Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PERCEPATAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR
INDONESIA
Oleh:

Armida S. Alisjahbana
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

Disampaikan dalam Acara:


Rapat Koordinasi Bank Indonesia Pemerintah Pusat dan Daerah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Manado, 11 Agustus 2014


KERANGKA PAPARAN

Lanskap Pembangunan Ekonomi Regional


Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan
Pengembangan Kawasan Timur Indonesia, 20152019
Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi di
masing-masing Koridor Ekonomi
Percepatan Pembangunan Konektivitas dan SISLOGNAS
Antar Wilayah Pertumbuhan di Koridor Ekonomi

Arah Kebijakan Pembangunan Kemaritiman

Slide - 2
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LANSKAP PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL


POTRET KESENJANGAN ANTAR WILAYAH

Nasional 2012 Pertumbuhan Ekonomi = 6,23 %,


Tingkat Kemiskinan 2012 (Februari) = 11, 96%
Tingkat Pengangguran Terbuka 2012 (Agustus) = 6,80 % Wilayah Sulawesi
PDB/kapita: Rp 33,75 juta ; PDRB/kapita (33 prov): Rp 27,56 juta Share PDRB thdp 33 Prov 4,74 %
Pertumb. Ekonomi 8,67%
Wilayah Sumatera Wilayah Kalimantan PDRB/kapita (Juta Rp) 17,86
Share PDRB thdp 33 Prov 23,77% Share PDRB thdp 33 Prov 9,30 % Tingkat Kemiskinan 13,99 %
Pertumb. Ekonomi 8.21% Pertumb. Ekonomi 4,83 % Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 2.045,60
PDRB/kapita (Juta Rp) 30,53 PDRB/kapita (Juta Rp) 43,70 Tingkat Pengangguran 5,23 %
Tingkat Kemiskinan 12,07 % Tingkat Kemiskinan 6,69 % Wilayah Maluku
Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 6.177,20 Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 932,90 Share PDRB thdp 33 Prov 0,27 %
Tingkat Pengangguran 5,66% Tingkat Pengangguran 5,30% Pertumb. Ekonomi 7,33 %
PDRB/kapita (Juta Rp) 6,80
Tingkat Kemiskinan 16,42%
Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 427,20
Tingkat Pengangguran 6,37 %

Sumber : BPS 2012 (diolah)


Wilayah Jawa-Bali Wilayah Nusa Tenggara Wilayah Papua
Share PDRB thdp 33 Prov 58,87% Share PDRB thdp 33 Prov 1,26 % Share PDRB thdp 33 Prov 1,79 %
Pertumb. Ekonomi 6.58% Pertumb. Ekonomi 1,54 % Pertumb. Ekonomi 6,38 %
PDRB/kapita (Juta Rp) 27,61 PDRB/kapita (Juta Rp) 8,97 PDRB/kapita (Juta Rp) 30,43
Tingkat Kemiskinan 11,36 % Tingkat Kemiskinan 19,79% Tingkat Kemiskinan 30,50%
Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 15.983,60 Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 828,30 Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 1.199,60
Tingkat Pengangguran 6,65 % Tingkat Pengangguran 4,06 % Tingkat Pengangguran 3,97%
PERAN WILAYAH/PULAU DALAM
PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1982-2013 (persen)

PULAU 1982 1987 1992 1997 2002 2007 2012 2013

Sumatera 29,3 26,7 23,9 21,5 22,3 22,7 23,8 23,8

Jawa 51,0 56,0 58,2 60,1 59,9 59,0 57,6 58,0

Kalimantan 9,8 8,7 8,9 8,9 8,9 9,4 9,3 8,7

Sulawesi 4,7 4,0 4,0 4,1 4,1 4,1 4,7 4,8

Bali dan Nusa Tenggara 2,9 3,0 3,1 3,2 2,9 2,7 2,5 2,5

Maluku dan Papua 2,3 1,7 2,0 2,1 1,9 2,1 2,1 2,2

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


Sumber: BPS

Pergeseran peran wilayah/pulau dalam pembentukan PDB Nasional masih relatif kecil
atau bahkan tidak ada perubahan (stagnant)

Slide - 5
PERAN WILAYAH/PULAU DALAM
PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1982-2013 (persen)

Pulau 1982 1987 1992 1997 2002 2007 2012 2013

Jawa dan Sumatera 80,3 82,7 82,1 81,6 82,2 81,8 81,4 81,8

Kalimantan dan
14,5 12,6 12,8 13,1 13,0 13,4 14,0 13,5
Sulawesi

Bali dan Nusa Tenggara 2,9 3,0 3,1 3,2 2,9 2,7 2,5 2,5

Maluku dan Papua 2,3 1,7 2,0 2,1 1,9 2,1 2,1 2,2

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


Sumber: BPS

Peran Jawa dan Sumatera dalam pembentukan PDB Nasional masih dominan,
berkisar antara 80 82 %

Slide - 6
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN


KAWASAN TIMUR INDONESIA, 20152019
ARAH KEBIJAKAN
PERCEPATAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

Mengingat terbatasnya sumber daya pembangunan, pengurangan kesenjangan


wilayah antar wilayah dilakukan dengan:
Mendorong dan mempercepat pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, melalui percepatan
pembangunan klaster-klaster industri.
Investasi pemerintah dan swata perlu secara bijak dioptimalkan bagi
pembangunan klaster-klaster industri di wilayah ini untuk memicu dampak
pengganda (multiplier effect) pada daerah sekitar, khususnya di daerah
tertinggal.
Percepatan keterkaitan pertumbuhan antar industri dan spasial, melalui
pengembangan industri berbasis potensi sumber daya alam setempat, yang
didukung oleh semakin mantapnya struktur industri domestik.
Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah sekitarnya, perlu
difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan terhubung
dengan baik, khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik laut maupun
udara serta pasokan energi.
Slide - 8
STRATEGI
PERCEPATAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (KEK, KAPET, KPBPB, KPI)


terutama di masing-masing koridor ekonomi Kalimatan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua, melalui: pengembangan klaster-klaster industri
pengolahan hasil sumber daya alam sesuai dengan potensi dan keunggulan
masing-masing wilayah, terutama yang mempunyai nilai tambah tinggi dan
menciptakan kesempatan kerja;
Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur dari dan antar wilayah
pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi, antara lain percepatan
pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan, energi, telekomunikasi,
dan air bersih;
Peningkatan pengembangan kemampuan SDM dan Iptek;
Debottlenecking peraturan-peraturan yang menghambat pengembangan
investasi dan usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi;
Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif; dan
Pemberian insentif fiskal dan non fiskal.

Slide - 9
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI


DI MASING-MASING KORIDOR EKONOMI
TEMA PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI
Berdasarkan Keunggulan dan Potensi Strategis Masing-Masing Wilayah

"Pusat Produksi dan ''Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil


Pengolahan Hasil Tambang & Pertanian, Perkebunan, Perikanan,
Lumbung Energi Nasional" Migas dan Pertambangan Nasional''
Koridor Kalimantan
Koridor Sulawesi

Koridor Sumatera
"Sentra Produksi
dan Pengolahan Hasil
6 Koridor Papua Kep. Maluku
Bumi dan Lumbung
Energi Nasional" Pusat Pengembangan
Pangan, Perikanan, Energi
dan Pertambangan
Koridor Jawa Nasional
"Pendorong Industri Koridor Bali - Nusa Tenggara
dan Jasa Nasional" ''Pintu Gerbang
Pariwisata dan Pendukung
Pangan Nasional''

Slide - 11
DISTRIBUSI 22 KEGIATAN EKONOMI UTAMA DALAM
SETIAP KORIDOR EKONOMI

Kelapa KSN
Sumatera Sawit Karet Batubara Perkapalan Besi Baja Selat
Sunda

Makanan- Peralatan Alutsista Perkapalan Jabode-


Jawa Textil
Minuman Transportasi ICT tabek Area

Kelapa
Kalimantan Sawit Perkayuan Migas Besi Baja Bauksit Batubara

Pertanian
Sulawesi Pangan Kakao Perikanan Nikel Migas

Bali - NT Pariwisata Peternakan Perikanan

Papua Kep. Pertanian


Perikanan Tembaga Nikel Migas
Pangan
Maluku

Slide - 12
RENCANA PENGEMBANGAN
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Wilayah KTI

No Lokasi Fokus Pengembangan KEK


1 Palu, Sulawesi Tengah Industri pengolahan pertambangan
mineral, industri agro, industri
manufaktur, dan logistik
2 Bitung, Sulawesi Utara Industri Agro, Industri Perikanan
(kelautan), dan logistik
3 Mandalika, NTB Pariwisata
4 Morotai, Maluku Utara Industri perikanan (kelautan),
pariwisata, dan logistik
5 Papua bagian barat Industri petrokimia dan pengolahan
pertambangan mineral

Slide - 13
PETA SEBARAN
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
KEK Bitung
KEK Tanjung Api-api Kota Bitung, Prov. Sulut
Kab. Banyuasin, Prov. Sumsel
KEK Palu
Kota Palu, Prov. Sulteng

KEK Morotai
Kab. P. Morotai, Maluku Utara

KEK Sei Mangkei


Kab. Simalungun, Prov. Sumut

KEK Tanjung Lesung


Kab. Pandeglang, Prov. Banten KEK Mandalika
Kab. Lombok Tengah, NTB

Lokasi KEK yang telah


ditetapkan
Industri berbasis hasil tambang
Lokasi usulan KEK yang akan Industri berbasis SDM & Teknologi
ditetapkan Tahun 2014
Slide - 14
PERKIRAAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
Untuk mendukung Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
(Rp Miliar)

No KEK Jalan Rel KA Pelabuhan Listrik Gas Air Bersih Bandara Total

1 Sei Mangkei 662 624 679 136 2.010 35 4.146

2 Tanjung Lesung 4.804 *) 280 2.158 7.242

3 Palu 1.785 250 39 463 2.537

4 Bitung 4.550 *) 1.115 **) 26 15 5.706

5 Morotai 353 204 22 84 150 813

6 Mandalika 102 20 2.067 2.189

7 Tanjung Api-api 288 6.375 771 5.182 1.343 13.959

TOTAL 12.544 6.999 3.019 5.424 2.010 3.022 2.308 35.326

Rata-rata
5.047
Investasi

*) Termasuk Pembangunan Jalan Tol


**) Termasuk pembagunan Pelabuhan hub Internasional
Slide - 15
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERCEPATAN PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS DAN


SISLOGNAS ANTAR WILAYAH PERTUMBUHAN
DI KORIDOR EKONOMI
VISI KONEKTIVITAS NASIONAL

Slide - 17
PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
DAN SISLOGNAS

Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk


memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan
keseragaman, melalui inter-modal supply chains systems.

Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas


dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya
(hinterland).

Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang


inklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan
pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam
rangka pemerataan pembangunan.

Slide - 18
KERANGKA KERJA KONEKTIVITAS NASIONAL
DAN SISLOGNAS

Slide - 19
STRATEGI PEMBANGUNAN
KONEKTIVITAS NASIONAL DAN SISLOGNAS

Percepatan pembangunan konektivitas dan SISLOGNAS:


meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi,
menurunkan biaya logistik,
mengurangi ekonomi biaya tinggi,
mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah, dan
mewujudkan sinergi antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
Percepatan pembangunan konektivitas untuk mendukung pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah, khususnya di Wilayah KTI (Kalimatan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua).
Percepatan pembangunan konektivitas untuk mendukung pembangunan
wilayah perbatasan, melalui security and prosperity approach.
Percepatan pembangunan konektivitas untuk mendukung ketahanan
pangan dan energi.

Slide - 20
OPTIMALISASI (value creation)
DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BARU
(asset creation)
Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Baru
(Value Creation) (Asset Creation)
Penguatan kerangka kerja konektivitas Pengembangan proyek-proyek konektivitas
nasional melalui sinkronisasi dan integrasi yang terintegrasi dengan kebutuhan
transportasi, logistik, ICT dan industri.
pengembangan koridor/KEK/Klaster Pembangunan proyek-proyek
Industri. debottlenecking.
Pengembangan upaya-upaya
debottlenecking melalui reformasi
kebijakan dan regulasi.
Peningkatan produktivitas prasarana yang
sudah tersedia/dibangun (eksisting).

Ensure the support for connectivity needed by the investors


Establish safe, reliable, and efficient goods, people, and services mobilization
Locally integrated, globally connected.
Slide - 21
SASARAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR,
2015-2019
SASARAN
ISU STRATEGIS KEBIJAKAN & STRATEGI
RPJMN 2015-2019

PENINGKATAN Peningkatan bauran energi (diversifikasi Rasio elektrifikasi mencapai 100% (81,4%
energi), konservasi energi dan iklim investasi
KETERSEDIAAN infrastruktur energi dan ketenagalistrikan pada tahun 2014)
INFRASTRUKTUR Peningkatan peran pemerintah daerah dalam

PELAYANAN DASAR
penyediaan rumah baru layak huni dan
meningkatkan kualitas hunian MBR
Akses air minum layak mencapai 100%
Penyelenggaraan sinergi air minum dan (68.5% pada tahun 2014)
sanitasi di tingkat nasional, kabupaten/kota,


dan masyarakat
Optimalisasi neraca air domestik Sanitasi layak mencapai 100% (60.5% pada
PENGUATAN KONEKTIVITAS tahun 2014)
NASIONAL
Pembangunan Transportasi Multimoda dan Akses perumahan layak mencapai 100%
transportasi yang mendukung Sislognas.
Membangun transportasi yang berorientasi
lokal dan kewilayahan. Kondisi mantap jalan mencapai 100% (94 %
PENINGKATAN KETAHANAN Membangun transportasi yang terintegrasi
dengan investasi untuk mendukung Koridor
pada tahun 2014)
AIR, PANGAN DAN ENERGI Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Industri,
dan pusat-pusat pertumbuhan. Biaya logistik menurun menjadi 20%
Mendorong pembangunan fixed/wireline
broadband infrastruktur broadband di terhadap PDB (27% pada tahun 2014)
daerah perbatasan negara.

PENGEMBANGAN SISTEM
Mempercepat implementasi e-government
dengan mengutamakan prinsip keamanan,
Pangsa Pasar Angkutan Umum menjadi 32%
TRANSPORTASI MASSAL
interoperabilitas dan cost effective.
Mengembangkan Transportasi Massal
(23% pada tahun 2014)
PERKOTAAN Perkotaan
Fixed broadband populasi 30% (kota) dan 6%
(desa) dan mobile broadband 100% populasi
Peningkatan layanan jaringan irigasi/rawa
PENINGKATAN EFEKTIVITAS, Peningkatan cakupan pemenuhan dan kualitas
layanan air baku
Areal irigasi yang dilayani waduk menjadi
SERTA EFISIENSI PEMBIAYAAN
DALAM PENYEDIAAN
Pengendalian daya rusak air 20% (11% pada tahun 2014)
Peningkatan kapasitas kelembagaan,
INFRASTRUKTUR ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam
pengelolaan sumber daya air Kapasitasi air baku menjadi 109,5 m3/detik

Slide - 22
PENETAPAN KONSEP GERBANG PELABUHAN DAN
BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI MASA DEPAN (1/2)

Slide - 23
PENETAPAN KONSEP GERBANG PELABUHAN DAN
BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI MASA DEPAN (2/2)

Membangun Pelabuhan Hub Pembangunan Pelabuhan Berskala Internasional


Internasional Pelabuhan Kuala Tanjung (selesai 2017)
Kuala Tanjung untuk Kawasan Barat Pelabuhan Bitung (selesai 2017)
Indonesia Pelabuhan Maloy (selesai 2018)
Bitung untuk Kawasan Timur Pelabuhan Pontianak Baru (selesai 2018)
Indonesia

Pengembangan Perkeretaapian Pembangunan Jalur Kereta Api


Nasional: Sumatera 1.308 km
Menyelesaikan Kereta Api Selatan Jawa 2.224 km
Pulau Jawa Sulawesi 213 km
Membangun Jalur KA Pulau Sumatera Kalimantan 93 km
(Aceh, Riau, dan Lampung)
Membangun KA Kalimantan dan Total Kebutuhan pendanaan 177 Triliun
Sulawesi.

Pengembangan short sea shipping


untuk mengurangi beban angkutan
jalan di sisi utara Pulau Jawa

Slide - 24
PROYEK STRATEGIS INFRASTRUKTUR
WILAYAH KALIMANTAN, 20152019

Slide - 25
PROYEK STRATEGIS INFRASTRUKTUR
WILAYAH SULAWESI, 20152019

Slide - 26
PROYEK STRATEGIS INFRASTRUKTUR
WILAYAH BALI-NUSA TENGGARA, 20152019

Slide - 27
PROYEK STRATEGIS INFRASTRUKTUR
WILAYAH MALUKU, 20152019

Slide - 28
PROYEK STRATEGIS INFRASTRUKTUR
WILAYAH PAPUA, 20152019

Slide - 29
PERCEPATAN PEMANFAATAN INFRASTRUKTUR
SUMBER DAYA ENERGI
Million tCO2
300
Hydro Potency for Utilize in Indonesia
275
250 Usage for
Capacity
225 NO Energy Unit Housing/Public
200 (MW)
175
Facility
150 1 Hydro Energy 910 7.572 16.869.266
125
100 2 Solar Energy 178.099 42,78 63.537
75
50 3 Wind Energy 54 1,33 1.483
25
0 4 HYBRID 19 0,54 805
2010 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Biomass HSD MFO LNG Gas Batubara TOTAL 179.082 7.616,652 16.935.090
HEPP development could reduce generation of CO2 emission Source:: Ditjen LPE & Distamben, EBTKE, PT. PLN (2013)

NO Island Potency (MW) %


Potency for HEPP
development
1 Sumatra 15.600 20,8%
2 Jawa 4.200 5,6%
3 Kalimantan 21.600 28,8%
4 Sulawesi 10.200 13,6%
5 Bali,NTT,NTB 620 0,8%
6 Maluku 430 0,6%
7 Papua 22.350 29,8%
TOTAL 75.000 100,0%
Source:: Ditjen LPE & Distamben, EBTKE, PT. PLN (2013)

Sejak 1998 2012, potensi 75000 MW hidropower baru dikembangkan sebanyak 10% (7.572 MW di 2013)
239 eksisting Waduk Kementerian Pekerjaan Umum memiliki potensi yang besar untuk pembangkit listrik.
Slide - 30
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI

KEBIJAKAN
Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.
Mendorong pembangunan broadband termasuk di daerah perbatasan negara
antara lain melalui transformasi USO .
Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip
keamanan, interoperabilitas dan cost effective.
Mendorong tingkat literasi dan inovasi TI

STRATEGI
Penataan ulang alokasi frekuensi dan mengeksplorasi pembangunan satelit nasional
untuk pertahanan keamanan, penginderaan jauh, pemulihan bencana dsb.
Transformasi USO .
Melalui melakukan moratorium pembangunan pusat data pemerintah dan
mewajibkan penggunaan alamat surel go.id untuk komunikasi aparatur pemerintah.
Memastikan seluruh aparatur pemerintah dan siswa paham TIK.

Slide - 31
PEMBANGUNAN BROADBAND,
KHUSUSNYA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

1. Aspek Infrastruktur 2. Aspek Adopsi dan Utilisasi

Pembangunan infrastruktur pasif Peningkatan literasi TIK


Proyek Ring Palapa Fasilitasi dukungan broadband untuk lima
Penataan ulang spektrum frekuensi sektor prioritas: e-pemerintah, e-
Migrasi ke TV digital untuk mendapatkan pendidikan, e-kesehatan, e-logistik, e-
spektrum (digital dividend) pengadaan

3. Aspek Pendanaan

Penyusunan ICT Fund


Optimalisasi penggunaan PNBP dan Dana USO
Konsolidasi perencanaan dan penganggaran TIK nasional

4. Aspek Kerangka Regulasi dan Kelembagaan


Penyelesaian penyusunan RUU Telekomunikasi pengganti UU No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi

Slide - 32
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEMARITIMAN


PERCEPATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN

Percepatan pembangunan kelautan dengan mengedepankan peran


ekononomi kelautan dan sinergitas pembangunan kelautan nasional:
Menegakkan kedaulatan dan yurisdiksi nasional;
Meningkatkan peran transportasi laut sebagai penunjang utama
pengembangan SISLOGNAS dan konektivitas nasional;
Meningkatkan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut;
Mengembangkan potensi industri kelautan;
Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan;
Mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan
laut.

Slide - 34
ARAHAN PEMBANGUNAN NEGARA MARITIM
BERBASIS KEWILAYAHAN (1/2)

Koridor Barat Cetak biru pertahanan dan Energi (mengacu pada kementerian terkait)

Industri perkapalan
perikanan

IORA

Cadangan stok perikanan untuk


Pemberdayaan ALKI I (Selat
era perubahan iklim
Sunda)

Kluster parawisata bahari dan MICE (semacam Maladewa)

Kluster perikanan tangkap terpadu (pengolahan Kluster perikanan budidaya Teknopark budidaya tuna lepas pantai
dan pasar ikan modern)
Tujuan cruise wisata bahari
Revitalisasi tambak udang
(semacam Carribean)
Slide - 35
ARAHAN PEMBANGUNAN NEGARA MARITIM
BERBASIS KEWILAYAHAN (2/2)

Koridor Timur Cetak biru pertahanan dan Energi (mengacu pada kementerian terkait)
Poros baru maritim (Asia
Timur-Pasifik Rim (termasuk
Australia) di ALKI III serta
industri tuna

Cadangan stok perikanan


untuk era perubahan iklim

Industri perkapalan
perikanan

Kluster parawisata bahari dan MICE (semacam Maladewa)

Kluster perikanan tangkap terpadu (pengolahan Kluster perikanan budidaya Teknopark budidaya tuna lepas pantai
dan pasar ikan modern)
Tujuan cruise wisata bahari (semacam Carribean)

Slide - 36
PRIORITAS WILAYAH PEMBANGUNAN
KELAUTAN TERPADU

Dengan mempertimbangkan sektor unggulan dan potensi keterkaitan


depan dan belakang dengan sektor-sektor lain, wilayah laut yang dapat
dikembangkan meliputi wilayah pengembangan kelautan : (1) Sumatera
bagian Barat, (2) Malaka, (3) Sunda/Selatan Jawa, (4) Jawa, (5) Natuna,
(6) Makassar-Buton, (7) Banda-Maluku, (8) Sawu, dan (9) Papua-
Sulawesi.

Membangun pusat pengolahan hasil perikanan tangkap di KTI. Beberapa


pilihan lokasi yang paling strategis adalah di Bitung, Morotai, Ambon atau
Biak. Hal ini perlu segera dilakukan, mengingat saat ini hampir semua
produk perikanan tangkap, baik legal maupun illegal, dibawa ke kota
General Santos di Filipina. Salah satu cara untuk mengurangi hal ini
adalah membuat magnet baru di KTI.

Slide - 37
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai