PENDAHULUAN
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan
tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Salah satu penyebab tingginya kematian ibu
dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu
keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dangan tarikan ke arah belakang
kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan
presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi
distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala
(Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteri diagnosa yang digunakan.
Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam
untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah
dan episiotomi. American College of Obstetrician and Gynecologist: angka kejadian
distosia bahu bervariasi antara 0,6-1,4%.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Keluhan Utama
Bahu tidak lahir dengan darah tinggi
Keluhan Tambahan
-
2
riwayat demam (-), riwayat keputihan (-), riwayat diurut-urut (-), riwayat minum jamu
(-), riwayat menstruasi 3 kali ganti pembalut.
Status generalis
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 160/110mmHg
Frekuensi nadi : 84 kali/menit
Frekuensi pernapasan : 20 kali/ menit
Temperatur : 36,5 oC
3
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 78 kg
BMI : 31,3 (obesitas II)
Status lokalis
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-).
Leher : JVP (5-2) cmH20, pembesaran KGB (-).
Toraks
Jantung : HR: 84 x/menit, murmur (-), gallop (-), ictus cordis
tidak terlihat, ictus cordis tidak teraba, batas jantung
normal.
Paru : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-), statis
dinamis paru kiri sama dengan paru kanan, stremfremitus
paru kiri sama dengan paru kanan, bunyi sonor pada
kedua paru.
Abdomen : Status obstetri.
Genitalia : Status obstetri.
Ekstremitas : Akral dingin (-), edema pretibia (-).
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (40cm),
letak memanjang, tempat kepala bayi di depan vulva dengan livor
morfis.
Leopold II : Kiri : Teraba bagian-bagian kecil janin
Kanan: Teraba 1 bagian besar, keras seperti papan
Leopold III :-
Leopold IV :-
His: -
DJJ: -
TBJ: 5300 gram
4
Pemeriksaan dalam: -
Portio :
Konsistensi :-
Posisi :-
Pendataran :-
Pembukaan :-
Ketuban :-
Terbawah :-
Penurunan :-
Penunjuk :-
V. DIAGNOSIS
P3A0 post partum 6 jam (di luar) dengan distosia bahu + preeklampsia berat janin
tunggal mati presentasi kepala.
5
VI. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad bonam.
Janin : Dubia ad malam.
VII. PENATALAKSANAAN
Non farmakolgi
Observasi tanda vital ibu, perdarahan, kontraksi
Teknik relaksasi.
Stabilisasi 1 jam.
IVFD RL gtt XX/menit.
Terpasang kateter menetap.
Cek laboratorium.
Farmakologi:
Metildopa 3 x 250 mg p.o
Inj. MgSO4 40% bokong kanan-bokong kiri 4 gr per 6 jam IM.
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Inj. Metronidazole 2 x 500 gr IV
Laporan Operasi:
Pukul 09.30 WIB indikasi dimulai
Penderita dalam posisi litotomi. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah
vulva dan sekitarnya. Dilakukan Mc Robert Manuver, yaitu litotomi maksimal. Asisten
melakukan massanti manuver dengan menekan suprasimfisis. Dilakukan rubin manuver
dengan menekan bahu anterior ke posterior. Dilakukan wood cocuscrew manuver
dengan melakukan rotasi bahu posterior ke anterior. Kepala dipegang secara biparietal
dan ditarik curam kebawah.
Pukul 09.45 WIB Lahir neonatus mati laki-laki, BB 5300 gram, PB 53 cm, dengan
rigor mortis, dilakukan menejemen aktif kala III.
Pukul 09.50 WIB Plasenta lahir lengkap, BP 720gram, PTP 51cm, ukuran 19x10cm.
Pukul 10.00 WIB tindakan selesai
6
Diagnosis pratindakan : P3A0 post partum 6 jam (di luar) dengan distosia bahu +
preeklampsia berat janin tunggal mati presentasi kepala.
Diagnosis pascatindakan : P3A0 post partum 6 jam (di luar) dengan distosia bahu +
preeklampsia berat janin tunggal mati presentasi kepala.
Instruksi pascabedah:
1. Pantau nadi/tensi/pernapasan/suhu
2. Observasi perdarahan
3. IVFD RL GTT xx/m
4. Cefriaxon 2x1 gr
5. Asam Mefenamat 3x500 mg p.o
6. Diet biasa
Follow up Pasien
Tanggal 07 Juni 2016
S/ Habis operasi melahirkan
O/ Ku : Tampak sakit sedang
Sens : Compos mentis
TD : 100/60mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36.5C
Status Obstetri
PL: FUT 3 jari dibawah umbilicus, kontraksi uterus baik, perdarahan aktif (-)
A/ P3A0 Mc Robert Manuver + Massanti Manuver + Rubin Manuver + wood
coccusscrew ec distorsia bahu (diluar) + PEB
P/
Observasi tanda vital ibu, perdarahan, kontraksi
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
mobilisasi
IVFD RL GTT xx/m
7
Kateter menetap
Inj. Dexamethason 2x10mg
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa
dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan
maneuver obstetric oleh karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada
kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (Sarwono Prawirohardjo,
2008). Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bias lewat masuk kedalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sacrum (tulang ekor) (Anik Maryunani, 2013).
9
multipara, primipara, serta penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat
terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten/aktif, dan kala pengeluaran.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang,
letak dahi, hydrochepalus atau monstrum.
3. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
4. Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :
- Malposisi (presentasi selain belakang kepala).
- Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
- Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
- Serviks yang menetap.
- Kelainan fisik ibu, misalnya pinggang pendek.
- Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
10
C. Diagnosis Distosia Bahu
1. Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus pubis.
2. Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior)
berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir mengikuti kepala.
11
E. Komplikasi Distosia Bahu
1. Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan
diabetes gestasional.
2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi
dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari
kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4.000 gram.
3. Multiparitas.
4. Ibu dengan obesitas.
5. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus
tumbuh setelah usia 42 minggu.
6. Riwayat obstetrik dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat
distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu pada 5 (12%) diantara 42 wanita.
12
G. Penatalaksanaan Distosia Bahu
13
selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan persentasi kepala.
Maneuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar
distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
14
posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa
dilakukan dengan menekan fossa cubiti). Pegang lengan bawah dan buatlah
gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat bahu
posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi anterior masuk ke bawah
simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan
tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu
anterior. Manuver Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari dari
tangan yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti
tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan di bagian
depan bahu posterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Dengan demikian,
bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di bawah arkus
pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah
menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan dengan
mudah dapat dilahirkan.
15
a. Minta bantuan asisten, ahli anestesi dan ahli anestesi.
b. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
c. Lakukan episiotomi mediolateral luas.
d. Lakukan tekanan suprapubik bersamaan dengan traksi curam
bawah untuk melahirkan kepala.
e. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.
16
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny.S usia 33 tahun P3A0 post partum 6 jam (di luar) dengan distosia bahu +
preeklampsia berat janin tunggal mati presentasi kepala dirujuk ke RSMH oleh
RSUD Muhammadiyah Palembang, 6 jam SMRS os melahirkan di dukun,
kepala sudah lahir namun bahu tak lahir dan anak sudah meninggal. Saat
menstruasi banyaknya 3x ganti pembalut, riwayat demam dan keputihan
sebelumnya disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri 3
jari di bawah prosesus xiphoideus (40cm), pada bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil janin dan bagian kanan teraba 1 bagian besar keras seperti papan. Tempat
kepala bayi di depan vulva dengan livor morfis.
Pada kasus ini os di observasi tanda vital ibu, perdarahan, dan kontraksi, lalu
dipasang IVFD RL gtt XX/menit, diberikan metildopa 3 x 250 mg p.o, Inj.
MgSO4 40% bokong kanan-bokong kiri 4 gr per 6 jam IM, Inj. Ceftriaxone 2 x
1 gr IV, Inj. Metronidazole 2 x 500 gr IV. Pada kasus ini prognosis pada ibu
yaitu dubia ad bonam dan prognosis pada bayi adalah dubia ad malam.
17
DAFTAR PUSTAKA
18