Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KEBIJAKAN KAKAO NASIONAL DALAM MENINGKATAN PEROLEHAN

PETANI KAKAO DAN PERANAN KAKAO NASIONAL DI PASARAN DUNIA


(SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK)
Ahmad Arwin Jauhari dan Budisantoso Wirjodirdjo
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: bon3k_juve@yahoo.co.id ; santoso@ie.its.ac.id

Abstrak
Kakao merupakan salah satu andalan komoditas Indonesia di pasaran komoditas dunia, setelah
karet dan kelapa sawit. Dengan luas lahan kakao yang mencapai 1,4 juta hektar pada tahun 2008,
setiap tahunnya kakao menyumbangkan devisa sekitar US$ 1,8 milyar. Sebenarnya, devisa dari
sektor komoditas kakao ini masih berpotensi bertambah, baik dari biji kakao maupun produk
olahan kakao. Namun seiring dengan adanya potongan harga (automatic detention) yakni sebesar
10-15% bagi setiap produk kakao Indonesia di negara tujuan ekspor sebagai akibat rendahnya
kualitas kakao Indonesia, menjadikan pendapatan devisa kita semakin berkurang. Disamping itu,
kebijakan pemerintah yang mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10 % terhadap
setiap biji kakao nasional yang dijual di pasaran dalam negeri menyebabkan petani Indonesia lebih
cenderung untuk mengekspor kakao dari pada menjualnya di industri kakao nasional. Hal ini
menyebabkan semakin buruknya kondisi industri pengolahan kakao nasional dan diperparah
dengan kecilnya konsumsi kakao nasional. Namun seiring dengan berkembangya waktu
pemerintah telah menerapkan kebijakan Bea Ekspor bagi setiap biji kakao yang diekspor, sehingga
industri kakao nasional sedikit banyak tertolong dengan adanya kebbijakan tersebut. Oleh karena
itu, untuk mengkaji seberapa efektif kebijakan kakao nasional selama ini maka digunakan
pendekatan pemodelan sistem dinamis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dengan
adanya skenario pembiayaan untuk memperbaiki kualitas kakao nasional dan produktivitas lahan
kakao, perolehan petani kakao menjadi meningkat. Sedangka, skenario pembiayaan untuk insentif
petani kakao menjadikan peningkatan nilai tambah produksi kakao olahan, hal ini dibuktikan
dengan semakin meningkatnya kapasitas terpasang dan ekspor kakao olahan. Secara umum,
penerapan skenario-skenario tersebut mampu meningkatkan peran perkakaoan nasional dipasaran
dunia dan meningkatkan devisa nasional dari sektor komoditas kakao.
Kata kunci : Komoditas Kakao, Sistem Dinamika, Simulasi, Kebijakan
Abstract
Cocoa is one of the main Indonesias commodity in world commodity markets, after rubber and
palm oil. With a land area of cocoa reached 1.4 million hectares in 2008, foreign exchange
annually cocoa contributed about U.S. $ 1.8 billion. Actually, the foreign exchange from cocoa
sector is still potential to grow, both from cocoa beans and processed cocoa products. However
there is the automatic detention which is equal to 10-15% for each country of destination products
of Indonesian cocoa exports as a result of the low quality of Indonesian cocoa, making us less and
less earnings. In addition, government policies which impose value added tax of 10% of each
national cocoa beans sold in the domestic market led to Indonesian farmers are more likely to
export than to sell cocoa in the national cocoa industry. This causes increasingly poor condition
of the national cocoa processing industry, and compounded by the small national cocoa
consumption. But along next era the government has implemented a policy for any Customs
Export of cocoa beans are exported, so the national cocoa industry to some extent helped by the
existence of such policies. Therefore, to assess how effective national policy for cocoa is, then
used in dynamic system modeling approach. Based on research that has been done, with the
financing scenarios to improve the quality of the national cocoa and cocoa land productivity, the
earning of cocoa farmers are increase. While, an incentive financing scenarios for cocoa farmers
to make added value of processed cocoa production, this is evidenced by the increasing installed
capacity and exports of processed cocoa. In general, the implementation of these scenarios could
increase the role of cocoa national in world market and increase the national foreign exchange
from the cocoas commodity sector.
Keywords: Commodities Cocoa, System Dynamics, Simulation, Policy

1
1. Pendahuluan biji kakao berkualitas baik. Hal ini bukan
Kakao merupakan salah satu komoditas merupakan indikasi yang bagus bagi perkakaoan
perkebunan utama didunia. Komoditas ini dicari nasional, karena kelebihan stok kakao nasional
karena merupakan bahan baku pembuatan seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
cokelat. Biji kakao yang telah mengalami meningkatkan produksi dari produk olahan
serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk kakao sehingga ketergantungan impor kakao
dan aromanya seperti yang ada di pasaran dapat dikurangi.
sekarang. Banyak sekali produk dengan bahan Beberapa permasalahan yang dihadapi
baku cokelat yang sangat familiar dengan komoditas ini antara lain masih rendahnya
kehidupan modern saat ini, seperti kue cokelat, produktivitas komoditas kakao yang disebabkan
ice-cream cokelat, ataupun minuman cokelat. oleh hal-hal sebagai berikut : penggunaan benih
Perkembangan produksi kakao dunia saat ini asalan, belum banyak digunakan benih klonal,
dikuasai oleh tiga pemasok utama dunia yaitu masih tingginya serangan hama PBK (penggerek
Pantai Gading (38,3%), Ghana (20,2%) dan buah kakao), hingga saat ini belum ditemukan
Indonesia (13,6%). Pemasok lainnya adalah klon kakao yang tahan terhadap hama PBK,
Kamerun (5,1%), Brasil (4,4%), Nigeria (4,9%) sebagian besar perkebunan berupa perkebunan
dan Ekuador (3,1%). Walapun sebagai pemasok rakyat yang dikelola masih dengan cara
utama kakao dunia, selama tahun 2002-2006 tradisional dan umur tanaman kakao sebagian
rata-rata pertumbuhan produksi Pantai Gading besar sudah tua, di atas 25 tahun jauh di atas usia
relatif rendah yakni hanya 1% per tahun, paling produktif 13-19 tahun. (Dinie Suryani &
sebaliknya Ghana tumbuh sangat tinggi 10,5% Zulfebriansyah,2007)
per tahun. Sementara Indonesia dan Kamerun Disamping itu, perkebunan kakao juga
tumbuh moderat dengan masing-masing menyumbang dalam penyediaan lapangan kerja
meningkat rata-rata 5,1% dan 4% per tahun. dan sumber pendapatan bagi sekitar 1,1 juta
(ICCO-Internationa Cacao Organiazation). kepala keluarga petani yang kebanyakan berada
Harga kakao dunia saat ini terus berfluktuasi di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Dengan
dengan kecenderungan tren naik. Harga kakao di areal luas lahan mencapai 1,473,259 Ha pada
pasaran internasional relatif mahal, dikisaran tahun 2008 dan dengan produktivitas 792,791
US$ 2.000/ton, sehingga cukup menambah ton, (Departemen Pertanian) hampir 92,8 %
devisa bagi negara penghasil buah kakao merupakan perkebunan rakyat sedangkan
tersebut. Berdasarkan data ICCO pada semester selebihnya dikelola oleh swasta dan perkebunan
II 2007 harga kakao diperkirakan akan menurun, negara. Hal ini sangat berbeda dengan pelaksaan
namun di bulan Desember 2007 harga kakao perundangan Undang-Undang No.9 Tahun 1999
kembali meningkat mencapai US$ 2.113/ ton. yang menyatakan monopoli dan atau pemusatan
Fluktuasi harga ini akan mempengaruhi tingkat kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan
produksi kakao dari negara-negara penghasilnya atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan menguasai hajat hidup orang banyak serta
yang maksimal. cabang-cabang produksi yang penting bagi
Di Indonesia sendiri komoditas kakao negara diatur dengan undang-undang dan
merupakan komoditas penghasil devisa negara diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara
nomor tiga setelah kelapa sawit dan karet dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau
dengan total pendapatan sebesar US $ 1,8 milyar ditunjuk oleh pemerintah. Badan usaha untuk
atau naik 20% dari tahun sebelumnya perkebunan kakao nasional adalah PT.
(bisnis.com,2009). Kebanyakan kakao diekspor Perkebunan Nusantara (PTPN) yang tersebar di
dalam bentuk bahan baku mentah yaitu berupa seluruh wilayah Indonesia.
biji kakao, sebanyak 75 % dari total produksi Masalah yang lainnya yaitu pengelolaan produk
456 ribu ton, sedangkan sisanya di olah didalam kakao masih tradisional (85% biji kakao
negeri untuk menghasilkan hasil turunan kakao produksi nasional tidak difermentasi) sehingga
seperti cocoa powder, cocoa butter, cocoa cake, mutu kakao Indonesia dikenal sangat rendah
cocoa liquor. Namun demikian, Indonesia masih (berada di kelas 3 dan 4). Akibat mutu rendah,
mengimpor biji kakao karena kebutuhan akan harga biji dan produk kakao Indonesia sangat

2
rendah di pasar internasional (terkena diskon Sebagai dasar dalam penelitian yang dilakukan,
USD200/ton atau 10%-15% dari harga pasar). perlu dilakukan pengkajian terhadap literatur
Selama ini kurangnya ketertarikan serta baik berupa buku, jurnal, artikel, atau penelitian
minat para petani / produsen untuk terdahulu yang membahas mengenai teori dari
menghasilkan kakao fermentasi disebabkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
karena kurangnya insentif yang diberikan oleh serta kondisi perkakaoan nasional. Selain studi
pembeli terhadap biji kakao hasil fermentasi literatur, juga dilakukan pengumpulan data.
(Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Pengumpulan data dilakukan melalui penggalian
Hasil Pertanian,2009). informasi dari berbagai sumber yang berkaitan,
Selain itu, pengenaan pajak pertambahan nilai seperti artikel, situs bank data, dan penelitian
(PPN) sebesar 10% untuk setiap penjualan sebelumnya.
komoditas kakao di dalam negeri sedangkan Tahap Pemodelan terdiri atas konseptualisasi
ekspor kakao sama sekali tidak dikenai PPN sistem, formulasi model simulasi, simulasi
sehingga menjadikan petani kakao kita lebih model, validasi model, dan penyusunan skenario
senang mengekspor kakao ke luar negeri seperti, perbaikan. Konseptualisasi model dilakukan
Malaysia dan Singapura. Hal ini sangat dengan mengidentifikasi variabel dalam sistem
merugikan industri pengolahan kakao nasional. kemudian disusun dalam causal loop diagram.
Terbukti dengan semakin turunnya jumlah Formulasi model dilakukan dengan software
perusahaan pengolahan kakao nasional dari 14 simulasi yaitu Veneta Simulation (Vensim) yang
perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia, dilanjutkan dengan simulasi model. Validasi
sekarang hanya menjadi 4 perusahaan. Untuk model bertujuan untuk menguji apakah model
mengatasi permasalahan PPN pemerintah sudah mewakili real system. Jika model telah
menerapkan kebijakan pajak ekspor kakao, valid, dapat dilanjutkan pada penyusunan
dimana setiap penjualan kakao ke luar negeri skenario perbaikan. Tahap analisis dan
akan dikenai pajak ekspor sebesar 30%. Hal ini kesimpulan merupakan tahap terakhir yang
dimaksudkan untuk melindungi industri kakao terdiri atas perbandingan hasil simulasi
nasional dari kekurangan pasokan kakao. perbaikan dan existing. Perbandingan hasil
simulasi dilakukan untuk melihat apakah
2. Metodologi Penelitian perbaikan yang dilakukan sudah mampu
Metodologi penelitian akan menjelaskan meningkatkan efektifitas sistem. Kemudian
tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam dilanjutkan dengan langkah analisis dan
penelitian ini. Secara keseluruhan, terdapat interpretasi data, serta penyusunan kesimpulan
empat tahapan utama dalam penelitian ini, yaitu dan saran.
tahap identifikasi, tahap pemodelan, tahap
simulasi dan penyusunan skenario kebijakan, 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data
dan tahap analisis dan kesimpulan. Tahap Pada tahap ini meliputi identifikasi sistem
Identifikasi bertujuan untuk mengidentifikasi perkakaoan nasional,konseptualisasi model,
mengenai gambaran umum dari sistem yang formulasi model, simulasi model, verifikasi dan
akan diamati. Tahapan ini terdiri atas perumusan validasi model dan terakhir penyusunan skenario
masalah, perumusan tujuan dan manfaat, studi kebijakan.
literatur, dan pengumpulan data. Permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu untuk 3.1 Identifikasi Sistem Perkakaoan Nasional
menganalisis sejauh mana efektifitas kebijakan Sistem yang diamati kali ini adalah sistem
perkakaoan nasional yang diterapkan oleh perkakaoan nasional. Seluruh pelaku utama
pemerintah selama ini terkait dengan dinamika sistem dapat ditunjukkan pada gambar 3.1 Big
perkembangan perkakaoan nasional dalam Picture Mapping. Batasan penelitian dapat
meningkatkan perolehan petani kakao dan dilihat pada garis merah pada gambar 3.1
meningkatkan peranan produk kakao nasional di tersebut.
pasaran komoditas kakao dunia. Setelah
ditentukan permasalahannya, kemudian dapat
dirumuskan tujuan dan manfaat penelitian.

3
Budidaya Tanaman Kakao dan Penguatan
Kelembagaan Petani di Dataran Menengah
Palopo. Prosiding Seminar Nasioanal
Pengembagan Inovasi Pertanian Lahan Marginal
dan Budisantoso Wirjodirdjo sebagai expert
sistem dinamik. Model dibagi kedalam
submodel yaitu persediaan kakao nasional,
kebun kakao, industry olahan nasional,
persediaan kakao dunia, harga kakao, devisa
nasional, dan perolehan petani.

3.2.2 Penyusunan Diagram Input-Output


Diagram input-output ini disusun dengan tujuan
untuk lebih memperjelas identifikasi sistem
dalam hal variable apa saja yang merupakan
inputan sistem, outputan sistem dan lingkungan
sistem sehingga nantinya dapat diketahui
inputan yang dapat dikontrol dan yang tidak
dapat dikontrol. Begitu pula untuk outputan,
Gambar 3.1 Big Picture Mapping dapat diketahui output yang diinginkan dan yang
Berdasarkan dari Big Picture Mapping tidak diinginkan sehingga dapat dilakukan
Perkakaoan Nasioanal yang telah disebutkan kontrol terhadap sistem, dalam hal ini adalah
diatas maka dapat dilihat bahwa fokus penelitian peran pembuat kebijakan. Diagram input-output
ini terletak pada beberapa pelaku utama sistem dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini :
Input Lingkungan
perkakaoan nasional yang antara lain produsen Input Tak Terkendali Output Dikehendaki
- Kondisi politik dan ekonomi dunia - Kebijakan Pemerintahan - Peningkatan produktivitas lahan
kakao dalam hal ini petani, PTPN, dan swasta, dan dalam negeri - Iklim - Peningkatan jumlah produksi kakao
- Nilai tukar Rupiah - Peningkatan nilai tambah kakao
industri kakao olahan nasional dan pemerintah - Inflasi nasional
- Harga Kakao Internasional dan - Peningakatan kualitas kakao
sebagai pembuat kebijakan. Lokal - Peningakatan kesejahteraan petani
- Kualitas Kakao Impor kakao
- Demand kakao baik luar maupun
SISTEM PERKAKAOAN
dalam negeri
3.2 Konseptualisasi Model NASIONAL
Output Tak Dikehendaki
Konseptualisasi model diawali dengan Input Terkendali - Produktivitas lahan menurun
- Kualitas yang semakin menurun
mengidentifikasi terlebih dahulu variabel- - Luas lahan yang tersedia - Tidak ada nilai tambah produk
turunan kakao
variabel yang berinteraksi dan saling - Kapasitas produksi
- Kualitas kakao - penurunan kesejahteraan petani
kakao
mempengaruhi didalam sistem perkakaoan - Penggunaan sarana produksi
- Bea Ekspor dan Bea Masuk - Penurunan jumlah produksi dan
kapasitas produksi
nasional. Untuk mempermudah identifikasi dan
pemodelan, disusun sebuah diagram input- PENGELOLAAN
output. Selanjutnya dibentuk diagram sebab
akibat atau cause loop diagram serta stock and Gambar 3.2 Diagram Input-Output
flow diagram dari model sistem perkakaoan
nasional 3.2.3 Causal-Loop Diagram
Penyusunan causal loop diagram bertujuan
3.2.1 Identifikasi Variable untuk menggambarkan interaksi antar elemen
Tahap awal konseptualisasi model adalah dalam sistem perkakaoan nasional. Interaksi ini
melakukan identifikasi variable yang mempunyai 2 kemungkinan, yaitu interaksi yang
berpengaruh dalam sistem. Identifikasi variable positif dan negatif. Hubungan tersebut bisa
disini merupakan hasil saduran dari beberapa bersifat positif jika penambahan pada satu
jurnal sebelumnya baik nasional maupun variabel akan menyebabkan penambahan pada
internasional yaitu antara lain Malaysian Cocoa variabel lain, namun apabila penambahan pada
Market Modelling: A Combination of satu variabel akan menyebabkan pengurangan
Econometric and System Dynamic Approach pada variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa
(Munich Personal RePEc Archive), Perbaikan hubungan antar kedua vairabel tersebut adalah

4
negatif. Causal-loop diagram ini dapat dilihat
pada gambar 3.3 berikut ini.

Harga Kakao Penerimaan Negara


Non-Migas Sektor
Dunia +
Permintaan Kakao Perkebunan
- + Permintaan Olahan
Dunia
Market Share Kakao Dunia +Harga Olahan
Persediaan Biji Nasional Kakao Dunia
Kakao Dunia + + -
Persediaan Olahan
+
+ + Kakao Dunia
Harga Kakao Ekspor Biji Kakao
Nasional + +
<Inflasi> Kualitas Kakao
Ekspor Hasil
Olahan Kakao +
<Kualitas Kakao> + Persediaan Kakao
+ Impor Biji Kakao + Harga Olahan
Produksi Kakao Nasional
Kakao Nasional
Nasional
Perolehan Petani + Permintaan Kakao Persediaan Hasil +
+ Dalam Negeri + Olahan Kakao <Inflasi>
- +
Produktifitas Intesifikasi +
Industri
+ Gambar 3.4 Sub-model Kebun Kakao
Lahan + +
++ Pengolahan Kakao
Luas Lahan -
Biaya Opersional
Hama PBK Teknologi Pasca Teknologi 2) Sub-model Persediaan Kakao Nasional
+ Panen + Pengolahan Kakao
- Bibit + +
+ Teknologi+
Pupuk Pembiayaan Negara
Ekstensifikasi+
Penanganan Hama Lembaga + Sektor Perkebunan
Nasional + Penelitian

Gambar 3.3 Causal-loop Diagram

3.3 Formulasi Model


Setelah model konseptual tersusun secara
terstruktur, tahap berikutnya adalah formulasi
model. Pertama formulasi dilakukan dengan
menggambarkan stock and flow diagram.
Selanjutnya akan disusun formulasi matematis
dalam diagram tersebut.

3.3.1 Stock and Flow Diagram


Pembuatan stock and flow diagram ini Gambar 3.5 Sub-model Persediaan Kakao Nasional
berdasarkan causal-loop yang telah disusun
sebelumnya. Stock and flow diagram atau 3) Sub-model Industri Kakao Nasional
diagram alir ini merupakan penjabaran lebih
rinci dari sistem yang sebelumnya ditunjukan
oleh causal-loop diagram karena pada diagram
ini memperhatikan pengaruh waktu terhadap
keterkaitan antar variable, sehingga nantinya
setiap variable mampu menunjukkan hasil
akumulasi untuk variable level, dan variable
yang merupakan laju aktivitas sistem tiap
periode waktu atau disebut dengan rate.
1) Sub-model Kebun Kakao

Gambar 3.6 Sub-model Industri Kakao Nasional

5
4) Sub-model Persediaan Kakao Dunia 7) Sub-model Harga Kakao

Gambar 3.7 Sub-model Persediaan Kakao Dunia Gambar 3.10 Sub-model Harga Kakao
5) Sub-model Pendapatan Petani 3.3.2 Formulasi Matematis
Pada saat pembuatan model diagram stock and
flow diperlukan penyusunan formulasi model
matematis agar ketika dilakukan running model
vensim dapat berjalan. Penyususan formulasi
model matematis ini dilakukan untuk semua
variable yang mana dilakukan peng-input-an
data sesuai dengan data yang telah diperoleh
sebelumnya. Selain itu peng-input-an data
tersebut dapat didasarkan pada judgetmental dari
pihak yang berkompeten jika pencarian data
tersebut tidak memungkinkan. Berikut ini
merupakan salah satu contoh formulasi model
matematis yang terdapat pada variable tanaman
Gambar 3.8 Sub-model Pendapatan Petani menghasilkan :
6) Sub-model Devisa Nasional

Gambar 3.9 Sub-model Devisa Nasional Gambar 3.11 Contoh Formulasi Matematis

3.4 Simulasi Model


Setelah selesei dilakukan formulasi model
matematis untuk masing-masing variable, maka
model tersebut dapat dilakukan simulasi dengan
vensim. Simulasi ini dimaksudkan untuk melihat
perilaku model sistem yang telah dibuat.

6
Perilaku model yang didapat ini merupakan yang mana biaya tersebut berasal dari Bea
sebuah referensi yang dapat menunjukkan Ekspor biji kakao.
kedinamisan model. Sebelum dilakukan simulasi 2) Skenario 2 : menambah model pembiayaan
terhadap model, terlebih dahulu diperlukan untuk mengatasi pengurang produktivitas
pendefinisian satuan waktu yang digunakan kakao yaitu Hama PBK dan Rehabilitasi
selama simulasi, dan untuk simulasi model Tanaman Tua, dan juga untuk meningkatkan
sistem perkakaoan nasional ini dilakukan dengan faktor peningkatan produktivitas yang antara
setting waktu satuan tahun. lain Penggunaan Bibit Unggul, Intensifikasi
Pertanian dan Penggunaan Teknologi
3.5 Verifikasi dan Validasi Model pertanian. Semua itu dilakukan dalam
Verifikasi model merupakan tahapan untuk rangka peningkatan produktivitas lahan
memastikan apakah model yang telah dibuat kakao yang berasal dari sumber yang sama
sudah sesua dengan pandangan pembuat model yaitu Bea Ekspor biji kakao.
yakni dengan melakukan check model. Selain itu 3) Skenario 3 : merupakan pengembangan
dilakukan check unit untuk memastikan bahwa lanjutan dari skenario 2 tetapi dengan
dimensi satuan dalam model sudah logis. melakukan perubahan proporsi pembiyaan
Pengecekan ini dilakuakan pada software sebesar 5%.
vensim yang digunakan oleh pembuat model. 4) Skenario 4 : memberikan insentif untuk
Validasi model merupakan pengujian terhadap merangsang masyarakat dan pihak industri
model untuk melihat apakah model sudah agar lebih mengembangkan industri kakao
mampu mewakili atau menggambarkan sistem olahan nasional. Insentif ini diambil dari
nyata dan sudah benar. Validasi model yang Bea Ekspor juga seperti skenario
akan digunakan pada pemodelan sistem sebelumnya.
perkakaoan nasional adalah dengan metode
kotak hitam (Black Box) yaitu dengan 4. Analisis dan Pembahasan
membandingkan nilai rata-rata dan perbedaan Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan
amplitudo variansi antara hasil simulasi dengan data, maka kemudian dilakukan analisis
kondisi aktual sistem (eksisiting). Validasi juga mengenai hasil yang diperoleh. Tahap analisis
dapat dilakukan dengan menggunakan software yang dilakukan mencakup analisis mengenai
Minitab dengan Paired-t Test untuk two-tailed kondisi sistem amatan, konseptualisasi model,
test. Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk hasil simulasi, dan desain skenario.
melakukan uji validasi ini adalah 95%. Validasi
meggunakan hipotesis awal (H0) dan hipotesis 4.1 Analisis Sistem Perkakaoan Indonesia
tandingan (H1) sebagai berikut : Komoditas kakao merupakan komoditas terbesar
H0: d = 0 (tidak ada perbedaan data) ketiga dalam menyumbang devisa nasional
H1: d 0 (terdapat perbedaan data) disektor perkebunan nasional setelah karet dan
Uji validasi dilakukan untuk variable harga kelapa sawit. Komoditas ini mulai digemari
kakao, produktivitas, dan produksi kakao petani Indonesia pada permulaan tahun1980-an
nasional. sehingga terjadi penanaman besar-besaran
tanaman kakao khususnya diwilayah Indonesia
3.6 Penyusunan Skenario Kebijakan timur sehingga sampai sekarang komoditas ini
Dalam penelitian kali ini terdapat 4 skenario menjadi mata pencaharian utama sekitar 1,2 juta
kebijakan yang telah disusun, skenario 1 dan 2 orang petani kakao dan hampir seluruhnya di
merupakan skenario dari kebijakan yang telah Kawasan Indonesia Timur. Komoditas ini
dilaksanakan sedangkan skenario 3 usulan digemari karena memiliki nilai jual yang tinggi
skenario kebijakan di masa mendatang, yaitu : di pasaran internasional baik dalam bentuk biji
1) Skenario 1 : penghapusan PPN dan maupun olahan. Disamping itu, permintaan akan
memberikan model pembiayaan insentif biji kakao dan kakao olahan semakin meningkat
fermentasi dan pengembangan Sumber Daya dari tahun ke tahun.
Manusia untuk meningkatkan kualitas kakao Namun, kondisi sistem perkakaoan nasional ini
cenderung sangat memprihatinkan. Walaupun

7
tiap tahunnya luas areal lahan senantiasa pendapatan devisa nasional, hal ini dikarenakan
meningkat karena dipengaruhi harga yang terus bahan baku yang sangat melimpah sehingga
meningkat yang juga disebabkan oleh konsumsi nantinya dapat dijadikan sebagai bahan baku
kakao dunia yang tinggi, tingkat produktivitas olahan kakao dengan harapan ekspor produk
lahan yang masih rendah menjadi masalah serius kakao olahan semakin meningkat. Sedangkan,
yang dihadapi oleh petani, terutama masalah dari pemerintah dengan adanya regulasi pajak
hama pengerek buah kakao (PBK) yang pertambahan nilai (PPN) untuk produk kakao
mengancam eksistensi tanaman kakao nasional. yang dijual didalam negeri menjadikan petani
Saat ini produktivitas yang ada dilapangan lebih cenderung untuk menjual dalam bentuk
adalah sebesar 0,6 ton per hektar pertahun. Nilai biji kakao ke luar negeri karena tidak dikenakan
tersebut masih tergolong sangat rendah jika PPN. Karena itu, pemerintah pada tahun 2010
dibandingkan dengan negara pesaing penghasil ini menerapkan Bea Ekspor terhadap kakao yang
kakao seperti Ghana dan Pantai Gading yang dijual ke luar negeri yang besarnya sesuai
sudah bisa mencapai produktivitas 2 ton per dengan harga internasional yang ada. Tujuannya
hektar pertahun. Indonesia bukan tidak mungkin agar pasokan terhadap industri kakao nasional
mencapai produktivitas tersebut asalkan dapat sudah terjamin. Dalam hal ini, pemerintah
mengatasi permasalahan yang ada. Selain hama, sebagai perumus kebijakan berperan penting
faktor lain yang menjadikan menurunnya nilai dalam perkembangan industri kakao olahan dan
produktivitas adalah tanaman kakao nasional sistem kakao secara keseluruhan.
yang sudah tua, yakni hampir mencapai umur 20
tahun, sedangkan umur produktif tanaman kakao 4.2 Analisis Big Picture Mapping
adalah sekitar umur14-18 tahun. Hal ini juga Big Picture Mapping dari sistem perkakaoan
harus diperhatikan oleh pemerintah dan petani nasional ini dapat dilihat pada gambar 4.1 yang
untuk melakukan peremajaan tanaman melalui menjadi kajian dalam penelitian kali ini. Pada
penggunaan teknologi pertanian, intensifikasi gambar tersebut dapat dilihat dengan jelas
lahan seperti penggunaan pupuk, sehingga gambaran sistem perdagangan kakao mulai dari
nantinya diharapkan dengan adanya peningkatan produsen yaitu petani kakao, swasta dan PTPN
produktivitas maka akan dapat pula yang dalam hal ini merupakan suatu kesatuan
meningkatkan perolehan petani kakao. produksi, kemudian hasil produksi kakao
Masalah lain yang dihadapi oleh sistem tersebut didistribusikan melalui pedagang lokal
perkakaoan nasional adalah mengenai kualitas atau didistribusikan oleh pedagang antar pulau
biji kakao nasional yang masih tergolong rendah. yang masih dalam bentuk biji kakao. Kemudian
Kualitas ini ditinjau dari tingkat fermentasi biji dari pedagang antar pulau ini akan diekspor baik
kakao sebelum di pasarkan sedangkan kualitas melalui eksportir maupun secara langsung ke
yang rendah ini yang menjadikan nilai jual konsumen internasional. Disamping itu pula,
kakao Indonesia juga rendah karena masih kakao tersebut dijual ke industri kakao olahan,
mendapatkan potongan harga dari negara tujuan tetapi jumlahnya masih sedikit, bila
ekspor. Petani ini masih malas untuk melakukan dibandingkan dengan jumlah yang diekspor. Hal
fermentasi karena disamping tidak ada teknologi ini sangat disayangkan karena dengan diolah
dan tingkat sumber daya manusia yang rendah, terlebih dahulu maka kita akan mendapatkan
insentif dari pemerintah untuk setiap kakao produk dengan nilai tambah bila hanya menjual
fermentasi tidak ada sama sekali, sehingga mentahnya saja. Tetapi industri nasional kakao
petani lebih memilih menjual biji langsung tanpa olahan masih tergantung dari impor kakao,
fermentasi dengan tujuan untuk mendapatkan untuk kebutuhan kakao dengan kualitas baik
uang secara cepat. sebagai bahan campuran untuk olahan kakao.
Disamping itu, sebagian besar produk kakao Jumlah impor tersebut tidak sedikit karena
Indonesia yang diekspor adalah dalam bentuk hampir sepertiga dari kapasitas olahan kakao
biji, yaitu sebesar 80% dari stok yang ada. nasional saat ini. oleh karena itu pemerintah dan
Padahal bila dilihat dari harganya, kakao olahan asosiasi petani kakao Indonesia (APKAI) dan
lebih menjanjikan karena hampir 2 kali lipat dari Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) sangat
harga biji kakao. Hal ini menjadi potensial bagi berperan penting untuk meningkatkan kinerja

8
sistem perkakaoan nasional sehingga dapat kesejahteraan petani yang diukur melalui
berdaya saing tinggi, seperti dengan perolehan petani. Sedangkan outuput tak
meningkatkan kualitas kakao petani nasional dan dikehendaki merupakan efek samping yang tidak
juga segera meningkatkan kapasitas akan dapat dihindari, namun dapat menjadi informasi
pengolahan industri kakao dimasa mendatang. atau masukan untuk mengontrol nilai input
Hal ini dinilai sangat mendesak karena tuntutan dikehendaki seperti penurunan luas lahan,
jaman yang semakin besar kebutuhan akan kualitas, perolehan petani, jumlah produksi dan
kakao sebagai bahan utama pembuatan cokelat. kapasitas produksi.
Tentunya hal tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan kebijakan yang sesuai dan peran ini 4.4 Analisis Hasil Simulasi
adalah peran dari pemerintah sebagai otoritas Analisa dari hasil simulasi merupakan simulasi
pembuat kebijakan. dari setelah dibangunnya sebuah model. Salah
satu cara untuk mempermudah dalam melihat
4.3 Analisis Model Konseptual perkembangan dinamika suatu sistem adalah
Dalam input-output diagram ini yang pertama dengan menyajikan hasil simulasi dalam grafik.
untuk input tak terkendali ini menunjukkan Setelah dilakukannya running simulasi dari
faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas model maka dapat diketahui hasilnya seperti
sistem perkakaoan nasional, namun sistem yang akan disajikan berikut ini. Pada gambar 4.2
sendiri tidak memiliki kemampuan untuk merupakan gambar grafik harga kakao
mengontrol nilai dari input tersebut. Pada internasional. Dari gambar tersebut, maka dapat
umumnya input tak terkendali merupakan faktor diketahui bahwa harga kakao di pasaran
eksternal sistem. Beberapa variabel yang internasional mengalami perubahan yang cukup
menjadi input tak terkendali dalam sistem berfluktuatif, tetapi dengan kecenderungan
perkakaoan nasional adalah kondisi politik dan meningkat tiap tahunnya. Harga tersebut
ekonomi dalam negeri, inflasi, harga kakao dipengaruhi oleh Gap atau selisih antara laju
internasional dan juga local, kualitas kakao produksi sebagai laju supply kakao dan laju
impor, demand luar negeri dan dalam negeri. konsumsi yang menunjukkan laju konsumsi
Input terkendali merupakan variabel yang dapat kakao dunia tiap tahunnya. Semakin
dikontrol oleh sistem agar dapat menghasilkan meningkatkan selisih keduanya maka akan
output sesuai apa yang diharapkan. Umumnya mengakibatkan semakin meningkatnya harga
input terkendali berupa faktor internal sistem, kakao dunia.
sehingga lebih mudah untuk dikontrol. Beberapa Harga Biji Kakao di Pasaran Internasional
variabel yang termasuk dalam kelompok input 4,000
terkendali yaitu Luas lahan yang tersedia,
kualitas kakao, kapasitas, penggunaan sarana 3,000

produksi, dan bea impor dan ekspor.


2,000
Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem
yang dapat memberikan pengaruh terhadap 1,000
sistem. Kondisi lingkungan sistem dapat
dikontrol oleh sistem, tetapi tidak dapat 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dikontrol oleh lingkungan itu sendiri. Variabel Time (Year)
yang termasuk dalam kelompok lingkungan Harga Biji Kakao di Pasaran Internasional : Eksisting New US$/Ton
yaitu kebijakan pemerintah dan iklim.
Input tak terkendali, input terkendali, dan Gambar 4.1 Grafik Harga Kakao
lingkungan akan menghasilkan output
Harga kakao internasional ini juga berpengaruh
dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output
langsung terhadap harga kakao nasional
dikehendaki dapat berupa tujuan yang ingin
ditingkat petani, yang juga akan mempengaruhi
dicapai dengan adanya sejumlah input yang
perolehan petani yang ditunjukkan oleh gambar
mempengaruhi, misalnya peningkatan
5.5. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa
produktivitas lahan, peningkatan panen kakao,
perolehan petani juga mengalami fluktuasi
peningkatan kualitas kakao, serta peningkatan

9
sebagai mana harga itu sendiri. Tetapi dalam Devisa Nasional Komoditas Kakao Pertahun
perolehan petani ini tidak hanya harga yang 4e+013
berpengaruh, terdapat faktor lain yaitu antara
lain faktor kualitas, produktivitas lahan dan 3e+013

biaya operasional pertanian itu sendiri. Namun,


2e+013
peningkatan harga internasional berimbas pula
pada perolehan petani, hanya nampak pada saat 1e+013
tertentu perolehan petani cukup tinggi. Hal ini
dikarenakan harga ditingkat petani mengalami 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
potongan harga karena kualitas dari biji kakao Time (Year)

petani Indonesia yang dinilai masih rendah oleh Devisa Nasional Komoditas Kakao Pertahun : Eksisting New Rp

negara tujuan ekspor.


Gambar 4.3 Grafik Devisa Nasional
Perolehan Petani
10 M
4.5 Analisis Hasil Skenario
7.5 M
Desain skenario yang telah diterapkan terhadap
model existing akan memberikan dampak pada
5M variable tertentu yang merupakan tujuan
dilakukan penelitian tersebut. Variable tersebut
2.5 M
antara lain, perolehan petani, devisa negara,
0
kualitas, produktivitas, market share dan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kapasitas industri olahan kakao.
Time (Year)
Pada skenario I, yaitu dilakukan pembiayaan
Perolehan Petani : Eksisting New Rp/Ha
untuk memperbaiki kualitas kakao Indonesia
Gambar 4.2 Grafik Perolehan Petani yang mana pasar dunia menilai kualitas kakao
kita sangat rendah, yakni berada pada kisaran
Hasil simulasi berikutnya adalah devisa nasional level 3 dan 4 dari level 1 yang terbaik. Level ini
yang ditunjukkan oleh gambar 4.3 berikut ini. menentukan jumlah potongan harga yang
dari gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa diterapkan terhadap produk kakao ketika terjadi
pendapatan devisa nasional dari komoditas transaksi. Setelah diterapkannya skenario I,
kakao ini mengalami peningkatan dari tahun ke maka kualitas kakao Indonesia dalam 10 tahun
tahunnya. Devisa ini dipengaruhi oleh simulasi telah mampu mencapai level kualitas
pendapatan dari ekspor kakao dan ekspor kakao kisaran 1 dan 2. Hal ini sangat menguntungkan
olahan nasional secara keseluruhan tiap baik bagi pemerintah maupun petani, karena
tahunnya. Sebenarnya devisa ini memiliki harga kakao yang dikenakan terhadap komoditas
potensi peningkatan yang cukup besar karena kakao tidak mendapatkan potongan yang besar.
kualitas -yang menyebabkan harga kakao Sebagai gambaran, untuk level 3 dan level 4,
nasional mengalami potongan tertentu- belum komoditas kakao tersebut dikenakan potongan
teratasi dan industi olahan kakao nasional yang sebesar 15-30%. Sehingga dapat dipastikan baik
dalam pengembangannya belum mendapatkan pemerintah maupun petani kehilangan hampir
keseriusan dari pemerintah. Maka dari itu sepertiga pendapatan.
diharapkan dengan diatasinya permasalahan
tersebut mengakibatkan devisa nasional dari
komoditas kakao semakin besar.

10
Produktivitas Lahan Kakao dengan market share 14% dari seluruh produksi
4 yang ada. Maka dengan adanya penerapan
3
skenario III ini, menjadikan market share
nasional meningkat menjadi 50% dari seluruh
2
produksi biji kakao yang ada di dunia. Tetapi
1 dengan produksi yang sangat melimpah didalam
0
negeri akan sangat disayangkan bila hanya dijual
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dalam bentuk bahan mentah, yakni berupa biji
Time (Year)
Produktivitas Lahan Kakao : Skenario 4 Ton/Ha
saja tanpa adanya nilai tambah.
Produktivitas Lahan Kakao : Skenario 3 Ton/Ha
Produktivitas Lahan Kakao : Skenario 2 Ton/Ha Market Share Biji Kakao Indonesia
Produktivitas Lahan Kakao : Skenario 1 Ton/Ha
Produktivitas Lahan Kakao : Eksisting New Ton/Ha 0.8

Gambar 4.4 Grafik Produktivitas Nasional 0.6

0.4
Skenario III, merupakan pengembangan dari
0.2
skenario I dan II, yaitu dengan meningkatkan
proporsi pembiayaan untuk kedua variable yaitu 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pembiayaan kualitas dan pembiayaan Time (Year)

produktivitas. Peningkatan kualitas maupun Market Share Biji Kakao Indonesia : Skenario 4
Market Share Biji Kakao Indonesia : Skenario 3
Dmnl
Dmnl
peningkatan produktivitas dapat terlihat pada Market Share Biji Kakao Indonesia : Skenario 2
Market Share Biji Kakao Indonesia : Skenario 1
Dmnl
Dmnl
gambar 5.7 dan gambar 5.9 diatas. Pada skenario Market Share Biji Kakao Indonesia : Eks is ting New Dmnl

sebelumnya jika dibandingkan dengan skenario Gambar 4.6 Grafik Market Share Biji Kakao
III ini adalah skenario III lebih cepat mencapai
hasil yang diharapkan. Untuk kualitas, skenario Untuk mengatasi masalah tersebut maka
III lebih cepat mencapai level tertinggi kualitas diberlakukan skenario IV, yakni skenario
karena proporsi pembiayaan yang semakin besar. dengan memberikan insentif imbalan bagi petani
Begitu pula untuk produktivitas, waktu yang yang menual produk kakaonya ke industri dalam
diperlukan untuk mencapai produktivitas ideal negeri. Indikasi berhasilnya penerapan skenario
yaitu mendekati 2 ton perhektar hanya ini dapat dilihat pada meningkatnya kapasitas
dibutuhkan waktu hampir 3 tahun. Disamping industri terpasang untuk olahan kakao dan
itu perolehan petani juga mengalami diikuti dengan naiknya ekpor olahan kakao
peningkatan yang cukup signifikan, dari yang nasional, sehingga market share produk kakao
semula Rp 12 juta tiap tahun menjadi Rp 50 juta olahan nasional meningkat. Nilai produk olahan
tiap tahunnya. tersebut tentunya memiliki nilai yang cukup
Perolehan Petani besar jika dibandingkan produk mentahnya.
60 M Maka, devisa nasional dapat bertambah dengan
45 M
adanya peningkatan nilai tambah produk kakao
nasional tersebut, terutama dari produksi olahan
30 M
kakao.
15 M
Kapasitas Industri Terpasang
0 600,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Time (Year) 450,000

Perolehan Petani : Skenario 4 Rp/Ha


Perolehan Petani : Skenario 3 Rp/Ha 300,000
Perolehan Petani : Skenario 2 Rp/Ha
Perolehan Petani : Skenario 1 Rp/Ha
Perolehan Petani : Eksisting New Rp/Ha 150,000

0
Gambar 4.5 Grafik Perolehan Petani 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Time (Year)

Skenario III juga menyababkan peranan kakao Kapasitas


Kapasitas
Industri Terpasang : Skenario 4
Industri Terpasang : Skenario 3
Ton
Ton
nasional di pasaran internasional menjadi Kapasitas
Kapasitas
Industri Terpasang : Skenario 2
Industri Terpasang : Skenario 1
Ton
Ton
meningkat. Indonesia pada saat ini merupakan Kapasitas Industri Terpasang : Eksisting New Ton

negara penghasil kakao terbesar ketiga didunia Gambar 4.7 Grafik Kapasitas Industri Terpasang

11
dengan meningkatnya perolehan petani
Berikut gambar grafik devisa negara dari yang mencapai lebih dari 50 juta rupiah.
komoditas kakao baik biji maupun kakao 3. Skenario dengan pembiayaan untuk
olahan: meningkatkan produktivitas lahan kakao
Devisa Nasional Komoditas Kakao Pertahun karena berhasil menangani hama PBK dan
2e+014 rehabilitasi tanaman tua, disamping
1.5e+014
intensifikasi, penggunaan teknologi
pertanian dan bibit unggul, maka
1e+014
kemampuan produktivitas nasional
5e+013 mencapai hampir 2 ton perhektar/tahun dan
0 berhasil meningkatkan jumlah produksi
0 1 2 3 4 5
Time (Year)
6 7 8 9 10 kakao, sehingga Indonesia mampu
Devis a Nas ional Komoditas Kakao Pertahun : Skenario 4 Rp
memenuhi 50% kebutuhan dunia dalam
Devis a Nas ional Komoditas
Devis a Nas ional Komoditas
Kakao Pertahun : Skenario 3
Kakao Pertahun : Skenario 2
Rp
Rp perananannya diperdagangan komoditas
Devis a Nas ional Komoditas Kakao Pertahun : Skenario 1 Rp
Devis a Nas ional Komoditas Kakao Pertahun : Eksisting New Rp kakao dunia.
4. Skenario dengan pembiayaan insentif
Gambar 4.8 Grafik Devisa Nasional
bagi petani yang menjual produksi
kakaonya ke industri dalam negeri mampu
5. Kesimpulan dan Saran
Berikut ini akan disebutkan kesimpulan hasil meningkatkan kapasitas terpasang pabrik
pengolahan kakao dan ekspor kakao olahan
penelitian dan saran-saran yang berkaitan
dengan penelitian berikutnya. menjadi 600 ribu ton pertahun. Dengan
demikian Indonesia mampu meningkatkan
nilai tambah produk kakao 3 kali lipat
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dalam 10 tahun ke depan. Sedangkan,
dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai olahan kakao nasional mendapatkan market
berikut : share sebesar 12% dari keseluruhan total
1. Berdasarkan penelitian yang telah produksi dunia.
dilakukan kebijakan selama ini tentang
sistem kakao nasional masih belum efektif, 5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan untuk
ditinjau dari segi perolehan petani yang
penelitian berikutnya antara lain :
masih belum maksimal karena masih
terdapat permasalahan seperti kualitas 1. Pada penelitian perkakaoan selanjutnya
hendaknya dalam rangka peningkatan
kakao yang buruk, dan produktivitas yang
kapasitas industri hendaknya dilakukan
rendah. Peranan produk kakao masih belum
perhitungan investasi, balik modal dan
maksimal terutama untuk industri kakao
olahan, akibat adanya penerapan kebijakan pembiayaan lainnya.
2. Pada penelitian berikutnya diharapkan
PPN bagi petani.
adanya kajian mengenai efektifitas rantai
2. Skenario kebijakan yang efektif dan cukup
mampu meningkatkan perolehan petani pasok sistem perkakaoan nasional saat ini.
3. Pada penelitian berikutnya hendaknya
adalah dengan meningkatkan produktivitas
kakao yang antara lain pembiayaan untuk memperhatikan faktor lingkungan sebagai
penanganan hama PBK, rehabilitasi tambahan fokus penelitian karena
tanaman tua, intensifikasi pertanian, kedepannya isu tersebut semakin
mendesak.
penggunaan bibit unggul, teknologi
pertanian. Disamping itu pembiayaan
perbaikan kualitas kakao yang diantaranya 6. Daftar Pustaka
Applainadu, Shri Dewi, Mohammed Arshad,
fermentasi biji kakao dan pengembangan
SDM juga efektif dalam meningkatkan Fatimah, Abdel Hameed, Amna Awad,
Hasanov, Akram, Idris, Nurjihan Abdullah,
perolehan petani kakao. Hal ini terbukti
Amir Mahin dan Syamsudin, Mad Nahir,
2009. Malaysian Cocoa Market

12
Modelling: A Combination of Econometric Novitasari, Ratna. 2009. Mampukah Kebijakan
and System Dynamic Approach. MPRA Pergulaan Nasional Meningkatkan
(Munich Personal RePEc Archive) Paper Pendapatan Petani Tebu : Sebuah
No. 19569. Penghampiran SIstem Dinamik. Surabaya.
Cloutier, L. Martin. 2001. The Maple Sap Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik
Product in Quebec : An Economic and Industri ITS
Production System Dynamic Model. Nurasa, Tjetjep dan Chairul Muslim.
Darmono, Raden. 2005. Pemodelan Sistem Perkembangan kakao Indonesia dan
Dinamic pada Perencanaan Penataan dampak eskalasi tarif dipasaran dunia:
Ruang Kota. kasus Kabupaten Kolaka ,Provinsi
Fleming, Euan and Mary Milne. 2002. Sulawesi Selatan
Bioeconomic Modelling of The Production Osorio, Felipe Abunza. 2009. A system dynamics
and Export of Cocoa for Price Policy model for the world coffee market.
analysis in Papua New Guinea. Elsevier Pudji, Anugrah. 2003. Penentuan Kebijakan
Journal Agricultural Systems 76 (2003) Produksi Padi Untuk Pemenuhan
483505. Kecukupan Pangan di Kabupaten
Forrester, Jay W & Senge, Peter M, Test for Mojokerto. Surabaya. Thesis Jurusan
Building Confidence in System Dynamics Teknik Industri ITS.
Model, in TIMS Studies in Management Suryani, Erma. 2001. Skenario Kebijakan
Science 14 (209-228), North-Holland Pengembangan Pergaraman Nasional:
Publishing, 1980 Suatu Penghampiran Model Sistem
Gotsch, N. and R. Herrman. 2000. Assessing the Dinamik. Surabaya. Laporan Thesis
expected welfare eects of Jurusan Teknik Industri ITS.
biotechnological change on perennial Tim Penulis Departemen Pertanian. 2007.
crops under varying economic Gambaran Sekilas Industri Kakao.
environments: a dynamic model for cocoa Tim Tanaman Perkebunan Besar. 2005. Prospek
in Malaysia. Agricultural Systems 63 dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao
(2000) 211-228. di Indonesia. Badan Pengembangan
Hutahean, Lintje, Conny N. Manopo, dan Pertanian, Departemen Pertanian.
Syamsul Bachri. 2005. Perbaikan Wibisono, Riki.2002. Analisa Kebijakan Industri
Budidaya Tanaman Kakao dan Penguatan Gula Nasional dengan Menggunakan
Kelembagaan Petani di Dataran Menengah Sistem Dinamik. Surabaya. Laporan
Palopo. Prosiding Seminar Nasioanal Thesis Jurusan Teknik Industri ITS.
Pengembagan Inovasi Pertanian Lahan Zulfebriansyah, Dinie Suryani. 2007. Komoditas
Marginal. Kakao: Potret Peluang dan Pembiayaan.
Economic Riview

13

Anda mungkin juga menyukai