Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C BLOK 25

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Tutor :
dr. Ardehlia Arin

1. ZAHRUNISA AL JANNAH 04121401007


2. DICO FATEJARUM 04121401018
3. TIARA PUTRI RAMADHANI 04121401026
4. RAHARDIAN DWI CAHYO 04121401027
5. REIJEFKI IRLASTUA 04121401032
6. NUR ANNISA FARADINA 04121401034
7. PUTRI BEAUTY OKTOVIA 04121401037
8. VINA CHANTHYCA AYU 04121401043
9. RIKA DAYANTI 04121401100
10. NORFARIDZUAN BIN ABDUL NAIN 04121401102
11. ANISH KUMAR 04121401105
12. KIRUBHASHINI ELLANGGOVEN 04111401100

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 3

KEGIATAN TUTORIAL 4

SKENARIO... 5

KLARIFIKASI ISTILAH. 6

IDENTIFIKASI MASALAH.. 7

ANALISIS MASALAH. 8

RESTRUKTURISASI / KERANGKA KONSEP... 29

LEARNING ISSUE 30

KESIMPULAN 53

DAFTAR PUSTAKA 54

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan
Tutorial Skenario C Blok 25 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur,
hormat, dan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. Dr. Ardehlia selaku tutor kelompok 3
3. teman-teman sejawat FK Unsri,
4. semua pihak yang telah membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 11 Mei 2015

Kelompok 3

3
KEGIATAN TUTORIAL

Tutor : dr. Ardehlia Arin

Moderator : Putri Beauty oktavia

Sekretaris Meja : Norfaridzuan bin Abdul Nain

Pelaksanaan : .. 11 Mei 13 Mei 2015

Peraturan selama tutorial :

1. Sebelum nyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan


2. Alat komunikasi dan gadget hanya boleh digunakan untuk keperluan diskusi, namun
dalam mode silent dan tidak mengganggu berlangsungnya diskusi
3. Minum diperbolehkan, namun tidak untuk makan
4. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator

4
SKENARIO C BLOK 25

Dokter Anggi, seorang dokter layanan primer yang dikontrak oleh suatu perusahaan migas di
daerah Grisik, Sumatera Selatan. Beliau mendapatkan laporan adanya kasus klamidiasis pada
12 orang karyawan pria dalam satu bulan terakhir.

Karyawanterdiri ats 80% pria dan 20% wanita. Semua karyawan tinggal di mes khusus
karyawan. 50% karyawan sudah menikah, setengahnya tinggal bersama keluarga. Jam kerja
site mulai dari jam 7 pagi hingga 4 sore, diselingi 2 jam istirahat. Lokasi site merupakan
daerah yang terpencil dan hanya bisa dilalui dengan jalan darat menggunakan mobil tertentu,
perjalanan ditempuh dalam 8 jam. Ada 2 desa yang berada dilokasi site menyediakan warung
kopi, warung makanan, dan tempat karokeser=derhana dimana menjadi tempat karyawan
bersantai dan berkumpul.

Dokter anggi melakukan assessment pada supervisor dan salah satu karyawan pria yang kena
klamidiasis dengan carabmelakukan wawancara mendalam, dan memutuskan untuk
melakukan untuk melakukan penyuluhan IMS dan mengundang pemuka agama untuk
memberi ceramah agama yang diikuti oelh semua karyawan dan keluarganya. Dokter anggi
juga memasang spanduk yang dipasang di daerah kantor dan mes karyawan.

HINDARI FREE SEX!

INGAT KELUARGA DI RUMAH !!!

Satu minggu setelahnya, dokter anggi menerima beberapa complain yang disampaikan
melalui bagian personalia. Komplaim disampaikam secara anonym, dengan pesan bahwa
tindakan dokter anggi memalukan karyawan dan menganggap karyawan perusahaan ini tidak
bermoral dan merusak hubungan mereka dengan keluarganya. Mereka menyatakan bahwa
mereka menolak berobat lagi dengan dokter anggi.

5
KLARIFIKASI ISTILAH
a. Dokter layanan primer: dokter praktek umum dengan kewenangannya yang sebatas
layanan kesehatan tingkat primer.
b. Klamidiasis: setiap infeksi atau penyakit yang disebabkan oleh anggota clamidyales
c. Mes khusus: tempat tinggal yang disediakan khusus untuk karyawan di perusahaan
tersebut
d. Assessment: suatu pendekatan secara sistematis terhadap individu dan komunitas untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan.?
e. Supervisor: pengawas utama yang bertanggung jawab untuk hasil atas orang-orang yang
diawasi terutama mutu dan jumlah produk dan pelayanan.
f. Penyuluhan: ilmusosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu
dan masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai yang di harapkan.
g. IMS: infeksi menular seksual. Infeksi yang di tularkan melalui hubungan seksual

6
IDENTIFIKASI MASALAH
1. dokter anggi seorang dokter layanan primer pada suatu perusahaan migas di sumsel
mendapatkan laporan adanya kasus klamidyasis pada 12 orang pria pada satu bulan
terakhir
2. karyawan didominasi oleh pria. Tinggal di mes khusus. 50% sudah menikah,
setengahnya tinggal bersama keluarga. jam kerja mulai dari jam 7 sampai 4 sore
istirahat 2 jam
3. Lokasi site yang terpencil dan adanya warung kopi, warung makan, dan tempat
karaoke untuk hiburan.
4. dokter anggi melakukan penyuluhan, assessment dan memasang spanduk dan
mengundang pemuka agama
5. dokter anggi medapat complain karena tindakan dokter anggi dianggap
mempermalukan karyawan.

7
ANALISIS MASALAH
1. dokter anggi seorang dokter layanan primer pada suatu perusahaan migas di sumsel
mendapatkan laporan adanya kasus klamidyasis pada 12 orang pria pada satu bulan
terakhir
a. Apa saja peran dan tugas serta tempat kerja dari dokter layanan primer ?

- Dokter layanan primer berperan sebagai pelaku awal pada layanan kesehatan tingkat
pertama, melakukan penapisan rujukan tingkat pertama ke tingkat kedua, dan
melakukan kendali mutu serta kendali biaya sesuai dengan standar kompetensi dokter
dalam sistem jaminan kesehatan nasional. Dokter layanan primer akan menjadi orang
yang pertama kali melayani peserta jaminan kesehatan. Pada era BPJS, seorang dokter
layanan primer tidak hanya berorientasi kuratif, tapi juga harus mampu berperan
holistik, termasuk upaya promotif dan preventif. Maksudnya, dokter layanan primer
tidak hanya berusaha menyembuhkan penyakit, tetapi juga harus memikirkan
mengapa penyakit tersebut bisa terjadi di wilayahnya, apa yang menyebabkan
penularan, bagaimana cara mencegah penularannya, dan sebagainya. Dalam aspek
kuratif, dokter layanan primer harus mampu menatalaksana berbagai macam penyakit
sesuai dengan standar kompetensi dokter layanan primer.

b. Bagaimana epidemiologi dan etiologi klamidyasis pada kasus ?


- Untuk menentukan epidemiologi kasus ini, diperlukan penelitian yang mendalam
untuk mengetahuinya di wilayah tersebut. Dalam menentukan epidemiologi harus
memperhatikan indeks dibawah ini, yaitu:
1.Indeks Fertilitas
2.Indeks Morbiditas
3.Indeks Mortalitas
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis telah teridentifikasi pada 50% pria yang
mengalami uretritis nonspesifik dan 20 60% wanita penderita gonore. Penyakit
klamidia merupakan penyakit IMS yang paling umum terjadi di Amerika Serikat saat
ini, beberapa kali lebih sering terjadi daripada gonore. Lima persen bayi yang lahir di
Amerika Serikat menderita infeksi klamidia, 50% diantaranya mengalami
konjungtivitis dan 20% diantaranya mengalami pneumonia.

8
Etiologi
1.Klamidia kerap ditemukan berkaitan dengan IMS lainnya.
2.Genus Chlamydia memiliki dua spesies
Chlamydia psittaci tidak menyebabkan IMS dan tidak berkaitan dengan perawatan
obstetri ginekologi (Obgin). Infeksi menyebabkan penyakit yang menyerupai flu
ringan, diderita setelah terpajan kotoran burung yang mengandung parasit.
C. trachomatis merupakan spesies IMS yang selanjutnya dan menyebabkan penyakit
berikut:
Penyakit radang panggul (PRP)
Uretritis nongonokukus (dan pascagonokokus)
Konjungtivitis kronik
c. Bagaimana patofisiologi dan cara penularan penyakit klamidyasis ?

-Infeksi klamidia trakomatis biasanya menular melalui aktivitas seksual dan dapat
menular secara vertikal, yang kemudian menyebabkan konjungtivitis dan pneumonia
pada bayi baru lahir.
Chlamydia trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil , tidak aktif secara
metabolis, dan mengandung asam DNA dan asam RNA serta disebut badan elementer
(EB). Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel pejamu melalui endositosis dan
setelah berada di dalam, berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang
bersaing dengan sel pejamu memperebutkan nutrien. Organisme ini memicu
timbulnya siklus replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB untuk
menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Chlamydia trachomatis memiliki afinitas terhadap
epitel uretra, serviks, dan konjungtiva mata. Pada laki-laki, uretritis, epididimitis, dan
prostatitis adalah manifestasi yang tersering. Pada perempuan, yang tersering adalah
servisitis, diikuti oleh uretritis, bartolinitis, dan akhirnya penyakit radang panggul
(PID).

d. Apa saja faktor resiko dari klamidyasis ?


- Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :
Usia muda, kurang dari 25 tahun
Mitra seksual dengan urethritis
Multi mitra seksual
Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
9
Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen
Memakai kontrasepsi non barier atau tanpa kontrasepsi.
Servisitis

2. Karyawan didominasi oleh pria. Tinggal di mes khusus. 50% sudah menikah,
setengahnya tinggal bersama keluarga. jam kerja mulai dari jam 7 sampai 4 sore
istirahat 2 jam.

a. Adakah keterkaitan antara jumlah karyawan dan tempat tinggal pada kasus ini ?
- Jumlah karyawan yang lebih banyak laki-laki dibandingan dengan perempuan,
memungkinkan terjadinya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu,
tempat tinggal yang berupa mes khusus karyawan ini meningkatkan resiko terjadinya
perilaku yang tidak diinginkan antar pihak karyawan, misalnya saja pergaulan bebas.
Apalagi dari 50% yang menikah hanya setengahnya yang tinggal bersama keluarga
sementara sisanya tinggal sendiri dan terpisah jauh dari keluarga.

b. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap kasus ini ?


- Jam kerja yang mulai dari jam 7 pagi hingga 4 sore dan hanya diselingi 2 jam
istirahat mempengaruhi perilaku karyawan. Karyawan menjadi mudah lelah dan stres,
ditambah lagi dengan terbatasnya tempat makan dan hiburan di daerah tersebut, serta
jauhnya lokasi dari pusat perkotaan. Hal ini menyebabkan karyawan mencari solusi
lain, yang diduga berdampak buruk terhadap perilaku kesehatan mereka yang
akhirnya mengakibatkan kasus klamidiasis tersebut terjadi.

3. Lokasi site yang terpencil dan adanya warung kopi, warung makan, dan tempat
karaoke untuk hiburan.

a. Bagaimana keterkaitan antara lokasi terpencil dengan perilaku karyawan pada kasus
ini ?
- Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri chlamydia
trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering menyebabkan apa yang
dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik, yang
dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual yang
terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita klamidia lebih sering menyebabkan
10
cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher rahim, dan penyakit peradangan pelvis
(pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas.

Host penyakit klamidia adalah anak usia muda(remaja) yang bisa menyerang laki-laki
ataupun pada perempuan yang kebiasaan hidup atau kehidupan sosialnya selalu
berganti-ganti pasangan yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit kelamin
tersebut.sehingga agent bertahan hidup pada host yang rentan tertular penyakit
tersebut.
Lingkungan social sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit klamidia, perubahan
demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi, pergerakan
masyarakat yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata dan kemajuan sosial
ekonomi. Akibat perubahan-perubahan demografik tersebut maka terjadi pergeseran
pada nilai moral dan agama pada masyarakat.selain itu,budaya juga dapat
berpengaruh pada terjadinya penularan penyakit kelamin. Salah satu budaya bebas
yang salah dianut dan salah diartikan adalah budaya seks bebas.
Karyawan 80% laki-laki dan 12 orang menderita klamidiasis hal ini menunjukan
bahwa penderita meakukan hubungan seksual dengan sesesorang yang menderita
klamidiasis tanpa menggunakan pengaman (kondom). Tempat tinggal karyawan bisa
menjadi factor terjadinya klamidiasis pada kelompok karyawan yang tinggal jauh dari
keluarga dan kurangnya iman. Hal in dikarenakan lokasi perusahaan merupakan
daerah terpencil serta dipicu juga dengan daerah sekitar yang menyediakan tempat
hiburan.

b. Bagaimana hubungan antara tempat hiburan dengan perilaku karyawan dan kasus
yang terjadi ?
- Terbatasnya tempat makan dan hiburan di daerah tersebut, serta jauhnya lokasi dari
pusat perkotaan menyebabkan karyawan mencari solusi lain, yang diduga berdampak
buruk terhadap perilaku kesehatan mereka yang akhirnya mengakibatkan kasus
klamidiasis tersebut terjadi.
Maka dari itu diperlukan promosi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan pasien,
individu sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat di DBK (daerah bermasalah
kesehatan), agar (1) pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan
rehabilitasinya, (2) individu sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam

11
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui (3) pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.

4. Dokter anggi melakukan penyuluhan, assessment dan memasang spanduk dan


mengundang pemuka agama.

a. Apakah tepat sasaran dokter anggi melakukan assessment pada supervisor ? Misalkan
belum benar, siapa yang tepat sebagai sasaran assessment pada kasus ini ?
- Belum, cara yang dilakukan dokter Anggi membuat target merasa dirinya
direndahkan dan cara ini sangat tidak efektif, komunikasi harusnya dilakukan secara
interpersonal mulai tingkat individu (target perseorangan). Karena dengan melakukan
hal yang dilakukan dokter Anggi, tujuan awal tidak akan tercapai dan hanya akan
memperburuk kualitas komunikasi dengan sasaran/target.
Target : Semua karyawan dan karyawati di perusahaan migas daerah Grisik, Sumatera
Selatan
b. Bagaimana perilaku dan promosi kesehatan yang tepat untuk diterapkan pada
masyarakat di lingkungan kerja tsb. Kaitkan dengan kasus ini ?
- Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan
informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,
sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan
yang disampaikan (DEPKES RI, 2006). Untuk hal itu diperlukan langkah-langkah
pengembangan media promosi kesehatan yang tepat.
Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses
P. Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH
(Program for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS
(Population Communication Services).

Promosi kesehatan yang dilakukan oleh dr. Anggi kurang baik, hal ini dapat kita lihat
dari hal berikut:
-Metode promosi kesehatan
Metode yang dilakukan dr. Anggi salah satunya adalah penyuluhan. Metode ini cukup
efektif jika tersedia tempat dan waktu serta suasana yang kondusif agar peserta dapat
mendengarkan secara aktif. Pada metode ini peserta hanya mendengar sehingga
12
materi yang terserap tidak maksimal terlebih jika penyuluhan yang dilakukan hanya
sekali kemungkinan peserta untuk lupa lebih besar. Saran yang dapat diberikan adalah
saat penyuluhan dapat diberikan contoh atau pembagian pamphlet yang berisi gambar
untuk mengingatkan kembali peserta tentang apa yang sudah dijelaskan saat
penyuluhan.
Selain itu, spanduk yang ditempelkan di daerah kantor dan mes karyawan juga
termasuk kurang baik dari segi pemilihan kata-kata dan pemilihan tempat. Sebaiknya,
kata-kata yang dipilih tidak langsung menjurus seolah-olah semua karyawan
melakukan free sex seperti yang tertulis di spanduk, namun bisa dipilih kata-kata
persuasif lainnya yang baik seperti Penyakit Menular Seksual memiliki dampak yang
berbahaya, mari kita hindari dan cegah bersama-sama ^^ , misalnya saja seperti itu,
dan dihias dengan bentuk dan gambar yang semenarik dan sepersuasif mungkin.
Selain itu, dr. Anggi juga hanya melakukan wawancara mendalam terhadap salah satu
karyawan dan supervisor saja. Sebaiknya, wawancara atau assessment yang dilakukan
bukan hanya kepada salah satu karyawan saja, tetapi ke seluruh karyawan yang
mengalami kasus klamidiasis. Hal itu diperlukan untuk menentukan bagaimana
metode promosi kesehatan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Dan terakhir, ceramah agama yang dilakukan oleh dr. Anggi juga sebaiknya tidak
buru-buru dilakukan saat itu juga, karena ada banyak faktor yang harus dibenahi lebih
dulu, dan belum tentu semua orang siap atau setuju jika memanggil pihak pemuka
agama dan mendengarkan ceramah agama. Jika memang ingin mengadakan ceramah
agama, sebaiknya dilakukan bertahap dan terus-menerus, ditentukan jadwal setiap
bulan untuk mengadakan ceramah atau seminar keagamaan.

Untuk media promosi kesehatan, media yang bisa dipilih mungkin bukan hanya
spanduk, namun bisa juga dibuatkan poster atau stiker anti free sex yang dibuat secara
menarik dan persuasif. Bisa juga dibuatkan pin atau gantungan kunci bertuliskan Say
No to Free Sex atau Prestasi Yes, Free Sex No, dan bentuk kata-kata persuasif
lainnya.

13
c. Bagaimana metode kualitatif yang tepat yang seharusnya dilakukan? Kaitkan dengan
kasus ini! ?
- Metode kualitatif berkaitan dengan studi manusia dalam konteks alamiah. Metode
ini menggunakan berbagai alat dan teknik untuk mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang bagaimana manusia melihat realitas sosial mereka, bagaimana
mereka bertindak dalam dunia sosial, bagaimana mereka berusaha membuat
hubungan antara peristiwa, persepsi dan tindakan; sehingga analisis yang dibuat
tentang mereka harus holistik dan kontekstual. Hal ini karena salah satu tujuan
pendekatan kualitatif adalah untuk mencoba menggambarkan pandangan manusia di
tengah realitas sosialnya. Dengan demikian, teknik seperti observasi partisipan dan
wawancara tidak terstruktur atau informal umum digunakan. Karenanya, waktu dan
biaya yang disertakan dalam pekerjaan kualitatif tidak mengambil sampel atau contoh
dari skala besar set data.

Lima bentuk utama dari pengumpulan data telah ditandai penelitian kualitatif, antara
lain:
1.Observasi
2.Observasi partisipasi
3.Wawancara dan kelompok fokus (FGD/Focus Group Discussion)
4.Analisis dokumen.
5.Video yang berhubungan dengan perilaku.
6.Audio-rekaman komunikasi.
7.Wawancara mendalam

Pada kasus, dokter Anggi menggunakan teknik wawancara mendalam. Pengertian


wawancara-mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). Ciri
khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah keterlibatannya dalam
kehidupan responden/informan.

14
Dalam wawancara-mendalam melakukan penggalian secara mendalam terhadap satu
topik yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud diadakan wawancara
tersebut) dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang dilakukan untuk
mengetahui pendapat mereka berdasarkan perspective responden dalam memandang
sebuah permasalahan. Teknik wawancara ini dilakukan oleh seorang pewawancara
dengan mewawancarai satu orang secara tatap muka (face to face).
Kegunaan atau manfaat dilakukannya wawancara-mendalam adalah :
1.Topik/pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau sangat
sensitif
2.Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap,
pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah
3.Responden tersebar maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan kesempatan
untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian
tersebut
4.Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa adanya
tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam mengeluarkan pendapatnya
5.Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan pedoman (guide) atau tanpa
menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman (guide), alur pertanyaan yang
telah dibuat tidak bersifat baku tergantung kebutuhan dilapangan

Sedangkan kelemahan dari wawancara-mendalam ini adalah adanya keterikatan emosi


antara ke duanya (pewawancara dan orang yang diwawancarai), untuk itu diperlukan
kerjasam yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarainya.
Materi dalam wawancara-mendalam tergantung dari tujuan dan maksud diadakannya
wawancara tersebut. Agar hasil dari wawancara tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian, diperlukan keterampilan dari seorang pewawancaranya agar nara
sumbernya (responden) dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan. Beberapa teknik dalam wawancara agar berjalan dengan baik, adalah:

a. Menciptakan dan menjaga suasana yang baik.


Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata responden (nama,
alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu lama (5 menit)

15
Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar responden
memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan supaya lebih transparan
kepada responden (adanya kejujuran).
Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan aktifitas yang lain
ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga memberikan rasa nyaman bagi
responden (tidak adanya tekanan), misalnya responden boleh merokok, minum
kopi/teh, makan dan lain-lain
Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting, kerjasama dan
bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang responden berikan akan dijaga
kerahasiannya dan tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam wawancara ini.
Semua pendapat yang responden kemukakan sangat penting untuk pelaksanaan
penelitian ini.

b. Mengadakan probing
Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam, hal ini dilakukan
karena :
Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan
Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran

c.Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu kepada


responden yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat) responden bukan
merupakan pendapat dari responden itu sendiri

d. Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka dengan jawaban
responden, hendaknya intonasi suara dapat dikontrol dengan baik agar responden
tetap memiliki rasa nyaman dalam sesi wawancara tersebut. Hal yang dapat
dilakukan misalnya; mengambil minum, ngobrol hal yang lain, membuat candaan dll)

e. Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga memberikan jawaban
yang diharapkan oleh pewawancara

16
f. Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden sehingga membuat
responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan tersebut

g. Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses wawancara tersebut

h. Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang ditunjukan oleh
responden, misalnya responden merasa tidak nyaman dengan sikap yang ditunjukan
oleh pewawancara, pertanyaan atau hal lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan
informasi yang diterima tidak lengkap
i. Waktu
Dalam pelakasanaan wawancara-mendalam ini pewawancara dapat mengontrol
waktu. Hal ini dikuatirkan responden dapat menjadi bosan, lelah sehingga informasi
yang diharapkan tidak terpenuhi dengan baik. Waktu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan wawancara-mendalam yang dilakukan secara tatap muka adalah 1-2 jam,
tergantung isu atau topik yang dibahas.
dapat dikembangkan dengan kondisi pada saat wawancara berlangsung dan tetap
pada koridor tujuan diadakannya penelitian tersebut.Sebelum dilakukan wawancara-
mendalam, perlu dibuatkan pedoman (guide) wawancara. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pewawancara dalam menggali pertanyaan serta menghindari agar
pertanyaan tersebut tidak keluar dari tujuan penelitian. Namun pedoman (guide)
wawancara tersebut tidak bersifat baku.

Agar dalam pembuatan report serta analisa wawancara-mendalam berjalan dengan


baik, diperlukan alat dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan wawancara-
mendalam tersebut. Alat dokumentasi adalah :
1. Recoder (alat perekam suara)
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pewawancara mengingat kembali mengenai
wawancara yang telah dilakukan. Sehingga dapat membantu dalam pembuatan report
dan analisanya

17
2. Kamera
Dilakukan untuk kepentingan arsip dan juga untuk mencegah terjadinya pelaksanaan
wawancara dengan responden yang sama agar informasi yang diberikan tidak bias
3. Catatan lapangan
Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan (faktor pendukung) dalam melakukan
analisa.

d. Apa saja jenis media promosi kesehatan ?


- Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Biasanya alat peraga
digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan photo dan
sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun
tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :


1.Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

18
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak
selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

2.Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.


Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.
Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda
asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-
macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3.Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.


Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-
kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan
mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada
suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat
berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan
singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan
satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai
daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk
bertindak.

Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang
singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa
yang disajikan secara berlipat.

19
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,
misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare
dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuan pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.

4.Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll


Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a.Album ; yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu
cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa
dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di
diskusikan. Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk
merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat
pengakuan resmi dari Bupati.
b.Dokumentasi lepasan ; yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan
dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian.
Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat
effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap
materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang.
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa
edikatif.

e. Bagaimana teknik komunikasi yang baik digunakan pada kasus ini ?


- Sejalan dengan pemahaman tentang komunikasi memusat Soemardjo (1999)
mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya terbukti memberikan pengaruh
signifikan terhadap mutu penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh untuk
memandirikan petani.

20
Dengan kata lain, proses penyuluhan partisipatip yang diba-rengi dengan proses
komunikasi memusat tersebut merupakan metoda yang layak dikembangkan.
Terkait dengan proses komunikasi memusat dalam kegiatan penyuluhan tersebut,
dapat ditarik pokok-pokok pemahaman sebagai berikut:
1) Proses komunikasi di dalam penyuluhan, harus merupakan proses komunikasi
timbal-balik, dan bukannya komunikasi searah yang sering dilakukan di dalam proses
penerangan yang dilakukan melalui media-masa.
2) Kedudukan penyuluh adalah sejajar dengan kliennya dan stakeholder yang lain.
Artinya, setiap penyuluh harus menghargai dan mau mendengarkan respon yang
diberi-kan oleh masyarakat yang menjadi kliennya, dalam proses belajar bersama.
3) Respon yang diberikan oleh klien, tidak harus sesuai dengan yang diharapkan oleh
penyuluhnya. Yang penting, selama komunikasi harus terjadi interaksi yang saling
menghargai pendapat pihak yang lainnya, sebagai masuk-an yang perlu dipikirkan
sebagai rangsangan terjadinya proses belajar.
Dengan demikian, semua pihak benar-benar mengalami proses belajar bersama.

KEJELASAN KOMUNIKASI
Agar penyuluhan dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan, perlu perhatian
terhadap: "kejelasan komu-nikasi" yang sangat tergantung kepada keempat unsur
komuni-kasinya, yaitu:

1) Unsur penyuluh dan sasarannya, yang merupakan unsur-unsur utama yang


menentukan keberhasilan komunikasi
Di dalam kegiatan penyuluhan, sering muncul gangguan komunikasi yang disebabkan
oleh:
a) kekurang trampilan penyuluh/sasaran untuk berkomu-nikasi,
b) kesenjangan tingkat pengetahuan penyuluh dan sasar-an,
c) sikap yang kurang saling menerima dengan baik, dan,
d) perbedaan latar belakang sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh dengan
sasarannya.
Karena itu, penyuluh sangat dituntut untuk selalu ber-usaha:
a) meningkatkan ketrampilannya berkomunikasi,
b) menyampaikan pesan dengan cara/bahasa yang mudah dipahami,

21
c) bersikap baik (meskipun sadar tidak disukai),
d) memahami, mengikuti, atau setidak-tidaknya tidak me-nyinggung nilai-nilai sosial
budaya sasaran (meskipun dia sendiri benar-benar tidak menyukainya).

2) Unsur pesan
Persyaratan utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, haruslah:
a) mengacu kepada kebutuhan masyarakat, dan disam-paikan pada saat sedang dan
atau segera akan dibutuh-kan.
b) disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami
c) tidak memerlukan korbanan yang memberatkan
d) memberikan harapan peluang keberhasilan yang ting-gi, dengan tingkat manfaat
yang merangsang.
e) dapat diterapkan sesuai dengan kondisi (pengetahuan, ketrampilan, sumberdaya
yang dimiliki/dapat diusaha-kan) masyarakatnya.
3) Unsur media/saluran komunikasi
Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran yang digunakaan harus terbebas
dari gangguan. Baik gangguan teknis (jika menggunakaan media masa), ataupun
gangguan sosial budaya dan psikologis (jika menggunakan media antar pribadi).

Di lain pihak, pilihan media yang akan digunakan, perlu disesuaikan dengan selera
masyarakat setempat, dengan senantiasa mempertimbangkan kemampuan sumberdaya
(dana, ketrampilan, dan peralatan yang tersedia).
Tentang hal ini, harus dipahami bahwa media-masa (elektonik) yang modern, canggih
dan mahal tidak selalu lebih efektif dibanding media inter-personal dan media-
tradisional.

PROSES PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI


Melalui komunikasi, proses perubahan perilaku yang menjadi tujuan penyuluha
sebenarnya dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu:
1) Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang dilakukan dengan
cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau mengikuti apa
yang dikehendaki oleh komunikator.

22
2) Secara pervasion, atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama secara
berulang-ulang, sampai sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator.
3) Secara compulsion, yaitu teknik pemaksaan tidak langsung dengan cara
menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus melakukan/menuruti kehendak
komunikator.
4) Secara coersion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung, dengan cara memberikan
sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut/melanggar anjuran yang
diberikan.

f. Apakah pemasangan spanduk yang dipasang oleh dokter anggi sudah memenuhi
kriteria termasuk bahasa dan lokasi (sertakan contoh yang baik) ?
- spanduk yang ditempelkan di daerah kantor dan mes karyawan juga termasuk
kurang baik dari segi pemilihan kata-kata dan pemilihan tempat. Sebaiknya, kata-kata
yang dipilih tidak langsung menjurus seolah-olah semua karyawan melakukan free
sex seperti yang tertulis di spanduk, namun bisa dipilih kata-kata persuasif lainnya
yang baik seperti Penyakit Menular Seksual memiliki dampak yang berbahaya, mari
kita hindari dan cegah bersama-sama ^^ , misalnya saja seperti itu, dan dihias dengan
bentuk dan gambar yang semenarik dan sepersuasif mungkin.
Selain itu, dr. Anggi juga hanya melakukan wawancara mendalam terhadap salah satu
karyawan dan supervisor saja. Sebaiknya, wawancara atau assessment yang dilakukan
bukan hanya kepada salah satu karyawan saja, tetapi ke seluruh karyawan yang
mengalami kasus klamidiasis. Hal itu diperlukan untuk menentukan bagaimana
metode promosi kesehatan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Dan terakhir, ceramah agama yang dilakukan oleh dr. Anggi juga sebaiknya tidak
buru-buru dilakukan saat itu juga, karena ada banyak faktor yang harus dibenahi lebih
dulu, dan belum tentu semua orang siap atau setuju jika memanggil pihak pemuka
agama dan mendengarkan ceramah agama. Jika memang ingin mengadakan ceramah
agama, sebaiknya dilakukan bertahap dan terus-menerus, ditentukan jadwal setiap
bulan untuk mengadakan ceramah atau seminar keagamaan.

Untuk media promosi kesehatan, media yang bisa dipilih mungkin bukan hanya
spanduk, namun bisa juga dibuatkan poster atau stiker anti free sex yang dibuat secara
menarik dan persuasif. Bisa juga dibuatkan pin atau gantungan kunci bertuliskan Say

23
No to Free Sex atau Prestasi Yes, Free Sex No, dan bentuk kata-kata persuasif
lainnya.

g. Apa saja isi yang tekandung dalam penyuluhan IMS ?


- Materi penyuluhan sebaiknya berisi hal-hal yang umum dan penting mengenai IMS.
Materi yang diberikan misalnya
1. Pendahuluan dan pengertian IMS
2. Perkembangan dan Sejarah IMS
3. Penularan IMS
4. Bahaya dan Ancaman IMS
5. Pencegahan dan Antisipasi IMS

5. Dokter anggi medapat complain karena tindakan dokter anggi dianggap


mempermalukan karyawan.

a. Bagaimana cara dokter layanan primer dalam menyikapi complain yang di


sampaikan karyawan pada kasus ini ?
- Seorang dokter harusnya bisa berkomunikasi dengan baik kepada seluruh warga
masyarakat setempat dan bila memang sudah terjadi kesalahpahaman dan
menimbulkan complain dari pasien maka seorang dokter yang baik harusnya bisa
menyelesaikan permasalahan itu dengan cara mengadakan diskusi terbuka dengan
pihak-pihak terkait untuk memperbaiki keadaan dan meluruskan kembali kesalah
pahaman yang timbul sebelumnya agar permasalahan yang ada tidak berkelanjutan.

b. Apa solusi yang tepat di terapkan pada kasus ini terhadap complain tersebut ?
- Seorang dokter harusnya bisa berkomunikasi dengan baik kepada seluruh warga
masyarakat setempan dan bila memang sudah terjadi kesalah pahaman dan
menimbulkan complain dari pasien maka seorang dokter yang baik harusnya bisa
menyelesaikan permasalahan itu dengan cara mengadakan diskusi terbuka dengan
pihak-pihak terkait untuk memperbaiki keadaan dan meluruskan kembali kesalah
pahaman yang timbul sebelumnya agar permasalahan yang ada tidak berkelanjutan.

24
KERANGKA KONSEP

Kasus Klamidiasis di Site


Grisik meningkat

Teknik Assement yang


Adanya tempat karaoke Salah
lokal

Karyawan Migas di Penyuluhan belum


Lokasi terpencil dan efektif
Hiburan yang Minim

Media promosi
kesehatan belum efektif

Komplain terhadap Dokter


Anggi

25
LEARNING ISSUE
1.Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Hal ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup
saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih
mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi
melalui penggabunngan:

1.menciptakan lingkungan yang mendukung,

2.mengubah perilaku, dan

3.meningkatkan kesadaran.

Lawrence Green merumuskan definisi promosi kesehatan sebagai: segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi,
yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau
promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan
untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.

Berdasarkan Piagam Ottawa sebagai hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi


Kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan bahwa: Health promotion is the process of
enabling people to increase control over, and improve their health. to reach a state of
complete physical, mental, and social well being. an individual or group must be able to
indentify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the
environment.

Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan yang lain
dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria sebagai berikut: Health promotion is
programs are design to bring about change within people, organization, communities, and
their environment.

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran
primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.

26
Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan
mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu
yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan
sulit dicapai jika tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-
norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan
sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat
umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya
PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung
jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia
usaha.

Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka
adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka
diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan
PHBS, turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan

menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS, berperan sebagai kelompok penekan
(pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.

Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

-Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan


masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat

27
-Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat
terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada
khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

Menyadari rumitnya hakikat dari perubahan perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina
suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan


menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-
kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.

Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong
dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan
melestarikannya.

Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan
dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan) :

a)Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan keluarga ini, sasaran utamanya adalah orang tua,
terutama ibu. Karena ibulah di dalam keluarga itu yang sangat berperan dalam meletakkan
dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.

b)Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya, sekolah merupakan tempat


lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku kesehatan.

c)Promosi kesehatan pada tempat kerja

Promosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan terhadap pimpinan perusahaan atau
tempat kerja agar memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi
karyawan atau pekerjanya.

28
d)Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)

Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya,


misalnya tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat pembuangan air kotor,
ruang tunggu bagi perokok dan non-perokok, kantin dan sebagainya. Pemasangan poster,
penyediaan leaflet atau selebaran yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan
adalah juga merupakan bentuk promosi kesehatan.

e)Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan baik
secara individual oleh para petugas kesehatan kepada para pasien atau keluarga pasien, atau
dapat dilakukan terhadap kelompok-kelompok.

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan
prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu,
dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, perencana harus terdiri dari masyarakat,
profesional kesehatan dan promotor kesehatan. Kelompok ini harus bekerja bersama-sama
dalam proses perencanaan promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai,
efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan. Di samping itu, dengan
melibatkan orang orang yang terkait maka akan menciptakan rasa memiliki, sehingga timbul
rasa tanggung jawab dan komitmen.

Langkah-Langkah Dalam Perencana Promosi Kesehatan

I.Menentukan kebutuhan promosi kesehatan:

1.Diagnosis masalah

2.Menetapkan prioritas masalah

II.Mengembangkan komponen promosi kesehatan:

1.Menentukan tujuan promosi kesehatan

2.Menentukan sasaran promosi kesehatan

3.Menentukan isi promosi kesehatan

4.Menentukan metode yang akan digunakan

5.Menentukan media yang akan digunakan

6.Menyusun rencana evaluasi

29
7.Menyusun jadwal pelaksanaan

Diagnosis Masalah

Fase 1: Diagnosis Sosial (Social Need Assessment)

Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau
terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya
melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.
Pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci,
forum yang ada di masyarakat, Focus Group Discussion (FGD), nominal group process, dan
survei.

Fase 2: Diagnosis Epidemiologi

Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang ataupun
masyarakat sebagaimana yang terdiagnosis pada fase 1. Informasi ini sangat diperlukan untuk
menetapkan prioritas masalah, yang biasanya didasarkan atas pertimbangan besarnya masalah
dan akibat yang ditimbulkannya serta kemungkinan untuk diubah.

Dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti:

a.Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkannya

b.Pertimbangan politis

c.Sumber daya yang ada di masyarakat

Prioritas masalah kesehatan harus tergambar pada tujuan program dengan ciri who will
benefit how much of what outcome by when.

Fase 3: Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan
juga sekaligus diidentifikasi masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi
perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat.

Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang,


digunakan indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya
pencegahan (Preventive action), pola konsumsi makanan (con sumption pattern), kepatuhan
(compliance), upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang
digunakan adalah: earliness, quality, persistence, frequency dan range. Indikator lingkungan

30
yang digunakan meliputi: keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, dengan
dimensinya yang terdiri dari keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan.

Fase 4: Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

Tetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan factor predisposisi yang telah
diidentifikasi. Selain itu, berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi
ditetapkan tujuan organisasi yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi dan
sumber daya yang telah tersedia dan yang akan didapatkan.

Fase 5. Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan yang berlaku yang
dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.

Pada diagnosis administratif dilakukan 3 penilaian, yaitu: sumber daya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan program, sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat, serta
hambatan pelaksanaan program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi
dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program
dan pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif
bagi kesehatan.

Pelaksanaan adalah penerapan dari hal-hal yang telah direncanakan. Kesalahan sewaktu
membuat perencanaan akan terlihat selama proses pelaksanaan, demikian pula halnya dengan
kekuatan dan kelemahan yang muncul selama waktu pelasanaan merupakan refleksi dari baik
tidaknya suatu proses perencanaan.

Pemantauan adalah suatu upaya agar proses pelaksanaan dari hal-hal yang telah direncanakan
berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Bila pada saat pemantauan ada hal-hal
yang tidak sesuai dengan prosedur / perencanaan maka hal tersebut bisa segera diperbaiki.

Evaluasi adalah suatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome) dari promosi
kesehatan yang telah dilakukan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan
pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dilanjutkan. Selain itu, evaluasi diperlukan untuk
pemantauan efficacy dari promosi kesehatan dan sebagai alat bantu untuk membuat
perencanaan selanjutnya.

31
Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan lainnya,
Karakteristiknya ialah indikator yang digunakan bukan hanya indikator epidemiologik
sebagai indikator dampak seperti pada upaya kesehatan lainnya, namun juga menggunakan
indikator perilaku untuk pengukuran efek.

MEDIA PROMOSI KESEHATAN

Pengertian

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.

Kegunaan

Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan
photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi
maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :

Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran

Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :

Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh


yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

32
Jenis / Macam Media

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah
dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini
antara lain :

Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb


Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol
pengawet, dll
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

2.Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.

Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah,
kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3.Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.

Poster

Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit katakata.
Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca
pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah
dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun,
gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan
pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan
satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.

Leaflet

33
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat,
padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan
secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare
dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan
rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di
photo copy.

4.Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll

Photo

Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :

a.Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita,
kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan
ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya
album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.

b.Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam
bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini
digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll

Slide

Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat effektif
untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara
seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang

Film

Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa

edukatif.

34
KOMUNIKASI KOMUNITAS

Pengertian Komunikasi Massa berupa Komunitas


Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut memberikan batasan pada
komponen-komponen komunikasi massa yaitu mencakup pesan-pesan, media massa ( kora,
majalah, tv, film dan radio) dan khalayak.
Menurut Defleur dan Dennis, komunikasi masa adalah suatu proses dalam mana
komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas
dan secara terus-menerus, menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi
khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.
Definisi tersebut memiliki gambaran yang lebih luas. Penonjolan definisi ini terutama pada
bagaimana sumber informasi (media massa) mengemas dan menyajikan pesan. Dengan cara
dan gaya tertentu menciptakan makna terhadap suatu peristiwa, sehingga mempengaruhi
khalayak.

Karakteristik Komunikasi Komunitas


Ditujukan kekhalayak yang tertentu (komunitas tertentu), heterogen, anonim,
tersebar dan tidak mengenal batas geografi kultural
Bentuk kegiatan komunikasi bersifat umum
Pola penyampaian pesan berjalam cepat dan mampu menjangkau khalayak luas
Penyampaian pesan cenderung satu arah- umpan balik sifatnya tertunda
Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana,
terjadwal dan terorganisasir
Pesan disampaikan secara berkala
Isi pesan yang disampaikan dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia
menyangkut social, politik, ekonomi dan budaya

Proses Komunikasi Komunitas


Proses Komunikasi Massa Model proses komunikasi massa dari Wilbur
Schramm adalah pengorganisasian media, yang menggambarkan tentang fungsi-
fungsi yang dilaksanakan oleh komunikator (organisasi media) dan penerima
(khalayak), yakni fungsi encoding, interpreting dan decoding.

35
Fungsi Komunikasi Komunitas
1. Fungsi terhadap masyarakat
Pengawasan lingkungan
Korelasi antar bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkugannya
Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai
Hiburan

2. Fungsi terhadap individu


Pengawasan dan pencarian informasi
Mengembangkan konsep diri
Fasilitas dalam hubungan sosial
Substitusi dalam hubungan sosial
Membantu melegakan emosi
Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan
Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi

DOKTER LAYANAN PRIMER

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak
dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran
sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah
sakit. Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional dan
mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat,
karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada
tujuan nasional dibidang kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu
untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat,
tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan
pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan
rohani. Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga
kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai
upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen
rumah sakit dalam hal ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja

36
mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan,
akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan
demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Definisi

Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni :

a.Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat
pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan.

b.Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah
rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan. Di Indonesia
terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah
sakit kelas A.

Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin
merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan yang sama di mata
masyarakat.Akan tetapi sering terdapat dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di
Indonesia. Sudah begitu banyak kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah
pelayanan kesehatan di negeri ini. Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memiliki dompet tebal. Sementara orang-orang kurang
mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan proporsional. Orang-orang miskin
sepertinya tidak boleh sakit.

Tidak dapat dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara si kaya dan si
miskin dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit sering
menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh pendidikan
kedokteran itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang
harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal yang luar
biasa. Mungkin paradigma awal ketika seseorang memilih jalan hidupnya sebagai seoang
dokter mengalami disorientasi. Pengabdian kepada masyarakat dan bangsa bukanlah menjadi
faktor yang mendominasi keinginan seseorang menjadi dokter. Ada faktor-faktor
komersialisasi yang terkadang melandasi seseorang dalam menempuh jalur kedokteran
sebagai pilihannya. Tulisan ini bukan dibuat untuk mendiskreditkan seorang dokter, sama

37
sekali tidak. Dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dokter merupakan posisi yang
menjadikan seseorang dapat lebih menghargai kehidupan. Substansinya adalah dewasa ini
gambaran seorang dokter yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah komersialisasi
pekerjaan bukan pelayan kesehatan. Seandainya paradigma-paradigma yang mengalami
disorientasi tersebut dapat diluruskan maka posisi seorang dokter akan kembali pada
tingkatan yang mulia.

Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya biaya yang
dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah. Dokter
terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-asalan. Belum lagi perawat di rumah
sakit sering malas-malasan jika bekerja. Salah seorang pernah berkata bahwa rumah sakit di
Jepang tidak menyediakan fasilitas hiburan seperti televisi bagi para pegawai rumah sakit.
Dengan demikian kondisi kerja akan jauh lebih kondusif karena konsentrasi tidak akan
terpecah antara urusan pekerjaan dan hiburan. Sementara di Indonesia keberadaan televisi
bagi pegawai rumah sakit adalah sebuah keniscayaan. Sebenarnya kondisi ini dapat merusak
produktivitas kerja. Meskipun selalu ada pembenaran bahwa profesionalisme selalu dijunjung
tinggi dalam menjalani profesi. Tidak jelas kevalidan wacana tersebut, namun tampaknya
melihat kondisi rumah sakit yang ada di Indonesia dengan pelayanannya, wacana tersebut ada
benarnya terlepas dengan kondisi yang ada pada rumah sakit di Jepang.

Realita yang Terjadi

Budiarto (2004) dalam penelitiannya tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan di 14 rumah sakit yang tersebar pada sepuluh propinsi di Indonesia menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan rumah sakit yang mencakup ketersediaan fasilitas medik dan
fasilitas-fasilitas lain yang menunjang pelayanan medik disamping sumber daya manusia
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Pandangan masyarakat akan kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun. Pasien Indonesia yang berobat ke luar
negeri terus meningkat. Sebuah data dari salah satu situs menyebutkan di Singapore saja
setiap tahunnya sekitar 300.000 pasien internasional datang berobat. Sekitar 7200 orang di
antaranya merupakan warga Indonesia ( website Komunikasi Dokter Pasien edisi 13 Mei
2009). Sementara itu jumlah orang Indonesia yang berobat ke Malaysia tahun-tahun terakhir
ini sudah melampaui yang ke Singapore. Data lainnya menyebutkan jumlah pasien Indonesia
yang berobat di RS Lam Wah Ee Malaysia mencapai 12.000 pertahun atau sekitar 32 pasien
perhari. Di RS Adventist Malaysia jumlah pasien Indonesia yang terdata mencapai 14.000
pertahun atau sekitar 38 pasien perhari. Bahkan sedikitnya seribuan pasien dari Aceh dan
38
sekitarnya dilaporkan terpaksa pergi ke luar negeri setiap bulannya, terutama ke Penang,
Malaysia, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima. Kecenderungan ini datang
karena mereka kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit-
rumah sakit yang ada di Aceh dan sekitarnya. (Serambi On Line 14 Juli 2007). Tingginya
minat masyarakat berobat keluar negeri seperti Malaysia dan Singapura secara umum
disebabkan factor kelengkapan fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan telah
memenuhi harapan pasien. Berbagai macam alasan yang memicu banyaknya masyarakat
berobat dan memeriksakan kesehatannya keluar negeri, diantaranya pelayanan prima dan
ketepatan waktu, mereka cepat mendapatkan kepastian diagnosa sehingga tidak membuat
pasien cemas atau bosan karena menunggu hasil diagnosa yang tidak kunjung datang serta
masih banyak keunggulan yang bisa mereka dapatkan disana. Sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya bahwa pada saat ini, jumlah pasien yang berobat ke luar negeri yaitu Singapura
dan Malaysia, didominasi oleh pasien asal Indonesia. Hal ini merupakan sebuah masalah
yang serius, mengingat selain berhubungan dengan masalah kepercayaan terhadap pelayanan
di Indonesia, juga berhubungan dengan masalah pemasukan pemerintah dari sektor pelayanan
rumah sakit. Data tahun 2006 menyebutkan jumlah devisa negara yang tersedot ke rumah
sakit luar negeri mencapai US $ 600 juta setiap tahunnya. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas
fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan
peningkatan kualitas manajemen rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga
dengan melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui kelemahan dan
kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan dan dibuat tindak lanjut sesuai prioritas
permasalahannya.

Masalah/Keluhan Masyarakat

Permasalahan juga tampak dari beberapa pengguna jasa rumah sakit yang masih banyak
keluhan dari pelayanan yang diberikan, ini terlihat dari masih banyaknya dijumpai keluhan
tentang pelayanan yang lamban, adanya perilaku petugas perawat yang kurang ramah dan
tidak komunikatif.

Dari data pada Tabel 1.2, terdapat keluhan atau ketidakpuasan masyarakat akan hasil
pelayanan, jelas terlihat bahwa keluhan masyarakat akan menunjukkan kualitas pelayanan

39
yang diberikan, sebab inti dari pelayanan publik bermuara kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan peningkatan kualitas pelayanan yang diterima masyarakat.

Penyebab rendahnya kualitas pelayanan di Rumah sakit

Banyak alasannya kenapa pelayanan di negeri kita (tercinta) bisa jadi terburuk salah satunya :

"Menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak
memiliki kompetensi dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak
sesuai standar, dan sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada
akhirnya mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti
resistensi obat akibat pemakaian obat antibiotik.

Pemahaman masyarakat yang lemah tentang sistem pelayanan kesehatan primer


(puskesmas/Dokter Praktek Umum) dan sekunder (Rumah Sakit), mengakibatkan mereka
tidak mengikuti sistem rujukan yang ada. Masyarakat pada kelas ekonomi lemah cenderung
memilih pelayanan kesehatan yang paling dekat dan murah, tidak peduli apakah petugas yang
dia mintai pertolongan tersebut memiliki kewenangan dan kompetensi yang memadai.
Sedangkan masyarakat pada kelas ekonomi menengah ke atas cenderung langsung
memeriksa diri ke dokter spesialis dengan berbagai risiko ketidaktepatan pemilihan jenis
dokter spesialis yang dipilihnya, papar Nugroho."

Bagaimana pelayanan yang berkualitas

Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/pelayanan,
terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :

1) Tangible (nyata/berwujud)

2) Reliability (keandalan)

3) Responsiveness (Cepat tanggap)

4) Competence (kompetensi)

5) Access (kemudahan)

6) Courtesy (keramahan)

40
7) Communication (komunikasi)

8) Credibility (kepercayaan)

9) Security (keamanan)

10) Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)

Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu
pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan
kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman et al. (1990) dimensi tersebut difokuskan
menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :

1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,karyawan dan


alat-alat komunikasi.

2) Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan
secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pasien dan menyediakan
jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.

4) Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para pasien dan


kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.

5) Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual,


kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pasien.

Solusi

Aspek-aspek sosial haruslah dijunjung tinggi bukan hanya aspek finansial yang mendapatkan
porsi perhatian secara lebih. Begitu juga dengan masyarakat harus bersinergi dengan pelayan
kesehatan tersebut dengan menghargai dan melakukan respon yang positif terhadap posisi
mereka sebagai pelayan masyarakat. Memang solusi ini terkesan teoritis. Akan tetapi perlu
disadari bahwa perubahan itu tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Perubahan membutuhkan
proses yang panjang dan melelahkan. Nampaknya apa yang Aa Gym sampaikan mengenai
konsep perubahan sangatlah relevan dengan kondisi sekarang.

41
Kiat mengubah bangsa : mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang paling kecil dan
dianggap sepele dan mulailah sekarang juga.

Kesimpulan

Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi semua
pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya peranan dokter ataupun Menteri
Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat melainkan partisipasi semua masyarakat. Harus ada
perubahan pandangan dalam upaya untuk hidup sehat. Dokter dan semua elemen dalam dunia
kesehatan harus lebih peduli terhadap masyarakat. Aspek-aspek sosial haruslah dijunjung
tinggi bukan hanya aspek finansial yang mendapatkan porsi perhatian secara lebih. Begitu
juga dengan masyarakat harus bersinergi dengan pelayan kesehatan tersebut dengan
menghargai dan melakukan respon yang positif terhadap posisi mereka sebagai pelayan
masyarakat. Memang solusi ini terkesan teoritis. Akan tetapi perlu disadari bahwa perubahan
itu tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Perubahan membutuhkan proses yang panjang dan
melelahkan. Nampaknya apa yang Aa Gym sampaikan mengenai konsep perubahan
sangatlah relevan dengan kondisi sekarang.

Kiat mengubah bangsa : mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang paling kecil dan
dianggap sepele dan mulailah sekarang juga.

Dua hal yang dijelaskan sebelumnya mengenai mahalnya harga hidup sehat dan pelayanan
kesehatan di Indonesia adalah dua hal yang sangat terkait. Stigma yang hadir di tengah-
tengah masyarakat saat ini adalah biaya kesehatan yang mahal tidaklah ditunjang oleh
pelayanan kesehatan yang memadai. Dua hal yang seharusnya tidak beririsan sama sekali.
Karena berbagai faktor pelayanan yang kurang baik orang-orang dengan kantong tebal lebih
memilih berobat ke luar negeri. Karena mahalnya biaya untuk berobat justru rakyat kecil
memilih jalur alternatif bahkan yang berbau klenik sekalipun sebagai shortcut untuk sembuh.
Dua mata uang yang sangat berbeda antara kedua kondisi di atas.

Memilih berobat ke luar negeri tidak bisa dianggap sebagai sebuah tindakan mengkhianati
bangsa. Karena kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia tidak memiliki
fasilitas yang cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan kesehatan lebih baik pada
pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan perawatan ke luar negeri karena
ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter dan rumah sakit yang ada di negeri ini.
Perspektif seperti ini mengundang banyak pertanyaan. Sebenarnya melakukan perawatan ke
luar negeri berarti membunuh secara perlahan kinerja dokter dan rumah sakit lokal. Namun
42
seharusnya hal ini jadi batu loncatan bagi para dokter dan rumah sakit untuk dapat
meningkatkan kredibilitasnya sehingga kepercayaan pasien terhadap mereka dapat dijaga.
Dengan demikian generalisasi akan kemampuan dokter dan rumah sakit yang kurang
memadai dapat dihilangkan. Ketika kepercayaan masyarakat akan kapasitas dokter yang ada
di Indonesia dapat dijawab dengan baik oleh dokter itu sendiri maka akan terjalin kerjasama
yang sangat baik antara kedua belah pihak.

43
KESIMPULAN
- Dr Anggi belum menerapkan promosi kesehatan dan metode yang tepat dan
kurangnya pemahaman serta perilaku karyawan yang kurang baik sehingga
mengakibatkan munculnya complain dari para karyawan akibat pemanfaatan metode
yang kurang tepat.

44
DAFTAR PUSTAKA

1.Maulana H.Promosi Kesehatan.Cetakan ke-3.Jakarta:EGC:2010

2.Green,Lawrence & Kreuter,Marshall,W:Health Promotion Planning, An Education and


Enviromental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company,1991.

3.Koban. 2005. The Indonesian Institute. www.theindonesianinstitute.com. Di akses 27 Mei


2014.

4.http://surveilans.blogspot.com/2011/01/fogging-bukan-pencegahan-demam-berdarah.htm
Di akses pada 27 Mei 2014

5.http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-735-bab%20II.pdf Di akses pada


27 Mei 2014

45

Anda mungkin juga menyukai