PENDAHULUAN
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan keluarnya urine.
Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain: masalah medik, sosial,
maupun ekonomi.1
Prevalensi kelainan ini cukup tinggi. Survey yang dilakukan di berbagai
negara Asia didapatkan bahwa prevalensi pada beberapa bangsa Asia adalah rata-rata 12,2%
(14,8% pada wanita dan 6,8% pada pria). Pada manula prevalensinya
lebih tinggi daripada usia reproduksi. Diokno et al. melaporkan prevalensi inkontinensia urine
pada manula wanita sebesar 38% dan pria sebesar 19%.1
Inkontinensia urin dikarakteristikkan oleh lower urinary tract symptoms (LUTS).
Pemahaman mengenai anatomi dan fisiologi sistem urinaria bagian bawah akan membantu
dalam pemahaman keadaan ini. Sistem urianaria bagian bawah terdiri dari buli-buli dan uretra.
Keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan
(storage) dan mengeluarkan (voiding) urin.1
Kegagalan sistem vesiko uretra pada fase pengisian menyebabkan inkontinensia urine.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan pada buli-buli atau kelainan pada sfingter (uretra).
Kelainan yang berasal dari buli-buli menyebabkan suatu inkontinensia urge sedangkan
kelainan dari jalan keluar (outlet) memberikan manifestasi berupa inkontinensia stress.1
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C = V/P
BAB III
KESIMPULAN