Dekade bertumbuh,
Dewasa Menempuh
* disajikan dalam MMLC NAsional V (Muslim Managerial and Leadership Conference ke-
5)
Alhamdulillah, segenap kesyukuran mari kita haturkan kepada Allah Azza wa Jalla. Saya
gembira sempat bercengkerama dengan saudara sekalian melalui rangkuman ini. Izinkan saya
menyampaikan rasa bangga kepada para sahabat yang membersamai perjalanan ini juga
generasi seterusnya hingga hari ini yang meneruskan estafet ceritera ini. Kita bermuahadah
di jalan ini sebab cinta, untuk cinta dan demi cinta. Kita satu dari jutaan tak berbilang- butir
makhluq, yang kita telah bulat dalam keputusan menghidupkan jalan yang telah menjadi cita
Nabi Mulia, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Salam hormat saya haturkan kepada
para pendahulu, sahabat seperjuangan, serta adik-adik penerus. Salam dan keberkahan
semoga ternaung selamanya.
Sahabat, mari kita yakini perjuangan ini, yakin dengan janji Allah untuk orang-orang yang
menolong Agama-Nya, yakin dengan Janji Allah karena Allah telah mengadakan perniagaan
atas harta, tenaga, waktu bahkan nyawa kita ketika kita memilih jalan ini. Rasulullah
Shalallahu alaihi wassalam, berjuang selama 23 Tahun hingga atas izin Allah taala Islam
berjaya sampai hari ini. Bermodalkan panji Ukhuwah Islamiyah, walaupun pejuangnya
banyak, tetapi Islam tetap satu dalam arah geraknya, tidak tercerai berai, tidak memenangkan
kepentingan sendiri, bersama-sama kita bergerak menuju masyarakat madani, berkontribusi
bagi umat sesuai bidang keilmuan dan keprofesian kita. Mari satukan arah perjuangan,
membeningkan niat, Allahughayatunna. Sebab bila kita hanya berdiam diri dalam jamaah
yang terus bergerak, maka hakikatnya keberadaan kita hanyalah sebagai beban.
Sejawat dokter sekalian, ladang dakwah pasti akan selalu berbeda karakternya sesuai dengan
dimensi waktu dan tempat dimana kita berada. Di lingkungan Universitas/ Kampus, kita
memasuki arena Dakwah Kampus. Namun, saat kita telah lulus dan melewati fase kampus,
maka gelanggang dakwah yang kita hadapipun berubah, yaitu memasuki ranah Dakwah
Profesi. Pada ranah ini segala strategi dan karakter objek dakwahpun berbeda, kita akan
berjumpa langsung dengan masyarakat, yang pasti jauh lebih majemuk dari pada komunitas
kampus. Kita akan diuji dalam hal keteguhan idealisme, kemapanan proses tarbiyah selama
ini, dan tentu saja keimanan kita. Wajar bila segala konsekuensi Dakwah Profesi akan
membuat kita rindu saat berdakwah di kampus, segala dinamika, ukhuwah, momen kita mulai
tumbuh dan mengembang, serta segala kenangan yang tidak pernah terlupakan. Ini akan
menjadi motivasi yang tidak habis-habis dan bekal bagi kita untuk terjun ke gelanggang
Dakwah Profesi di lini manapun kita berada. Jangan sampai keberadaan kita, sama dengan
ketidakberadaan kita. Kita harus sanggup bercampur, tetapi tidak larut. Mewarnai,
membenahi, menjadi tauladan, menebar maslahat, dan sadar betul keberadaan kita sebagai
Ustadziatul Alam.
Pada Pra Fornas (5-6 Mei 2001) di UGM, Yogyakarta, pertemuan ini dihadiri oleh 8 LDFK
(Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran) yaitu :
1. LDFK Univ. Syah Kuala , Banda Aceh
2. Forum Studi Islam SM FKUI, Jakarta
3. LDFK UNPAD, Bandung
4. Keluarga Muslim Cendekia Medika (Kalam) UGM, Yogyakarta
5. LDFK Univ. Sebelas Maret, (UNS), Solo
6. LDFK Univ.Airlangga, Surabaya
7. LDFK UNEJ, Jember
8. LDFK UNIBRAW, Malang
Hasil dari Pertemuan ke 8 LDFK tersebut berhasil menyepakati Visi dan Misi, yakni:
Visi : Menjalin Ukhuwah, mengembangkan dakwah, mewujudkan Indonesia Islami
Misi :
1. Menjadi sarana memperkuat ukhuwah Lembaga Dakwah FK dan berbagi pengalaman
khususnya dalam dakwah pada jalur kesehatan
2. Mewujudkan fungsi pelayanan kesehatan terhadap umat
3. Mengembangkan kultur profesional dan wadah sosialisasi kedokteran Islam
4. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang ada baik lembaga medis maupun non
medis dalam skala nasional dna internasional
5. Terlibat aktif merespon dan membentuk opini umat yang berkaitan dengan masalah
kesehatan
Struktur Organisasi
FULDFK memiliki struktur organisasi berdasarkan anatomis dan fungsional. Pembagian
anatomis berdasarkan pembagian wilayah serta pusat dan Dewan Penasehat. Adapun,
pembagian fungsional berdasarkan fungsi-fungsi yang dikembangkan di FULDFK saat ini,
seperti Informasi dan Teknologi (IT), fungsi Kehumasan, Pemberdayaan LDFK (pada
Kepengurusan dr. Radietya Alvarabie berganti nama dan bertambah fungsi menjadi Dept.
P&K (Pengembangan LDFK dan Kaderisasi), Finansial, KKIA, Keputrian (pada awalnya
digabungkan dengan Pembedayaan LDFK, pada kepengurusan dr. Radietya Alvarabie di
launching menjadi Departemen Kemuslimahan) dan sebagainya yang diaplikasikan dalam
bentuk departemen pusat dan wilayah.
Kepengurusan di pusat disebut dengan Dewan Eksekutif Pusat (DEP), sedangkan untuk
wilayah disebut Dewan Eksekutif Wilayah (DEW). Adapula Dewan Penasehat Organisasi
(DPO). DEP dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional sedangkan DEW dipilih dan
ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah. DEP terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum,
Bendaharan Umum, Ketua-Ketua Departemen Pusat, dan Ketua Wilayah. DEW terdiri dari
Ketua Wilayah, Sekretaris Wilayah, Bendahara Wilayah, dan Ketua-Ketua Departemen
Wilayah .
Struktur wilayah
Wilayah FULDFK dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Wilayah 1 : Sumatera
2. Wilayah 2 : Kalimantan, Sulawesi
3. Wilayah 3 : Banten, Jakarta, Jawa Barat
4. Wilayah 4 : Jawa Tengah dan Yogyakarta
5. Wilayah 5 : Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur
Catatan : Papua dan Maluku berada dibawah tanggung jawab DEP saat itu, namun di
Kepengurusan dr. Radietya Alvarabie, Maluku dan Papua mulai di masukkan di DEW 5 di
bawah kepemimpinan dr. Gamal Albinsaid (Ketua DEW 5).
Tujuan : Memberikan pelayanan kepada ummat dalam bidang sosial kesehatan dan
mensosialisasikan FULDFK
Saat ini, FULDFK memiliki visi: Memperjuangkan Islam demi kemashlatan umat yang
berbasis kompetensi. Untuk mencapai visi tersebut FULDFK mempunyai 7 misi yakni:
1. Memperkuat ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran se-Indonesia.
2. Mendorong Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran di Indonesia untuk lebih profesional
dan mapan.
3. Mempersiapkan mahasiswa muslim fakultas kedokteran menuju dakwah profesi.
4. Advokasi terhadap kepentingan dakwah dalam bidang kesehatan.
5. Berperan aktif merespon dan membentuk opini masyarakat yang berkaitan dengan masalah
kesehatan.
6. Mensosialisasikan Kedokteran Islam kepada masyarakat.
7. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang ada baik medis maupun non medis
dalam skala nasional maupun internasional.
Ada 5 peran strategis keberadaan FULDFK, yaitu:
1. Sebagai Wadah Silaturahim,
2. Kontemplasi Ide,
3. Kesatuan Arah Gerak
4. Saling Menyehatkan Tiap-tiap LDFK
5. Memasifkan Dakwah Profesi Kedokteran
Posisi FULDFK- LDFK- dan Mahasiswa Muslim FK
Tujuan Berdirinya FULDFK
Saat ini di Indonesia terdapat 73 Fakultas Kedokteran, dan dengan hampir 50 diantaranya
Alhamdulillah sudah memiliki LDFK yang mempunyai tujuan utama yang sama yaitu
menjadikan Agama Allah sebagai ruh utama di ranah dakwah profesi kedokteran. Sehingga
diharapkan kelak setiap lulusan Fakultas Kedokteran menggenggam dengan teguh akidahnya
dalam bidang keprofesian yang ia tekuni. Kondisi setiap LDFK di Indonesia tidaklah sama,
ada yang sudah sangat mapan ada juga yang baru berdiri bahkan ada yang masih berjuang
untuk mendirikan LDFK. Maka disinilah peran strategis FULDFK dalam menyehatkan
LDFK-LDFK yang ada. LDFK yang sudah mapan bisa berbagi kiat-kiatnya pada LDFK yang
baru terbentuk, bahkan LDFK yang mapan sampai menjalankan program visitasi dan
memasukkan upaya penyehatan LDFK yang belum mapan, kedalam program kerja yang
harus mereka capai. Dalam proses ini FULDFK terutama Departemen P&K (Pengembangan
LDFK dan Kaderisasi) sebagai penanggungjawabnya, dan progresnya terus dilaporkan dalam
setiap pertemuan FULDFK juga tentunya kepada Ketua Umum, sehingga kontinuitasnya
dapat terjaga.
Silaturahim antar keluarga besar FULDFK dapat melalui perjumpaan langsung berbagai
macam kegiatan FULDFK baik dalam tingkat Wilayah ataupun Nasional. Hampir dalam
setiap tender nasional ataupun wilayah selalu ada waktu untuk sharing LDFK. Hal ini
bermanfaat guna memperkuat kelindan ukhuwah dan saling berkontemplasi untuk problem
solving antar LDFK serta menumbuh-suburkan inisiatif-inisiatif segar untuk program kerja
dan strategi yang lebih masif. Sedangkan di dunia maya ada Net Meeting berupa Forum
Masul, Forum Kadep Kaderisasi, Forum Syiar, Net Meeting pengurus Dewan Eksekutif
Pusat (DEP), Dewan Eksekutif Wilayah (DEW), dan Dewan Penasehat Organisasi (DPO).
Hal ini dilakukan FULDFK untuk memfasilitiasi Pengurus FULDFK dan LDFK agar bisa
berbagi manfaat dan agar bisa saling memahami kondisi di luar LDFK-nya,
mengkontemplasikan ide, karena sudah menjadi keharusan setiap muslim itu bersatu,
berpegang teguh pada tali agama Allah dan menjadi nikmat yang tak ternilai harganya bahwa
setiap muslim itu bersaudara. Terikat dalam satu akidah, visi, dan ranah keprofesian yang
sama. Silaturahim inilah obat utama bagi segala permasalahan yang ada. Agar bisa saling
menumpu dan beramal jamai.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali-Imran : 103)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung. (QS. Ali-Imran :104)
FULDFK sebagai sebuah wadah bagi LDFK-LDFK di Indonesia, juga amat berperan
meningkatkan Bargain atau nilai tawar. Nilai tawar di sini maksudnya adalah jika ada suatu
isu yang perlu ditanggapi terkait kebijakan publik dan isu yang muncul di masyarakat, maka
FULDFK sebagai persatuan seluruh LDFK di Indonesia, memiliki bargain yang lebih kuat
dalam memberi tanggapan maupun tuntutan, dibandingkan hanya 1 LDFK saja yang memberi
tanggapan atau pernyataan atas suatu isu. Contoh isue yang pernah masuk dalam kajian
FULDFK adalah pelarangan jilbab di OK, pelarangan foto ijazah dengan menggunakan
jilbab, advokasi pendirian LDFK, isu tentang tembakau, dan masih banyak lagi. Persatuan
LDFK dengan wadah LDFK itu menjadi suatu hal yang sangat penting sebagai bargain kita di
tingkat nasional. Semoga kita termasuk orang-orang dengan perkataan yang terbaik,
sebagaiamana difirmankan oleh Allah SWT :
Hari ini atas keberkahan dari Allah, terutama sejak Kepengurusan dr. Lettu. Abdul Ghafur,
FULDFK menjalin kerja sama dengan FIMA (Federation of Islamic Medical Association)
dan WAMY (World Assembly of Moslem Youth) serta melibatkan IIMA (Indonesia Islamic
Medical Association) yang saat itu Prof. dr. Salamun Sastra, Sp. M menjabat sebagai
Sekjendnya. Konkritnya kala itu Kepengurusan FULDFK beserta IIMA menyelenggarakan
FIMA Camp di Bogor, Indonesia, program ini diketuai oleh dr. Ali Reza. Alhamdulillah
jalinan silaturahim dengan FIMA terus terjalin, baik di kepengurusan dr. Ali Reza (selaku
Ketua Umum berikutnya), dr. M. Anang Eko Fachruddin, dr. Radietya Alvarabie, dr. Nesta
Enggra, sampai sekarang. Saat ini FULDFK adalah student chapter resmi dari IIMA. Inilah
gerbang kesempatan FULDFK menjalin kerja sama dan silaturahim dengan saudara-saudara
kita dokter muslim dari segenap penjuru dunia. Saling berkontemplasi, menguatkan, dan
menyadarkan bahwa perjuangan dakwah Islam pada profesi kedokteran ini juga sedang
terjadi di belahan dunia lain.
Selain dengan FIMA, FULDFK juga menjalin kerja sama dengan BSMI (Bulan Sabit Merah
Indonesia) yang saat itu diketuai oleh dr. Basuki Supartono, Sp. OT, MER-C (Medical
Emergency Rescue Committee) saat itu sebagai Ketua Presidiumnya adalah dr. Jose Rizal
Jurnalis, Sp. OT. FULDFK juga berandil besar dalam pembentukan dan pembangunan
Rumah Sakit Pusat Kanker Indonesia- Malaysia, melalui koordinasi dengan Ustadz. Salim A.
Fillah, dr. Radietya Alvarabie, dan Yasjudan Rastrama, S.Ked. FULDFK juga menjajaki
kerjasama dengan saudara-saudara kita dari TNI dengan menyusun buku tentang
Penanganan HIV dari sudut pandang Islam sebagai pengokoh Pertahanan Negara, bersama
dr. Kol. Flora Eka Sari, Sp. P, dan dr. Radietya Alvarabie.