Anda di halaman 1dari 14

PAPER KEBANKSENTRALAN

KELAS A1

Dibuat Oleh:

Kelompok 5

Ni Komang Argia Gemah Utari P. 1506105086

Eneng Sari Dewi Listiyani 1506105123

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM REGULER

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai bank sentral yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru,
yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999
dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/2009.
Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan
setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak
luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia
juga berkewajiban untuk menolak atau mengabadikan intervensi dalam bentuk apapun dari
pihak manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diangkat oleh penulis pada makalah kali ini
adalah:
1. Bagaimanakah tata kelola Bank Sentral?
2. Bagaimanakah independensi, transparansi, dan akuntabilitas Bank Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Tata Kelola Bank Sentral


A. Independensi
Independensi adalah salah satu faktor yang dianggap penting dalam pencapaian tujuan
akhir suatu bank sentral. Permasalahan independensi telah ada sejak bank sentral pertama
berdiri. David Ricardo (1824) menganjurkan adanya otonomi bank sentral dan menganjurkan
pula agar bank sentral tidak membiayai defisit anggaran belanja pemerintah.
Independensi bank sentral mulai banyak diterapkan dan diperkuat dengan undang-
undang di berbagai negara sejak tahun 1990-an. Seiring dengan demokratisasi yang
berkembang, penataan kelembagaan pemerintahan dilakukan dengan melihat kembali tujuan
dan tugas, pemberian independensi, serta penguatan akuntabilitas dan transparansi pada
otoritas masing-masing. Terkait dengan bank sentral, pemberian independensi dilakukan
dengan memfokuskan tujuan bank sentral seperti pada kestabilan nilai uang atau kestabilan
harga, pemberian wewenang penuh dalam pelaksanaan tugas, penguatan akuntabilitas dan
transparansi dalam pelaksanaan tugas, serta pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam
undang-undang.
Meyer (2000) mendefinisikan independensi bank sentral sebagai terbebasnya bank
sentral dari pengaruh, instruksi/pengarahan, atau kontrol, baik dari badan eksekutif maupun
dari badan legislatig. Sementara itu, Fraser (1994) mendefinisikan independensi bank sentral
sebagai kebebasan bank sentral untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang lepas
dari pertimbangan-pertimbangan politik. Namun, menurut Fraser, langkah bank sentral
melakukan konsultasi/koordinasi dengan pemerintah dalam rangka menyelaraskan kebijakan
yang menjadi kewenangan masing-masing tidak menyalahi prinsip bank sentral.
Secara umum, sesuai dengan literatur yang berkembang, independensi bank sentral
dapat dibedakan menjadi lima aspek, yaitu:
a. Institutional Independence (independensi kelembagaan), yaitu kedudukan bank
sentral berada di luar lembaga pemerintah dan/atau bebas dari campur tangan
pemerintah atau pihak lain. Pemimpin bank sentral juga diluar susunan kabinet
pemerintah. Dalam hubungan ini, lembaga bank sentral mempunyai tujuan dan
tugas tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang. Independensi bank sentral
disertai dengan penguatan akuntabilitas dan transparansi kepada publik secara
langsung dan/atau melalui parlemen.

2
b. Goal Independence (independensi sasaran akhir), yaitu kebebasan bank sentral
dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter (seperti sasaran inflasi atau
pertumbuhan ekonomi) sebagai penjabaran dari tujuan yang ditetapkan dalam
undang-undang. Independensi jenis ini bervariasi dari yang penuh/tinggi sampai
dengan yang terbatas/rendah. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, the Fed
memiliki kebebasan untuk menentukan prioritas sasaran akhir kebijakan moneter
sesuai dengan dinamika ekonomi yang terjadi sebagai pelaksanaan dari penetapan
tujuan dalam undang-undang.
c. Instrument Independence (independensi instrumen), yaitu kebebasan bank sentral
dalam menggunakan instrumen moneter dan menetapkan sendiri target
operasional kebijakan moneter untuk mencapai sasaran akhir yang ditetapkan.
Independensi instrumen dapat berupa kewenangan penuh bank sentral dalam
menetapkan jumlah uang beredar dan/atau suku bunga, serta larangan pemberian
pinjaman oleh bank sentral kepada pemerintah. Pada umumnya, bank sentral
memiliki independensi ini sehingga dapat menentukan cara yang paling efektif
dan akuntabel dalam mengarahkan kebijakan yang ditempuhnya untuk mencapai
sasaran akhir yang telah ditetapkan.
d. Personal Independence (independensi personal), yaitu kemampuan dan
kewenangan dewan gubernur bank sentral sebagai badan pembuat kebijakan untuk
menolak campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain dalam melaksanakan
tugas-tugas yang ditetapkan undang-undang. Independensi personal dapat
terwujud, antara lain melalui penetapan masa jabatan dewan gubernur yang
berbeda dengan masa jabatan pemerintah, kompetensi profesional dan integritas
yang tinggi dari anggota dewan gubernur, serta undang-undang khusus tentang
bank sentral.
e. Financial Independence (independensi keuangan), yaitu kewenangan yang
diberikan undang-undang kepada bank sentral untuk menetapkan dan mengelola
anggaran dan aset kekayaannya tanpa perlu persetujuan dari pemerintah atau
parlemen. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan bank sentral dilakukan
melalui audit yang dilakukan oleh auditor independen yang hasilnya
dipublikasikan kepada masyarakat. Pada umumnya lembaga bank sentral di
negara maju mempunyai independen dalam aspek keuangan.

3
B. Transparansi
Seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat akan tugas dan tanggungjawab
bank sentral, tuntutan terhadap tranparansi bank sentral juga menunjukkan peningkatan
khusus sejak satu dekade terakhir. Fenomena tersebut antara lain didorong oleh semakin
besarnya independensi bank sentral dengan tujuan dan tugas lebih jelas dan fokus dalam
tatanan pemerintahan yang demokratis. Independensi yang tinggi menuntut transparansi yang
tinggi pula untuk menjamin bahwa pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas yang
sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh bank sentral. Dengan
kelembagaan yang lebih transparan diharapkan lemaga tersebut dapat mencapai hasil
kebijakan (kinerja) yang lebih baik melalui peningkatan efisiensi pasar dan peningkatan
kejelasan pembuatan keputusan itu sendiri. Transparansi menjadi aspek penting dalam tata
kelola bank sentral, transparansi menjadi necessary condition demi terbentuknya bank sentral
yang akuntabel dan dipercaya oleh para stakeholder.
Pole (2001) menyebutkan bahwa akuntabilitas dan transparansi sangat terkait erat.
Bank sentral yang transparan akan mempermudah akuntabilitasnya sehingga pada akhirnya
akan meningkatkan kinerja bank sentral menjadi lebih baik. Selanjutnya, kinerja yang lebih
baik akan meningkatkan kewibawaan dan kredibilitas bank sentral yang bersangkutan.
Menurut Geraats (2002), terdapat tiga bentuk transparansi yang menunjang akuntabilitas.
1. Political transparency dalam bentuk tujuan-tujuan formal, target-target kuantitatif
dan kejelasan tentang struktur institusi. Political transparency merupakan hal
yang terpenting karena dapat memberikan kriteria dan indentifikasi pihak yang
bertanggungjawab.
2. Economic, procedural, and policy transparency diperlukan untuk mengetahui
latar belakang kebijakan-kebijakan yang dilakukan.
3. Operational tranparency diperlukan untuk mengetahui kendala-kendala proses
pencapaian suatu kebijakan.
Secara umum Poole (2003) mendeskripsikan transparansi kebijakan bank sentral
sebagai pengungkapan informasi kepada publik secara akurat, termasuk segala informasi
yang dibutuhkan oleh para pelaku pasar dalam rangka membentuk opini selengkap mungkin
mengenai kebijakan yang ditempuh bank sentral. Sementara itu, dalam konteks Pedoman
Praktik Kebijakan Moneter dan Keuangan yang Baik yang dikembangkan oleh IMF,
Sundararajan et al. (2003) memberikan pengertian yang lebih konkret bahwa transparansi
kebijakan moneter dan keuangan merujuk pada kondisi ketika tujuan kebijakan, landasan

4
hukum dan kelembagaan, keputusan kebijakan dan dasar pertimbangannya, data dan
informasi yang dipergunakan, serta akuntabilitas badan pembuat kebijakan disampaikan
kepada publik dengan cara yang udah dipahami, diakses, dan tepat waktu.
Pengertuan tersebut sejalan dengan pandangan Geraats (2001) yang meletakkan
transparansi dalam tahapan-tahapan pemberian informasi mengenai kebijakan bank sentral
kepada publik. Dalam kaitan ini, transparansi dikelompokkan ke dalam lima aspek, yaitu
i. keterbukaan mengenai tujuan kebijakan, seperti sasaran kestabilan harga atau
inflasi,
ii. pengungkapan data, model, dan prakiraan ekonomi yang digunakan bank
sentral,
iii. informasi mengenai strategi kebijakan dan prosedur pengambilan keputusan
internal pada bank sentral (transparansi prosedural),
iv. komunikasi keputusan kebijakan, seperti perubahan dan arah suku bunga
(transparansi kebijakan),
v. keterbukaan pelaksanaan kebijakan yang diputuskan, seperti operasi moneter
(transparansi operasional).
Terdapat beberapa cara dan media yang digunakan dalam transparansi kebijakan bank
sentral, seperti:
i. penjelasan melalui publikasi dokumen resmi,
ii. penjelasan kepada media massa ataupun lembaga perwakilan rakyat,
iii. penjelasan secara langsung kepada masyarakat umum,
iv. cara penjelasan yang lain.
Beberapa cara itu dapat dipergunakan sekaligus sesuai dengan keinginan otoritas
moneter dalam memperluas transparansinya secara efektif. Dalam banyak hal, perluasan
transparansi dapat dilakukan dengan mendorong diskusi dikalangan masyarakat untuk
menumbuhkan pemahaman yang utuh dan lengkap terhadap kebijakan yang ditempuh bank
sentral.
Transparansi dan komunikasi kebijakan bank sentral merupakan cerminan dari
penerapan prinsip akuntabilitas seperti telah diuraikan sebelumnya. Dalam kaitan itu, Blinder
dkk (2003) mengemukakan empat pihak yang menjadi target utama dari komunikasi bank
sentral, yaitu (i) media massa dan masyarakat, (ii) pemerintah dan parlemen, (iii) pasar
keuangan, dan (iv) pemerhati bank sentral. Cakupan informasi dan bagaimana metode
komunikasinya tergantung pada keempat target komunikasi tersebut.

5
C. Akuntabilitas
Suatu bank sentral yang baik adalah bank sentral yang berwibawa, dapat dipercaya,
dan melakukan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, akuntabilitas dan transparansi bank
sentral menjadi sangat penting. Bank sentral harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
tugasnya agar dasar penetapan kebijakan yang dilakukan dapat diketahui secara terbuka oleh
para pihak yang berkepentingan sehingga mereka dapat melakukan pengawasan dan penilaian
terhadap kinerjanya.
Untuk memenuhi tanggungjawab terhadap kebijakan yang telah ditempuh, pada
umumnya bank sentral di seluruh dunia memiliki lembaga pengawas berkoordinasi dengan
pemerintah yang bertugas mengawasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh bank sentral
telah sesuai dengan mandat yang diberikan. Akuntabilitas bank sentral tersebut tidak hanya
ditujukan kepada pemerintah dan lembaga pengawas tetapi juga ditujukan kepada
masyarakat. Masyarakat dapat menilai tingkat akuntabilitas tersebut dikarenakan bank sentral
semakin sering mengomunikasikan berbagai kebijakan yang ditempuhnya. Hal itu didorong
oleh pemikiran bahwa akuntabilitas bank sentral dilakukan kepada publik dalam tatanan
masyarakat yang semakin demokratis. Dengan kata lain, transparansi yang lebih luas
merupakan sarana utama bagi bank sentral dalam mempertanggungjawabkan pencapaian
tujuan dan pelaksanaan tugas yang ditetapkan dalam undang-undang.

Independensi, Transparansi, dan Akuntabilitas Bank Indonesia


A. Independensi Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter ditugaskan membangun sistem kelembagaan
yang kuat dan independen dalam mengelola dan mendayagunakan devisa. Selain itu, dalam
mengelola keuangan nasional yang sehat, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral harus
mandiri, bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak lain, serta kinerjanya tetap dapat
diawasi. Oleh karena kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan, pengaturan independensi
Bank Indonesia menjadi penting.
Undang-undang tentang Bank Indonesia mengatur independensi Bank Indonesia baik
di bidang kelembagaan, sasaran moneter, instrumen kebijakan moneter, personal, maupun
keuangan sebagai berikut:
1. Independensi Kelembagaan
Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya serta bebas dari camput tangan pemerintah
dan/atau pihak lain. Bentuk campur tangan tersebut adalah segala perbuatan pihak lain

6
yang secara langsung ata tidak langsug dapat memengaruhi kebijakan dan
pelaksanaan tugas Bank Indonesia yang difokuskan kepada kestabilan nilai rupiah
dengan tugas-tugas kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan perbankan. Namun,
dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia harus tetap transparan dan
akuntabel.
Bank Indonesia tetap tunduk pada segala ketentuan hukum di Indonesia atas hal-
hal yang bukan merupakan cakupan tugas dan wewenang yang diatur dalam Undang-
Undang Bank Indonesia. Bank Indonesia juga mempunyai wewenang untuk mengatur
atau membuat atau menerbitkan peraturan yang merupakan pelaksanaan undang-
undang bagi seluruh bangsa dan negara Indonesia, serta berwenang menetapkan
sanksi dalam batas kewenangnya.
2. Independensi Sasaran Akhir
Sasaran inflasi yang menjadi sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia
ditetapkan oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Dengan
demikian, Bank Indonesia mempunyai tingkat independensi yang rendah dalam
penetapan sasaran kebijakan moneter. Kewenangan penetapan sasaran inflasi berada
pada pemerintah, sedangkan Bank Indonesia memberikan rekomendasi mengenai
inflasi yang menurut pertimbangannya cukup realistis sesuai dengan perkembangan
ekonomi dan keuangan Indonesia.
3. Independensi Instrumen
Dalam rangka mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan sesuai dengan
undang-undang, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk menetapkan sendiri
sasaran-sasaran moneter dan melaksanakan pengendalian moneter dengan
menggunakan berbagai instrumen moneter yang lazim digunakan oleh bank sentral.
Instrumen moneter tersebut antara lain operasi pasar terbuka, penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum bank, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan oleh bank-bank. Bank Indonesia juga dilarang memberikan pinjaman
kepada pemerintah, baik secara langsung maupun membeli surat utang negara di pasar
primer, kecuali dalam rangka penanganan kesulitan perbankan yang berdampak
sistematik. Dengan kewenangan seperti itu, dapat dikatakan bahwa Bank Indonesia
memiliki tingkat independensi yang cukup tinggi.

7
4. Independensi Personal
Sesuai dengan undang-undang, pihak lain dilarang melakukan segala bentuk
campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia oleh Dewan Gubernur.
Bank Indonesia (Dewan Gubernur) juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dari pihak mana pun. Anggota Dewan
Gubernur mempunyai masa jabatan lima tahun yang berbeda dengan masa jabatan
pemerintah dengan akhir masa jabatan secara berjenjang, dan dapat diangkat kembali
satu kali. Anggota Dewan Gubernur diusulkan oleh Presiden dengan persetujuan
DPR. Sebagai bentuk akuntabilitas, kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia
dinilai oleh DPR. Dengan pengaturan independnesi yang disertai dengan mekanisme
akuntabilitas yang jelas, dapat dikatakan bahwa Bank Indonesia memiliki
independensi personal yang sedang.
5. Independensi Keuangan
Sesuai dengan undang-undang, Dewan Gubernur berwenang menetapkan
anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran untuk kegiatan operasional
dan anggaran untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan
pengawasan perbankan. Selanjutnya, diatur bahwa anggaran kegiatan operasional
tersebut dan evaluasi pelaksanaan anggaran tahunan berjalan disampaikan kepada
DPR untuk mendapat persetujuan. Sementara itu, anggaran untuk kebijakan moneter,
sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan perbankan dilaporkan secara
khusus (tertutup) kepada DPR. Setelah berakhirnya tahun anggaran, Bank Indonesia
diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK untuk dilakukan
pemeriksaan dan lapora hasil pemeriksaan tersebut disampaikan kepada DPR. Bank
Indonesia juga diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada publik
melalui media massa.

B. Akuntabilitas dan Transparansi Bank Indonesia


Akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia diatur secara jelas dalam UU BI.
Undang-undang tersebut secara tegas mengatur kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia
yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dinilai oleh DPR. Untuk itu, Bank
Indonesia diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulan secara
tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dan pemerintah.
Penyampaian laporan kepada DPR adalah dalam rangka akuntabilitas, sedangkan laporan
kepada pemerintah dalam rangka pemberian informasi.

8
Laporan tahunan yang disampaikan Bank Indonesia pada awal tahun anggaran
memuat pelaksanaan tugas dan wewenangnya pada tahun sebelumnya serta memuat arah
kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia untuk
tahun yang akan datang dengan memerhatikan perkembangan laju inflasi serta kondisi
ekonomi dan keuangan. Laporan triwulan memuat pelaksanaan tugas dan wewenang Bank
Indonesia selama triwulan bersangkutan.
Laporan tahunan dan laporan triwulan disampaikan oleh Bank Indonesia dievaluasi
oleh DPR dan digunakan sebagai bahan penilaian tahunan terhadap kinerja Dewan Gubernur
dan Bank Indonesia sejalan dengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR.
Sebagai cerminan transparansi, laporan tahunan dan laporan triwulan tersebut juga
disampaikan kepada masyarakat secara terbuka melalui media massa. Setiap tahun anggaran,
Bank Indonesia juga menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai evaluasi
terhadap pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya, dan arah kebijakan moneter
untuk tahun yang akan datang. Dalam pelaksanaannya, selain laporan dan informasi yang
diwajibkan dalam undang-undang diatas, Bank Indonesia juga senantiasa menyampaikan
informasi mengenai evaluasi perkembangan, prospek ekonomi, dan inflasi serta langkah-
langkah kebijakan yang ditempuh. Berbagai penjelasan juga disampaikan oleh pejabat Bank
Indonesia dalam siaran pers, jumpa wartawan, diskusi pakar, seminar, atau kuliah di lembaga
pendidikan. Penyampaian informasi kepada masyarakat, di samping sebagai cerminan atas
transparansi, juga dimaksudkan agar masyarakat mengetahui arah kebijakan Bank Indonesia
yang dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan penting dalam perencanaan usaha para
pelaku pasar.
Untuk membantu DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran
terhadap Bank Indonesia, dibentuk Badan Supervisi Bank Indonesia yang bertugas membantu
DPR dalam melakukan (a) telaah atas laporan keuangan tahunan Bank Indonesia, (b) telaah
atas anggaran operasional dan investasi Bank Indonesia, dan (c) telaah atas prosedur
pengambilan keputusan kegiatan operasional di luar kebijakan moneter dan pengelolaan aset
Bank Indonesia. Badan Supervisi Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya tidak
melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur dan tidak ikut mengambil keputusan
serta tidak ikut memberikan penilaian terhadap kebijakan di bidang sistem pembayaran,
pengaturan, dan pengawasan bank serta bidang-bidang yang merupakan penetapaan
pelaksaan kebijakan Bank Indonesia.

9
BAB III
KESIMPULAN

Tata kelola Bank Sentral di seluruh dunia diklasifikasikan menjadi 3 hal, diantaranya
(i) independensi, (ii) akuntabilitas, dan (iii) transparansi. Undang-undang tentang Bank
Indonesia mengatur independensi Bank Indonesia baik di bidang kelembagaan, sasaran
moneter, instrumen kebijakan moneter, personal, maupun keuangan sebagai berikut:
1. Independensi Kelembagaan
Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya serta bebas dari camput tangan
pemerintah dan/atau pihak lain. Bentuk campur tangan tersebut adalah segala
perbuatan pihak lain yang secara langsung ata tidak langsug dapat memengaruhi
kebijakan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia yang difokuskan kepada
kestabilan nilai rupiah dengan tugas-tugas kebijakan moneter, sistem
pembayaran, dan perbankan. Namun, dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank
Indonesia harus tetap transparan dan akuntabel.
Bank Indonesia tetap tunduk pada segala ketentuan hukum di Indonesia atas
hal-hal yang bukan merupakan cakupan tugas dan wewenang yang diatur dalam
Undang-Undang Bank Indonesia. Bank Indonesia juga mempunyai wewenang
untuk mengatur atau membuat atau menerbitkan peraturan yang merupakan
pelaksanaan undang-undang bagi seluruh bangsa dan negara Indonesia, serta
berwenang menetapkan sanksi dalam batas kewenangnya.
2. Independensi Sasaran Akhir
Sasaran inflasi yang menjadi sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia
ditetapkan oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Dengan
demikian, Bank Indonesia mempunyai tingkat independensi yang rendah dalam
penetapan sasaran kebijakan moneter. Kewenangan penetapan sasaran inflasi
berada pada pemerintah, sedangkan Bank Indonesia memberikan rekomendasi
mengenai inflasi yang menurut pertimbangannya cukup realistis sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia.
3. Independensi Instrumen
Dalam rangka mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan sesuai dengan
undang-undang, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk menetapkan sendiri
sasaran-sasaran moneter dan melaksanakan pengendalian moneter dengan

10
menggunakan berbagai instrumen moneter yang lazim digunakan oleh bank
sentral. Instrumen moneter tersebut antara lain operasi pasar terbuka, penetapan
tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum bank, dan pengaturan kredit
atau pembiayaan oleh bank-bank. Bank Indonesia juga dilarang memberikan
pinjaman kepada pemerintah, baik secara langsung maupun membeli surat utang
negara di pasar primer, kecuali dalam rangka penanganan kesulitan perbankan
yang berdampak sistematik. Dengan kewenangan seperti itu, dapat dikatakan
bahwa Bank Indonesia memiliki tingkat independensi yang cukup tinggi.
4. Independensi Personal
Sesuai dengan undang-undang, pihak lain dilarang melakukan segala bentuk
campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia oleh Dewan Gubernur.
Bank Indonesia (Dewan Gubernur) juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dari pihak mana pun. Anggota
Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan lima tahun yang berbeda dengan masa
jabatan pemerintah dengan akhir masa jabatan secara berjenjang, dan dapat
diangkat kembali satu kali. Anggota Dewan Gubernur diusulkan oleh Presiden
dengan persetujuan DPR. Sebagai bentuk akuntabilitas, kinerja Dewan Gubernur
dan Bank Indonesia dinilai oleh DPR. Dengan pengaturan independnesi yang
disertai dengan mekanisme akuntabilitas yang jelas, dapat dikatakan bahwa Bank
Indonesia memiliki independensi personal yang sedang.
5. Independensi Keuangan
Sesuai dengan undang-undang, Dewan Gubernur berwenang menetapkan
anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran untuk kegiatan
operasional dan anggaran untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta
pengaturan dan pengawasan perbankan. Selanjutnya, diatur bahwa anggaran
kegiatan operasional tersebut dan evaluasi pelaksanaan anggaran tahunan berjalan
disampaikan kepada DPR untuk mendapat persetujuan. Sementara itu, anggaran
untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan
perbankan dilaporkan secara khusus (tertutup) kepada DPR. Setelah berakhirnya
tahun anggaran, Bank Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan keuangan
tahunan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan dan lapora hasil pemeriksaan
tersebut disampaikan kepada DPR. Bank Indonesia juga diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada publik melalui media massa.

11
Bank Indonesia diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan dan laporan
triwulan secara tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dan
pemerintah. Penyampaian laporan kepada DPR adalah dalam rangka akuntabilitas, sedangkan
laporan kepada pemerintah dalam rangka pemberian informasi.
Sebagai cerminan transparansi, laporan tahunan dan laporan triwulan tersebut juga
disampaikan kepada masyarakat secara terbuka melalui media massa. Setiap tahun anggaran,
Bank Indonesia juga menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai evaluasi
terhadap pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya, dan arah kebijakan moneter
untuk tahun yang akan datang.

12
DAFTAR RUJUKAN

Simorangkir, Iskandar. 2014. Pengantar Kebanksentralan: Teori dan Praktek di


Indonesia.Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

13

Anda mungkin juga menyukai