berkekuatan hukum kuat.

(2) Terhadap delik pidana murni yang sudah berdamai dan laporan telah dicabut
antara pelapor dan terlapor bagi perkara yang hanya menimbulkan kerugian
materi atau merupakan tindak pidana ringan, sesuai penilaian penyidik bahwa
perkara tersebut layak untuk dihentikan penyidikannya.

(3) Pelaksanaan penghentian penyidikan, dilakukan dalam bentuk :


a. keputusan penghentian penyidikan setelah melalui tahapan gelar
perkara;
b. penerbitan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3) oleh
Dirreskrim; dan
c. pengiriman Surat Pemberitahuan Penghentian Perkara (SP3) oleh
penyidik kepada tersangka atau keluarga dan JPU.

Bagian Keenam

Pemeriksaan

Pasal 14

Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan


keidentikan dari tersangka, saksi, ahli tentang barang bukti maupun unsur unsur
tindak pidana yang telah terjadi sehingga kedudukan atau peranan seseorang
maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan
didalam Berita Acara Pemeriksaan.
Pasal 15 .....
11

Pasal 15

Pelaksanaan Pemeriksaan :
(1) Interogasi adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka atau saksi dalam
rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik
lisan maupun tertulis kepada tersangka atau saksi guna mendapatkan
keterangan, petunjuk petunjuk lainya serta kebenaran keterlibatan tersangka,
dalam rangka pembuatan Berita Acara Pemeriksaan/Interogasi;
(2). Konfrontasi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka penyidikan
dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara: tersangka dengan
saksi, saksi dengan saksi, tersangka dengan tersangka lainnya) untuk menguji
kebenaran dan persesuaian keterangan masing masing serta dituangkan
didalam Berita Acara Pemeriksaan Konfrontasi; dan
(3). Rekonstruksi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka penyidikan,
dengan jalan memperagakan kembali cara tersangka melakukan tindak pidana
atau pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk menguji kebenaran
keterangan tersangka atau saksi sehingga dengan demikian dapat diketahui
benar tidaknya tersangka tersebut sebagai pelaku yang dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan rekonstruksi.

Pasal 16

Prosedur Pemeriksaan :
a. Tahap Persiapan :
1. penyidik/penyidik pembantu menyiapkan daftar pertanyaan yang dapat
memenuhi unsur-unsur pasal yang dipersangkakan;
2. penyidik menyiapkan ruangan pemeriksaan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan;
3. apabila pada hari yang sama penyidik / penyidik pembantu melakukan
pemeriksaan lebih dari dari satu orang maka penyidik harus dapat
mengatur pembagian waktu agar yang diperiksa tidak sampai menunggu.
Untuk mengantisipasi panggilan yang pertama tidak datang sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan dalam surat panggilan maka penyidik /

penyidik .....
12

penyidik pembantu mempersiapkan penyidik / penyidik pembantu yang


lain untuk membantu pemeriksaan untuk panggilan yang kedua; dan
4. penyidik / penyidik pembantu berpakaian rapi.

b. Tahap pelaksanaan :
1. pemeriksaan saksi :
a) saksi diperiksa tidak disumpah, kecuali cukup alasan untuk
diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan
dipengadilan, maka pemeriksaan terhadap saksi dilakukan diatas
sumpah dalam hal ini disaksikan atau didampingi rohaniawan
(vide Pasal 116 ayat 1 KUHAP);
b) saksi diperiksa secara sendiri - sendiri namun boleh juga
dipertemukan satu dengan yang lain (konfrontasi) dan mereka
wajib memberikan keterangan yang sebenarnya (vide Pasal 116
ayat (2) KUHAP);
c) saksi dalam memberikan keterangan kepada penyidik / penyidik
pembantu tidak boleh dalam tekanan dari siapapun dan atau
dalam bentuk apapun (vide Pasal 117 ayat (1) KUHAP);
d) saksi dapat menolak memberikan kesaksian karena ada
hubungan keluarga dengan tersangka sampai derajat ke 3 (tiga)
karena berdasarkan hubungan darah/ keluarga atau karena akibat
perkawinan maupun karena situasi tertentu, mereka itu adalah :
a) Karena ada hubungan darah atau keluarga;
b) Karena akibat perkawinan.
e) keterangan saksi wajib ditulis secara teliti dalam berita acara
pemeriksaan dan setelah selesai diberikan kesempatan untuk
membaca kembali hasil berita acara pemeriksaan dan apabila
setuju, saksi diminta untuk membutuhkan paraf dan tanda tangan
pada berita acara pemeriksaan tersebut;
f) penyidik / penyidik pembantu bersikap ramah dan santun selama
pemeriksaan dilaksanakan; dan
g) pada saat pemeriksaan diberikan kesempatan untuk makan dan
beribadah bila tiba waktunya.

2.pemeriksaan .....
13

2. pemeriksaan tersangka :
a) tersangka dapat diperiksa dengan didahului oleh proses
pemanggilan atau perintah membawa atau penangkapan. Kecuali
terhadap tersangka yang telah dilakukan penahanan maka dapat
langsung dilakukan pemeriksaan;
b) sebelum mengajukan pertanyaan, penyidik atau penyidik
pembantu wajib memberitahukan kepada tersangka tentang
haknya mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam
perkaranya tersebut wajib didampingi oleh penasehat hukum
(Pasal 54 s/d Pasal 56 KUHAP);
c) tersangka berhak diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang
mudah dimengerti tentang apa yang dipersangkakan kepadanya
sebelum pemeriksaan dimulai;
d) dalam hal tersangka ditahan dalam waktu 1 (satu) hari setelah
perintah penahanan itu dijalankan, tersangka mulai diperiksa oleh
penyidik/ penyidik pembantu;
e) dalam hal tersangka agak sulit/ kurang lancar dalam memberikan
keterangan maka penyidik / penyidik pembantu menyampaikan
bukti bukti yang telah didapat penyidik sehingga tersangka dapat
memberikan keterangan tentang jalannya tindak pidana secara
lengkap sistematis dan berurutan;
f) tersangka memiliki hak untuk bebas menjawab pertanyaan yang
diajukan atau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyidik. Dalam hal ini penyidik / penyidik pembantu harus
menjelaskan kepada tersangka bahwa keterangan tersangka
sangat dibutuhkan oleh tersangka tersendiri sebagai pembelaan
atas persangkaan pasal yang diterapkan dalam tindak pidana
tersebut. Dalam hal tersangka menolak untuk menanda tangani
berita acara penolakan maka penyidik menyiapkan berita acara
penolakan tanda tangan BAP;
g) pemeriksaan tersangka tidak boleh dihadiri oleh orang yang tidak
berkepentingan dengan pemeriksaan tersebut;
h) keterangan tersangka wajib ditulis secara teliti dan dilengkapi
dalam berita acara pemeriksaan dan setelah selesai diberikan
kepada tersangka untuk membaca kembali hasil Berita Acara
pemeriksaan .....
14

Pemeriksaan dan apabila setuju, tersangka diminta untuk


membutuhkan paraf dan tanda tangan pada Berita Acara
Pemeriksaan tersebut;
i) tersangka berhak mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki
keahlian khusus yang dapat menguntungkan baginya dalam
pemeriksaan (vide pasal 116 ayat (3) dan (4) dan pasal 65
KUHAP);
j) Jika seorang tersangka yang dipanggil memberi alasan yang patut dan
wajar bahwa ia tidak dapat datang kepada penyidik yang
melakukan pemeriksaan, penyidik itu datang ketempat
kediamannya (vide Pasal 113 KUHAP);
k) Penyidik / penyidik pembantu bersikap ramah dan santun selama
pemeriksaan dilaksanakan; dan
l) Pada saat pemeriksaan diberikan kesempatan untuk makan dan
beribadah bila tiba waktunya.

3. Pemeriksaan Ahli :
a) apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap hal
hal tertentu, (misal : bila ada pengaduan bahwa suatu
surat/tulisan palsu/dipalsukan/ diduga palsu) atau barang-barang
(misal : emas, berlian) atau dalam menangani seorang korban
(luka / keracunan / mati karena peristiwa yang diduga tindak
pidana), yang hanya dapat diterangkan atau dijelaskan oleh orang
ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang
tertentu, maka rmaka penyidik/ penyidik pembantu dapat meminta
pendapat kepada orang ahli/ yang memiliki keahlian khusus. (vide
pasal 120 ayat (1) KUHAP);
b) pemeriksaan ahli dilaksanakan setelah penyidik / penyidik
pembantu mendapatkan bukti bukti yang dapat dianalisa oleh ahli
sesuai dengan keahliannya, dengan jalan mengajukan
permintaan tertulis keterangan keahlian atau dengan jalan
memanggil orang ahli/yang memiliki keahlian khusus;
c) sebelum memberikan keterangan berdasarkan keahliannya
seorang ahli terlebih dahulu disumpah / mengucapkan janji
dihadapan penyidik/ penyidik pembantu bahwa ia akan
memberikan .....
15

memberikan keterangan menurut pengetahuannya dan


keahliannya;
d) untuk memberikan keterangan itu, ahli mengangkat sumpah atau
mengucapkan janji dihadapan penyidik, kecuali bila disebabkan
karena harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya orang
mewajibkan menyimpan rahasia, dapat menolak untuk
memberikan keterangan yang diminta (Vide pasal 120 ayat (2)
KUHAP);
e) penyidik / penyidik pembantu memberikan penjelasan kepada ahli
tentang kronologis perkara berdasarkan alat bukti dan bukti-bukti
yang telah didapat oleh penyidik, setelah itu ahli akan
memberikan keterangannya berdasarkan keahliannya;
f) penyidik/ Penyidik Pembantu menuangkan keterangan yang diberikan
oleh ahli tersebut dalam Berita Acara Pemeriksaan Ahli;
g) penyidik/ penyidik pembantu dapat pula meminta pendapat
kepada orang ahli/ yang memiliki keahlian khusus sesuai dengan
perundang undangan yang berlaku dalam bentuk surat berupa
keterangan ahli yang telah tertuang dalam Berita Acara
Pemeriksaan Ahli dari Laboratorium Forensik;
h) dalam hal penyidik/penyidik pembantu meminta pendapat kepada
orang ahli/yang memiliki keahlian khusus, misalnya pemeriksaan
tulisan/surat palsu/dipalsukan/diduga palsu, maka
penyidik/penyidik pembantu mengirimkan barang-barang
bukti/surat-surat atau korban tersebut kepada orang ahli yang
bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, guna mendapatkan keterangan atau
keterangan ahli atau acara hasil pemeriksaan oleh ahli;
i) dalam hal saksi ahli bersedia hadir untuk memberikan keterangan
tanpa surat panggilan, surat panggilan dapat dibuat dan ditanda
tangani oleh penyidik dan saksi ahli, sesaat sebelum pemeriksaan
dilakukan;
j) penyidik / penyidik pembantu bersikap ramah dan santun selama
pemeriksaan dilaksanakan; dan
k) pada saat pemeriksaan diberikan kesempatan untuk makan dan
beribadah bila tiba waktunya.
Pasal 17 .....
16

Pasal 17

Tahap Akhir Pemeriksaan :


a. Setelah pemeriksaan selesai maka pemeriksa memperlihatkan isi Berita Acara
Pemeriksaan kepada terperiksa agar terperiksa dapat membaca dan meneliti
ulang apa yang telah disampaikan kepada pemeriksa yang tertuang dalam
Berita Acara Pemeriksaan;
b. Pemeriksa dan terperiksa membubuhkan tanda tangan pada lembar terakhir
Berita Acara Pemeriksaan;
c. Pada setiap lembar berita acara pemeriksaan saksi / tersangka dibubuhkan
paraf oleh terperiksa sehingga pemeriksa tidak dapat merubah isi pada setiap
lembar pemeriksaan; dan
d. Salinan Berita Acara Pemeriksaan yang dapat diberikan kepada yang
diperiksa hanya Berita Acara Pemeriksaan tersangka sedangkan untuk Berita
Acara Pemeriksaan saksi tidak dapat diberikan kepada saksi atau pihak lain
untuk menjaga kerahasiaan. Tersangka atau kuasa hukumnya dapat meminta
turunan dari Berita Acara Pemeriksaan yang telah dibuat oleh penyidik/
penyidik pembantu (Pasal 72 KUHAP).

Bagian Ketujuh

Penggeledahan

Pasal 18

Penggeledahan terbagi :
a. penggeledahan Rumah adalah tindakan Penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempattempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan guna mencari benda yang diduga keras ada rumah dan di tempat
tertutup lainnya dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang;
b. penggeledahan Badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya atau dibawanya.

Pasal 19 .....
17

Pasal 19

Prosedur Penggeledahan :
a. Wewenang penggeledahan :
1. penyidik,
2. penyidik pembantu yang berwenang; dan
3. penyelidik, pada saat menangkap tersangka hanya berwenang
menggeledah pakaian, termasuk benda yang dibawa apabila terdapat
dugaan keras ada sangkut pautnya terhadap perkara pidana.

b. Proses Penggeledahan :
1. yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penggeledahan adalah
Penyidik;
2. sasaran penggeledahan adalah:
a) rumah atau bangunan dan tempattempat tertutup lainnya;
b) pakaian;
c) badan; dan
d) sarana angkutan.
3. menunjukkan surat perintah tugas dan/atau kartu identitas petugas serta
memberitahukan tentang kepentingan dan sasaran penggeledahan;
4. penggeledahan rumah dilakukan dengan Surat Perintah Penggeledahan
setelah mendapat Surat Ijin Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali
dalam keadaan mendesak;
5. dalam melaksanakan penggeledahan terhadap tempat/orang yang
diduga melakukan tindak pidana dalam bidang Informasi dan Transaksi
Elektronik, penyidik wajib mendapat ijin khusus dari Ketua Pengadilan;
6. dalam melakukan tindakan penggeledahan orang, petugas wajib
memberitahukan kepentingan tindakan penggeledahan dengan sopan
dan bahasa yang mudah dimengerti;
7. memperhatikan dan menghargai hak-hak orang dan tempat yang akan
digeledah;
8. kecuali dalam hal tertangkap tangan Penyidik, tidak diperkenankan
memasuki :
a) ruang sedang berlangsung Sidang MPR, DPR atau DPD;

b).tempat .....
18

b) tempat dimana sedang berlangsung ibadah atau upacara


keagamaan; dan
c) ruang dimana sedang berlangsung Sidang Pengadilan.
9. dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak, bilamana Penyidik
harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan Surat Ijin
terlebih dahulu, Penyidik dapat melakukan penggeledahan :
a) pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau
berada dan yang ada diatasnya;
b) pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam
atau ada;
c) di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya; dan
d) di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.
10. dalam hal penyidik melakukan penggeledahan dalam keadaan yang
sangat perlu dan mendesak, penyidik tidak diperkenankan memeriksa
atau menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak ada kaitannya
dengan tindak pidana yang terjadi;
11. keadaan yang sangat perlu dan mendesak ialah bilamana ditempat
yang akan digeledah diduga keras terdapat tersangka yang patut
dikhawatirkan segera melarikan diri atau mengulangi tindak pidana atau
benda yang dapat disita dikhawatirkan segera dimusnahkan atau
dipindahkan, sedangkan Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri tidak
mungkin diperoleh dengan cara yang layak dan dalam waktu yang
singkat;
12. dalam hal Penyidik harus melakukan penggeledahan rumah diluar
wilayah hukumnya, maka penggeledahan tersebut harus diketahui oleh
ketua pengadilan negeri setempat dan didampingi oleh penyidik dari
daerah hukum dimana penggeledahan itu dilakukan;
13. pada waktu menangkap tersangka, atau tersangka ditangkap dan
dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan
atau badan termasuk benda yang dibawa serta, apabila terdapat dugaan
keras bahwa pada tersangka terdapat benda yang dapat disita. Bila
mana yang akan digeledah seorang wanita, maka yang melakukan
penggeledahan adalah petugas wanita;

14.penyidik .....
19

14. penyidik harus membuat Berita Acara Penggeledahan Rumah, dan


harus membacakan terlebih dahulu Berita Acara Penggeledahan rumah
tersebut kepada yang bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan
ditanda tangani oleh penyidik maupun tersangka atau keluarganya dan
atau kepala desa atau ketua lingkungan dan 2 (dua) orang saksi; dan
15. paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari Penyidik harus membuat Berita
Acara penggeledahan dan turunannya harus disampaikan kepada
pemilik yang menjadi sasaran penggeledahan.

Pasal 20

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan penggeledahan :


a. Penggeledahan pakaian dan atau badan terhadap wanita dilakukan dalam
ruangan tertutup oleh Polisi Wanita atau wanita yang diminta bantuannya oleh
Pejabat Polri yang berwenang;
b. Penggeledahan dilakukan dengan disaksikan oleh dua orang warga
lingkungan yang bersangkutan bila tersangka/keluarga tersangka/ penghuni
menyetujui, dalam hal tersangka atau keluarga/penghuni tidak menyetujui atau
tidak hadir, maka oleh kepala desa atau ketua lingkungan dan dua orang
warga yang bersangkutan; dan
c. Penggeledahan terhadap anak penyidik wajib mempertimbangkan faktor-faktor
psikologis bagi anak.

Bagian Kedelapan

Penyitaan

Pasal 21

Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud
atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan
dan peradilan.

Pasal 22 .....
20

Pasal 22

Wewenang Penyitaan :
a. Penyidik;
b. Penyidik pembantu; dan
c. Penyelidik atas perintah Penyidik melakukan penyitaan surat.

Pasal 23

Proses Penyitaan :
a. Penyitaan hanya dapat dilakukan Penyidik dengan Surat Ijin Ketua Pengadilan,
kecuali dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak Penyidik harus
melakukan penyitaan dan tidak mungkin untuk mendapatkan Surat Ijin terlebih
dahulu, maka Penyidik dapat melakukan penyitaan namun hanya atas benda
bergerak dan wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri
setempat guna memperoleh persetujuaannya;
b. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap tempat / orang yang diduga
melakukan tindak pidana dalam bidang Informasi dan Transaksi Elektronik,
penyidik wajib mendapat ijin khusus dari Ketua Pengadilan :
1. dalam hal tertangkap tangan Penyidik berwenang menyita paket atau
surat atau benda yang pengangkutannya, atau pengirimannya dilakukan
oleh Kantor Pos dan Telekomunikasi, Jawatan atau Perusahaan
Komunikasi atau pengangkutan, sepanjang paket, surat atau benda
tersebut diperuntukkan bagi tersangka atau yang berasal dari padanya
dan untuk itu kepada tersangka dan atau kepada pejabat Kantor Pos dan
Telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan
yang bersangkutan harus diberikan Surat Tanda Penerimaan (vide Pasal
41 KUHAP);
2. penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim
melalui kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan
telekomunikasi atau pengangkutan jika benda tersebut dicurigai dengan
alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang
sedang diperiksa, dengan ijin khusus yang diberikan untuk itu dari ketua
pengadilan negeri;

3.penyitaan .....
21

3. penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut
undang-undang untuk merahasiakannya sepanjang tidak menyangkut
rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau
atas ijin khusus ketua Pengadilan Negeri setempat kecuali undang-
undang menentukan lain;
4. dalam hal penyidik melakukan penyitaan, terlebih dahulu penyidik harus
menunjukkan tanda pengenal dan surat perintah tugas dan surat perintah
penyitaan kepada orang dari siapa benda itu disita;
5. penyidik berwenang memerintahkan kepada orang yang menguasai
benda yang dapat disita, menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk
kepentingan pemeriksaan;
6. dalam melaksanakan penyitaan penyidik memperlihatkan benda yang
akan disita kepada orang dari mana benda tersebut disita, dan harus
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi; dan
7. setelah melakukan penyitaan harus dibuatkan Berita Acara Penyitaan dan
diberikan Surat tanda penerimaan.

Pasal 24

Barang Bukti yang Dapat Dilakukan Penyitaan :


a. Benda atau tagihan tersangka yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya;
c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang halangi penyelidikan tindak
pidana;
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan;
f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit;
dan
g. Surat, buku atau kitab, daftar dan sebagainya yang diduga kuat dapat
diperoleh keterangan tentang sesuatu tindak pidana.

Bagian .....
22

Bagian Kesembilan

Pasal 25

Penangkapan

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara


waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 26

Wewenang Penangkapan :
a. Penyidik;
b. Penyidik pembantu; dan
c. Penyelidik atas perintah penyidik melakukan penangkapan.

Pasal 27

Proses Penangkapan :
a. Penangkapan dilakukan terhadap orang yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup dan hanya berlaku terhadap
satu orang tersangka yang identitasnya tersebut dalam surat penangkapan;
b. Memberitahu/menunjukkan tanda identitas petugas sebagai petugas polri; dan
c. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh pejabat yang berwenang
dengan memperlihatkan surat perintah tugas, memberikan kepada tersangka
surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka,
menyebutkan alasan penangkapan tindak pidana yang dipersangkakan, uraian
singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa
kecuali dalam hal tertangkap tangan;
d. Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa Surat Perintah
Penangkapan dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera
menyerahkan tertangkap beserta barang bukti kepada penyidik/penyidik
pembantu yang terdekat, selanjutnya dibuatkan Berita Acara serah terima
Tersangka dan Barang Bukti;
e.masa .....
23

e. Masa penangkapan terhadap tersangka dalam perkara Tindak Pidana


Ekonomi adalah 1 x 24 jam;
f. Di dalam melakukan penangkapan hendaknya berpedomana kepada :
1. Pasal 16 s/d 19 KUHAP;
2. Petunjuk teknis proses penyidikan tindak pidana; dan
3. Pasal 70 s/d 84 Peraturan Kapolri No. 12 Tahun 2009.
g. Menghindari penggunaan kekerasan dan pelanggaran HAM lainnya dalam
proses penangkapan;
h. Penyidik wajib menunjukan surat perintah tugas dan surat perintah
penangkapan kepada orang yang akan ditangkap serta keluarganya;
i. Pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan adalah
Dirreskrimsus;
j. Dalam hal yang mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan adalah Kepala
Kesatuan atau Pejabat Struktural, Surat Perintah Penangkapan ditandatangani
yang bersangkutan selaku Penyidik;
k. Penangkapan dapat dilakukan atas permintaan bantuan :
1. kesatuan Kepolisian lain berdasarkan Daftar Pencarian Orang;
2. instansi yang berwenang;
3. permintaan Negara anggota ICPO Interpol; dan
4. permintaan bantuan penangkapan harus mencantumkan identitas
tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat
perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.
l. Dalam hal orang yang ditangkap tidak paham atau tidak mengerti bahasa yang
dipergunakan oleh petugas maka orang tersebut berhak mendapatkan seorang
penerjemah tanpa dipungut biaya;
m. Dalam hal orang asing yang ditangkap, penangkapan tersebut harus segera
diberitahukan kepada kedutaan, konsulat, atau misi diplomatik negaranya, atau
keperwakilan organisasi international yang kompeten jika yang bersangkutan
merupakan seorang pengungsi atau dalam lingkungan organisasi antar
pemerintah;
n. Dalam hal anak yang ditangkap, petugas wajib memperhatikan hak tambahan
bagi anak yang ditangkap sebagai berikut :
1. hak untuk didampingi oleh orang tua/wali;
2. hak privasi untuk tidak dipublikasikan identitasnya agar anak tidak
menderita atau disakiti akibat publikasi tersebut;
3.hak .....
24

3. hak untuk mendapatkan petugas pendamping khusus untuk anak;


4. diperiksa di ruang pelayanan khusus;
5. dipisahkan penempatannya dari ruang tersangka dewasa; dan
6. penerapan prosedur khusus untuk perlindungan dan peradilan anak.
o. Dalam hal perempuan yang ditangkap, petugas wajib memperhatikan
perlakukan khusus sebagai berikut :
1. sedapat mungkin diperiksa oleh petugas perempuan;
2. diperiksa diruang pelayanan khusus;
3. perlindungan hak privasi untuk tidak dipublikasikan;
4. hal mendapat perlakuan khusus;
5. dipisahkan penempatannya dari ruang tersangka laki-laki; dan
6. penerapan prosedur khusus untuk perlindungan bagi perempuan.
p. Setelah melakukan penangkapan penyidik wajib :
1. menyerahkan satu lembar surat perintah penangkapan kepada
tersangka dan mengirimkan tembusannya kepada keluarganya;
2. wajib memeriksa kesehatan tersangka; dan
3. terhadap tersangka dalam keadaan luka parah, penyidik wajib memberi
pertolongan kesehatan dan membuat berita acara tentang keadaan
tersangka.
q. Dalam hal membantu penangkapan terhadap seseorang yang terdaftar di
dalam Daftar Pencarian orang (DPO), setiap pejabat yang berwenang disuatu
kesatuan dapat membuat Surat Perintah Penangkapan;
r. Setelah dilakukan penangkapan harus dibuat Berita Acara Penangkapan
yang ditandatangani oleh petugas yang melakukan penangkapan dan orang
yang ditangkap;
s. Tersangka yang tertangkap tangan atau yang ditangkap dengan surat perintah
penangkapan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak terbukti
melakukan tindak pidana atau tindak pidana yang dilakukan tersebut tidak
termasuk dalam ketentuan yang dapat ditahan, Tersangka harus dilepaskan
dengan dibuatkan Berita Acara Pelepasan Penangkapan yang ditanda tangani
oleh Penyidik dan orang yang ditangkap;
t. Terhadap Tersangka Yang Akan Dilakukan Penahanan Harus Dikeluarkan
Surat Perintah Penangkapan;
u. Dalam Hal Tersangka Tidak Bersedia Diperiksa, Penyidik Wajib Membuat
Berita Acara Penolakan Pemeriksaan;
v.pembebasan .....
25

v. Pembebasan Tersangka Wajib Dilengkapi Surat Perintah Pembebasan


Tersangka Dalam Hal Pemeriksaan Telah Selesai Atau Karena Masa
Penangkapannya Berakhir; dan
w. Surat Perintah Pembebasan Diserahkan Kepada Tersangka Dan
Tembusannya Dikirimkan Kepada Keluarganya.

Pasal 28

Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Penangkapan Terhadap tersangka


pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan, kecuali dalam hal ia telah
dipanggil secara syah 2 (dua) kali berturut-turut, tidak memenuhi panggilan tersebut
tanpa alasan yang sah.

Pasal 29

Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat dan waktu


tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya,
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 30

Wewenang Penahanan :

a. Yang berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan adalah penyidik,


atau penyidik pembantu atas perintah penyidik;
b. Dalam hal Kepala Kesatuan atau Pejabat Struktural melakukan penahanan
maka Surat Perintah Penahanan tersebut ditanda tangani yang bersangkutan
selaku Penyidik;
c. Pertimbangan melakukan Penahanan :
Penahanan dilakukan terhadap tersangka yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup melakukan tindak pidana yang
dipersangkakan, dengan pertimbangan dalam hal adanya keadaan yang
menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka :
1. melarikan diri;
2. merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau; dan
3. mengulangi tindak pidana.
d. Di dalam melakukan penahanan, penyidik hendaknya berpedoman pada:
1.pasal .....
26

1. Pasal 20 s/d 31 KUHAP;


2. Petunjuk Teknis Proses Penyidikan Tindak Pidana;
3. Pasal 85 s/d Pasal 99 Peraturan Kapolri No. 12 Tahun 2009; dan
4. Harus didukung minimal 2 (dua) alat bukti yang sah sesuai Pasal 184
KUHAP dan/atau Pasal 44 Undang-Undang ITE.
e. Memperhatikan dan mempercepat kegiatan penyidikan selama melakukan
penahanan untuk menghindari habisnya masa penahanan;
f. Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan dalam hal tersangka melakukan
tindak pidana dan atau percobaan melakukan maupun pemberian bantuan dan
atau turut serta melakukan tindak pidana :
1. Tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau
lebih; dan
2. Tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara kurang dari 5
tahun, namun secara eksplisit disebutkan dalam pasal 21 ayat (4) huruf
b KUHAP.

Pasal 31

Jenis penahanan dapat berupa :


a. penahanan di Rumah Tahanan Negara (Rutan);
b. penahanan di Rumah; dan
c. penahanan Kota.

Pasal 32

Penyidik berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu ke jenis


penahanan yang lain, hal tersebut yang dinyatakan dengan Surat Perintah dari
Penyidik yang tembusannya diberikan kepada tersangka, serta keluarganya dan
atau kepada instansi yang berkepentingan.

Pasal 33

Jangka Waktu Penahan :


(1) Penyidik berwenang melakukan penahanan paling lama 20 (dua puluh) hari;
(2) Apabila diperlukan untuk kepentingan penyidikan/pemeriksaan, dapat
diperpanjang selama 40 hari oleh jaksa penuntut umum atas permintaan
penyidik yang bersangkutan;
(3).apabila .....
27

(3) Apabila pemeriksaan belum selesai, dalam hal adanya alasan yang patut dan
tidak dapat dihindarkan karena tersangka menderita gangguan fisik atau
mental berat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter atau tersangka
diperiksa dalam perkara yang diancam dengan penjara 9 tahun atau lebih,
maka penahanan terhadapnya dapat diperpanjang lagi paling lama 2 x 30 hari
oleh Ketua Pengadilan Negeri atas permintaan dari penyidik yang
bersangkutan yang disertai dengan laporan hasil penyidikan/pemeriksaan.

Pasal 34

Kepada tersangka yang ditahan diberikan Surat Perintah Penahanan yang ditanda
tangani oleh Penyidik dengan mencantumkan identitas tersangka, alasan
penahanan dan uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan. Tembusan
Surat Perintah Penahanan harus diberikan kepada keluarga tersangka dan
selanjutnya Penyidik membuat Berita Acara Penahanan.

Pasal 35

Dalam hal tersangka dikeluarkan dari tahanan, penyidik harus membuat Surat
Perintah Pengeluaran Tahanan dan Berita Acara Pengeluaran Tahanan.

Pasal 36

Dalam hal tersangka ditahan mengalami sakit dan memerlukan perawatan dokter,
penyidik memeriksakan ke dokter pemerintah/Polri, dari hasil :
a. pemeriksaan dokter dinyatakan perlu rawat inap, surat keterangan dokter
tersebut dijadikan dasar untuk pembantaran penahanan, dengan
mengeluarkan Surat Perintah Pembantaran dan selanjutnya Penyidik/Penyidik
Pembantu membuat Berita Acara Pembantaran penahanan;
b. dalam hal tersangka dinyatakan sembuh oleh dokter dan tidak perlu rawat
inap, surat keterangan dokter tersebut dijadikan dasar pencabutan
pembantaran penahanan, dengan mengeluarkan Surat Perintah Pencabutan
Pembantaran Penahanan dan dibuatkan Berita Acara Pencabutan
Pembantaran penahanan, selanjutnya Penyidik/penyidik Pembantu
mengeluarkan .....
28

mengeluarkan Surat Perintah Penahanan lanjutan sisa waktu penahanan dan


dibuatkan Berita Acara Penahanan lanjutan; dan
c. surat perintah pembantaran dan surat perintah penahanan lanjutan
diberitahukan kepada tersangka dan keluarganya.

Pasal 37

Penangguhan Penahanan :
a. Penangguhan penahanan terhadap tersangka dapat dilakukan atas jaminan
uang atau jaminan orang; dan
b. Karena jabatannya penyidik sewaktu-waktu dapat mencabut penangguhan
penahanan dalam hal tersangka melanggar syarat penangguhan penahanan.

Pasal 38

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penahanan :


a. Dalam hal-hal tertentu dan untuk waktu terbatas, guna kepentingan
penyidikan, atas permintaan penyidik dan izin kepala rutan, penyidik dapat
membawa tahanan keluar rutan;
b. Apabila terhadap tersangka dilakukan penahanan rumah, maka pelaksanaan
penahanan itu dilakukan di rumah tempat tinggal/kediaman tersangka dengan
mengadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindarkan timbulnya
kesulitan dalam penyidikan;
c. Apabila terhadap tersangka dilakukan penahanan kota maka pelaksanaan
penahanan itu dilakukan dikota tempat tinggal/kediaman tersangka, dengan
kewajiban tersangka melapor diri pada waktu yang ditentukan oleh penyidik;
d. Dalam hal penyidik memerlukan perpanjangan penahanan dari Jaksa
Penuntut Umum atau Ketua Pengadilan Negeri agar permintaan perpanjangan
penahanan itu diajukan sebelum waktu penahanan berakhir, apabila waktu
penahanan berakhir penyidik harus mengeluarkan tersangka dari tahanan
demi hokum; dan
e. Apabila tersangka melaksanakan penahanan Rumah/Kota tersangka hanya
boleh keluar rumah atau kota dengan ijin dari penyidikan.

Bagian .....
29

Bagian Kesepuluh
Penyerahan Berkas Perkara ke JPU

Pasal 39

Pengertian :
1. Berkas Perkara adalah kumpulan dari seluruh kegiatan dan atau keterangan
yang berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana dalam bentuk
produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik/penyidik pembantu;
2. Resume adalah ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak pidana
yang terjadi, dituangkan dalam bentuk dan persyaratan penulisan tertentu;
3. Pemberkasan adalah kegiatan memberkas isi berkas perkara dengan
susunan, syarat penyampulan, pengikatan dan penyegelan yang telah
ditentukan serta pemberian nomor berkas perkara;
4. Penyerahan Berkas Perkara adalah tindakan penyidik untuk menyerahkan
berkas perkara dan menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang
bukti kepada penuntut umum atau ke pengadilan dalam hal acara
pemeriksaan cepat atas kuasa penuntut umum sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Pengembalian Berkas Perkara adalah dikembalikannya berkas perkara dari
penuntut umum kepada penyidik karena adanya kekurangan isi atau materi
berkas perkara yang perlu dilengkapi sesuai petunjuk penuntut umum;
6. Pemberkasan adalah kegiatan memberkas isi berkas perkara dengan
susunan, syarat penyampulan, pengikatan dan penyegelan yang telah
ditentukan serta pemberian nomor berkas perkara;
7. Penyerahan Berkas Perkara adalah tindakan penyidik untuk menyerahkan
berkas perkara dan menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang
bukti kepada penuntut umum atau ke pengadilan dalam hal acara
pemeriksaan cepat atas kuasa penuntut umum sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
8. Pengembalian Berkas Perkara adalah di kembalikannya berkas perkara dari
penuntut umum kepada penyidik karena adanya kekurangan isi atau materi
berkas perkara yang perlu dilengkapi sesuai petunjuk penuntut umum.

Pasal 40 .....
30

Pasal 40

Urutan Penyerahan Berkas Perkara :


a. penyerahan tahap I (satu) :
1. bila penanganan berkas perkara telah selesai maka penyidik
melimpahkan perkara berupa pengiriman berkas perkara ke penuntut
umum;
2. berkas perkara dikirim ke JPU rangkap 2 (dua);
3. berkas dibungkus dan dikirim dengan kertas sampul yang rapi ditulis
nomor dan tanggal berkas perkara;
4. pengiriman berkas perkara dicatat dibuku ekspedisi pengiriman berkas
perkara dan ditandatangani oleh penerima dan stempel instansi;
5. jika diterima P-18 dan P-19 dari Jaksa Penuntut Umum maka penyidik
menginventarisir satu persatu petunjuk Jaksa Penuntut Umum tersebut
dan menyiapkan langkah-langkah untuk penyidikan tambahan;
6. penyidik segera melengkapi petunjuk dari Jaksa Penuntut Umum dan
mengirimkan kembali berkas ke kejaksaan; dan
7. apabila sebelum batas waktu 14 hari berkas perkara dikembalikan dan
disertai petunjuk oleh JPU, penyidik harus melengkapinya.

b. Penyerahan tahap II (dua) (penyerahan berkas, tersangka dan barang bukti) :


1. setelah memperoleh P-21 (berkas dinyatakan lengkap) dari Jaksa
Penuntut Umum, maka penyidik berkewajiban segera menyerahkan
tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut
Umum;
2. penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti disertai
dengan surat pengantar dan dibuatkan berita acara penyerahan
tersangka dan barang bukti serta tanda terimanya;
3. jika tersangka dan barang bukti tidak dapat diserahkan kepada Penuntut
Umum maka penyidik segera membuat Daftar Pencarian Orang (DPO),
Daftar Pencarian Barang (DPB), Surat Perintah Tugas, untuk melakukan
pencarian dan atau penangkapan secara intensif terhadap tersangka,
memberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum secara tertulis dan
meminta pertanggungjawaban terhadap penjamin, dalam hal tersangka
ditangguhkan penahanannya; dan

4.pengiriman .....
31

4. pengiriman berkas perkara apabila sudah melebihi 14 hari dan Jaksa


Penuntut Umum (JPU) tidak mengembalikan berkas perkara
sebagaimana diatur pada pasal 110 ayat (4) KUHAP penyidik dianggap
telah selesai melakukan penyidikan dan penyerahan tahap kedua bisa
dilaksanakan.

BAB III
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Peraturan Direktur Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kalimantan Timur ini
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Paraf :
Ditetapkan di Balikpapan
1. Kabag Bin Ops : pada tanggal Juli 2012

2. Kasubbag Renmin : DIREKTUR RESKRIMSUS POLDA KALTIM

3. Wadir Reskrimsus :
4. Kabidkum :
Drs. IMAN SUMANTRI, MSi
5. Kasetum : KOMISARIS BESAR POLISI NRP 66070510
6. Waka Polda :

Disahkan di Balikpapan
pada tanggal Juli 2012
KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR

Drs. ANAS YUSUF, SH, MH, MM


INSPEKTUR JENDERAL POLISI

REGISTRASI SETUM POLDA KALTIM NOMOR TAHUN 2012

Anda mungkin juga menyukai