Anda di halaman 1dari 13

Dasar Teori

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan


bentuk (struktur) vegetasi atau tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas,
maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Swarnamo,
2009).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sampel. Keempat sifat itu adalah ukuran petak, bentuk petak,
jumlah petak, cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2010).
Vegetasi merupakan kumpulan berbagai tumbuhan yang hidup bersama-
sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi, tanah, dan iklim berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu
tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Dedy, 2010).
Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m
untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah
(undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan
herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan
potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat
kecambah sampai setinggi < 1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai
pohon muda yang berdiameter < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20
cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya
ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya
20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan l x l m atau
2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Dedy,
2010).
Banyaknya (abundance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon
dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif
dapat dibedakan menjadi jarang terdapat, kadang-kadang terdapat, sering terdapat
dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan
ruang disebut kerapatan yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu, atau
biomasa populasi persatuan areal atau volume, misal 200 pohon per Ha (Michel,
1990).
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis
lain sehingga dapat dinyatakan dalam besaran persen penutupan (cover
percentage) dan Luas Bidang Dasar (LBD) atau Basal Area (BA) (Michel, 1990).
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya
suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu
jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan
daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Frekuensi digolongkan
dalam lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
a. kelas A dalam frekuensi 01 20 %
b. kelas B dalam frekuensi 21-40 %
c. kelas C dalm frekuensi 41-60%
d. kelas D dalam frekuensi 61-80 %
e. kelas E dalam frekuensi 81-100% (Michel, 1990)
(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan Chandel (1977)
menyatakan bahwa Indeks Nilai Penting (INP) merupakan gambaran lengkap
mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas. Nilainya diperoleh
dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,
sehingga jumlah maksimalnya 300% (Swarnamo, 2009).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu
dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif,
kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka
akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Analisis Data
1. Plot 1
Menghitung Frekuensi Relatif (Fr), Dominansi Relatif (Dr), Kerapatan Relatif
(Kr), dan Indeks Nilai Penting (INP)
a. Taksa A d. Taksa D
1 1
= 100% = 16,67 % = 100% = 16,67 %
6 6
45 15
= 100% = 45 % = 100% = 15 %
100 100
20 7
= 100% = 44,44 % = 100% = 15,56 %
45 45
= + + = + +
= 16,67% + 45% + 44,44% = 16,67% + 15% + 15,56%
= 106,11 % = 47,23 %

b. Taksa B e. Taksa J
1 1
= 100% = 16,67 % = 100% = 16,67 %
6 6
10 7
= 100% = 10 % = 100% = 7 %
100 100
5 2
= 100% = 11,11 % = 100% = 4,44 %
45 45
= + + = + +
= 16,67% + 10% + 11,11% = 16,67% + 7% + 4,44%

= 37,78 % = 28,11 %

c. Taksa C f. Taksa M
1 1
= 100% = 16,67 % = 100% = 16,67 %
6 6
15 8
= 100% = 15 % = 100% = 8 %
100 100
8 3
= 100% = 17,78 % = 100% = 6,67 %
45 45
= + + = + +
= 16,67% + 15% + 17,78% = 16,67% + 8% + 6,67%

= 49,45 % = 31,34 %
Tabel Ringkasan
No Jenis Tanaman/Taksa Fr (%) Dr (%) Kr (%) INP (%)
1 A 16,67 45 44,44 106,11
2 B 16,67 10 11,11 37,78
3 C 16,67 15 17,78 49,45
4 D 16,67 15 15,56 47,23
5 J 16,67 7 4,44 28,11
6 M 16,67 8 6,67 31,34

Grafik Indeks Nilai Penting (INP) setiap Taksa di Plot 1

Grafik INP pada Plot 1


120
100
80
INP (%)

60
INP
40
20
0
A B C D J M
Taksa

2. Plot 2
Menghitung Frekuensi Relatif (Fr), Dominansi Relatif (Dr), Kerapatan Relatif
(Kr), dan Indeks Nilai Penting (INP)
a. Taksa A
1 = + +
= 100% = 12,5 %
8 = 12,5% + 30% + 31,43%
30
= 100% = 30 % = 73,93%
100
11
= 100% = 31,43 %
35
b. Taksa E 2
= 100% = 5,71 %
1 35
= 100% = 12,5 % = + +
8
25 = 12,5% + 6% + 5,71%
= 100% = 25 %
100 = 24,21%
9
= 100% = 25,71 %
35 f. Taksa K
= + + 1
= 100% = 12,5 %
= 12,5% + 25% + 25,71% 8
= 63,21% 6
= 100% = 6 %
100
c. Taksa F 2
= 100% = 5,71 %
1 35
= 100% = 12,5 % = + +
8
6 = 12,5% + 6% + 5,71%
= 100% = 6 %
100 = 24,21%
2
= 100% = 5,71 %
35 g. Taksa I
= + + 1
= 100% = 12,5 %
= 12,5% + 6% + 5,71% 8
= 24,21% 3
= 100% = 3 %
100
d. Taksa G 1
= 100% = 2,86 %
1 35
= 100% = 12,5 % = + +
8
10 = 12,5% + 3% + 2,86%
= 100% = 10 %
100 = 18,36%
3
= 100% = 8,57 %
35 h. Taksa J
= + + 1
= 100% = 12,5 %
= 12,5% + 10% + 8,57% 8
= 31,25% 15
= 100% = 15 %
100
e. Taksa H 5
= 100% = 14,29 %
1 35
= 100% = 12,5 %
8 = + +
6 = 12,5% + 15% + 14,29%
= 100% = 6 %
100 = 41,79%
Tabel Ringkasan
No Jenis Tanaman/Taksa Fr (%) Dr (%) Kr (%) INP (%)
1 A 12,5 30 31,43 73,93
2 E 12,5 25 25,71 63,21
3 F 12,5 6 5,71 24,21
4 G 12,5 10 8,57 31,25
5 H 12,5 6 5,71 24,21
6 K 12,5 6 5,71 24,21
7 I 12,5 3 2,86 18,36
8 J 12,5 15 14,29 41,79

Grafik Indeks Nilai Penting (INP) setiap Taksa di Plot 2

Grafik INP pada Plot 2


80

60
INP (%)

40
INP
20

0
A E F G H K I J
Taksa

3. Plot 3
Menghitung Frekuensi Relatif (Fr), Dominansi Relatif (Dr), Kerapatan Relatif
(Kr), dan Indeks Nilai Penting (INP)
a. Taksa A = + +
1 = 20% + 50% + 50%
= 100% = 20 %
5 = 120%
50
= 100% = 50 %
100
14
= 100% = 50 %
28
b. Taksa E d. Taksa J
1 1
= 100% = 20 % = 100% = 20 %
5 5
18 18
= 100% = 18 % = 100% = 18 %
100 100
5 5
= 100% = 53 % = 100% = 18 %
28 28
= + + = + +
= 20% + 18% + 53% = 20% + 18% + 18%
= 91% = 56%

c. Taksa F e. Taksa L
1 1
= 100% = 20 % = 100% = 20 %
5 5
10 4
= 100% = 10 % = 100% = 4 %
100 100
3 1
= 100% = 10 % = 100% = 3,5 %
28 28
= + + = + +
= 20% + 10% + 10% = 20% + 4% + 3,5%
= 40% = 27,5%

Tabel Ringkasan
No Jenis Tanaman/Taksa Fr (%) Dr (%) Kr (%) INP (%)
1 A 20 50 50 120
2 E 20 18 53 91
3 F 20 10 10 40
4 J 20 18 18 56
5 L 20 4 3,5 27,5
Grafik Indeks Nilai Penting (INP) setiap Taksa di Plot 3

Grafik INP pada Plot 3

120
100
80
INP (%)

60
INP
40
20
0
A E F J L
Taksa

Pembahasan
Plot merupakan salah satu metode dalam mengambil sampel (sampling).
Metode plot adalah suatu metode yang berbentuk segi empat atau persegi
(kuadrat) maupun lingkaran. Metode ini biasanya digunakan untuk sampling
tumbuhan darat, hewan sessile (menetap) atau bergerak lambat seperti hewan
tanah dan hewan yang meliang. Terdapat dua cara penerapan metode plot (petak),
yaitu metode petak tunggal dan metode petak ganda.
Praktikum ini menggunakan metode petak ganda dimana menggunakan
tiga petak/plot sampling (contoh) yang mewakili suatu area dan yang diamati
adalah tumbuhannya saja. Praktikum ini dilakukan di pekarangan FMIPA
Universitas Negeri Malang. Kemudian dilakukan plotting secara acak dengan
menempatkan plot berukuran 1 x 1 m2 pada tiga titik di area tersebut. Selanjutnya
dilakukan pengamatan dan identifikasi vegetasi yang ada di dalam plot tersebut.
Hal ini mencakup spesies dan jumlah spesies tersebut. Faktor abiotik, yaitu
intensitas cahaya, suhu, pH, moisture (kelembaban), dan fertilize (kesuburan) juga
diukur.
Pada umumnya suatu komunitas diberi nama sesuai dengan jenis vegetasi
yang paling dominan atau sifat universal dari vegetasi yang dominan. Kelimpahan
jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan, dan dominasi setiap
jenis. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain
karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Analisis vegetasi dilakukan agar diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan di suatu area tertentu. Hal ini
dapat membantu kita memperkirakan organisme apa saja yang mungkin dapat
hidup di komunitas tersebut. Selain itu kita juga dapat mengetahui seberapa besar
daya dukung komunitas tersebut bagi kehidupan kita. Dalam analisis data vegetasi
menggunakan metode plot ini, yang dihitung adalah Frekuensi relatif (Fr),
Dominansi relatif (Dr), Kerapatan relatif (Kr), dan Indeks Nilai Penting (INP).
Pada plot 1 dapat dikatakan bahwa nilai kepadatan/kerapatan (Kr) dan
luas penutupan/dominansi (Dr) saling mempengaruhi dan berbanding lurus,
sedangkan frekuensi masingmasing spesies sama. Kerapatan dari suatu spesies
merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu spesies per
satuan luas. Makin besar kerapatan suatu spesies, makin banyak individu spesies
tersebut per satuan luas. Dominasi merupakan suatu nilai yang menunjukan
penguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap komunitas. Indeks Nilai Penting dari
setiap spesies pada plot 1 memiliki perbedaan. Suatu area (komunitas) mempunyai
keragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis
spesies dengan kelimpahan yang hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas
dikatakan memiliki keragaman yang rendah jika suatu komunitas disusun hanya
sedikit spesies yang dominan. Keragaman pada plot 1 dapat dikatakan rendah
karena hanya ada satu spesies yang memiliki indeks nilai penting paling tinggi
dan berbeda tajam dengan spesies-spesies lain.
Perbedaan dari hasil perhitungan tersebut berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh jenis tumbuhan dan jumlah tumbuhan sejenis. Faktor-faktor yang
menyebabkan perbedaan jumlah tanaman sejenis yang ada dalam plot, jika dilihat
dari faktor abiotiknya yaitu nutrisi, intensitas cahaya, suhu, kelembaban tanah,
kesuburan, dan pH. Hal ini tentu berkaitan dengan adanya persaingan
interspesifik, dimana terjadi persaingan antar tanaman yang berbeda jenis, karena
syarat terjadinya persaingan interspesifik ini tergantung pada jenis tanaman yang
berbeda, sifat dari tanaman, dan faktor abiotik yang mendukung kelangsungan
hidup mereka.
Pada plot 2 di temukan 6 jenis tanaman dengan nilai INP yang bervariasi.
Hanya ada dua jenis tanaman yang memiliki nilai INP tinggi jika dibandingkan
dengan jenis tanaman lainnya. Jadi, plot 2 mempunyai keragaman yang rendah
karena hanya ada dua jenis tanaman yang mendominasi, yaitu A dan E.
Pada plot 3 di temukan 5 jenis tanaman Jadi dapat dikatakan bahwa nilai
kepadatan, frekuensi, dan luas penutupan saling mempengaruhi dan berbanding
lurus. Frekuensi suatu spesies menunjukan penyebaran suatu spesies-spesies di
dalam suatu areal. Spesies yang menyebar secara merata mempunyai nilai
frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesis yang mempunyai nilai frekuensi
yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (seperti tanaman E
dalam plot 3).
Dari analisis data vegetasi hasil sampling plot 1, 2, dan 3 diatas dapat di
simpulkan bahwa di pekarangan FMIPA Universitas Negeri Malang terdapat
berbagai jenis keanekaragaman tumbuhan yang cenderung rendah, karena spesies
yang mendominasi cenderung sama (dilihat dari hasil sampling tumbuhan tiap
plot), dimana tanaman hanya tanaman A dan J yang selalu ada di masing-masing
plot. Suatu area (komunitas) mempunyai keragaman yang tinggi jika komunitas
tersebut disusun oleh lebih dari 3 jenis spesies dengan kelimpahan yang hampir
sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memeiliki keragaman yang rendah
jika suatu komunitas disusun hanya sedikit spesies yang dominan.
Tanaman A dan J selalu ada di masing-masing plot. Hal ini dapat
disebabkan karena area tersebut cocok untuk pertumbuhan tanaman sejenis.
Dimana dominasi dan penyebaran tanaman tertentu pada suatu area dapat di
pengaruhi oleh bebagai faktor misalnya suhu permukaan bumi yang
mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas penyinaran
yang berbeda-beda di setiap wilayah. Perbedaan intensitas penyinaran matahari
menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi. Kondisi suhu udara sangat
berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies
memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat
toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Suhu udara adalah salah
satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang,
ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan
habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan
tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
Selain itu, gerakan angin juga dapat membantu memindahkan benih dan
membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.
Faktor lain yaitu curah hujan yang merupakan salah satu kebutuhan vital
bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-
bentuk kehidupan di muka bumi. Begitu pentingnya air bagi kehidupan
mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan makhluk hidup antar wilayah pada
umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang
memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh
aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan
wilayah yang relatif lebih kering. Tingkat intensitas curah hujan pada suatu
wilayah akan membentuk karakteristik yang khas bagi formasi-formasi vegetasi
(tumbuhan) dimuka bumi. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung
terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan
sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan
yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi.Jenis
rumput merupakan tumbuhan xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan
terhadap lingkungan hidup yang kering atau bahkan gersang (kelembapan udara
sangat rendah). Sedangkan hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan
tanaman yang mendominasi di ketiga plot yaitu berupa rerumputan dimana dapat
hidup dan bertahan di tempat yang kekurangan air atau lumayan gersang.
Metode kuadrat memiliki kelebihan yaitu mudah diterapkan untuk
memperoleh data secara kasar mengenai gambaran suatu area. Waktu yang
dibutuhkan juga relative sebentar. Namun, metode ini hanya cocok diterapkan
untuk mengamati tumbuhan. Hewan hanya bisa diamati apabila merupakan hewan
sesil atau hanya yang bergerak lambat.

Kesimpulan
Komunitas adalah sekumpulan populasi yang menempati satu wilayah
secara berdampingan dan saling berinteraksi. Pada umumnya suatu komunitas
diberi nama sesuai dengan jenis vegetasi yang paling dominan atau sifat universal
dari vegetasi yang dominan. Vegetasi merupakan tumbuhan yang hidup di dalam
suatu tempat dalam ekosistem. Metode plot merupakan salah satu cara untuk
mengukur dan menganalisis suatu kelompok vegetasi.
Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari komposisi suatu
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan di suatu area tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Dedy 2010 http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi diakses


tanggal 30 Maret 2016
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi ITB

Anda mungkin juga menyukai