Anda di halaman 1dari 4

Kisah Sejarah Gaib Tanah Jawa

SM Said
Sabtu, 9 Mei 2015 - 05:00 WIB

Peta Tanah Jawa tahun 1729 Masehi (Istimewa)


A+ A-

Sejarah awal Pulau Jawa seolah terbungkus oleh misteri, karena sama sekali tidak diketahui
keberadaannya oleh dunia sampai pulau ini dikunjungi oleh peziarah dari China, Fa Hien pada tahun
412 Masehi.

Berdasarkan buku Sejarah Gaib Tanah Jawa, karangan CW Leadbeater, Cetakan 1 Maret 2015,
disebutkan, pada 2.000 tahun sebelum masehi (SM), Pulau Jawa sudah menjadi koloni bangsa
Atlantis, tapi saat Atlantis hancur Jawa menjadi negeri terpisah.

Nah, disaat masih dikuasai oleh bangsa Atlantis inilah ajaran gaib hitam dan sesat mulai diajarkan
kepada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa ini.

Sehingga pengaruh aliran sesat itu kemudian semakin kuat dan merusak tatanan kehidupan yang
ada saat itu.
Mereka memuja dewa yang kejam yang selalu meminta persembahan manusia dan hidup di bawah
bayang-bayang tirani tanpa kesempatan untuk melepaskan diri.

Pada zaman itu, mereka diperintah oleh raja yang merangkap Imam Agung dari aliran hitam itu. Di
antara raja ini ada seorang yang sungguh fanatik dalam kepercayaan aliran hitam itu.

Sang raja memiliki keyakinan bahwa hanya dengan menjalankan praktik kepercayaan yang
mengorbankan darah setiap hari, wilayahnya dapat diselamatkan dari kehancuran.

Hal ini didasari keyakinan bahwa, dewa-dewa ganas dan haus darahlah yang memegang kendali
atas Pulau Jawa pada saat itu.

Para dewa telah membuktikan kekuatan dahsyatnya dengan letusan gunung berapi berulang-ulang
dan bencana-bencana alam lainnya.

Raja tersebut lalu memutuskan untuk melakukan sebuah pemagaran gaib demi untuk tetap menjaga
dan memelihara perlindungan atas Pulau Jawa. Salah satu caranya dengan praktik ilmu gaib dari
para ahli sihir.

Hal ini dilakukan agar kelak semua sesembahan darah kepada dewa-dewa haus darah yang
bercokol di seluruh Jawa tetap dilanjutkan di sepanjang abad-abad yang akan datang.

Demi terwujudnya maksud itu, dia kemudian menciptakan mantera yang sangat kuat di atas Pulau
Jawa agar aliran hitam yang dianutnya tersebut tak akan lenyap selamanya.

Efek dari hal itu, masih dapat dilihat baik secara etheris maupun astral dalam bentuk awan gelap
yang besar melayang-layang di atas Pulau Jawa.

Awan hitam ini, anehnya kelihatan seolah-olah seperti tertambat pada titik-titik tertentu, sehingga
tidak lantas terbawa oleh angin dan tetap tinggal pada tempatnya
Titik-titik lokasi awan hitam ini sengaja dimagnetisir oleh raja, dekat dengan kawah-kawah gunung
berapi. Salah satu alasannya adalah karena kawah-kawah tersebut biasanya ditempati oleh
beragam jenis makhluk-makhluk halus. Sehingga makhluk-makhluk gaib itu dapat diperintah oleh
sang raja.

Kemudian pada 1.200 tahun SM terjadi invasi secara damai terhadap Pulau Jawa oleh Raja
Vaivasvata Manu yang beragama Hindu.

Mereka datang secara damai tinggal di pantai dan pada akhirnya membentuk kota perdagangan
kecil yang independen.

Seiring waktu, kekuatan para pendatang Hindu ini meningkat pesat dan akhirnya menjadi dominan
dalam komunitas.

Akan tetapi walaupun Agama Hindu telah diterima oleh penduduk namun dalam kenyataannya
pemujaan lama terhadap ajaran sesat tetap dilaksanakan dan praktik ilmu gaib malah makin
menjamur.

Melihat kondisi tersebut Raja Vaivasvata yang berkuasa saat itu meminta untuk mengirimkan
ekspedisi ke Jawa pada tahun 78 Masehi.

Ekspedisi ini dilakukan untuk menangkal pengaruh buruk dari aliran sesat yang sudah membumi di
Tanah Jawa tersebut.

Pemimpin ekspedisi ini dipimpin oleh ahli spritual bernama Aji Saka atau Sakaji. Aji Saka ini sangat
memahami tugas yang diembannya.
Aji Saka lalu menanam benda yang berdaya magnet kuat yang telah dimantrai di tujuh tempat di
Pulau Jawa untuk menyingkirkan pengaruh aliran hitam dari tanah Jawa (tumbal bagi tanah Jawa).

Untuk tempat menguburkan tumbal atau jimatnya yang paling penting dan kuat, Aji Saka memilih
perbukitan yang mengarah ke Sungai Progo, tempat yang sangat dekat dengan titik Pulau Jawa.

Legenda mengenai Aji Saka ini dalam berbagai cerita juga dianggap melambangkan kedatangan
Dharma (ajaran dan peradaban Hindu-Buddha) ke Pulau Jawa.

Akan tetapi penafsiran lain beranggapan bahwa kata Saka adalah berasal dari istilah dalam Bahasa
Jawa Saka atau Soko yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula, maka namanya bermakna "raja
asal-mula" atau "raja pertama".

Mitos ini mengisahkan mengenai kedatangan seorang pahlawan yang membawa peradaban, tata
tertib dan keteraturan ke Jawa.

Karena Aji Saka telah mengalahkan raja jahat Prabu Dewata Cengkar sang penguasan hitam yang
kala itu menguasai Pulau Jawa.

Legenda ini juga menyebutkan bahwa Aji Saka adalah pencipta tarikh Tahun Saka, atau setidak-
tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa.

Tumbal Aji Saka untuk menangkal kekekuatan hitam pun bertahan hingga beratus-ratus tahun
kemudian. Hingga sampai pada keadaan dimana jin kembali berkuasa, hujan darah dimana-mana,
bencana merajalela.

Pada masa ini berkembanglah beberapa aliran ilmu gaib di Pulau Jawa diantaranya, kejawen, klenik
dan kebatinan.

Lalu pada awal abad 13 datanglah Syekh Subakir seorang ulama yang dikirim Kesultanan Turki
Utsmaniyah ke tanah Jawa.

Syekh Subakir adalah seorang ulama besar yang dikirim untuk menumbal tanah Jawa dari pengaruh
negatif makhluk halus saat awal penyebaran ajaran Islam di nusantara. (Baca:Kisah Syekh Subakir,
Penumbal Tanah Jawa)

Karena Syekh Subakir mengetahui kondisi Pulau Jawa banyak dipengaruhi unsur gaib yang sangat
mengganggu. Lalu, Syekh Subakir membawa batu hitam dari Arab yang telah dirajah.

Kemudian dengan karomah yang dimilikinya batu hitam dengan nama Rajah Aji Kalacakra tersebut
dipasang di tengah-tengah tanah Jawa yaitu di Puncak Gunung Tidar, Magelang.

Karena, Gunung Tidar dipercayai sebagai titik sentral atau pakunya tanah Jawa. Hasilnya kekuatan
gaib yang mengganggu di Pulau Jawa dapat dihalau.

Pada masa ini ilmu kebatinan berkembang lagi menjadi beberapa cabang yaitu, ketabiban,
kawaskitaan, kesaktian, kanuragan, kekebalan, pengasihan, termasuk juga tenaga dalam.

Kemudian sepeninggalan Syekh Subakir pemagaran gaib terhadap pengaruh negatif dilanjutkan
oleh para Wali Songo. Para wali ini mengajarkan ajaran Islam. Salah satu diantaranya yang terkenal
yaitu Sunan Kalijaga. Wallahu alam bishawab

Sumber :
- Buku Sejarah Gaib Tanah Jawa, karangan CW Leadbeater, Cetakan 1 Maret 2015
- Sumatracyber.blogspot
- Eyang-waskita.blogspot

Anda mungkin juga menyukai