Anda di halaman 1dari 65

KONSIL KEDOKTERAN

INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER GIGI

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


The Indonesian Medical Council
Jakarta 2015
KATA SAMBUTAN
KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Assalamualaikum Wr. Wb.


Kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya iptek di
bidang kedokteran / kedokteran gigi menuntut tersedianya sumber daya
manusia yang handal dan terampil serta profesional dalam hal
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di lain pihak, tersedianya alat
dan teknologi yang canggih akan mudah memperoleh informasi dengan
cepat sehingga masyarakat sebagai pengguna sadar akan hak-haknya
disamping kewajiban-kewajiban yang harus ia penuhi.
Perlu kita sadari bahwa akhir-akhir ini dirasakan adanya
peningkatan keluhan masyarakat baik di media elektronik maupun media
cetak terhadap tenaga dokter dan dokter gigi dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Kita memahami bahwa pelayanan kesehatan
merupakan proses hilir, baik buruknya pelayanan kesehatan ditentukan
proses dari hulu, yaitu pendidikan profesi kedokteran / kedokteran gigi dan
menjunjung etika kedokteran / kedokteran gigi.
Semua ini tentu tidak terlepas dari bagaimana proses pendidikan
yang dijalani tenaga kesehatan tersebut sehingga benar-benar memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai sebelum terjun di tengah-
tengah masyarakat.
Buku standar kompetensi dokter gigi ini merupakan bagian dari
standar pendidikan profesi dokter gigi. Buku standar pendidikan profesi
dokter gigi serta standar kompetensi dokter gigi disusun sebagai acuan
standar dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi. Kepada tim
penyusun dan para kontributor, kami ucapkan selamat dan penghargaan
atas dedikasi dan terbitnya buku standar kompetensi dokter gigi ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Februari 2015
Ketua Konsil Kedokteran Indonesia

Prof. Dr.dr. Bambang Supriyatno, Sp.A (K)

ii
KATA SAMBUTAN
KETUA KONSIL KEDOKTERAN GIGI

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Alllah SWT atas
bimbingan, petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita, maka selesailah buku
Standar Kompetensi Dokter Gigi yang pertama di Indonesia. Buku ini
merupakan hasil karya berbagai pihak selaku stakeholders Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) seperti yang diamanahkan oleh Undang-
Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Buku ini juga
merupakan pemikiran dan cerminan para stakeholders KKI di dalam upaya
mereka untuk meningkatkan mutu dokter gigi di Indonesia.
Standar kompetensi dokter gigi sebetulnya merupakan bagian
dari standar pendidikan dokter gigi, tetapi dalam buku ini standar
kompetensi diuraikan lebih rinci demi untuk kemudahan dalam
penyusunan kurikulum pendidikan dokter gigi oleh institusi pendidikan.
Kami sangat berharap agar buku ini dapat dijadikan acuan bagi seluruh
pimpinan dan dosen Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia dalam
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas seperti yang kita harapkan
bersama.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Asosiasi Fakultas
Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Kolegium Dokter Gigi Indonesia
(KDGI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP), Departemen Kesehatan dan
Departemen Pendidikan Nasional, terutama kepada mereka yang duduk
dalam kelompok kerja Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia
yang selama ini telah bekerja keras menyusun standar pendidikan ini.
Semoga segala upaya yang telah dilakukan ini akan mendapat bimbingan
serta kekuatan yang tiada henti dari Allah SWT serta membuahkan hasil
sesuai cita-cita kita bersama, Amien.
Jakarta, Februari 2015
Ketua Konsil Kedokteran Gigi

Prof. Drg. Armasastra Bahar, PhD

iii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas


perkenan dan ridho-Nya Buku Standar Kompetensi Dokter Gigi, yang
merupakan bagian dari Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi dapat
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Proses penyusunan
buku ini memerlukan pemikiran, tenaga, waktu dan dana, baik dari KKI
yang memfasilitasi maupun stakeholder yang mempunyai komitmen tinggi
dalam meningkatkan mutu lulusan. Kebersamaan dalam penyusunan
standar kompetensi ini diwujudkan dari dedikasi dan komitmen anggota
Pokja pada pertemuan yang dilakukan hampir setiap bulan. Di samping itu
dukungan stakeholder tercermin dari berbagai kegiatan Pokja yang
dilaksanakan pada acara-acara stakeholder.
Seperti halnya proses penyusunan standar pendidikan profesi
dokter gigi dan dokter gigi spesialis proses penyusunan standar
kompetensi dokter gigi berlangsung lebih dari satu tahun, diawali dengan
penyerahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dari AFDOKGI ke
Konsil Kedokteran Gigi pada Juli 2005 diacara FORIL FKG TRISAKTI di
Bidakara. AFDOKGI menyusun KBK untuk menggantikan Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter Gigi (KIPDGI) II. Mekanisme kerja dalam penyusunan
standar ini melalui pembentukan kelompok kerja (pokja) divisi pendidikan
kedokteran gigi. Anggota Pokja terdiri dari unsur-unsur stakeholders
Majelis Kolegium Kedokteran Gigi (MKKGI), Kolegium Dokter Gigi (KDGI),
Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Asosiasi
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP), PDGI, Diknas dan
Depkes.
Berdasarkan KBK dan asupan PDGI hasil Kongres, disusun draf
awal standar pendidikan profesi dokter gigi dan standar kompetensi dokter
gigi pada Pertemuan Pokja di Hotel Grand Aquila Bandung bulan
September 2005 bertepatan dengan acara Dies FKG UNPAD. Pada
pertemuan tersebut juga disepakati perlu diselesaikan terlebih dahulu
standar kompetensi dokter gigi.
Standar kompetensi dokter gigi terdiri dari domain dan
kompetensi utama. Pada pertemuan pokja bulan Desember 2005, pokja
menyepakati draf domain dan kompetensi utama dokter gigi. Kemudian
pada Januari 2006, draf tersebut didiseminasikan ke stakeholders untuk

iv
mendapat asupan. Dari asupan yang diperoleh dari UNAIR, UNPAD dan
UGM, draf diperbaiki oleh pokja menjadi draf final standar kompetensi
utama dokter gigi, pada pertemuan pokja bulan Februari 2006. Selanjutnya
dilakukan sosialisasi draf final pada pertemuan AFDOKGI dengan
stakeholder di PIKTEKGI FKG Mustopo 2006. Kemudian pada pertemuan
KKI dan stakeholders serta pokja pada bulan Maret 2006 telah disepakati
dan ditandatangani berita acara penetapan standar kompetensi utama
dokter gigi oleh para ketua AFDOKGI, MKKGI, Kolegium dokter gigi,
Kolegium dan Ikatan Dokter gigi Spesialis, Asosiasi RSGM Pendidikan.
Pada pertemuan KKI, pokja dan stakeholders di Bandung April
2006 untuk perbaikan draf standar pendidikan profesi dokter gigi dan
dokter gigi spesialis, stakeholders mengharapkan penyusunan standar
pendidikan profesi dokter gigi sampai kompetensi penunjang. Draf final
diperoleh setelah melalui perbaikan dalam beberapa pertemuan pokja di
bulan Mei di KKI dan Juni di Bandung, kemudian diseminasi dan asupan
stakeholders. Pada pertemuan KKI, pokja dan stakeholders di Bandung,
Juni 2006 dilakukan kesepakatan kompetensi penunjang dokter gigi. Dan
Akhirnya pada tanggal September 2014 dilakukan penandatanganan
berita acara penyerahan Standar Kompetensi Dokter Gigi dari
Stakeholders kepada KKI. Selanjutnya pada sidang pleno KKI September
2014, dilakukan PENGESAHAN Standar Kompetensi Dokter Gigi melalui
Surat Keputusan KKI No......./KKI/KEP/IX/......../2014 tahun 2006. Dengan
disahkannya oleh KKI, standar pendidikan profesi dokter gigi dan standar
kompetensi dokter gigi menjadi acuan bagi setiap institusi. Langkah
selanjutnya adalah persiapan untuk penerapan standar tersebut oleh
setiap institusi pendidikan.

Akhir kata ungkapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi


ditujukan kepada semua pihak yang memberikan pemikiran, waktu dan
tenaga sehingga buku ini dapat diterbitkan dan terpulang bagi Allah SWT
segala puji atas karunia dan hidayah-Nya.

Jakarta, Februari 2015

Prof.drg. Eky S. Soeriasoemantri, Sp.Ort (K)

v
DAFTAR ISI
halaman
Sambutan Ketua KKI .......................................................................... i
Sambutan Ketua KKG ......................................................................... iii
Kata Pengantar
Daftar Isi
SK Pengesahan Standar. Kompetensi
Tim Penyusun .....................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan Umum ..............................................................................
Tujuan Khusus ............................................................................
Dasar Hukum dan Kebijakan .......................................................
Bab II SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI
INDONESIA
Pengertian ...................................................................................
Organisasi Penyusunan Standar Kompetensi ..............................
Bab III STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA
Dasar Pemikiran ..........................................................................
Kompetensi Dokter Gigi Indonesia ..............................................
Domain I : Profesionalisme .........................................
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan
Kedokteran dan Kedokteran Gigi ...............
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan
Sistem Stomatognatik ................................
Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik ....
Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat .......
Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi ..........
Bab IV PENUTUP ............................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................
1. DAFTAR POKOK BAHASAN ....................................................

vi
2. DAFTAR PENYAKIT/KELAINAN SISTEM STOMATOGNATI .
3. DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS KEDOKTERAN GIGI ........
4. GLOSARI ................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... .........

vii
SURAT KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NO. ../KKI/KEP/II//2015 TENTANG PENGESAHAN
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI

viii
Ucapan Terima Kasih

Konsil Kedokteran Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan


setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan para kontributor yang telah
bekerjasama menyelesaikan buku ini:

Tim Penyusun

1. Prof. drg. Armasastra Bahar, PhD


2. Prof. drg. Eky S. Soeriasoemantri, Sp.Ort (K)
3. Drg. Grace Virginia Gumuruh, MM, Sp.KG
4. Prof. Dr.drg. Margaretha Suharsini, MS, SpKGA (K)
5. Drg. Ayu Trisna Hayati, SpKG
6. Drg. Wiwiek Poedjiastoeti, M.Kes, Sp.BM

Kontributor

1. Prof. drg. Armasastra Bahar, PhD


2. Prof. drg. Eky S. Soeriasoemantri, Sp.Ort (K)
3. Drg. Grace Virginia Gumuruh, MM, Sp.KG
4. Prof. Dr.drg. Margaretha Suharsini, MS, SpKGA (K)
5. Drg. Ayu Trisna Hayati, SpKG
6. Drg. Wiwiek Poedjiastoeti, M.Kes, Sp.BM
7. Gus Permana Subita, drg, PhD, SpPM
8. Bambang Trenggono, drg, MKes
9. Dr. Harum Sasanti Nugroho, drg, SpPM
10. Haris Nasutianto, drg, MKes
11. Andi Sumidarti, drg, MS
12. Tis Karasutisna, drg, SpBM
13. Winiati Sidharta, drg, SpKG
14. Ari Subianto, drg
15. Annie Tri Susilo, drg, MARS
16. Wahyu Sulistiadi, drg, MARS
17. Bulan Rachmadi, drg, MKes
18. Mirza, drg
19. Prof. Dr.dr. Bambang Supriyatno, SpA (K)
20. Dr.drg. Laksmi Dwiati, MM, MHA
21. Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro

ix
22. Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpF (K), SH, LLM, FACLM
23. Prof. drg. Armasastra Bahar, PhD
24. Dr. dr. Meliana Zailani, MARS
25. Dra. Sri Haruti Indah Sukmaningsih, MPM
26. Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, PhD (SpP (K)
27. Prof. dr. I. Oetama Marsis, SpOG
28. Dr.dr. Sukman Tulus Putra, SpA (K)
29. Prof. Dr.dr. Nancy Margarita Rehatta, SpAn. KIC, KNA
30. Dr.drg. Zaura Anggraeni, MDS
31. Dr. Leila Mona Ganiem, SPd, MSi
32. Prof. drg. Heriandi Sutadi, Sp.KGA (K), PhD
33. Drg. Astuti, MARS
34. Dekan FKG Universitas Indonesia
35. Dekan FKG Universitas Trisakti
36. Dekan FKG Universitas Mustopo
37. Dekan FKG Universitas Padjadjaran
38. Dekan FKG Universitas Gajah Mada
39. Dekan FKG Universitas Airlangga
40. Dekan FKG Universitas Hang Tuah
41. Dekan FKG Universitas Djember
42. Dekan FKG Universitas Hasanudin
43. Dekan FKG Universitas Sumatera Utara
44. Dekan FKG Universitas Mahasaraswati
45. Dekan FKG Universitas Baiturrahmah
46. Ketua Prodi KG Universitas Muhammadyah
47. Ketua Prodi KG Universitas Sriwijaya
48. Ketua Prodi KG Universitas Sam Ratulangi
49. Ketua Prodi KG Universitas Syiah Kuala
50. Kolegium Dokter Gigi Indonesia
51. Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia
52. Ketua Kolegium Bedah Mulut
53. Ketua Kolegium Konservasi Gigi
54. Ketua Kolegium Kedokteran Gigi Anak
55. Ketua Kolegium Ortodonsia
56. Ketua Kolegium Penyakit Mulut
57. Ketua Kolegium Periodonsia
58. Ketua Kolegium Prostodontika
59. Ketua Kolegium Radiologi Kedokteran Gigi
60. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Bedah Mulut

x
61. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Konservasi Gigi
62. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak
63. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Ortodonsia
64. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Penyakit Mulut
65. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Periodonsia
66. Ketua Ikatan Dokter gigi Spesialis Prostodontika
67. Ketua Ikatan Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi
68. Persatuan Dokter Gigi Indonesia
69. Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
70. Ditjen Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional RI
71. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Sekretariat

- Drg. Tina Dewi Supriatini


- Drg. Cempaka Dewi
- Moch. Chairul, S.Sos, MAP, M.Kes
- Dr. Febriolla Susanti. KS.
- Murtini, SE
- Wahyu Winarto, S.Sos
- Subur Widodo, SKM, MA
- Solihin, SKM
- Ninik Puspita Yuli, Amd

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan
manusia dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan
mulut. Seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya memberikan
pelayanan kepada masyarakat dituntut untuk bersikap profesional.
Pencapaian profesionalisme pendidikan dokter gigi harus didasari oleh
keilmuan yang kokoh setingkat dengan pendidikan sarjana. Dokter gigi
mempunyai kompetensi akademik-profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi yang didasari oleh pendidikan akademik, sehingga
setelah selesai pendidikannya akan memiliki kemampuan
melaksanakan praktik sesuai dengan keahliannya, bersikap
profesional, dengan selalu membekali dirinya dengan pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangannya.
Pendidikan dokter gigi dikembangkan dari wawasan Ilmu
Kedokteran yang mencakup ilmu pengetahuan yang mempelajari
proses tumbuh kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai
akhir hayat, serta berbagai konsep yang melandasi hidup dan
kehidupan manusia mulai tingkat molekuler sampai dengan tingkat
individu utuh. Dalam hal ini termasuk keadaan dan sebab-sebab
penyimpangan dari keadaan normal baik raga maupun jiwa, serta
berbagai kemungkinan intervensi pemulihannya ke keadaan normal
atau fungsi optimal sistem organ secara terpadu dalam manusia
seutuhnya.
Ruang lingkup lmu Kedokteran Gigi mencakup perubahan,
penyimpangan atau keadaan tidak optimalnya fungsi sistem
stomatognatik secara terpadu pada tingkat individu utuh sampai
dengan molekuler, sebagai akibat interaksi dengan lingkungan, dan
adanya pengaruh faktor genetik. Fungsi sistem stomatognatik meliputi
(1) fungsi pengunyahan dan pencernaan, (2) fungsi bicara, (3) fungsi
estetika, dan (4) fungsi persyarafan.

12
Masa tahun tujuhpuluhan, dokter gigi dianggap sebagai
manusia utama karena mampu meyembuhkan orang sakit. Dalam
pelayanan kesehatan, pasien tunduk pada perintah atau apa saja yang
disarankan oleh dokter gigi. Masa tahun sembilanpuluhan terjadi
perubahan global. Adanya kesepakatan Internasional seperti World
Trade Organization (WTO) dan kesepakatan Regional seperti ASEAN
Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economy Cooperation (APEC)
dan ASEAN Economic Community (MEA) mencetuskan liberalisasi
ekonomi dunia yang mengakibatkan menajamnya persaingan.
Keadaan tersebut memberi dampak terjadinya pergeseran paradigma
pelayanan kesehatan. Paradigma baru pelayanan menempatkan
pasien sebagai pelanggan dan fokus pelayanan, yang berarti
kepuasan, keselamatan dan kenyamanan merupakan hal utama bagi
pasien. Harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
mencakup pelayanan prima yang diberikan oleh dokter gigi dengan
sikap dan perilaku profesional dan bertanggung jawab. Dokter gigi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus menghargai hak-hak
pasien, transparan, akuntabel dan memperhatikan aspek hukum.
Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengamanahkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan
berbagai pihak terkait (stakeholders) menuju tercapainya pelayanan
kesehatan yang bermutu, dengan konsep dasar melindungi
masyarakat (Protecting the people), membimbing dokter (Guiding the
doctors), serta memberdayakan institusi pendidikan dan profesi
(Empowering the institution and profession). Setiap dokter gigi wajib
menunjukkan kinerja yang prima (best practices) pada waktu
melakukan pelayanan. Untuk itu disusun standar kompetensi profesi
dokter gigi yang berlandaskan akademik-profesional dengan
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
perubahan paradigma pelayanan kesehatan yaitu paradigma sehat
yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, serta perubahan pola
hubungan dokter gigi-pasien yang demokratis dan bertanggungjawab.

13
Standar Kompetensi Dokter Gigi tahun 2008 yang telah
digunakan sebagai standar penyusunan kurikulum program akademik-
profesional di setiap IPDGI memerlukan revisi sesuai perkembangan
jaman. Perubahan materi serta adanya lampiran yang memuat daftar
pokok bahasan, daftar penyakit/kelainan sistem stomatognatik dan
daftar keterampilan klinis merupakan produk kesepakatan yang
dilakukan bersama-sama dengan berbagai pihak terkait (stakeholders)
yaitu dari unsur Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia
(AFDOKGI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Kolegium Dokter
Gigi Indonesia (KDGI), Assosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Indonesia (ARSGMI), Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI). Pembahasan materi tersebut dilakukan
dalam berbagai pertemuan dan lokakarya yang melibatkan berbagai
stakeholders, sehingga tersusunlah revisi standar kompetensi dokter
gigi Indonesia yang dituangkan dalam buku Standar Kompetensi
Dokter Gigi Indonesia.

2. Tujuan Umum
Tujuan umum ditetapkannya Standar Kompetensi Dokter
Gigi Indonesia ini adalah untuk memberikan batas kemampuan
minimal yang harus dimiliki oleh dokter gigi dalam melaksanakan
pelayanan kedokteran gigi di Indonesia. Kemampuan minimal tersebut
dapat mengambarkan mutu dokter gigi di Indonesia. Masyarakat
Indonesia diharapkan akan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dengan mutu yang terstandar.

14
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ditetapkannya Standar Kompetensi Dokter
Gigi Indonesia adalah :
3.1. Sebagai pedoman bagi IPDG dalam menyelenggarakan
pendidikan akademik-profesional dokter gigi di Indonesia;
3.2. Sebagai pedoman bagi IPDG dalam menyusun kurikulum
akademik-profesional dokter gigi sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
3.3. Sebagai landasan bagi penyusunan Standar Pendidikan
Profesi Dokter Gigi Indonesia;
3.4. Sebagai landasan untuk penyusunan blue print soal Uji
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi Indonesia
(UKMP2DGI);
3.5. Sebagai acuan untuk penyusunan Standar Pelayanan Medis
(SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Indonesia.

4. Dasar hukum dan kebijakan


Dasar hukum dan kebijakan yang melandasi penyusunan
Standar Kompetensi Dokter Gigi ini adalah:
4.1. Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4.2. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
4.3. Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
4.4. Undang-Undang RI No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi
4.5. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2014 tentang Pendidikan
Kedokteran

15
4.6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232/U/2000
tetang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
4.7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1419/ MenKes/ Per/
X/2005 tentang Penyelenggaran Praktik Dokter/Dokter Gigi
4.8. Kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional tentang Higher Education Long Terms
Strategy (HELTS) 2003 2010.
4.9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1/2005 tentang
Registrasi Dokter / Dokter Gigi.
4.10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.............
Tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT).
4.11. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

16
BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI
DOKTER GIGI INDONESIA

1. Pengertian
Standar adalah pernyataan eksplisit tentang kualitas minimal
yang ingin dicapai. Definisi kompetensi menurut Chambers (1993)
yang dipakai oleh institusi pendidikan profesi dokter gigi di berbagai
negara di dunia adalah Perilaku yang diharapkan dari dokter gigi
yang baru memulai praktik. Perilaku ini meliputi penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sebagai respon terpadu
terhadap berbagai tuntutan yang dihadapi dalam praktik (Behavior
expected of the beginning practitioner. This behavior incorporates
understanding, skill, and values in an ingrated response to the full
range requirements presented in practice). Definisi kompetensi
adalah seperangkat kemampuan untuk dapat bertindak cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang untuk dapat dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
tertentu.(.........).
Standar Kompetensi bagi penyelenggaraan pendidikan
profesi dokter gigi mengandung pengertian sebagai kriteria minimal
yang harus dicapai oleh setiap lulusan institusi pendidikan dokter gigi
di Indonesia agar para lulusannya kelak dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan mutu yang setara.

2. Organisasi Penyusunan Standar Kompetensi


Standar Kompetensi ini disusun melalui pengorganisasian
kompetensi berdasarkan pendekatan yang bersifat umum ke
khusus/spesifik yaitu domain, kompetensi utama, kompetensi
penunjang dan kemampuan dasar
Domain merupakan landasan dan pilar untuk membangun
kompetensi yang ingin dicapai. Kompetensi utama menjabarkan
ruang lingkup domain terkait yang akan dijangkau kedalamannya.

17
Kompetensi penunjang mendeskripsikan secara spesifik berbagai hal
yang berkaitan dengan kompetensi utama. Kemampuan dasar
merupakan prasyarat keilmuan yang harus dimiliki untuk dapat
menguasai kompetensi penunjang dan kompetensi utama. Pada
akhir masa pendidikan, kedalaman tingkat kompetensi (Level of
competence) kelainan/ penyakit stomatognatik dapat dievaluasi
melalui tingkat kemampuan (1 sampai dengan 4); serta penguasaan
keterampilan klinis dapat dinilai melalui piramida Miller (knows,
knows how, shows, does) yang dijabarkan dengan tingkat
kemampuan 1 sampai dengan 4.

KEMAMPUAN DASAR

Gambar 1.

18
BAB III
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA

1. Dasar Pemikiran
Pada bab ini akan diuraikan kompetensi berdasarkan pengorga-nisasian penulisan seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Kompetensi yang tertera merupakan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh lulusan pendidikan dokter gigi di Indonesia.
Pengembangan kompetensi utama, kompetensi penunjang dan kemampuan dasar oleh penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi di
Indonesia merupakan anjuran sekaligus keunggulan yang diharapkan mampu memberikan gambaran mutu pendidikan yang sebenarnya
dari masing-masing institusi pendidikan.

2. Kompetensi Dokter Gigi Indonesia


Kompetensi Dokter Gigi Indonesia terdiri dari Domain, Kompetensi Utama dan Kompetensi Penunjang dengan rincian sebagai berikut :
Domain I : Profesionalisme
Mampu melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.

19
Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar


1. Etik dan Jurisprudensi
1.1 Menerapkan etika kedokteran gigi 1.1.1 Menerapkan etika kedokteran gigi secara Mampu menjabarkan batas
kedokteran gigi serta hukum yang profesional. kewenangan dokter gigi dalam
berkaitan dengan praktik kedokteran menjalankan tanggung jawab
1.1.2 Menjaga kerahasiaan profesi dalam hubungannya
gigi secara profesional sesuai dengan norma agama,
dengan teman sejawat, staf dan pasien.
etika, hukum, sosial dan budaya
1.1.3 Membedakan hak dan kewajiban dokter dan pasien. yang berlaku di masyarakat

1.2 Melakukan pelayanan kesehatan gigi 1.2.1 Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang
dan mulut sesuai dengan kode etik manusiawi dan komprehensif.
1.2.2 Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling
menghargai dengan pasien, pendamping pasien dan
sejawat.
1.2.3 Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri untuk
kepentingan rujukan.
1.3 Memahami masalah - masalah yang 1.3.1 Membedakan tanggung jawab administratif,
berhubungan dengan hukum yang pelanggaran etik, disiplin dan hukum yang
berkaitan dengan praktik kedokteran diberlakukan bagi profesi Kedokteran Gigi
gigi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
1.3.2 Memahami peraturan dan perundang-undangan
yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi di
Indonesia.
1.3.3 Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi.

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif

20
2.1 Menganalisis secara kritis kesahihan 2.1.1 Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk 1. Mampu menghubungkan
informasi mencari informasi yang sahih secara profesional sumber-sumber informasi
dari berbagai sumber. kesehatan untuk kepentingan
penulisan karya ilmiah,
2.1.2 Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk
belajar mandiri, evidence
menilai informasi yang sahih secara profesional dari
based dentistry dalam
berbagai sumber.
pengelolaan kesehatan gigi
2.2 Mengelola informasi kesehatan secara 2.2.1 Menyusun karya ilmiah sesuai dengan konsep, teori, dan mulut.
ilmiah, efektif, sistematis dan dan kaidah penulisan ilmiah.
komprehensif 2. Mampu memilah kepentingan
2.2.2 Menyajikan karya ilmiah kesehatan secara lisan dan peran ilmu kedokteran
kesehatan secara lisan dan tertulis. gigi dasar dalam penyelesaian
2.3 Berfikir kritis dan alternatif dalam 2.3.1 Menyusun pemecahan masalah berdasarkan berbagai kasus medik dental
mengambil keputusan prioritas. melalui penilaian kritis.

2.3.2 Menilai kualitas produk dan teknologi kedokteran


gigi.
2.4 Menggunakan pendekatan evidence 2.4.1 Menapis sumber rujukan yang sahih untuk
based dentistry dalam pengelolaan kepentingan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan gigi dan mulut kesehatan gigi dan mulut.
2.4.2 Menggunakan informasi kesehatan secara
profesional untuk kepentingan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

21
3. Komunikasi
3.1 Melakukan komunikasi, informasi, 3.1.1 Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang Menerapkan cara
dan edukasi secara efektif dan setara. berkomunikasi secara
bertanggung jawab baik secara lisan 3.1.2 Bersikap empati terhadap pasien akan keluhan personal, kelompok dan
maupun tertulis dengan pasien, kesehatan gigi dan mulut yang mereka lintas budaya dengan pasien
keluarga atau pendamping pasien serta kemukakan. (pasien, sejawat, dan tenaga
masyarakat, teman sejawat dan profesi 3.1.3 Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat kesehatan lainnya yang
kesehatan lain yang terkait dan atau penyelenggara kesehatan lain jika terkait.
diperlukan sesuai dengan standar prosedur
operasional yang berlaku.
3.1.4 Berdialog dengan teman sejawat, praktisi
kesehatan, dan praktisi lain terkait.
4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
4.1 Mengelola dan menghargai pasien 4.1.1 Memahami adanya keanekaragaman sosial, Menerapkan pendekatan
dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal prinsip psikologi dalam
ekonomi, budaya, agama dan ras usul pasien. melakukan pelayanan
melalui kerjasama dengan pasien dan kedokteran gigi.
4.1.2 Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa
berbagai fihak terkait untuk
membeda-bedakan satu sama lainnya.
menunjang pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang bermutu. 4.1.3 Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk
menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut.

22
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan
ilmu kedokteran gigi.
Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

5. Ilmu Kedokteran Dasar


5.1 Mengintegrasikan ilmu pengetahuan 5.1.1 Mengintegrasikan ilmu biomedik yang relevan
biomedik yang relevan sebagai sumber dengan bidang kedokteran gigi untuk menegakkan 1. Menerapkan pengetahuan
keilmuan dan berbagai data penunjang Diagnosis, menetapkan prognosis dan biomedik dan tumbuh
untuk diagnosis dan tindakan medik merencanakan tindakan medik Kedokteran Gigi. kembang dalam lingkup
kedokteran gigi. sistem stomatognatik serta
5.1.2 Meghubungkan morfologi mikroskopis,
mikroskopis dan topografi organ, jaringan penyusun sistem farmakokinetik.
sistem tubuh manusia secara terpadu, sebagai
landasan pengetahuan untuk diagnosis, prognosis 2. Mampu menjabarkan tentang
dan merencanakan tindakan medik kedokteran gigi. manfaat serta proteksi radiasi,
pembuatan radiografi intra
5.1.3 Memahami proses tumbuh kembang oral dan ekstra oral serta
dentokraniofasial pranatal dan pascanatal. kegagalannya serta mampu
menjabarkan keadaan normal
5.1.4 Memahami proses penyakit/ kelainan yang meliputi
serta patologis dari rongga
infeksi, dan non infeksi.
mulut dan manifestasi
5.1.5 Memahami prinsip sterilisasi, desinfeksi dan penyakit sistemik di rongga
asepsis. mulut yang ditinjau secara
5.1.6 Memahami obat-obat yang digunakan untuk radiografi.
penyakit gigi dan mulut, termasuk efek samping
dan interaksinya.
5.1.7 Memahami penggunaan dan bahaya sinar X.

23
6. Ilmu Kedokteran Klinik
6.1 Memahami ilmu kedokteran klinik 6.1.1 Menghubungkan tatalaksana kedokteran klinik untuk Mampu menjabarkan
yang relevan sebagai pertimbangan mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognati. kelainan/penyakit sistemik yang
dalam melakukan perawatan gigi dan dapat menjadi penyulit pada
mulut pada pasien medik kompromis 6.1.2 Menjelaskan kelainan/penyakit sistemik yang tindakan kedokteran gigi dan
bermanifestasi di rongga mult pada pasien medik mulut.
kompromis.
6.1.3 Menjelaskan cara pengelolaan pasien dengan
kelainan/ penyakit sistemik yang bermanifestasi di
rongga mulut pada pasien medik terkompromis secara
holistik dan komprehensif.
6.1.4 Memahami cara merujuk pasien medik kompromis
secara profesional.

7. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar


7.1 Memahami prinsip ilmu kedokteran 7.1.1 Menjelaskan ilmu-ilmu kedokteran gigi dasar untuk 1. Mampu memilah
gigi dasar mencakup: Biologi Oral, pengembangan ilmu kedokteran gigi dasar dan klinik. kepentingan dan peran ilmu
Bio- Material dan Teknologi kedokteran gigi dasar dalam
Kedokteran Gigi untuk menunjang penyelesaian berbagai kasus
keterampilan preklinik dan klinik, medik dental melalui clinical
serta penelitian bidang kedokteran appraisal
gigi. 7.1.2 Menganalisis hasil penelitian kedokteran gigi dasar 2. Mampu menjelaskan
yang berkaitan dengan kasus medik dental dan kelainan struktur dan fungsi
disiplin ilmu lain yang terkait. baik secara organel maupun
seluler dalam menunjang
penegakan diagnosis dan
rancangan manajemen klinik
yang didalamnya termasuk
rencana perawatan,
perawatan dan prognosis.

24
7.1.3 Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar untuk
menunjang keterampilan preklinik dan klinik, serta 3. Mampu menjabarkan sifat,
penelitian bidang kedokteran gigi, meliputi : Biologi peran dan penggunaan secara
Oral, Biomaterial Kedokteran Gigi, Radiologi prosedural material
Kedokteran Gigi dan Kedokteran Gigi Forensik kedokteran gigi untuk
pemulihan berbagai kondisi
kelainan / penyakit.
7.1.4 Merencanakan material kedokteran gigi yang akan 4. Mampu menerapkan
digunakan dalam tindakan rekonstruksi untuk pemahaman dan tata cara
mengembalikan fungsi stomatognati yang optimal. pemeriksaan radiografi intra
oral dan ekstra oral sesuai
kebutuhan.
7.1.5 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan laboratoris 5. Mampu menerapkan
dan radiografi intra oral dan ekstra oral untuk pemahaman dan tata cara
diagnosis kelainan dan penyakit pada sistem pemeriksaan radiografi intra
stomatognati. oral dan ekstra oral sesuai
kebutuhan.
6. Mampu menerapkan
pemahaman dan tata cara
pemeriksaan laboratoris
sesuai kebutuhan.
7. Mampu menjelaskan data
ante mortem untuk
kepentingan identifikasi
kedokteran gigi forensik.

25
8. Ilmu Kedokteran Gigi Klinik
8.1 Memahami prinsip ilmu kedokteran 8.1.1 Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi
gigi klinik sebagai dasar untuk dan mulut yang meliputi tindakan promotif,
1. Mampu memilih pendekatan
melakukan pelayanan klinis kesehatan preventif, kuratif dan rehabilitatif.
pelayanan holistik sesuai
gigi dan mulut yang efektif dan efisien
dengan kebutuhan
8.1.2 Menghubungkan berbagai tatalaksana kedokteran
penyelesaian masalah
gigi klinik untuk membantu dalam memberikan
(kelainan/penyakit) kesgilut
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam
tertentu secara chair side
mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognatik.
talk.

2. Mampu mengintegrasikan
penerapan ilmu kedokteran
dasar, kedokteran klinik,
kedokteran gigi dasar dan
kedokteran gigi klinik dalam
menunjang penegakkan
diagnosis dan rancangan
managemen klinik (rencana
perawatan, perawatan, dan
prognosis).

26
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan
mulut yang prima melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

9. Pemeriksaan Pasien
9.1 Melakukan pemeriksaan fisik secara 9.1.1 Mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau 1. Mampu menjelaskan
umum dan sistem gangguan sistem stomatognatik. kondisi sistemik pasien
stomatognatikdengan mencatat 9.1.2 Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem dengan patogenesis dan
informasi klinis, laboratoris, stomatognatik dengan memperhatikan kondisi patofisiologis rongga
radiologis, psikologis, dan sosial guna umum.. mulut.
mengevaluasi kondisi medik pasien 9.1.3 Menentukan pemeriksaan penunjang laboratoris
yang dibutuhkan. 2. Mampu menjabarkan
prinsip dan tahapan
9.1.4 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan pemeriksaan dan
laboratoris sederhana. pemeriksaan penunjang
9.1.5 Menentukan pemeriksaan penunjang radiologi untuk kepentingan
intra oral dan ekstra oral yang dibutuhkan. diagnostik dan prosedural
9.1.6 Menghasilkan radiograf dengan alat foto sinar X secara lengkap.
intra oral.
9.1.7 Menghasilkan radiograf dengan alat foto sinar X
ekstra oral panoramik dan sefalometri
9.1.8 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan radiologi
intra oral dan ekstra oral secara umum.
9.1.9 Menganalisis kondisi fisik, psikologis dan sosial
melalui pemeriksaan klinis.

27
9.2 Mengenal dan mengelola perilaku 9.2.1 Menerapkan sikap saling menghargai dan saling 1. Mampu mendemonstrasikan
pasien secara profesional percaya melalui komunikasi yang efektif dan prinsip-prinsip hubungan
efisien dengan pasien dan/atau pendamping kemitraan antara dokter,
pasien. pasien, dan keluarganya.
9.2.2 Menganalisis perilaku pasien yang memerlukan 2. Mampu mendemonstrasikan
perawatan khusus secara profesional. komunikasi efektif antara
dokter, pasien, dan keluarga
9.2.3 Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial- termasuk pasien
ekonomi pasien berkaitan dengan berkebutuhan khusus
penatalaksanaan lebih lanjut. (perilaku dan kelainan
sistemiknya).

9.3 Menggunakan rekam medik sebagai 9.3.1 Membuat rekam medik secara akurat dan 1. Mampu menjabarkan fungsi
acuan dasar dalam melaksanakan komprehensif. dan peran dari rekam medik
perawatan gigi dan mulut 9.3.2 Mengelola rekam medik sebagai dokumen legal sebagai bagian dari
dengan baik. informasi kesehatan dan
dokumen legal sesuai
9.3.3 Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi dengan undang-undang dan
berdasarkan catatan medik yang tertulis pada peraturan yang berlaku.
rekam medik.
2. Mampu melakukan
pengisian rekam medik
secara lengkap dan akurat
sesuai dengan standar yang
berlaku dan berdaya dukung
kedokteran gigi forensik

10. Diagnosis (C4, P4, A4)

28
10.1 Menegakkan diagnosis dan 10.1.1 Menegakkan diagnosis sementara, diagnosis
menetapkan prognosis penyakit/ banding dan diagnosis kerja berdasarkan analisis 1. Mampu menerapkan
kelainan gigi dan mulut melalui hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan informasi yang bersumber
interpretasi, analisis dan sintesis hasil klinis, temuan laboratoris, temuan radiografis, dari iptek kedokteran dan
pemeriksaan pasien dan temuan alat bantu yang lain. kedokteran gigi dalam
10.1.2 Memastikan lokasi, perluasan, etiologi karies penegakan diagnosis.
dan kelainan periodontal serta kerusakannya.
2. Mampu menerapkan
prinsip-prisnip/konsep
10.1.3 Membedakan antara pulpa yang sehat dan tidak analisis informasi data
sehat. pasien dalam pembuatan
10.1.4 Membedakan antara jaringan periodontal yang keputusan di berbagai
sehat dan tidak sehat. tatanan klinik kedokteran
10.1.5 Memastikan penyimpangan dalam proses gigi dan mampu
tumbuh kembang yang mengakibatkan mengkomunikasikannya
maloklusi. secara efektif sesuai dengan
tanggung jawab secara
10.1.6 Menjelaskan kondisi, kelainan, penyakit dan profesional.
fungsi kelenjar saliva.
10.1.7 Menjelaskan gambaran klinis proses penyakit
pada mukosa mulut akibat inflamasi, gangguan
imunologi, metabolit dan neoplastik.
10.1.8 Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang
memerlukan tindakan rehabilitatif.
10.1.9 Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal
dan gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang
memerlukan perawatan.
10.1.10 Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial.

29
10.1.11 Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien
dengan adanya kelainan oromaksilofasial.

10.1.12 Membedakan kelainan dental, skeletal atau fasial


yang berhubungan dengan gangguan tumbuh
kembang, fungsi dan estetik.

10.1.13 Memastikan adanya manifestasi penyakit


sistemik pada rongga mulut.
10.1.14 Menganalisis dan menentukan derajat risiko
penyakit rongga mulut dalam segala usia guna
menetapkan prognosis.
10.1.15 Memastikan kelainan kongenital dan herediter
dalam rongga mulut.
11. Rencana Perawatan
11.1 Mengembangkan, mempresentasikan 11.1.1 Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan
dan mendiskusikan rencana perawatan mulut. Mampu menerapkan prinsip-
yang didasarkan pada kondisi, 11.1.2 Merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan prinsip penatalaksanaan klinik
kepentingan dan kemampuan pasien dan kecemasan pasien yang berkaitan dengan dalam rangka membantu
pelaksanaan perawatan. pasien menentukan pilihan
perawatan yang sesuai dengan
11.1.3 Merencanakan pelayanan preventif berdasarkan kebutuhannya.
analisis risiko penyakit.
11.1.4 Merencanakan perawatan dengan
memperhatikan kondisi sistemik pasien.

11.1.5 Mengembangkan rencana perawatan yang


komprehensif dan rasional berdasarkan
diagnosis.

30
11.1.6 Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan
pilihan, ketidak nyamanan dan resiko perawatan
untuk mendapat persetujuan melakukan
perawatan.
11.1.7 Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu yang
dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan
perkiraan biaya perawatan.
11.1.8 Bekerjasama dengan profesi lain untuk
merencanakan perawatan yang akurat
(menerapkan prinsip Inter Professional
Education).
11.2 Menentukan rujukan yang sesuai 11.2.1 Membuat surat rujukan kepada sejawat dokter Mampu memilih bidang
gigi intra disiplin sehubungan dengan penyakit/ profesi kesehatan terkait dalam
kelainan pasien. penyelesaian masalah
kesehatan gigi mulut pasien
11.2.2 Membuat surat rujukan kepada sejawat bidang melalui tata cara yang benar
kesehatan inter disiplin sehubungan dengan
penyakit/ kelainan pasien

31
Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui penatalaksanaan klinik.

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

12. Pengelolaan Sakit dan Kecemasan


12.1 Mengendalikan rasa sakit dan 12.1.1 Meresepkan obat-obatan secara benar dan Mampu menerapkan
kecemasan pasien disertai sikap rasional. pendekatan non farmakologis
empati 12.1.2 Mengatasi rasa sakit, rasa takut dan ansietas (manajemen prilaku) dan
dengan pendekatan farmakologik dan non farmakologis (farmakodinamik
farmakologik. dan kinetik).
12.1.3 Menggunakan anastesi lokal untuk
mengendalikan rasa sakit (control of pain) untuk
prosedur restorasi dan bedah.

32
13. Tindakan Medik Kedokteran Gigi (C4, P5, A4)
13.1 Melakukan perawatan konservasi 13.1.1 Menentukan indikasi perawatan konservasi gigi 1. Mampu melakukan
gigi sulung dan gigi permanen yang sulung dan gigi permanen. restorasi/rehabilitasi
sederhana bentuk, fungsi, dan estetik
13.1.2 Mengisolasi gigi geligi dari saliva dan bakteri. gigi yang mengalami
kelainan dan kerusakan
13.1.3 Melakukan preparasi gigi sulung dan gigi gigi pada dental simulator.
permanen sesuai indikasi perawatan
2. Mampu mengikuti
13.1.4 Merestorasi gigi sulung dan gigi permanen perkembangan ilmu
dengan bahan-bahan restorasi yang sesuai pengetahuan dan teknologi
indikasi. bahan dan alat kedokteran
13.1.5 Mempertahankan vitalitas pulpa dengan obat- gigi terkini dalam
obatan dan bahan kedokteran gigi pada gigi melakukan perawatan
sulung dan gigi permanen yang vital dan non konservasi gigi dengan
vital memperhatikan keadaan
13.1.6 Melakukan perawatan endodontik pada gigi sosial dan finansial pasien.
sulung dan gigi permanen vital dan non vital.
3. Mampu menjabarkan cara-
13.1.7 Memilih jenis restorasi pasca perawatan
cara serta prinsip-prinsip
endodontik sesuai dengan indikasi.
bedah minor rongga mulut
pada jaringan lunak dan
13.1.8 Melakukan restorasi pasca perawatan
jaringan keras rongga
endodontik.
mulut pada manekin
13.2 Melakukan perawatan penyakit/ 13.2.1 Menentukan indikasi perawatan kasus penyakit secara lengkap dan jelas.
kelainan periodontal dan kelainan periodontal pada kasus ASA I dan
II
4. Mampu melakukan
13.2.2 Melakukan perawatan awal penyakit dan perawatan kelainan
kelainan periodontal. maloklusi dental
13.2.3 Mengendalikan faktor etiologi sekunder pada sederhana dengan piranti.
penyakit dan kelainan periodontal.

33
13.2.4 Melakukan prosedur bedah periodontal 5. Mampu menjabarkan
sederhana pada kasus kelainan periodontal penatalaksanaan lesi
dengan kerusakan tulang mencapai tidak lebih jaringan lunak mulut non
dari sepertiga akar bagian koronal. bedah dengan pendekatan
preventif, promotif, dan
13.2.5 Melakukan evaluasi hasil perawatan penyakit kuratif secara
dan kelainan periodontal farmakologik dan non
farmakologik.

13.3 Melakukan perawatan ortodonsia 13.3.1 Menentukan indikasi perawatan maloklusi 6. Mampu mengatasi
pada pasien anak dan dewasa dental sederhana. gangguan sendi
13.3.2 Melakukan pencegahan maloklusi dental. temporomandibula secara
13.3.3 Memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi non bedah.
hasil perawatan.
13.4.4 Melakukan perawatan maloklusi dental
sederhana dengan menggunakan alat lepasan. 7. Mampu menjabarkan
prinsip-prinsip tata
13.4.5 Melakukan evaluasi hasil perawatan maloklusi laksana kegawatdaruratan
dental sederhana medik-dental serta
evaluasinya.
13.4 Melakukan perawatan bedah 13.4.1 Menentukan indikasi perawatan yang
sederhana pada jaringan keras dan memerlukan tindakan bedah mulut sederhana
lunak mulut pada kasus ASA I dan ASA II.

13.4.2 Melakukan pencabutan gigi sulung dan gigi


permanen dengan anestesi lokal.

13.4.3 Melakukan bedah minor sederhana pada jaringan


lunak dan keras.
13.4.4 Melakukan tindakan bedah preprostetik
sederhana.

34
13.4.5 Melakukan tindakan reposisi trauma
dentoalveolar dengan menggunakan dental
wiring

13.4.6 Menanggulangi komplikasi pasca bedah minor.

13.4.4 Melakukan evaluasi hasil perawatan pasca bedah


minor
13.5 Melakukan perawatan non bedah lesi 13.5.1 Menentukan indikasi perawatan non bedah lesi
jaringan lunak mulut jaringan lunak mulut pada kasus ASA I dan ASA
II
13.5.2 Mengelola lesi-lesi jaringan lunak mulut
sederhana secara farmakologik dan non
farmakologik.

13.5.3 Memelihara kesehatan jaringan lunak mulut pada


pasien dengan kasus ASA I dan ASA II.

13.5.4 Melakukan evaluasi hasil perawatan non bedah


lesi jaringan lunak mulut

13.6 Melakukan perawatan kelainan sendi 13.6.1 Menentukan indikasi perawatan kelainan sendi
temporomandibular non bedah dan temporomandibular non bedah dan oklusi dental
oklusi dental
13.6.2 Melakukan terapi kelainan oklusi dental yang
sederhana dan tindakan coronoplasty.

13.6.3 Melakukan tahap awal perawatan non bedah


kelainan sendi temporomandibular.
13.6.4 Melakukan evaluasi hasil perawatan non bedah
kelainan sendi temporomandibular dan oklusi
dental

35
13.7 Melakukan perawatan kehilangan 13.7.1 Menentukan indikasi perawatan kehilangan gigi-
gigi pada pasien dewasa geligi permanen untuk kasus gigi tiruan cekat
dan lepasan

13.7.2 Melakukan perawatan kasus kehilangan gigi


permanen dengan gigi tiruan cekat dan gigi
tiruan lepasan sederhana.

13.7.3 Memilih gigi penyangga untuk pembuatan gigi


tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan.
13.7.4 Menanggulangi masalah-masalah pasca
pemasangan gigi tiruan cekat dan gigi tiruan
lepasan.

13.7.4 Melakukan evaluasi hasil perawatan kehilangan


gigi pasca pemasangan gigi tiruan cekat dan gigi
tiruan lepasan.
13.8 Mengelola kegawatdaruratan medik- 13.8.1 Menentukan indikasi kegawatdaruratan medik-
dental di bidang kedokteran gigi dental kasus kedokteran gigi.

13.8.2 Melakukan tindakan darurat medik kedokteran


gigi.

13.8.3 Mengelola kegawatdaruratan gigi dan mulut


berbagai usia.

13.8.4 Mengelola kegawatdaruratan akibat penggunaan


bahan anestesi lokal dan obat-obatan.

36
13.8.5 Mengelola kegawatdaruratan akibat trauma di
rongga mulut pada pasien segala tingkatan usia.

13.8.6 Melakukan evaluasi pasca pengelolaan


kegawatdaruratan medik-dental

13.9 Bekerja dalam tim secara efektif dan 13.9.1 Bekerja sama secara terintegrasi diantara
efisien untuk mencapai kesehatan berbagai bidang ilmu kedokteran gigi dalam
gigi dan mulut yang prima melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
(intradisiplin).
13.9.2 Melaksanakan kerjasama dalam tim secara
profesional.
13.9.3 Melakukan rujukan kepada sejawat yang lebih
kompeten secara interdisiplin dan intradisiplin.

37
Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat
Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang prima.

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

14. Melakukan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat


14.1 Mendiagnosis masalah kesehatan 14.1.1 Menilai Kesehatan Gigi dan mulut masyarakat Meningkatkan derajat
gigi dan mulut masyarakat dengan menggunakan data hasil survei, data kesehatan gigi dan mulut
epidemiologi & evidence based dentistry masyarakat dan mencegah
terjadinya penyakit melalui
strategi pemberdayaan,
14.1.2 Mengidentifikasi faktor risiko yang berkaitan
advokasi, dan kerjasama
dengan masalah kesehatan gigi dan mulut
kemitraan dengan berbagai
masyarakat
lembaga dan profesi kesehatan
14.1.3 Merencanakan program kesehatan gigi dan mulut terkait
masyarakat berdasarkan prioritas masalah

14.2 Melakukan upaya promotif dan 14.2.1 Mengkomunikasikan program kesehatan gigi dan
preventif pada masyarakat mulut masyarakat
14.2.2 Menerapkan stategi promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang telah
dilaksanakan
14.2.3 Menganalisis program kesehatan gigi dan mulut
masyarakat yang telah dilaksanakan
14.3 Mengupayakan teknologi informasi 14.3.1 Memahami penggunaan/ pemanfaatan teknologi
untuk kepentingan pelayanan informasi untuk program kesehatan gigi dan mulut
kesehatan masyarakat masyarakat

38
14.3.2 Memahami penggunaan teknologi informasi dan
sumber belajar di bidang kesehatan gigi
masyarakat
14.3.3 Memahami penggunaan teknologi informasi untuk
pengumpulan dan pengolahan data di bidang
kesehatan gigi masyarakat
14.4 Bekerja dalam tim serta membuat 14.4.1 Melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan
jejaring kerja (networking) yang dan masyarakat, dalam upaya mencapai kesehatan
efektif dan efisien dalam usaha gigi dan mulut masyarakat yang optimal.
menuju kesehatan gigi dan mulut
yang optimal
14.4.2 Melaksanakan jejaring kerja dalam pelaksanaan
program kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

14.4.3 Melakukan kerjasama dan jejaring kerja dengan


masyarakat, dan instansi terkait dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.

39
15. Manajemen Perilaku
15.1 Memahami konsep perilaku 15.1.1 Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu, Mampu melakukan manajemen
kesehatan individu, keluarga dan keluarga, dan masyarakat di bidang kesehatan gigi perilaku, manajemen data,
masyarakat di bidang kedokteran dan mulut serta surveilance epidemiology
gigi melalui rekam medik yang
15.1.2 Memotivasi perilaku hidup sehat individu,
terstandar
keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan ggi
dan mulut.
15.1.3 Menerapkan metoda pendekatan untuk mengubah
perilaku kesehatan gigi dan mulut individu serta
masyarakat.
15.1.4 Membuat penilaian perubahan perilaku kesehatan
gigi dan mulut individu serta masyarakat.

15.1.5 Mampu menjabarkan upaya mengubah perilaku


masyarakat dari berorientasi kuratif menjadi
preventif.

40
Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi
Menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan praktik KG.

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

16. Manajemen Praktik dan Lingkungan Kerja


16.1 Menata manajemen praktik serta 16.1.1 Memahami manajemen praktik dan tatalaksana
tatalaksana lingkungan kerja praktik sesuai standar pelayanan kedokteran gigi Mampu menjelaskan prinsip-
kedokteran gigi prinsip dasar pengelolaan
praktek sesuai dengan peran
16.1.2 Membuat perencanaan praktek kedokteran gigi dan fungsi profesional dokter
yang efektif dan efisien. gigi di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan gigi dan
16.1.3 Menjelaskan pengorganisasian dalam menjalankan
mulut mengacu pada MDGs
praktek.
dan konsep Green Dentistry.
16.2 Menata lingkungan kerja kedokteran 16.2.1 Menerapkan lingkungan kerja yang sehat sesuai
gigi dengan prinsip kesehatan dan dengan prinsip ergonomik. Mampu menerapkan prinsip-
keselamatan kerja 16.2.2 Menerapkan prinsip kesehatan dan keselamatan prinsip/konsep dokter gigi
kerja. keluarga dalam upaya
16.2.3 Mengelola dampak praktik terhadap lingkungan meningkatkan kualitas
sekitar. kesehatan gigi mulut
masyarakat.
16.2.4 Menerapkan strategi promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

16.2.5 Melakukan evaluasi program kesehatan gigi dan


mulut masyarakat yang telah dilaksanakan.
16.3 Menerapkan prinsip dasar 16.3.1 Melakukan prosedur perawatan gigi yang tepat
pengelolaan praktik dan bersama-sama dengan tenaga medis lainnya.

41
hubungannya dengan aspek sosial 16.3.2 Melakukan komunikasi secara efektif dan
bertanggung jawab secara lisan maupun tulisan
dengan tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat.

42
BAB IV
PENUTUP

Penyusunan Naskah Akademik ini merupakan bahan dasar bagi pihak terkait, yakni
AFDOKGI dan institusi penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan dalam waktu sesegera mungkin buku Revisi Standar Kompetensi Dokter
Gigi dapat disusun untuk proses pengesahan di Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran
Indonesia.

Selanjutnya, untuk jaminan mutu penyelenggaraan pendidikan profesi dokter gigi, buku
Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi nantinya perlu didampingkan dengan buku Revisi
Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi.

43
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA

LAMPIRAN 1

DAFTAR
POKOK BAHASAN

44
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA

LAMPIRAN 2

DAFTAR
PENYAKIT / KELAINAN
SISTEM
STOMATOGNATI

45
Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
Daftar Penyakit/Kelainan Sistem Stomatognati

Pendahuluan
Daftar ini disusun berdasarkan daftar penyakit/kelainan pada sistem stomatognati dan hasil masukan
dari para pemangku kepentingan. Daftar ini penting untuk menjadi acuan institusi pendidikan dokter gigi
dalam menyelenggarakan aktivitas pendidikan.

Tujuan
1. Menjadi standar terminologi diagnosis penyakit/kelainan sistem stomatognati.
2. Menjadi acuan bagi institusi pendidikan dokter gigi dalam menyusun kurikulum. Tingkat
kemampuan kompetensi yang dicapai pada akhir pendidikan dokter gigi, harus berdasarkan
daftar penyakit/kelainan di bawah ini.

Sistematika
Penyakit/kelainan di dalam daftar ini dikelompokkan menurut klasifikasi WHO ICD-10 pada sistem
stomatognati yaitu (1) Jaringan keras gigi, (2) Jaringan pendukung gigi, (3) Jaringan lunak, (4) Gangguan
tumbuh kembang, (5) Kelainan sendi, disertai tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir masa
pendidikan.
Tingkat kemampuan kompetensi dokter gigi yang harus dicapai dikelompokkan sebagai berikut :

1 Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan mengetahui cara yang paling
tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut.
2 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk penatalaksanaannya atau merujuk kepada
spesialis yang sesuai.

3A Darurat KG
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan
penatalaksanaan awal sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasuskasus
darurat tidak mengancam jiwa/non emergency.
3B Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi sistemik
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan
penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support, sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang
sesuai pada kasuskasus gawat darurat.

46
4 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan
penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan kompetensinya.

1 Jaringan Keras Gigi

No Daftar Penyakit Tingkat


Kemampuan
1 Karies email (termasuk lesi putih) 4
2 Karies dentin 4
3 Karies sementum 4
4 Karies arrested 4
5 Odontoklasia 1
6 Atrisi 4
7 Abrasi 4
8 Erosi 4
9 Abfraksi 4
10 Hipersementosis 2
11 Ankylosis 2
12 Dentin sensitif 4
13 Resorbsi patologis eksternal 3A
14 Resorbsi patologis internal 3A
15 Diskolorisasi intrinsik 2
16 Diskolorisasi ekstrinsik 2
17 Perubahan gigi karena radiasi 1
18 Fraktur gigi dan tulang pendukungnya 4
19 Trauma luksasi 4
20 Trauma avulsi 4
21 Trauma ekstrusi 4
22 Trauma intrusi 4
23 Pupla kronik hiperplastika 4
24 Pulpa reversible 4
25 Pulpa irreversibel 4
26 Pulpa nekrosis 4
27 Denticles 2
28 Kalsifikasi pulpa 2

47
29 Periodontitis apikal akut 4
30 Periodontitis apikal kronis (granuloma) 4
31 Abses periapikal akut 4
32 Abses periapikal dengan sinus/ kronis 4
33 Condensing osteitis 2

2 Jaringan Pendukung Gigi

No Daftar Penyakit Tingkat


Kemampuan
1. Gingivitis associated with dental plaque only 4
2. Gingival diseases modified by systemic factors 3A
3. Gingival diseases modified by medications 3A
4. Gingival diseases modified by malnutrition 3A
5. Gingival diseases of specific bacterial origin 2
6. Gingival diseases of viral origin 2
7. Gingival diseases of fungal origin 2
8. Gingival diseases of genetic origin 2
9. Gingival manifestation of systemic conditions 2
10. Traumatic lesion 2
11. Foreign body reactions 2
12. Chronic periodontitis 3A
13. Aggresive periodontitis 3A
14. Periodontitis as a manifestation of systemic disease 2
15. Necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) 2
16. Necrotizing ulcerative periodontitis (NUP) 2
17. Gingival abscess 4
18. Periodontal abscess 4
19. Pericoronal abscess 4
20. Endodontic periodontal lession 3A
21. Periodontal endodontic lession 4

48
22. Combined lession 4
23. Localized tooth-related factors that predispose to plaque-induced 2
gingival disease or periodontitis
24. Mucogingival deformities and conditions around teeth 2
25. Mucogingival deformities and conditions on edentulous ridge 2
26. Oklusal trauma 4
27. Retained dental root 4

3 Jaringan Lunak

No. Daftar Penyakit Tingkat


Kemampuan
1. Actinic cheilitis 2
2. Amalgam tato 1
3. Amelogenesis imperfekta 2
4. Angina bulosa hemorhagika 2
5. Angioneurotic edema 2
6. Angular cheilitis 3A
7. Ankyloglossia 2
8. Antibiotic sore mouth 3A
9. Bells palsy 2
10. Burning mouth syndrome/glossodinia/glossopirosis 3A
11. Chemical burn 4
12. Crohn disease 2
13. Cripta tonsilar 1
14. Dentinogenesis imperfekta 2
15. Denture sore mouth (tipe 1-4) 3A
16. Duktus stensoni prominen 4
17. Dysgeusia/Ageusia/hypogeusia 1
18. Epidermolisis bulosa 2
19. Epulis fibromatosa 2
20. Epulis fisuratum 2
21. Epulis granulomatosa 2
22. Epulis gravidarum 2

49
23. Eritema multiforme 3A
24. Eritroplakia 2
25. Exfolliative cheilitis 4
26. Fibroma/fibroepithelial 2
27. Fissure tongue 4
28. Fordyce spot 4
29. Friksional keratosis 4
30. Geographic tongue 4
31. Glositis hunter 2
32. Granulomatosis orofasial 2
33. Hairy tongue 4
34. Halitosis 4
35. Hand foot and mouth disease 3A
36. Hemangioma 2
37. Hemifacial hipertrofi 1
38. Herpangina 3A
39. Herpes labialis 4
40. Herpes zoster 4
41. Hiperplasia gingiva (leukemia) 3A
42. Hiperplasia gingiva (obat-obatan) 3A
43. HIV/AIDS 2
44. Kandidal leukoplakia 2
45. Kandidiasis eritematus akut 3A
46. Kandidiasis eritematus kronik 3A
47. Kandidiasis pseudomembran akut 3A
48. Karsinoma in situ rongga mulut 2
49. Kista erupsi 1
50. Kista kelenjar liur (ranula, mukokele) 2
51. Leukoedema 4
52. Leukoplakia 2
53. Liken planus oral 2
54. Likenoid reaction 2
55. Limfangioma 2
56. Linea alba 4
57. Linear gingival eritema 2
58. Linear IgA disease 1
59. Lupus eritematosus 2
60. Makro/mikro-glossia 1
61. Median rhomboid glossitis 4
62. Mononukleosis 1
63. Morcicasio buccarum 4
64. Mukositis 1

50
65. Mumps parotitis 2
66. Necrotizing sialometaplasia 1
67. Necrotizing ulcerative stomatitis/ periodontitis 2
68. Oral hairy leukoplakia 2
69. Oral melanoma 2
70. Papila circumvalata prominen 4
71. Papila foliata prominen 4
72. Papiloma dan kondiloma 2
73. Pemfigus dan pemfigoid 2
74. Penyakit Addison 1
75. Pigmentasi fisiologis 4
76. Pigmentasi patologis (ion logam, obat-obatan) 2
77. Postherpetic neuralgia 3A
78. Primary herpetic gingivostomatitis 4
79. Ptekie/purpura/hematoma oral 2
80. Sarkoma Kaposi 2
81. Serostomia 2
82. Sifilis stadium 1 (chancre oris) 3A
83. Sifilis stadium 2 (mucous patch) 3A
84. Sifilis stadium 3 (gumma) 3A
85. Sindroma Behcet 2
86. Sindroma Peutz Jegher 1
87. Sindroma Sjogren 2
88. Sindroma Steven Johnson 2
89. Smoker melanosis 4
90. Stomatitis aftosa rekuren 4
91. Stomatitis herpetika 4
92. Stomatitis medikamentosa 3A
93. Stomatitis nikotina 4
94. Stomatits venenata 3A
95. Submukosis fibrosis oral 2
96. Thermal burn 4
97. Trigeminal neuralgia 3A
98. Ulkus dekubitalis 4
99. Ulkus traumatik akut 4
100. Ulkus tuberculosis 2
101. White sponge naevus 4
102. Osteoradionekrosis 1
103. Athropic glossitis 3A
104. Atypical facial pain 1
105. Adenocarcinoma 1
106. Denture fissuratum 3A

51
107. Open wound intraoral ( trauma) 4
108. Open wound ekstraoral (trauma) 3B
109. Abses intraoral 4
110. Abses ekstraoral 3A
111. Selulitis 3A
112. Sialadenitis 2
113. Sialolithiasis 2
114. Abses kelenjar salivarius 2
115. Gangguan duktus salivarius 1
116. Mukokel 4
117. Ranula 3A
118. Flabby ridge 2
119. Malignant neoplasma of lip 2
120. Malignant neoplasma of tongue 2
121. Malignant neoplasma of gum 2
122. Malignant neoplasma of floor of mouth 2
123. Malignant neoplasma of palate 2
124. Malignant neoplasma of saliva gland 2
125. Benign neoplasma of mouth 2
126. Benign neoplasma of salivary gland 2
127. Benign neoplasma of bone of skull 2
128. Benign neoplasma of lower jaw bone 2
129. Limfadenitis 4
130. Limfadenopati 4

52
4
GANGGUAN TUMBUH
KEMBANG

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
1 Maxillary macrognathism (maxillary hyperplasia) 2
2 Mandibular macrognathism (mandibular hyperplasia) 2
3 Macrognathism, both jaws 2
4 Maxillary micrognathism (maxillary hypoplasia) 2
5 Mandibular micrognathism (mandibular hypoplasia) 2
6 Micrognathism, both jaws 2
7 Mandibular prognathism 2
8 Maxi llary prognathism 2
9 Mandibular retrognathism 2
10 Maxillary retrognathism 2
11 Asymmetries 2
12 Other specified anomalies of jaw-cranial base relationship 2
13 Disto occlusion 4
14 Mesio - occlusion 4
15 Excessive overjet 4
16 Excessive overbite 4
17 Openbite 4
18 Crossbite 4
19 Midline deviation 4
20 Other specified anomalies of dental arch relationship 4
21 Crowding 4
22 Displacement 4
23 Rotation 4
24 Diastema 4
25 Embedded or impacted teeth in abnormal position 3A

53
26 Embedded or impacted teeth in normal position 4
27 Abnormal jaw closure 4
28 Malocclusion due to abnormal swallowing 4
29 Malocclusion due to mouth breathing 4
30 Malocclusion due to tongue, lip or finger habits 4
31 Hypodontia 4
32 Oligodontia 4
33 Anodontia 4
34 Incisor (mesiodens) and canine regions 2
35 Premolar region 2
36 Molar region (distomolar, fourth molar, paramolar) 2
37 Macrodontia 2
38 Microdontia 2
39 Concrescence 2
40 Fusion 3A
41 Gemination 3A
42 Dens evaginatus 2
43 Dens invaginatus (dens in dente) 2
44 Enamel pearls 2
45 Taurodontism 3A
46 Dental fluorosis 4
47 Mottling of enamel 2
48 Nonfluoride enamel opacities 2
49 Enamel hypoplasia 2
50 Dilaceration 3A
51 Odontodysplasia 2
52 Turners tooth 2
53 Amelogenesis imperfecta 2
54 Dentinogenesis imperfecta 2
55 Odontogenesis imperfecta 2
56 Natal teeth 2
57 Neonatal teeth 2
58 Retained (persistent) primary (deciduous) teeth 4
59 Late eruption 2
60 Colour changes during tooth formation due to blood type incompatibility 2
Colour changes during tooth formation due to malformation of biliary
61 2
system

54
62 Colour changes during tooth formation due to porphyria 2
63 Colour changes during tooth formation due to tetracyclines 2

5 Kelainan Sendi

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1. Ganguan perkembangan TMJ 2
2. Kelainan degenerative TMJ 2
3. Peradangan TMJ 3A
4. Gangguan trauma TMJ 2
5. Gangguan metabolic 1
6. Keganasan TMJ 1
7. Myofacial pain disfunction syndrome 2
8. Derangement of TMJ 2
9. Sprain and strain of jaw 3A
10. Dislokasi TMJ 4
11. Ankilosis TMJ 3A

55
6 Jaringan Keras Selain Gigi

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1. Atrophy of edentulous alveolar ridge 2
2. Developmental odontogenic cyst 3A
3. Developmental non odontogenic cyst 3A
4. Traumatic cyst 3A
5. Dermoid cyst 2
6. Epidermoid cyst 2
7. Nasoalveolar cyst 2
8. Nasolabial cyst 2
9. Torus mandibularis 4
10. Torus palatinus 4
11. Eksostosis 4
12. Alveolar osteitis 4
13. Osteomyelitis 4
14. Osteoradionekrosis 3A
15 Sequestrum of jaw bone 3A
16 Fibrous displasia 2
17 Edentulous ridge 4
18 Irregular alveolar process 2
19 Enlargement of alveolar ridge 2
20 Fraktur of malar and maxilla bones 4
21 Fraktur of mandibular 4

56
7 Lain-Lain

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1. Syok anafilaktik 4
2. Syok neurogenic 4
3. Syok hipovolumik 3B
4. Syok kardiogenik 3A
5. Syok septik 3A
6. Allergic reaction related to medicated 3A

57
STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI INDONESIA

LAMPIRAN 3

DAFTAR
KETERAMPILAN KLINIS
KEDOKTERAN GIGI

58
Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
Daftar Keterampilan Klinis Kedokteran Gigi

Daftar keterampilan klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi Institusi
Pendidikan Dokter Gigi dalam mempersiapkan sumber daya yang berkaitan dengan
keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh lulusan dokter gigi. Pada setiap keterampilan
klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir pendidikan dokter gigi
dengan menggunakan Piramida Miller (Knows, Knows how, Shows how, Does).

Gambar 2 menunjukkan pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan


alternatif cara pengujian pada mahasiswa

Gambar 2. Tingkat kemampuan klinis menurut Piramida Miller dan alternatif cara pengujian pada
mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003)

Tingkat kemampuan 1 (Knows) : Mengetahui dan menjelaskan


Lulusan dokter gigi mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut, sehingga dapat menjelaskan kepada pasien dan
keluarganya, teman sejawat serta profesi lain tentang definisi, prinsip, indikasi, alternative
perawatan dan komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa
melalui perkuliahan, diskusi, penugasan serta belajar mandiri, sedangkan ujiannya dapat
menggunakan ujian tulis.

59
Tingkat kemampuan 2 (Knows How) : Pernah melihat atau didemostrasikan
Lulusan dokter gigi menguasai teori pendukung dari keterampilan ini dengan penekanan pada
clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi pelaksanaan langsung pada pasien oleh
instruktur/dosen penanggung jawab. Pengujian keterampilan tingkat 2 dapat menggunakan
ujian tertulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan atau lisan (written
and oral test).
Tingkat Kemampuan 3 (Shows how) : Pernah melakukan atau pernah menerapkan pada
pasien dibawah supervisi
Lulusan dokter gigi menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang
biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut dengan penekanan pada clinical
reasoning dan problem solving, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien di bawah supervisi
instruktur/dosen penanggung jawab. Terkadang pelatihan dilakukan pada alat peraga atau
standardized patient apabila keadaan tidak memungkinkan. Pengujian keterampilan tingkat 3
dapat menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective
Structured Assestment of Technical Skills (OSATS).

Tingkat Kemampuan 4 (Does) : Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter gigi dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah perawatannya, komplikasi serta pengendalian
komplikasi yang dapat terjadi. Keterampilan ini diperoleh melalui beberapa kali pelaksanaan
pada pasien, tanpa ada kesalahan. Pengujian keterampilan tingkat 4 ini dapat melalui ujian
Mini-CEX, portfolio dan logbook mahasiswa.

60
DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS KEDOKTERAN GIGI

ILMU PENYAKIT MULUT


Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Memahami ilmu kedokteran dasar yang relevan (Patologi oral dan
Patologi Klinik)
3 Memahami berbagai penyakit sistemik / kondisi yang banyak dijumpai
di masyarakat:
a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Kelainan GIT: gastritis
d. Anemia
e. Kehamilan
4 Mengetahui berbagai penyakit sistemik / kondisi yang banyak dijumpai
di masyarakat:
a. Penyakit jantung
b. Penyakit saluran pernapasan
c. Penyakit Ginjal
d. Penyakit Hepar
5 Mengelola pasien dengan varian normal jaringan lunak mulut:
a. Linea Alba
b. Frictional Keratosis
c. Leukoedema
d. Torus palatinus dan torus mandibularis
e. Granula Fordyce
f. Varicosities
6 Merawat pasien dengan lesi-lesi jaringan lunak mulut pada kasus
a. Ulkus Traumatikus
b. SAR minor ringan
c. Stomatitis medikamentosa
d. Stomatitis venenata
e. Stomatitis Herpetika primer dan rekuren
f. Herpes Zoster pada n V2 dan V3
g. ANUG
h. Candidiasis tipe pseudomembran
i. Angular Cheilitis
j. Median Rhomboid Glossitis
k. Cheilosis

61
l. Pigmentasi mukosa mulut: Smokers Melanosis
7 Mengenal, melakukan perawatan inisial (initial treatment) dan merujuk
pasien dengan penyakit
a. Eritema Multiforme
b. Herpangina
c. Hand, foot and mouth disease
d. Reaksi Lichenoid
e. Leukoplakia
f. Eritroplakia
8 Melakukan perawatan penyakit gigi dan mulut pada pasien:
a. Hipertensi
b. Diabetes Melitus
c. Kelainan GIT: Gastritis
d. Kehamilan
9 Mengidentifikasi dan merawat fokus infeksi di mulut.

BEDAH MULUT
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Setting instrument pencabutan gigi
3 Tehnik anestesi lokal infiltrasi
4 Tehnik anestesi lokal blok mandibular (indirect method)
5 Ekstraksi gigi (closed method)
6 Ekstraksi gigi (open method)
7 Odontektomi kasus gigi molar ketiga bawah klas I /A/mesio angular
tanpa penyulit
8 Alveolektomi satu region tanpa penyulit
9 Melakukan suturing atau tehnik penjahitan interrupted suture
10 Dental wiring (tehnik eyelet, essig)
11 Insisi abses intraoral
12 Operkulektomi
13 Asisten operasi di OK major
14 Reposisi TMJ et causa dislokasi TMJ akut
15 Penanganan kegawat daruratan dental dan medik
16 Penanganan komplikasi ekstraksi dan anastesi lokal
17 Kewaspadaan universal (aseptic technique)
18 Kerumahsakitan (stase UGD)
19 Penatalaksanaan medically compromised patients (rujukan)
## tanpa penyulit = ASA I/ASA II; tidak dekat struktur anatomis vital

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Pengelolaan tingkah laku anak 4

62
3 Dental health education (DHE) 4
4 Profilaksis oral 4
5 Pit and Fissure sealant 4
6 Topikal aplikasi fluor 4
7 Tumpatan kelas I amalgam 4
8 Tumpatan kelas II amalgam 4
9 Tumpatan Semen Ionomer Kaca gigi anterior dan posterior 4
10 Mahkota logam (Stainless Steel Crown) gigi sulung 4
11 Pulpotomi gigi sulung
12 Pulpektomi gigi sulung
13 Perawatan gigi non vital
14 Ekstraksi gigi sulung dengan anestesi topikal 4
15 Ekstraksi gigi sulung dengan anestesi infiltrasi, tanpa penyulit 4
16 Ekstraksi gigi sulung dengan blok mandibular, tanpa penyulit
17 Space maintainer
## tanpa penyulit = ASA I/ASA II, behaviour normal

ILMU KONSERVASI GIGI


Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Teknik isolasi dengan rubberdam
3 Tumpatan Amalgam kelas I-II
4 Tumpatan Komposit kelas I,II, III, IV,VI
5 Tumpatan Semen Ionomer Kaca kelas V
6 Tumpatan Inlay/Onlay
7 Pulpa Capping Direct/Indirect
8 Pulpektomi akar tunggal dan akar jamak tanpa penyulit
9 Perawatan Saluran Akar akar tunggal dan akar jamak tanpa penyulit
10 Mahkota pasak
11 Desensitisasi
12 Bleaching ekstra koronal
## tanpa penyulit = ASA I/ASA II

PERIODONSIA
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Dental Health Education (DHE)
3 Skeling & polishing manual/ ultrasonic
4 Root planing
5 Kuretase
6 Oklusal adjusment
7 Gingivektomi
8 Splinting pada model
9 Bedah flap periodontal

63
10 Terapi hipersensitif dentin

PROSTODONSIA
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Gigi tiruan sebagian lepasan kasus sederhana (kehilangan < 3 gigi)
3 Gigi tiruan sebagian lepasan kasus kompleks (penentuan dimensi
vertical)
4 Gigi tiruan penuh
5 Mahkota selubung
6 Mahkota pasak
7 Mahkota dan jembatan
8 Reparasi gigi tiruan lepasan
9 Relining dan rebasing

ORTODONSIA
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pemeriksaan lengkap, penegakan diagnosis, DD/, prognosis dan 4
rencana perawatan
2 Perawatan maloklusi kelas I sederhana
3 Perawatan pasien turunan/warisan

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Tehnik radiografi intra oral periapical, oklusal, dan bite wing
2 Tehnik radiografi ekstra oral panoramik dan sefalometri
3 Prosesing radiograf
4 Interpretasi radiograf

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Skenario penyuluhan boneka
2 Penyuluhan masyarakat
3 Survey masalah kesehatan gigi masyarakat
4 Praktik kerja lapangan di Puskesmas
5 Praktik kerja lapangan UKGS/UKGM
6 Sistem rujukan /administrasi rekam medis

KEDOKTERAN GIGI FORENSIK


Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Pengisian data ante mortem (sesuai format yang berlaku/DVI)

64
65

Anda mungkin juga menyukai