Anda di halaman 1dari 36

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Pemahaman kajian ilmu eksakta tidak hanya dapat dilakukan melalui pembelajaran dalam
kelas, studi pustaka, dan berdiskusi saja. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman suatu teori ilmiah adalah dengan melalui praktikum di laboratorium.

Pada saat ini fungsi praktikum tidak hanya sebagai sarana pembuktian suatu teori saja,
namun juga dapat digunakan sebagai wadah untuk mengembangkan softskill atau keterampilan
mahasiswa untuk bekerja di laboratorium. Dalam jangka panjang, kegiatan ini akan memberikan
manfaat dalam konsep berpikir dan skill mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
(misal berupa penelitian dalam skripsi tugas akhir).

Praktikum Kimia Organik ini menekankan pada peningkatan softskill atau keterampilan
mahasiswa dalam konsep dan pengembangan prosedural ekstraksi dan isolasi senyawa bahan
alam, yang meliputi ekstraksi padat-cair menggunakan soxhlet, isolasi eugenol dari minyak
cengkeh yang berprinsip kerja ekstraksi cair-cair, hidrodistilasi minyak atsiri, dan isolasi pigmen
menggunakan teknik kromatografi kolom gravitasi, serta identifikasi gugus fungsi. Mahasiswa
dituntut memahami konsep kerja ekstraksi atau pemisahan senyawa bahan alam tersebut serta
pengidentifikasian sederhana dari produk yang dihasilkan.

Petunjuk praktikum ini merupakan tambahan dan modifikasi dari petunjuk praktikum
Kimia Organik I dan II. Terdapat beberapa topik praktikum yang dipertahankan dalam acara
praktikum kali ini dan ada beberapa topik praktikum lainnya merupakan mata acara praktikum
baru yang dirancang terkait erat dengan kegiatan pengembangan ilmu di Jurusan Kimia.

Akhirnya diucapkan selamat berpraktikum, hati-hatilah dalam menangani atau


menggunakan setiap bahan kimia yang digunakan pada praktikum. Bacalah petunjuk praktikum
dengan teliti dan carilah informasi pendukung mengenai berbagai hal terkait dengan setiap
percobaan yang akan dilakukan.

Jember, Febuari 2016

Koordinator Praktikum Kimia Organik

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
TATA TERTIB .............................................................................................................................. iii
FORMAT LAPORAN .................................................................................................................... v
PENILAIAN .................................................................................................................................. ix
PERCOBAAN 1. PENGGUNAAN SOFTWARE KIMIA ............................................................ 1
PERCOBAAN 2. IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL SENYAWA ORGANIK ............... 2
PERCOBAAN 3. REAKSI KIMIA BEBERAPA HIDROKARBON ........................................... 6
PERCOBAAN 4. REKRISTALISASI ........................................................................................... 9
PERCOBAAN 5. DISTILASI MINYAK ATSIRI ....................................................................... 12
PERCOBAAN 6. ISOLASI EUGENOL ...................................................................................... 14
PERCOBAAN 7. ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BIJI PALA ................................................... 17
PERCOBAAN 8. EKSTRAKSI PIPERIN DARI BUAH LADA ................................................ 19
PERCOBAAN 9. EKSTRAKSI PIGMEN DAN ANALISA TLC-NYA .................................... 22
PERCOBAAN 10. EKSTRAKSI KAFEIN .................................................................................. 25

ii
TATA TERTIB
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Petunjuk persiapan dan pelaksanaan bekerja aman di Laboratorium Kimia Organik.


1. Praktikan harus sudah mempersiapkan apa yang akan dilakukan pada saat praktikum
(mengetahui: tujuan percobaan, cara kerja percobaan, sifat bahan, alat yang akan
digunakan, dan data yang akan diharapkan diperoleh) dalam bentuk jurnal (beserta
laporan sementara).
2. Praktikan telah mempersiapkan botol gelas dan bertutup sebagai tempat sampel, dan kain
lap (atau tisu).
3. Praktikan hadir tepat pada waktunya ( 10 menit sebelum praktikum dimulai). Praktikan
yang hadir lebih dari 10 menit dari waktu yang telah ditentukan maka tidak
diperkenankan untuk mengikuti praktikum Kimia Organik.
4. Praktikan masuk ke dalam laboratorium harus sudah mengenakan jas praktikum dan
mengenakan sepatu. Apabila diperlukan, praktikan dapat menggunakan personal
protective equipment seperti masker atau sarung tangan.
5. Praktikum dilakukan secara berkelompok.
6. Selama percobaan dilakukan, praktikan harus mengamati dengan cermat percobaannya
dan mencatat hasil yang diperoleh, seperti berat/volume hasil, warna, bau, endapan, dan
sebagainya. Hasil percobaan tersebut dicatat dalam laporan sementara yang saat
praktikum selesai nanti wajib ditandatangani oleh asisten atau dosen jaga praktikum.
7. Selama praktikum, praktikan wajib menjaga ketenangan, ketertiban dan keteraturan serta
memperhatikan dan melaksanakan prinsip-prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Laboratorium (K3).
8. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium (alat-alat gelas, meja dan lain-lain)
serta merapikan kembali meja kerja.
9. Praktikan dilarang mengenakan sandal, makan/minum, merokok, membawa barang-
barang yang tidak diperlukan untuk kepentingan praktikum, atau bersendagurau selama
praktikum.
10. Selain laporan sementara, praktikan wajib membuat laporan akhir kelompok dengan
format yang telah ditentukan dan dikumpulkan kepada asisten sebelum percobaan
berikutnya.

iii
11. Hal-hal lain yang belum diatur pada ketentuan diatas dan diperlukan untuk kemanan dan
keselamatan serta kelancaran praktikum Kimia Organik, akan diatur kemudian.
12. Apabila praktikan melanggar atau tidak mentaati ketentuan yang telah disepakati diatas
maka yang bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium Kimia Organik dan tidak
diperkenankan untuk melanjutkan dan mengulang praktikum, dan dinyatakan gagal.

Jember, Febuari 2016


Koordinator Praktikum Kimia Organik

iv
FORMAT LAPORAN

Laporan Sementara (Jurnal) berisi:


Laporan sementara ini dibawa dan dikumpul pada asisten saat sebelum mulai kegiatan
praktikum. Sesuai dengan file form Praktikum KO, ketik informasi yang ada dalam poin-poin
tersebut, selain poin waktu dan data serta perhitungannya yang dapat ditulis tangan dan
dimintakan paraf asisten (dipojok kanan atas) saat praktikum telah selesai.
Judul Percobaan Bahan
Tujuan Percobaan Prosedur Kerja
Pendahuluan Waktu yang dibutuhkan
Prinsip Kerja Data dan Perhitungan
Alat

Laporan Akhir Praktikum


Berisi seluruh content form Laporan Praktikum (template tersedia dibawah ini, untuk file atau
softcopy terkait dengan form Laporan Praktikum tersebut dapat diperoleh dalam file attachment
yang berbeda).

v
Gunakan template dan guideline berikut dalam mempersiapkan jurnal praktikum kimia
organik. Jangan mengganti style dan ukuran huruf untuk lembar-lembar berikut ini. Gunakan
kertas ukuran A4 70 gsm.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Judul :

Tujuan Percobaan : Sebutkan tujuan dilakukannya percobaan ini.

Pendahuluan

Jelaskan mengapa anda melakukan percobaan tersebut (misal: kandungan lemak/minyak


atsiri/pigmen dalam sumber (sampel) tersebut berlimpah dan manfaatnya tinggi dalam
industri! Jelaskan pula softskill atau ketrampilan lab yang diperoleh. Jangan lupa untuk
menyampaikan tinjauan pustaka terkait dengan topik percobaab terkait. Munculkan citation
(sumber referensi) anda juga.

Prinsip Kerja

Tuliskan prinsip kerja yang digunakan dalam percobaan ini (misal jelaskan prinsip metode
ekstraksi padat-cair menggunakan soxhlet)! Ingat, prinsip kerja bukan cara kerja (prosedur)!

Alat

Sebutkan peralatan yang akan anda gunakan dalam mengekstrak dan mengidentifikasi
sampel!

Bahan

Sebutkan bahan-bahan kimia yang akan anda gunakan dalam topik praktikum ini (sertakan
dalam lampiran, MSDS masing-masing bahan kimia tersebut)!

Prosedur Kerja

Jelaskan prosedur kerja yang akan anda lakukan pada kegiatan praktikum ini dalam bentuk
kalimat.

Jika ada perubahan prosedur kerja yang anda lakukan (tidak sesuai dengan lembar petunjuk
praktikum), maka cantumkan prosedur kerja yang anda gunakan bersama kelompok anda
tersebut.

vi
Waktu yang dibutuhkan

Sebutkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan tersebut (breakdown dalam
bentuk item - waktu kegiatan)!

Data dan Perhitungan

Sebutkan data yang muncul dari percobaan tersebut diikuti dengan perhitungannya, misal
berat sampel awal dan rendemen.
Data Percobaan:
Berat hasil : .. gram Warna :
Volume hasil : ...gram Bau : .
Bentuk :

Hasil

Jelaskan secara singkat hasil percobaan terkait dengan merode kerja praktikum yang telah
dilaksanakan dan cara-cara identifikasi senyawanya.

Sertakan foto atau gambar yang terkait dengan percobaan ini (misal sketsa alat dan foto
proses serta produk ekstrak).

Pembahasan Hasil

Bahaslah proses atau prosedur kerja dan hasil percobaan anda serta bandingkan dengan
literatur yang ada mengenai teori prinsip kerja metode tersebut. Hubungkan tentang
penggunaan (fungsi) berbagai bahan kimia dan reaksi yang terjadi. Modifikasi kesalahan
yang terjadi dilaboratorium dengan dasar teori yang sesuai. Jangan lupa cite referensi jika
mencuplik statement dari literatur lainnya.

Kesimpulan

Sebutkan kesimpulan dari percobaan tersebut.

Referensi

Sebutkan sumber literatur atau jurnal yang anda gunakan dalam pembahasan hasil percobaan
tersebut!

Saran

Sebutkan saran terkait, jika ada perbaikan yang seharusnya dilakukan untuk percobaan ini
selanjutnya. Misal eksplorasi penggunaan suhu yang lebih tinggi untuk merefluks.

vii
Nama Praktikan

Sebutkan nama praktikan yang terlibat dalam percobaan ini!

viii
PENILAIAN

Nilai akhir praktikum terdiri dari :

a. Nilai jurnal : 15 %
b. Aktivitas Praktikum : 25 %
c. Nilai laporan praktikum kelompok : 30 %
d. Nilai responsi : 30 %

Nilai Huruf Mutu :

A : NA 80
B : 79 NA 60
C : 59 NA 50
D : 50 NA 40
E : 40 NA

Lakukan praktikum dan buat laporan sebaik mungkin dengan kerjasama kelompok yang solid.

ix
PERCOBAAN 1. PENGGUNAAN SOFTWARE KIMIA
DALAM PENGGAMBARAN STRUKTUR MOLEKUL

Tujuan Percobaan:
Mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan menggambar
struktur molekul senyawa kimia menggunakan software Chemsketch.

Tinjauan Pustaka
Beberapa konsep ilmu kimia khususnya pada skala molekuler dapat dipelajari dengan
menggunakan model molekul. Kajian ini diantaranya ditujukan pada pembelajaran ukuran
atom dan periodisitas, bentuk geometri dari struktur molekul, stereokimia dan lain-lain.
Model molekul pada mulanya diajarkan dengan menggunakan model tiga dimensional
dengan menggunakan alat peraga berbentuk bola-bola dari bahan plastik atau kayu. Saat ini
dengan adanya perkembangan teknologi komputer baik dari segi perangkat keras maupun
perangkat lunak memungkinkan untuk pemodelan molekul dengan menggunakan komputer.
Beberapa perangkat lunak yang tersedia di pasaran saat ini dapat digunakan untuk keperluan
visualisasi model molekul.
Aplikasi ACD ChemSketch (ACD = advanced Chemistry development) merupakan
salah satu aplikasi kimia yang tersedia free sebagai open source software . Program ini
berguna dalam penggambaran rumus kimia dan pemanfaatan grafik dari ACD/Lab yang
dibuat untuk menggambar struktur molekul, reaksi, dan diagram dengan mudah dan cepat.
Selain itu juga dapat digunakan untuk menghitung unsur kimia serta mendesain presentasi
dan laporan secara profesional. Berikut website untuk mendowload free version-nya:
http://www.acdlabs.com/download/chemsk.html

Alat
Laptop atau PC, dan aplikasi ACD ChemSketch.

Prosedur Kerja
Gunakan manual Chemsketch untuk topik percobaan berikut.

1
PERCOBAAN 2. IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL SENYAWA ORGANIK

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik
2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik

Pendahuluan
Identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui maupun hasil suatu reaksi
memerlukan pendekatan yang menyeluruh dari suatu analisis kualitatif senyawa organik.
Secara umum, identifikasi suatu senyawa organik melibatkan 7 kegiatan, yaitu:
1. Menentukan sifat fisiknya, misalnya warna, bau, indeks refraksi, massa jenis, titik leleh
dan atau titik didihnya.
2. Pemurnian dan uji kemurnian, beberapa teknik pemurnian yang sering digunakan adalah
rekristalisasi, distilasi dan kromatografi. Uji kemurnian bisa didasarkan pada
pengukuran titik leleh, teknik kromatografi (TLC, GC, HPLC, dll) atau teknik lainnya.
3. Menganalisis unsur penyusun
4. Menentukan kelompok kelarutan
5. Mendapatkan data spektroskopi (IR, NMR, UV-vis)
6. Melakukan uji kimia terhadap suatu gugus
7. Membuat turunan kimianya yang sifat fisikanya bisa dibandingkan dengan suatu
senyawa standar dalam buku acuan.
Dalam percobaan ini, akan diamati dan dipelajari teknik-teknik pengukuruan titik leleh,
titik didih, distilasi, indeks refraksi dan uji kimia untuk mengidentifikasi kelompok senyawa
alkohol, alkena, karbonil dan alkil halida. Teknik-teknik ini akan digunakan untuk
mengidentifikasi hasil-hasil pemurnian dan pemisahan atau reaksi pada percobaan-percobaan
selanjutnya.

Alat
Set alat destilasi, labu ukur 10 mL, tabung reaksi, pemanas listrik, pipet tetes, batang
pengaduk, gelas ukur 50 ml, pipet volum 10 mL, neraca, termometer 0-110, piknometer,
refraktometer Abbe, polarimeter, penangas air, beaker glass 500 mL.

2
Bahan
Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2, toluena, etanol, aseton, heksena,
sikloheksena, bensaldehida, fenol, toluena, aseton, metanol, etanol, 1-propanol, 2-butanol,
butiraldehida, asetofenon, n-oktanol, klorobensena, asetil klorida, bensilklorida, t-butil
bromida, larutan 1% Br2, larutan FeCl3 5%, larutan 2% KmnO4, larutan 5% Br2 dalam
CH2Cl2, 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air, larutan 15% NaI dalam
aseton, 2% AgNO3 dalam etanol 95%, 5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat,
2,4-dinitofenilhidrasin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat, larutan 5% AgNO3, larutan 5%
NaOH, larutan NH3 encer, Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan, Fehling
B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.

Prosedur Kerja
1. Uji kimia ketidak jenuhan
a. reaksi dengan brom
Reagen: 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air.
Masukkan 4 tetes heksena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya toluena, aseton,
etanol, bensaldehida ke dalam tabung reaksi bersih dan kering, tambahkan 2 ml n-
oktanol, kocoklah campuran perlahan-lahan dan tambahkan tetes demi tetes larutan brom
sampai tidak terjadi perubahan warna dan catat jumlah tetesnya untuk setiap sampel.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Reagen: larutan 2% KMnO4
Larutkan 4 tetes heksena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya toluena, aseton,
etanol, bensaldehida ke dalam sesedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung reaksi
kering dan bersih, kemudian tambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi
endapan hitam (atau larutan menjadi keruh) dan catat jumlah tetesnya.

2. Uji adanya halogen


a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Masukkan 3 tetes klorobensena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida di dalam tabung reaksi
kering dan bersih dan tambahkan 2 mL reagen AgNO3. Diamkan beberapa menit , bila
belum terjadi endapan masukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60oC). Catat
waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel.

3
b. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton kering
(harus dibuat dan digunakan pada hari yang sama, simpan dalam botol coklat, bila
berwarna coklat harap dibuang)
Tambahkan 3 tetes klorobensena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida ke dalam 2 mL reagen
NaI di dalam tabung reaksi kering dan bersih, kocoklah campuran dalam tabung reaksi
dan biarkan sekitar 3 menit. Bila tidak terjadi perubahan, masukkan tabung reaksi dalam
penangas air pada suhu 50oC dan catat waktu yang diperlukan untuk terbentukknya
endapan.

3. Uji adanya OH alkohol


a. Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, masukkan 4 tetes sampel yang disediakan,
yaitu metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida, 1 tetes aseton, dan 1 tetes larutan asam
kromat yang dibuat dengan melarutkan 5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4
pekat. Kocok campuran dan amati perubahan yang terjadi. Test positif jika terjadi
perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau terbentuk endapan.
b. Reagen: asetil klorida
Masukkan sekitar 5 tetes alkohol (metanol, etanol, propanol, butanol atau alkohol lain
yang diberikan) ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tambahkan 3 5 tetes asetil klorida dengan sangat hati-hati (jangan di arahkan ke muka
anda atau muka teman anda!), diamkan beberapa saat (2- 4 menit) dan tambahkan 3-5
mL larutan 15%NaHCO3. Ciumlah bau hasil reaksinya, bau harum menandakan
terbentuknya ester.

4. Uji aldehida dan keton


a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat.
Kedalam tabung reaksi masukkan 2 tetes sample (aseton, bensaldehida, butiraldehida,
asetofenon, atau yang lain), 2 ml etanol 95 %, dan 1 ml larutan fenilhidrazin. Lakukan
penggojokan kuat-kuat. Jika tidak terbentuk endapan , panaskan campuran dengan
pembakar spiritus. Test positif jika terbentuk endapan kunig-merah, catatlah perubahan
warna terhadap sample aldehida dan keton.
b. Tes Fehling
Reagen: Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan
4
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan
Kedalam tabung reaksi masukkan 1 mL sample (aseton, bensaldehida, butiraldehida,
asetofenon, atau yang lain), 1 mL reagen Fehling A dan 1 mL reagen Fehling B.
Panaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit, amati
dan catatlah perubahan yang terjadi pada sample aldehida dan keton.
c. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10 kali
ammonia pekat).
Ke dalam tabung reaksi yang bersih, masukkan 1 mL sample, misalnya aseton,
bensaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau yang lain, 1 mL larutan 5% AgNO3 dan 1
mL larutan 5% NaOH dan 5 tetes ammonia. Panaskan tabung reaksi di dalam penangas
air mendidih selama sekitar 5 menit, amati dan catatlah perubahan yang terjadi pada
sample aldehida dan keton.

5. Uji Fenol
Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering masukkan 2 tetes sampel, misalnya 2-
butanol, fenol, 1-propanol, 1 ml etanol 95 %, dan 1 tetes larutan FeCl3 5 % . Lakukan
penggojokan kuat-kuat, amati dan catat terjadinya perubahan berwarna yang terjadi pada
setiap sampel. Perubahan warna dari oranye ke kehjauan akan pudar terhadap perubahan
waktu.

Tugas sebelum praktikum


Tuliskan semua reaksi positip untuk semua uji kimia pada prosedur di atas!

5
PERCOBAAN 3. REAKSI KIMIA BEBERAPA HIDROKARBON

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari reaksi beberapa hidrokarbon
2. Memperkirakan banyaknya ikatan rangkap dalam minyak tanah dan premium

Pendahuluan
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon.
Hidrokarbon dapat membentuk rantai lurus, bercabang, senyawa lingkar mapun aromatik,
dapat hanya dengan ikatan jenuh dan ada pula yang mempunyai ikatan tak jenuh.
Hidrokarbon merupakan senyawa penting yang berhubungan dengan bahan bakar minyak
bumi. Dalam percobaan ini kereaktifan beberapa hidrokarbon terhadap pengoksidasi kuat,
brom dan asam sulfat akan dipelajari.

Alat
Tabung reaksi, pipet mohr, pipet tetes, erlenmeyer 50 mL, beaker glass 100mL.
Bahan
Larutan KMnOO4 0,01 M; H2SO4 pekat, H2SO4 0,1 M; heksana , minyak tanah,
premium, solar, air brom, toluena.

Prosedur Kerja :
a) Reaksi dengan brom
1. Masukkan ke dalam 5 tabung reaksi yang bersih dan kering masing-masing 3 mL air
brom, tandai setiap tabung dengan nomor 1 sampai 5 Tambahkan ke dalam tabung tetes
demi tetes hidrokarbon sambil dikocok dan hitunglah jumlah tetes hidrokarbon sampai
tidak terjadi perubahan warna. Masukkan pengamatan anda dalam table 1 berikut:

No Jumlah tetes hidrokarbon sampai tidak terjadi perubahan warna


1 heksena =
2 Solar =
3 Minyak tanah =
4 Premium =
5 Toluena =

6
b) Reaksi hidrokarbon dengan asam sulfat pekat
2. Masukkan 1 mL hidrokarbon ke dalam tabung reaksi bersih dan kering, tambahkan
dengan 1 mL asam sulfat pekat dan kocoklah campurkan dengan sangat hati-hati. Amati
terjadinya perubahan dan timbulnya panas, kemudian tuangkan campuran ke dalam beber
gelas 100 mL yang diisi aquades serta amti ada tidaknya lapisan minyak yang mengapung
di atas air. Catat pengamatan dalam tabel 2 berikut:

No Pengamatan setelah penambahan asam sulfat pekat dan dituangkan ke air


1 heksena =
2 Solar =
3 Minyak tanah =
4 Premium =
5 Toluena =

c) Komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium


Masukkan 5 mL hidrokarbon ke dalam erlenmeyer 100 mL yang bersih dan kering,
tambahkan dengan 5 mL H2SO4 pekat, kocolah campuran itu dan biarkan beberpa saat dan
buanglah lapisan bawah secara hati-hati menggunakan pipet. Ulangilah penambahan 5 mL
asam sulfat pekat untuk yang dua, dan buanglah asam sulfatnya dan yang ke tiga cucilah
hidrokarbon dengan 5 mL air seperti penambahan asam sulfat dan buanglah airnya.
Perkirakan apakah ke lima jenis hidrokarbon yang terseisa jumlahnya sama? Tambahkan
tetes demi tetes air brom ke dalam hidrokarbon yang di dapat sampai warna brom tetap.
Bandingkan hasil yang anda peroleh dengan yang didapat pada langkah 1.

No Jumlah tetes hidrokarbon sampai tidak terjadi perubahan warna air brom,
jumlah hidrokarbon sisa sebelum penambahan air brom
1 heksena =
2 Solar =
3 Minyak tanah =
4 Premium =
5 Toluena =

7
Tugas sebelum praktikum
1. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada prosedur 1 jika terjadi perubahan dan berikan
penjelasan jika tidak terjadi penjelasan
2. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada prosedur 2, manakag hidrokarbon yang
menunjukkan terjadinya reaksi kimia dan bagaimana persamaan reaksinya, apa hasil
reaksinya dan bagaimana sifatnya (kelarutannya) dalam air.
3. Jika setiap hidrokarbon pada prosedur 3 memberikan hasil yang berbeda (volume
hidrokarbon setelah pencucian dengan air), perkirakan jumlah yang tersisa dan jelaskan
mengapa terjadi demikian!

8
PERCOBAAN 4. REKRISTALISASI

Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik.

Pendahuluan
Rekristalisasi merupakan teknik yang paling sesuai untuk memurnikan padatan
organik dengan berdasar pada prinsip kelarutan. Pada umumnya, senyawa (solute) lebih larut
dalam cairan (pelarut) yang panas dibandingkan yang dingin. Jika larutan panas yang jenuh
dibiarkan menjadi dingin, solute tersebut tidak akan larut lagi didalam pelarut dan akhirnya
membentuk kristal senyawa murni yang dapat dipisahkan dari pengotor yang tak larut dengan
cara filtrasi.
Pemilihan pelarut untuk proses kristalisasi seringkali tidak spesifik dan meragukan,
sehingga perlu dilakukan pengujian trial and error dalam skala kecil. Biasanya sejumlah
kecil substansi yang akan dimurnikan (100 mg) diletakkan dalam tabung kecil dan kemudian
ditambahkan 1 hingga 2 mL pelarut yang diujikan. Jika padatan menjadi larut dalam suhu
dingin, maka pelarut tersebut sangatlah tidak cocok menjadi pelarut rekristalisasi. Jika
campuran padatan tersebut sebagian besar tidak larut dalam pelarut dingin, maka campuran
dihangatkan hingga titik didihnya. Jika kemudian material tersebut menjadi larut, dan
mengendap kembali saat pendinginan, pelarut tersebut merupakan kandidat yang baik untuk
prosedur rekristalisasi. Kadangkala tidak ada pelarut tunggal yang sesuai, sehingga sistem
dua pelarut yang saling campur dapat digunakan untuk menghasilkan pelarut yang sesuai
untuk rekristalisasi.

Alat
Tabung reaksi, mortar, pipet mohr 5 mL, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, pipet
Pasteur, corong Buchner, timbangan, alat pennetu titik leleh.

Bahan
Etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, n-heksana, aquades, norit, kapas.

Prosedur Kerja
A. Pemilihan Pelarut

9
1. Masukkan masing-masing 0,5 g sampel yang telah dihaluskan kedalam 6 tabung
reaksi.
2. Tambahkan 3 mL aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluen, dan heksan pada
masing-masing tabung reaksi tadi dan beri nomor 1-6 secara berurutan. Goyang
tabung dan amati apakah sampel larut dalam pelarut tersebut pada suhu kamar. Amati
dan catat pengamatannya.
3. Panaskan tabung berisi sampel yang tak larut, lalu goyang tabungnya dan catat
bilamana sampel tersebut larut dalam pelarut panas. Amati dan catat pengamatannya.
4. Biarkan larutan menjadi dingin dan amati pembentukan kristalnya.
5. Catat masing-masing pelarut dan tunjukkan pelarut yang manakah yang terbaik
diantara keenam pelarut tersebut dan cocok untuk proses rekristalisasi sampel.
6. Lakukan prosedur yang sama dengan diatas untuk sampel unknown dan tentukan
pelarut yang sesuai untuk rekristalisasinya.

B. Rekristalisasi Sampel Unknown

1. Masukkan 0,5 g sampel unknown kedalam erlenmeyer. Tambahkan 3 mL pelarut yang


sesuai (hasil dari prosedur A.6).
2. Panaskan campuran perlahan sambil goyang larutan hingga semua padatan larut.
3. Jika padatan tidak larut sempurna, tambahkan sedikit pelarut (kira-kira 0,5 mL) dan
lanjutkan pemanasan. Amati setiap penambahan pelarut apakah lebih banyak padatan
yang terlarut atau tidak.
Jika tidak banyak padatan yang larut, kemungkinan karena adanya pengotor. Saring
larutan panas tersebut melewati pipet Pasteur penyaring untuk menghilangkan
pengotor yang tak larut atau dapat menggunakan karbon aktif. Langkah ini bisa
diloncati langsung menuju langkah B.7 jika tidak terdapat partikel yang tak larut atau
semua padatan telah dapat larut sempurna.
4. Pipet Pasteur penyaring disiapkan dengan cara memasukkan sedikit kapas pada pipet
lalu ditekan menggunakan kawat atau lidi sehingga kapas berada pada bagian bawah
(posisi menyumbat tip). Panaskan pipet penyaring dengan cara melewatkan pelarut
panas beberapa kali kedalam pipet dan tampung pelarut panas yang telah melewati
pipet kedalam wadah penampung atau erlenmeyer. Bilamana larutan memenuhi pipet,
dorong larutan dengan bantuan karet penghisap seperti gambar berikut.

10
5. Sebelum larutan sampel dilewatkan dalam pipet penyaring, encerkan dulu untuk
mencegah terjadinya kristalisasi selama proses penyaringan.
6. Cuci pipet Pasteur penyaring dengan sejumlah pelarut panas untuk recovery solute
yang kemungkinan terkristalisasi didalam pipet dan kapas.
7. Tutup wadah penampung atau erlenmeyer dan biarkan filtrat atau larutan menjadi
dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, siapkan ice bath untuk
menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu masukkan wadah larutan kedalam ice bath
dan amati pembentukan kristalnya.
8. Saring kristal dan cuci dengan sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring
Buchner. Lalu lanjutkan penyaringan hingga kering.
9. Timbang kristal dan hitung persen recovery-nya. Tentukan titik leleh kristal dan catat.

Tugas Sebelum Praktikum

1. Bilamana asam asetat dan aseton merupakan dua macam pelarut yang cocok untuk
kristalisasi dari sampel unknown, pelarut manakah yang lebih anda pilih
penggunaannya? Jelaskan.
2. Mengapa karbon aktif dapat menghilangkan warna dari larutan dan mengapa
sebaiknya digunakan sesedikit mungkin?
3. Mengapa anda perlu untuk memanaskan pipet penyaring ketika menyaring larutan
yang dihilangkan warnanya menggunakan norit?
4. Mengapa larutan filtrat perlu didinginkan secara perlahan? Jika filtrat langsung
didinginkan dalam ice bath, apakah yang akan terjadi? Jelaskan.

11
PERCOBAAN 5. DISTILASI MINYAK ATSIRI

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih.
2. Mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri menggunakan prinsip hidrodistilasi.

Pendahuluan
Distilasi merupakan salah satu teknik pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih.
Teknik distilasi sering digunakan untuk memisahkan senyawa volatil dari senyawa non
volatil. Semua uap panas yang dihasilkan akan langsung masuk dalam kondensor yang
dingin, dan mengkondensasikan uap panas nya.
Pada percobaan ini akan dilaksanakan isolasi minyak atsiri dari berbagai macam
spesies menggunakan teknik hidrodistilasi minyak atsiri. Minyak atsiri terdapat dalam
seluruh bagian tanaman, namun umumnya dalam batang, daun, bunga dan biji-bijian. Minyak
atsiri merupakan campuran kompleks dari senyawa volatile berbau yang tak larut dalam air.
Berikut merupakan gambar dari set up alat hidrodistilasi minyak atsiri:

Alat
Pisau, set alat distilasi, gelas ukur 5 mL

Bahan
Sampel, magnesium sulfat anhidrat, batu didih.

Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel. Potong-potong kecil sampel (daun, bunga, atau batang) yang sudah
bersih dan kering (dengan jumlah air minimum).

12
2. Persiapkan set alat distilasi sesuai dengan gambar dibawah ini.
3. Masukkan 50 g sampel kedalam labu alas bulat 250 mL. Penuhi labu dengan aquades
hingga setengah volume total labu. Tambahkan batu didih.
4. Pasang kembali labu pada set up alat distilasi. Panaskan labu pada mantel pemanas
secara perlahan-lahan. Hentikan distilasi jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100
mL atau telah dipanaskan selama 1-1.5 jam.
5. Catat volume distilat yang diperoleh. Biarkan distilat beberapa saat hingga nantinya
diperoleh dua fasa, aqueous phase dan organic phase. Pisahkan minyak atsiri dari air
yang ada dalam campuran distilat. Lalu tambahkan sedikit magnesium sulfat pada
distilat minyak atsiri. Peroleh minyak atsiri dengan cara dekantasi. Catat volume
minyak atsiri yang diperoleh.
6. Hitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh . Amati bau dan warna dari minyak
atsiri tersebut.

Tugas Sebelum Praktikum


1. Jelaskan alasan anda dalam memilih tanaman tersebut sebagai sampel sumber minyak
atsiri!
2. Berdasarkan literatur, komponen senyawa kimia minyak atsiri apakah yang
terkandung dalam sampel yang tersedia? Tulis nama dan gambar struktur molekulnya!
3. Bagaimana mekanisme komponen minyak atsiri pada sampel jaringadapat terekstrak
oleh suatu pelarut ?

13
PERCOBAAN 6. ISOLASI EUGENOL

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (cair-cair).
2. Mempelajari teknik isolasi eugenol dari minyak cengkeh.

Pendahuluan
Ekstraksi merupakan proses fisik (pemisahan) dimana suatu senyawa (atau campuran
senyawa) ditransfer dari satu fasa ke fasa lainnya. Pada dasarnya terdapat dua macam
ekstraksi yaitu ektraksi cair-cair, dan ekstraksi padat-cair.
Ekstraksi cair-cair merupakan operasi dasar yang harus dikuasai dalam kegiatan
laboratorium Kimia Organik. Dengan menggunakan ekstraksi cair-cair, kita dapat
mengisolasi senyawa tunggal dari suatu campuran. Proses fisik yang mendasari ektraksi cair-
cair tersebut adalah partisi pelarut-pelarut, atau distribusi solute diantara sepasang pelarut.
Sehingga jenis ekstraksi yang selektif dapat dilakukan dengan cara pemilihan pelarut
dengan polaritas yang tepat. Senyawa non polar, seperti lemak, wax, terpen,dan beberapa
steroid dapat diekstrak dengan pelarut non polar, seperti petroleum eter. Metanol, pelarut
dengan polaritas medium keatas, direkomendasikan untuk mengekstrak pigmen, alkaloid,
tannin, flavonoid, dan senyawa polar lainnya. Sedangkan air mampu mengekstrak senyawa
yang sangat polar seperti garam, gula berBM rendah, dan protein. Ekstraksi sejumlah
senyawa terkait dapat juga dilakukan dengan menggunakan kombinasi pelarut atau dilakukan
secara bertahap, misal dari polar ke non polar. Proses ekstraksi cair-cair tersebut dilakukan
dalam corong pisah, yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Eugenol merupakan komponen utama dalam minyak cengkeh, yang dapat berasal dari daun,
tangkai, dan bunga pohon cengkeh. Komponen utama minyak daun cengkeh adalah eugenol
(80-90%) dan kariofilen (10%). Adanya gugus hidroksi menjadikan eugenol sebagai senyawa
fenolik yang bersifat asam dan mudah dipisahkan dari senyawa non fenolik. Yaitu dengan
cara ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut aktif.
14
Alat
Beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelas ukur, pipet mohr 10 mL, pipet
tetes, rotary evaporator, penangas air, termometer, timbangan, tabung reaksi.

Bahan
Minyak cengkeh, NaOH 10%, dietil eter, HCl 25%, kertas lakmus biru, MgSO4
anhidrat, FeCl3.

Prosedur Kerja
1. Masukkan 25 gram minyak cengkeh kedalam beaker glass. Tambahkan 25 mL larutan
NaOH 10%, kemudian diaduk sampai homogen.
2. Tambahkan 10 mL dietileter kemudian pindahkan kedalam corong pisah, dikocok
kuat-kuat dan diamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar
(anorganik), yang berada dilapisan bawah, dipisahkan dan ditampung dalam beaker
glass.
3. Fasa non polar (organik), yang berada dilapisan atas, ditambahkan 10 mL larutan
NaOH 10% dikocok kuat-kuat, lalu didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Fasa
polar (anorganik) dipisahkan dan digabung dengan fasa polar sebelumnya (poin 2).
4. Tambahkan HCl 25% tetes demi tetes kedalam fasa polar (bagian bawah) sampai
terbentuk gumpalan-gumpalan coklat atau mempunyai pH 3 (tes menggunakan
lakmus biru).
5. Pindahkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan dietileter 10 mL. Dikocok kuat-
kuat, kemudian didiamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa
organik ditampung dalam beaker glass.
6. Uapkan pelarut dietileter yang terdapat dalam fasa organik tersebut, dalam lemari
asam menggunakan penangas air (suhu air 50C). Residu yang diperoleh ditambahkan
sejumlah kecil kristal MgSO4. Lalu dekantasi residu yang mengandung eugenol
tersebut. Timbang berat eugenol dan ukur volumenya juga menggunakan gelas ukur.
Hitung rendemen/kadar eugenol dalam minyak cengkeh tersebut.
7. Uji positif akan adanya eugenol dalam residu yang diperoleh adalah terbentuknya
warna ungu jika ditambahkan larutan FeCl3.

15
Tugas Sebelum Praktikum

1. Tuliskan reaksi yang terjadi dalam ekstraksi dan isolasi eugenol dari minyak cengkeh
tersebut!
2. Gambar struktur senyawa dari eugenol!
3. Jelaskan mengapa pada ekstraksi yang pertama, fasa polar larutanny bersifat basa?
4. Apa fungsi penambahan NaOH dan HCl pada percobaan ini?

16
PERCOBAAN 7. ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BIJI PALA

Tujuan Percobaan
Mempelajari isolasi trimiristin dari biji pala dengan cara refluks.

Pendahuluan
Senyawa organik dalam bahan alam secara alami dihasilkan oleh organisme hidup.
Beberapa senyawa organik penting dan berguna dapat diekstrak dari tanaman. Trimiristin
adalah senyawa yang menarik dan merupakan komponen utama pada biji buah pala
(Myristica fragrans). Hal ini bukanlah hal yang biasa karena trigliserida alami yang terdapat
didalamnya keseluruhan mengandung asam miristat.
Trimiristin (mp. 56C) merupakan suatu trigliserida, yakni ester yang terbentuk dari
gliserol dan asam miristat. Trigliserida ini terdapat dalam kadar yang tinggi (sekitar 20-25%)
perberat kering dalam biji buah pala, tanpa banyak tercampur dengan ester-ester sejenis,
sehingga pemisahannya dapat dijadikan contoh sederhana pemisahan senyawa bahan alam.
Selain itu pemisahan trimiristin dari buah pala tidak memerlukan waktu yang lama. Pada
percobaan ini, trimiristin akan diekstrak dari biji pala untuk memperoleh trimiristin crude
yang selanjutnya dapat dimurnikan melalui rekristalisasi.

Alat
Timbangan, mortar, labu alas bulat 100 mL, kondensor refluks, termometer, corong
penyaring, gelas ukur 10 mL, pipet mohr 10 mL, penangas air, ice-bath, oven, alat penentu
titik leleh.

Bahan
Diklorometana, kertas saring, aseton.

Prosedur Kerja
1. Timbang 5 g serbuk buah pala yang telah dihaluskan dalam labu 100 mL (labu 1) dan
tambahkan 50 mL diklorometana.
2. Hubungkan labu 1 dengan kondensor pendingin. Panaskan campuran dengan refluks
selama 30 menit pada suhu tidak lebih dari 60C.

17
3. Dinginkan beberapa menit, kemudian saring dalam keadaan hangat kedalam
erlenmeyer 100 mL. Bilas padatan pada kertas saring dengan 5 mL diklorometana.
4. Uapkan pelarut menggunakan penangas air, namun jangan sampai kering. Dinginkan
sampai pelarut yang tersisa sedikit.
5. Tambahkan 10 mL aseton sambil diaduk, lalu dinginkan dalam ice-bath.
6. Saring endapan dengan kertas saring yang telah ditimbang. Bilas endapan dengan 10
mL aseton. Keringkan diudara atau dengan oven suhu rendah, lalu timbang.
7. Hitung persentase rendemen dan tentukan titik lelehnya.

Tugas Sebelum Praktikum

1. Apa fungsi diklorometana dalam proses isolasi trimiristin ini?


2. Apa fungsi pemanasan dan proses pendinginan menggunakan ice-bath pada isolasi
trimiristin ini?

18
PERCOBAAN 8. EKSTRAKSI PIPERIN DARI BUAH LADA

Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik pemisahan senyawa dari padatan dengan cara ekstraksi.

Pendahuluan
Komponen senyawa dalam bahan alam, seperti jaringan tanaman dan hewan,
memiliki range polaritas yang lebar. Ekstraksi menggunakan pelarut dengan polaritas yang
tepat dapat meningkatkan rendemen hasil ekstraksi. Sehingga pelarut non polar, seperti
petroleum eter, direkomendasikan untuk mengekstrak material non polar juga, seperti lemak
atau minyak.
Terdapat dua teknik utama dalam ekstraksi padat cair yaitu sistem batch dan
continous. Pada sistem batch, sampel padatan dicampur dengan pelarut tertentu pada jangka
waktu tertentu. Pada saat ini dapat diterapkan suatu temperatur pemanasan tertentu untuk
meningkatkan kinetika ekstraksi sehingga rendemen hasil menjadi tinggi. Sistem batch ini
sangat berguna jika sampel kaya akan komponen senyawa yang ingin diekstrak. Namun jika
komponen yang diinginkan tersebut hanya sedikit larut dalam pelarut ekstraksi, atau terdapat
dalam jumlah yang sedikit, atau hasil ekstraksi penting untuk diperhatikan, maka sistem batch
menjadi sangat tidak efisien.
Ekstraksi menggunakan Soxhlet merupakan suatu bentuk ekstraksi continous.
Ekstraktor soxhlet, yang pertama kali digunakan pada tahun 1879, merupakan alat yang
mampu memisahkan sejumlah kecil hingga ratusan gram sampel dengan recovery mendekati
100%. Pelarut ekstraksi ditempatkan dalam labu alas bulat diatas mantel pemanas, dan panas
yang tersedia tersebut akan menguapkan pelarut. Pelarut yang melewati tabung penghubung
akan terkondensasi pada permukaan kondensor, lalu turun kembali kedalam extraction
chamber. Chamber tersebut berisi sampel yang telah dimasukkan kedalam thimble berpori
(misal kertas saring). Ekstraksi terjadi saat pelarut kontak dengan sampel. Larutan akan
berakumulasi didalam chamber hingga volume tertentu, lalu pelarut akan turun kembali ke
dalam labu sambil membawa senyawa yang telah terekstrak.
Sistem operasi ini terjadi secara berkesinambungan selama beberapa waktu (jam).
Jika senyawa yang ingin diisolasi merupakan senyawa termolabil, ekstraksi menggunakan
Soxhlet akan menyebabkan dekomposisi karena larutan akan dididihkan terus menerus. Pada
kasus ini, pelarut dengan titik didih rendah sangatlah direkomendasikan.

19
Gambar berikut menunjukkan komponen dasar dari set up peralatan soxhlet:

Alat
Sokhlet, labu alas bulat, kondensor, timbangan, mantel pemanas, erlenmeyer 100 mL,
ice-bath, penangas air, pipet mohr, gelas ukur, corong penyaring, alat penentu titik leleh.

Bahan
Diklorometana, eter, pelarut aseton:heksana (3:2), kertas saring.

Prosedur Kerja
1. Timbang 10 gram serbuk lada lalu bungkus dengan kertas saring. Masukkan sampel
kedalam alat soxhlet.
2. Masukkan diklorometana sebanyak 20 mL kedalam labu alas bulat 50 mL dan set alat
tersebut menjadi alat sokhlet.
3. Panaskan heating mantle selama beberapa sirkulasi sampai terekstrak sempurna
(sekitar 1 jam). Dinginkan labu hingga suhu kamar.
4. Ekstrak yang diperoleh dipindah kedalam erlenmeyer 100 mL dan evaporasi pelarut
diklorometana dengan penangas air hingga diperoleh cairan kental seperti minyak
kecoklatan. Lakukan ini dalam lemari asam.
5. Dinginkan dalam ice-bath dan tambahkan 6 mL eter dingin sambil diaduk selama 5
menit. Evaporasi kembali pelarut yang ada menggunakan penangas air.
6. Dinginkan ekstrak dalam ice bath dan tambahkan 6 mL eter dingin sambil diaduk.
Lalu dinginkan selama 10 menit sampai terbentuk kristal jarum.
7. Saring kristal dan cuci dengan 5 mL eter dingin.

20
8. Masukkan isolat piperin kedalam tabung reaksi dan larutkan dengan pelarut campuran
aseton:heksana (3:2) panas dengan jumlah pelarut seminimum mungkin.
9. Diamkan tabung reaksi pada suhu kamar, sampai kristal piperin terbentuk kembali
(sekitar 15 menit). Lanjutkan dengan pendinginan tabung reaksi dalam ice bath
selama 20 menit.
10. Saring kristal yang terbentuk dan cuci dengan 5 mL eter dingin.
11. Keringkan kristal diudara, timbang dan tentukan titik lelehnya.

Tugas Sebelum Praktikum

1. Bagaimana peran wadah sampel berpori (thimble) dalam ekstraktor soxhlet?


2. Bagaimana caranya untuk menentukan bahwa ekstraksi menggunakan Soxhlet
tersebut sudah dianggap selesai?
3. Apa fungsi penambahan sodium sulfat dalam percobaan ini?
4. Apa sarat pelarut yang baik untuk ekstraksi?

21
PERCOBAAN 9. EKSTRAKSI PIGMEN DAN ANALISA TLC-NYA

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan.
2. Mempelajari teknik analisa thin layer chromatography (TLC).

Pendahuluan
Percobaan yang terfokuskan pada ekstraksi pigmen dari jaringan tanaman sangatlah
popular dalam kegiatan praktikum laboratorium mahasiswa Kimia. Analisa pigmen
menggunakan kromatografi lapis tipis, TLC, menampilkan sejumlah sebaran komponen
dalam pelat TLC yang umumnya membentuk pita warna yang mudah teramati dan dipelajari.
Kromatografi didefinisikan sebagai pemisahan campuran oleh dua atau lebih senyawa
yang berbeda melalui distribusi antara dua fasa, fasa stationer dan fasa gerak. Metode
tersebut bergantung pada perbedaan kelarutan, atau adsorpsivitas dari substansi untuk
terpisah relatif terhadap dua fasa dimana sampel akan terpartisi. Pada TLC, fasa stationernya
merupakan silika yang terikat pada lempengan aluminium. Silika merupakan substansi polar
karena permukaan kristalnya mengandung gugus polar hidroksi (OH). Fasa geraknya
merupakan sistem pelarut organik yang dengan perilaku kapiler akan terus bergerak keatas
melewati lempengan silika.

Gambar set up alat analisa TLC.

Sampel yang ditotolkan pada pelat silika akan terpartisi dalam pelarut yang terus
bergerak keatas dan juga tertahan dalam fasa stationernya. Proses ini disebut dengan
pengembangan pada pelat TLC. Berbagai campuran dalam sampel akan terpisah sesuai
dengan kesetimbangan distribusinya terhadap pelarut dan adsorben. Senyawa yang lebih non
polar akan terdistribusi lebih baik pada pelarut yang bergerak sehingga akan melaju lebih
cepat dibandingkan senyawa yang lebih polar karena lebih tertahan dengan pelat silika.
Perbedaan laju ini, yang ditandai dengan jarak tempuh senyawa yang berbeda, akan menjadi
dasar dalam analisa TLC dengan melalui penentuan Rf, retention factor.

22
Rf = jarak tempuh substansi / jarak tempuh pelarut
Pigmen yang terkait dalam percobaan ini adalah senyawa karotenoid. Yang termasuk
dalam senyawa kaarotenoid tersebut diantaranya -karoten, lycopene, lutein, klorofil,
astaxanthin dan lain-lain.

Alat
Mortar, pestle, spatula, tabung reaksi, chamber TLC, gelas ukur, pipet tetes, pinset,
penggaris, lampu UV.

Bahan
Aseton, kertas saring, pelarut aseton:heksana (3:7), lempeng silika.

Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel. Potong-potong kecil 5 gram sampel (daun, buah atau umbi) yang
sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Gerus sampel menggunakan
mortar dan pestle dengan menambahkan aseton 5 mL. Dekantasi larutan ekstrak
sambil peras padatan yang tersisa menggunakan spatula (pada dinding mortar) hingga
ekstrak aseton maksimum yang diperoleh atau gunakan bantuan kertas saring untuk
memeras pasta tersebut.
2. Masukkan ekstrak dalam tabung reaksi atau vial 5 mL (sampel 1).
3. Siapkan kolom kromatografi dengan melarutkan atau membentuk bubur silika terlebih
dahulu. Kemudian bubur silika dimasukkan kedalam kolom (pipet Pasteur yang telah
disumbat dengan kapas pada bagian ujung bawahnya). Alirkan eluen atau pelarut
aseton:heksana (3:7) kedalam kolom silika sehingga penampakan packing kolom baik
dan rapat.
4. Masukkan sampel 1 sebanyak 1 mL kedalam kolom, lalu lewatkan eluen jika sampel
sudah tersisa sedikit diatas kolom. Tampung isolat pigmen (sampel 2) dalam gelas
ukur sesuai dengan warna pita ekstrak yang lewat dalam kolom.
5. Siapkan chamber TLC dan tempatkan pelarut aseton:heksana (3:7) kira-kira setinggi
0.5 cm. Tempatkan lempeng silika ukuran tertentu, yang sebelumnya telah ditotolkan
sedikit sampel ekstrak: sampel 1 dan sampel 2 ( 1 cm dari batas bawah kertas), pada
TLC chamber. Lalu tutup chamber dan tunggu pergerakan pelarut hingga sampai

23
batas atas ( 0.5 cm dari batas atas kertas). Ambil lempeng dengan menggunakan
pinset dan keringanginkan.
6. Jika sudah kering, amati pemisahan pigmen yang terjadi pada lempeng menggunakan
sinar UV. Ukur jarak yang ditempuh senyawa dan pelarut tersebut. Hitung factor
retensi (Rf) untuk masing-masing komponen.

Tugas Sebelum Praktikum


1. Berdasarkan literatur, pigmen apa sajakah yang terdapat dalam sampel anda?
Gambarkan strukturnya!
2. Apakah fungsi aseton dalam percobaan ini? Dapatkah diganti dengan metanol?
3. Bagaimana prinsip kerja kromatografi kertas (atau Thin Layer Chromatography)?

24
PERCOBAAN 10. EKSTRAKSI KAFEIN
DAN PEMURNIANNYA DENGAN PROSES SUBLIMASI

Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pemisahan kafein dari teh menggunakan prinsip ekstraksi
pelarut polar-non polar.
2. Mempelajari teknik pemurnian melalui proses sublimasi.

Pendahuluan
Kafein merupakan salah satu senyawa organik dari kelas alkaloid. Senyawa ini
ditemukan dalam beberapa bahan makanan, misal kopi dan teh. Kafein ini dapat berlaku
sebagai stimulan jantung, pernafasan, saraf dan pencernaan. Pada kadar tertentu, konsumsi
kafein dapat menyebabkan ketergantungan, sakit kepala, insomnia dan juga mual muntah.
Percobaan kali ini akan mengulas mengenai cara ekstraksi kafein dari sampel teh.
Dalam teh sendiri, selain kafein juga terdapat komponen senyawa lainnya yaitu tanin yang
jika diekstrak menggunakan pelarut organik seperti diklorometana, maka keduanya akan
dapat diperoleh. Prosedur ekstraksi yang digunakan kali ini berdasarkan pada sifat keasaman
dari tanin (gugus fenolnya) yang mudah diubah menjadi garamnya dengan sodium karbonat
sehingga akan menjadi sangat larut dalam air, dan tak larut dalam diklorometana. Sehingga
kafein akan dengan mudah diperoleh sebagai ekstrak dalam fraksi diklorometana.

Alat
Beaker glass, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer, corong pisah, corong Buchner, gelas
ukur, gelas arloji, timbangan, hot plate, rotary evaporator, alat pennetu titik leleh.

Bahan
Sodium bikarbonat anhidrat, aquades, NaCl, diklorometana, sodium sulfat anhidrat,
kertas saring.

Prosedur Kerja
1. Timbang 5 buah tea bag atau 5 gram teh tubruk, lalu masukkan dalam beaker glass
250 mL. Tambahkan 75 mL aquades dan 5 gram sodium karbonat anhidrat. Tutup
beaker dengan gelas arloji lalu didihkan selama 10 menit. Jika tea bag muncul ke

25
permukaan air, tekan dengan batang pengaduk agar tenggelam. Dekantasi cairan
panas (I) tersebut pada erlenmeyer 150 mL.
2. Tambahkan 30 mL aquades pada beaker glass awal dan didihkan kembali. Llau
dekantasi cairannya jadikan satu dengan cairan (I). Dinginkan ekstrak teh tersebut.
Jika menggunakan teh tubruk sebagai sampel, maka saring cairan menggunakan
buchner agar terpisah dari padatannya.
3. Masukkan ekstrak teh pada corong pisah dan tambahkan 3 gram NaCl, lalu ekstrak
dengan 15 mL diklorometana. Kocok corong pisah dengan pelan dan berhati-hati,
jangan terlalu kuat seperti saat anda melakukan ekstraksi eugenol. Diamkan corong
pisah beberapa waktu. Pisahkan lapisan bawah yang berisi fraksi diklorometana.
4. Ekstrak kembali lapisan atas dengan 15 mL diklorometana dengan menggunakan
corong pisah. Gabung fraksi diklorometana yang diperoleh sekarang dengan fraksi
sebelumnya. Tambahkan sodium sulfat anhidrat secukupnya hingga fasa
diklorometana menjadi jernih. Dekantasi fraksi diklorometana jernih, lalu evaporasi
pelarut menggunakan rotary evaporator.
5. Ambil sebisa mungkin kafein yang terdapat dalam labu alas bulat rotary evaporator
dan letakkan dalam cawan petri yang telah ada diatas pemanas. Lalu tutup atasnya
dengan 3 lembar kertas saring dan tekan dengan beaker glass atau erlenmeyer 250 mL
yang berisi 50 mL air. Panaskan hot plate dengan setting medium. Amati apa yang
terjadi! Setelah sekitar 5 atau 10 menit hentikan pemanasan dan biarkan sistem dingin
kembali. Buang air dalam beaker dengan hati-hati lalu gores atau kerok kafein murni
yang menempel pada kertas saring dan tampung dalam kertas saring baru yang sudah
ditimbang sebelumnya.
6. Amati wujud fisik dari kafein yang diperoleh: bentuk, bau, warna, dan titik lelehnya!
Bandingkan dengan wujud fisik ekstrak kasar kafein yang diperoleh sebelum proses
pemurnian. Jangan lupa untuk menghitung persen hasil dari kafein dalam teh tersebut!

Tujuan Sebelum Praktikum


1. Mengapa saat mengocok corong pisah untuk mengesktrak kafein harus pelan-pelan
dan berhati hati, tidak terlalu kuat seperti prosedur ekstraksi eugenol?
2. Apa fungsi penambahan NaCl sebelum pemberian diklorometana pada proses
ekstraksi kafein?
3. Apa yang dimaksud dengan proses sublimasi?

26

Anda mungkin juga menyukai