INDONESIA
STANDAR KOMPETENSI
DOKTER GIGI
ii
KATA SAMBUTAN
KETUA KONSIL KEDOKTERAN GIGI
iii
KATA PENGANTAR
iv
mendapat asupan. Dari asupan yang diperoleh dari UNAIR, UNPAD dan
UGM, draf diperbaiki oleh pokja menjadi draf final standar kompetensi
utama dokter gigi, pada pertemuan pokja bulan Februari 2006. Selanjutnya
dilakukan sosialisasi draf final pada pertemuan AFDOKGI dengan
stakeholder di PIKTEKGI FKG Mustopo 2006. Kemudian pada pertemuan
KKI dan stakeholders serta pokja pada bulan Maret 2006 telah disepakati
dan ditandatangani berita acara penetapan standar kompetensi utama
dokter gigi oleh para ketua AFDOKGI, MKKGI, Kolegium dokter gigi,
Kolegium dan Ikatan Dokter gigi Spesialis, Asosiasi RSGM Pendidikan.
Pada pertemuan KKI, pokja dan stakeholders di Bandung April
2006 untuk perbaikan draf standar pendidikan profesi dokter gigi dan
dokter gigi spesialis, stakeholders mengharapkan penyusunan standar
pendidikan profesi dokter gigi sampai kompetensi penunjang. Draf final
diperoleh setelah melalui perbaikan dalam beberapa pertemuan pokja di
bulan Mei di KKI dan Juni di Bandung, kemudian diseminasi dan asupan
stakeholders. Pada pertemuan KKI, pokja dan stakeholders di Bandung,
Juni 2006 dilakukan kesepakatan kompetensi penunjang dokter gigi. Dan
Akhirnya pada tanggal September 2014 dilakukan penandatanganan
berita acara penyerahan Standar Kompetensi Dokter Gigi dari
Stakeholders kepada KKI. Selanjutnya pada sidang pleno KKI September
2014, dilakukan PENGESAHAN Standar Kompetensi Dokter Gigi melalui
Surat Keputusan KKI No......./KKI/KEP/IX/......../2014 tahun 2006. Dengan
disahkannya oleh KKI, standar pendidikan profesi dokter gigi dan standar
kompetensi dokter gigi menjadi acuan bagi setiap institusi. Langkah
selanjutnya adalah persiapan untuk penerapan standar tersebut oleh
setiap institusi pendidikan.
v
DAFTAR ISI
halaman
Sambutan Ketua KKI .......................................................................... i
Sambutan Ketua KKG ......................................................................... iii
Kata Pengantar
Daftar Isi
SK Pengesahan Standar. Kompetensi
Tim Penyusun .....................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan Umum ..............................................................................
Tujuan Khusus ............................................................................
Dasar Hukum dan Kebijakan .......................................................
Bab II SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI
INDONESIA
Pengertian ...................................................................................
Organisasi Penyusunan Standar Kompetensi ..............................
Bab III STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA
Dasar Pemikiran ..........................................................................
Kompetensi Dokter Gigi Indonesia ..............................................
Domain I : Profesionalisme .........................................
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan
Kedokteran dan Kedokteran Gigi ...............
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan
Sistem Stomatognatik ................................
Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik ....
Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat .......
Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi ..........
Bab IV PENUTUP ............................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................
1. DAFTAR POKOK BAHASAN ....................................................
vi
2. DAFTAR PENYAKIT/KELAINAN SISTEM STOMATOGNATI .
3. DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS KEDOKTERAN GIGI ........
4. GLOSARI ................................................................................
vii
SURAT KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NO. ../KKI/KEP/II//2015 TENTANG PENGESAHAN
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI
viii
Ucapan Terima Kasih
Tim Penyusun
Kontributor
ix
22. Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpF (K), SH, LLM, FACLM
23. Prof. drg. Armasastra Bahar, PhD
24. Dr. dr. Meliana Zailani, MARS
25. Dra. Sri Haruti Indah Sukmaningsih, MPM
26. Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, PhD (SpP (K)
27. Prof. dr. I. Oetama Marsis, SpOG
28. Dr.dr. Sukman Tulus Putra, SpA (K)
29. Prof. Dr.dr. Nancy Margarita Rehatta, SpAn. KIC, KNA
30. Dr.drg. Zaura Anggraeni, MDS
31. Dr. Leila Mona Ganiem, SPd, MSi
32. Prof. drg. Heriandi Sutadi, Sp.KGA (K), PhD
33. Drg. Astuti, MARS
34. Dekan FKG Universitas Indonesia
35. Dekan FKG Universitas Trisakti
36. Dekan FKG Universitas Mustopo
37. Dekan FKG Universitas Padjadjaran
38. Dekan FKG Universitas Gajah Mada
39. Dekan FKG Universitas Airlangga
40. Dekan FKG Universitas Hang Tuah
41. Dekan FKG Universitas Djember
42. Dekan FKG Universitas Hasanudin
43. Dekan FKG Universitas Sumatera Utara
44. Dekan FKG Universitas Mahasaraswati
45. Dekan FKG Universitas Baiturrahmah
46. Ketua Prodi KG Universitas Muhammadyah
47. Ketua Prodi KG Universitas Sriwijaya
48. Ketua Prodi KG Universitas Sam Ratulangi
49. Ketua Prodi KG Universitas Syiah Kuala
50. Kolegium Dokter Gigi Indonesia
51. Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia
52. Ketua Kolegium Bedah Mulut
53. Ketua Kolegium Konservasi Gigi
54. Ketua Kolegium Kedokteran Gigi Anak
55. Ketua Kolegium Ortodonsia
56. Ketua Kolegium Penyakit Mulut
57. Ketua Kolegium Periodonsia
58. Ketua Kolegium Prostodontika
59. Ketua Kolegium Radiologi Kedokteran Gigi
60. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Bedah Mulut
x
61. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Konservasi Gigi
62. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak
63. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Ortodonsia
64. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Penyakit Mulut
65. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Periodonsia
66. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Prostodontika
67. Ketua Ikatan Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi
68. Persatuan Dokter Gigi Indonesia
69. Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
70. Ditjen Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional RI
71. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Sekretariat
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan
manusia dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan
mulut. Seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya memberikan
pelayanan kepada masyarakat dituntut untuk bersikap profesional.
Pencapaian profesionalisme pendidikan dokter gigi harus didasari oleh
keilmuan yang kokoh setingkat dengan pendidikan sarjana. Dokter gigi
mempunyai kompetensi akademik-profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi yang didasari oleh pendidikan akademik, sehingga
setelah selesai pendidikannya akan memiliki kemampuan
melaksanakan praktik sesuai dengan keahliannya, bersikap
profesional, dengan selalu membekali dirinya dengan pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangannya.
Pendidikan dokter gigi dikembangkan dari wawasan Ilmu
Kedokteran yang mencakup ilmu pengetahuan yang mempelajari
proses tumbuh kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai
akhir hayat, serta berbagai konsep yang melandasi hidup dan
kehidupan manusia mulai tingkat molekuler sampai dengan tingkat
individu utuh. Dalam hal ini termasuk keadaan dan sebab-sebab
penyimpangan dari keadaan normal baik raga maupun jiwa, serta
berbagai kemungkinan intervensi pemulihannya ke keadaan normal
atau fungsi optimal sistem organ secara terpadu dalam manusia
seutuhnya.
Ruang lingkup lmu Kedokteran Gigi mencakup perubahan,
penyimpangan atau keadaan tidak optimalnya fungsi sistem
stomatognatik secara terpadu pada tingkat individu utuh sampai
dengan molekuler, sebagai akibat interaksi dengan lingkungan, dan
adanya pengaruh faktor genetik. Fungsi sistem stomatognatik meliputi
(1) fungsi pengunyahan dan pencernaan, (2) fungsi bicara, (3) fungsi
estetika, dan (4) fungsi persyarafan.
12
Masa tahun tujuhpuluhan, dokter gigi dianggap sebagai
manusia utama karena mampu meyembuhkan orang sakit. Dalam
pelayanan kesehatan, pasien tunduk pada perintah atau apa saja yang
disarankan oleh dokter gigi. Masa tahun sembilanpuluhan terjadi
perubahan global. Adanya kesepakatan Internasional seperti World
Trade Organization (WTO) dan kesepakatan Regional seperti ASEAN
Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economy Cooperation (APEC)
dan ASEAN Economic Community (MEA) mencetuskan liberalisasi
ekonomi dunia yang mengakibatkan menajamnya persaingan.
Keadaan tersebut memberi dampak terjadinya pergeseran paradigma
pelayanan kesehatan. Paradigma baru pelayanan menempatkan
pasien sebagai pelanggan dan fokus pelayanan, yang berarti
kepuasan, keselamatan dan kenyamanan merupakan hal utama bagi
pasien. Harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
mencakup pelayanan prima yang diberikan oleh dokter gigi dengan
sikap dan perilaku profesional dan bertanggung jawab. Dokter gigi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus menghargai hak-hak
pasien, transparan, akuntabel dan memperhatikan aspek hukum.
Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengamanahkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan
berbagai pihak terkait (stakeholders) menuju tercapainya pelayanan
kesehatan yang bermutu, dengan konsep dasar melindungi
masyarakat (Protecting the people), membimbing dokter (Guiding the
doctors), serta memberdayakan institusi pendidikan dan profesi
(Empowering the institution and profession). Setiap dokter gigi wajib
menunjukkan kinerja yang prima (best practices) pada waktu
melakukan pelayanan. Untuk itu disusun standar kompetensi profesi
dokter gigi yang berlandaskan akademik-profesional dengan
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
perubahan paradigma pelayanan kesehatan yaitu paradigma sehat
yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, serta perubahan pola
hubungan dokter gigi-pasien yang demokratis dan bertanggungjawab.
13
Standar Kompetensi Dokter Gigi tahun 2008 yang telah
digunakan sebagai standar penyusunan kurikulum program akademik-
profesional di setiap IPDGI memerlukan revisi sesuai perkembangan
jaman. Perubahan materi serta adanya lampiran yang memuat daftar
pokok bahasan, daftar penyakit/kelainan sistem stomatognatik dan
daftar keterampilan klinis merupakan produk kesepakatan yang
dilakukan bersama-sama dengan berbagai pihak terkait (stakeholders)
yaitu dari unsur Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia
(AFDOKGI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Kolegium Dokter
Gigi Indonesia (KDGI), Assosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Indonesia (ARSGMI), Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI). Pembahasan materi tersebut dilakukan
dalam berbagai pertemuan dan lokakarya yang melibatkan berbagai
stakeholders, sehingga tersusunlah revisi standar kompetensi dokter
gigi Indonesia yang dituangkan dalam buku Standar Kompetensi
Dokter Gigi Indonesia.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum ditetapkannya Standar Kompetensi Dokter
Gigi Indonesia ini adalah untuk memberikan batas kemampuan
minimal yang harus dimiliki oleh dokter gigi dalam melaksanakan
pelayanan kedokteran gigi di Indonesia. Kemampuan minimal tersebut
dapat mengambarkan mutu dokter gigi di Indonesia. Masyarakat
Indonesia diharapkan akan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dengan mutu yang terstandar.
14
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ditetapkannya Standar Kompetensi Dokter
Gigi Indonesia adalah :
3.1. Sebagai pedoman bagi IPDG dalam menyelenggarakan
pendidikan akademik-profesional dokter gigi di Indonesia;
3.2. Sebagai pedoman bagi IPDG dalam menyusun kurikulum
akademik-profesional dokter gigi sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
3.3. Sebagai landasan bagi penyusunan Standar Pendidikan
Profesi Dokter Gigi Indonesia;
3.4. Sebagai landasan untuk penyusunan blue print soal Uji
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi Indonesia
(UKMP2DGI);
3.5. Sebagai acuan untuk penyusunan Standar Pelayanan Medis
(SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Indonesia.
15
4.6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232/U/2000
tetang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
4.7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1419/ MenKes/ Per/
X/2005 tentang Penyelenggaran Praktik Dokter/Dokter Gigi
4.8. Kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional tentang Higher Education Long Terms
Strategy (HELTS) 2003 2010.
4.9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1/2005 tentang
Registrasi Dokter / Dokter Gigi.
4.10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.............
Tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT).
4.11. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
16
BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI
DOKTER GIGI INDONESIA
1. Pengertian
Standar adalah pernyataan eksplisit tentang kualitas minimal
yang ingin dicapai. Definisi kompetensi menurut Chambers (1993)
yang dipakai oleh institusi pendidikan profesi dokter gigi di berbagai
negara di dunia adalah Perilaku yang diharapkan dari dokter gigi
yang baru memulai praktik. Perilaku ini meliputi penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sebagai respon terpadu
terhadap berbagai tuntutan yang dihadapi dalam praktik (Behavior
expected of the beginning practitioner. This behavior incorporates
understanding, skill, and values in an ingrated response to the full
range requirements presented in practice). Definisi kompetensi
adalah seperangkat kemampuan untuk dapat bertindak cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang untuk dapat dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
tertentu.(.........).
Standar Kompetensi bagi penyelenggaraan pendidikan
profesi dokter gigi mengandung pengertian sebagai kriteria minimal
yang harus dicapai oleh setiap lulusan institusi pendidikan dokter gigi
di Indonesia agar para lulusannya kelak dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan mutu yang setara.
17
Kompetensi penunjang mendeskripsikan secara spesifik berbagai hal
yang berkaitan dengan kompetensi utama. Kemampuan dasar
merupakan prasyarat keilmuan yang harus dimiliki untuk dapat
menguasai kompetensi penunjang dan kompetensi utama. Pada
akhir masa pendidikan, kedalaman tingkat kompetensi (Level of
competence) kelainan/ penyakit stomatognatik dapat dievaluasi
melalui tingkat kemampuan (1 sampai dengan 4); serta penguasaan
keterampilan klinis dapat dinilai melalui piramida Miller (knows,
knows how, shows, does) yang dijabarkan dengan tingkat
kemampuan 1 sampai dengan 4.
KEMAMPUAN DASAR
Gambar 1.
18
BAB III
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA
1. Dasar Pemikiran
Pada bab ini akan diuraikan kompetensi berdasarkan pengorga-nisasian penulisan seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Kompetensi yang tertera merupakan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh lulusan pendidikan dokter gigi di Indonesia.
Pengembangan kompetensi utama, kompetensi penunjang dan kemampuan dasar oleh penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi di
Indonesia merupakan anjuran sekaligus keunggulan yang diharapkan mampu memberikan gambaran mutu pendidikan yang sebenarnya
dari masing-masing institusi pendidikan.
19
Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
1.2 Melakukan pelayanan kesehatan gigi 1.2.1 Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang
dan mulut sesuai dengan kode etik manusiawi dan komprehensif.
1.2.2 Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling
menghargai dengan pasien, pendamping pasien dan
sejawat.
1.2.3 Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri untuk
kepentingan rujukan.
1.3 Memahami masalah - masalah yang 1.3.1 Membedakan tanggung jawab administratif,
berhubungan dengan hukum yang pelanggaran etik, disiplin dan hukum yang
berkaitan dengan praktik kedokteran diberlakukan bagi profesi Kedokteran Gigi
gigi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
1.3.2 Memahami peraturan dan perundang-undangan
yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi di
Indonesia.
1.3.3 Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi.
20
2.1 Menganalisis secara kritis kesahihan 2.1.1 Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk 1. Mampu menghubungkan
informasi mencari informasi yang sahih secara profesional sumber-sumber informasi
dari berbagai sumber. kesehatan untuk kepentingan
penulisan karya ilmiah,
2.1.2 Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk
belajar mandiri, evidence
menilai informasi yang sahih secara profesional dari
based dentistry dalam
berbagai sumber.
pengelolaan kesehatan gigi
2.2 Mengelola informasi kesehatan secara 2.2.1 Menyusun karya ilmiah sesuai dengan konsep, teori, dan mulut.
ilmiah, efektif, sistematis dan dan kaidah penulisan ilmiah.
komprehensif 2. Mampu memilah kepentingan
2.2.2 Menyajikan karya ilmiah kesehatan secara lisan dan peran ilmu kedokteran
kesehatan secara lisan dan tertulis. gigi dasar dalam penyelesaian
2.3 Berfikir kritis dan alternatif dalam 2.3.1 Menyusun pemecahan masalah berdasarkan berbagai kasus medik dental
mengambil keputusan prioritas. melalui penilaian kritis.
21
3. Komunikasi
3.1 Melakukan komunikasi, informasi, 3.1.1 Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang Menerapkan cara
dan edukasi secara efektif dan setara. berkomunikasi secara
bertanggung jawab baik secara lisan 3.1.2 Bersikap empati terhadap pasien akan keluhan personal, kelompok dan
maupun tertulis dengan pasien, kesehatan gigi dan mulut yang mereka lintas budaya dengan pasien
keluarga atau pendamping pasien serta kemukakan. (pasien, sejawat, dan tenaga
masyarakat, teman sejawat dan profesi 3.1.3 Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat kesehatan lainnya yang
kesehatan lain yang terkait dan atau penyelenggara kesehatan lain jika terkait.
diperlukan sesuai dengan standar prosedur
operasional yang berlaku.
3.1.4 Berdialog dengan teman sejawat, praktisi
kesehatan, dan praktisi lain terkait.
4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
4.1 Mengelola dan menghargai pasien 4.1.1 Memahami adanya keanekaragaman sosial, Menerapkan pendekatan
dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal prinsip psikologi dalam
ekonomi, budaya, agama dan ras usul pasien. melakukan pelayanan
melalui kerjasama dengan pasien dan kedokteran gigi.
4.1.2 Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa
berbagai fihak terkait untuk
membeda-bedakan satu sama lainnya.
menunjang pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang bermutu. 4.1.3 Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk
menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut.
22
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan
ilmu kedokteran gigi.
Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar
23
6. Ilmu Kedokteran Klinik
6.1 Memahami ilmu kedokteran klinik 6.1.1 Menghubungkan tatalaksana kedokteran klinik untuk Mampu menjabarkan
yang relevan sebagai pertimbangan mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognati. kelainan/penyakit sistemik yang
dalam melakukan perawatan gigi dan dapat menjadi penyulit pada
mulut pada pasien medik kompromis 6.1.2 Menjelaskan kelainan/penyakit sistemik yang tindakan kedokteran gigi dan
bermanifestasi di rongga mult pada pasien medik mulut.
kompromis.
6.1.3 Menjelaskan cara pengelolaan pasien dengan
kelainan/ penyakit sistemik yang bermanifestasi di
rongga mulut pada pasien medik terkompromis secara
holistik dan komprehensif.
6.1.4 Memahami cara merujuk pasien medik kompromis
secara profesional.
24
7.1.3 Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar untuk
menunjang keterampilan preklinik dan klinik, serta 3. Mampu menjabarkan sifat,
penelitian bidang kedokteran gigi, meliputi : Biologi peran dan penggunaan secara
Oral, Biomaterial Kedokteran Gigi, Radiologi prosedural material
Kedokteran Gigi dan Kedokteran Gigi Forensik kedokteran gigi untuk
pemulihan berbagai kondisi
kelainan / penyakit.
7.1.4 Merencanakan material kedokteran gigi yang akan 4. Mampu menerapkan
digunakan dalam tindakan rekonstruksi untuk pemahaman dan tata cara
mengembalikan fungsi stomatognati yang optimal. pemeriksaan radiografi intra
oral dan ekstra oral sesuai
kebutuhan.
7.1.5 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan laboratoris 5. Mampu menerapkan
dan radiografi intra oral dan ekstra oral untuk pemahaman dan tata cara
diagnosis kelainan dan penyakit pada sistem pemeriksaan radiografi intra
stomatognati. oral dan ekstra oral sesuai
kebutuhan.
6. Mampu menerapkan
pemahaman dan tata cara
pemeriksaan laboratoris
sesuai kebutuhan.
7. Mampu menjelaskan data
ante mortem untuk
kepentingan identifikasi
kedokteran gigi forensik.
25
8. Ilmu Kedokteran Gigi Klinik
8.1 Memahami prinsip ilmu kedokteran 8.1.1 Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi
gigi klinik sebagai dasar untuk dan mulut yang meliputi tindakan promotif,
1. Mampu memilih pendekatan
melakukan pelayanan klinis kesehatan preventif, kuratif dan rehabilitatif.
pelayanan holistik sesuai
gigi dan mulut yang efektif dan efisien
dengan kebutuhan
8.1.2 Menghubungkan berbagai tatalaksana kedokteran
penyelesaian masalah
gigi klinik untuk membantu dalam memberikan
(kelainan/penyakit) kesgilut
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam
tertentu secara chair side
mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognatik.
talk.
2. Mampu mengintegrasikan
penerapan ilmu kedokteran
dasar, kedokteran klinik,
kedokteran gigi dasar dan
kedokteran gigi klinik dalam
menunjang penegakkan
diagnosis dan rancangan
managemen klinik (rencana
perawatan, perawatan, dan
prognosis).
26
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan
mulut yang prima melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
9. Pemeriksaan Pasien
9.1 Melakukan pemeriksaan fisik secara 9.1.1 Mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau 1. Mampu menjelaskan
umum dan sistem gangguan sistem stomatognatik. kondisi sistemik pasien
stomatognatikdengan mencatat 9.1.2 Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem dengan patogenesis dan
informasi klinis, laboratoris, stomatognatik dengan memperhatikan kondisi patofisiologis rongga
radiologis, psikologis, dan sosial guna umum.. mulut.
mengevaluasi kondisi medik pasien 9.1.3 Menentukan pemeriksaan penunjang laboratoris
yang dibutuhkan. 2. Mampu menjabarkan
prinsip dan tahapan
9.1.4 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan pemeriksaan dan
laboratoris sederhana. pemeriksaan penunjang
9.1.5 Menentukan pemeriksaan penunjang radiologi untuk kepentingan
intra oral dan ekstra oral yang dibutuhkan. diagnostik dan prosedural
9.1.6 Menghasilkan radiograf dengan alat foto sinar X secara lengkap.
intra oral.
9.1.7 Menghasilkan radiograf dengan alat foto sinar X
ekstra oral panoramik dan sefalometri
9.1.8 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan radiologi
intra oral dan ekstra oral secara umum.
9.1.9 Menganalisis kondisi fisik, psikologis dan sosial
melalui pemeriksaan klinis.
27
9.2 Mengenal dan mengelola perilaku 9.2.1 Menerapkan sikap saling menghargai dan saling 1. Mampu mendemonstrasikan
pasien secara profesional percaya melalui komunikasi yang efektif dan prinsip-prinsip hubungan
efisien dengan pasien dan/atau pendamping kemitraan antara dokter,
pasien. pasien, dan keluarganya.
9.2.2 Menganalisis perilaku pasien yang memerlukan 2. Mampu mendemonstrasikan
perawatan khusus secara profesional. komunikasi efektif antara
dokter, pasien, dan keluarga
9.2.3 Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial- termasuk pasien
ekonomi pasien berkaitan dengan berkebutuhan khusus
penatalaksanaan lebih lanjut. (perilaku dan kelainan
sistemiknya).
9.3 Menggunakan rekam medik sebagai 9.3.1 Membuat rekam medik secara akurat dan 1. Mampu menjabarkan fungsi
acuan dasar dalam melaksanakan komprehensif. dan peran dari rekam medik
perawatan gigi dan mulut 9.3.2 Mengelola rekam medik sebagai dokumen legal sebagai bagian dari
dengan baik. informasi kesehatan dan
dokumen legal sesuai
9.3.3 Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi dengan undang-undang dan
berdasarkan catatan medik yang tertulis pada peraturan yang berlaku.
rekam medik.
2. Mampu melakukan
pengisian rekam medik
secara lengkap dan akurat
sesuai dengan standar yang
berlaku dan berdaya dukung
kedokteran gigi forensik
28
10.1 Menegakkan diagnosis dan 10.1.1 Menegakkan diagnosis sementara, diagnosis
menetapkan prognosis penyakit/ banding dan diagnosis kerja berdasarkan analisis 1. Mampu menerapkan
kelainan gigi dan mulut melalui hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan informasi yang bersumber
interpretasi, analisis dan sintesis hasil klinis, temuan laboratoris, temuan radiografis, dari iptek kedokteran dan
pemeriksaan pasien dan temuan alat bantu yang lain. kedokteran gigi dalam
10.1.2 Memastikan lokasi, perluasan, etiologi karies penegakan diagnosis.
dan kelainan periodontal serta kerusakannya.
2. Mampu menerapkan
prinsip-prisnip/konsep
10.1.3 Membedakan antara pulpa yang sehat dan tidak analisis informasi data
sehat. pasien dalam pembuatan
10.1.4 Membedakan antara jaringan periodontal yang keputusan di berbagai
sehat dan tidak sehat. tatanan klinik kedokteran
10.1.5 Memastikan penyimpangan dalam proses gigi dan mampu
tumbuh kembang yang mengakibatkan mengkomunikasikannya
maloklusi. secara efektif sesuai dengan
tanggung jawab secara
10.1.6 Menjelaskan kondisi, kelainan, penyakit dan profesional.
fungsi kelenjar saliva.
10.1.7 Menjelaskan gambaran klinis proses penyakit
pada mukosa mulut akibat inflamasi, gangguan
imunologi, metabolit dan neoplastik.
10.1.8 Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang
memerlukan tindakan rehabilitatif.
10.1.9 Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal
dan gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang
memerlukan perawatan.
10.1.10 Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial.
29
10.1.11 Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien
dengan adanya kelainan oromaksilofasial.
30
11.1.6 Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan
pilihan, ketidak nyamanan dan resiko perawatan
untuk mendapat persetujuan melakukan
perawatan.
11.1.7 Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu yang
dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan
perkiraan biaya perawatan.
11.1.8 Bekerjasama dengan profesi lain untuk
merencanakan perawatan yang akurat
(menerapkan prinsip Inter Professional
Education).
11.2 Menentukan rujukan yang sesuai 11.2.1 Membuat surat rujukan kepada sejawat dokter Mampu memilih bidang
gigi intra disiplin sehubungan dengan penyakit/ profesi kesehatan terkait dalam
kelainan pasien. penyelesaian masalah
kesehatan gigi mulut pasien
11.2.2 Membuat surat rujukan kepada sejawat bidang melalui tata cara yang benar
kesehatan inter disiplin sehubungan dengan
penyakit/ kelainan pasien
31
Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui penatalaksanaan klinik.
32
13. Tindakan Medik Kedokteran Gigi (C4, P5, A4)
13.1 Melakukan perawatan konservasi 13.1.1 Menentukan indikasi perawatan konservasi gigi 1. Mampu melakukan
gigi sulung dan gigi permanen yang sulung dan gigi permanen. restorasi/rehabilitasi
sederhana bentuk, fungsi, dan estetik
13.1.2 Mengisolasi gigi geligi dari saliva dan bakteri. gigi yang mengalami
kelainan dan kerusakan
13.1.3 Melakukan preparasi gigi sulung dan gigi gigi pada dental simulator.
permanen sesuai indikasi perawatan
2. Mampu mengikuti
13.1.4 Merestorasi gigi sulung dan gigi permanen perkembangan ilmu
dengan bahan-bahan restorasi yang sesuai pengetahuan dan teknologi
indikasi. bahan dan alat kedokteran
13.1.5 Mempertahankan vitalitas pulpa dengan obat- gigi terkini dalam
obatan dan bahan kedokteran gigi pada gigi melakukan perawatan
sulung dan gigi permanen yang vital dan non konservasi gigi dengan
vital memperhatikan keadaan
13.1.6 Melakukan perawatan endodontik pada gigi sosial dan finansial pasien.
sulung dan gigi permanen vital dan non vital.
3. Mampu menjabarkan cara-
13.1.7 Memilih jenis restorasi pasca perawatan
cara serta prinsip-prinsip
endodontik sesuai dengan indikasi.
bedah minor rongga mulut
pada jaringan lunak dan
13.1.8 Melakukan restorasi pasca perawatan
jaringan keras rongga
endodontik.
mulut pada manekin
13.2 Melakukan perawatan penyakit/ 13.2.1 Menentukan indikasi perawatan kasus penyakit secara lengkap dan jelas.
kelainan periodontal dan kelainan periodontal pada kasus ASA I dan
II
4. Mampu melakukan
13.2.2 Melakukan perawatan awal penyakit dan perawatan kelainan
kelainan periodontal. maloklusi dental
13.2.3 Mengendalikan faktor etiologi sekunder pada sederhana dengan piranti.
penyakit dan kelainan periodontal.
33
13.2.4 Melakukan prosedur bedah periodontal 5. Mampu menjabarkan
sederhana pada kasus kelainan periodontal penatalaksanaan lesi
dengan kerusakan tulang mencapai tidak lebih jaringan lunak mulut non
dari sepertiga akar bagian koronal. bedah dengan pendekatan
preventif, promotif, dan
13.2.5 Melakukan evaluasi hasil perawatan penyakit kuratif secara
dan kelainan periodontal farmakologik dan non
farmakologik.
13.3 Melakukan perawatan ortodonsia 13.3.1 Menentukan indikasi perawatan maloklusi 6. Mampu mengatasi
pada pasien anak dan dewasa dental sederhana. gangguan sendi
13.3.2 Melakukan pencegahan maloklusi dental. temporomandibula secara
13.3.3 Memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi non bedah.
hasil perawatan.
13.4.4 Melakukan perawatan maloklusi dental
sederhana dengan menggunakan alat lepasan. 7. Mampu menjabarkan
prinsip-prinsip tata
13.4.5 Melakukan evaluasi hasil perawatan maloklusi laksana kegawatdaruratan
dental sederhana medik-dental serta
evaluasinya.
13.4 Melakukan perawatan bedah 13.4.1 Menentukan indikasi perawatan yang
sederhana pada jaringan keras dan memerlukan tindakan bedah mulut sederhana
lunak mulut pada kasus ASA I dan ASA II.
34
13.4.5 Melakukan tindakan reposisi trauma
dentoalveolar dengan menggunakan dental
wiring
13.6 Melakukan perawatan kelainan sendi 13.6.1 Menentukan indikasi perawatan kelainan sendi
temporomandibular non bedah dan temporomandibular non bedah dan oklusi dental
oklusi dental
13.6.2 Melakukan terapi kelainan oklusi dental yang
sederhana dan tindakan coronoplasty.
35
13.7 Melakukan perawatan kehilangan 13.7.1 Menentukan indikasi perawatan kehilangan gigi-
gigi pada pasien dewasa geligi permanen untuk kasus gigi tiruan cekat
dan lepasan
36
13.8.5 Mengelola kegawatdaruratan akibat trauma di
rongga mulut pada pasien segala tingkatan usia.
13.9 Bekerja dalam tim secara efektif dan 13.9.1 Bekerja sama secara terintegrasi diantara
efisien untuk mencapai kesehatan berbagai bidang ilmu kedokteran gigi dalam
gigi dan mulut yang prima melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
(intradisiplin).
13.9.2 Melaksanakan kerjasama dalam tim secara
profesional.
13.9.3 Melakukan rujukan kepada sejawat yang lebih
kompeten secara interdisiplin dan intradisiplin.
37
Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat
Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang prima.
14.2 Melakukan upaya promotif dan 14.2.1 Mengkomunikasikan program kesehatan gigi dan
preventif pada masyarakat mulut masyarakat
14.2.2 Menerapkan stategi promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang telah
dilaksanakan
14.2.3 Menganalisis program kesehatan gigi dan mulut
masyarakat yang telah dilaksanakan
14.3 Mengupayakan teknologi informasi 14.3.1 Memahami penggunaan/ pemanfaatan teknologi
untuk kepentingan pelayanan informasi untuk program kesehatan gigi dan mulut
kesehatan masyarakat masyarakat
38
14.3.2 Memahami penggunaan teknologi informasi dan
sumber belajar di bidang kesehatan gigi
masyarakat
14.3.3 Memahami penggunaan teknologi informasi untuk
pengumpulan dan pengolahan data di bidang
kesehatan gigi masyarakat
14.4 Bekerja dalam tim serta membuat 14.4.1 Melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan
jejaring kerja (networking) yang dan masyarakat, dalam upaya mencapai kesehatan
efektif dan efisien dalam usaha gigi dan mulut masyarakat yang optimal.
menuju kesehatan gigi dan mulut
yang optimal
14.4.2 Melaksanakan jejaring kerja dalam pelaksanaan
program kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
39
15. Manajemen Perilaku
15.1 Memahami konsep perilaku 15.1.1 Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu, Mampu melakukan manajemen
kesehatan individu, keluarga dan keluarga, dan masyarakat di bidang kesehatan gigi perilaku, manajemen data,
masyarakat di bidang kedokteran dan mulut serta surveilance epidemiology
gigi melalui rekam medik yang
15.1.2 Memotivasi perilaku hidup sehat individu,
terstandar
keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan ggi
dan mulut.
15.1.3 Menerapkan metoda pendekatan untuk mengubah
perilaku kesehatan gigi dan mulut individu serta
masyarakat.
15.1.4 Membuat penilaian perubahan perilaku kesehatan
gigi dan mulut individu serta masyarakat.
40
Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi
Menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan praktik KG.
41
hubungannya dengan aspek sosial 16.3.2 Melakukan komunikasi secara efektif dan
bertanggung jawab secara lisan maupun tulisan
dengan tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat.
42
BAB IV
PENUTUP
Penyusunan Naskah Akademik ini merupakan bahan dasar bagi pihak terkait, yakni
AFDOKGI dan institusi penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan dalam waktu sesegera mungkin buku Revisi Standar Kompetensi Dokter
Gigi dapat disusun untuk proses pengesahan di Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran
Indonesia.
Selanjutnya, untuk jaminan mutu penyelenggaraan pendidikan profesi dokter gigi, buku
Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi nantinya perlu didampingkan dengan buku Revisi
Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi.
43
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA
LAMPIRAN 1
DAFTAR
POKOK BAHASAN
44
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA
LAMPIRAN 2
DAFTAR
PENYAKIT / KELAINAN
SISTEM
STOMATOGNATI
45
Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
Daftar Penyakit/Kelainan Sistem Stomatognati
Pendahuluan
Daftar ini disusun berdasarkan daftar penyakit/kelainan pada sistem stomatognati dan hasil masukan
dari para pemangku kepentingan. Daftar ini penting untuk menjadi acuan institusi pendidikan dokter gigi
dalam menyelenggarakan aktivitas pendidikan.
Tujuan
1. Menjadi standar terminologi diagnosis penyakit/kelainan sistem stomatognati.
2. Menjadi acuan bagi institusi pendidikan dokter gigi dalam menyusun kurikulum. Tingkat
kemampuan kompetensi yang dicapai pada akhir pendidikan dokter gigi, harus berdasarkan
daftar penyakit/kelainan di bawah ini.
Sistematika
Penyakit/kelainan di dalam daftar ini dikelompokkan menurut klasifikasi WHO ICD-10 pada sistem
stomatognati yaitu (1) Jaringan keras gigi, (2) Jaringan pendukung gigi, (3) Jaringan lunak, (4) Gangguan
tumbuh kembang, (5) Kelainan sendi, disertai tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir masa
pendidikan.
Tingkat kemampuan kompetensi dokter gigi yang harus dicapai dikelompokkan sebagai berikut :
1 Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan mengetahui cara yang paling
tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut.
2 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk penatalaksanaannya atau merujuk kepada
spesialis yang sesuai.
3A Darurat KG
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan
penatalaksanaan awal sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasuskasus
darurat tidak mengancam jiwa/non emergency.
3B Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi sistemik
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan
penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support, sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang
sesuai pada kasuskasus gawat darurat.
46
4 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan
penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan kompetensinya.
47
29 Periodontitis apikal akut 4
30 Periodontitis apikal kronis (granuloma) 4
31 Abses periapikal akut 4
32 Abses periapikal dengan sinus/ kronis 4
33 Condensing osteitis 2
48
22. Combined lession 4
23. Localized tooth-related factors that predispose to plaque-induced 2
gingival disease or periodontitis
24. Mucogingival deformities and conditions around teeth 2
25. Mucogingival deformities and conditions on edentulous ridge 2
26. Oklusal trauma 4
27. Retained dental root 4
3 Jaringan Lunak
49
23. Eritema multiforme 3A
24. Eritroplakia 2
25. Exfolliative cheilitis 4
26. Fibroma/fibroepithelial 2
27. Fissure tongue 4
28. Fordyce spot 4
29. Friksional keratosis 4
30. Geographic tongue 4
31. Glositis hunter 2
32. Granulomatosis orofasial 2
33. Hairy tongue 4
34. Halitosis 4
35. Hand foot and mouth disease 3A
36. Hemangioma 2
37. Hemifacial hipertrofi 1
38. Herpangina 3A
39. Herpes labialis 4
40. Herpes zoster 4
41. Hiperplasia gingiva (leukemia) 3A
42. Hiperplasia gingiva (obat-obatan) 3A
43. HIV/AIDS 2
44. Kandidal leukoplakia 2
45. Kandidiasis eritematus akut 3A
46. Kandidiasis eritematus kronik 3A
47. Kandidiasis pseudomembran akut 3A
48. Karsinoma in situ rongga mulut 2
49. Kista erupsi 1
50. Kista kelenjar liur (ranula, mukokele) 2
51. Leukoedema 4
52. Leukoplakia 2
53. Liken planus oral 2
54. Likenoid reaction 2
55. Limfangioma 2
56. Linea alba 4
57. Linear gingival eritema 2
58. Linear IgA disease 1
59. Lupus eritematosus 2
60. Makro/mikro-glossia 1
61. Median rhomboid glossitis 4
62. Mononukleosis 1
63. Morcicasio buccarum 4
64. Mukositis 1
50
65. Mumps parotitis 2
66. Necrotizing sialometaplasia 1
67. Necrotizing ulcerative stomatitis/ periodontitis 2
68. Oral hairy leukoplakia 2
69. Oral melanoma 2
70. Papila circumvalata prominen 4
71. Papila foliata prominen 4
72. Papiloma dan kondiloma 2
73. Pemfigus dan pemfigoid 2
74. Penyakit Addison 1
75. Pigmentasi fisiologis 4
76. Pigmentasi patologis (ion logam, obat-obatan) 2
77. Postherpetic neuralgia 3A
78. Primary herpetic gingivostomatitis 4
79. Ptekie/purpura/hematoma oral 2
80. Sarkoma Kaposi 2
81. Serostomia 2
82. Sifilis stadium 1 (chancre oris) 3A
83. Sifilis stadium 2 (mucous patch) 3A
84. Sifilis stadium 3 (gumma) 3A
85. Sindroma Behcet 2
86. Sindroma Peutz Jegher 1
87. Sindroma Sjogren 2
88. Sindroma Steven Johnson 2
89. Smoker melanosis 4
90. Stomatitis aftosa rekuren 4
91. Stomatitis herpetika 4
92. Stomatitis medikamentosa 3A
93. Stomatitis nikotina 4
94. Stomatits venenata 3A
95. Submukosis fibrosis oral 2
96. Thermal burn 4
97. Trigeminal neuralgia 3A
98. Ulkus dekubitalis 4
99. Ulkus traumatik akut 4
100. Ulkus tuberculosis 2
101. White sponge naevus 4
102. Osteoradionekrosis 1
103. Athropic glossitis 3A
104. Atypical facial pain 1
105. Adenocarcinoma 1
106. Denture fissuratum 3A
51
107. Open wound intraoral ( trauma) 4
108. Open wound ekstraoral (trauma) 3B
109. Abses intraoral 4
110. Abses ekstraoral 3A
111. Selulitis 3A
112. Sialadenitis 2
113. Sialolithiasis 2
114. Abses kelenjar salivarius 2
115. Gangguan duktus salivarius 1
116. Mukokel 4
117. Ranula 3A
118. Flabby ridge 2
119. Malignant neoplasma of lip 2
120. Malignant neoplasma of tongue 2
121. Malignant neoplasma of gum 2
122. Malignant neoplasma of floor of mouth 2
123. Malignant neoplasma of palate 2
124. Malignant neoplasma of saliva gland 2
125. Benign neoplasma of mouth 2
126. Benign neoplasma of salivary gland 2
127. Benign neoplasma of bone of skull 2
128. Benign neoplasma of lower jaw bone 2
129. Limfadenitis 4
130. Limfadenopati 4
52
4
GANGGUAN TUMBUH
KEMBANG
TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
1 Maxillary macrognathism (maxillary hyperplasia) 2
2 Mandibular macrognathism (mandibular hyperplasia) 2
3 Macrognathism, both jaws 2
4 Maxillary micrognathism (maxillary hypoplasia) 2
5 Mandibular micrognathism (mandibular hypoplasia) 2
6 Micrognathism, both jaws 2
7 Mandibular prognathism 2
8 Maxi llary prognathism 2
9 Mandibular retrognathism 2
10 Maxillary retrognathism 2
11 Asymmetries 2
12 Other specified anomalies of jaw-cranial base relationship 2
13 Disto occlusion 4
14 Mesio - occlusion 4
15 Excessive overjet 4
16 Excessive overbite 4
17 Openbite 4
18 Crossbite 4
19 Midline deviation 4
20 Other specified anomalies of dental arch relationship 4
21 Crowding 4
22 Displacement 4
23 Rotation 4
24 Diastema 4
25 Embedded or impacted teeth in abnormal position 3A
53
26 Embedded or impacted teeth in normal position 4
27 Abnormal jaw closure 4
28 Malocclusion due to abnormal swallowing 4
29 Malocclusion due to mouth breathing 4
30 Malocclusion due to tongue, lip or finger habits 4
31 Hypodontia 4
32 Oligodontia 4
33 Anodontia 4
34 Incisor (mesiodens) and canine regions 2
35 Premolar region 2
36 Molar region (distomolar, fourth molar, paramolar) 2
37 Macrodontia 2
38 Microdontia 2
39 Concrescence 2
40 Fusion 3A
41 Gemination 3A
42 Dens evaginatus 2
43 Dens invaginatus (dens in dente) 2
44 Enamel pearls 2
45 Taurodontism 3A
46 Dental fluorosis 4
47 Mottling of enamel 2
48 Nonfluoride enamel opacities 2
49 Enamel hypoplasia 2
50 Dilaceration 3A
51 Odontodysplasia 2
52 Turners tooth 2
53 Amelogenesis imperfecta 2
54 Dentinogenesis imperfecta 2
55 Odontogenesis imperfecta 2
56 Natal teeth 2
57 Neonatal teeth 2
58 Retained (persistent) primary (deciduous) teeth 4
59 Late eruption 2
60 Colour changes during tooth formation due to blood type incompatibility 2
Colour changes during tooth formation due to malformation of biliary
61 2
system
54
62 Colour changes during tooth formation due to porphyria 2
63 Colour changes during tooth formation due to tetracyclines 2
5 Kelainan Sendi
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1. Ganguan perkembangan TMJ 2
2. Kelainan degenerative TMJ 2
3. Peradangan TMJ 3A
4. Gangguan trauma TMJ 2
5. Gangguan metabolic 1
6. Keganasan TMJ 1
7. Myofacial pain disfunction syndrome 2
8. Derangement of TMJ 2
9. Sprain and strain of jaw 3A
10. Dislokasi TMJ 4
11. Ankilosis TMJ 3A
55
6 Jaringan Keras Selain Gigi
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1. Atrophy of edentulous alveolar ridge 2
2. Developmental odontogenic cyst 3A
3. Developmental non odontogenic cyst 3A
4. Traumatic cyst 3A
5. Dermoid cyst 2
6. Epidermoid cyst 2
7. Nasoalveolar cyst 2
8. Nasolabial cyst 2
9. Torus mandibularis 4
10. Torus palatinus 4
11. Eksostosis 4
12. Alveolar osteitis 4
13. Osteomyelitis 4
14. Osteoradionekrosis 3A
15 Sequestrum of jaw bone 3A
16 Fibrous displasia 2
17 Edentulous ridge 4
18 Irregular alveolar process 2
19 Enlargement of alveolar ridge 2
20 Fraktur of malar and maxilla bones 4
21 Fraktur of mandibular 4
56
7 Lain-Lain
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1. Syok anafilaktik 4
2. Syok neurogenic 4
3. Syok hipovolumik 3B
4. Syok kardiogenik 3A
5. Syok septik 3A
6. Allergic reaction related to medicated 3A
57
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA
LAMPIRAN 3
DAFTAR
KETERAMPILAN KLINIS
KEDOKTERAN GIGI
58
Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
Daftar Keterampilan Klinis Kedokteran Gigi
Daftar keterampilan klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi Institusi
Pendidikan Dokter Gigi dalam mempersiapkan sumber daya yang berkaitan dengan
keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh lulusan dokter gigi. Pada setiap keterampilan
klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir pendidikan dokter gigi
dengan menggunakan Piramida Miller (Knows, Knows how, Shows how, Does).
Gambar 2. Tingkat kemampuan klinis menurut Piramida Miller dan alternatif cara pengujian pada
mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003)
59
Tingkat kemampuan 2 (Knows How) : Pernah melihat atau didemostrasikan
Lulusan dokter gigi menguasai teori pendukung dari keterampilan ini dengan penekanan pada
clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi pelaksanaan langsung pada pasien oleh
instruktur/dosen penanggung jawab. Pengujian keterampilan tingkat 2 dapat menggunakan
ujian tertulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan atau lisan (written
and oral test).
Tingkat Kemampuan 3 (Shows how) : Pernah melakukan atau pernah menerapkan pada
pasien dibawah supervisi
Lulusan dokter gigi menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang
biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut dengan penekanan pada clinical
reasoning dan problem solving, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien di bawah supervisi
instruktur/dosen penanggung jawab. Terkadang pelatihan dilakukan pada alat peraga atau
standardized patient apabila keadaan tidak memungkinkan. Pengujian keterampilan tingkat 3
dapat menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective
Structured Assestment of Technical Skills (OSATS).
60
DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS KEDOKTERAN GIGI
61
l. Pigmentasi mukosa mulut: Smokers Melanosis
7 Mengenal, melakukan perawatan inisial (initial treatment) dan merujuk
pasien dengan penyakit
a. Eritema Multiforme
b. Herpangina
c. Hand, foot and mouth disease
d. Reaksi Lichenoid
e. Leukoplakia
f. Eritroplakia
8 Melakukan perawatan penyakit gigi dan mulut pada pasien:
a. Hipertensi
b. Diabetes Melitus
c. Kelainan GIT: Gastritis
d. Kehamilan
9 Mengidentifikasi dan merawat fokus infeksi di mulut.
BEDAH MULUT
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Setting instrument pencabutan gigi
3 Tehnik anestesi lokal infiltrasi
4 Tehnik anestesi lokal blok mandibular (indirect method)
5 Ekstraksi gigi (closed method)
6 Ekstraksi gigi (open method)
7 Odontektomi kasus gigi molar ketiga bawah klas I /A/mesio angular
tanpa penyulit
8 Alveolektomi satu region tanpa penyulit
9 Melakukan suturing atau tehnik penjahitan interrupted suture
10 Dental wiring (tehnik eyelet, essig)
11 Insisi abses intraoral
12 Operkulektomi
13 Asisten operasi di OK major
14 Reposisi TMJ et causa dislokasi TMJ akut
15 Penanganan kegawat daruratan dental dan medik
16 Penanganan komplikasi ekstraksi dan anastesi lokal
17 Kewaspadaan universal (aseptic technique)
18 Kerumahsakitan (stase UGD)
19 Penatalaksanaan medically compromised patients (rujukan)
## tanpa penyulit = ASA I/ASA II; tidak dekat struktur anatomis vital
62
3 Dental health education (DHE) 4
4 Profilaksis oral 4
5 Pit and Fissure sealant 4
6 Topikal aplikasi fluor 4
7 Tumpatan kelas I amalgam 4
8 Tumpatan kelas II amalgam 4
9 Tumpatan Semen Ionomer Kaca gigi anterior dan posterior 4
10 Mahkota logam (Stainless Steel Crown) gigi sulung 4
11 Pulpotomi gigi sulung
12 Pulpektomi gigi sulung
13 Perawatan gigi non vital
14 Ekstraksi gigi sulung dengan anestesi topikal 4
15 Ekstraksi gigi sulung dengan anestesi infiltrasi, tanpa penyulit 4
16 Ekstraksi gigi sulung dengan blok mandibular, tanpa penyulit
17 Space maintainer
## tanpa penyulit = ASA I/ASA II, behaviour normal
PERIODONSIA
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Dental Health Education (DHE)
3 Skeling & polishing manual/ ultrasonic
4 Root planing
5 Kuretase
6 Oklusal adjusment
7 Gingivektomi
8 Splinting pada model
9 Bedah flap periodontal
63
10 Terapi hipersensitif dentin
PROSTODONSIA
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Gigi tiruan sebagian lepasan kasus sederhana (kehilangan < 3 gigi)
3 Gigi tiruan sebagian lepasan kasus kompleks (penentuan dimensi
vertical)
4 Gigi tiruan penuh
5 Mahkota selubung
6 Mahkota pasak
7 Mahkota dan jembatan
8 Reparasi gigi tiruan lepasan
9 Relining dan rebasing
ORTODONSIA
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Perawatan maloklusi kelas I sederhana
3 Perawatan pasien turunan/warisan
64
65