Saat ini jalur akses Pulau Jawa dan Madura dihubungkan dengan Penyeberangan Ferry antara
Ujung dan Kamal. Dari survey yang dilakukan didapat bahwa volume lalu lintas Ferry per arah
per hari pada tahun 2002 adalah 315 buah kendaraan ringan, 1036 buah Truk Kecil, 324 buah
truk besar, 260 buah Bus dan 8128 buah sepeda motor. Kapasitas Ferry yang tersedia
tersebut sudah jenuh yang diindikasikan dengan antrean kendaraan-rata-rata mencapai 30
menit.
Di lain segi kapasitas Ferry tidak bisa ditambah karena dapat mengganggu alur pelayaran
yang ada. Keberadaan Jembatan Madura diperkirakan akan dapat mengurangi waktu tempuh
sebesar 60 menit untuk kendaraan yang berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan
Bangkalan, 110 menit untuk kendaraan yang tidak berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah,
dan Bangkalan.
Kronologis
IDE AWAL
Pada Tahun 1960-an, Prof. Dr. Sedyatmo (alm) mengusulkan sebuah ide mengenai hubungan
langsung antara pulau Sumatera Jawa. Kemudian pada tahun 1965 dibuatlah trial design
untuk jembatan Sumatera-Jawa (Jembatan Selat Sunda) yang dibuat di ITB.
Pada bulan Pebruari 1986, Bappenas menanyakan kepada Perusahaan Perdagangan Jepang
untuk mengirimkan delegasi ke Indonesia. Perusahaan ini menunjukkan iktikad baiknya
dengan menawarkan kerjasama proyek hubungan langsung antar pulau Sumatera-Jawa-Bali.
Atas ide hubungan langsung Sumatera-Jawa dari alm. Prof. Sediyatmo tersebut dengan
konsep-konsep pengembangan jembatan antar pulau, maka oleh keluarga alm Prof. Sedyatmo
disampaikanlah ide dan konsep-konsep tersebut kepada Presiden RI pada awal Juni 1986.
Pada bulan Juni 1986, atas dasar konsep-konsep dari Prof. Sedyatmo, Presiden Republik
Indonesia menunjuk Menneg. Ristek/Kepala BPPT untuk melakukan kajian kemungkinan
hubungan langsung antar pulau Sumatera-Jawa-Bali yang diberi nama Proyek Tri Nusa Bima
Sakti. Sejak saat itu, dilakukanlah koordinasi internal pemerintah pusat dengan menunjuk
BPPT untuk melakukan studi kondisi alam dan Dep. PU untuk melakukan studi sosio-ekonomi
dan implementasi.
Pada bulan yang sama yaitu Juni 1986, datanglah delegasi Jepang ke Indonesia yang dipimpin
oleh Dr. Ibukiyama untuk melakukan studi/ kajian. Japan-Indonesia Science and Technoloy
Forum (JIF) yang dibentuk dari swasta Jepang dan BPPT mengusulkan untuk
menyelanggarakan seminar di Jakarta dalam usaha untuk mempromosikan proyek tersebut.
Seminar dengan judul Japan-Indonesia Seminar on Large Scale Bridges and Under Sea Tunnel
di lakukan di Jakarta pada 21-24 September 1986.
Pada bulan Desember 1986, DPU dan BPPT secara terpisah menyampaikan proposal Bantuan
Project kepada Bappenas dan Setkab. Pada saat yang sama Laporan Akhir Dr. Ibukiyama.]
juga dikirimkan ke Bappenas dan Setkab
Dalam rapat tahunan JIF bulan Juli 1987 tentang Kerjasama Teknik, pihak Jepang telah
menyetujui untuk mengirimkan Tenaga Ahli (Expert). Untuk itu, pada Agustus 1987 BPPT
mengirimkan Form A-1 ke Setkab untuk 2 orang tenaga ahli, masing-masing Expert Geologi
dan Expert Vulkanologi.
Pada bulan Oktober 1987, DPU mengirimkan Form A-1 ke Setkab untuk seorang Expert bidang
Perencanaan Transportasi & Rekayasa Jembatan/Terowongan. Pada bulan April 1988,
Pemerintah Jepang menanyakan Form A-1 dari BPPT, disebabkan pengadaan Expert Geologi
untuk jangka panjang adalah sulit dan pihak Jepang cq. Menteri Transportasi mengusulkan
suatu pemikiran dimana sebaiknya untuk memulai melakukan survey geologi setelah
mendapatkan suatu kajian prospek perencanaan transportasi dan perencanaan konstruksi
jembatan/ terowongan.
Pada bulan Juli 1988, Mr. Furuya Nobuaki (Expert Transportasi dan Rekayasa
Jembatan/Terowongan) dari Badan Otorita Jembatan Honshu-Shikoku mulai berkantor DPU
melalui ijin Menteri Pembangunan Jepang. Kemudian pada bulan Oktober 1988, MR. Kobayashi
(Expert Geologi) dari Perum Pembangunan Jaringan Kereta Api Jepang mulai berkantor di
BPPT melalui ijin Menteri Transportasi Jepang.
Pada bulan Nopember 1988, mulai dilakukan diskusi antara DPU dan BPPT untuk menentukan
pembagian tugas dan jadwal studi. Kemudian pada Desember 1988, hasil diskusi diperoleh,
DPU akan melakukan studi sosio-ekonomi (sebagian tentang estimasi kebutuhan lalu-lintas)
sambil melakukan kemitraan dengan instansi lain. Sedangkan BPPT melakukan studi
pengembangan teknik dan kondisi alam. Selanjutnya suatu Komite akan dibentuk untuk dapat
melakukan studi secara efektif dan lancer, sebab kerjasama dan koordinasi dari beberapa
lembaga/ institusi adalah penting.
Setelah dilakukan kegiatan Japan-Indonesia Seminar on Large Scale Bridges and Undersea
Tunnels pada bulan September 1986, sejak saat itu mulai dilakukan studi-studi pendahuluan
untuk hubungan Sumatera-Jawa-Madura/Bali sampai tahun 1989. Karena kegiatan studi
mencakup hubungan tiga pulau atau lebih maka nama proyek disebut disempurnakan menjadi
Proyek Tri Nusa Bima Sakti dan Penyeberangan Utama. Dari beberapa studi hubungan
tersebut, yang dianggap layak untuk segera dapat diimplementasikan adalah hubungan Jawa-
Madura/Bali.
Pada 9 Januari 1989 dibentuklah Steering Committee tentang Proyek Tri Nusa BIma Sakti
dan Penyebarangan Utama dengan rincian sebagai berikut :
Pada bulan Maret s/d Oktober 1990 oleh JIF dan BPPT dilakukanlah Preliminary Study on
Surabaya-Madura Bridging Project dengan biaya studi dari Komite Jepang JIF. Rekomendasi
dari studi tersebut antara lain bahwa dengan kondisi dimana Surabaya sebagai Pelabuhan
terbesar kedua setelah Jakarta, dengan industri ekspor system padat karya yang ada saat itu,
maka pengembangan pulau Madura dapat sebagai kunci pokok dalam perluasan kota
Metropolitan Surabaya sebab potensi pengembangannya tinggi. Untuk itu pembangunan
jembatan Suramadu menjadi penting.
Selanjutnya sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 biaya studi teknis jembatan dan
studi pendukungnya dibiayai dari anggaran DIP BPPT.
Pada 14 Desember 1990 dikukuhkan Proyek Pembangunan Jembatan Surabaya-Madura dan
Pengembangan Kawasan sebagai proyek nasional melalui penerbitan Keppres Nomor 55 Tahun
1990 tentang Proyek Pembangunan Jembatan Surabaya-Madura; yaitu dengan dibentuknya
Tim yang terdiri atas :
1. Tim Pengarah
2. Tim Pengawas
3. Koordinator Proyek
Tim Pengarah
Ketua Tim Pengarah : Menneg. Ristek/Ka. BPPT.
Anggota : Menhankam, Menkeu, Men. PU, Menperin, Menhub, Menparpostel, Mentamben,
Menneg.PPN/Ketua Bappenas, Menpera, Menneg.KLH, Panglima ABRI, KS TNI AL, Ketua BPN,
Ketua BKPM, Koordinator Proyek.
Sekretaris Tim Pengarah : Deputi Ketua Bidang Administrasi BPPT.
Tim Pengawas
Ketua Tim Pengawas : Gubernur KDH TK I Jatim
dengan anggota dari instansi-instansi terkait yang diangkat/ diberhentikan oleh Ketua Tim
Pengawas.
Koordinator Proyek
Koordinator Proyek : Mohammad Noer, yang dibantu oleh para pembantunya yang diangkat
oleh Koordinator Proyek
Berdasarkan SK Menneg. Ristek/Ka. BPPT nomor : 283/M/BPPT/VI/91 maka ditunjuk PT. Dhipa
Madura Pradana (PT. DMP) sebagai Pelaksana Proyek Pembangunan Jembatan Surabaya-
Madura dan Pengembangan Wilayah bekerja sama dengan institusi terkait. Selanjutnya PT.
DMP membentuk Konsorsium Indonesia yang terdiri dari : PT. Jasa Marga, BPIS,PT.SIER, PT.
BUKAKA. Selain itu juga dibentuk Konsorsium Jepang yang terdiri dari : Mitshubishi Corp.,
Itochu, Shimizu, Long Term Credit Bank (LTCB).
Dep. PU siap mendukung proyek ini dengan menyiapkan PSDPU (Prasarana dan
Sarana Dukungan Pekerjaan Umum).
PT. DMP segera menyelesaikan Action Program yang baku beserta Studi Lingkungan
untuk Pengembangan Kawasan dan Studi Resettlement.
BUMNIS/BUMD diikutsertakan dalam proyek ini sebagai pemegang saham.
a. Karena negara Indonesia dilanda krisis moneter dan ekonomi, sesuai dengan kebijakan
Pemerintah dalam Sidang Kabinet pada tanggal 16 September 1997 maka proyek ini untuk
sementara dinyatakan ditunda.
b. Selanjutnya sesuai Keppres Nomor 8 Tahun 1998 tentang prioritas program infrastruktur,
dinyatakan bahwa apabila pembangunan jembatan Surabaya- Madura akan dilanjutkan, maka
kegiatan tersebut harus masuk daftar prioritas infrastruktur yang dikoordinasikan oleh
BAPPENAS.
Sesuai keputusan Menteri PU pada bulan Juni 1998, maka untuk pelaksanaan proyek
pembangunan jembatan Surabaya-Madura tidak melibatkan PT. DMP. Untuk itu perlu
dievaluasi kembali tentang adanya Konsorsium baru baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
Pada tahun 2001 BPPT melayangkan surat ke Preskom PT. DMP untuk menanyakan
keterlibatan lebih lanjut PT. DMP dalam proyek Suramadu. Dijawab oleh PT. DMP bahwa PT.
DMP tidak akan terlibat lagi dalam proyek Suramadu.
Untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi daerah dalam UU Nomor 22/1999, pada bulan
Desember 1999 dilakukan rapat koordinasi antara Pemda TK I Jatim, PT. Jasa Marga dan
Koordinator Proyek di Surabaya dengan hasil :
Dengan adanya re-organisasi BPPT pada Oktober 1998, maka Proyek Tri Nusa Bima Sakti BPPT
saat ini sudah berubah menjadi Proyek Pengkajian Teknologi Transportasi dibawah Dit.
Teknologi Transportasi, Deputi TIRBR BPPT (saat ini menjadi Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Industri dan Sistem Transportasi P3TIST). Melalui P3TIST ini peran BPPT sebagai
penyedia teknologi terhadap proyek jembatan Surabaya-Madura dan penyebarangan antar
pulau lainnya dapat dilaksanakan.
Mengingat Keppres 55/1990 sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi institusi yang saat ini
sudah banyak berubah dan adanya paradigma baru mengenai otonomi daerah, maka sudah
sepantasnya apabila Keppres 55/1990 tersebut untuk diganti dengan Keppres yang baru.
Hasil koordinasi penyusunan Keppres Baru pengganti Keppres 55/1990 yang dikoordinir oleh
Kantor Menko Perekonomian sejak akhir tahun 2002 sampai saat ini diperoleh fakta sebagai
berikut :
1. Penggantian Keppres prinsipnya dapat diterima oleh Sekneg atas usul dari Kantor
Menristek/Ka. BPPT dan Kimpraswil serta Pemda Jatim.
2. Draft Final Keppres sudah diselesaikan oleh Kantor Sekneg.
3. Keppress baru tersebut akan diproses lebih lanjut oleh Sekneg asalkan sudah ada
kepastian pendanaan untuk pembangunan jembatan Suramadu.
Untuk itu pihak kantor Menko Perekonomian sampai saat ini masih menunggu surat
keterangan pendanaan proyek Suramadu dari Menteri Kimpraswil.
Study Kelayakan
Dari hasil Study Kelayakan yang dilakukan oleh Tim dari Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan Tim Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional
(UPN) "Veteran" Surabaya diperoleh kesimpulan :
Manfaat langsung dari jembatan SURAMADU adalah meningkatnya kelancaran arus lalu
lintas atau angkutan barang dan orang. Semakin lancarnya arus lalu lintas akan memberikan
manfaat langsung berupa penghematan waktu dan biaya, yang berarti memberikan manfaat
kecepatan atau semakin murahnya biaya transportasi, merangsang semakin luasnya akses
ekonomi yang akan meningkatkan aktifitas perekonomian dan meratakan penyebaran wilayah.
Manfaat langsung lainnya yang dapat diperhitungkan adalah nilai dari penerimaan tarif tol
yang diperlakukan apabila transportasi barang dan orang yang semakin meningkat, maka
akan meningkatkan penerimaan dari tarif tol, sehingga akan meningkatkan kelayakan finansial
dari pembangunan jembatan tersebut.
1. Semakin naiknya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan yang akan
merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian, meningkatkan produksi dan
semakin berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dsb.
Serta meningkatkan arus barang masuk ke pulau Madura
2. Semakin meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur .
3. Meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat.
Secara keseluruhan, dari empat kabupaten di Madura rata-rata produk domestik regional bruto
pertahun tanpa jembatan pada tahun 2006-2035, sebesar Rp 5.077.149,48 juta rupiah/tahun.
Dan dengan jembatan SURAMADU sebesar Rp. 11.926.021,68 juta rupiah/tahun. Berarti ada
peningkatan PDRB untuk empat kabupaten di Madura sebesar rata-rata 57,43 % per tahun.
(sumber Badan Pusat Statistik)
asumsi penghitungan waktu tempuh adalah bahwa semua ruas jalan dapat dilewati dengan
kecepatan 40 km/jam, kecuali segmen toll bridge (jembatan Surabaya - Madura) dimana pada
segmen ini dapat dilewati dengan kecepatan 60 km/jam. Waktu tempuh yg dihitung juga
termasuk :
a. Kendaraan yang berasal dan menuju kecamatan Kamal, Socah, dan Bangkalan
b. Kendaraan yang tidak berasal dan tidak menuju kecamatan kamal, Socah, dan
Bangkalan
Ketiga kecamatan tersebut perlu dipisahkan mengingat ada kemungkinan yang lebih besar
bagi kendaraan yang berasal dari kecamatan - kecamatan tersebut untuk tetap memanfaatkan
jasa ferry Ujung - Kamal sebagai sarana penyeberangan dibandingkan dengan kecamatan -
kecamatan lain dipulau madura. Hal ini disebabkan karena letak akses jembatan Surabaya -
Madura yang relatif jauh dari ketiga kecamatan tersebut.
Proporsi kendaraan yang Memanfaatkan Jembatan Surabaya - Madura tahun 2006
asumsi penghitungan waktu tempuh adalah bahwa semua ruas jalan dapat dilewati dengan
kecepatan 40 km/jam, kecuali segmen toll bridge (jembatan Surabaya - Madura) dimana pada
segmen ini dapat dilewati dengan kecepatan 60 km/jam. Waktu tempuh yg dihitung juga
termasuk :
a. Kendaraan yang berasal dan menuju kecamatan Kamal, Socah, dan Bangkalan
b. Kendaraan yang tidak berasal dan tidak menuju kecamatan kamal, Socah, dan
Bangkalan
Ketiga kecamatan tersebut perlu dipisahkan mengingat ada kemungkinan yang lebih besar
bagi kendaraan yang berasal dari kecamatan - kecamatan tersebut untuk tetap memanfaatkan
jasa ferry Ujung - Kamal sebagai sarana penyeberangan dibandingkan dengan kecamatan -
kecamatan lain dipulau madura. Hal ini disebabkan karena letak akses jembatan Surabaya -
Madura yang relatif jauh dari ketiga kecamatan tersebut.
Proporsi kendaraan yang Memanfaatkan Jembatan Surabaya - Madura tahun 2006
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kendaraan yang berasal dan menuju kecamatan
kamal, socah, bangkalan 70.15% akan tertarik untuk memanfaatkan jembatan Surabaya -
Madura dan sisanya akan tetap memanfaatkan jasa ferry Ujung - Kamal. Sedang kendaraan
yang tidak berasal dan tidak menuju ke ketiga kecamatan tersebutmemiliki kecenderungan
yang lebih besar untuk memanfaatkan jembatan Surabaya - Madura sebagai alternatif rute
perjalanannya sedangkan sisanya masih akan tetap memilih jasa ferry Ujung - Kamal sebagai
alternatif rute perjalanannya dalam menyeberangi selat madura.
Seiring dengan bertambahnya tahun prosentase tersebut diatas juga mengalami perubahan.
Penghitungan proporsi dilakukan dengan mengasumsikan terjadinya penambahan waktu
tunggu boarding ferry yang akan meningkat sebanyak 10 mnt per 5 tahun.
Kondisi
Titik referensi 2006 2011 2016 2021 2026 2031 2036
Kendaraan yang berasal dan Kamal 71.15% 72.06% 73.75% 75.24% 76.57% 77.77% 78.85%
menuju kec. Kamal, Socah dan
Bangkalan
Proporsi kendaraan yang tetap Memanfaatkan jasa ferry Ujung - Kamal tahun 2006 -
2036
Kondisi
Titik referensi 2006 2011 2016 2021 2026 2031 2036
Kendaraan yang berasal dan Kamal 28.85% 27.94% 26.25% 24.76% 23.43% 22.23% 21.15%
menuju kec. Kamal, Socah dan
Bangkalan
Dari hasil studi dan kajian yang dilakukan oleh BPPT terdapat 4 pilihan lokasi Jembatan
Suramadu, dan terpilih lintasan Kenjeran - Labang (3) dengan pertimbangan antara lain
Namun demikian, tingkat pertumbuhan antar wilayah di GERBANG KERTOSUSILA, yang diukur
dari pendapatan per kapita, mempunyai perbedaan yang cukup mencolok. Wilayah yang
terletak di Pulau Madura masih tertinggal dibandingkan kota Surabaya.
Terciptanya hubungan sinergi antar Madura dan Surabaya melalui peningkatan mobilitas
diharapkan menjadi pemicu perkembangan Propinsi Jawa Timur secara keseluruhan khususnya
GKS.
Agar nilai kontribusi jembatan Suramadu menjadi lebih besar sebagai subsistem transportasi
maka jembatan tersebut harus menjadi bagian dari jaringan transportasi dalam kota Surabaya
yang terkait dengan sistem jaringan jalan antar wilayah dalam menghubungkan simpul-simpul
transportasi (Pelabuhan Tanjung Perak, Bandar Udara Juanda, serta Stasiun Gubeng dan
Stasiun Semut).
Dengan selesainya jembatan Suramadu, nilai ekonomis lahan di sekitar jembatan menjadi
semakin tinggi. Untuk menghindari perkembangan fungsi lahan yang tidak efektif, maka
perencanaan dan pengendalian pemanfaatan lahan harus dilakukan seiring dengan proses
pelaksanaan pembangunan jembatan Suramadu.
Laju pertumbuhan pembangunan Wilayah Madura relatif lebih lambat dari rata-rata Jawa
Timur, dan disparitas ini menjadi lebih tajam apabila dibandingkan dengan Wilayah
Gerbangkertosusila. Nilai PDRB Wilayah Madura pada tahun 2002 adalah Rp 8,2 Triliun,
sedangkan wilayah Gerbangkertosusila telah mencapai Rp. 64,5 triliun. Nilai PDRB perkapita
Wilayah Gerbangkertosusila telah mencapai hampir 10 kali lipat dari wilayah Madura. Apabila
dilihat dari konfigurasi struktur ekonomi Wilayah Gerbangkertosusila didominasi oleh sektor
sekunder dan tersier, dengan kontribusi sebesar 33,9 % dari sektor sekunder dan sebesar
57,8 % dari sektor tersier, sedangkan perekonomian Wilayah Madura masih didominasi oleh
sektor primer (pertanian), yang mencapai 54,1 %.
Kebijakan Tata Ruang Wilayah akan menjadi wadah bagi upaya pemanfaatan sumber daya
pembangunan, koordinasi dan lintegrasi lintas daerah dan lintas sektoral dan memberikan
dukungan sepenuhnya bagi upaya percepatan dan pemerataan pembangunan yang
berkelanjutan. Pokok-pokok kebijakan pemanfaatan ruang Wilayah Gerbangkertosusila-Madura
adalah sebagai berikut:
Terhadap desain yang telah dibuat sebelumnya oleh BBPT, desain Jembatan Suramadu
mengalami perubahan desain dengan pertimbangan:
Tahapan review disain konstruksi Jembatan Surabaya Madura Propinsi Jawa Timur telah
selesai dikerjakan pada tahun Anggaran 2002. Fokus pekerjaan pada tahap disain tersebut
adalah perubahan bentang jembatan utama dari semula 150 meter : 4c34 meter dengan
konstruksi c able stayed dan perubahan bentang pendekat (apprach bridge) 70 meter
menjadi 80 meter.
Jembatan Cable Stayed sepanjang 818 meter merupakan jembatan khusus baik struktur
maupun teknologi, sehingga diperlukan analisis yang lebih kompleks dengan dan pengujian
tertentu.
Aspek Aerodinamik memegang peranan yang sangat penting dalam Disain Jembatan Bentang
Panjang. Demikian juga dengan Bahaya Korosi terhadap Struktur Jembatan. Pengujian yang
berkaitan dengan hal tersebut dan juga beberapa aspek lainnya belum dilaksanakan pada
Review Desain Tahun Anggaran 2002
Kegiatan ini merupakan suatu keharusan dan sebagai lanjutan dari pekerjaan review desain
Jembatan Suramadu yang telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2002 untuk mendapatkan
hasil perencanaan yang utuh.
LINGKUP KEGIATAN
NO URAIAN DESAIN
2 Lebar Jembatan 2 x 15 m
6 Kelandaian Maksimum 3%
SISI SURABAYA
SISI MADURA
Causeway
Digunakan bentang jembatan sebesar 40 meter, dengan tipe struktur atas berupa PCI
girder
digunakan bentang 80 meter dengan tipe struktur atas dari box girder beton yang
dilaksanakan secara balance cantilever
Digunakan tipe jembatan cable-stayed dimana tipe jembatan cable-stayed juga memiliki nilai
estetika yang tinggi sehingga tipe struktur ini akan dapat berfungsi sebagai land mark untuk
kota Surabaya dan Pulau Madura. Dari segi struktur, jembatan cable stayed merupakan tipe
struktur yang tergolong canggih. Clearance Jembatan adalah 35 meter dihitung dari kondisi
HWL (pasang surut tertinggi) sehingga dimungkinkan dilewati kapal yang cukup besar.
Pelaksanaan konstruksi Jembatan Sumadu ini direncanakan dibagi secara vertikal maupun
horisontal, artinya setiap tahapan terdiri dari pembangunan struktur bawah dan struktur atas.
Karena metode pelaksanaan berbeda untuk ketiga tipe bentang jembatan, perbedaan tersebut
bisa dijadikan dasar dalam pembagian tahapan pembangunan jembatan.
Untuk pelaksanaan jembatan Suramadu direncanakan dibagi dalam 3 seksi. Seksi A terdiri dari
jalan pendekat dan causeway sisi Madura, seksi B terdiri dari jembatan pendekat dan jembatan
kabel dan seksi C terdiri dari jalan pendekat dan causeway sisi Surabaya. Kebutuhan biaya
pembangunan Jembatan Suramadu diperkirakan sebesar Rp 2,825 Triliun yang diharapkan
dibiayai secara bersama oleh pemerintah pusat, pernerintah propinsi, dan PT Jasa Marga. Porsi
pendanaan terbesar berasal dari pemerintah pusat melalui pinjaman luar negeri.
Untuk pembangunan jalan akses Jembatan Suramadu di ssi Surabaya sepanjang 4.35 km
diperlukan pembebasan lahan seluas 115.812 m2 dan pembebasan di sisi Madura sepanjang
11,50 km seluas 612.113 m2 dengan perkiraan dana yang dibutuhkan sekitar Rp 130 milyar
Cable Stayed & Approach Bridge Rp. 1.483.50 Milyar APBN / BLN
Jalan Akses
Rp. 325 Milyar APBD / APBN / JM
Sisi Madura & Sisi Surabaya
Pembebasan Lahan Rp. 325 Milyar APBD / APBN / JM
TOTAL BIAYA
(Jembatan + Jalan Akses + Rp. 2.825.90 Milyar
Pembebasan Lahan)
PENGUKURAN GPS
METODA PEMANCANGAN
PEMANCANGAN DI LAUT
PEMASANGAN BALOK GIRDER
PENGECORAN
SPESIFIKASI BAHAN
16/07/2004
Mutu Beton :
- Pilecap : K 350
- Girder : K 500
- Lantai : K 350
Jenis Semen :
Menggunakan semen khusus yang dibuat oleh PT. Semen Gresik yaitu Special Blended
Cement (SBC) dimana semen ini mempunyai butiran yang halus juga mempunyai nilai
kekedapan yang sangat tinggi serta tahan terhadap pengaruh Sulfat.
NAMA
NO PERSYARATAN RUJUKAN
BAHAN
1. Harus bebas dari minyak, garam, asam,
basa, gula atau bahan organic.
STRUKTUR ORGANISASI
16/07/2004
Proyek Jembatan SURAMADU ditangani oleh suatu Organisasi Proyek yang di koordinasi oleh
proyek induk Pembangunan Jembatan SURAMADU dan di bantu oleh :
Sampai sekarang telah ada pengisi jabatan untuk masing-masing posisi kecuali untuk Pinpro
Bentang Utama dan stafnya yang masih belum ada.
KONSULTAN
16/07/2004
KONSULTAN PERENCANA
Konsultan Supervisi yang ditunjuk dalam pelaksanaan Pembangunan Jembatan Suramadu ini
adalah PT. Perentjana Djaja & Ass
Pemanfaatan Konsultan Manajemen Konstruksi dalam Proyek Jembatan Suramadu adalah yang
pertama kalinya di lingkungan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Dalam
pelaksanaannya tugas dari Manajemen Konstruksi antara lain :
TIM PAKAR
16/07/2004
Proyek Induk Pembangunan Jembatan Suramadu merupakan suatu proyek yang besar dan
kompleks dengan segala permasalahannya, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut,
selain Proyek dibantu oleh tim Konsultan Perencanaan, Konsultan Pengawasan dan Konsultan
Manajemen Konstruksi juga dipandang perlu adanya suatu Tim Pakar yang mengevaluasi
masalah masalah teknis khusus dan memberikan jalan keluarnya agar pelaksanaan
pembangunan Jembatan Suramadu dapat terlaksana dengan lancar, aman dan effisien. Tugas
Tim Pakar meliputi :
1. Masalah kerusakan struktur beton dan baja tulangan secara kimia yang
diakibatkan oleh paparan garam sulfat.
2. Masalah korosi pada prestressing tendon, pada tiang pipa baja, penjangkaran,
sambungan sambungan dan komponen struktur lainnya.
3. Masalah stress corrosion yang mungkin timbul.
4. Penentuan jenis tiang pancang yang sesuai dengan kondisi yang ada, yaitu
sehubungan dengan kemungkinan diperluakannya adanya hard driving
condition.
5. Masalah erosi yang mungkin terjadi pada pondasi tiang pancang.
6. Masalah dampak lingkungan yang timbul selama pelaksanaan konstruksi
maupun pasca konstruksi akibat Pembangunan Jembatan Suramadu.
7. Masalah sosial, ekonomi, dan budaya yang timbul pada masyarakat di sekitar
lokasi Pembangunan Jembatan Suramadu khususnya masyarakat Madura yang
mempunyai kehidupan yang religius.
KEAHLIAN /
No NAMA INSTITUSI
KEPAKARAN
Litbang
2 Dr. Ir. Heydi Rahadian, M.Sc Geoteknik
Transportasi
Rekayasa
4 Dr. Ir. Mustazir Noesir Dirjen Praswil
Jembatan
Rekayasa
5 Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES, DEA UGM
Jembatan
Struktur
6 Dr. Ir. Jodi Firmansyah ITB
Jembatan
Sosial Ekonomi
13 Prof. Dr. Ir. M. Iksan Semaoen, MSc UNJOYO
Pertanian
Sosial Budaya
Tokoh Masy.
14 KH. Abdullah Schaal berkaitan dengan
Madura
budaya Madura
Sosial Budaya
Tokoh Masy.
15 Drs. KH. Nuruddin A. Rachman, SH berkaitan dengan
Madura
budaya Madura
02/08/2004
Halaman 1 dari 2
Direncanakan dilaksanakan pada bulan Desember 2003 dengan melakukan pengujian terutama
pada bentang tengah (main span) yang merupakan jembatan cencang (cable stayed bridge)
1. Historis Data Angin dan Cuaca Diperoleh dari Badan Meterologi & Bandar Udara.
2. Berdasarkan Data Yang Diperoleh Dilakukan Per modelan Dasar Angin.
3. Dilakukan Analisis Kecepatan Angin Ekstrem
4. Hasil Analisis adalah Kecepatan Angin Dengan Periode Ulang tertentu
5. Berdasarkan Umur Manfaat Jembatan dan Tingkat Resiko, Dapat ditentukan Besarnya
Kecepatan Angin Krisis Di Lokasi Jembatan.
TEST OBJECTIVES
02/08/2004
METODE PENGUJIAN
2 Dimensional 3 Dimensional
Kecepatan Kritis
Flutter
Gaya angkat (Lift),Hambat
Fenomena 3D
(Drag),Momen Puntir (Pitch)
(Comfort level)
Kecepatan Kritis Flutter
Buffeting
Aerodynamic Derivatives
Displacement
(Deformasi)
Tujuan Test :
Tujuan Test :
02/08/2004
Halaman 1 dari 3
Penelitian tentang AMDAL telah dilaksanakan oleh BPPT pada tahun 1995 dan akan di review
lagi mengingat perbedaan waktu yang cukup lama sehingga dimungkinkan telah terjadi
perubahan - perubahan. Dalam AMDAL 2003 cakupan penelitian AMDAL adalah bersifat
integrated dengan pengembangan wilayah, tidak hanya dari lingkup sekitar kawasan Jembatan
Suramadu, tetapi juga dikaitkan dengan pengembangan kawasan Gerbangkertosusila
Dampak penting, baik positif maupun negatif yang timbul akibat pembangunan dan
pengoperasian jalan akses jembatan Surabaya madura bersumber pada kegiatan sebagai
berikut.
SISI SURABAYA:
SISI MADURA:
Untuk menentukan dampak pembangunan proyek terhadap lingkungan maka dibagi dalam 3
tahap evaluasi, yaitu:
AMDAL
02/08/2004
Halaman 2 dari 3
1. SISI SURABAYA
Lahan disisi Surabaya yang akan dijadikan jalan akses merupakan daerah pemukiman dan
industri rumah tangga yang sangat padat, mereka menempati lahan tersebut sudah sangat
lama. Adanya pembebasan lahan menyebabkan terjadinya perubahan tata guna dari lahan
untuk pemukiman yang sangat padat menjadi jalan akses. Apabila kegiatan pembebasan lahan
tersebut tidak dilaksanakan melalui prosedur yang benardan tidak disertai pendekatan yang
baiik dengan penduduk setempat maka kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak negatif
yaitu keresahan sosial, kamtipmas, dan persepsi masyarakat.
Kegiatan lain pada tahap praKontruksi yang perlu diperhatikan adalah pemindahan penduduk.
Untuk menghindari dampak negatif yang timbul (keresahan sosial dan presepsi masyarakat)
maka dilakukan study resettlement. Dalam study tersebut keinginan penduduk yang akan
dipindahkan dapat diketahui, apabila penduduk yang bersangkutan dipindahkan ke lokasi yang
baru dengan kondisi yang mereka sukai maka dampak negatif tersebut dapat dihindari.
2. SISI MADURA
Untuk sisi Madura, dampak negatif yang mungkin timbul akibat kegiatan pembebasan lahan
adalah seperti selain yang timbul diSurabaya juga perubahan mata pencaharian karena
sebagian besar lahan yang dibebaskan berupa tegalan yang merupakan sumber mata
pencaharian penduduk. Kegiatan pemindahan penduduk tidak membawa dampak seperti yang
di Surabaya, karena penduduk yang dipindahkan hanya sekitar 5 KK.
Kegiatan lain yang ditimbulkan pada tahap praKontruksi disisi Madura tetapi tidak
menimbulkan dampak disisi Surabaya adalah survey, pengukuran, dan pemasangan patok. Hal
ini disebabkan penduduk disisi Surabaya yang akan dibebaskan sudah banyak tahu tentang
proyek tersebut dan pembebasan lahan tidak menyebabkan perubahan mata pencaharianya.
Disisi Madura, hampir semua penduduk tidak mengetahui proyek tersebut, dan hidup mereka
sangat tergantung pada lahan yang akan dibebaskan tersebut karena mata pencaharian
mereka adalah sebagai petani. Sebagai akibatnya kegiatan survei, pengukuran dan
pemasangan patok ini menimbulkan dampak yaitu timbulnya keresahan sosial dan adanya
perubahan presepsi masyarakat terhadap kegiatan pembangunan yang dilakukan. Oleh karena
itu kegiatan ini harus didahului dengan penyuluhan oleh pejabat yang berwenang dan pemuka
masyarakat serta pendekatan yang baik dengan penduduk.
AMDAL
02/08/2004
Halaman 3 dari 3
TAHAP KONTRUKSI
1. SISI SURABAYA
Seperti diketahui bahwa di wilayah study sisi Surabaya pada awalnya adalah lahan persawahan
sehingga banyak saluran irigasi yang berfungsi membagi air ke sawah. Setelah lahan tersebut
berubah menjadi lahan pemukiman, saluran irigasi tersebut berubah fungsi menjadi saluran
Drainase. Dengan adanya kegiatan pembebasan lahan serta pembuatan dan timbunan untuk
jalan, suplai air dari saluran Kedung Cowek kesaluran Drainase yang ada disebelah barat dan
sebelah timurnya menjadi terhenti. Keadaan ini akan menyebabkan saluran Drainase / irigasi
tersebut menjadi kotor , dan penuh endapan sehingga menimbulkan bau yang keras. Oleh
sebab itu perlu dipikirkan pengaturanya agar saluran saluran yang ada tersebut tetap
mendapat suplai air.
Kegiatan lain yang dampaknya dirasakan oleh banyak orang diluar wilayah studi adalah
pengangkutan material karena material diangkut dengan truk melalui jalan arteri dan jalan
lokal yang kondisinya cukup padat. Bahkan kondisi jalan lokal yang ada sudah banyak yang
rusak dan sebagian terlalu sempit. Disamping itu pelaksanaan pembangunan jalan akses ini
dilakukan pada saat pembangunan jembatan Surabaya - Madura belum selesai ( tahun kedua
dari pembangunan jembatan Surabaya Madura) oleh sebab itu, tanpa adanya penjadwalan
yang benar terhadap truk pengangkut tersebut dan tanpa peningkatan kondisi jalan lokal yang
ada maka dampak yang ditimbulkan adalah penurunan tingkat pelayanan jalan dan
peningkatan tingkat kerusakan jalan yang dilewati baik jalan arteri maupun jalan lokal.
2. SISI MADURA
Wilayah di sisi Madura tidak mempunyai sistem Drainase seperti yang ada di Surabaya. Hal ini
disebabkan lahan tegalan yang ada merupakan sawah tadah hujan. Oleh sebab itu sisi Madura
tidak mempunyai masalah gangguan terhadap sistem Drainase walaupun ada pembangunan
jalan akses.
Hal yang sama dialami dengan sisi Surabaya adalah tingkat kerusakan jalan lokal oleh truk
pengangkut material. Hal ini disebabkan Kontruksi jalan yang ada tidak direncanakan untuk
truk beban berat. Oleh sebab itu peningkatan Kontruksi jalan yang ada perlu dilakukan. Tetapi
sisi Madura tidak mengalami masalah dengan tingkat pelayanan jalan karena jalan jalan
yang ada selama ini sepi lalu lintasnya.
Korosi
02/08/2004
Telah dilakukan pengujian terhadap Pipa Pancang yang dilakukan menggunakan salt spray di
laboratorium Universitas Indonesia.
Selain itu untuk pencegahan korosi terutama di bagian splash zone dilakukan dengan
menggunakan bahan pelapisan (coating) serta masih dilakukan study untuk penggunaan
catodic protection.
Beton/ SBC
02/08/2004
Halaman 1 dari 2
Pada proyek pembangunan Jembatan Suramadu digunakan semen type SPECIAL BLENDED
CEMENT karena Special Blended Cement :
Adalah Bahan pengikat hidrolis special yang dibuat dengan menggiling bersama-sama
terak semen portland, gypsum dan bahan silica amorf
Digunakan untuk bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat tinggi dan digunakan
untuk kondisi dilingkungan laut
C3AH6 dan Ca(OH)2 adalah komponen hasil reaksi hidrasi sement portland
Senyawa C3AH6 dan Ca(OH)2 akan diserang oleh sulfat
SBC kondisinya adalah C3AH6 telah diperkecil dengan menurunkan senyawa C3A,
sedangkan Ca(OH)2 dielimi -nir dengan menambahkan senyawa SiO2 amorf dengan proporsi
yang telah diperhitungkan
DIN 1048 mensyaratkan, konst beton yang berada diling -kungan sulfat yang berat,
maka selimut beton minimum 4 cm, faktor air semen maksimum 0,50 dan penetrasi air
maksimum 3 cm
Untuk mendapat kurva hubungan antara FAS dengan kuat tekan sehingga proporsi
campuran beton K500 dpt ditentukan
Untuk melihat sejauh mana penetrasi air yang terjadi pada masing2 campuran bila
diuji dengan metode DIN 1048, sehingga dpt diketahui beton tersebut dapat menahan
serangan sulfat
Pengujian kuat tarik belah, kuat lentur dapat di -gunakan sbg acuan pengawasan
dilapangan
Beton/ SBC
02/08/2004
Halaman 2 dari 2
Standar ASTM
Pengujian Satuan C595 Type IP Hasil
(MS)
Silikon Dioksida (SiO2) % - 24.34
Alumnium Trioksida (Al2O3) % - 7.34
Besi (III) Oksida (Fe2O3) % - 5.44
Kalsium Oksida (CaO) % - 57.80
Magnesium Oksida (Fe2O3) % Max. 6.00 1.27
Belerang Trioksida (SO3) % Max. 6.00 1.62
Hilang Pijar (LOI) % Max. 6.00 2.15
Kalsium Oksida Bebas (FL) % - 0.79
Bagian Tak Larut (Insol) % - 16.22
Permeability Test
1. Sesuai dengan DIN 1048 bertujuan utk mengetahui sejauh mana penetrasi air bila
dipermukaan beton diberi tekanan secara beru -rutan 1 bar selama 2x24 jam, 3 bar
1x24 jam dan 7 bar 1x24 jam sehingga dapat diketahui bahwa beton tersebut dapat
menahan penetrasi serang -an sulfat
2. Persyaratan penetrasi air, untuk serangan sulfat sedang maksimum 5 cm
3. Persyaratan penetrasi air, utk serangan sulfat kuat maksimum 3 cm
Standar ASTM
Pengujian Satuan C595 Type IP Hasil
(MS)
Kehalusan
M2/kg - 399
- Dengan alat blaine
Waktu Pengikatan Dgn Alat Vicat
- Awal menit Min 45 115
- Akhir jam Max 7 3.75
Kekekalan Bentuk
Pemuaian autoclave % Max. 0.80 0.070
Penyusutan autoclave % Max. 0.20
Kuat Tekan :
- Umur 3 hari MPa Min. 11 16.5
- Umur 7 hari MPa Min. 18 26.8
- Umur 28 hari MPa Min. 25 *
Panas Hidrasi
- 7 hari Cal/gr Max. 70 63.24
- 28 hari Cal/gr Max. 80 *
Ketahanan Sulfat
% Max 0.10 *
-180 hari