Anda di halaman 1dari 15

Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3

Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

KONSEP POLIGAMI DALAM AL-QURAN


SURAT AL-NISA AYAT 3
(TELAAH ATAS PENAFSIRAN WAHBAH MUSTHOFA AZ-ZUHAILI
DALAM KITAB TAFSIR AL-MUNIR)1

Oleh : Amir Syarifudin

PENDAHULUAN

Poligami telah menjadi isu dan topik yang selalu hangat untuk dibicarakan,
Bahkan perdebatan yang sangat sengit di tengah kaum muslimin, dan sampai terjadi
penolakan terhadap hukum poligami itu sendiri, sudah muncul sejak dulu hingga
sekarang.
Bahkan penolakan tidak hanya muncul dari kalangan masyarakat umum
(awam) khususnya kaum hawa, penolakan juga banyak muncul dari para tokoh-tokoh
ulama dan cendekiawan muslim banyak menyoroti hal tersebut.
Sebenarnya bagaimana bagaimana posisi hukum poligami itu sendiri dalam Al-
quran. Terlepas dari berbagai perbedaan yang ada, penulis mencoba mengkaji posisi
hukum poligami menurut para ulama tafsir, dengan dikembalikan kepada Al Quran
dan As Sunnah.
Secara spesifik, Penulis akan membahas pemikiran Prof. Dr. Wahbah Musthofa
Az-Zuhaili (wafat 8/8/2015), seorang ulama kontemporer asal Syiria dalam
menafsirkan Surah An-Nisa ayat 3, dengan merujuk Tafsir Al-Munir, karya
monumental beliau dalam bidang syariah, aqidah dan manhaj.

1
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir 2, IQT III-Fak.Ushuluddin-IAINU
Kebumen, 29-8-2015

0
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

PEMBAHASAN

1. Nash Ayat

Dan jika kalian khawatir takut tidak akan mampu berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah
perempuan lain) yang kalian senangi : dua, tiga atau empat. Tetapi jika kalian
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja atau
hamba sahaya perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat
agar kalian tidak berbuat zina. (Al-Quran Surah An-Nisa : 3)2

2. Tafsir al-Mufrodat ( Makna Per Kata)


Az-Zuhaili menafsiri kata per kata dalam ayat ini sebagai berikut3 :
. : : :

Tuqsithu artinya bersikap adil dan tidak berbuat dzalim, artinya menempatkan
sesuatu sesuai dengan tempatnya sesuai hak dan kewajiban.
. :

Ma thoba lakum : perempuan-perempuan yang kamu sukai, yang hatimu tertarik
kepadanya.
:


Mastna wa tsulasa wa ruba : lafadz-lafadz ini maksudnya dua, tiga sampai
maksimal empat orang perempuan.
:
Fa in khiftum al-la tadilu : aartinya jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
kepada para istri dalam masalah giliran menginap dan menggauli.
:

2
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Mausuah al-Quraniyyah al-Muyassara, Damaskus : Dar al-Fikr,
2004, Edisi Indonesia : Buku Pintar Al-Quran, Seven In One, Penerbit Al-Mahira, 2009, hal. 78.
3
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Tafsir al-Munir: fi `Aqidah wa asy-Syari`ah wa al-Manhaj.
Damaskus: Dar al-Fikr, 1991 Jilid 2 hal. 569

1
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

- Fa waahidatan : artinya maka nikahilah seorang perempuan saja.


. :

- Au maa malakat aimanukum : atau budak-budak yang kamu miliki, maka
cukupkan dengan para budak perempuan yang kamu miliki, karena terhadap
mereka ini tidak ada kewajiban, untuk berbuat adil seperti kewajiban suami
terhadap istri (dari perempuan merdeka).
: :

.
- Dzalika : maksudnya menikahi empat perempuan saja, atau satu istri, atau
bersenang-senang dengan budak perempuan (at-tasarri), akan lebih mendekatkan
diri kita untuk tidak berbuat aniaya atau zina.

3. Ta`bir Qurani
Mengenai maksud dari An-Nisa ayat 3 ini Az-Zuhaili dalam Al-Mausuah Al-
Quraniyyah Al-Muyassarah menjelaskan sebagai berikut :4

a. Jika kalian khawatir takut tidak akan mampu bersikap adil dalam
urusan anak yatim, seperti menikahinya dengan mahar yang sedikit atau takut
melakukan perbuatan kedzaliman yang lain, yaitu tidak dapat berbuat adil
kepada istri-istri yang kalian nikahi
b. Untuk mencegah kedzaliman itu Allah membatasi jumlah maksimal
istri yang boleh kalian nikahi. Nikahilah perempuan yang kalian senangi, dua,
tiga atau empat.
c. Akan tetapi jika kalian khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka
(nikahilah) seorang saja, atau menikahlah dengan hamba sahaya perempuan

4
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Mausuah al-Quraniyyah al-Muyassarah Damaskus : Dar al-
Fikr, 2002 hal. 78

2
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

yang kalian miliki walaupun jumlahnya banyak tanpa syarat adanya


pembagian yang adil dalam menggilir.
d. Mencukupkan diri dengan menikahi seorang perempuan merdeka lebih
efektif untuk mencegah sikap tidak adil terhadap para istri. 5

2. Asbabun Nuzul
Para mufassir berbeda-beda dalam meriwayatkan asbabun nuzul ayat ini.
Menurut pengetahuan penulis setidaknya ada enam riwayat yang berbeda yang
melatar belakang turunnya ayat tersebut 6. Namun penulis hanya menyampaikan
beberapa riwayat asbabun nuzul.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Az-Zuhaili dan Al-Wahidi, mengenai
asbabun nuzul atau sebab turunnya An-Nisa ayat 3 ini, adalah sebagai berikut :

:

7
.
Diriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair, bahwa sungguh ia pernah bertanya
tentang ayat ini kepada Ummul Muminin (Aisyah ra), yang merupakan bibinya.
Aisyah berkata : Wahai anak saudaraku, anak yatim yang dimaksud (dalam ayat
ini) adalah perempuan yatim yang diasuh oleh walinya (pamannya). Dan walinya
tersebut mencampur (tidak memisahkan hartanya dengan) harta anak yatim (yang
diasuhnya) tersebut. Sebaliknya, ia tertarik juga kepada kekayaan dan kecantikan
yatim tersebut, dan bermaksud menikahinya, tanpa memberikan mahar seperti
seharusnya ia berikan mahar kepada wanita lain yang dinikahinya. Kemudian Nabi
melarang orang-orang yang mau melakukan seperti ini, dan diperintahkan untuk
menikahi perempuan (merdeka) yang sampai maksimal empat orang.
Az-Zuhaili juga meyebutkan riwayat lain, seperti riwayat yang disampaikan
oleh Al-Wahidi dalam Asbab An-Nuzul :

:

:

5
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Mausuah al-Quraniyyah al-Muyassarah Damaskus : Dar al-Fikr,
2004, Edisi Indonesia : Buku Pintar Al-Quran, Seven In One penerbit Al-Mahira, 2009.
6
Sumber dari : www.hodaalquran.com
7
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Tafsir al-Munir: fi `Aqidah wa asy-Syari`ah wa al-Manhaj. Damaskus:
Dar al-Fikr, 1991 Jilid 2 hal. 566

3
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

: :
.
.8 ( )
Berkata Said bin Jubair, Qatdah, Rubai, Dahhak, dan al-Suddiy: Kaum laki-laki
saat itu mempersulit urusan harta anak yatim, sebaliknya mereka mempermudah
dalam hal urusan wanita, mereka bisa menikah semaunya. Kadang mereka berbuat
adil, namun terkadang mereka tidak berbuat adil, lalu mereka bertanya tentang anak
yatim, kemudian turunlah ayat : Dan berikanlah oleh kalian harta-harta mereka (al-
Nisa : 2). Allah SWT juga menurunkan ayat : Dan jika kalian khawatir akan tidak
mampu berbuat adil terhadap anak yatim,.... Sebagaimana kalian khawatir terhadap
(tidak bisa berbuat adil) anak yatim, maka seharusnya kalian juga khawatirlah tidak
mampu berbuat adil terhadap para wanita. Maka nikahilah (wanita) yang
memungkinkan kalian bias menegakkan hak-hak mereka. Karena wanita itu seperti
anak yatim, lemah tidak berdaya.
Ini merupakan perkataan Ibnu Abbas pada riwayat al-Walibi (Ali bin Rabiah bin
Nadhlah).
3. Penafsiran Az-Zuhaili Atas Surat An-Nisa Ayat 3
Dalam menafsirkan Al-Quran, termasuk Surat An-Nisa Ayat 3 az-Zuhaili
sebenarnya banyak mengutip pendapat para mufassir lain.

.

Menurut beliau, maksud ayat ini disesuaikan dengan sabab an-nuzul (sebab
dari turunnya) ayat tersebut. Ada kalanya berkaitan dengan masalah menikahi
perempuan bukan yatim. Artinya adalah apabila seseorang khawatir tidak mampu
memberikan mahar yang semestinya ketika menikahi perempuan yatim yang
diasuhnya, maka hendaklah menikahi dan berbuat adil pada perempuan lain saja,
selainnya, karena jumlah perempuan itu cukup banyak. Sedangkan Allah swt juga
tidak membatasi hal tersebut. Ada kalanya berkaitan dengan sifat adil terhadap
perempuan.9 Pendapat ini menurut penulis senada dengan pendapat dari Ibnu Katsir.10
Lebih lanjut Az-Zuhaili mengatakan :

8
ibid. hal. 566, Al-Wahidi, Abu Al-Hasan Ali, Asbab Al-Nuzul. Riyadh, Al-Mamlakah As-
Suudiyyah Al-Arabiyyah, th. 2005, hal. 275-276
9
Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 2 hal. 567
10
Ibnu Kastir, Ismail, TafsirIbnu Katsir, Muassasah Qurthubah, th. 2000, juz 3, hal 339.

4
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

. :



.
Yang dimaksud dengan khawatir dalam ayat adalah bahwa dirinya mengetahui
atau menyadari. Apabila seorang laki-laki menyadari bahwa dirinya akan berbuat
kedzaliman dengan tidak berbuat adil terhadap perempuan yatim yang hendak
dinikahi, atau dimungkinkan justru akan memakan harta mereka secara batil. Maka
sebaiknya menikahi perempuan lain, dua, tiga, sampai maksimal empat.
Menurut Az-Zuhaili, pada dasarnya perilaku laki-laki itu berbeda-beda satu
dengan lainnya, ada yang ingin menikahi dua, tiga atau empat perempuan.
Sedangkan jumlah empat menurut Az-Zuhaili adalah batas maksimal seorang laki-
laki masih bisa berbuat adil.11
: ) 187 /2 (: :
. :
Menurut az-Zuhaili bentuk kata perintah (fiil amar) yang berbunyi

(maka nikahilah), memiliki fungsi al-ibahah atau suatu kebolehan, seperti halnya
bentuk amar dalam ayat ( makanlah dan minumlah kamu sekalian).

Bentuk amar tersebut juga bisa difahami menjadi wajib (), artinya wajib

meringkas atau membatasi atas jumlah yang telah ditentukan oleh lafadz selanjutnya,
yaitu sampai maksimal 4 orang istri. Namun bukan berarti wajib untuk menikah
sesuai jumlah tersebut, hanya boleh maksimal empat, dan hal ini wajib. 12

:

.
Lafadz

) dalam ayat tersebut menunjukkan tahapan atau adanya
pilihan untuk menikahi 2 hingga maksimal 4 orang istri.

11
Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 2 hal. 566
12
Ibid hal. 566

5
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

Adapun yang dimaksud adalah adanya ijin dari masing-masing istri, bagi
laki-laki yang akan menikahi istri sesuai jumlah tersebut, baik mereka kemudian
memberi ijin atau menolaknya. 13

:
. [129 /4 ]


.
Apabila seseorang itu khawatir tidak akan mampu berbuat adil, maka
nikahilah hanya seorang saja, karena orang yang dibolehkan untuk berpoligami
adalah orang yang yakin terhadap dirinya akan mewujudkan sifat adil. Seperti telah
diperintahkan secara jelas dalam al-Nisa ayat 129 Dan sekali-kali kamu tidak akan
dapat berlaku adil terhadap istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat
demikian. Namun, yang dimaksud ayat tidak bisa berbuat adil dalam hal
kecondongan hati, kalau tidak demikian apabila dua ayat ini digabungkan niscaya
menjadi dasar tidak dibolehkannya poligami, dalam keadaan apapun. 14 Padahal
maksudnya tentu tidak demikian. 15

.
.
Adil yang dikehendaki ayat ini menurut Az-Zuhaili, adalah adil yang bersifat
materi seperti menggilir, mencukupi nafkah sehari-hari meliputi makanan, minuman,
pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan adil yang bersifat manawi seperti
kecondongan hati dan rasa cinta yang lebih terhadap salah satu istri hal tidaklah
dituntut. Karena, hal itu di luar batas kemampuan manusia. Seperti disebutkan dalam
beberapa hadits, Rasulullah SAW sendiri, lebih condong hatinya kepada Aisyah ra
dibandingkan kepada istri beliau yang lain.16
Di sisi lain, kecintaan beliau terhadap Khadijah juga lebih besar,
dibandingkan kepada Aisyah atau yang lain. Walaupun Khadijah sudah wafat,

13
Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 2 hal. 566
14
ibid hal. 568
15
ibid hal. 568
16
ibid hal. 568

6
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

hampir setiap hari Rasulullah menyebut kebaikan Khadijah di hadapan Aisyah,


sehingga membuat Aisyah sering dihinggapi rasa cemburu.17
Hal ini menurut penulis menunjukkan dengan jelas bahwa Rosulullah sendiri
tidak mampu berbuat adil dalam masalah perasaan.
.

.
Yang dimaksud tidak berbuat aniaya, menurut Az-Zuhaili adalah tidak berbuat
kedzaliman. Mengutip pendapat Asy-Syafii, tidak berbuat kedzaliman adalah
dengan tidak memperbanyak keluarga. Alasan ini menjadi sebab pen-syariat-an
iqtisor, cukup memiliki satu istri saja, karena di dalamnya terdapat kewajiban
berbuat adil terhadap mereka.
.
Secara tegas Az-Zuhaili mengatakan, haram hukumnya bagi seorang yang
takut tidak berbuat adil, untuk menikah lebih dari satu.
Namun, menurut penulis hal ini bukan berarti bahwa Az-Zuhaili
mengharamkan poligami.

4. Kesimpulan al-Zuhaili
Setelah menjelaskan sabab an-nuzul dan menjelaskan panjang lebar mengenai
penafsiran beliau terhadap ayat ini, al-Zuhaili membuat kesimpulan bahwa maksud
dan kandungan Surat An-Nisa ayat 3 adalah sebagai berikut :
1. Kewajiban untuk bersikap adil dalam segala hal, baik adil dalam mengelola harta
anak yatim, adil ketika menikahi mereka dan juga adil ketika ber-poligami.
2. Ayat ini bukan perintah, namun menunjukkan kebolehan untuk berpoligami,
sampai maksimal empat orang istri.
3. Haram hukumnya menikahi lebih dari empat orang perempuan secara bersamaan,
kecuali sebelumnya ia menceraikan salah satu dari istrinya.

17
Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan, Fiqih Siroh, Beirut : Dar al-Fikr, 1993 hal 47

7
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

5. Sejarah Poligami
a. Poligami Sebelum Islam
Menurut Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Quran : Praktek poligami telah
dikenal dan dilaksanakan oleh syariat agama serta menjadi adat istiadat sebelum ini,
dan ayat ini bukan membuat satu peraturan tentang poligami.18
Ketika turunnya ayat ini, Rosulullah memerintahkan semua sahabat yang
memiliki lebih dari empat orang istri, agar segera menceraikan istri-istrinya sehingga
maksimal, setiap orang hanya memperistrikan empat orang wanita. Imam Malik, An-
Nasa'i, dan Ad-Daraquthni meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda kepada Sailan
bin Umayyah, yang ketika itu memiliki sepuluh orang istri. Pilihlah dari mereka
empat oranq (istri) dan ceraikan selebihnya.19
Hal senada juga disampaikan oleh Al-Shobuni, yang bahkan mengatakan
bahwa masalah poligami saat itu telah menjadi masalah darurat dalam kehidupan. Al-
Shobuni juga menegaskan bahwa Poligami bukan merupakan syariat baru yang
dibawa oleh Islam. Islam datang di saat perilaku poligami dilakukan kaum jahiliyyah
dengan tanpa batas dan tanpa tatanan.
Al-Shobuni menggambarkan bahwa poligami saat itu dilakukan dengan cara
yang tidak manusiawi. Melalui An-Nisa ayat 3, Islam menata dan membuat aturan
yang jelas, dan menjadikan obat bagi perilaku maksiat yang merajalela pada saat
itu.20

b. Poligami Di Masa Rosulullah


Seperti diceritakan dalam sejarah bahwa Rosulullah SAW melakukan
poligami, yaitu dengan memiliki 9 istri. Namun, jika kita membuka lembar sejarah
beliau, pernikahan poligami yang beliau dilakukan adalah setelah istri pertama
beliau, Khadijah wafat. Sedang usia beliau saat itu sudah melewati 50 tahun.
Menurut al-Buthi dalam Fiqh Siroh Muhammad SAW, pernikahan beliau
dengan para istrinya masing-masing memiliki cerita, sebab dan hikmah tersendiri.
Yang apabila dipelajari akan menambah keimanan dan kekaguman terhadap akhlak

18
Quraish Shihab, WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat,
Penerbit Mizan, Cet. VII, th1997, hal 200.
19
ibid , hal 199.
20
Shabuni, Muhammad Ali al-, Shafwah al-Tafasir, Beirut: Dar al-Fikr, Juz 1, Cet. I, 1996. Hal.
237.

8
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

beliau. Karena, selama lebih dari 25 tahun pernikahan beliau dengan Khadijah, tidak
pernah terpikir untuk poligami.21
Kebanyakan dari perempuan-perempuan yang beliau nikahi adalah janda-
janda yang ditinggal mati suaminya, kecuali Aisyah (putri dari sahabat Abu Bakar
Sidiq). Sebaliknya, Nabi justru membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku
sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam beristeri lebih dari
satu wanita. Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah menikahi delapan sampai
sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat.22
c. Poligami di Masa Modern
Menurut Muhammad Abduh: Saat ini negara Islam yang mengharamkan
poligami hanya Maroko. Namun sebagian besar negara-negara Islam di dunia hingga
kini tetap membolehkan poligami, termasuk Undang-Undang Mesir dengan syarat
sang pria harus menyertakan slip gajinya.
Beberapa ulama kontemporer selain Muhammad Abduh, seperti Syekh
Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan (ketiganya ulama terkemuka Al
Azhar Mesir) lebih memilih memperketat penafsirannya. Muhammad Abduh dengan
melihat kondisi Mesir saat itu (tahun 1899), memilih mengharamkan poligami.
Beliau berpendapat berpoligami haram bagi seseorang yang merasa khawatir akan
berlaku tidak adil.23

21
Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan, Fiqih Siroh, Beirut : Dar al-Fikr, 1993 hal 47
22
https://id.wikipedia.org/wiki/Poligami_dalam_Islam, diakses : 28/9/15
23
ibid

9
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

2. Kontekstualisasi Ayat Poligami


Dalam Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, Syahiron
Syamsuddin berpendapat bahwa penafsiran berarti memahami teks sebagaimana
yang di pahami pengarangnya, sebab apa yang disebut teks adalah ungkapan jiwa
pengarangnya, sehingga apa yang disebut makna atau tafsiran atasnya tidak
didasarkan atas kesimpulan pembaca melainkan diturunkan dan bersifat instruktif.24
Penggalian informasi terhadap teks yang hanya berhenti pada isi teks tanpa
melihat latar belakang dan setting historis yang ada di balik teks pada akhirnya hanya
membawa pemahaman yang parsial dan bahkan terdapat perbedaan pemahaman yang
bisa membingungkan pendengar, untuk itu, haruslah melangkah ke kajian
konteksnya.25
Menurut Quraish Shihab, redaksi ayat ini mirip dengan ucapan seseorang
yang melarang orang 1ain memakan makanan tertentu, dan untuk menguatkan
larangan itu dikatakannya, "Jika Anda khawatir akan sakit bila makan makanan ini,
maka habiskan saja makanan selainnya yang ada di hadapan Anda selama Anda tidak
khawatir sakit". Tentu saja perintah menghabiskan makanan yang lain hanya sekadar
untuk menekankan larangan memakan makanan tertentu itu.
Ayat ini juga tidak mewajibkan poligami atau menganjurkannya, dia hanya
berbicara tentang bolehnya poligami, dan itu pun merupakan pintu darurat kecil.
Syariat Al-Quran, hendaknya tidak ditinjau dari baik dan buruknya, tetapi harus
dilihat dari sudut pandang pengaturan hukum, dalam aneka kondisi yang mungkin
terjadi. Masih banyak kondisi-kondisi selain yang disebut ini, yang juga merupakan
alasan logis untuk tidak menutup pintu poligami. 26

24
Arip Purkon: Pendekatan Hermeneutika dalam Kajian Hukum Islam, Jurnal Ahkam: Vol. XIII,
No. 2, Juli 2013 hal. 183. (e-book)
25
Hadi, Abdul, Jurnal Islamica, Vol. 6, No. 1, September 2011 hal. 45 (e-book)
26
Wawasan Al-Quran, hal 200.

10
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

Perlu juga diketahui juga bahwa adil yang disyaratkan oleh ayat 3 yang
membolehkan poligami itu, adalah adil dalam bidang material. Sedangkan adil yang
dimaksud oleh ayat lain adalah adil di bidang imaterial (cinta). Dengan demikian
tidaklah tepat menjadikan ayat ini sebagai dalih untuk menutup pintu poligami
serapat-rapat.27

27
Wawasan Al-Quran, hal 200.

11
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan sebagai berikut :


1. Ayat 3 Surat An-Nisa diturunkan berkaitan masalah anak yatim, yang kebetulan
ada perempuan yatim yang diasuh oleh seseorang laki-laki walinya sendiri yang
ingin menikahinya, karena tertarik pada kecantikan dan ingin menguasai hartanya.
2. Maksud ayat ini bukanlah perintah untuk poligami, namun bisa menjadi dasar
dibolehkannya poligami.
3. Poligami dibolehkan sejauh telah memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya
yaitu bersikap adil, tidak berbuat aniaya, dan mendapat ijin dari istri sebelumnya.
4. Hukum boleh dalam poligami, bisa berubah menjadi sunnah, haram bahkan wajib
dengan kondisi tertentu. Seperti kaidah dalam ushul fiqh, alhukmu yaduru maa
illatihi, hukum itu berputar sesuai alasannya.
- Poligami menjadi sunnah ketika misalnya seorang istri sudah divonis tidak
memberikan keturunan, atau istri mengalami sakit tertentu, sehingga tidak
dapat lagi melayani suaminya.
- Poligami menjadi wajib, misalnya ketika seorang laki-laki tidak dapat
mengendalikan kebutuhan seksual, di sisi lain sang istri tidak dapat melayani
kebutuhan suami. Apabila tidak melakukan poligami, dimungkinkan suami
dapat melakukan perbuatan zina.
- Poligami menjadi haram, ketika suami dalam melakukan poligami tidak
bersikap adil. Atau seorang laki-laki berniat menyia-nyiakan perempuan yang
dinikahinya, setelah kebutuhan batinnya terpenuhi.
5. Dengan alasan atau dalih apapun, misalnya feminisme, membela kaum
perempuan dsb. Menurut penulis, hal tersebut tidak bisa menjadi dasar untuk
menolak poligami sebagai bagian dari syariat Islam.

Wallahu alam.

12
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

DAFTAR PUSTAKA

Kitab :
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Mausuah al-Quraniyyah al-Muyassara, Damaskus : Dar
al-Fikr, 2004, Edisi Indonesia : Buku Pintar Al-Quran, Seven In One, Penerbit
Al-Mahira, 2009.
Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan, Fiqih Siroh, Beirut : Dar al-Fikr, 1993.
Quraish Shihab, WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan
Umat, Penerbit Mizan, Cet. VII, th1997.
Shabuni, Muhammad Ali al-, Shafwah al-Tafasir, Beirut: Dar al-Fikr, Juz 1, Cet. I,
1996.
e-book :
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Tafsir al-Munir: fi `Aqidah wa asy-Syari`ah wa al-Manhaj.
Damaskus: Dar al-Fikr, 1991 Jilid 2. (PDF)
Az-Zuhaili, Wahbah. at-Mausuah al-Quraniyyah al-Muyassarah Damaskus : Dar
al-Fikr, 2002. (PDF)
Al-Wahidi, Abu Al-Hasan Ali, Asbab Al-Nuzul. Riyadh, Al-Mamlakah As-
Suudiyyah Al-Arabiyyah, th. 2005.
Ibnu Kastir, Ismail, TafsirIbnu Katsir, Muassasah Qurthubah, th. 2000, Juz 3.
(PDF)
Arip Purkon: Pendekatan Hermeneutika dalam Kajian Hukum Islam, Jurnal Ahkam:
Vol. XIII, No. 2, Juli 2013. (e-book)
Hadi, Abdul, Jurnal Islamica, Vol. 6, No. 1, September 2011. (e-book)
website :
www.hodaalquran.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Poligami_dalam_Islam

13
Amir Syarifudin | Konsep Poligami Dalam Al-Quran Surah Al-Nisa Ayat 3
Telaah Atas Penafsiran Az-Zuhaili Dalam Tafsir Al-Munir

KONSEP POLIGAMI DALAM AL-QURAN


SURAT AL-NISA AYAT 3

(TELAAH ATAS PENAFSIRAN WAHBAH MUSTHOFA AZ-

ZUHAILI DALAM KITAB TAFSIR AL-MUNIR)

Disusun Oleh :

Nama/NIM : Amir Syarifudin (1431014)

Jurusan/Semester : IQT/III

Fakultas Ushuluddin

Program Studi Ilmu Quran Tafsir (IQT)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU)

KEBUMEN 2015 / 2016

14

Anda mungkin juga menyukai