Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat

menuntut orang untuk selalu cepat tanggap dalam menghadapi informasi

apapun yang diperolehnya. Orang harus semakin pandai dalam mengartikan

dan memaknai berbagai informasi jika ia ingin lebih berkembang dan maju.

Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk memaknai informasi

tersebut adalah membaca. Pada dasarnya, keterampilan membaca sangat

memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pengetahuan

apapun tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca. Hal ini dikarenakan

bahwa semua cabang ilmu pengetahuan yang ada, disajikan dalam bentuk

bahasa tulis, dan dikemas ke dalam bentuk bacaan atau sebuah buku. Dengan

demikian, penguasaan keterampilan membaca sangat diperlukan setiap orang

agar ia dapat mentransfer semua ilmu pengetahuan dari buku ke dalam

pikirannya. Membaca adalah kunci ke arah gudang ilmu, orang yang banyak

membaca maka yang bersangkutan akan banyak ilmu dan pengetahuan.

Keterampilan membaca bagi siswa mempunyai kedudukan penting.

Pertama, penting bagi siswa saat ia mengikuti pendidikan di berbagai jenjang

dan jenis sekolah. Kedua, yaitu penting bagi siswa setelah ia selesai dalam

mengikuti pendidikan bekerja di masyarakat. Keterampilan membaca

merupakan keterampilan dasar bagi siswa yang harus mereka kuasai agar dapat

1
2

mengikuti seluruh proses pendidikan dan pembelajaran. Keberhasilan siswa

dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi dari kemampuan membacanya.

Oleh karena itu, kemampuan membaca siswa harus dapat diperhatikan dengan

baik oleh guru.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang Standar isi, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Tanpa bahasa, maka akan terasa sulit merealisasikan visi pendidikan nasional.

Oleh karena itu, pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi

utama yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Untuk men-

sukseskan paradigma pembelajaran tersebut, maka perlu adanya sarana berupa

komunikasi antar unsur-unsur yang ada dalam pembelajaran itu sendiri seperti:

tujuan pembelajaran, siswa, guru, materi, metode, sarana, dan evaluasi. Bahasa

yang menjadi pusat dari komunikasi antar manusia, menjadi pengantar mutlak

dalam menyukseskan paradigma pembelajaran tersebut. Ruang lingkup mata

pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan

kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca

dan menulis. Menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang

dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahan tulis.
3

Salah satu jenis keterampilan membaca yang dibutuhkan dalam proses

pembelajaran di sekolah adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman

merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu

pengetahuan, informasi, maupun sekedar memperoleh hiburan. Sebagaimana

yang dijelaskan Burns, dkk (dalam Rahim, 2009: 1) kemampuan membaca

merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun,

anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan

termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus

menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan

pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak

menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.

Pembinaan yang sebaik-baiknya terhadap pengajaran membaca di SD

bukan saja akan mampu menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan

membaca yang baik, melainkan juga mengembangkan potensi pengajaran

bahasa Indonesia terutama keterampilan membaca yang selama ini kurang

efektif dan mengakibatkan kegiatan membaca belum membudaya.

Pembelajaran membaca pada tingkat dasar yang seharusnya menjadi prioritas

pun cenderung diabaikan. Lemahnya tingkat kemampuan membaca

pemahaman siswa merupakan kendala untuk mendapatkan nilai yang

memuaskan. Hal ini yang membuat rendahnya nilai hasil belajar siswa. Padahal

keterampilan membaca mempunyai peranan untuk dapat menunjang

keterampilan yang lain seperti menyimak, berbicara, dan menulis.


4

Sesuai dengan tingkat perkembangan membaca, siswa di tingkat kelas V

sekolah dasar seharusnya memiliki ragam membaca lanjut. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan Slamet (2007: 41-42), bahwa tahap kedua

perkembangan membaca, sekitar anak duduk di kelas III-IV, mereka dapat

menganalisa kata-kata yang diketahuinya menggunakan pola tulisan dan

kesimpulan yang didasarkan konteks. Namun, kondisi berbeda ditemukan di

kelas V SDN 02 Manisrejo, Kecamatan Taman Kota Madiun. Berdasarkan

hasil pengamatan awal, kemampuan siswa dalam membaca pemahaman di

kelas V SDN 02 Manisrejo masih rendah. Dari hasil pengamatan peneliti,

diketahui bahwa masih banyak siswa yang belum mampu memahami isi

sebuah bacaan, khususnya bacaan cerita anak. Cerita anak selama ini kurang

mendapatkan perhatian siswa. Siswa pun masih kesulitan untuk menyimpulkan

kembali isi bacaan cerita anak yang dibacanya. Keadaan ini mengakibatkan

tidak efektifnya pembelajaran membaca bagi siswa. Siswa mengalami

hambatan dalam penguasaan keterampilan membaca pemahaman. Demikian

pula keterangan yang diberikan oleh guru diketahui bahwa keterampilan

membaca pemahaman siswa kelas V masih rendah. Hal tersebut terlihat dalam

proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu siswa masih sulit

untuk memahami isi cerita anak yang dibacanya. Siswa belum mampu

memahami isi bacaan cerita anak dan masih kesulitan untuk menyimpulkan isi

cerita anak dalam beberapa kalimat. Siswa kurang tertarik dan malas membaca.

Berkaitan dengan rendahnya kemampuan membaca pemahaman pada

siswa di kelas V SDN 02 Manisrejo, diduga terdapat beberapa faktor yang


5

mempengaruhinya. Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) mengemukakan bahwa

prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai

faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal seperti kecerdasan, bakat,

motivasi belajar, minat, emosional, ketekunan, perhatian maupun faktor

eksternal seperti orangtua, guru, teman/kelompok sebaya, kurikulum, teknologi

dan lain-lain.

Pada proses pembelajaran yang kurang menyadari adanya perbedaan

antara individu siswa satu dengan yang lain. Suatu kenyataan umum dalam

proses pembelajaran di kelas, bahwa guru menganggap semua siswa di kelas

itu dengan kemampuan rata-rata. Ketika guru tersebut bertanya mengenai

pemahaman siswa terhadap suatu materi, kemudian sebagian dari siswa

menanggapi dengan jawaban paham, guru lantas meneruskan bahasan

berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena guru dituntut untuk dapat

menyelesaikan materi pembelajaran sesuai dengan silabus dalam waktu yang

telah ditentukan, sehingga perbedaan individu terkesan kurang diperhatikan.

Pada dasarnya, dalam setiap individu siswa memiliki perbedaan baik

dalam menangkap pelajaran, kemampuan intelektual, emosi dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dapat menyebabkan hasil

belajar dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketuntasan berbeda pula.

Pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning) menawarkan pembelajaran

agar seluruh siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan perbedaan

individu masing-masing melalui program yang tepat dan waktu yang memadai.

Senada dengan pendapat Ahmadi, dkk. (2011: 110), bahwa dalam pendekatan
6

pembelajaran tuntas sebenarnya menggunakan strategi yang menekankan

ketuntasan secara individual, dalam arti meskipun proses pembelajaran

ditujukan kepada sekelompok peserta didik secara klasikal tetapi mengakui dan

memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual.

Apabila tindakan guru lebih mengutamakan asal materi selesai

disampaikan sesuai target, maka akan menyebabkan siswa yang belum tuntas

semakin kesulitan memahami materi selanjutnya, karena materi prasyarat yang

telah mereka tempuh belum berhasil dikuasai. Keadaan seperti ini apabila

berkelanjutan, dapat berakibat mereka yang belum menguasai materi akan

tertinggal semakin jauh meski tetap naik kelas. Sebagaimana pendapat yang

dikemukakan oleh Cece Wijaya (2010: 46), apabila ketidaktuntasan belajar

tidak ditangani secara serius, maka kegagalan akan dialami selama-lamanya.

Oleh karenanya, dampak tersebut memerlukan penanganan sedini mungkin

melalui pembelajaran remedial sebagai bagian dari prinsip dan implikasi

pendekatan pembelajaran tuntas. Pembelajaran remedial merupakan

pembelajaran yang bertujuan memperbaiki dan menjadikan lebih baik

keseluruhan proses pembelajaran yang meliputi metode mengajar, cara belajar,

materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi

proses pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara

optimal. Pembelajaran remedial ini sesuai dengan salah satu dari ketujuh

prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Menurut Mulyasa (2010: 248), bahwa:

Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat


pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan
7

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik


dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta
didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.

Ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V di SDN 02 Manisrejo

belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara

tidak terstruktur, pembelajaran remedial yang diterapkan oleh guru selama ini

adalah dengan memberikan tugas pekerjaan rumah. Siswa yang nilainya belum

mencapai KKM diberi tugas rumah, kemudian dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya, akan tetapi tugas tersebut tidak dibahas lebih lanjut. Selain itu, agar

siswa tuntas belajar, bentuk pembelajaran remedial yang seringkali dilakukan

guru hanya dengan melakukan tes ulang saja kemudian langsung memberikan

nilai tuntas, atau dengan kata lain, guru sekedar menyuruh siswa yang belum

tuntas untuk mengerjakan ulang soal-soal yang salah tanpa memberikan

bimbingan terlebih dahulu.

Berkaitan dengan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa guru dalam

menerapkan bentuk pembelajaran remedial selama ini tidak sesuai dengan

hakikat pembelajaran remedial yang seharusnya. Hal ini dapat dikarenakan

oleh beberapa faktor penyebab, di antaranya seperti pesimisme guru terhadap

kesungguhan siswa dalam belajar, guru kurang memahami bagaimana

pelaksanaan pembelajaran remedial itu sendiri, kurang adanya kerjasama yang

baik dari siswa dan tidak adanya waktu khusus yang diberikan oleh pihak

sekolah untuk melaksanakan pembelajaran remedial. Guru merupakan salah

satu faktor eksternal yang berperan penting dalam usaha memperbaiki prestasi

belajar siswa dan memfasilitasi siswa melalui pembelajaran remedial, untuk itu
8

diperlukan pertimbangan serta persiapan yang matang dalam memilih bentuk

pembelajaran remedial yang tepat. Lingkungan seperti teman sebaya juga

merupakan faktor yang mendukung prestasi belajar siswa, setiap siswa harus

selektif dalam memilih teman bergaul. Teman yang sebaiknya dipilih adalah

teman yang berpandangan positif terhadap pelajaran serta memberikan

dorongan untuk berprestasi. Bentuk dan metode dalam pembelajaran remedial

seharusnya dipilih mengikuti kaidah tertentu dan disesuaikan dengan

kebutuhan siswa. Bentuk pembelajaran remedial yang sesuai berdasarkan

permasalahan yang ada adalah melalui pembelajaran ulang melalui

pemanfaatan tutor sebaya dalam memahamkan materi kepada siswa yang

belum tuntas. Tutor sebaya ini dirasa tepat untuk meningkatkan ketuntasan

belajar siswa, karena berdasarkan hasil sosiometri, interaksi sosial di kelas V

tergolong cukup baik.

Melihat pentingnya pembelajaran remedial agar diterapkan sebagaimana

mestinya, maka perlu kiranya diadakan penelitian untuk mengetahui lebih

lanjut mengenai pembelajaran remedial melalui pemanfaatan tutor sebaya

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia materi membaca pemahaman cerita pendek pada siswa kelas V SDN

02 Manisrejo, Kecamatan Taman Kota Madiun Tahun Pelajaran 2016/2017.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam

penelitian ini ditetapkan batasan masalah sebagai berikut:


9

1. Kemampuan membaca pemahaman cerita pendek sesuai dengan materi

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V semester II. Materi membaca

pemahaman cerita pendek termasuk ke dalam Kompetensi Dasar yakni

Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.

2. Subyek penelitian terbatas pada siswa kelas V SDN 02 Manisrejo,

Kecamatan Taman Kota Madiun tahun pelajaran 2016/2017.

3. Pada penelitian ini, salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan terkait

dengan rendahnya tingkat kemampuan membaca pemahaman pada siswa

adalah melalui pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca

pemahaman cerita pendek menggunakan pembelajaran remedial dengan

pemanfaatan tutor sebaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta batasan masalah tersebut di atas, maka

rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah

efektivitas pembelajaran remedial dengan pemanfaatan tutor sebaya terhadap

hasil belajar Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman cerita pendek

siswa kelas V SDN 02 Manisrejo, Kecamatan Taman Kota Madiun tahun

pelajaran 2016/2017?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas

pembelajaran remedial dengan pemanfaatan tutor sebaya terhadap hasil belajar

Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman cerita pendek siswa kelas V


10

SDN 02 Manisrejo, Kecamatan Taman Kota Madiun tahun pelajaran

2016/2017

.
E. Kegunaan Penelitian

Mengacu pada tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Salah satu manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu bermanfaat bagi

siswa. Siswa yang dimaksud yaitu siswa yang menjadi subjek dalam

penelitian. Manfaat penelitian ini bagi siswa antara lain:

a. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya

pada pembelajaran membaca pemahaman cerita pendek.

b. Sebagai faktor pendukung tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien

karena bersifat pelayanan atau bantuan belajar.

c. Meningkatkan motivasi dan membantu siswa mencapai ketuntasan

belajarnya.

d. Membantu siswa dalam mengatasi masalah kesulitan belajar Bahasa

Indonesia materi membaca pemahaman cerita pendek dan melatih siswa

untuk dapat bekerja sama dengan orang lain.

2. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru antara lain yaitu:

a. Memberikan wawasan kepada guru dalam merancang bentuk

pembelajaran remedial di kelas.


11

b. Sebagai bahan koreksi guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar

siswanya.

c. Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi

untuk meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya.

3. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

pertimbangan dalam membuat kebijakan mengenai upaya peningkatan

ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa dengan pembelajaran remedial

melalui pemanfaatan tutor sebaya, dan sebagai bahan pertimbangan, serta

wacana bagi semua guru kelas dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran bagi sekolah.

4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

pengembangan cakrawala berpikir dan sebagai bahan refleksi bagi penulis

sebagai calon pendidik ataupun praktisi pendidikan untuk mencoba

menyelesaikan salah satu permasalahan pendidikan, khususnya yang terkait

dengan pembelajaran remedial melalui pemanfaatan tutor sebaya.

F. Definisi Operasional Variabel

Definisi atau batasan operasional variabel-variabel yang dikaji dalam

penelitian ini meliputi: 1) pembelajaran remedial dengan pemanfaatan tutor

sebaya dan 2) hasil belajar Bahasa Indonesia.


12

1. Pembelajaran remedial dengan pemanfaatan tutor sebaya

Remedial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan

atau membetulkan, atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi

baik, ditujukan kepada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan

(Ahmadi dan Supriyono, 2013: 152). Tutor sebaya pada dasarnya sama

dengan belajar dalam kelompok sebaya dimana siswa tertua dan melebihi

kemampuan siswa lainnya dipilih menjadi pemimpin atau pemandu

kelompok sebaya. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 anggota secara

heterogen, mereka mempelajari pokok bahasan yang sama (Wijaya, 2010:

119).

Pembelajaran remedial dengan pemanfaatan tutor sebaya pada

dasarnya adalah pembelajaran yang bertujuan memperbaiki dan menjadikan

lebih baik keseluruhan proses pembelajaran melalui pembelajaran teman

sebaya, yaitu ketika siswa yang telah mampu lebih dulu menyelesaikan

pekerjaannya sendiri dan telah memahami atau dianggap telah menguasai

bahan pelajaran maka dapat diminta untuk membantu temannya yang belum

mampu. Pada penelitian ini, pembelajaran remedial melalui pemanfaatan

tutor sebaya yang akan dilaksanakan, dikembangkan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Tahap Pengarahan dan Pelatihan Tutor Sebaya

Pada tahap ini, peneliti dan guru memberikan program pembelajaran

khusus kepada siswa yang dipilih menjadi tutor sebelum pelaksanaan

pembelajaran remedial.
13

b. Tahap Presentasi Kelas

Pada tahap ini, guru menyampaikan apersepsi yang dekat dengan

pengalaman siswa dan menyampaikan materi pembelajaran secara garis

besar saja. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan kondisi awal

siswa dalam mengikuti pembelajaran.

c. Tahap Belajar Kelompok dengan Pemanfaatan Tutor Sebaya

Pada tahap ini, siswa belajar dalam kelompok dengan didampingi oleh

satu temannya sebagai tutor. Tutor membagikan alat/bahan yang

diperlukan untuk kegiatan kelompok yang didampinginya kemudian

membantu menjelaskan atau mengarahkan penugasan kelompok.

d. Tahap Presentasi Kelompok

Pada tahap ini, setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk

membacakan hasil penugasan dan membahasnya dengan bimbingan

guru. Kelompok lain memeriksa jawaban pekerjaan kelompoknya dan

diberikan kesempatan untuk berpendapat.

e. Tahap Bertanya Jawab

Pada tahap ini, guru mempersilahkan siswa bertanya kepada tutor tentang

materi yang belum dipahami, tutor berusaha memberikan penjelasan.

Guru memantau kemajuan belajar dengan berkeliling untuk menjawab

pertanyaan pertanyaan yang tidak dapat di jawab oleh tutor dan

memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Pada

akhir pembelajaran, tutor memberikan pertanyaan kepada setiap siswa

anggota kelompok untuk dijawab secara lisan, mengenai materi yang


14

baru saja dipelajari. Pertanyaan tersebut dibuat dan disepakati oleh semua

tutor pada saat tahap pengarahan dan telah dikonsultasikan kepada guru.

Tutor memberikan penilaian atas jawaban siswa pada lembar pengamatan

untuk dilaporkan kepada peneliti.

f. Tahap Tes Evaluasi Pembelajaran Remedial

Pada tahap ini, seluruh siswa mengerjakan soal tes evaluasi individu

untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa setelah dilakukan

pembelajaran remedial melalui pemanfaatan tutor sebaya.

g. Tahap Penunjang berupa Pemberian Penghargaan (Reward)

Pemberian penghargaan merupakan salah satu bentuk penguatan dalam

rangka mengkondisikan siswa menjadi senang belajar. Tujuan pemberian

penghargaan adalah mendorong siswa agar lebih giat belajar dan

menumbuhkan persaingan yang sehat antar siswa untuk meningkatkan

prestasi.

2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2012: 5).

Hasil belajar Bahasa Indonesia dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai

keterampilan membaca pemahaman cerita pendek siswa sebelum dan

setelah dilaksanakan pembelajaran remedial dengan pemanfaatan tutor

sebaya yang diukur dari ranah kognitif. Pengukuran hasil belajar ranah

kognitif menggunakan soal-soal tes yang meliputi tes pengetahuan atau

ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penafsiran (C3).

Anda mungkin juga menyukai

  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen17 halaman
    Lamp Iran
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Cad
    Cad
    Dokumen43 halaman
    Cad
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen45 halaman
    Bab Ii
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Formulir Bimbingan Magang
    Formulir Bimbingan Magang
    Dokumen2 halaman
    Formulir Bimbingan Magang
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Pengajuan Judul Skripsi
    Pengajuan Judul Skripsi
    Dokumen9 halaman
    Pengajuan Judul Skripsi
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen6 halaman
    3
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii-R
    Bab Ii-R
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii-R
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka-R
    Daftar Pustaka-R
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka-R
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii-R
    Bab Iii-R
    Dokumen14 halaman
    Bab Iii-R
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii-R
    Bab Ii-R
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii-R
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Kami Adalah Sama
    Kami Adalah Sama
    Dokumen1 halaman
    Kami Adalah Sama
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Pasar Modal
    Pasar Modal
    Dokumen1 halaman
    Pasar Modal
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka-R
    Daftar Pustaka-R
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka-R
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    Bab I Pendahuluan
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Matriks Pengembangan Instrumen
    Matriks Pengembangan Instrumen
    Dokumen7 halaman
    Matriks Pengembangan Instrumen
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Hasil Penelitian-Revisi
    Jurnal Hasil Penelitian-Revisi
    Dokumen15 halaman
    Jurnal Hasil Penelitian-Revisi
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Pra Proposal
    Pra Proposal
    Dokumen11 halaman
    Pra Proposal
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Pasar Modal
    Pasar Modal
    Dokumen1 halaman
    Pasar Modal
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Peranan Besaran Dan Pengukuran Di Bidang Pariwisata
    Peranan Besaran Dan Pengukuran Di Bidang Pariwisata
    Dokumen2 halaman
    Peranan Besaran Dan Pengukuran Di Bidang Pariwisata
    IwanHariyanto
    0% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pengajuan Magang Kerja Di Bank
    Proposal Pengajuan Magang Kerja Di Bank
    Dokumen7 halaman
    Proposal Pengajuan Magang Kerja Di Bank
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen51 halaman
    Bab Ii
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    IwanHariyanto
    Belum ada peringkat